KAJIAN KEBERLANJUTAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DALAM ASPEK EKONOMI Susilawati1, Maria2, dan Bayu Nuswantara2 1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 2 Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga, Jl.Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Email:
[email protected] The increasing awareness of conventional farming impact, result the organic farming be a business now. Although it is prospect, but the distinctive of farming depends on nature affected the agricultural commodity’s prices is relatively fluctuating. In addition, the production cost in organic farming is still relatively high. Both of these can threaten the farming sustainability. This research’s purpose are: 1) Analyze of revenue, cost, income, R/C ratio and price’s Break Event Point (BEP) of organic vegetables, 2) Knowing the sustainability level of organic vegetable farming in economic aspect, 3) Estimating the trends of demand and prices of organic vegetables. This research was descriptive use the Survey method. Kind of data that collected is primary and secondary data, which analyzed quantitatively. The research’s results indicate that: 1) The organic vegetable’s revenue from the highest to the lowest number is Tomato, Broccoli, Beans, Carrot, Green Spinach, and Scallion. The prices determining of Tomato and Broccoli that more high than the BEP of price effected the R/C ratio > 1, while price of other commodity more low than the price’s BEP so the R/C ratio < 1, 2) The sustainability farming level of Tomato is very high categorical and Broccoli is high categorical. Next, Beans and Green Spinach are medium categorical, Carrots is low categorical, and Scallion is very low categorical, 3) The demand estimation results; Tomato, Broccoli, and Scallion are positive, while the Beans, Green Spinach, and Carrot are negative. Price of organic vegetables has a positive trend estimation results, where the future price of organic vegetables will continue to increase along with the awareness of health. Keywords: Economic Aspect , Farming Sustainable, Organic Vegetables, Trends of Demand and Price
PENDAHULUAN Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak dari sistem pertanian konvensional terhadap lingkungan, kesehatan dan keamanan pangan, mengakibatkan saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis dalam dunia pertanian. Bisnis pertanian organik selain memproduksi suatu produk yang aman untuk dikonsumsi, diharapkan pula dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan mempertahankan tingkat produksi serta kesuburan lahan (Salikin, 2003). Menurut United States Department of Agriculture Consumer Brochure, produk pertanian organik adalah produk yang dihasilkan dengan mengutamakan penggunaan sumber-sumber terbarukan (renewable resources), serta terdapat konversi lahan dan air untuk meningkatkan kualitas lingkungan bagi generasi mendatang (Gold, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pangan organik lebih tinggi
dibandingkan dengan pangan konvensional. Selain unggul dari sisi nutrisi dan cita rasa, bahan pangan organik juga bebas bahan kimia berbahaya, sehingga baik untuk kesehatan (Anwar et al., 2009). Manfaat mengkonsumsi sayuran organik yang lebih besar dibandingkan sayuran anorganik, tentu saja akan meningkatkan permintaan sayuran organik, sehingga bisnis ini masih berpeluang besar untuk dikembangkan. Meskipun usahatani sayuran organik berprospek ke depannya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian merupakan sebuah bisnis yang sangat tergantung dengan alam. Sifat khas ini mengakibatkan harga komoditas pertanian relatif mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dapat mengancam keberlanjutan usahatani. Selain itu, biaya produksi dalam usahatani organik tergolong cukup tinggi, karena pemeliharaan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) masih mengandalkan tenaga kerja manusia. Menurut Reijntjes et al. (1992), keberlanjutan dapat diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Dalam menilai pertanian untuk dikatakan pertanian berkelanjutan jika mantap secara ekologis, bisa berlanjut secara ekonomis, adil, manusiawi, dan luwes. Keberlanjutan secara ekonomis, berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Menurut Suratiyah (2008), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Sampai saat ini, Kebun Citra Sehat Organik belum secara rinci melakukan kegiatan ekonomi yang terkait dengan perhitungan usahataninya. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat pentingnya analisis usahatani dalam membantu pelaku bisnis dalam mengambil keputusan secara tepat dalam memanajemen faktor-faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien. Karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana keberlanjutan usahatani, kelayakan finansial serta trend permintaan dan harga dari komoditas sayuran organik: Buncis (Phaseolus vulgaris), Brokoli (Brassica oleraceae), Tomat (Solanum lycopersicum), Wortel (Daucus carota), Bayam Hijau (Amaranthus hybridus), dan Bawang Daun (Allium fistulosum).
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 September – 12 Desember 2012 berlokasi di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan di lokasi tersebut terdapat perusahaan-perusahaan yang mengusahakan sayuran organik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif (descriptive research). Dalam penelitian deskriptif ini, tidak dilakukan pengujian hipotesa melainkan hanya mengolah dan menganalisa data menggunakan pengolah statistik yang bersifat deskriptif (statistic descriptive) (Faisal, 2007). Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur, serta seluruh jawaban akan dicatat, diolah dan dianalisis (Prasetyo et al., 2008). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui catatan kegiatan usahatani, observasi dan wawacara langsung. Data sekunder diperoleh dari catatan kegiatan usahatani yang berkaitan dengan permintaan dan harga sayuran organik. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kebun Citra Sehat Organik ini dipilih sebagai sampel penelitian karena merupakan salah satu perusahaan usahatani sayuran organik yang sudah beroperasi selama 3 tahun. Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Data dianalisis dengan software Microsoft Excel 2007. Dalam pengujian kestabilan harga tiap komoditas sayuran, digunakan koefisien variasi. Menurut Rachman (2005), analisis statistik sederhana seperti koefisien variasi dari data harga komoditas secara deret waktu banyak digunakan untuk mengetahui stabilitas harga. Alat analisis yang digunakan dalam mengukur kestabilan harga yaitu koefisien variasi (Nawari, 2010) dengan kategori: Sangat Tinggi (7,005%-9,995%), Tinggi (10,005%-12,995%), Sedang (13,005%-15,995%), Rendah (16,005%-18,995%), Sangat Rendah (19,005%-21,995%). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usahatani Sayuran Organik Berikut merupakan hasil analisis usahatani keenam komoditas sayuran meliputi; Buncis, Brokoli, Tomat, Wortel, Bayam Hijau dan Bawang Daun.
Tabel 1. Analisis Usahatani Sayuran Organik per ha.Musim Tanam-1 Komoditas
Total Biaya (Rp)
Buncis 103.937.570 Brokoli 101.529.320 Tomat 107.388.320 Wortel 92.485.250 Bayam Hijau 76.299.350 Bawang Daun 86.276.880 Sumber: Data Primer, 2012
Jumlah Produksi (kg) 11.000 10.000 35.000 10.000 9.000 5.000
Harga Produk (Rp.kg-1) 8.143,00 17.400,00 8.231,00 6.889,00 7.000,00 12.000,00
Pendapatan (Rp) -13.789.470 73.045.780 181.271.780 -22.828.440 -13.011.800 -25.893.480
R/C Ratio 0,87 1,72 2,70 0,75 0,83 0,70
BEP Harga (Rp.kg-1) 9.397 10.095 3.052 9.172 8.446 17.179
Analisis Usahatani Buncis (Phaseolus vulgaris) Organik (Februari – Mei 2012) Biaya variabel tertinggi yang dikeluarkan dalam budidaya Buncis adalah biaya pemupukan berupa pupuk kompos, kotoran kambing, pupuk organik cair dan pupuk kocor. Biaya untuk pupuk permusim tanam tiap 10 m2 mencapai Rp.61.292,-. Hal ini mengakibatkan usahatani Buncis organik mempunyai R/C ratio < 1. Supaya layak untuk diusahakan, pemupukan dapat dikurangi baik dari segi dosis maupun jenis pupuknya, mengingat Buncis merupakan tanaman legume. Menurut Cahyono (2003) dalam Evita (2009), produktivitas Buncis secara anorganik dikatakan rendah bila tidak mencapai rata-rata hasil panen ± 14 ton.ha-1. Hasil panen Buncis di Kebun Citra Sehat Organik mencapai 11 ton.ha-1. Jumlah tersebut dapat dikatakan tinggi, karena diusahakan secara organik. Berdasarkan tabel di atas, nilai BEP harga dari komoditas Buncis sebesar Rp.9.397,-/kg, sedangkan harga jual komoditas Buncis dari CV. Kebun Citra Sehat Organik nilainya masih di bawah BEP harga yaitu hanya sebesar Rp. 8.143,-/kg. Tingkat harga jual yang masih di bawah BEP harga membuat nilai R/C ratio di bawah nilai 1 (satu) atau dengan kata lain belum memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini seiring dengan Faqih (2009) yang menyatakan bahwa BEP harga produksi menggambarkan tingkat harga terendah untuk mencapai titik pulang modal. Apabila harga jual ditingkat petani lebih rendah dibandingkan harga dasar, maka usahatani akan mengalami kerugian. Indikator nilai BEP harga ini juga berlaku untuk komoditaskomoditas sayuran organik lainnya. Analisis Usahatani Brokoli (Brassica oleraceae) Organik (April – Juli 2012) Menurut data lapangan, Brokoli merupakan tanaman yang paling rentan terhadap penyakit, sehingga pemeliharaan tanamannya intensif dilakukan dengan pengendalian OPT secara manual. Komoditas Brokoli cukup banyak diminati konsumen. Hal inilah yang menyebabkan Brokoli mempunyai R/C ratio > 1 yaitu 1,72 karena nilai komoditas
yang tinggi dibandingkan komoditas lainnya. Selain itu, sayuran Brokoli merupakan komoditas unggulan di Kebun Citra Sehat Organik. Analisis Usahatani Tomat (Solanum lycopersicum) Organik (Juli-Oktober 2012) Biaya variabel yang dikeluarkan dalam mengusahakan Tomat paling besar diantara kelima komoditas lainnya, karena terdapat kegiatan pemeliharaan pada Tomat yang cukup banyak. Berdasarkan data lapangan, permintaan konsumen atas sayuran Tomat sedang meningkat, sehingga meskipun biaya yang dikeluarkan besar, tetapi dapat mendatangkan keuntungan. Penetapan harga Tomat yang hampir 3 kali lipat dari nilai BEP harga mengakibatkan tingginya pula keuntungan yang diperoleh. Menurut Tugiyono (1999), waktu tanam yang baik untuk Tomat adalah beberapa bulan sebelum musim hujan berakhir sehingga pada saat musim kemarau atau menjelang musim kemarau Tomat sudah berbuah. Hal ini pula yang dilakukan oleh Kebun Citra Sehat Organik, sehingga jumlah produksi Tomat cukup tinggi. Dari hasil analisis, Tomat mempunyai R/C ratio tertinggi yaitu 2,70. Analisis Usahatani Wortel (Daucus carota) Organik (Juli-November 2012) Berdasarkan pada hasil penelitian Mei (2006), rata-rata produksi Wortel organik untuk satu bedengan dengan luasan 10 m 2 adalah 25 kg, sehingga untuk luasan 1 ha dapat mencapai 25 ton. Wortel yang mampu dihasilkan Kebun Citra Sehat Organik dalam luasan 1 ha hanya 10 ton. Oleh karena itu, penerimaan yang diterima lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sehingga R/C ratio < 1 yang berarti tidak layak untuk diusahakan. Rendahnya penerimaan yang diterima juga disebabkan oleh nilai komoditas Wortel yang rendah pula (tidak lebih tinggi dari BEP harga) yaitu sebesar Rp.6.889,-/kg. Menurut Cahyono (2002), benih Wortel membutuh waktu yang lama untuk berkecambah. Untuk mempercepat perkecambahan, benih memerlukan beberapa penanganan khusus sebelum di tanam salah satunya adalah benih direndam dalam air dingin. Selain itu untuk memperoleh hasil maksimal perlu dilakukan pengaturan jarak tanam. Benih yang akan disebar pada bedengan juga perlu dicampur dengan pasir terlebih dahulu agar benih tidak melekat satu sama lain dan memudahkan dalam penaburan benih. Salah satu faktor yang menyebabkan masih rendahnya produktivitas Wortel adalah benih yang langsung disebar pada bedengan tanpa dilakukan penanganan khusus dan pengaturan jarak tanam. Faktor lainnya adalah pertumbuhan Wortel yang kurang maksimal akibat kekurangan air disaat musim kemarau.
Analisis Usahatani Bayam Hijau (Amaranthus hybridus) Organik (Juli – Pertengahan September 2012)
Umur tanaman Bayam Hijau paling singkat dibandingkan sayuran lainnya yaitu hanya 1,5 bulan. Oleh karena itu, jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk Bayam Hijau tidak sebesar komoditas lainnya. Bayam Hijau mengeluarkan total biaya terkecil dalam budidayanya. Hal ini dikarenakan sayuran Bayam Hijau mudah untuk diusahakan serta tidak diperlukan kegiatan pemeliharaan yang intensif seperti komoditas lainnya. Kecilnya penerimaan yang diterima dibandingkan total biaya yang dikeluarkan disebabkan oleh permintaan akan Bayam Hijau yang masih sedikit, sehingga terjadi over-supply yang menurunkan harga jualnya yaitu sebesar Rp.7.000,-/kg. Penetapan harga jual tersebut lebih rendah dari BEP harga. Hal ini menyebabkan nilai R/C ratio yang diperoleh hanya sebesar 0,83 (R/C ratio < 1) atau dengan kata lain mengalami kerugian. Oleh karena itu, produksi untuk Bayam Hijau perlu diseimbangkan dengan permintaan, sehingga harga jualnya terjamin. Analisis Usahatani Bawang Daun (Allium fistulosum) Organik (Juni - Agustus 2012) Bawang Daun ditanam menggunakan bibit lokal. Komoditas ini merupakan komoditas baru yang dicoba pada tahun 2011. Penanaman komoditas Bawang Daun jarang dilakukan apabila tidak ada permintaan. R/C ratio terkecil terdapat pada Bawang Daun. Berdasarkan penelitian Sitanggang (2008), produksi rata-rata Bawang Daun organik di Desa Batulayang dengan luasan lahan 0,3 ha.musim tanam-1 adalah 2,5 ton. Hal ini berarti, hasil panen Bawang Daun untuk luasan lahan 1 ha adalah sebanyak 8,3 ton. Kebun Citra Sehat Organik hanya mampu menghasilkan 5 ton.ha-1. Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan belum adanya keseriusan untuk mengusahakan Bawang Daun oleh sebab kontinuitas permintaan Bawang Daun yang masih rendah serta adanya penetapan harga yang lebih rendah dari BEP harga. Keberlanjutan Usahatani dalam Aspek Ekonomi Dimensi ekonomi dalam menilai bagaimana kondisi keberlanjutan usahatani terdiri atas 6 parameter yaitu: kestabilan harga produk, kontribusi produk terhadap pendapatan petani, kontribusi produk terhadap pendapatan asli daerah (PAD), transfer keuntungan, ketersediaan lembaga pemasaran dan ketersediaan lembaga keuangan (Mamat et al., 2006). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan berupa kestabilan harga dan kontribusi pendapatan tiap komoditas terhadap pendapatan.
Kestabilan Harga Sayuran Organik Kestabilan harga berkaitan dengan pendapatan yang diterima oleh pengusaha. Jika harga tidak stabil, maka pendapatan yang diterima juga fluktuatif, sehingga mengurangi minat dalam mengusahakan jenis komoditas sayuran tertentu. Berikut merupakan hasil perhitungan nilai koefisien variasi tiap komoditas sayuran. Tabel 2. Nilai Koefisien Variasi dan Kategori Kestabilan Harga Sayuran Organik Harga Komoditas Buncis Brokoli Tomat Wortel Bayam Hijau Bawang Daun
Nilai Koefisien Variasi (%) 12,65 7,36 11,40 18,10 12,94 21,79
Kategori Kestabilan Harga Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Sangat Rendah
Sumber: Data Primer, 2012
Brokoli dan Tomat memiliki harga yang lebih stabil dibandingkan komoditas lainnya. Hal ini seiring dengan nilai R/C ratio yang dihasilkan, yaitu lebih besar dari satu. Sebaliknya, komoditas Wortel dan Bawang Daun mempunyai kestabilan harga yang lebih rendah sehingga memiliki nilai R/C ratio yang lebih rendah pula bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa kestabilan harga mempengaruhi penerimaan usahatani dan R/C ratio, di mana kedua hal tersebut berkaitan langsung dengan keberlanjutan suatu usahatani. Menurut Irawan (2007), fluktuasi harga sayuran pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara kuantitas pasokan dan kuantitas permintaan. Jika terjadi kelebihan pasokan maka harga komoditas akan turun, dan sebaliknya. Fenomena tersebut terjadi di Kebun Citra Sehat Organik, di mana jika terjadi over-supply, maka harga sayuran dijual dengan harga yang lebih murah kepada pemilik. Kontribusi Sayuran Organik terhadap Pendapatan Indikator kedua dalam mengukur keberlanjutan usahatani adalah besarnya kontribusi sayuran organik terhadap pendapatan. Semakin besar kontribusi pendapatan yang diberikan dari budidaya suatu komoditas, maka keberlanjutan usahatani akan lebih terjamin.
Tabel 3. Kontribusi Sayuran Organik terhadap Pendapatan Usahatani Komoditas Buncis Brokoli Tomat Wortel Bayam Hijau Bawang Daun Total
Pendapatan Usahatani (Rp) -4.596.492 24.348.592 60.423.925 -5.707.111 -8.674.531 -12.946.738 52.847.645,00
Kontribusi Pendapatan Usahatani (%) - 8,69 46,07 120,85 -10,79 -16,41 -24,50 100
Kategori Kontribusi negatif Rendah Sangat Tinggi Kontribusi negatif Kontribusi negatif Kontribusi negatif
Sumber : Data Primer, 2012
Kebun Citra Sehat Organik mengusahakan 35 jenis sayuran, namun keberlanjutan usahatani yang dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan pada 6 komoditas. Dalam pertanian organik, tidak hanya satu jenis sayuran saja yang diusahakan, sehingga kerugian yang dialami akan tertutup oleh jenis sayuran lainnya. Dengan kata lain, terjadi subsidi silang antar jenis tanaman, maupun subsidi antar musim tanam. Meskipun terdapat beberapa komoditas sayuran yang berkontribusi negatif terhadap pendapatan, tetapi tetap diusahakan oleh Kebun Citra Sehat Organik. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas persediaan sayuran tersebut sehingga dapat mempertahankan konsumen. Selain itu, pertanian organik yang diusahakan baru berjalan selama 3 tahun, sehingga komoditas tersebut tetap diusahakan untuk mengembangkan keterampilannya dalam mengusahakan sayuran secara organik. Analisis Keberlanjutan Usahatani Sayuran Organik Adapun analisis keberlanjutan usahatani setiap komoditas sayuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Tingkat Keberlanjutan Usahatani pada Tiap Komoditas Sayuran Organik Komoditas Buncis Brokoli Tomat Wortel Bayam Hijau Bawang Daun
Kategori Kestabilan Harga Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Sangat Rendah
Kategori Kontribusi Pendapatan Usahatani Kontribusi negatif Rendah Sangat Tinggi Kontribusi negatif Kontribusi negatif Kontribusi negatif
Tingkat Keberlanjutan Sedang Tinggi Sangat Tinggi Rendah Sedang Sangat Rendah
Sumber: Data Primer, 2012
Tomat merupakan sayuran yang mempunyai tingkat keberlanjutan tertinggi. Hal ini dikarenakan tingginya kontinuitas permintaan akan Tomat yang mengakibatkan kestabilan harga Tomat terjamin serta kontribusi terhadap total pendapatan usahatani yang diberikan sangat tinggi. Sebaliknya, Bawang Daun memiliki tingkat keberlanjutan
usahatani terendah, dikarenakan rendahnya kontinuitas permintaan yang mengakibatkan kestabilan harga Bawang Daun kurang terjamin dan akhirnya berdampak pula pada kontribusinya terhadap total pendapatan usahatani. Dengan penetapan harga jual komoditas yang lebih besar dari BEP harga juga menentukan tingkat keberlanjutan yang dihasilkan. Tercermin dari tabel di atas, komoditas dengan harga jual di atas nilai BEP harga mempunyai keberlanjutan usahatani dengan kategori tinggi dan sangat tinggi. Trend Permintaan dan Harga Sayuran Organik Dalam mengestimasi trend, data yang digunakan adalah data berkala. Analisis data berkala memungkinkan kita untuk mengetahui perkembangan waktu atau beberapa kejadian serta hubungannya terhadap kejadian lainnya (Supranto, 2000). Estimasi trend permintaan digunakan data time series selama 11 bulan, begitu pula dengan estimasi trend harga sayuran organik, terkecuali Bawang Daun (data time series selama 8 bulan). Hasil estimasi trend dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Hasil Estimasi Trend Permintaan dan Harga Sayuran Organik Komoditas Buncis Brokoli Tomat Wortel Bayam Hijau Bawang Daun
Trend Permintaan + + +
Signifikansi 0,01 0,01 0,03 0,19 0,01 0,03
Trend Harga + + + + + +
Signifikansi 0,05 0,00 0,00 0,00 0,01 0,33
Sumber: Data Primer, 2012
Sayuran Brokoli dan Tomat merupakan komoditas yang diminati saat ini oleh konsumen, sehingga meskipun harga kedua komoditas terus meningkat, konsumen akan tetap mengkonsumsinya. Hal ini seiring dengan teori permintaan bahwa selera konsumen mempengaruhi permintaan suatu barang (Damanik et al., 2003). Bawang Daun mempunyai hasil estimasi trend permintaan dan harga yang bernilai positif, tetapi hasil estimasi trend harganya tidak signifikan. Trend harga yang tidak signifikan ini dikarenakan komoditas Bawang Daun sampai saat ini hanya dimanfaatkan sebagai barang komplementer dalam konsumsi rumah tangga. Kegunaan ini mengakibatkan tidak ada kaitan antara waktu dengan harga. Buncis, Wortel dan Bayam Hijau mempunyai hasil estimasi trend permintaan yang negatif tetapi estimasi trend harganya positif. Hal ini seiring dengan teori permintaan oleh Gilarso (2003), bahwa jika harga suatu barang naik, maka permintaan produk tersebut akan berkurang. Untuk komoditas Wortel, hasil estimasi trend permintaannya tidak signifikan. Hal ini dikarenakan sayuran Wortel dapat disubstitusi dengan sayuran jenis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Faisal dan Ali Khomsan. 2009. Makan Tepat, Badan Sehat. Jakarta: PT Mizan Publika. Cahyono, Bambang. 2002. Wortel: Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani. Yogyakarta: Kanisius. Damanik, Konta Intan dan Gatot Sasongko. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi. Salatiga: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Evita. 2009. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L). Jurnal Agronomi, Volume 13, Nomor 1, Januari-Juni 2009, 21-24. Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Faqih. 2009. Analisis Biaya, Pendapatan, Titik Impas (BEP) dan Kelayakan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas L). Jurnal M’Power Nomor 09, Volume 09, Maret 2009. Gilarso, T. 2003. Pengantar Teori Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius. Gold, Mary V. 2009. Alternative Farming System Information Center. http://www.nal.usda.gov/afsic/pubs/ofp/ofp.shtml (diakses tanggal 21 Januari 2013 pukul 17:24) Irawan, Bambang. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5, Nomor 4, Desember 2007: 358-373. Mamat, H.S., S.R.P. Sitorus, H. Hardjomidjojo dan A.K. Seta. 2006. Analisis Mutu, Produktivitas, Keberlanjutan dan Arahan Pengembangan Usahatani Tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Jurnal Litri 12(4), Desember 2006, Halaman 146-153. Mei, Theresia. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bhakti. Bogor: Skripsi-Program Sarjana Eksistensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian IPB. Nawari. 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pres. Rachman, Handewi P.S. 2005. Metode Analisis Harga Pangan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Reijntjes, Coen., Bertus Haverkort dan Ann Waters-Bayer. 1992. Pertanian Masa Depan. Diterjemahkan oleh: Y.Sukoco. Yogyakarta: Kanisius. Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.Sitanggang, Nelda Yessi Romauli. 2008. Analisis Usahatani Bawang Daun Organik dan Anorganik. Bogor: Skripsi- Program Sarjana Eksistensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sitanggang, Nelda Yessi Romauli. 2008. Analisis Usahatani Bawang Daun Organik dan Anorganik. Bogor: Skripsi- Program Sarjana Eksistensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Supranto, J. 2000. Metode Ramalan Kuantitatif: Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Tugiyono, Hery. 1999. Bertanam Tomat. Jakarta: Penebar Swadaya.