Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
19
KAJIAN ENERGI LISTRIK PLTA KABUPATEN MALINAU Koespiadi ABSTRACT Malinau residence, nowadays need for electricity for enlight the enviroment. People get electricity not full day, that because of limitation of power. Electricity Production is made by diesel engine 6,2 Mega watt, that spent more financial and not efficein. In order to fulfill the electricity Malinau residence looking for new alternative by using hydropower energy. The place who have a good alternative is Simandurut river district Malinau Utara, Sembuak river district Malinau Utara, Bengalun river district Malinau Barat, Mentarang river district Mentarang. By getting new alternative energy (environmental energy) could saving income and solve the electricity problem that faced nowdays, but the obstacle to bulid electricity by using hydropower dam is the price high and need long time for preparation. Keywords: electricity, hydropower dam, environmental energy PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Malinau saat ini khususnya ibukota dan kota-kota di sekitarnya masih mengandalkan energi listrik yang berbahan bakar berasal dari fosil yaitu dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang bahan bakarnya solar. Energi listrik yang tersedia sampai saat ini hanya sebesar 6,2 Mega Watt, sehingga untuk memenuhi energi listrik kedepan sangat kekurangan, hal ini dapat dilihat dari jumlah antrian penyambunagn listrik dan seringnya listrik mati secara bergiliran. Guna mengantisipasi pemenuhan kebutuhan energi listrik ke depan perlu dilakukan upaya dengan mencari sumber energi alternatif yang lebih berwawasan lingkungan, mengingat Kabupaten Malinau sebagai Kabupaten Konservasi dan potensi sumber daya air yang ada sangat banyak. Untuk itu perlu dilakukan kajian atau studi yang rinci dengan harapan output berupa rekomendasi penetepan lokasi yang tepat dan selanjutnya dapat dijadikan dasar bagi pelaksanaan perencanaan teknis dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah sesuai dengan grand strategi pembangunan Kabupaten Malinau, maka sangatlah diperlukan beberapa sarana penunjang yang akan dapat memperlancar program tersebut. Dan salah satu sarana penunjang tersebut adalah pusat-pusat pembangkit tenaga listrik sebagai sumber energi yang sangat vital bagi pembangunan. TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Lokasi Bendungan PLTA Pembangkitan tenaga air atau yang lazim disebut dengan PLTA adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian jatuh dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Untuk itu sebelum merencanakan suatu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sangat diperlukan data-data yang dapat memberikan gambaran di sekitar proyek mengenai lokasi, keadaan topografi, kondisi geologi, material untuk konstruksi, sosial ekonomi dan data-data lainnya. Data-data ini diperoleh melalui survey dan investigasi, yang mana pengumpulan data-data tersebut hendaknya dilakukan dengan cermat dan teliti, karena apabila data yang
20
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
diperoleh kurang menggambarkan keadaan setempat maka akan sangat merugikan dalam perencanaan selanjutnya. Pemilihan letak dan tipe bendungan merupakan masalah yang sangat penting dalam perencanaan suatu bendungan karena akan berpengaruh pada segi ekonomis, teknis dan efisiensi dari bendungan yang akan dibuat. Pertimbangan Topografi Debit dan tinggi jatuh (head) adalah dua faktor utama yang menentukan besarnya kapasitas pembangkitan dalam suatu PLTA. Karenanya dalam memilih letak as bendungan haruslah diusahakan agar kedua hal tersebut dapat mencapai yang sebesar-besarnya, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sebab dengan bertambahnya head itu seringkali diikuti dengan membesarnya volume bendungan, luas daerah genangan dan bertambah panjangnya waterway, sehingga pertambahan tinggi jatuh tersebut belum tentu membawa keuntungan secara ekonomis. Studi Kelayakan Pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai study kelayakan. Disamping sifatnya yang menyeluruh, study kelayakan harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperolehdibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Pengkajian kelayakan suatu usulan proyek bertujuan mempelajari usulan tersebut dari segala segi secara profesional agar setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan, jangan sampai terjadi setelah proyek selesai dibangun dan dioperasikan ternyata hasilnya jauh dari harapan. Oleh karena itu, perlu penelitian dan pengkajian yang seksama dan sistematis sebelum terlanjur menanam modal untuk implementasi. Pertimbangan Geologi Untuk menghitung besarnya curah hujan dengan periode ulang tertentu, dipakai Rumus Gumbel, sebagai berikut : x = x + . K dimana : x = Probabilitas curah hujan harian maksimum dalam T tahun x = Rata-rata curah hujan selama tahun pengamatan (m) = Standart deviasi dari data seri Pemeriksaan uji kesesuaian (check of goodness of fit) dimaksudkan untuk mengetahui bahwa data curah hujan rata-rata maksimum daerah yang dipakai sebagai dasar perhitungan banjir, benar-benar berdistribusi secara gumbel. Untuk pengujian ini digunakan metode Smirnov – Kolmogorov. Untuk mengadakan pemeriksaan uji tersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan pada kertas probabilitas Gumbel dengan garis durasi yang sesuai. Plotting data dengan garis durasi pada kertas probabilitas Gumbel dilakukan sebagai berikut: Data curah hujan harian maksimum tahunan disusun dari yang kecil sampai yang besar; Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull: 100 m P= % n 1 dimana : P = Probabilitas (%) m = nomor urut data seri yang telah disusun n = banyaknya data
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
21
Untuk memperkirakan hidrograf banjir rancangan dengan hidrograf satuan perlu diketahui dahulu sebaran hujan jam-jaman dengan suatu interval waktu. Pada perhitungan ini karena data pengamatan sebaran hujan tidak tersedia maka untuk perhitungannya digunakan rumus Mononobe sebagai berikut : RT =
R24 t
( t/T) (2/3)
dengan : RT = intensitas hujan rerata dalam T jam (mm/jam) R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari (mm) t = waktu konsentrasi hujan (jam) T = waktu mulai hujan Curah Hujan Maksimum yang Mungkin Terjadi (PMP). Salah satu faktor penyebab rusaknya tubuh bendungan adalah terjadinya pelimpahan pada mercu bendung akibat banjir rencana maksimum (QPMP). Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat/dianalisa mengenai curah hujan rencana maksimum yang mungkin terjadi sehingga dari sini dapat diperkirakan besarnya debit banjir rencana maksimum yang mungkin terjadi. Perumusan yang dipakai adalah rumusan dari Hersfield yaitu : RPMP = R + K.S Dimana : RPMP = Curah hujan maksimum yang mungkin terjadi. R = Curah hujan maksimum rata2 k = waktu mulai hujan Distribusi Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah tinggi hujan yang menyebabkan debit aliran langsung (run off) atau dengan kata lain curah hujan efektif yaitu tinggi hujan setelah dikurangi kehilangan-kehilangan akibat penguapan, resapan disepanjang daerah pengaliran dan lainlain. Faktor yang menyebabkan kehilangan-kehilangan tersebut disebut run off koefisien (). Run off koefisien (koefisien pengaliran) untuk masing-masing daerah tentunya tidak sama tergantung pada kondisi daerah pengalirannya (faktor topografi daerah) serta karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Koefisien pengaliran pada daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan studi mengenai karakteristik hujan yang jatuh di daerah tangkapan dengan hubungannya terhadap luas daerah pengalirannya yang besarnya merupakan harga rata-rata dari penyelidikan yang pernah dilakukan. Tinggi hujan efektif dirumuskan sebagai berikut : Rc = Rt - S . Rt = (1 - S) Rt atau Rc = c . Rt dimana : Rc = Curah hujan efektif Rt = Curah hujan rata-rata yang sudah dibawah aliran. c = Koefisien pengaliran S= Koefisien akibat kehilangan bagian curah hujan Metode Unit Hidrograf Nakayasu Berdasarkan penyelidikan pada beberapa sungai di Jepang, Nakayasu membuat rumus hidrograf satuan sintetik sebagai berikut : Qp =
A.Ro
3.6 (0.3Tp + T0.3)
22
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
dimana : Qp = debit puncak banjir (mm/jam) Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam) = Tg + 0.8 tr Tg = waktu konsentrasi (jam) = 0.4 + 0.058 L untuk L > 15 km = 0.21 + L0.7 untuk L < 15 km 2 L = panjang sungai (km ) Tr = satuan waktu yang digunakan (0.5 – 1) Tg A = luas daerah pengaliran (km2) Ro = curah hujan spesifik/satuan (mm) T0.3 = waktu yang digunakan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak (jam) = Tg ; koefisien pengaliran = 1.5 – 3 Persamaan itu menggambarkan keadaan seimbang daripada pertukaran butiran dasar antara lapisan dasar (bed layer) dan dasarnya. Einstein menggunakan D= D35 untuk parameter angkutan, sedangkan untuk kekasaran digunakan D = D65. Hubungan antara kemungkinan butiran akan terangkut dengan intensitas angkutan dasar dijabarkan sebagai berikut : Qb = ( φ ( g. Δ . D353)1/2 ).B φ = 0.044638 + (0.36249.Ψ‘) –(0.226795. Ψ2) + (0.036. Ψ3) Ψ = ( μ . R. I ) / ( Δ. D35 ) τ = ρw. g. R. I μ = ( C/C‘ )3/2 C‘ = 18 log ( 12R / D65 ) C = V / ( R. I )1/2 Keterangan: A = Luas penampang basah ( m2 ) P = Keliling basah ( m ) R = Jari – jari hidroulis (A/P) V = Kecepatan ( m/dt ) Q = Debit ( m3/dt ) → V. A Transportasi Sedimen Muatan Layang (Suspended Load) Untuk menghitung nilai sedimen muatan layang digunakan metode perhitungan yaitu Metode USBR: Muatan layang (suspended load) dapat juga dihitung dengan menggunakan metode USBR (United State Beureu Reclamation) dimana untuk menghitung angkutan muatan layang.diperlukan pengukuran debit air (Qw) dalam m3/det, yang dikombinasikan dengan konsentrasi sedimen (C) dalam mg/lt, yang menghasilkan debit sedimen dalam ton/hari dihitung dengan persamaan (Strand, 1982:7) Qs = 0,0864 C. Qw Dari perhitungan, dibuat lengkung aliran sedimen yang merupakan garis regresiantara angkutan sedimen dan debit air dengan persamaan: Qs = a. Qwb Keterangan: Qs = Beban layang (ton/hari) C = Konsentrasi sedimen (mg/lt) Qw = Debit sungai (m3/det) a,b = Konstanta
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
23
Muatan Sedimen Tak Terukur Untuk melengkapi perhitungan muatan total (total load) diperlukan beberapa metode estimasi bagian sedimen total yang tidak terukur. Batasan tersebut didefinisikan sebagai berikut: Bed material adalah campuran sedimen dimana aliran dasar terjadi Bed load adalah sedimen yang digerakkan oleh loncatan gulungan, longsoran pada atau dekat aliran dasar Bed material load adalah bagian dari muatan sedimen yang terdiri dari ukuran butiran di dasar Wash load adalah bagian dari muatan sedimen yang terdiri dari ukuran butiran yang lebih halus dari muatan dasar (bed load) Suspended load adalah partikel yang bergerak keluar dari lapisan dasar Unsampled load adalah 4/3 inci dari aliran dasar naik ke titik terendah dari sampling vertikal kebanyakan sampler suspended sediment tidak dapat mencapai daerah ini. Untuk tujuan perencanaan pendahuluan informasi pada tabel dibawah ini dapat dipakai untuk mengestimasi jumlah/besarnya koreksi muatan dasar yang dipakai untuk melengkapi perhitungan muatan total (total load) menggunakan humus sebagai berikut ini: Total Muatan (Total Load) Englund dan Hansen Qb = φ. I ( m3/dt/m) Φ = 0,1 . ( 1/f ). Ψ2.5 W = ( R . I )/( Δ. D50 ) f = ( 2.g )/C2 C = V / ( R. I )1/2 Keterangan: A = Luas penampang basah ( m2) P = Keliling basah ( m ) R = Jari – jari hidroulis (A/P) V = Kecepatan ( m/dt ) Q = Debit ( m3/dt ) → V. A R = Jari – jari Hidroulis D50= Diameter butiran G = Gravitasi I = Kemiringan dasar sungai Sedimentasi Dalam Waduk Faktor penting untuk menghitung sedimentasi dalam waduk adalah banyaknya sedimen yang masuk ke dalam waduk, dan kemudian menghitung rapat massa serta sediment trap efficiency. Penentuan Rapat Massa Dalam menentukan rapat massa dipakai perumusan dari Lane dan Koelzer yaitu sebagai berikut: bT = bL + B log T dimana : T = waktu dalam tahun B = koefisien konsolidasi.
24
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
bL = rapat massa mula-mula, diambil harganya setelah setahun konsolidasi. Untuk operasi waduk (Normally & Moderate Reservoir draw down bL 1185 dan B = 45). T = diambil 50 tahun. Sehingga bT = bL + B log T Penentuan Diameter Head Race Dengan adanya fluktuasi muka air sungai seperti diuraikan di atas, maka dalam penentuan Diameter head race terlebih dahulu diadakan perhitungan hubungan antara elevasi muka air (Z), debit yang lewat In take ( Q ) dan Diameter head race ( D1 ). Rumus debit yang mengalir : Q=VxA Dimana : Q = debit ( m3 /detik ). V = kecepatan ( m/detik ) A = luas penampang basah ( m2 ) A = ¼ D12 D1 = diameter head race Penentuan Muka Air Operasional Tertinggi ( FSL ) Untuk menentukan elevasi muka air tertinggi, terlebih dahulu dibuat lengkung masa (Mass Curve) agar dapat diketahui kapasitas tampungan suatu reservoir. Perumusan yang dipakai adalah : Rumus kontinuitas metode Simulasi Inflow – Out Flow yaitu : ds I 0 E dt Dimana : I = Inflow 0 = out flow E = Evaporasi (penguapan). S = Tampungan waduk. Penentuan Diameter Penstock ( D2 ) Penstock adalah pipa tekan yang menghubungkan turbin dengan Surge Tank. Apabila turbin lebih dari satu, disarankan pula untuk menyesuaikan dengan banyaknya turbin yang digunakan yaitu antara lain dibuatkan pipa percabangan dekat power plant. Persamaan Energi titik B - C. 2 2 2 2 V V P V V P z B B B z c c c h2 z B B 0 z c c 0 h2 2g 2g 2g 2g 2
2
Vc V z B z c B h2 2g 2g Tinggi Jatuh Efektif ( H eff ). Dari persamaan H
eff z A zc (0,025
0,06185 D2
4
3
) . 0,0827
Q2 4 D2
untuk berbagai debit yang dialirkan ( sesuai dengan elevasi muka air Reservoir ). didapat H efektif dengan alternatif Diameter Penstock yang cukup ekonomis Daya yang akan dihasilkan oleh suatu pembangkit lis trik tenaga air diperhitungkan dengan perumusan sebagai berikut :
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
25
P = . 9,8 . Q Heff *) (Kw) Dimana : P = Daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik ( Kw ) . = Efisiensi generator (diambil 85 %). Q = Debit yang dialirkan lewat water way (m3 /detik ). Heff = Tinggi jatuh effektif (m) Penentuan Diameter Surge Tank. Fungsi Surge Tank adalah untuk : Menghilangkan tambahan tekanan (akibat ditutupnya turbin sekonyong-konyong) pada terowongan tekan. Sebagaimana diketahui pada penutupan sekonyong-konyong atau pada penutupan cepat, timbul water hammer. Water hammer ini mengakibatkan tambahan tekanan. Dengan adanya surge tank, maka gelombang dapat keluar kedalam surge tank (air dalam surge tank naik). Jadi di dalam terowongan tekan praktis ada tambahan tekanan. Mengurangi tambahan tekanan pada pipa pesat (penstock). Tambahan debit (bila beban bertambah selalu dapat dipenuhi dan dengan demikian bahaya vacuum (kavitasi) dalam pipa akibat tambahan debit sekonyong - konyong ini dapat dihindari. Perumusan yang dipakai untuk mendimensi Surge Tank diambil dari Water Power Engineering oleh MM Dandeka & KM. Sharma. 2 V0 L . AT AS min . 2 g hf 0 ( Hk hf 0 ) dimana : As min = Luas penampang surge tank minimum (m2) AT = Luas penampang head race tunnel (m2). AT = ¼ π D12 L = Panjang head race tunnel Hk = Tinggi jatuh kotor V0 = Kecepatan aliran pada head race tunnel V0 VB 2 g ( h1 h1 ) hf0 = Total kehilangan tinggi dari pemasukan. ( Intake ) sampai ke Surge Tank ( hl ) AT = ¼ π D12 = ¼ π (4)2 2 V Hf0 = h1 h1 B 2g Flood Routing Pada waktu banjir, ada out flow yang melewati Intake (Oc) dan spillway (Os) Dimana Oc dan Os merupakan f (h). Perumusan yang dipakai : I t Ot s I = Inflow ; O = Out flow dan S = Storage S =S(h) O = Oc + Os (h) dimana : h = Tinggi muka air di atas spillway Oc = Debit yang melewati Intake
26
Os
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
= Debit yang melewati spillway.
Dalam analisa ekonomi pada kajian ini diperlukan beberapa asumsi dalam penyelesaiannya, yaitu : 1. Lama pembangunan proyek 2. Tingkat suku bunga (interest rate) 3. Umur bangunan 4. Biaya tak terduga 5. Tahap pembayaran proyek 6. Perhitungan benefit cost ratio (BCR) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa besarnya curah hujan rancangan dalam pekerjaan ini dimaksudkan guna perhitungan debit banjir rancangan pada daerah studi yaitu dengan menggunakan metode pengalih ragaman dari hujan ke debit dalam analisa hidrologi Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rencana
Hujan Rencana Terpilih Dari hasil pengujian terhadap Uji Chi-kuadrat dan Uji Smirnov Kolmogorov dapat ditetapkan distribusi kemungkinan dari data pengamatan. Berdasarkan distribusi selanjutnya dapat ditentukan tinggi curah hujan rencana untuk beberapa periode ulang dan didapatkan hasil terpilih dari tiga metode diatas adalah metode Gumbel . Sebagai disajikan dalam tabel: Tabel 2. Rekapitulasi Hujan Rencana Dengan Berbagai Distribusi
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
27
Tabel 3 Distribusi Hujan dengan Koefisien run off
Tabel 4. Distribusi Hujan RPMP dengan Koefisien run off
Analisa Debit Banjir Rencana Sebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu mengenai intansitas curah hujan maka dalam analisa debit banjir rencana sangat erat hubungannya dengan besarnya intensitas curah hujan tersebut. Metode yang digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana digunakan metode Nakayasu dan dari hasil hidrograf satuan kemudian di cari masing debit rencana banjir untuk masing masing sungai seperti pada grafik dibawah ini :
(1a) (1b) Gambar 1. Grafik Debit Rencana Banjir Sungai Simandurut (a) dan Sungai Sembuak (b)
28
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
(2a) (2b) Gambar 2. Grafik Debit Rencana Banjir Sungai Bengalun (a) dan Sungai Mentarang (b) Pada tahap selanjutnya dilakukan perhitungan debit adalan untuk masing masing sungai dengan hasil sebagai berikut: )
(3a) (3b) Gambar 3. Debit Andalan Sungai Simandurut (a) dan Sungai Sembuak (b)
(4a) (4b) Gambar 4. Debit Andalan Sungai Bengalun (a) dan Sungai Mentarang (b) Dalam kaitannya dengan perkiraan laju sedimen dilakukan berdasarkan persamaan empiris yang dikembangkan oleh Wischemeter dan Smith. Metode ini akan menghasilkan perkiraan besarnya erosi gross. Untuk menetapkan besarnya sedimen yang sampai di tempat studi, erosi gross harus dikalikan dengan rasio pelepasan sedimen (sediment delivery ratio)
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
29
Tabel 5. Perhitungan Total Load Metode Engelund & Hansen untuk sungai Simandurut (a) dan Sungai Sembuak
(5a) (5b) Tabel 6. Perhitungan Total Load Metode Engelund & Hansen untuk sungai Bengalun dan Sungai Mentarang
(6a)
(6b)
Untuk menentukan elevasi muka air tertinggi, terlebih dahulu dibuat lengkung masa (mass curve) agar dapat diketahui kapasitas tampungan suatu reservoir. Tabel 7. Perhitungan Penentuan Tinggi FSL Sungai Simandurut, Sungai Sembuak, Sungai Bengalun dan Sungai Mentarang No. Nama Sungai FSL 1 Sungai Simandurut + 115 2 Sungai Sembuak + 175 3 Sungai Bengalun + 165 4 Sungai Mentarang + 150 Daya yang akan dihasilkan oleh suatu pembangkit listrik tenaga air untuk masing masing lokasi sungai.
30
NEUTRON, VOL.10, NO.2, AGUSTUS 2010: 19- 31
Tabel 8. Perhitungan Daya dan Energi Listrik
Tabel 9. Rekapitulasi Anggaran Biaya Pembangunan PLTA Kabupaten Malinau
Tabel 10. Biaya Operasi dan maintenance PLTA Kabupaten Malinau
Kajian Energi Listrik PLTA Kabupaten Malinau
31
Tabel 14. Nilai Net Present Value dan Benefit Cost Ratio Sungai Simandurut, Sungai Sembuak, Sungai Bengalun dan Sungai Mentarang No. Nama Sungai NPV (Rp) BCR 1 Sungai Simandurut -801.910.393.866,- - 0,883 2 Sungai Sembuak -1.072.137.202.742,- - 0,926 3 Sungai Bengalun - 915.105.805.760,- - 0,945 4 Sungai Mentarang - 1.176.018.735.850,-, - 0,592 KESIMPULAN Kesimpulan Lokasi potensi Energi Litrik PLTA Kabupaten Malinau yang dikaji pada laporan ini ada 4 lokasi yang berbeda yaitu : 1. Pada lokasi Sungai Simandurut daya yang dihasilkan sebesar = 0,824 MW Dengan biaya pembangunan bendungan = Rp. 898.479.561.891,Nilai NPV = -801.910.393.866,Nilai BCR = - 0,883 2. Pada lokasi Sungai Sembuak daya yang dihasilkan sebesar = 0,687 MW Dengan biaya pembangunan bendungan = Rp. 1.144.582.981.523,Nilai NPV = -1.072.137.202.742, Nilai BCR = - 0,926 3. Pada lokasi Sungai Bengalun daya yang dihasilkan sebesar = 0,483 MW Dengan biaya pembangunan bendungan = Rp. 957.846.324.515,,Nilai NPV = - 915.105.805.760, Nilai BCR = - 0,945 4. Pada lokasi Sungai Mentarang daya yang dihasilkan sebesar = 5,32 MW Dengan biaya pembangunan bendungan = Rp. 1.962.953.155.461,Nilai NPV = - 1.176.018.735.850,-, Nilai BCR = - 0,592 Daftar Pustaka Soemarto, C.D.(1999), Hidrologi Teknik edisi ke 2, Jakarta: Penerbit Erlangga Asdak, Chay (2007), Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta: Gajah Mada University Press Wilson, E.M., (2007), Hidrologi Teknik, edisi ke 4, Bandung: Penerbit ITB Nazir, Moh, (1988), Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Ghalia Soewarno (1991), Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri), Bandung: Penerbit Nova Soewarno (1995), Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Bandung: Penerbit Nova Soedibyo (1987), Teknik Bendungan, edisi ke 2, Jakarta: Pradnya Paramita