KAJIAN EVALUASI DAN PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR KOTA TARAKAN Mohamad Nur Utomo1) dan Muklis2) 1)2)
Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Borneo Tarakan Email: 1)
[email protected], 2)
[email protected]
Abstract This study aim to know and explained invention of field fact by the potential and the existing phenomenon factual research sites linked role of Microfinance Institutions towards empowerment coastal societyTarakan city.The techniques used to capture the respondents in this study is the use of purposive sampling method is not based strata, random or area but are based on certain goals. This is a qualitative study using descriptive statistical analysis.Analysis was conducted on the identificationanalysisof problems description of activities and LKM PEMP Tarakan programs, distribution of loan portfolio analysis and analysis problem identification and description of economic conditions and patterns of business activity coastal society Tarakan city. The results showed that the role of LKM PEMP Tarakan in supporting improvement in the fisheries sector by lending funds sourced from the Productive Economy (DEP) from APBN, LKM PEMP Tarakanhas decreased due to the onset of the financial performance of large non-performing loans, Tarakan coastal society rely more on their economic life by working as a fisherman, LKM PEMP Tarakanprograms are effective, but of the power of working capital continued to decline so the ability to give credit back to the customer to be down and not optimal. Keywords: Microfinance Institutions, Empowerment, Coastal Society.
1. PENDAHULUAN Masyarakat nelayan sebagai komunitas wilayah pesisir, sering kali tersisih dari pembangunan sebab prioritas kebijakan pemerintah lebih terfokus kepada sektor pertanian atau daratan. Kehidupan nelayan yang masih menggantungkan nasib kepada hasil laut, masih dalam taraf sederhana dengan pola mata pencaharian menggunakan teknologi tradisional. Kondisi masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya ditandai dengan beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar penduduknya hanya mengenyam pendidikan lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas berorganisasi masyarakat.
Peningkatan peran Lembaga keuangan mikro memiliki peran vital dalam upaya membantu masyarakat pesisir dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih berkualitas. Maka diperlukan adanya sumberdaya manusia yang handal dan trampil dalam menggerakkan lembaga keuangan mikronya sehingga lembaga ini memiliki akses lebih kepada masyarakat dalam membantu memberikan pembiayaan kepada masyarakat pesisir yang mayoritas nelayan, untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha para nelayan yang produktif. Departemen terkait yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tarakan berupaya melaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) untuk peningkatan tarah hidup masyarakat pesisisr melalui pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro yang dibinanya. Maka perlu adanya Pembinaan dan Pelatihan yang tepat bagi sumberdaya manusia Lembaga keuangan mikro sehingga sumber daya manusianya memiliki kemampuan dan strategi yang tepat untuk membantu memperdayakan
masyarakat pesisir melalui peningkatan peran Lembaga Keuangan Mikro dan memperbaiki kultur kewirausahan mereka. Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut ; 1. Mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan Lembaga Keuangan mikro dibawah binaan Dinas Kelautan kota Tarakan. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi ekonomi dan pola kegiatan usaha masyarakat Pesisir kota Tarakan. 3. Mengevaluasi kegiatan dan program lembaga keuangan mikro yang telah dilaksanakan. 4. Merumuskan model pemberdayaan untuk meningkatkan kegiatan usaha masyarakat pesisir di Kota Tarakan. Tinjauan Pustaka Lembaga Keuangan Mikro Definisi mikro kredit pertama kali dicetuskan dalam pertemuan the World Summit on Micro Credit di Washington tanggal 2-4 Februari 1997, yang menyatakan bahwa mikro kredit adalah program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat miskin untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus diri sendiri dan keluarganya. Selain itu Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis (Rudjito, 2003). Dalam perkembangannya, lembaga keuangan mikro lebih mengenal di kalangan pelaku UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan perbankan maupun keluwesan pada pencairan kredit (Wijono, 2005). Lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam yang ada dalam masyarakat pada skala mikro mempunyai bentuk yang bermacam-
macam yang dikelompokkan menjadi dua yaitu (Mashudi, 2003) : 1. LKM bank terdiri dari BRI Unit, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Danamon simpan pinjam yang saat ini mulai masuk ke masyarakat pedesaan. 2. LKM bukan bank yang terdiri dari: a. Formal: Koperasi simpan pinjam/Usaha Simpan Pinjam. b. Non formal antara lain terdiri atas lembaga swadaya masyarakat (LSM) , kelompok swadaya masyarakat (unit ekonomi desa). Konsep Pemberdayaan Masyarakat Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan social. Menurut Suharto (2005) mengungkapkan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang/ kelompok masyarakat yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau dalam: a) memenuhi kebutuhan dasarnya mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan; b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu maupun kelompok. Kita tidak asing dengan konsep ini karena sudah amat sering melakukan pelatihan (training) loka-latih (workshop ), seminar. Arti dasarnya adalah memberikan kapasitas kepada individu dan kelompok manusia untuk mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan diberikan (Wrihatnolo dan Nugroho, 2007). Ciri-ciri masyarakat yang telah berdaya menurut Sumarjo dan Saharuddin (2004) adalah sebagai berikut: a) mampu memahami
diri dan potensinya; b) mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan kedepan) dan mengarahkan dirinya sendiri; c) memiliki kekuatan untuk berunding dan bekerja sama secara saling menguntungkan dengan "bargaining power" yang memadai; d) bertanggung jawab atas tindakan sendiri. Berdasarkan konsep-konsep di atas, dari berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan masa depan sesuai dengan keinginan mereka. 2. METODE PENELITIAN Model Penelitian Adapun model dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Program dan Kegiatan LKM PEMP Tarakan
Alternatif Pemecahan Masalah
Identifikasi dan Deskripsi Masalah
Perumusan Strategi Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui LKM PEMP Tarakan
Kondisi Ekonomi dan Kegiatan Usaha Masyarakat Pesisir Kota Tarakan
Gambar 1. Model Penelitian Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan informasi data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sekunder dan data primer. Pada penelitian ini jumlah anggota/nasabah yang menjadi populasi sebanyak 279 maka sampel minimalnya adalah 28 responden atau setidaknya 56 responden mungkin diperlukan. Pada penelitian ini kuisioner yang disebar sebanyak 100 pada responden yang menjadi nasabah LKM PEMP Tarakan. Kuisioner yang terkumpul kembali sebanyak 58 dan yang tidak terkumpul sebanyak 42. Dengan demikian jumlah responden yang diteliti sudah memenuhi syarat minimal jumlah sampel dari jumlah populasi yang ada.
Alat Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi secara langsung di lapangan tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2004).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Lembaga Keuangan mikro (LKM) PEMP Tarakan Terhadap Pemberdayaan masyarakat pesisir di kota Tarakan LKM PEMP Tarakan memiliki peranan strategis yang penting dalam menunjang peningkatan di sektor usaha perikanan wilayah pesisir kota Tarakan, khususnya pada sasaran untuk usaha Nelayan dan usaha nelayan lanjutan. Dalam melaksanakan peranannya LKM PEMP Tarakan menyalurkan kredit pada masyarakat pesisir Tarakan yang bersumber dari Dana Ekonomi Produktif (DEP) dari APBN tahun 2005 sebesar Rp 558.670.000. Tabel 1. Suku Bunga LKM PEMP Tarakan Tahun 2006 – 2008 Jenis Klasifikasi Suku Jangka Pinjaman Usaha Bunga waktu per (bln) tahun (%) Bulanan Nelayan, 13 12 Penampung 15 12 Petambak 16 12 Kios 13,5 12 Nelayan Periodik Kios 12 4 Nelayan 14 6 Kios Nelayan Mingguan Kios 12 4 Nelayan 13,5 6 Kios Nelayan Insedentil Nelayan 6 2 Penampung 6 2 Sumber : Data diolah, LKM PEMP Tarakan 2013. LKM PEMP Tarakan merupakan unit bagian dari Koperasi LEPP-M3 Sejahtera Tarakan. Sementara Koperasi LEPP-M3 Sejahtera yang merupakan pengembangan bisnis LKM membawahi 3 unit usaha antara lain ; Unit Simpan Pinjam (SP/LKM), Unit Kedai Pesisir (KP) dan Unit Penampungan Penjualan Ikan (UPP). Kredit yang disaluran mengikuti skema dan persyaratan yang telah
ditentukan, di mana jenis kredit umumnya ada 3 jenis yaitu; Pinjaman Bulanan, Pinjaman Insedentil dan Pinjaman Harian. Penerapan suku bunga pinjaman dari tahun ketahun mengalami perubahan tergantung jenis pinjaman dan klasifikasi usaha. Besarnya bunga pinjaman dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Suku Bunga LKM PEMP Tarakan Tahun 2009 Jenis Klasifikasi Suku Jangka Pinjaman Usaha Bunga waktu per (bln) tahun (%) Bulanan Nelayan, 17,5 12 Penampung 20 12 Petambak 22 12 Kios 19 12 Nelayan Periodik Kios 16,5 4 Nelayan 18 6 Kios Nelayan Mingguan Kios 16 4 Nelayan 17 6 Kios Nelayan Insedentil Nelayan 7 2 Penampung 7 2 Sumber : Data diolah, LKM PEMP Tarakan 2013. Berdasarkan data pada table 3, suku bunga pinjaman tertinggi diterapkan pada tahun 2010 - 2102 yakni sebesar 30% untuk pinjaman non usaha, nominal Rp 500.000,00 – Rp 2.000.000,00 dengan jangka waktu 1 – 10 bulan. Sedangkan suku Bunga terendah diterapkan pada tahun 2006 – 2008 yakni sebesar 6 % untuk pinjaman insedentil dengan klasifikasi usaha untuk nelayan dan penampung hasil nelayan. Dalam perjalanannya penyaluran kredit LKM PEMP Tarakan dari tahun-ketahun mengalami penurunan terutama dalam jumlah nominalnya, namun dari jumlah orang yang diberi pinjaman mengalami peningkatan. Penurunan kemapuan pemberian jumlah kredit
disebabkan terjadinya penurunan modal kerja. Penurunan modal kerja disebabkan terjadinya pengelolaan kredit yang tidak sehat sehingga menimbulkan kredit yang bermasalah atau macet. Walaupun LKM mempunyai system
dan prosedur penyaluran kredit yang bertujuan menyalurkan kredit secara sehat namun tingkat pengembalian kredit dari masyarakat cukup buruk.
Tabel 3. Suku Bunga LKM PEMP Tarakan tahun 2010-2012 Nominal Jenis Usaha Nelayan, Kios (Rupiah) % 1 – 6 Bulan 500.000 s/d 1.000.000 18 1.000.000 s/d 2.000.000 18 1 – 10 Bulan 500.000 s/d 1.000.000 20 1.000.000 s/d 2.000.000 20 1 – 12 Bulan 2.000.000 s/d 3.000.000 24 3.000.000 s/d 4.000.000 22 4.000.000 s/d 5.000.000 21,60 5.000.000 s/d 10.000.000 21,60 Insedentil 500.000 s/d 1.000.000 6,50 (max 3 bulan) 1.000.000 s/d 2.000.000 6,50 2.000.000 s/d 3.000.000 7,00 3.000.000 s/d 4.000.000 7,00 4.000.000 s/d 5.000.000 7,00 5.000.000 s/d 10.000.000 7,00 Sumber : Data diolah, LKM PEMP Tarakan 2013. Jenis Pinjaman
Non usaha % 24 24 30 30 24 24 24 24 6,50 7,50 8,00 8,00 8,00 8,00
Tabel 4. Distribusi Penyaluran Kredit dan Kredit bermasalah Penyaluran Kredit Bermasalah Kredit (Rp) Macet (Rp) % Dalam proses % Dihapuskan penyelesaian (Rp) (Rp) 2009 1.363.000.000 5.573.750 0,40 10.000.000 0,73 5.603.000 2010 773.498.000 6.719.250 0,86 19.366.000 2,50 0 2011 363.474.000 22.084.000 6,07 8.328.000 2,29 0 2012 304.340.000 9.084.000 2,98 4.828.000 1,58 0 Sumber : Data diolah, LKM PEMP Tarakan 2013. Tahun
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penyaluran kredit dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penyaluran tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp 1.363.000.000,00 sedangkan terendah tahun 2012 sebesar Rp304.340.000,00. Untuk kredit bermasalah secara umum mengalami kenaikan seiring dengan terjadinya penurunan penyaluran kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan penyaluran kredit disebabkan diterjadinya meningkatnya
%
0,41 0,00 0,00 0,00
kredit bermasalah yang menunggak sehingga modal kerja untuk kegiatan kredit berkurang dan berdampak signifikan pada penurunan penyaluran kredit. Dapat diketahui terjadinya kredit bermasalah yang terbesar dengan kategori macet terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,07 % dari nilai penyaluran kredit. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah adalah sebagai berikut :
1.
Terdapatnya persepsi yang salah dari debitur atau nasabah kredit LKM yang menganggap dana kredit yang diberikan merupakan dana hibah yang tidak wajib dikembalikan sehingga tidak memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk kembali membayar pinjaman tersebut kepada LKM dan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan kredit LKM. 2. Terbatasnya tenaga teknis LKM yang berkaitan dengan penanganan kredit mengakibatkan proses monitoring dan penagihan kredit pada nasabah menjadi terhambat dan tidak efektif. 3. Terdapatnya pergeseran fungsi dan penggunaan kredit oleh nasabah yang
semula di ajukan untuk keperluan modal usaha tetapi digunakan keperluan lainnya sepertinya menutupi hutang-hutang nasabah sebelumnya (over kredit yang bermasalah) dan penggunaan lainnya yang tidak sesuai dengan perjanjian kredit. 4. Terdapatnya agunan pinjaman yang tidak layak secara finansial sehingga tidak memiliki nilai ekonomis untuk mengganti kredit-kredit yang bermasalah dan macet. Dampak atas semua ini mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja keuangan baik dari sisi asset, liabilitas dan ekuitas. Dari perkembangan kinerja keuangan nampak LKM PEMP Tarakan mengalami kerugian 4 (Empat) tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Kinerja Keuangan LKM PEMP Tarakan Th. 2007-2012 Tahun Asset Equity Liability Net Profit 2007
1.333.675.756
687.718.377
648.957.379
39.284.617
2008
1.321.517.003
699.967.563
621.549.440
9.632.297
660.294.505
622.724.726
(57.240.427)
2009
1.283.019.231
2010
735.858.738
624.229.942
111.628.796
(34.815.591)
2011
745.626.215
637.316.371
108.309.844
(40.857.176)
2012
688.336.617
572.273.233
116.063.384
(66.353.737)
Sumber : Data diolah, LKM PEMP Tarakan 2013. Penanganan kredit bermasalah dan penurunan kinerja keuangan memerlukan intensitas berkelanjutan yang tinggi baik secara internal maupun eksternal. Untuk itu manajemen dan pengurus LKM harus melakukan evaluasi secara besar-besaran memperbaiki kinerja manajemen. Yang terpenting adalah manajemen dan pengurus dapat duduk bersama dan melakukan komunikasi dari semua pihak untuk memperbaiki keadaan. Dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk kelanjutan dan kontuinitas program PEMP Tarakan.
Kondisi ekonomi dan pola kegiatan usaha yang ada pada masyarakat pesisir di kota Tarakan Berdasarkan hasil analisis masyarakat pesisir Tarakan lebih banyak dari kalangan usia produktif (15 – 60 tahun) hal ini merupakan potensi sumber daya manusia yang baik dalam meningkatan produktivitas perikanan di kota Tarakan. Dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat pendidikan setara dengan lulusan SD. Untuk itu dalam rangka meningkatkan keahlian dalam manjemen usaha perlu dilakukan intensitas penyuluhan dan pelatihan terkait dengan keahlian berusaha dan mengembangkan potensipotensi usaha perikanan. Untuk tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada
tabel 6 berikut :Hasil dari survey tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Tarakan yang dinilai dari kondisi fisik kepemilikan rumah menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi fisik dan kepemilikan asset rumah responden memiliki rumah dengan status milik sendiri (93,1%), luas rumah berukuran sedang (75,9%), jenis atap menggunakan seng (82,8%), dinding rumah menggunakan tembok (44,8%), lantai rumah dengan tegel (60,3%), listrik PLN sebagai penerangan (98,3%), jenis jamban WC dalam rumah (96,6%), sumber air berasal dari PDAM dan air hujan (46,6%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya rumah masyarakat pesisir Tarakan sudah hampir memenuhi standar layak.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Frekuensi Persen pendidikan Tidak Lulus 1 1.7 SD SD 25 43.1 SMP 20 34.5 SMA 11 19.0 D3/S1 1 1.7 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
Dari sisi kepemilikan alat transportasi sebagian besar masyarakat pesisir tarakan telah memiliki alat transportasi yang layak. Untuk kepemilikan jenis kendaraan dapat di tunjukkan pada tabel 7. Tabel 7. Kepemilikan Jenis Kendaraan No. Jenis Kendaraan Frekuensi Persen 1. Mobil dan 2 3.4 Sepeda Motor 2. Sepeda Motor 51 87.9 3. Sepeda 1 1 4. Tidak punya 4 4 kendaraan Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 8. Lahan Produktif Jenis Frekuensi Persen Kendaraan Kolam Ikan 2 3.4 Tambak 2 3.4 Tanah Sewa 5 8.6 Usaha 2 3.4 Sembako Tidak ada 47 81 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
Dari aspek kepemilikan asset produktif, masyarakat pesisir Tarakan sangat minim memiliki lahan-lahan produktif di darat. Dari hasil survey menunjukkan masyarakat pesisir lebih menggantungkan kehidupan ekonominya dengan melaut berprofesi sebagai nelayan. Lahan produktif yang dimiliki dapat ditunjukkan pada tabel 8 dan Pekerjaan utama yang di jalankan masyarakat pesisir dapat di lihat pada tabel 9. Peralatan dan teknologi yang digunakan dalam melaut sebagian besar menggunakan perahu bermesin dan menggunakan alat tangkap ikan berupa pukat (Tabel 10).
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 9. Pekerjaan Utama Jenis Pekerjaan Frekuensi Persen Utama Nelayan 41 70.7 Petani Tambak 2 3.4 Petani Rumput 1 1.7 Laut Berdagang 11 19 Usaha Lainnya 3 5.2 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
Tabel 10. Teknologi Melaut No. Jenis Frekuensi Persen Kendaraan 1. Kapal 2 3.4 2. Perahu 41 70.7 3. Tidak ada 15 25.9 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
Tabel 11. Alat Tangkap Ikan Alat Tangkap Frekuensi Pukat 34 Jala 1 Alat pancing 2 Jaring 1 Pukat dan Jala 2 Pukat, Jala dan 1 Pancing 7 Tidak ada 17 Total 58 Sumber : Data primer diolah, 2013.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persen 58.6 1.7 3.4 1.7 3.4 1
Dalam menjalankan usahanya yang sebagian besar menjadi nelayan, pada umumnya menjalankannya dengan tenaga sendiri tanpa memiliki tenaga kerja. Untuk melihat pola usaha masyarakat pesisir dalam menjalankan usahanya apakah menggunakan tenaga kerja atau tidak dapat secara detail dilihat pada tabel 13.
Tabel 14. Total Penghasilan per bulan Jumlah Penghasilan Frekuensi Persen per bulan 1. Di bawah Rp 26 44.8 3.000.000,00 Tabel 12. Nilai Asset Produktif 2. Rp 3.000.000,00 – 19 32.8 No. Nilai Asset Frekuensi Persen Rp5.000.000,00 1. Dibawah 10 juta 31 53.4 3. Rp 5.000.000,00 – 8 13.8 2. 10 juta – 30 juta 6 10.3 Rp8.000.000,00 3. 30 juta – 60 juta 7 12.1 4. Rp 8.000.000,00 – 3 5.2 Rp10.000.000,00 4. 60 juta – 100 3 5.2 5. Rp 10.000.000,00 – 0 0 juta Rp15.000.000,00 5. Di atas 100 juta 1 1.7 Di atas Rp 1 1.7 6. Tidak 10 17.2 6. 15.000.000,00 Menjawab Tidak menjawab 1 1.7 Total 58 100.07. Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013. Sumber : Data primer diolah, 2013. Kemudian untuk alat tangkap ikan yang digunakan dalam melaut ditunjukkan pada Dimana omset penghasilan perbulan rata-rata di bawah Rp 3 juta. Total tabel 11 diatas. Nilai asset modal yang penghasilan per bulan dari para nasabah dimiliki masyarakat pesisir atau para nelayan LKM dapat dilihat secara detail pada tabel masih sangat kurang. Sehingga kebutuhan 14. penambahan modal produktif masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan Tabel 15 Hambatan Kegiatan Usaha Nelayan produktivitas dan kesejahteraan mereka. dalam Melaut Berikut informasi nilai asset produktif dapat No Hambatan Usaha Frekuensi Persen dilihat pada tabel 12. 1. Kurangnya Modal 36 62.1 2. Langkanya BBM 5 8.6 Tabel 13. Usaha dan Tenaga Kerja 3. Cuaca Buruk 2 3.4 No Keterangan Frekuensi Persen 4. Biaya Tinggi 5 8.6 . 5. Tidak ada 5 8.6 1. Memiliki 4 8.6 hambatan tenaga kerja 6. Tidak menjawab 5 8.6 2. Tidak 50 86.2 Total 58 100.0 memiliki Sumber : Data primer diolah, 2013. tenaga kerja Masyarakat pesisir Tarakan dalam 3. Tidak 3 5.2 menjalani usahanya memiliki pengalaman menjawab melaut rata-rata 10 hingga 20 tahun. Namun Total 58 100.0 dari cukup lamanya pengalaman dari usaha Sumber : Data primer diolah, 2013. 29.3 No. 100.0
melaut tersbut hambatan yang terbesar yang di hadapi oleh mereka adalah kurangnya modal untuk melakukan kegiatan usaha nelayan. Berikut informasi secara detail dapat dilihat pada tabel 15. Dari hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Tarakan sangat membutuhkan tambahan modal dalam berusaha untuk meningkatkan produktivitas usahanya dalam melaut atau usaha-usaha lainnya sebagai masyarakat pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan LKM bagi masyarakat pesisir menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan mereka secara berkesinambungan. Sebagaimana dalam visidan misi LKM dapat mentransform masyarakat nelayan dari nelayan tardisional menjadi nelayan modern dengan prinsip kelestarian hasil. Evaluasi kegiatan dan program LKM PEMP Tarakan yang telah dilaksanakan Berdasarkan hasil analisis masyarakat pesisir yang menjadi nasabah LKM PEMP Tarakan belum optimal mendapatkan penguatan permodalan dari LKM terbukti dengan telah menjadi nasabah selama 7 – 10 tahun tetapi frekuensi menerima kredit terbanyak hanya 1 kali, pinjaman terbesar yang pernah diterima Rp 5.000.000,00 dan terkecil Rp 500.000,00. Walaupun demikian para nasabah sebagian besar tidak pernah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan lainnya (baik koperasi atau bank). Untuk mengetahui pengalaman nasabah LKM PEMP Tarakan maka hasil survey yang ditunjukkan dalam penelitian ini hanya pada nilai frekuensi dan persentase yang terbesar dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 16. Kredit yang disalurkan pada masyarakat pesisir Tarakan dirasakan berdampak efektif, dalam artian tepat sasaran dan bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan modal usaha nelayan. Penilaian perhadap dampak kredit yang diberikan LKM PEMP Tarakan dapat dilihat secara detail pada tabel 17.
No. 1. 2. 3.
4.
5.
Tabel 16. Pengalaman Nasabah LKM Pengalaman dengan Frekuensi Persen nilai tertinggi Lama menjadi nasabah 30 51,7 7 – 10 tahun Frekuensi menerima 25 43,1 kredit sebanyak 1 kali Jumlah kredit diterima paling besar ; Rp 5.000.000,00 Jumlah kredit diterima 5 3 paling kecil ; Rp 5.00.000,00 Tidak pernah 49 84,5 menerima pinjaman dari lembaga keuangan lainnya Sumber : Data primer diolah, 2013.
Tabel 17. Dampak Kredit yang Diberikan Keterangan Frekuensi Persen Efektif 37 63.6 Kurang Efektif 10 17.2 Tidak Efektif 9 15.5 Tidak menjawab 2 3.4 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013. Namun dari sisi sosialisasi, informasi adanya kredit dari LKM bagi masyarakat sangat kurang di lakukan oleh lembaga yang terkait baik dari LKM sendiri maupun dari Dinas Kelautan dan Perikanan.
No. 1. 2. 3. 4..
Tabel 18. Informasi Adanya Kredit LKM No. Sumber Informasi Frekuensi Persen 1. Staf Dinas 4 6.9 Kelautan Perikanan Tarakan 2. Staf LKM PEMP 7 12.1 Tarakan 3. Staf Pemerintah 5 8.6 lainnya 4. Lainnya 41 70.7 5. Tidak menjawab 1 1.7 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013. Masyarakat mengetahui informasi kredit berasal dari sumber lainnya atau dapat di
artikan informasi diketahui dari mulut ke mulut sehingga pengetahuan masyarakat pesisir akan adanya kredit dari LKM sangat minim. Informasi adanya kredit bagi masyarakat pesisir dari LKM PEMP Tarakan dapat dilihat secara detail pada tabel 18. Berdasarkan hasil analisis penerapan proses seleksi kredit umumnya dinyatakan berjalan dengan fair namun masih ditemukan cukup besarnya pendapat yang menyatakan bahwa proses seleksi kredit berjalan tidak fair dan perlu perbaikan. Sedangkan realisasi waktu kredit dengan waktu pengajuan berjalan secara efektif yakni dibawah satu bulan. Hal ini menunjukkan realisasi kredit cukup cepat diberikan serta proses kredit tidak terlalu memakan waktu yang lama dan berbelit-belit. Data-data berikut
menunjukkan penilaian terhadap penerapan proses kredit pada tabel 19. Tabel 19. Penilaian Preses Seleksi Kredit No. Sumber Frekuensi Persen Informasi 1. Sangat Fair 33 56.9 2. Perlu 16 27.6 perbaikan 3. Tidak Fair 8 13.8 4. Tidak 1 1.7 menjawab Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013. Sedangkan untuk waktu realisasi kredit dari waktu pengajuan nasabah pada LKM dapat dilihat secara detail pada tabel 20.
Tabel 20. Waktu Realisasi Kredit dari Waktu Pengajuan No. Keterangan Frekuensi Dibawah 1 bulan 25 1. 1 – 3 bulan 15 2. 3 – 5 bulan 2 3. 6 – 8 bulan 1 4. Tidak menjawab 15 5. 58 Total Sumber : Data primer diolah, 2013.
Persen 43.1 25.9 3.4 1.7 25.9 100.0
Dari realisasi kredit dibandingkan dengan pengajuan kredit. .Penilaian berdasarkan nilai pengajuan , nasabah belum dirasakan kesesuaian realisasi kredit dengan jumlah kredit memunuhi harapan karena nilai realisasi yang diajukan dapat diketahui informasinya umumnya sebagian besar lebih kecil dari nilai pada tabel 21. Tabel 21. Penilaian Kesesuaian Realisasi Kredit No. Keterangan Frekuensi Persen 1. Sama dengan nilai kredit yang diajukan 3 5.2 2. Lebih besar dengan nilai kredit yang 0 0 diajukan 3. Lebih kecil dengan nilai kredit yang 39 67.2 diajukan 4. Tidak menjawab 16 27.6 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013.
Tabel 22. Penilaian Biaya Bunga Kredit LKM Keterangan Frekuensi Cukup sesuai dengan penghasilan 37 Murah dan ringan dari penghasilan 6 Tidak menjawab 15 Total 58 Sumber : Data primer diolah, 2013. No. 1. 2. 3.
Persen 63.8 10.3 25.9 100.0
Untuk penerapan biaya bunga kredit sudah Adapun penggunaan dana kredit oleh dapat membantu masyarakat pesisir karena nasabah LKM lebih banyak dipakai untuk usaha sebagian besar menyatakan cukup ringan dan nelayan sebagaimana profesi umumnya sesuai dengan penghasilan yang didapatkan masyarakat pesisir. Penggunaan Dana Kredit mereka. Penilaian terhadap biaya bunga dan dari LKM PEMP bagi masyarakat pesisir dapat biaya kredit LKM PEMP dapat diketahui pada dilihat pada tabel 23. tabel 22 diatas. Tabel 23. Penggunaan Dana Kredit LKM No. Keterangan Frekuensi Persen 1. Untuk usaha nelayan 33 56.9 2. Untuk usaha lainnya 9 15.5 3. Tidak menjawab 16 27.6 Total 58 100.0 Sumber : Data primer diolah, 2013. Pelayanan yang diberikan staf LKM pada masyarakat pesisir telah berjalan dengan baik walaupun masih terdapat ketidakpuasan yang cukup besar dan menempati urutan kedua dari jejak survey yang dilakukan sehingga masih
perlu dilakukan perbaikan dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan staf LKM PEMP Tarakan. Penililaian berdasarkan kepuasan terhadap pelayanan staf LKM PEMP Tarakan dapat diketahui pada tabel 24.
Tabel 24. Penilaian Kepuasan Pelayanan Staf LKM No. Keterangan Frekuensi 1. Sangat puas 9 2. Puas 22 3. Cukup puas 12 4. Kurang puas 14 5. Tidak menjawab 1 Total 58 Sumber : Data primer diolah, 2013. Secara umum dapat dikatakan program LKM PEMP telah berjalan efektif namun dari kekuatan modal kerja terus mengalami penurunan sehingga kemampuan memberikan kredit ulang pada nasabah menjadi turun dan tidak optimal. Penyebab penurunan penyaluran kredit sebagaimana di uraikan di atas sebelumnya dapat di nyatakan bersumber dari
Persen 15.5 37.9 20.7 24.1 1.7 100.0
timbulnya kredit bermasalah di LKM PEMP Tarakan. Strategi Penyaluran Kredit yang Efektif pada Masyarakat Pesisir Untuk strategi pemberdayaan dan penyaluran kredit yang efektif bagi masyarakat pesisir yang di rekomendasikan berdasarkan
identikasi masalah-masalah yang dihadapi baik dari LKM PEMP Tarakan maupun dari masyarakat pesisir kota Tarakan. Rumusan strategi permberdayaan yang direkomendasikan melalui LKM PEMP Tarakan adalah sebagai berikut : 1. Terjadinya kredit bermasalah diakibatkan penanganan manajemen kredit yang kurang sehat serta tersedianya tenaga SDM yang kurang memadai. LKM PEMP Tarakan perlu melakukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan sumberdaya manusia baik dari kualitas maupun kuntitas. Manajemen kredit yang sehat didukung dengan tersedianya SDM yang cukup memadai. Secara struktur organisasi dalam usaha perkreditan dibutuhkan struktur organisasi sebagai berikut : a. Komite kredit, adalah bagian khusus LKM dengan tugas memberikan pendapat dan saran kepada manajemen LKM dalam mengevaluasi kelayakan permintaan kredit yang diajukan debitur dan menjaga mutu kredit yang mereka salurkan. b. Account officer, adalah pejabat LKM yang bertugas menjaga keamanan dan profitabilitas dana LKM yang dipinjamkan. Secara detail tugas-tugasnya antara lain ; mengumpulkan calon debitur yang sehat, menyusun arsip dokumen kredit, memonitor perkembangan usaha debitur, mendeteksi sedini mungkin gejala munculnya kredit bermasalah, menjalin hubungan baik dengan para debitur dan menyusun laporan periodik tentang hasil pekerjaan mereka. c. Bagian Pemasaran Kredit, adalah bagian yang aktif memasarkan dan mensosialisasaikan program kredit LKM pada masyarakat d. Bagian Administarsi Kredit adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam melakukan pengawasan mutu kredit. Bagian ini menangani berbagai macam informasi tentang prestasi debitur memenuhi kewajibannya termasuk pembayaran Bunga dan kredit. 2. Dengan terbentuknya struktur organisasi kredit yang memadai LKM PEMP juga harus menerapkan asas manajemen kredit yang
3.
4.
5.
6.
sehat diantara dengan melakukan sebagai berikut : a. Menyusun kebijaksanaan pokok penyaluran kredit yang sehat. b. Evaluasi yang seksama terhadap kemampuan debitur. c. Meningkatkan mutu personalia LKM terutama berkaitan dengan penyaluran kredit. d. Mengawasi perkembangan mutu kredit secara sehat. e. Menangani kasus-kasus kredit bermasalah LKM secara professional. f. Menyusun dokumentasi dan administrasi kredit yang sehat. Salah satu faktor terjadinya kredit bermasalah pada LKM PEMP Tarakan yaitu adanya persepsi bahwa dana kredit merupakan dana hibah dan merubah fungsi kredit untuk keperluan lainnya. Maka yang harus dilakukan adalah merubah persepsi tersebut dengan edukasi dan monitoring kredit secara ketat, terutama adanya pihak-pihak yang memberikan intervensi kepada nasabah karena adanya hubungan kedekatan atau kekerabatan. Meningkatkan kesadaran anggota untuk membayar simpanan pokok dan simpanan wajib, dengan cara pendekatan secara personal dan kolektif. Menimbulkan kesadaran adanya rasa memiliki serta memberikan penyuluhan dan pengarahan bahwa mereka adalah anggota dan pemilik LKM. Melakukan peningkatan kekuatan modal sendiri dengan menawarkan produk-produk simpanan LKM yang menarik bagi anggota. Sehingga LKM menjadi lembaga mediasi antara anggota yang memiliki kelebihan dana dan anggota yang membutuhkan modal. Mendekatkan Lembaga LKM dengan masyarakat pesisir dengan membuka kantor cabang pembantu disetiap wilayah kecamatan, sehingga proses operasional dan monitoring kredit dapat lebih efektif dilakukan.
menunjang sektor usaha perikanan Tarakan. Untuk itu pemerintah yang mempunyai kepentingan langsung harus terus Kesimpulan mendukung serta menfasilitasi program Kesimpulan yang dapat dibuat pada PEMP. penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. LKM PEMP Tarakan memiliki peranan 2. LKM PEMP Tarakan harus melakukan evaluasi untuk menangani masalah-masalah strategis yang penting dalam menunjang yang dihadapi baik terjadinya kredit peningkatan di sektor usaha perikanan bermasalah dan penurunan kinerja wilayah pesisir kota Tarakan dengan keuangan. Penanganan kredit bermasalah menyalurkan kredit pada masyarakat pesisir dapat dilakukan dengan cara: Tarakan yang bersumber dari Dana Ekonomi a. Melakukan penguatan kelembagaan Produktif (DEP) dari APBN. melalui peningkatan sumberdaya manusia 2. LKM PEMP Tarakan mengalami penurunan baik dari kualitas maupun kuntitas. kinerja keuangan disebabkan timbulnya b. Terbentuknya struktur organisasi kredit kredit bermasalah yang cukup besar. Faktoryang memadai bagi LKM PEMP dan faktor yang menyebabkan timbulnya kredit menerapkan asas manajemen kredit yang bermasalah antara lain : sehat. a. Terdapatnya persepsi yang salah dari c. Melakukan edukasi yang merubah persepsi debitur atau nasabah kredit LKM yang yang sehat tentang kredit pada anggota. menganggap dana kredit yang diberikan d. Monitoring kredit secara ketat dan merupakan dana hibah . melakukan pengawasan terhadap pihakb. Terbatasnya tenaga teknis LKM yang pihak yang melakukan intervensi kredit. berkaitan dengan penanganan kredit. c. Terdapatnya pergeseran fungsi dan 3. Pemerintah dan Lembaga Keuangan Mikro untuk terus melakukan pembinaan dan penggunaan kredit oleh nasabah. penyuluhan yang dapat memotivasi d. Terdapatnya agunan pinjaman yang masyarakat pesisir dalam meningkatkan tidak layak secara finansial. kegiatan usaha-uasaha lainnya selain usaha 3. Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir melaut (nelayan) sehingga turut memperkuat Tarakan secara umum dilihat dari kehidupan ekonomi masyarakat pesisir. kepemilikan asset perumahan dan alat transportasi dinyatakan memenuhi standar 4. LKM PEMP Tarakan dapat meningkatkan layak. Kepemilikan asset produktif di darat kekuatan modalnya dari anggotanya sendiri masih sangat kurang sehingga masyarakat dengan cara melakukan inovasi-inovasi pesisir lebih mengandalkan kehidupan produk keuangannya yang menarik bagi ekonominya dengan melaut sebagai nelayan. anggota, sehingga permodalan dapat di 4. Program LKM PEMP telah berjalan efektif tingkatkan baik bersumber secara internal namun dari kekuatan modal kerja terus maupun eksternal. mengalami penurunan sehingga kemampuan memberikan kredit ulang pada nasabah menjadi turun dan tidak optimal. Penyebab 5. DAFTAR PUSTAKA penurunan penyaluran kredit sebagaimana di uraikan di atas sebelumnya dapat di Arikunto, S., 2002, ‘Prosedur Penelitian Suatu nyatakan bersumber dari timbulnya kredit Pendekatan Praktek’, Edisi Revisi, PT. bermasalah di LKM PEMP Tarakan. Rineka Cipta, Jakarta. Saran Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Saran-saran yang dapat direkomendasikan pada Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga. penilitian ini adalah sebagai berikut : Jakarta. 1. Keberadaan dan eksistensi LKM PEMP Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Tarakan harus tetap di jaga mengingat Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.136hlm. pentingnya peran dan fungsinya dalam
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kusumastanto, Tridoyo.2002. Reposisi “Ocean Policy” dalam pembangunan Ekonomi Indonesia Di Era Otonomi Daerah.Bandung. IPB Press. Rudjito, 2003. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat Dan Penanggulangan Kemiskinan, Jurnal Ekonomi Rakyat Tahun II No. 1 2003. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung Suharto E, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Suhadi, 2012. Kajian Teoritis Masyarakat Pesisir. Pustaka Ilmu. www. Kebunhadi.blogspot.com. Sumarjo & Saharuddin. 2004. Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Bogor: Departemen llmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi Fakultas Pertanian dan Program Pasca Sarjana IPB. Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wrihatnolo RR, Dwidjowijoto RN. 2007. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. .