Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI – TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG. Lilies Widojoko1) dan Eddy D. Saleh2) 1)
Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung 2) Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Email :
[email protected]
ABSTRAK Bus DAMRI merupakan alat transportasi angkutan umum yang dikelola oleh BUMN. Kehadirannya diperlukan sebagai alat kendali tarif angkutan. Angkutan kota swasta mau tidak mau harus bersaing dengan DAMRI, sehingga tarifnya tidak dapat ditentukan sesuka pemiliknya. Sebagai angkutan milik BUMN, DAMRI mempunyai keterbatasan melebihi angkutan swasta yaitu jumlah armada dan jam operasi. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pemukiman disuatu wilayah maka kebutuhan transportasi meningkat. Perencanaan awal jumlah armada dan jam operasi sering tidak mencukupi lagi. Hal ini ditandai dengan banyaknya angkutan kota swasta yang melakukan penyimpangan trayek di trayek DAMRI. Hal ini mengakibatkan pendapatan DAMRI berkurang, dan mengancam keberlangsungan operasinya. Penyelesaian dengan menggunakan peraturan pemerintah kota sering tidak efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar kemampuan bus DAMRI dalam melayani kebutuhan pengguna dan seberapa besar jumlah pengguna angkutan umum pada trayek tersebut. Hasil penelitian ini merupakan dasar dalam mengambil kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam menyeimbangkan antara demand dan suplay. Penelitian ini berlokasi di Bandar Lampung pada trayek Korpri – Tanjung Karang. Kesimpulan yang diambil berdasarkan analisis pembahasan adalah penambahan bus 7 buah dengan 12 rit perhari. Kata kunci : DAMRI, angkutan swasta.
1. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan hal yang penting dan sangat strategis dalam rangka memperlancar jalannya roda pembangunan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan masyarakat, antara lain dalam hal pembangunan aspek ekonomi, pendidikan, industri, maupun sektor jasa dan perdagangan serta pariwisata. Transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi. Meningkatnya perjalanan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi, pertumbuhan penduduk, kecerdasan masyarakat dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, selanjutnya membutuhkan prasarana dan sarana serta fasilitas penunjang lainnya agar transportasi dapat diselenggarakan dengan cepat, tepat, aman, nyaman dan murah. Tidak lain dari suatu tujuan transportasi yang lebih efisien dan efektif. Bandar lampung merupakan ibukota provinsi Lampung dan Tanjung karang merupakan ibukotanya. Tanjung karang merupakan sentral kegiatan perkonomian dan pemerintahan dengan demikian hampir seluruh pergerakan menuju kesana. Sebagai tarikan perjalanan maka daerah – daerah sekitar perlu adanya sarana dan prasarana penunjang dan juga sebagai pendistribusian pergerakan perjalanan untuk mendorong kegiatan tersebut. Seiring bertumbuhnya penduduk maka munculah daerah – daerah baru untuk pemukiman, maka diperlukan adanya alat transportasi untuk merangsang majunya daerah tersebut Kecamatan Sukarame merupakan daerah yang didesain untuk wilayah pemukiman. Dalam hal ini ada dibagunnya perumahan KORPRI yang memiliki bangkitan terbesar dikarenakan kepemilikan perumahan tersebut adalah pegawai negri sipil dan baru – baru ini telah di buka kembali perumahan yang sama dengan kepemilikan pegawai PEMDA dan perumahan kepemilikan anggota KEPOLISIAN. Pemerintah memfasilitasi sektor transportasi angkutan umum di wilayah KORPRI dengan memberikan pelayanan DAMRI dengan 8 armada dengan kapasitas 29 tempat duduk dan jam operasi yang terbatas yaitu dari pukul 06.00 – 18.00 WIB , namun pada saat ini pelayanan Damri yang demikian dirasakan sudah harus diadakan perbaikan dikarenakan kebutuhan akan angkutan umum makin meningkat.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
I - 499
Lilies Widojoko dan Eddy D. Saleh
Permintaan atas angkutan umum yang meningkat dan tidak diimbangi dengan penyediaan pelayanan angkutan umum yang memadai mengakibatkan munculnya angkutan – angkutan kota dengan trayek terdekat mengambil alih penumpang yang tidak terlayani DAMRI secara ilegal yang sudah jelas melanggar peraturan. Hal ini pernah terjadi konflik antara supir DAMRI dan supir angkutan kota tersebut. Dengan adanya angkutan kota yang melakukan penyimpangan trayek ke trayek KORPRI – Tj. Karang memberikan respon yang baik dari pengguna jasa dikarenakan frekuensi angkutan kota yang tinggi sehingga tidak perlu menuggu lama untuk dapat melakukan perjalanan ke tempat tujuan.
2. METODE PENGUMPULAN DATA A. Sumber dan penentuan data a. Data sekunder Data yang di kumpulkan dari instansi terkait seperti jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, peta tata guna lahan, data izin trayek, jumlah armada, data jaringan jalan, dan jaringan trayek. b. Data primer Data dinamis angkutan umum yang meliputi, jumlah naik turun penumpang, jumlah penumpang, waktu tempuh, jarak, kantung – kantung penumpang. 2. Pelaksanaan survai dinamis atau survai didalam kendaraan a. Pendahuluan Survei dinamis atau survei didalam kendaraan (On Bus Survei) merupakan salah satu jenis survei dalam bidang angkutan umum yang dilaksanakan didalam kendaraan yang menjadi obyek survei. Pada survei ini surveior berada dalam kendaraan tersebut untuk mencatat jumlah penumpang yang naik dan penumpang yang turun serta waktu perjalanan dalam setiap segmen yang dilewati masing-masing trayek. b. Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya survei dinamis adalah untuk mendapatkan data kinerja pelayanan angkutan umum dengan maksud mengetahui: 1) Jumlah penumpang yang diangkut pada trayek tertentu, yaitu : Total penumpang yang naik dan turun dalam suatu trayek. Hasil dari survei ini dapat berupa total penumpang per hari yang dapat digunakan untuk menghitung tarif angkutan, maupun total penumpang pada jam-jam sibuk dan tidak sibuk, yang digunakan untuk perencanaan trayek angkutan, serta untuk mengetahui tingkat kepenuh sesakan kendaraan. 2) Waktu perjalanan, yaitu : Waktu yang digunakan untuk melayani suatu trayek angkutan tertentu dalam sekali jalan, termasuk waktu tundaan, dan waktu henti untuk menaikan dan menurunkan penumpang. 3) Produktifitas ruas pada setiap trayek, yaitu : Total penumpang yang naik dan turun per waktu pelayanan pada setiap segmen / ruas atau total penumpang naik dan turun per Kilometer pelayanan. Tujuan dari survei dinamis adalah : a) Sebagai dasar evaluasi kinerja angkutan umum; b) Mengidentifikasi permasalahan yang ada pada masing – masing trayek (penyimpangan trayek); c) Identifikasi kebutuhan jumlah armada (penambahan atau pengurangan armada). d) B. Target Data Target data pada survei ini adalah : 1) Waktu dan durasi survai 2) Tanda dan nomor kendaraan 3) Kode dan Nomor Trayek serta jurusannya 4) Jam Keberangkatan kendaraan 5) Kapasitas kendaraan 6) Jumlah penumpang yang naik pada setiap segmen 7) Jumlah penumpang yang turun pada setiap segmen 8) Waktu tmpuh untuk setiap segmen C. Persiapan Survei Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melaksanakan survei dinamis adalah : 1) Lokasi survei Survei dinamis ini dilakukan di dalam kendaraan bis DAMRI dari trayek jurusan Korpri-Tanjung Karang yang terdiri dari 1 trayek.
I - 500
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kajian Jumlah Armada Dan Jam Operasi Armada Angkutan Umum Perkotaan Damri -Studi Kasus Pada Jurusan Korpri – Tanjung Karang, Badar Lampung.
2) Peralatan dan perlengkapan a) Formulir survei b) Alat tulis c) Clipboard d) Stop watch 3) Tenaga pelaksana Tenaga pelaksana (surveior) yang dibutuhkan untuk melakuakan survei dinamis jurusan KORPRI – Tj. Karang adalah terdiri dari 4 orang. 4) Pelaksanaan survei Surveyor mengambil posisi strategis dalam kendaraan dan mencatat jam keberangkatan dan kedatangan serta mencatat hal – hal yang tercantum dalam formulir survei dinamis. Survei ini dilaksanakan pada 3 ( tiga ) periode waktu, yaitu pada jam sibuk pagi ( pukul 06:00 – 08:00 ), pada periode diluar sibuk (pukul 11:00 – 13:00 ) dan pada jam sibuk sore ( pukul 14:00 – 16:00). Pelaksanaan survei tersebut dilaksanakan sebanyak dua kali perjalanan pulang pergi untuk setiap trayek pada masing – masing periode waktu.
3. SURVEI INVENTARISASI Dalam metodologi pengumpulan data untuk survei inventarisasi angkutan umum maka dapat diketahui data mengenai angkutan umum yang berada di wilayah korpri. Data tentang angkutan umum berisi tentang informasiinformasi sebagai berikut : a) Peta rute angkutan umum b) Jenis kendaraan angkutan umum c) Jenis bahan bakar d) Kapasitas angkut e) Umur rata – rata kendaraan f) Jumlah armada menurut izin g) Asal tujuan trayek serta panjang rute h) Tipe pengusaha i) Kepemilikan j) Sistem pemberangkatan k) Besar Tarif dan jenis tarif l) Sistem setoran dan sistem komisi m) Pejabat pemberi izin
4. METODELOGI PENELITIAN Data yang diperoleh dari survey dinamis dan inventarisasi angkutan bus DAMRI selanjutnya akan diolah dan dianalisa, adapun teknik-teknik pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Analisa pelayanan angkutan umum Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1993 antara lain disebutkan bahwa suatu trayek baru dapat dibuka dan tambahan kendaraan dapat dioperasikan pada trayek yang ada bila faktor muatannya di atas 70 % dan terdapat fasilitas terminal yang memadai. Untuk trayek dalam kota faktor muatan tersebut harus menggunakan ukuran dinamis dan dirumuskan sebagai berikut. LF = ( ∑ Pnp - km ) x 100 % (∑ Bus-km x K) di mana : LF : Faktor muatan dinamis ∑Pnp-km :Jumlah penumpang dikalikan dengan panjang perjalanannya dalam satu satuan waktu tertentu ∑Bus-km :Jumlah perjalanan bis dikalikan dengan panjang trayek dalam satu satuan waktu tertentu. K :Kapasitas bis Dari rumusan di atas jelas bahwa peraturan perundangan mengarahkan kita menggunakan pendekatan permintaan. Dengan pendekatan faktor muatan 70 % ini ada dua kepentingan yang dilindungi yakni pengusaha angkutan dan pengguna jasa. Perwujudan dari perlindungan terhadap pengusaha, misalnya, di dalam penentuan tarif angkutan kita berpedoman kepada faktor muat 70 % (dalam hal trayek langsung atau trayek dengan tarif berdasarkan jarak) sedemikian rupa sehingga pendapatan pengusaha angkutan dapat menutup biaya operasinya. Sedangkan wujud dari perhatian kita terhadap pengguna jasa ialah bahwa dengan tingkat faktor muatan 70 % ini terdapat cadangan
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
I - 501
Lilies Widojoko dan Eddy D. Saleh
kapasitas 30 % untuk mengakomodasi kemungkinan lonjakan penumpang, serta pada tingkat ini tingkat kesesakan penumpang di dalam kendaraan masih dapat diterima. Survai di dalam kendaraan (on-board survey atau on-bus survey) dengan jumlah sampel yang benar adalah cara terbaik untuk mendapatkan penumpang-kilometer dan bis kilometer untuk trayek yang sudah ada. 2. Analisa jumlah armada yang dibutuhkan Pasal 28 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1993 juga mengatur penambahan kendaraan untuk trayek yang sudah terbuka, yakni dengan menggunakan pendekatan faktor muatan di atas 70 %, kecuali untuk trayek perintis. Lagi, untuk trayek reguler faktor muatan yang dimaksud semestinya menggunakan pendekatan dinamis agar tidak terjadi kelebihan penawaran. Faktor lain yang harus diperhatikan ialah tingkat operasi kendaraan per tahun atau per hari serta pencapaian jumlah perjalanan yang semestinya dapat dilakukan per harinya. Penetapan jumlah perjalanan yang dapat dicapai per hari ini melibatkan pertimbangan waktu tempuh (WT) dan jam operasi per hari. Pertimbangan WT juga melibatkan pertimbangan lainnya yakni lamanya waktu lay over di terminal dan running time. Sebaiknya lay over time di terminal tidak melebihi 10 % dari running timenya. Running tiem didapatkan dari survai on-bus dan atau survai statis. Di dalam penerapannya kita bisa menggunakan rata-rata running time hariannya atau jika running time pada jam sibuk sangat mencolok maka pembedaan running time harus diberlakukan di dalam penghitungannya. Dari uraian tersebut, perkiraan jumlah kendaraan baru untuk trayek yang sudah ada harus dimulai dengan evaluasi kinerja operasi armada yang ada, kemudian jika dari hasil evaluasi kinerja terutama perolehan rit per hari serta tingkat operasinya sudah ideal, maka kebutuhan kendaraan baru dapat diperkirakan. a. Tingkat Operasi Dengan menggunakan asumsi hari kerja per tahun, misalnya 300 hari, maka tingkat operasi idealnya adalah : TO = (300/365) x 100 % = 82,2 %. Cek apakah kendaraan operasi per harinya sama dengan atau lebih dari 82,2 % dari jumlah kendaraan yang diizinkan. Jika kurang dari itu maka tingkat operasi kendaraan angkutan umum tersebut buruk. Atau jika TO-nya sangat rendah, maka upaya untuk menghitung penambahan kendaraan sebaiknya dihentikan kecuali kita menginginkan data tentang kinerja operasinya. Dalam hal ini bukan kendaraan baru yang ditambahkan tetapi optimasi pengoperasian yang perlu dilakukan. b. Perolehan Rit Per Hari Dengan mengetahui WT dan jam operasi yang diizinkan kita dapat mengetahui perolehan rit per hari per kendaraan, yaitu dengan membagi jam operasi tersebut dengan RTT. Misalnya, jam operasi per hari 14 jam, dan WT dua jam, maka perolehan rit per kendaraan per hari semestinya tujuh rit atau tujuh perjalanan PP. Cek apakah perolehan ritnya sama dengan atau lebih dari tujuh. Jika kurang dari itu maka perolehan rit per harinya dikatakan buruk. Atau jika perolehan rit per harinya sangat rendah, maka upaya untuk menghitung penambahan kendaraan sebaiknya dihentikan kecuali kita menginginkan data tentang kinerja operasinya. Dalam hal ini bukan kendaraan baru yang ditambahkan tetapi optimasi pengoperasian yang perlu dilakukan. c. Hitung Faktor Muatan Gunakan rumus untuk menghitung faktor muat dinamis. Ingat, gunakan faktor muat dinamis bukan statis atau bukan indeks tempat duduk terjual, agar efisiensi pengoperasian angkutan umum menjadi optimum. Lihat pokok bahasan latihan untuk cara penghitungannya. Cek apakah kurang dari 70 %. d. Hitung Jumlah Kendaraan yang Dibutuhkan x PRs x LF x JKi JKb = TO
82,2 %
PRi
70 %
PKn= JKb - JKi di mana : JKb = jumlah kendaraan yang dibutuhkan TO = tingkat operasi kendaraan dalam prosen PRs = perolehan rit sebenarnya (kenyataan) PRi = perolehan rit menurut izin JKi = jumlah kendaraan menurut izin PK = penambahan kendaraan
I - 502
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kajian Jumlah Armada Dan Jam Operasi Armada Angkutan Umum Perkotaan Damri -Studi Kasus Pada Jurusan Korpri – Tanjung Karang, Badar Lampung.
5. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Dalam melakukan perhitungan penyediaan DAMRI perhari langkah analisa pelayanan angkutan umum yaitu : 1. Faktor muat (load factor) Penumpang akan sangat senang dengan faktor muat yang sangat rendah, hal ini dapat diartikan bahwa selalu ada dan tersedia tempat duduk bagi mereka, dan perjalanan akan lebih nyaman pada faktor muat yang rendah. Dalam melakukan survey untuk pengumpulan data, penulis membagi menjadi 7 segmen menuju CBD dan 9 segmen keluar CBD sesuai dengan kantong – kantong penumpang,selanjutnya melakukan pencatatan terhadap jumah penumpang yang naik, turun, sisa dalam kendaraan serta waktu kedatangan dan no bus. Berdasarkan dari hasil survey dinamis angkutan umum bus DAMRI, didapatkan load faktor dinamis angkutan bus DAMRI, dimana dapat ditunjukan pada tabel berikut ini : Tabel 1. Pembagian segmen MENUJU TJ. KARANG MENUJU KORPRI Pool – Pembangunan Ramayana – CPL Pembangunan – By Pass CPL – Bambu Kuning By pass – Simp. Way Halim Bambu Kuning – Makam Pahlawan Simp. Way Halim – Telkom Makam Pahlawan – Teknokrat Telkom – Teknokrat Teknokrat – Telkom Teknokrat – Makam Pahlawan Telkom – Simp. Way Halim Makam Pahlawan - ramayana Simp. Way Halim – By pass By pass – pembangunan Pembangunan - Pool Sumber : Analisa data
PAGI 104% Sumber : Analisa data
Tabel 2. Load faktor rata - rata dinamis bus DAMRI LOAD FAKTOR DAMRI SIANG SORE 89% 95%
RATA-RATA 96%
2. Kecepatan perjalanan Kecepatan bus DAMRI dalam menempuh lintasan yang harus dilalui dari asal ke tujuan dari jarak perjalanan dibagi dengan waktu tempuh total (termasuk waktu berhenti) 21,91 Km/jam yang didapatkan dari panjang ruas jalan dibagi dengan waktu perjalanan dari titik awal sampai ke tujuan dan kemudian dirata – ratakan dalam satu hari. 3. Waktu perjalanan Waktu total yang diperlukan untuk menempuh perjalanan dari titik awal perjalanan sampai ketujuan yang dilalui bus DAMRI adalah 41,5 menit. 4. Waktu pelayanan Waktu pelayanan yang diberikan perusahaan DAMRI untuk trayek Tj. Karang – KORPRI adalah dari pukul 06.00 – 18.00 WIB atau 12 jam dengan 12 rit perhari. 5. Analisa kebutuhan armada x PRs x LF x JKi JKb = TO 82,2 % PRi 70 % PK = JKb - JKi di mana : JKb = jumlah kendaraan yang dibutuhkan TO = tingkat operasi kendaraan dalam prosen PRs = perolehan rit sebenarnya (kenyataan) PRi = perolehan rit menurut izin JKi = jumlah kendaraan menurut izin PK = penambahan kendaraan JKb = 100% x 12 x 96% x 8 82,2 % 12 70 % = 13,35 ~ 13 armada
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
I - 503
Lilies Widojoko dan Eddy D. Saleh
PK = 13 – 8 = 5 armada
6.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam memecahkan masalah transportasi ini dilakukan penambahan DAMRI maka saat ini dibutuhkan 7 armada bus DAMRI dengan 12 rit /hari.
DAFTAR PUSTAKA Tamin, O.Z., (2000), “Perencanaan & Permodelan Transportasi”, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Ortuzar, D., Willumsen, L.G, (2001), “Modelling Transport”, Third Edition, John Wiley and Sons Ltd, London. Karyanto, Yudi, MSc., (2003), “Manajemen Angkutan Umum” Modul DALL, Sekolah Tinggi Transportasi Darat, Bekasi. __________,2009, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Departemen Perhubungan, Jakarta; ,1993, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, Departemen Perhubungan, Jakarta; ,2003, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Departemen Perhubungan, Jakarta;
I - 504
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta