PENGUKURAN LAJU KEMATANGAN BUAH PEPAYA CALLINA MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
MUHAMMAD SYAHIDUL FITRAH
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOG I PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengukuran Laju Kematangan Buah Pepaya Callina Menggunakan Pengolahan Citra Digital adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bentuk teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016
Muhammad Syahidul Fitrah NIM F14120067
ABSTRAK MUHAMMAD SYAHIDUL FITRAH. Pengukuran Laju Kematangan Buah Pepaya Callina Menggunakan Pengolahan Citra Digital. Dibimbing oleh USMAN AHMAD. Pepaya yang dipasarkan umumnya memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda dan cenderung tidak seragam. Pepaya dengan tingkat kematangan berbeda tentu akan mempunyai umur simpan yang berbeda dan nantinya berdampak pada perubahan mutu untuk masing- masing buah dalam penyimpanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis laju kematangan buah pepaya callina berdasarkan parameter visual menggunakan pengolahan citra dan menentukan hubungan laju kematangan dengan perubahan mutu. Pepaya callina yang diamati memiliki tingkat kematangan 10%, 30% dan 50%. Pengukuran dilakukan dua tahap yaitu pengukuran aktual dan pengolahanan citra digital. Pengukuran aktual dilakukan untuk mengetahui perubahan susut bobot, kekerasan, dan TPT dari buah pepaya selama penyimpanan. Sedangkan pengolahan citra digital digunakan untuk mengetahui laju perubahan warna kulit buah pepaya selama masa penyimpanan. Rata-rata Persentase susut bobot tertinggi sebesar 13.65% terjadi pada tingkat kematangan 10% dan lama penyimpanan hari ketujuh. Nilai kekerasan terendah adalah 0.25 kgf buah pepaya terdapat pada tingkat kematangan 50% pada lama penyimpanan hari kelima. Berdasarkan hasil uji regresi linear pada parameter perubahan mutu dan lama penyimpanan, baik tingkat kematangan maupun lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata pada perubahan indeks warna RGB dan nilai HSI pada kulit dan daging buah pepaya callina. Kata kunci: pepaya callina, laju kematangan, pengolahan citra
ABSTRAK MUHAMMAD SYAHIDUL FITRAH. The measurement of the rate maturity of a callina pepaya using digital image processing. Supervised by USMAN AHMAD. Papayas are marketed generally have a different level of maturity and not uniform. Papaya with a different level of maturity will certainly have a different shelf life and impact on quality changes for each papaya in storage. The purpose of this research is to analyze the rate of maturity of callina papaya based on visual parameters using image processing and determining the relationship of maturity rate with quality changes. Callina papaya, which is observed, has the level of maturity of 10%, 30% and 50%. Measurements carried out two stages, first is the actual measurements and the second is image processing. Actual measurements are performed to find out the changes reduced weights, hardness, and papaya fruit from TPT during storage. While digital image processing is used to find out the rate of change of the skin color of papaya fruits during storage. The average percentage of highest loss weight occurs at the level
of maturity of the old 10% seventh day storage of 13.65%. The lowest value in papaya hardness was on the level of maturity of 50% on the fifth day of the retention of 0.25 kgf. Based on the results of the linear regression on the parameter change quality and long storage, both at the level of maturity and long storage have an significant impact at change of RGB index color and HSI value on the skin and meat of the callina papaya. Keywords:
callina
papaya,
rate
of
maturity,
image
processing.
PENGUKURAN LAJU KEMATANGAN BUAH PEPAYA CALLINA MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
MUHAMMAD SYAHIDUL FITRAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOG I PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi Nama NIM
: Pengukuran Laju kematangan Buah Pepaya Callina Menggunakan Pengolahan Citra Digital : Muhammad Syahidul Fitrah : F14120067
Disetujui oleh
Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Pengukuran Laju Kematangan Buah Pepaya Callina Menggunakan Pengolahan Citra Digital. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbigan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr selaku dosen pembimbing tugas akhir atas arahan dan bimbingannya. 2. Dr. Ir. Lilik Pujantoro M.Agr dan Dr. Ir. Dyah Wulandani M.Si selaku dosen penguji atas arahan dan bimbingannya. 3. Ayahanda Alwahidul dan Ibu Erny Wati selaku kedua orang tua atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. 4. Bapak Sulyaden, Bapak Abas, Via Mardina, Sabihah, Abdullah Azzam, Kresna, Muhammad Rofi Assgaf dan Maryanti atas bantuan yang diberikan selama penelitian berlangsung. 5. Sri Ichfana Haniftio, Luthfi Dwicahyo, Reza Febrizal, Asnul Hadi Putra, selaku sahabat satu bimbingan atas dukungan dan bantuannya selama penelitian berlangsung. 6. Keluarga besar Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 49 atas dukungan, kebersamaan dan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan sarjana. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan di waktu yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Oktober 2016
Muhammad Syahidul Fitrah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pepaya Callina 2 Penanganan Pascapanen Pepaya 4 Pengolahan Citra 4 Format Citra Digital 6 METODE 8 Waktu dan Lokasi Penelitian 8 Bahan 8 Alat 9 Prosedur 9 Persiapan Bahan 9 Susut Bobot 9 Pengukuran Secara Langsung 9 Pengambilan Citra 11 Tahap Pengolahan Data 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Pengukuran Aktual dan Algoritma Pengocalan Citra Pepaya Callina 13 Pengukuran Aktual 13 Algoritma Pengolahan Citra Pepaya Callina 14 Pengaruh Tingkat Kematangan dan Lama Penyimpanan Terhadap Perubahan Mutu Buah Pepaya Callina 16 Susut Bobot 16 Kekerasan 17 Total Padatan Terlarut (TPT) 18 Pengaruh Nilai Perubahan Warna Pada Tingkat Kematangan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Pepaya Callina 19 Indeks Warna Merah Pada Kulit Pepaya Callina 20 Indeks Warna Hijau Pada Kulit Pepaya Callina 20 Indeks Warna Biru Pada Kulit Pepaya Callina 21 Nilai Hue Pada Kulit Buah Pepaya Callina 22 Nilai Saturasi Pada Kulit Buah Pepaya Callina 23 Nilai Intensitas Pada Kulit Buah Pepaya Callina 24 Indeks Warna Merah Pada Daging Buah Pepaya Callina 25 Indeks Warna Hijau Pada Daging Buah Pepaya Callina 26 Indeks Warna Biru Pada Daging Buah Pepaya Callina 27 Nilai Hue Pada Daging Buah Pepaya Callina 28 Nilai Saturasi Pada Daging Buah Pepaya Callina 29
vi Nilai Intensitas Pada Daging Buah Pepaya Callina SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
30 31 32 32 34 59
DAFTAR TABEL 1 Data Produksi Pepaya Pertahun 2 Indeks kematangan buah pepaya callina 3 Pengaruh suhu penyimpanan terhadap daya simpan dan kematangan buah pepaya bangkok 4 Rata-rata rasio warna dan dan standar defiasi (σ) untuk range warna kuning pada kematangan buah pepaya 5 Format file bitmap pada citra digital
1 3 4 6 7
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Pencampuran warna untuk model warna RGB dan model warna CMY Pepaya callina pada tingkat kematangan (a) 10%, (b)30%, (c)50% Diagram alir prosedur penelitian Pengukuran kekerasan pepaya callina Perekaman citra kulit buah pepaya callina Tampilan citra kulit buah pepaya callina sesudah dibinerisasi Tampilan daging buah pepaya callina sesudah dibinerisasi Hubungan nilai rata-rata susut bobot buah pepaya terhadap lama penyimpanan 9 Hubungan nilai rata-rata kekerasan buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 10 Hubungan nilai rata-rata total padatan terlarut buah pepaya terhadap hari pengamatan 11 Hubungan indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 12 Hubungan indeks warna hijau pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 13 Hubungan indeks warna biru pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 14 Hubungan nilai hue pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 15 Hubungan nilai saturasi pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan
5 8 10 11 12 14 15 16 16 19 20 21 22 23 24
vii 16 Hubungan nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 25 17 Hubungan indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 26 18 Hubungan indeks warna hijau pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 27 19 Hubungan indeks warna biru pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 28 20 Hubungan nilai hue pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 29 21 Hubungan nilai saturasi pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 30 22 Hubungan nilai intensitas pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan 31
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hasil pengukuran data aktual pepaya callina pada tingkat kematangan 10% Hasil pengukuran data aktual pepaya callina pada tingkat kematangan 30% Hasil pengukuran data aktual pepaya callina pada tingkat kematangan 50% Nilai rata-rata hasil pengukuran aktual pepaya callina Algoritma pemrograman pengolahan citra pepaya callina Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 10% Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 30% Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 50% Laju pengolahan citra digital pada kulit pepaya callina Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 10% Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 30% Hasil pengolahan citra kulit pepaya callina dengan tingkat kematangan 50% Laju hasil pengolahan citra digital pada daging pepaya callina Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap persentase susut bobot pepaya callina Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap persentase susut bobot pepaya callina Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap kekerasan pepaya callina Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap kekerasan pepaya callina Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap total padatan terlarut pepaya callina Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna merah pada kulit pepaya callina Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna merah pada kulit pepaya callina
34 35 36 37 38 42 43 44 45 46 47 48 49 49 50 50 50 51 51 51
viii 21 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna hijau pada kulit pepaya callina 22 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna hijau pada kulit pepaya callina 23 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna biru pada kulit pepaya callina 24 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai hue pada kulit pepaya callina 25 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada kulit pepaya callina 26 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai saturasi pada kulit pepaya callina 27 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina 28 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna merah pada daging pepaya callina 29 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna merah pada daging pepaya callina 30 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna hijau pada daging pepaya callina 31 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna hijau pada daging pepaya callina 32 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna biru pada daging pepaya callina 33 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai hue pada daging pepaya callina 34 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada daging pepaya callina 35 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai saturasi pada daging pepaya callina 36 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina 37 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina
52 52 53 53 54 54 55 55 55 56 56 56 57 57 57 58 58
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu produk hortikultura unggulan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jumlah produksi pepaya di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 906 312 ton (BPS 2016). Data Produksi pepaya pertahun dapat dilihat pada Tabel 1. Keadaan iklim di Indonesia yang mendukung juga sangat mempengaruhi pengembangan varietas-varietas baru yang lebih baik. Salah satu varietas pepaya yang sedang trend dibudidayakan saat ini adalah pepaya callina atau IPB-9. Tabel 1 Data Produksi pepaya pertahun Tahun Produksi Buah Pepaya (ton) 2008 717 899 2010 675 801 2012 906 312 Sumber: BPS (2016)
Pepaya adalah kelompok buah yang mengalami respirasi klimakterik. Buah klimakterik adalah buah dengan produksi CO 2 yang meningkat sejalan dengan pematangan buah dan produksi etilen yang tinggi pada buah saat matang (Zulkarnain 2009). Laju kematangan buah klimakterik dapat ditandai secara visual dengan perubahan warna pada kulit buah. Sayangnya, pemetikan buah pada tingkat kematangan yang berbeda juga akan mempengaruhi lamanya laju kematangan buah selama penyimpanan. Pengaruh laju kematangan buah pepaya juga mempengaruhi umur simpan produk pepaya itu sendiri. Menurut Taris (2015), lamanya umur simpan untuk buah pepaya callina adalah 4 – 8 hari setelah panen tergantung dari umur pemetikannya. Penanganan pascapanen buah pepaya merupakan upaya yang strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi. Dalam penanganan pascapanen, salah satu masalah yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pascapanen sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil panen dan rendahnya mutu panen. Kesalahan pada penanganan pascapanen buah-buahan klimakterik seperti pepaya mampu menimbulkan kerusakan fisiologis setelah panen atau terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Beberapa kerusakan fisiologis yang terjadi pada proses pascapanen buah klimakterik, diantaranya adalah buah menjadi keriput, buah tampaknya masak sempurna tetapi setelah diperam beberapa hari rasanya kurang manis atau bagian dalamnya ada yang membusuk maupun masih menunjukkan keadaan mentah sebagian, dan sebagainya. Selama ini laju kematangan buah pepaya hanya ditentukan secara kira-kira sehingga pendugaan tingkat pendugaan laju kematangan buah menjadi kurang akurat dan kurang objektif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem visual yang dapat digunakan untuk mendeteksi laju kematangan pada buah pepaya. Salah satu sistem visual yang dapat digunakan adalah dengan cara memanfaatkan teknologi pengolahan
2
citra untuk mengetahui tingkat perubahan warna pada kulit buah pepaya selama dilakukannya proses penyimpanan. Kelebihan dari pengolahan citra digital adalah dapat digunakan untuk mengukur besarnya nilai perubahan warna yang terjadi pada kulit dan daging buah pepaya callina selama proses kematangan berlangsung.
Perumusan Masalah Selama ini penangan pascapanen buah pepaya pada beberapa tingkat kematangan berbeda dilakukan secara seragam. Padahal, buah pepaya yang dipetik dengan tingkat kematangan yang berbeda memiliki laju kematangan yang berbeda pula. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem visual yang memanfaatkan teknologi pengolahan citra agar dapat digunakan untuk mendeteksi laju kematangan pada buah pepaya pada beberapa tingkat kematangan buah yang berbeda, yakni dengan cara mendeteksi perubahan warna pada buah pepaya.
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan laju kematangan yang terjadi berdasarkan perubahan warna kulit pada buah pepaya callina menggunakan teknik pengolahan citra digital. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Menentukan hubungan kematangan dengan perubahan mutu berupa kekerasan dan kemanisan buah pepaya callina. 2. Analisis laju kematangan buah pepaya callina berdasarkan parameter visual buah menggunakan pengolahan citra.
TINJAUAN PUSTAKA
Pepaya Callina Pepaya callina (IPB-9) adalah papaya yang ditemukan oleh Sriani Sujiprihati dengan kriteria papaya unggul yang memiliki umur panen genjah dan keragaman kerdil (BLST 2015). Umur mulai berbunga pepaya callina adalah 4 bulan setelah tanam, sedangkan umur petiknya berkisar 8,5 bulan setelah tanam (BLST 2015). Bentuk pepaya callina adalah silindris seperti peluru dengan kulit buah berwarna hijau lumut dan daging buahnya berwarna jingga. Keunggulan dari pepaya callina adalah bentuknya yang silindris dan mulus, umur tanaman genjah, daging buahnya tebal, serta daya simpannya yang mampu bertahan lebih dari satu minggu. Pepaya callina merupakan buah klimakterik. Artinya buah akan tetap mengalami kematangan sempurna meskipun dipanen pada tingkat ketuaan yang belum cukup. Ada beberapa indeks warna kematangan buah pepaya callina menurut Rini (2008) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2 Indeks kematangan buah pepaya callina Indeks Kematangan
Deskripsi
1
Buah pepaya dengan semua kulitnya masih berwarna hijau. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 0%-20%.
2
3
4
5
6
7
Gambar
Buah Pepaya dengan kulit yang masih berwarna hijau namun di bagian ujungnya sudah berwarna kekuningan. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 20-40%. Buah pepaya dengan kulit berwarna hijau kekuningan. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 40%-60%. Buah pepaya dengan kulit berwana kuning yang lebih banyak dari hijau. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan buah antara 60%-70%. Buah pepaya dengan kulit berwarna kuning namun di bagian ujungnya sedikit berwarna hijau. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 70%-80%. Buah pepaya dengan kulit berwarna kuning penuh. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 80%-90%. Buah pepaya dengan kulit berwarna merah kekuningan dan sedikit bintik coklat. Pada tingkat ini warna buah mewakili persentase kematangan pepaya antara 90%-100%.
Sumber: Rini (2008)
Pematangan buah-buahan dengan cara diperam dapat ditemui pada beberapa jenis buah-buahan klimakterik seperti pisang, pepaya, sawo, dan lain- lain. Menurut Ahmad (2013), ada empat tahap yang dilalui buah-buahan selama proses pematangan buah klimakterik, yaitu pra-klimakterik, peningkatan klimakterik, puncak klimakterik, dan pasca-klimakterik. Pada masa pra-klimakterik, buahbuahan masih mentah dan dapat dilakukan perlakuan untuk memperpanjang umur simpan. Pada tahap peningkatan klimakterik, buah akan mengalami perubahan
4
laju respirasi dan produksi etilen sehingga menyebabkan buah dari hijau menjadi kuning, jingga, maupun merah. tahap puncak klimakterik akan berada pada keadaan kemudian akan menjadi terlalu matang atau mengalami pasca-klimakterik.
perubahan warna kulit Buah yang memasuki matang secara penuh kebusukan pada tahap
Penanganan Pascapanen Pepaya Buah pepaya yang telah dipanen akan dikemas secara khusus untuk menekan kerusakan mekanis serta dapat menjaga mutu dan kesegarannya hingga sampai ke tempat pemasaran. Bahan pengemas buah pepaya dapat terbuat dari karton atau peti kayu. Ukuran kemasan juga tergantung pada jenis buah pepaya yang dikemas. Untuk pepaya bangkok dan cibinong dapat dikemas dengan kemasan karton dengan ukuran 50x45x35 cm dengan jumlah pepaya sebanyak 10 buah dengan berat kurang lebih 15-20 kg. Untuk pepaya sunrise yang ukuran buahnya lebih kecil, buah dikemas dengan kemasan bersekat dua disusun berukuran panjang 56 cm, lebar 39 cm dan tinggi 10 cm dengan kapasitas sebanyak 32 buah pepaya (Suyanti 2011). Pengemasan pepaya dengan menggunakan net foam juga dapat mengurangi kerusakan pada buah selama proses transportasi. Agar pepaya dapat bertahan lebih lama, diperlukan perlakuan khusus selama proses transportasi berlangsung. Salah satunya adalah dengan cara memodifikasi suhu ruang penyimpanan. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap daya simpan dan kematangan buah pepaya ba ngkok dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap daya simpan dan kematangan buah pepaya bangkok
Suhu Penyimpanan (o C) 28-30 (suhu ruang) 25 20 15 5
Hari mejadi matang (hari) 4.2 5.3 9.2 15.8 Tidak dapat matang
Daya simpan (hari) 6-7 9-10 12-14 17-18 27-28
Sumber: Suyanti, Syaifullah dan Setyadjit (1999)
Pengolahan Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f pada titik (x,y) merupakan tingkat kecerahan (brightness) suatu citra pada suatu titik. Suatu citra diperoleh dari penangkapan kekuatan sinar yang dipantulkan oleh objek (Suhendra 2011). Citra sebagai output alat perekaman dapat berupa citra analog ataupun citra digital. Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada foto sinar X, layar televisi, foto yang dicetak, lukisan, dan lain sebagainya. Sedangkan citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer.
5
Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis citra dengan bantuan komputer. Proses analisa dalam pengolahan citra melibatkan persepsi visual dengan data masukan maupun data keluaran yang diperoleh berupa citra dari objek yang diamati. Teknik-teknik pengolahan citra dapat meliputi beberapa aspek seperti penajaman citra, penonjolan fitur tertentu dari sebuah citra, kompresi citra, serta koreksi citra yang tidak fokus atau buram (Ahmad 2005). Pengolahan citra dapat digunakan untuk analisis bentuk, warna, serta dimensi dari suatu objek. Terdapat beberapa model warna yang umum digunakan dalam pengolahan citra digital yaitu model warna RGB (red green blue), Model warna CMY (cyan magenta yellow), dan model warna HSI (hue saturasi intensitas). Model warna dasar RGB terdiri dari tiga warna dasar yaitu merah, hijau, dan biru, sedangkan model warna CMY terdiri dari warna dasar cyan, magenta, dan kuning. Pencampuran warna untuk model warna RGB dan model warna CMY dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Pencampuran warna untuk model warna RGB dan model warna CMY Sumber: Suhendra (2011)
Model warna RGB dapat juga dinyatakan dalam bentuk indeks warna RGB dengan rumus sebagai berikut: Ired =
……………................. (1)
Igreen =
……………............... (2)
Iblue =
……………................. (3)
Pada model warna HSI, nilai hue menunjukkan panjang gelombang terhadap persepsi warna. Saturasi menunjukkan kuantitas warna putih yang muncul pada suatu objek. Sedangkan intensitas menunjukkan nilai abu-abu dari piksel dalam citra abu-abu gelap dan terang (Ahmad 2005). Model warna RGB dapat ditransformasikan ke dalam model HSI denganpersamaan sebagai berikut: H = acos × [(R − G)2 + (R − G)(G − B)]0.5 …………………(4)
6
S=1–
[
I=
]
× min(R,G,B) ……………........………….................. (5) …………….................…………….................…………….... (6)
Dua unsur penyusun utama dalam pengolahan citra digital yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Komponen perangkat keras yang sering digunakan adalah kamera penangkap citra, komputer, serta alat peraga yang dapat dirancang khusus untuk pengolahan citra digital. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan citra dapat bermacam- macam tergantung pada jenis penangkap bingkai citra (image frame grabber) yang digunakan. Dalam pengambilan citra, hanya citra yang berbentuk digital yang dapat diproses oleh komputer digital, data citra yang dimasukkan berupa nilai- nilai integer yang menunjukkan nilai intensitas cahaya atau tingkat keabuan setiap pixel. Citra digital dapat diperoleh secara otomatis dari sistem penangkap citra membentuk suatu matrik dimana elemen-elemennya menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu himpunan diskrit dari titik (Putra 2012). Citra f (x,y) disimpan dalam memori komputer atau penyimpan bingkai citra dalam bentuk array M x N dari contoh diskrit dengan jarak sama, sebagai berikut:
Menurut Amarasinghe dan Sonnadara (2009), berdasarkan proses pengolahan citra pada buah pepaya yang telah mengalami kematangan sempurna, buah pepaya yang matang sempurna memiliki range warna kuning dalam indeks warna RGB sebesar 128-255 untuk indeks warna merah (red), 100-255 untuk indeks warna hijau (green), serta nilai kurang dari 76 untuk indeks warna biru (blue). Rata-rata rasio warna dan standar defiasi (σ) untuk range warna kuning pada kematangan buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata rasio warna dan dan standar defiasi (σ) untuk range warna kuning pada kematangan buah pepaya
Rata-rata Standar Defiasi (σ)
Rasio Merah 0.0199
Rasio Hijau 0.0270
Rasio Biru 0.0246
0.0477
0.3698
0.1533
Sumber: Amarasinghe dan Sonnadara (2009)
Format Citra Digital Format citra digital yang disimpan dalam komputer terbagi menjadi dua kategori besar yaitu format bitmap dan format vektor. Menurut Ahmad (2005),
7
format bitmap menyimpan data kode citra secara digital dan lengkap dengan cara memetakan data-data pada bit-bit memori, sedangkan format vektor menyimpan elemen-elemen pembentuk citra seperti titik, garis, dan bentuk lainnya secara individual. Untuk kepentingan dalam pengolahan citra yang biasanya dilakukan pada setiap piksel penyusun citra, format bitmap akan lebih mudah digunakan karena data asli lebih banyak dipertahankan dibanding dengan format vektor. Beberapa format file bitmap yang digunakan dalam pengolahan citra digital dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Format file bitmap pada citra digital Nama Format Ekstensi Penggunaan Microsoft Windows BMP Format umum untuk menyimpan citra Bitmap Format bitmap yang dikembangkan oleh Microsoft Joint Photographic JPG Format umum untuk menyimpan citra Experts Group (JPEG) foto yang dikembangkan oleh majalah Joint Photographic Experts Group CompuServe Graphics GIF Format umum citra yang dirancang Interchange Format untuk keperluan transmisi melalui modem Aldus Tagged Image File TIFF Format kompleks dan multiguna yang Format dikembangkan oleh Aldus bersama Microsoft WordPerfect Graphics WPG Format vektor yang juga mendukung Format citra bitmap GEM Image Format IMG Format bitmap yang dikembangkan untuk riset digital di lingkungan GEM Zsoft Pengolahan Citra PCX Dirancang untuk menyimpan citra layar Paintbrush Format dan merupakan format bitmap yang didukung luas Microsoft Paint Bitmap MSP Secara fungsional mirip dengan IMG Format dan PCX, tapi kurang populer AT&T Targa Format TGA Format untuk 16-bit dan 24-bit citra warna penuh diciptakan untuk sistem Truevision Apple MacPaint Format PNTG Format asli dari Macintosh MacPaint program Sun Microsystem Raster RAS Format bitmap asli yang digunakan Format pada Sun SPARCS X Windows X-11 Bitmap XBM Format umum untuk menyimpan citra Format bitmap yang dikembangkan untuk X Windows Sumber: Ahmad (2005) Berdasarkan hubungannya dengan nilai warna, format citra digital dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu adalah citra biner (monokrom),
8
citra skala keabuan (gray scale), citra warna (true color), dan citra warna berindeks. Pada citra biner setiap piksel hanya memiliki dua nilai yaitu bernilai 0 atau 1 dan memiliki satu bit sebagai media penyimpanan. Sedangkan citra skala keabuan memiliki nilai warna yang berada diantara warna hitam (minimal) dan putih (maksimal). Biasanya setiap piksel pada citra skala keabuan memiliki nilai 4bit dan 8bit sebagai media penyimpanannya. Citra warna atau true color merupakan kombinasi dari tiga warna dasar yaitu merah, hijau, dan biru dimana setiap warna dasar memiliki nilai sendiri antara 0 hingga 255. Sedangkan citra warna berindeks pada setiap pixelnya mewakili indeks dari satu tabel warna yang tersedia. Citra warna berindeks biasanya disebut sebagai palet warna. Keuntungan penggunaan palet warna adalah dapat dengan cepat memilih atau merubah warna tanpa perlu mengganti informasi warna pada setiap titik citra.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 bulan dimulai dari bulan April hingga Juli 2016.
Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah pepaya callina (Carica L. papaya varietas IPB 9) yang ditanam di Sutarjo Farm, Cijeruk, Kabupaten Bogor. Sampel diambil dengan berbagai tingkat kematangan yang berbeda, yaitu berdasarkan indeks kematangan 1, 2, dan 3 masing- masing 32 buah dikarenakan indeks kematangan maksimal yang dipanen di kebun hanya sampai indeks kematangan nomor 3. Sampel dengan indeks kematangan 1, 2, dan 3 adalah pepaya hasil panenan yang memiliki persentase tingkat kematangan sebesar 10%, 30%, dan 50%. Sampel pepaya yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) (b) (c) Gambar 2 Pepaya callina pada tingkat kematangan (a) 10%, (b) 30%, (c) 50%
9
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kamera CCD (Charge Coupled Device) sebagai alat penangkap citra. 2. Lampu TL dengan daya 7 Watt (120–240 Volt) sebagai alat bantu pencahayaan. 3. Luxmeter yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. 4. Kain berwarna hitam sebagai background dan kotak yang terbuat dari kayu lapis sebagai penghalang masuknya cahaya dari luar. 5. Seperangkat komputer sebagai alat image processing. 6. Timbangan digital yang digunakan untuk mengukur berat buah pepaya callina. 7. Pisau yang digunakan untuk membelah buah pepaya callina. 8. Rheometer merk CR500DX yang digunakan untuk mengukur tingkat kekerasan buah pepaya callina. 9. Refraktometer merk Atago yang digunakan untuk mengukur total padatan terlarut (TPT) buah pepaya callina.
Prosedur Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu persiapan bahan, pengukuran secara langsung, pengambilan citra, dan tahap pengolahan data hasil pengambilan citra. Data pengolahan citra akan dibandingkan dengan data pengukuran langsung untuk mengetahui hubungan parameter-parameter visual mutu buah berupa perubahan nilai indeks warna RGB dan nilai HSI. Diagram Alir Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan Bahan Bahan yang dipersiapkan adalah pepaya callina dengan tiga buah tingkat kematangan yang berbeda yaitu tingkat kematangan 10%, tingkat kematangan 30% dan tingkat kematangan 50% yang diperoleh dari Sutarjo Farm, Cijeruk, Kabupaten Bogor. Sebelum dilakukan pengukuran, pepaya callina terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel pada bahan kemudian dilakukan pelabelan pada masing- masing tingkat kematangan buah. Sebanyak 4 buah pepaya callina pada masing- masing tingkat kematangan dipilih secara acak untuk diamati perubahan kematangan setiap harinya. Pengukuran Secara Langsung Susut Bobot Pada pengukuran berat, pepaya callina ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan setiap hari dengan empat buah sampel pepaya yang berbeda untuk masing- masing tingkat kematangan. Persamaan yang digunakan untuk mengukur susut bobot adalah sebagai berikut : ...................................................................... (7) Dimana :
bo = bobot bahan awal pada hari ke-0 (gram) bi = bobot bahan pada hari ke- i (gram); i = 1,2,3,4,5,6
10
Tidak
Ya
Gambar 3 Diagram alir prosedur penelitian
11
Pengukuran Kekerasan Pengukuran kekerasan daging buah pepaya callina dilakukan dengan menggunakan rheometer CR-300DX dimana posisi pepaya diletakkan secara horizontal seperti pada Gambar 4. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada tiga bagian buah yang berbeda di bagian sisi yang sama, kemudian nilai hasil pengukuran dirata-ratakan. Pengukuran kekerasan dilakukan pada sisi kulit kuning dan sisi kulit hijau buah pepaya. Prope yang digunakan untuk pengukuran kekerasan adalah tipe pejal dengan diameter 5 mm. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kekerasan selama proses kematangan buah pepaya.
Gambar 4 Pengukuran kekerasan pepaya callina Pengukuran TPT Pengukuran TPT (kadar gula) diukur dengan menggunakan alat refractometer merk Atago. Pepaya callina dihancurkan kemudian diuji kadar total padatan terlarutnya dengan cara meletakkan cairan dari daging buah yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Sebelum dan sesudah pembacaan prisma refractometer dibersihkan dengan aquades. Angka yang tertera pada refractometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (brix) yang mewakili rasa manis pada buah. Pengambilan Citra Pengambilan citra pada pepaya callina dilakukan secara dua tahap, yaitu pengambilan citra pada sisi kuning dan sisi hijau kulit pepaya, kemudian pengambilan citra daging pepaya callina. pepaya callina diambil citranya dengan kamera CCD dan sistem pengolahan citra digital. Perekaman citra kulit buah dilakukan dua kali dari dua sisi yang berseberangan, yaitu dilakukan satu kali perekaman citra untuk bagian kulit sisi kuning dan satu kali perekaman citra untuk bagian kulit sisi hijau. Perekaman citra kulit buah pepaya callina dapat dilihat pada Gambar 5. Perekaman citra daging buah pepaya dilakukan pada buah pepaya yang sudah dibelah terlebih dahulu. Daging buah pepaya diletakkan menghadap ke atas kemudian direkam satu kali menggunakan kamera CCD. Latar belakang yang
12
digunakan adalah warna hitam. Pada saat perekaman citra, kotak akan ditutup menggunakan kain. Pengambilan citra dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Buah pepaya callina yang utuh diletakkan mendatar dan di atas kain hitam sebagai latar belakang dan terfokus oleh kamera dengan jarak 48 cm dengan 4 buah cahaya lampu. Nilai intensitas cahaya dari empat buah lampu yang diukur menggunakan luxmeter adalah 450 lux. b. Perekaman citra warna kulit buah dengan posisi tampak samping digunakan untuk analisis warna, parameter panjang, dan lebar. c. Jarak kamera untuk pengambilan citra dengan jarak 48 cm dengan ukuran: 640 x 480 piksel. d. Sampel pepaya callina yang telah dipotong pada proses destruktif diletakkan kembali di atas kain hitam dengan bagian daging buah mengarah ke kamera. e. Perekaman citra warna daging buah dengan posisi tampak atas digunakan untuk analisis warna daging buah pepaya. f. Proses kembali diulangi untuk tiap sampel kemudian disimpan selama tujuh hari. Pengukuran dihentikan apalabila sampel buah mengalami kebusukan. g. Pengambilan data citra dilakukan pada penyimpanan buah pepaya saat H0 hingga H7 dan diambil 4 buah sampel untuk diuji setiap harinya.
Gambar 5 Perekaman citra kulit buah pepaya callina Tahap Pengolahan Data Pengolahan Citra Pengolahan citra pepaya callina dilakukan dengan program komputer yang telah dibuat terlebih dahulu dengan Sharp Develope 5.1 RC. Program dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik laju kematangan buah berdasarkan perubahan indeks warna RGB (red, green, blue) dan HSI (hue, saturasi, intensitas) pada warna kulit dan warna daging buah. Langkah untuk menjalankan program adalah membuka dan memproses file citra buah untuk selanjutnya diambil datadata indeks warna sebagai dasar untuk menentukan laju kematangan buah. Program yang dibuat memiliki kemampuan untuk menghitung nilai indeks warna merah, indeks warna hijau indeks warna biru, nilai hue, saturasi, intensitas, serta ukuran pixel pada objek. Selanjutnya nilai RGB dan HSI akan diukur perubahan
13
lajunya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur laju perbahan RGB dan HSI adalah sebagai berikut : .............................................................................. (8) .................................................................................. (9) Dimana :
RGB ho = nilai indeks warna RGB awal pada hari ke-0 RGB hi = nilai indeks warna RGB pada hari ke- i; i =1,2,3,4,5,6 HSI ho = nilai indeks warna HSI awal pada hari ke-0 HSI hi = nilai indeks warna HSI pada hari ke-i; i =1,2,3,4,5,6
Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil pengujian aktual adalah susut bobot, kekerasan, dan TPT. Sedangkan data yang didapat dari pengolahan citra adalah indeks warna RGB dan nilai HSI dari rata-rata dua sisi kulit buah pepaya callina, serta indeks warna RGB dan nilai HSI dari daging buah pepaya callina. Untuk mengetahui hubungan antara hasil pengukuran aktual dan pengolahan citra digunakan analisa korelasi regresi linier yang dinyatakan dengan persamaan regresi. Dari analisa korelasi regresi ini dicari koefisien korelasi untuk masingmasing parameter. Perubahan warna kulit dan warna daging buah yang diperoleh dari proses pengolahan citra akan dicari korelasi dengan kekerasan dan TPT dari pengukuran langsung untuk masing- masing parameter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Aktual dan Algoritma Pengolahan Citra Pepaya Callina
Pengukuran Aktual Pengambilan data pengukuran sampel pepaya callina dilakukan dengan dua cara yakni secara aktual dan pengambilan data menggunakan perangkat lunak pengolahan citra. Pengambilan data secara aktual berupa pengambilan data berat awat, berat akhir, kekerasan pada sisi kuning, kekerasan pada sisi hijau, dan total padatan terlarut (TPT) yang dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan Lampiran 3. Nilai rata-rata susut bobot, kekerasan dan TPT harian dapat dilihat pada Lampiran 4. Selanjutnya data pengukuran aktual pada Lampiran 4 akan dipetakan dalam bentuk grafik linear. Pepaya pada tingkat kematangan 10% mengalami kematangan penuh pada lama simpan hari keenam. Untuk tingkat kematangan 30%, pepaya mengalami kematangan penuh pada hari kelima. Pepaya pada tingkat kematangan 50% mengalami kematangan penuh pada hari keempat. Pengambilan data sampel pada kematangan 50% dihentikan terlebih dahulu pada
14
lama penyimpanan hari kelima dikarena sampel buah telah mengalami kebusukan dan tidak layak untuk dilakukan uji sampel. Sampel pada kematangan 30% mengalami kebusukan pada pengujian hari keenam, sedangkan pengambilan sampel pada kematangan 10% dihentikan pada lama penyimpanan hari ketujuh. Algoritma Pengolahan Citra Pepaya Callina Program pengolahan citra pepaya callina dibuat menggunakan perangkat lunak SharpDevelop 5.1 RC dan dibangun menggunakan bahasa C#. Pembuatan perangkat lunak pengolahan citra meliputi fungsi menghitung luas pixel, mengukur lebar dan tinggi objek, color value, kordinat pixel, menghitung indeks warna merah (red), indeks warna hijau (green), indeks warna biru (blue), nilai hue, nilai saturasi, dan nilai intensitas. Program pengolahan citra ini memiliki beberapa menu yang terdiri dai beberapa sub menu. Menu file berisikan sub menu open file, save file, dan exit yang digunakan untuk membuka gambar, menyimpan gambar dan menutup program. Menu operation yang berisikan sub menu bynarization, grayscale, dan negative yang dapat digunakan untuk proses pengolahan cintra awal me njadi citra biner, abu-abu, dan citra negatif. Menu morfologi berisikan sub menu Erosi, dilasi, opening, dan closing dengan fungsinya masing- masing untuk melakukan penyusutan citra biner, melakukan pemuaian citra biner, menghilangkan bintik pixel berwarna putih, dan menghilangkan bintik pixel berwarna hitam. Menu analisis citra biner dengan sub menu ukuran objek yang berfungsi untuk mendapatkan angka luasan pixel. Serta menu analisis warna yang terdiri dari sub menu model warna RGB dan model warna HSI dengan fungsi masing- masing untuk mendapatkan nilai RGB dan HSI. Pada bagian bawah program terdapat tiga buah tombol yang bertuliskan merah, hijau, dan biru yang bila diklik akan memberikan proses tiga binerisasi yang berbeda, yaitu binerisasi dengan tresholding sinyal merah, tresholding sinyal hijau, dan tresholding sinyal biru. Algoritma pemrograman pengolahan citra pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 6 Tampilan citra kulit buah pepaya callina sesudah dibinerisasi
15
Citra buah pepaya yang telah dipanggil kemudian dilakukan operasi binerisasi. Hasil proses binerisasi pada citra buah telah sempurna, tetap i masih terdapat noise yang besar terutama pada bagian latar belakang citra yang berwarna hitam. Banyaknya noise yang muncul tentu akan mengurangi akurasi perhitungan luas pixel buah pepaya. Oleh karena itu, dilakukan sedikit perbaikan pada bagian background citra menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop. Citra pepaya yang telah dilakukan perbaikan background menggunakan Adobe Photoshop kemudian dipanggil kembali dan dilakukan operasi binerisasi sehingga hasilnya tampak seperti pada Gambar 6. Angka yang keluar pada kolom R, G, dan B menunjukkan nilai indeks warna merah (red), hijau (green), dan biru (blue) yang telah dianalisis oleh program pengolahan citra. Sedangkan pada kolom H, S, dan I berisikan nilai hue, saturasi, dan intensitas. Kolom area berisikan nilai luasan area dari citra biner berwarna putih. Kolom tinggi merupakan nilai jarak terjauh antara pixel terbawah dan teratas pada citra biner berwarna putih, sedangkan kolom lebar merupakan jarak terjauh antara pixel paling kiri dan pixel paling kana n pada citra biner berwarna putih. Proses binerisasi menggunakan intensitas rata-rata pada bagian daging buah menggunakan perintah bynarization pada sub menu operation menghasilkan proses binerisasi yang tidak terlalu mendetil. Oleh karena itu, digunakan alternatif proses binerisasi lain yaitu menggunakan tresholding intensitas sinyal hijau. Hasil tresholding intensitas sinyal hijau menghasilkan proses binerisasi yang lebih detil dibandingkan hasil tresholding intensitas rata-rata pada sub menu operation. Hasil proses binerisasi menggunakan tresholding intensitas sinyal hijau dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Tampilan daging buah pepaya callina sesudah dibinerisasi Karena fokus utama penelitian ini adalah perubahan warna pada kulit dan daging buah pepaya callina, maka data yang diambil dari program pengolahan citra hanya data nilai indeks warna merah, indeks warna hijau, indeks warna biru, nilai hue, nilai saturasi, dan nilai intensitas pada kulit dan daging buah masing-
16
masing sampel. Data hasil pengolahan citra untuk kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 6, 7, dan Lampiran 8. Laju nilai indeks warna merah, hijau, biru, nilai hue, nilai saturasi, dan nilai intensitas pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan data hasil pengolahan citra untuk bagian daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, dan Lampiran 12. Untuk laju nilai indeks warna merah, hijau, biru, nilai hue, nilai saturasi, dan nilai intensitas pada daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Selanjutnya data pengolahan citra pada Lampiran 9 dan Lampiran 13 akan dipetakan dalam bentuk grafik linear. Pengaruh Tingkat Ke matangan dan Lama Penyimpanan Terhadap Perubahan Mutu Buah Pepaya Callina Susut Bobot Susut bobot pada komunitas hortikultura dapat diartikan sebagai proses berkurangnya kandungan air pada produk hortikultura yang disebabkan karena masih berlangsungnya proses transpirasi dan respirasi setelah produk tersebut dipetik. Perhitungan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan berat bahan sejak awal hingga akhir penyimpanan. Perubahan persentase susut bobot pada pepaya callina selama penyimpanan dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 8.
21.00 Kematangan 10% Kematangan 30% Kematangan 50%
Susut Bobot (g)
18.00 15.00 12.00 9.00 6.00 3.00
0.00 0
1
2
3 4 5 Lama Penyimpanan (hari)
6
7
Gambar 8 Hubungan nilai rata-rata susut bobot buah pepaya terhadap lama penyimpanan Berdasarkan grafik nilai rata-rata susut bobot buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan yang terdapat pada Gambar 8, terdapat peningkatan susut bobot pada masing- masing sampel pepaya yang diamati. Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa susut bobot pada kematangan buah 10% memiliki nilai susut bobot tertinggi yaitu sebesar 13.65% dengan nilai standar deviasi 3.915, sedangkan nilai susut bobot terendah adalah pada kematangan 50% yaitu 12.56% dengan nilai standar deviasi 1.183. Susut bobot tertinggi yang dialami pada
17
tingkat kematangan 30% adalah 13.17% dengan nilai standar deviasi sebesar 1.238. Pertambahan nilai susut bobot tertinggi dimiliki oleh buah pepaya pada tingkat kematangan 50%, sedangkan pertambahan nilai susut boot terendah dimiliki oleh buah pepaya pada tingkat kematangan 10%. Interaksi antara perbedaan tingkat kematangan dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap susut bobot pada buah pepaya callina, semakin tinggi tingkat kematangannya maka semakin tinggi pula perubahan susut bobotnya. Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah dan lama penyimpanan memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan susut bobot karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan pada Lampiran 14, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kematangan 50% dan tingkat kematangan 10% terhadap susut bobot buah. Sedangkan berdasarkan uji DMRT pengaruh lama penyimpanan pada Lampiran 15, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara lamanya hari penyimpanan terhadap susut bobot pada buah pepaya callina. Lama penyimpanan pada H0 hingga H7 memiliki nilai beda nyata yang sangat signifikan karena hampir semuanya berada pada kelompok subset yang berbeda. Hal tersebut membuktikan bahwa lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan susut bobot buah pepaya callina. Kekerasan Kekerasan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kualitas tekstural produk segar hortikultura. Pengukuran kekerasan dilakukan sebagai salah satu indikasi terjadinya kerusakan pada buah. Winarno (2002) mengatakan bahwa perubahan tekstur produk yang semula keras menjadi lunak terjadi karena perubahan komposisi dinding sel sehingga terjadilah penurunan tekanan turgor sel dan kekerasan buah menurun. Pada buah pepaya, kematangan buah diawali oleh sebagaian sisi buah yang mulai berubah warna, kemudian diikuti oleh kematangan sisi lainnya. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengukuran kekerasan diantara duah buah sisi buah pepaya callina yang berbeda yaitu sisi kulit yang sudah mulai berwarna kekuningan dan sisi kulit yang masih berwarna hijau. Kemudian dari kedua nilai kekerasan tersebut dirata-rata sehingga didapatkan nilai kekerasan kulit pepaya callina. Perbandingan nilai kekerasan pada kulit buah pepaya terhadap lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 9. Sedangkan data ratarata kekerasan pepaya harian dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai kekerasan buah pepaya callina terlunak terdapat pada tingkat kematangan kematangan 50% yakni dengan nilai kekerasan tertinggi sebesar 1.13 kgf dengan nilai standar deviasi 0.790. Sedangkan tingkat kekerasan buah pepaya callina terkeras yaitu pada pepaya dengan tingkat kematangan 10% yakni bernilai 3.04 kgf dengan standar deviasi 0.422. Nilai kekerasan tertinggi pepaya callina pada tingkat kematangan 30% adalah 2.67 kgf dengan nilai standar deviasi 0.287. Nilai kekerasan pada tingkat kematangan 30% berada diantara nilai kekerasan buah pepaya pada tingkat kematangan 10% dan 50%
18
3.50
Kekerasan (kgf)
3.00 Kematangan 10% Kematangan 30% Kematangan 50%
2.50 2.00 1.50 1.00
0.50 0.00 0
1
2
3 4 5 6 7 Lama Penyimpanan (hari) Gambar 9 Hubungan nilai rata-rata kekerasan buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Terdapat nilai standar deviasi yang sangat besar di grafik tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari kedua seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9. Perbedaan rentang standar deviasi tersebut disebabkan karena sebaran nilai rata-rata kekerasan dihari kedua pada tingkat kematangan 10% baik pada sisi kuning maupun isi hijau sedikit tidak seragam. Data hasil pengukuran rata-rata kekerasan hari kedua pada tingkat kematangan 10% dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Gambar 9 kekerasan buah pepaya callina menurun seiring bertambahnya waktu penyimpanan buah. Nilai perubahan kekerasan buah pepaya berbanding lurus dengan laju kematangan buah pepaya, semakin buah pepaya mengalami kematangan maka kekerasan buah akan semakin berkurang. Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah dan lama penyimpanan memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan kekerasan karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT perlakuan terhadap kekerasan pada Lampiran 16 serta uji DMRT lama penyimpanan terhadap kekerasan pada Lampiran 17, terdapat perbedaan nilai subset signifikan yang membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan kekerasan buah pepaya callina. Total Padatan Terlarut (TPT) Hasil grafik nilai rata-rata TPT pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ratarata perubahan nilai TPT bersifat fluktuatif. Untuk tingkat kematagan 10% nilai TPT tertingginya terdapat pada lama penyimpanan hari kedua dengan nilai TPT sebesar 8.46 dengan standar deviasi 0.926. Rata-rata nilai TPT tertinggi pada tingkat kematangan 30% terjadi pada lama penyimpanan hari ketiga dengan nilai TPT sebesar 9.78 dengan standar deviasi 0.841. Nilai TPT tertinggi pada tingkat kematangan 50% terjadi pada lama penyimpanan di hari ketiga dengan nilai TPT sebesar 10.61 dengan standar deviasi 1.185. Nilai TPT pada kematangan 10% akan mencapai nilai TPT pada kematangan 50% pada hari kedua.
TPT (brix)
19
12.00 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00
Kematangan 10% Kematangan 30% Kematangan 50%
0
1
2
3 4 5 6 7 Lama Penyimpanan (hari) Gambar 8 Hubungan nilai rata-rata total padatan terlarut buah pepaya terhadap hari pengamatan Terdapat nilai standar deviasi yang sangat besar di grafik tingkat kematangan 30% pada lama penyimpanan hari keenam dan tingkat 50% pada lama penyimpanan kelima seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10. Perbedaan rentang standar deviasi tersebut disebabkan karena sebaran nilai rata-rata TPT dihari keenam pada tingkat kematangan 30% serta nilai TPT dihari kerima pada tingkat kematangan 50% hijau sedikit tidak seragam. Data hasil pengukuran ratarata TPT pada tingkat kematangan 30% dan tingkat kematangan 50% dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Sedangkan data rata-rata TPT pepaya harian dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan TPT pada buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Sedangkan faktor lama penyimpanan tidak memiliki pengaruh nyata karena nilai P value ≥ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap TPT pada Lampiran 18, terdapat perbedaan nilai subset signifikan yang membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan akan mempengaruhi perubahan TPT pada buah pepaya callina. Pengaruh Nilai Pe rubahan Warna Pada Tingkat Kematangan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Pepaya Callina Citra buah pepaya callina sisi kuning, sisi hijau, dan daging buah diamati perubahan warnanya selama lama penyimpanan berlangsung. Pepaya pada tingkat kematangan 10% mengalami kematangan penuh pada lama simpan hari keenam. Untuk tingkat kematangan 30%, pepaya mengalami kematangan penuh pada hari kelima. Pepaya pada tingkat kematangan 50% mengalami kematangan penuh pada hari keempat. Berdasarkan hasil pengolahan citra menggunakan program yang telah dibuat, didapatkan data nilai indeks warna RGB dan HSI yang telah diolah menjadi laju indeks warna RGB dan HSI untuk masing- masing tingkat kematangan yang berbeda. Nilai indeks warna RGB dan HSI untuk bagian kulit buah pepaya callina dilihat pada lampiran 6,7, dan Lampiran 8. Laju perubahan RGB dan HSI pada kulit pepaya dapat dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan data hasil pengolahan citra untuk bagian daging buah pepaya callina dapat dilihat pada
20
Lampiran 10, 11, dan Lampiran 12. Laju perubahan RGB dan HSI pada daging pepaya dapat dilihat pada Lampiran 13. Indeks Warna Merah Pada Kulit Pepaya Callina Dilihat dari grafik hubungan laju indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina pada Gambar 11, didapati laju indeks warna merah bernilai positif dan mengalami penurunan selama masa penyimpanan.
Laju Indeks Warna R (indeks R/hari)
0.12
0.09
Kematangan 10% Kematangan 30%
0.06
Kematangan 50%
0.03
0.00
-0.03 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 11 Hubungan laju indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Nilai laju indeks warna merah kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 10% di lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.00935 dengan standar deviasi 0.030. Laju indeks warna merah kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 30% pada lama simpan hari kelima bernilai 0.01240 dengan nilai standar deviasi 0.023. Untuk tingkat kematangan 50%, laju nilai indeks warna merah kulit buah pepaya pada lama simpan hari keempat adalah 0.01800 dengan standar deviasi 0.022. Data laju indeks warna merah kulit buah pepaya pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap indeks warna merah kulit pepaya callina pada Lampiran 19, serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna merah kulit pepaya callina pada Lampiran 20, terdapat perbedaan nilai subset signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan indeks warna merah pada kulit buah pepaya callina. Indeks Warna Hijau Pada Kulit Pepaya Callina Hubungan laju indeks warna hijau pada kulit buah pepaya terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada
21
Gambar 12. Sedangkan data laju indeks warna hijau pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju indeks warna hijau pada kulit buah bernilai negatif. Pada Gambar 12, nilai laju indeks warna hijau kulit buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai -0.01360 dengan standar deviasi 0.020. Nilai laju indeks warna hijau kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai -0.01303 dengan standar deviasi 0.008. Nilai laju indeks warna hijau kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.01698 dengan standar deviasi 0.010. Laju Indeks Warna G (indeks G/hari)
0.02 0.00 -0.02 -0.03
Kematangan 10%
-0.05
Kematangan 30%
-0.06
Kematangan 50%
-0.08 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 12 Hubungan laju indeks warna hijau pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna hijau pada buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap indeks warna hijau terhadap kulit pepaya pada Lampiran 21, serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna hijau terhadap kulit pepaya callina pada Lampiran 22, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan indeks warna hijau pada kulit buah pepaya callina. Indeks Warna Biru Pada Kulit Pepaya Callina Hubungan laju indeks warna biru pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan data laju indeks warna biru pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju indeks warna biru pada kulit pepaya callina bernilai negatif.
22
Laju Indeks Warna B (indeks B/hari)
0.05
Kematangan 10% 0.03
Kematangan 30%
0.02
Kematangan 50%
0.00
-0.02 -0.03 -0.05 -0.06 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 13 Hubungan laju indeks warna biru pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Pada Gambar 13, nilai laju indeks warna biru untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.00425 dengan standar deviasi 0.023. Nilai laju indeks hijau pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 0.00063 dengan standar deviasi 0.022. Nilai laju indeks hijau pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai -0.00102 dengan standar deviasi 0.022. Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah pada kulit pepaya tidak memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna biru pada karena nilai P value ≥ 5%. Untuk faktor lama penyimpanan pada kulit pepaya mendapatkan hasil adanya pengaruh nyata terhadap lama penyimpanan dengan perubahan indeks warna biru dikarenakan nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh lama penyimpanan pada indeks warna biru terhadap kulit pepaya pada Lampiran 23 terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa lama penyimpanan pada buah pepaya callina akan mempengaruhi perubahan indeks warna biru pada kulit buah pepaya callina tetapi tingkat kematangan buah tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan indeks warna biru pada kulit buah pepaya callina. Nilai Hue Pada Kulit Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai hue pada kulit buah pepaya terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 14. Sedangkan data nilai hue pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju nilai hue pada kulit buah bernilai negatif. Laju nilai hue kulit buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai -3.31724 dengan standar deviasi 9.643. Laju nilai hue kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai -4.80098 dengan standar deviasi 5.290. Laju nilai hue kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai -7.00927 dengan standar deviasi 4.764.
23
10.00
Laju Nilai Hue (hue/hari)
0.00
-10.00
-20.00
Kematangan 10% Kematangan 30%
-30.00
Kematangan 50%
-40.00 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 14 Hubungan laju nilai hue pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai hue pada buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap nilai hue sisi kulit buah pepaya callina pada Lampiran 24, serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue kulit buah pepaya callina pada Lampiran 25, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan nilai hue pada buah pepaya callina. Nilai Saturasi Pada Kulit Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai saturasi pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan data laju nilai saturasi pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju nilai saturasi pada mengalami penurunan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Pada Gambar 15, laju nilai saturasi kulit pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam sebesar -0.01124 dengan nilai standar deviasi 0.061. Laju nilai saturasi kulit pepaya untuk tingkat kematangan 30% pada lama simpan hari kelima bernilai -0.00147 dengan standar deviasi 0.0067. Laju nilai saturasi kulit pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.00341 dengan standar deviasi 0.066.
24
Laju Nilai Saturasi (saturasi/hari)
0.20
Kematangan 10% 0.15
Kematangan 30% Kematangan 50%
0.10
0.05 0.00
-0.05 -0.10 1
2
3
4
5
6
Lama Penyimpanan (hari)
Gambar 15 Hubungan laju nilai saturasi pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan pada kulit buah tidak memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai saturasi pada kulit buah pepaya callina karena nilai P value ≥ 5%. Untuk faktor lama penyimpanan pada kulit buah mendapatkan hasil adanya pengaruh nyata terhadap lama penyimpanan dengan perubahan nilai saturasi dikarenakan nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh lama penyimpanan pada nilai saturasi terhadap kulit buah pepaya callina pada Lampiran 26, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa lama penyimpanan pada buah pepaya callina akan mempengaruhi perubahan nilai saturasi pada kulit buah pepaya tetapi tingkat kematangan tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan nilai saturasi pada kulit buah pepaya callina. Nilai intensitas Pada Kulit Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 16. Sedangkan data laju nilai intensitas pada kulit pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju nilai intensitas mengalami penurunan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Laju nilai intensitas kulit pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.83333 dengan standar deviasi 14.580. Laju nilai intensitas kulit pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 1.15000 dengan standar deviasi 13.669. Laju nilai intensitas kulit buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 3.00000 dengan standar deviasi 12.472.
25
Laju Nilai Intensitasi (intensitas/hari)
40.00 Kematangan 10%
30.00
Kematangan 30% Kematangan 50%
20.00
10.00 0.00
-10.00 -20.00 1
2
3
4
5
6
Lama Penyimpanan (hari)
Gambar 16 Hubungan laju nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan . Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan pada kulit pepaya tidak memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai intensitas pada buah pepaya callina karena nilai P value ≥ 5%. Sedangkan untuk faktor lama penyimpanan pada kulit buah pepaya callina mendapatkan hasil adanya pengaruh nyata terhadap lama penyimpanan dengan perubahan nilai intensitas dikarenakan nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh lama penyimpanan pada nilai intensitas terhadap sisi kulit buah pepaya callina pada Lampiran 27 terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa lama penyimpanan pada buah pepaya callina akan mempengaruhi perubahan nilai intensitas pada kulit buah pepaya tetapi tingkat kematangan tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina. Indeks Warna Merah Pada Daging Buah Pepaya Callina Dilihat dari grafik hubungan laju indeks warna merah pada daging buah pepaya callina pada Gambar 17, didapati grafik laju indeks warna merah mengalami kenaikan masa penyimpanan dan bernilai positif. Data laju indeks warna merah pada daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai laju indeks warna merah daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.39505 dengan standar deviasi 0.011. Nilai laju indeks warna merah daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 0.40622 dengan standar deviasi 0.008. Nilai laju indeks warna merah daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.37010 dengan standar deviasi 0.016.
Laju Indeks Warna R (indeks R/hari)
26
0.50 0.40 0.30
Kematangan 10%
0.20
Kematangan 30% 0.10
Kematangan 50%
0.00
-0.10 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 17 Hubungan laju indeks warna merah pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna merah pada daging buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap indeks warna merah daging buah pepaya callina pada Lampiran 28 serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap Indeks warna merah daging buah pepaya callina pada Lampiran 29, terdapat perbedaan nilai subset signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan indeks warna merah pada daging buah pepaya callina. Indeks Warna Hijau Pada Daging Buah Pepaya Callina Hubungan laju indeks warna hijau pada daging buah pepaya terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 18. Sedangkan data laju indeks warna hijau pada daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik indeks warna hijau pada daging buah mengalami kenaikan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Nilai laju indeks warna hijau daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.29203 dengan standar deviasi 0.012. Nilai laju indeks warna hijau daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 0.26953 dengan standar deviasi 0.004. Nilai laju indeks warna hijau daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.27596 dengan standar deviasi 0.009.
27
Laju Indeks Warna G (indeks G/hari)
0.35
0.25
0.15 Kematangan 10% Kematangan 30%
0.05
Kematangan 50% -0.05
1
2
3
4
5
6
-0.15 Lama Penyimpanan (hari)
Gambar 18 Hubungan laju indeks warna hijau pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna hijau pada buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap indeks warna hijau terhadap daging buah pepaya pada Lampiran 30 serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap Indeks warna hijau terhadap daging buah pepaya callina pada La mpiran 31, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan indeks warna hijau pada kulit buah pepaya callina. Indeks Warna Biru Pada Daging Buah Pepaya Callina Hubungan laju indeks warna biru pada daging buah pepaya terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 19. Sedangkan data laju indeks warna biru pada daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju indeks warna biru pada daging buah mengalami kenaikan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Nilai laju indeks warna biru daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.14626 dengan standar deviasi 0.007. Nilai laju indeks warna biru daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 0.12426 dengan standar deviasi 0.008. Nilai laju indeks warna biru daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.12792 dengan standar deviasi 0.009. .
28
Indeks Warna B (indeks B/hari)
0.16
0.12
0.08
Kematangan 10% Kematangan 30%
0.04
Kematangan 50% 0.00
-0.04
1
Gambar 19
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Hubungan laju indeks warna biru pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan
Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah pada daging buah pepaya memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan indeks warna biru pada karena nilai P value ≤ 5%. Untuk faktor lama penyimpanan pada daging buah pepaya mendapatkan hasil adanya pengaruh nyata terhadap lama penyimpanan dengan perubahan indeks warna biru dikarenakan nilai P value ≥ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh tingkat kematangan pada indeks warna biru terhadap daging buah pepaya pada Lampiran 32 terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kematangan pada buah pepaya callina akan mempengaruhi perubahan indeks warna biru pada daging buah pepaya callina tetapi lama penyimpanan buah tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan indeks warna biru pada daging buah pepaya callina. Nilai Hue Pada Daging Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai hue pada daging buah pepaya terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 20. Sedangkan data laju nilai hue pada daging buah pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laku nilai hue pada daging buah mengalami kenaikan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Laju nilai hue daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 34.03086 dengan standar deviasi 4.189. Laju nilai hue daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 26.58086 dengan standar deviasi 0.996. Laju nilai hue daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 29.33830 dengan standar deviasi 3.610. Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai hue pada buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap nilai hue sisi daging buah pepaya callina pada
29
Lampiran 33, serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue daging buah pepaya callina pada Lampiran 34, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan nilai hue pada buah pepaya callina. 50.00
Laju Nilai Hue (hue/hari)
40.00 30.00 20.00
Kematangan 10% Kematangan 30%
10.00
Kematangan 50% 0.00
-10.00 1
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Gambar 20 Hubungan laju nilai hue pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan Nilai Saturasi Pada Daging Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai saturasi pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 21. Sedangkan data rata-rata nilai saturasi pada daging pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju nilai saturasi pada daging buah mengalami kenaikan selama masa penyimpanan dan bernilai positif. Laju nilai saturasi daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 0.39584 dengan standar deviasi 0.021. Laju nilai saturasi daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 0.42775 dengan standar deviasi 0.024. Laju nilai saturasi daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 0.36978 dengan standar deviasi 0.27.
30
Laju Nilai Saturasi (saturasi/hari)
0.40 0.30 0.20
Kematangan 10% Kematangan 30%
0.10
Kematangan 50%
0.00 -0.10 -0.20 1
Gambar 21
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Hubungan laju nilai saturasi pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan
Dari hasil analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan buah pada daging buah pepaya memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai saturasi pada daging buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Untuk faktor lama penyimpanan pada daging buah mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh nyata terhadap lama penyimpanan dengan perubahan nilai saturasi dikarenakan nilai P value ≥ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh tingkat kematangan pada nilai saturasi terhadap daging buah pepaya callina pada Lampiran 35, terdapat perbedaan nilai subset yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kematangan pada buah pepaya callina akan mempengaruhi perubahan nilai saturasi pada daging buah pepaya tetapi lama penyimpanan tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan nilai saturasi pada daging buah pepaya callina. Nilai intensitas Pada Daging Buah Pepaya Callina Hubungan laju nilai intensitas pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan untuk masing- masing tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 22. Sedangkan data laju nilai intensitas pada daging pepaya callina dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa grafik laju nilai intensitas daging buah pepaya mengalami kenaikan dan bernilai positif. Laju nilai hue daging buah pepaya untuk tingkat kematangan 10% pada lama penyimpanan hari keenam bernilai 69.45833 dengan standar deviasi 12.179. Laju nilai hue daging buah pepaya pada tingkat kematangan 30% hari kelima bernilai 59.80000 dengan standar deviasi 6.334. Laju nilai hue daging buah pepaya pada tingkat kematangan 50% hari keempat bernilai 66.68750 dengan standar deviasi 9.674.
Laju Nilai Intensitas (intensitas/hari)
31
90.00
65.00 40.00
15.00 -10.00
Kematangan 10% Kematangan 30%
-35.00
Kematangan 50% -60.00 1
Gambar 22
2
3 4 Lama Penyimpanan (hari)
5
6
Hubungan laju nilai intensitas pada daging buah pepaya callina terhadap lama penyimpanan
Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa faktor tingkat kematangan dan lama penyimpanan buah memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina karena nilai P value ≤ 5%. Berdasarkan uji DMRT pengaruh perlakuan terhadap nilai intensitas kulit pepaya callina pada Lampiran 36 serta uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai intensitas kulit pepaya callina pada Lampiran 37, terdapat perbedaan nilai subset signifikan. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tingkat kematangan dan lama penyimpanan akan mempengaruhi perubahan nilai intensitas pada kulit buah pepaya callina.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 1. Laju perubahan indeks warna merah kulit pada buah pepaya berbanding lurus dengan kekerasan dan berbanding terbalik terhadap pertambahan persentase susut bobot buah pepaya. Semakin matang buah maka susut bobotnya semakin bertambah dan tingkat kekerasannya semakin berkurang. 2. Tingkat kekerasan pepaya terkeras dan umur simpan terlama dimiliki oleh pepaya callina pada tingkat kematangan 10%, sedangkan kekerasan pepaya terlunak dan umur simpan terpendek dimiliki oleh pepaya callina pada tingkat kematangan 50%. Untuk nilai TPT tertinggi dimiliki oleh pepaya pada tingkat kematangan 50% sedangkan nilai TPT terendah dimiliki oleh pepaya pada tingkat kematangan 10%.
32
3. Pada kulit buah, grafik laju indeks warna merah, laju nilai saturasi, dan laju nilai intensitas bernilai positif, sedangkan untuk grafik laju indeks hijau, laju indeks warna biru, dan laju nilai hue sebaliknya. Untuk daging buah, grafik perubahan laju nilai indeks warna RGB dan HSI bernilai positif. 4. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis ragam dan uji Duncan pada parameter tingkat kematangan dan lama penyimpanan yang diukur, baik tingkat kematangan maupun lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata pada perubahan mutu buah berupa penurunan susut bobot dan kekerasan, perubahan indeks warna merah, indeks warna hijau dan nilai hue pada warna kulit dan daging buah pepaya callina.
Saran Panen pepaya callina sebaiknya dilakukan pada tingkat kematangan 30% karena lebih memiliki masa penyimpanan yang cukup lama, dan memiliki nilai TPT yang cukup tinggi saat kematangan optimumnya. Jika ingin pepaya yang memiliki masa simpan lebih lama, maka dapat disesuaikan dengan memilih pepaya callina pada tingkat kematangan yang lebih rendah. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk dapat menentukan range warna kuning pada nilai indeks warna RGB untuk perubahan warna kulit pada laju kematanga n pepaya callina.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad U. 2005. Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogramannya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Ahmad U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Amarasinghe DI dan Sonnadara DUJ. 2009. Surface colour variation of papaya fruits with maturity [Internet]. [2009; Institute of Physics, Sri Lanka]. Sri Lanka (LK): University of Colombo. hlm 23-24; [Diunduh 2016 Feb 3]. Tersedia pada: https://www.academia.edu/2275892/Surface_colour_variation_of_Papaya_f ruits_with_maturity [BLST] Bogor Life Science and Technology. 2015. Pepaya calina IPB 9 [Internet]. [Diunduh 2016 Mar 01]. Tersedia pada: http://blst.co.id/pepayacalina- ipb-9/ [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi tanaman BST/buah-buahan dan sayuran tahunan pepaya dan alpukat [Internet]. [Diunduh 2016 Mar 01]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/mod/exportData/exportPDF.php Putra ANA. 2012. Kajian tingkat kematangan pepaya callina menggunakan image processing. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rini P. 2008. Pengaruh sekat dalam kemasan kardus terhadap masa simpan dan mutu pepaya IPB 9 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
33
Suhendra A. 2011. Catatan kuliah pengantar pengolahan citra. [Internet]. [Diunduh 2016 Mar 01]. Tersedia pada: http://openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1_TEKNIKINFORMATIKA /PengolahanCitra.pdf Suyanti. 2011. Peranan teknologi pascapanen untuk meningkatkan mutu buah pepaya (Carica papaya L). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 7(2): 100-101. Suyanti, Syaifullah, Setyadjit. 1999. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap mutu pepaya cv bangkok. Di dalam: Suyanti. 2011. Peranan teknologi pascapanen untuk meningkatkan mutu buah pepaya (Carica papaya L). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 7(2): 100-101. Tharis ML. 2015. Kriteria kematangan pascapanen buah pepaya (Carica papaya L.) callina dari beberapa umur panen [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor (ID): MBrio Press. Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
34
LAMPIRAN
35
36
37
Lampiran 4 Nilai rata-rata hasil pengukuran aktual pepaya callina
38
Lampiran 5 Algoritma pemrograman pengolahan citra pepaya callina
public static bool Biner (Bitmap b, int signal) { BitmapData bmData = b.LockBits (new Rectangle (0,0, b.Width, b.Height), ImageLockMode.ReadWrite, PixelFormat.Format24bppRgb); int stride = bmData.Stride; System.IntPtr scan0 = bmData.Scan0; unsafe { byte * p = (byte *) (void *) scan0; int nOffset = stride - b.Width*3; byte red, green, blue; for (int y=0; y
30) p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 255; else p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 0; p +=3; } if (signal ==2) { if (green>30) p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 255; else p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 0; p +=3; } if (signal ==3) { if (blue>26) p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 255; else p[0]=p[1]=p[2]=(byte) 0; p +=3; } } p += nOffset; }
39
} b.UnlockBits (bmData); return true; } public static bool Invert (Bitmap b) { BitmapData bmData = b.LockBits (new Rectangle (0,0, b.Width, b.Height), ImageLockMode.ReadWrite, PixelFormat.Format24bppRgb); int stride = bmData.Stride; System.IntPtr scan0 = bmData.Scan0; unsafe { byte * p = (byte *) (void *) scan0; int nOffset = stride - b.Width*3; byte red, green, blue; for (int y=0; y30) || (green>30) || (blue>30)) p[0] =p[1] =p[2] = (byte) (0); else p[0] = p[1] = p[2]= (byte) (255); p +=3; } p += nOffset; } } b.UnlockBits (bmData); return true; } } void ButMerClick(object sender, EventArgs e) { Bitmap copy = new Bitmap ((Bitmap) this.picOriginal.Image); ImageOperator.Biner (copy, 1); picResult.Image = null; picResult.Image = copy; textBox1.Text = "Operasi Thresholding Sinyal Merah"; } void ButHiClick(object sender, EventArgs e)
40
{ Bitmap copy = new Bitmap ((Bitmap) this.picOriginal.Image); ImageOperator.Biner (copy, 2); picResult.Image = null; picResult.Image = copy; textBox1.Text = "Operasi Thresholding Sinyal Hijau"; } void ButBirClick(object sender, EventArgs e) { Bitmap copy = new Bitmap ((Bitmap) this.picOriginal.Image); ImageOperator.Biner (copy, 3); picResult.Image = null; picResult.Image = copy; textBox1.Text = "Operasi Thresholding Sinyal Biru"; } void ButInvertClick(object sender, EventArgs e) { Bitmap copy = new Bitmap ((Bitmap) this.picOriginal.Image); ImageOperator.Invert (copy); picResult.Image = null; picResult.Image = copy; textBox1.Text = "Operasi Pembalikan Signal Dilakukan"; } public class pixOperator { public static bool Biner (Bitmap b) { // format data warna adalah BGR, bukan RGB. BitmapData bmData = b.LockBits(new Rectangle(0,0, b.Width, b.Height), ImageLockMode.ReadWrite, PixelFormat.Format24bppRgb); int stride = bmData.Stride; System.IntPtr scan0 = bmData.Scan0; unsafe { byte*p = (byte*)(void*)scan0; int nOffset = stride - b.Width*3; byte red, green, blue; for(int y=0; y
41
green = p[1]; red = p[2]; if ((red>100) || (green>20) || (blue>255)) p[0] =p[1] =p[2] = (byte) (255); else p[0] = p[1] = p[2]= (byte) (0); p +=3; } p += nOffset; } } b.UnlockBits (bmData); return true; } } }
42
43
44
45
Lampiran 9 Laju hasil pengolahan citra digital pada kulit pepaya callina
46
Lampiran 10 Hasil pengolahan citra daging buah pepaya callina pada tingkat kematangan 10% Hari Ke0
1
2
3
4
5
6
7
Indeks R 0.44845 0.41055 0.45683 0.45885 0.39441 0.39644 0.46996 0.46996 0.46784 0.45186 0.44704 0.43772 0.4258 0.47581 0.45742 0.47699 0.49538 0.49767 0.50656 0.46043 0.49293 0.50336 0.48608 0.41451 0.47887 0.4706 0.47278 0.45374 0.47538 0.48645 0.47045 0.49959
Indeks G 0.37858 0.38918 0.37095 0.37541 0.39595 0.39207 0.35989 0.35989 0.36595 0.36767 0.36984 0.37064 0.40171 0.35138 0.36568 0.36103 0.35955 0.34373 0.33782 0.35975 0.34594 0.34267 0.35492 0.39266 0.34146 0.3638 0.34928 0.36592 0.35087 0.34639 0.35374 0.34511
Indeks B 0.17297 0.20027 0.17222 0.16575 0.2096 0.2115 0.17014 0.17014 0.1662 0.18048 0.18315 0.19165 0.1725 0.17283 0.17691 0.16198 0.14506 0.1586 0.15563 0.17981 0.16112 0.15398 0.159 0.19284 0.17968 0.1656 0.17795 0.18035 0.17376 0.16716 0.17582 0.15531
Hue 50.9978 60.1692 46.5524 47.0266 62.9329 62.7394 43.5982 43.5982 47.1435 53.498 52.1205 51.4024 60.1132 44.2505 48.5559 45.1439 39.9239 35.3865 37.0792 46.1012 36.5478 36.0985 39.3014 59.681 36.42 43.476 44.7217 45.6301 41.0114 40.7416 43.5275 38.1167
Saturasi Intensitas 0.48141 97 0.40145 103 0.48348 103 0.50312 106 0.37228 139 0.36585 148 0.49074 101 0.49074 101 0.50437 116 0.4645 103 0.45473 119 0.42759 121 0.48432 112 0.48507 96 0.47247 109 0.51665 96 0.56494 69 0.52426 83 0.53459 60 0.46181 74 0.51766 90 0.5387 90 0.52321 96 0.42364 110 0.46169 77 0.50411 98 0.46934 75 0.45978 96 0.48034 76 0.50164 66 0.47545 67 0.5348 68
47
Lampiran 11 Hasil pengolahan citra daging buah pepaya callina pada tingkat kematangan 30% Hari Ke0
1
2
3
4
5
6
Indeks R 0.44642 0.419 0.48191 0.3732 0.47734 0.47308 0.4915 0.45991 0.46795 0.5306 0.46858 0.47878 0.48014 0.4785 0.48585 0.47819 0.46949 0.4743 0.50921 0.48026 0.49506 0.49938 0.5013 0.48406 0.49406 0.45444 0.51217 0.45036
Indeks G 0.37838 0.39022 0.34347 0.39212 0.36118 0.36231 0.35843 0.36332 0.35806 0.3246 0.356 0.35207 0.34597 0.35145 0.34323 0.34443 0.35861 0.36805 0.34021 0.35299 0.34933 0.34729 0.34006 0.34425 0.34907 0.37632 0.33561 0.36475
Indeks B 0.1752 0.19079 0.17462 0.23467 0.16149 0.16463 0.15008 0.17677 0.17399 0.1448 0.17541 0.16917 0.17391 0.17005 0.17093 0.17737 0.17191 0.15765 0.15057 0.16675 0.1556 0.15333 0.15865 0.17169 0.15687 0.16923 0.15223 0.18488
Hue 51.6838 58.6124 38.354 66.4192 47.242 48.3862 42.5615 50.6809 44.6673 28.9705 44.2179 40.9467 42.5399 39.9731 41.6349 41.0946 43.4955 43.6908 35.5072 40.9622 36.5682 37.9003 35.5669 37.2372 37.5722 47.9554 34.8992 48.458
Saturasi Intensitas 0.47466 79 0.43002 116 0.47691 67 0.29625 172 0.51904 105 0.51058 105 0.55095 112 0.47538 112 0.47951 78 0.56565 69 0.47533 74 0.49398 75 0.48324 91 0.49081 102 0.49164 87 0.47141 88 0.48576 99 0.52747 111 0.54893 104 0.50101 103 0.53326 88 0.54098 78 0.52454 73 0.48611 82 0.52977 78 0.49283 88 0.54449 74 0.4495 76
48
Lampiran 12 Hasil pengolahan citra daging buah pepaya callina pada tingkat kematangan 50% Hari Ke0
1
2
3
4
5
Indeks R 0.47755 0.46595 0.47122 0.45895 0.48254 0.5017 0.49997 0.46487 0.47484 0.48974 0.47952 0.49196 0.48354 0.4825 0.4985 0.48042 0.50486 0.47428 0.4752 0.46973 0.49152 0.49697 0.47004 0.47093
Indeks G 0.34863 0.36012 0.36458 0.37547 0.36705 0.35563 0.35547 0.36537 0.34751 0.34667 0.34905 0.33999 0.35493 0.35157 0.34113 0.3514 0.33371 0.35521 0.35055 0.3468 0.35123 0.34655 0.35602 0.35287
Indeks B 0.17382 0.17394 0.16419 0.16559 0.15041 0.14266 0.14455 0.16978 0.17764 0.16361 0.17145 0.16805 0.16153 0.16593 0.16039 0.16817 0.16144 0.17051 0.17426 0.18348 0.15726 0.15648 0.17394 0.1762
Hue 40.9745 44.0103 43.16 47.0336 45.4963 40.1716 38.9603 46.4008 40.6951 37.7694 41.1261 36.3885 41.2369 40.5368 37.4994 40.9527 36.9098 43.0724 43.3487 45.2089 40.0867 39.1092 42.7988 42.3363
Saturasi Intensitas 0.48057 85 0.47991 96 0.50793 92 0.50361 107 0.55036 77 0.57296 77 0.56673 83 0.49409 77 0.46936 77 0.50957 83 0.48817 74 0.49723 72 0.51688 106 0.50386 87 0.52106 87 0.49666 99 0.52015 82 0.49062 100 0.48073 101 0.45499 86 0.52899 82 0.53156 78 0.47994 85 0.47343 79
49
Lampiran 13 Laju hasil pengolahan citra digital pada daging pepaya callina
Lampiran 14 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap persentase susut bobot pepaya callina Perlakuan Duncana,b,c
N
Kematangan 50%
24
Kematangan 30% Kematangan 10% Sig.
28 32
Subset 1 5.59292
2
5.99321
5.99321 6.48313 0.20200
0.29614
50
Lampiran 15 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap persentase susut bobot pepaya callina Lama penyimpanan Duncana,b,c H-0 H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 Sig.
Lampiran 16
Subset
N 12
1
2
Duncan
5
6
12 12 12 12 12 8 4
2.30500 4.08083 5.09667 7.59250 10.77083 11.77125 1.00000 1.00000 0.12900 1.00000
14.29500 1.00000
0.13480
Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap kekerasan pepaya callina N
Kematangan 50%
48
Kematangan 30% Kematangan 10% Sig.
56 64
Lampiran 17
a,b,c
Subset 2
1 0.65042
N
3
0.95732 1.00000
1.00000
Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan pepaya callina
Lama penyimpanan Duncan
4
0.00000
Perlakuan a,b,c
3
1.34281 1.00000
terhadap kekerasan
Subset 1
H-7
8
0.27625
H-5 H-6 H-4 H-3 H-2 H-1 H-0 Sig.
24 16 24 24 24 24 24
0.42292 0.43125 0.54833
2
3
4
0.86083 1.25833 1.36708 0.05289
1.00000
0.39737
2.27833 1.00000
51
Lampiran 18 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap total padatan terlarut pepaya callina Perlakuan a,b,c
Duncan
N
Kematangan 10%
32
Kematangan 30% Kematangan 50% Sig.
28 24
1 7.84125
Subset 2
3
8.68464 1.00000
9.58458 1.00000
1.00000
Lampiran 19 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna merah pada kulit pepaya callina Perlakuan a,b,c
Duncan
N
Kematangan 10%
64
Kematangan 30%
56
Kematangan 50%
48
Sig.
Subset 2
1
3
0.39391 0.40488 0.41802 1.00000
1.00000
1.00000
Lampiran 20 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna merah pada kulit pepaya callina Subset
Lama penyimpanan Duncana,b,c H-0
24
H-7
8
0.40057
H-2
24
0.40293
H-1 H-6 H-3 H-4 H-5 Sig.
24 16 24 24 24
N
1
2
3
4
0.36211
0.40498 0.40498 0.40579 0.40579 0.41210 0.41210 0.41210 0.41994 0.41994 0.42508 1.00000 0.15144 0.05421 0.08502
52
Lampiran 21 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna hijau pada kulit pepaya callina Subset Perlakuan Duncana,b,c
N
Kematangan 50%
48
Kematangan 30%
56
Kematangan 10%
64
Sig.
1
2
3
0.40809 0.41600 0.42528 1.00000
1.00000
1.00000
Lampiran 22 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna hijau pada kulit pepaya callina Lama penyimpanan Duncana,b,c H-7
N 8
Subset 1
2
3
4
5
6
0.37509
H-5
24
0.39905
H-6
16
0.40241 0.40241
H-4
24
0.40988 0.40988
H-3
24
0.41395
H-2 H-1 H-0 Sig.
24 24 24
0.42662 0.42750 1.00000 0.44122 0.08757 0.34931
0.83989
0.45063 1.00000
53
Lampiran 23 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna biru pada kulit pepaya callina Subset 2
Lama penyimpanan Duncana,b,c H-1
24
0.16752
H-4
24
0.17018
H-2
24
0.17045
H-3
24
0.17394
H-5
24
0.17586
H-0 H-6 H-7 Sig.
24 16 8
N
1
3
0.18727 0.19181 0.22434 0.19591 0.42418 1.00000
Lampiran 24 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai hue pada kulit pepaya callina Perlakuan a,b,c
Duncan
N
Kematangan 50%
48
Kematangan 30%
56
Kematangan 10%
64
Sig.
Subset 1
2
3
59.53408 64.30252 69.21760 1.00000
1.00000
1.00000
54
Lampiran 25 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada kulit pepaya callina Lama penyimpanan a,b,c
Duncan
Subset
N
1
2
3
4
H-5
24
57.54460
H-4
24
59.51596 59.51596
H-3
24
62.40934 62.40934
H-6
16
62.70647 62.70647
H-2
24
65.40462
H-7 H-1 H-0 Sig.
8 24 24
65.47391 65.95595 0.37902
0.18096
0.16241
79.22820 1.00000
Lampiran 26 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai saturasi pada kulit pepaya callina Lama penyimpanan Duncana,b,c H-7
N 8
1
Subset 2
3
0.33603
H-6
16
0.43000
H-0
24
0.43854
H-5
24
0.47417
H-3
24
0.48202
H-2 H-4 H-1 Sig.
24 24 24
0.48876 0.49022 0.49752 0.21771
1.00000 0.60822
55
Lampiran 27 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina Lama penyimpanan
N
Subset 2
1
3
a,b,c
Duncan
H-7
8
56.00000
H-6 H-2 H-0 H-5 H-3 H-1
16 24 24 24 24 24
57.62500 57.62500 65.45833 65.45833 66.41667 68.37500 70.41667 74.29167
H-4 Sig.
24
74.45833 0.06204
0.70010
0.06482
Lampiran 28 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna merah pada daging pepaya callina Subset
Perlakuan
N
Kematangan 10%
32
Kematangan 30%
28
0.47554
Kematangan 50%
24
0.48155
1
2
0.46283
Sig.
1.00000
0.32873
Lampiran 29 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna merah pada daging pepaya callina Subset
Lama penyimpanan
N
H-0
12
0.44741
H-1 H-6
12 8
0.46514
H-2 H-3 H-7 H-5 H-4 Sig.
12 12 4 12 12
1
0.10005
2 0.46514 0.47338 0.47387 0.47531 0.48297 0.48385 0.48478 0.11549
56
Lampiran 30 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna hijau pada daging pepaya callina Subset
Perlakuan
N
Kematangan 50%
24
0.35281
Kematangan 30%
28
0.35542
Kematangan 10%
32
1
2
0.36342
Sig.
0.44226
1.00000
Lampiran 31 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap indeks warna hijau pada daging pepaya callina Subset 2
Lama penyimpanan
N
H-7
4
0.34902
H-4
12
0.35058
H-5
12
0.35198
H-2
12
0.35400
0.35400
H-3 H-6 H-1 H-0 Sig.
12 8 12 12
0.35532 0.35578
0.35532 0.35578 0.36638
1
0.32278
0.05670
3
0.36638 0.37226 0.31991
Lampiran 32 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap indeks warna biru pada daging pepaya callina Subset Perlakuan
N
Kematangan 50%
24
0.16564
Kematangan 30%
28
0.16904
Kematangan 10%
32
Sig.
1
2
0.16904 0.17375
0.33157
0.18163
57
Lampiran 33 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai hue pada daging pepaya callina Subset
Perlakuan
N
Kematangan 50%
24
41.47012
Kematangan 30%
28
43.13565
Kematangan 10% Sig.
32
1
2
46.36272 1.00000
0.29238
Lampiran 34 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada daging pepaya callina Subset
Lama penyimpanan
N
H-5
12
40.26935
H-7
4
40.84929
H-4 H-6 H-2 H-3 H-1 H-0 Sig.
12 8 12 12 12 12
40.89052 42.39158 43.24550 43.62766
1
0.29000
2
3
42.39158 43.24550 43.62766 47.73069 0.07743
47.73069 49.58281 0.49938
Lampiran 35 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai saturasi pada daging pepaya callina Subset Perlakuan
N
Kematangan 10%
32
0.48046
Kematangan 30%
28
0.49464
0.49464
Kematangan 50% Sig.
24 0.17457
0.50497 0.32097
1
2
58
Lampiran 36 Uji DMRT pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina Perlakuan
N
Kematangan 50% Kematangan 30% Kematangan 10% Sig.
24 28 32
Subset 1 86.33333 92.35714
2 92.35714 95.78125 0.34999
0.10259
Lampiran 37 Uji DMRT pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai intensitas pada kulit pepaya callina Lama penyimpanan H-7 H-6 H-5 H-2 H-4 H-3 H-0 H-1 Sig.
N 4 8 12 12 12 12 12 12
Subset 1 69.25000
2 82.75000 85.91667 88.41667 89.33333 96.66667
1.00000
0.05203
3
88.41667 89.33333 96.66667 101.91667 0.05385
4
96.66667 101.91667 103.08333 0.34430
59
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 15 Maret 1994 dari ayah Alwahidul dan Ibu Erny Wati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara (Kakak dari M. Dwi Putera Perkasa. dan Weni Triantini). Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 1 Palembang pada tahun 2006, SMPN 13 Palembang pada tahun 2009, SMAN 2 Palembang pada tahun 2012, dan diterima di IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Masuk IPB jalur Undangan) pada tahun 2012 pada program Studi Teknik Mesin dan Biosistem, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Ikamusi (Ikatan mahasiswa bumi sriwijaya) IPB pada tahun 2012-2014. Pada tahun 2013-2014 penulis aktif di kepengurusan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) serta tahun 2013-2015 penulis aktif di kepengurusan Inari Japan Club dan Club manga IPB. Penulis pernah menjadi tenaga freelance pada bidang desain dan ilustrasi pada tahun 2013-2016 dan aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan pelatihan. Penulis mengikuti kegiatan praktik lapangan di PT. Indah Kiat Tbk. Serang, Banten dengan topik Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian Pada Pengolahan Kertas Di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, pada tahun 2015.