KAJIAN ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) JANTAN YANG DIPELIHARA PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA
LELLA HERDIANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRAK LELLA HERDIANA. Kajian Aspek Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda. Dibimbing oleh YUNIZAR ERNAWATI dan R. IIS ARIFIANTINI. Kondisi lingkungan perairan akan memengaruhi keberhasilan reproduksi ikan pada proses fertilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas spermatozoa ikan nila merah pada ketinggian lingkungan berbeda. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas spermatozoa ikan nila merah secara signifikan antara kolam BPPPU Ciherang (850 m dpl) dan Mitra Ikan Caringin (250 sampai 450 m dpl). Volume semen ikan nila merah yang diperoleh pada kolam Ciherang lebih tinggi (0.57±0.38 ml) dibandingkan dengan Caringin (0.19±0.16 ml). Tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada pH semen yaitu 7.27±0.34 dan 7.22±0.51, konsentrasi spermatozoa yaitu 6.37±3.66 x 10 9 sel/ml dan 8.03±6.70 x 109 sel /ml, durasi motilitas spermatozoa yaitu 5.88±2.76 menit dan 6.28±3.41 menit dan motilitas spermatozoa yaitu 84.17±2.04% dan 80.00±5.48%. Morfologi spermatozoa ikan nila merah memiliki bentuk kepala bulat dengan ekor tipis memanjang. Kata kunci: ikan nila merah, kualitas air, morfologi, semen, spermatozoa
ABSTRACT LELLA HERDIANA. The Reproductive Studies Male Red Tilapia (Oreochromis sp.) Maintained at Different Environmental Conditions. Supervised by YUNIZAR ERNAWATI and R. IIS ARIFIANTINI. Environment condition of water will influence reproductive success of fish as well as its fertilization. This research aims to study the quality of red tilapia sperm kept at different altitude environments. Result demonstrated that there were no significantly different on the quality of red tilapia sperm between BPPPU Ciherang (850 m dpl) and Mitra Ikan Caringin (250 to 450 m dpl). The semen volume of red tilapia kept at Ciherang (0.57 ± 0.38 ml) was higher than Caringin (0.19 ± 0.16 ml). The was no significantly different on semen pH which were 7.27±0.34 and 7.22±0.51, sperm concentration 6.37±3.66 x 109 sel/ml and 8.03±6.70 x 109 sel /ml, duration of sperm motile 5.88±2.76 and 6.28±3.41 minute as well as it motility 84.17±2.04% and 80.00±5.48%. The sperm morphology of red tilapia was spherical in head shape with long thin tail. Keywords: morphology, red tilapia, semen, sperm, water quality
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Aspek Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Lella Herdiana NIM C24080030
KAJIAN ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) JANTAN YANG DIPELIHARA PADA DUA LINGKUNGAN YANG BERBEDA
LELLA HERDIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Kajian Aspek Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda Nama : Lella Herdiana NIM : C24080030
Disetujui oleh
Dr.Ir. Yunizar Ernawati, MS Pembimbing I
Prof. Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 8 Maret 2013
PRAKATA Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang berjudul Kajian Aspek Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda, dilaksanankan sejak bulan Januari sampai Maret 2012. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS dan Prof. Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si selaku dosen pembimbing I dan II. 2. Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku dosen penguji dan Ir. Agustinus M. Samosir, M. Phil selaku ketua komisi pendidikan yang telah banyak memberi nasihat dan bimbingan moral selama penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS yang telah memberikan bantan dana pada penulis selama penelitian. 4. Papah Sumangi Tarmidi, mamah Rumsinih, kakakku Kesuma Ferdianto, adikku Lelli Herdiani dan kedua saudaraku Aji dan Fiki yang senantiasa mendoakan, membimbing, memberikan kasih sayang dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi. 5. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Piter (BPPPU Ciherang), Bapak Hamdan (Pemilik kolam budi daya Mitra Ikan Caringin), Bapak Bondan Achmadi (Teknisi Lab. URR), Mba Widar (staf Tata Usaha MSP) atas kerjasama dan bantuannya dalam pengumpulan data dan pengurusan administrasi selama penyusunan skripsi. 6. Sahabatku Nidya (Partner penelitian), Ria, Rina, teman-teman MSP 45, teman-teman Asrama Indramayu, teman-teman Jamilah, serta sahabat seperjuangan (Fasih dan Eka) dan guru kehidupanku (Mba Cicin, Teh Kanti, Teh Nauli, Mba Dewi dan Teh Herli) yang selalu ada untuk mengajarkan penulis tentang makna kehidupan dan memberikan dukungan, nasihat selama penulis menyelesaikan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 8 Maret 2013 Lella Herdiana
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Pengambilan Sampel
3
Analisis Sampel Kualitas Air
3
Analisis Kondisi Ikan Secara Umum
4
Analisis Semen Secara Makroskopis
4
Analisis Spermatozoa Secara Mikroskopis
4
Analisis Data
5
Analisis Statistik
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Lokasi Penelitian
7
Parameter Kualitas Air
8
Karakteristik Umum Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
9
Karakteristik Semen Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
10
Karakteristik Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
11
Morfologi Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
13
Morfometri Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
14
Hubungan antara Faktor Kondisi Ikan, Kualitas Air dan Kualitas Spermatozoa
15
Aplikasi Pengelolaan
16
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Rata-rata dan simpangan baku parameter kualitas air pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Rata-rata dan simpangan baku panjang, bobot dan faktor kondisi ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caring Rata-rata dan simpangan baku karakteristik semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Rata-rata dan simpangan baku karakteristik spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Rata-rata dan simpangan baku diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin
8 9 10 11
14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Lokasi penelitian di Ciherang, Kabupeten Cianjur dan Caringin Kabupaten Bogor, Jawa Barat Lokasi penelitian Kampung Ciherang, Kabupaten Cianjur (a) dan Kampung Cikupa Caringin, Kabupaten Bogor (b) Morfologi spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) pada kolam budi daya Ciherang (a) dan Caringin (b)
3 7 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian Diagram alur metode pewarnaan Williams Nilai kualitas air selama 3 kali sampling pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Informasi pendukung kedua lokasi penelitian melalui wawanca Hasil regresi hubungan panjang-bobot ikan nila merah Panjang-bobot dan faktor kondisi ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Karakteristik semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Karakteristik spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Diameter kepala spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) Panjang ekor spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) Uji normalitas (Uji Kolmogrov-Smirnov) Uji parametrik (Uji-t dua sampel independen Uji non parametrik (Uji Mann-Withney)
23 25 26 26 27 27 29 29 30 31 32 33 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang Lingkungan perairan merupakan media hidup bagi organisme akuatik untuk melangsungkan kehidupannya. Parameter lingkungan meliputi suhu, oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dan pH perairan yang selalu berubah berdampak pada proses fisiologi organisme akuatik termasuk salah satunya adalah proses reproduksi (Affandi dan Tang 2002). Ketinggian (altitude) berbeda suatu tempat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berbedanya kualitas perairan (Effendi 2003). Ikan nila merah merupakan ikan hasil persilangan antara Oreochromis mossambicus dan Oreochromis niloticus (Preschecher dan McGeachin 1988 in ElSayed 2006). Menurut Rochdianto (1993) in Setiawati dan Suprayudi (2003), warna dan bentuk tubuh ikan nila merah yang menyerupai ikan kakap merah, menjadikan ikan nila merah sebagai salah satu komoditas peluang ekspor dan mulai merambah ke pasaran luar negri khususnya Singapura dan Jepang. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan nila, menutut pembudi daya untuk memproduksi ikan dalam jumlah yang lebih besar. Salah satu kendala utama dalam pengembangan budi daya adalah ketersediaan gamet yang berkualitas tinggi, baik spermatozoa maupun telur (Bormage 1995 in Musa 2010). Informasi mengenai kualitas spermatozoa sangat dibutuhkan dalam optimalisasi proses fertilisasi. Menurut Alavi dan Cosson (2005), kemampuan fertilisasi ikan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan seperti pH dan suhu. Mengingat informasi terkait karakteristik dan kualitas spermatozoa ikan air tawar belum banyak dilakukan, khususnya pada ikan nila merah maka penelitian terkait pengaruh kondisi lingkungan yang berbeda terhadap aspek reproduksi ikan nila merah jantan menjadi sangat penting untuk dilakukan, sehingga informasi tersebut dapat berguna dan dijadikan rujukkan bagi pengembangan budi daya dan produksi perikanan di masa mendatang.
Perumusan Masalah Keberhasilan reproduksi ikan ditentukan dari kualitas gamet jantan (spermatozoa) dan betina (telur). Keduanya memiliki kontribusi yang sama sehingga informasi mengenai kualitas spermatozoa ikan yang normal dan fertil menjadi penting bagi keberhasilan proses fertilisasi. Kualitas spermatozoa dalam keberhasilan fertilisasi tidak hanya diukur dari banyaknya jumlah telur yang terbuahi, akan tetapi dapat dilihat pula dari faktor-faktor yang memengaruhinya seperti konsentrasi, motilitas, durasi motilitas, dan morfologi spermatozoa. Menurut Masrizal dan Efrizal (1997) in Hidayaturrahmah (2007), salah satu permasalahan pada budi daya ikan air tawar adalah rendahnya tingkat fertilisasi spermatozoa di dalam air. Oleh sebab itu perlu dilakukan studi mengenai aspek reproduksi ikan nila merah yang meliputi karakteristik spermatozoa ikan nila merah.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara pada kondisi lingkungan yang berbeda melalui penelaahan secara makroskopis, mikroskopis, serta morfologi dan morfometri spermatozoa melalui tehnik pewarnaan Williams.
Hipotesis Terdapat perbedaan kualitas spermatozoa ikan nila merah dari kolam BPPPU Ciherang, Cianjur (daratan tinggi) dan kolam Mitra Ikan Caringin, Bogor (daratan rendah). Data dianalisis menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov, uji Mann-Withney, dan uji t dua sampel independen. Hipotesis yang digunakan adalalah: Uji Kolmogorof-Smirnov H0 : data menyebar normal H1 : data tidak menyebar normal Kriteria penerimaan hipotesis adalah gagal tolak H0 apabila nilai p-value > 0.05 pada selang kepercayaan 95%. Uji Mann-Withney H0 : μ1 = μ2, rataan nilai kualitas spermatozoa Ciherang dan Caringin sama H1 : μ1 ≠ μ2, rataan nilai kualitas spermatozoa Ciherang dan Caringin berbeda Kriteria penerimaan hipotesis adalah gagal tolak H0 apabila nilai p-value > 0.05 pada selang kepercayaan 95%. Uji t dua sampel independen H0 : μ1 = μ2, rataan nilai kualitas spermatozoa Ciherang dan Caringin sama H1 : μ1 ≠ μ2, rataan nilai kualitas spermatozoa Ciherang dan Caringin berbeda Kriteria penerimaan hipotesis adalah gagal tolak H0 apabila nilai p-value > 0.05 pada selang kepercayaan 95%.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2012. Pengambilan sampel dilakukan di kolam budi daya Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Ciherang Kabupaten Cianjur dengan ketinggian 850 meter dpl dan kolam budi daya Mitra Ikan Caringin Kabupaten Bogor dengan ketinggian 250 sampai 450 meter dpl. Pengamatan dan pewarnaan spermatozoa ikan nila merah dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi, Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
3
Caringin
Caring in
Ciherang Ciher ang
Gambar 1 Lokasi penelitian di Ciherang, Kabupeten Cianjur dan Caringin Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Google earth 2012) Pengambilan Sampel Pengambilan sampel di lapangan meliputi pengambilan sampel kualitas air (Purposive Sampling) dan pengambilan sampel ikan nila merah jantan yang telah matang gonad (Simple Random Sampling). Pengambilan sampel kualitas air meliputi parameter DO, suhu dan pH air dilakukan pada pukul 09.00 WIB saat proses fotosintesis (salah satu sumber oksigen terlarut dalam perairan) dalam badan air berlangsung optimal. Sampel kualitas air diambil dari beberapa titik yang menggambarkan karakteristik keseluruhan badan air seperti pada bagian inlet, tengah dan outlet. Sampel ikan nila merah diambil dari kolam budi daya indukkan ikan nila merah jantan secara acak menggunakan jaring. Sampel ikan diambil sebanyak 4 ekor setiap kali sampling. Ikan yang terpilih kemudian dibawa ke laboratorium dalam kondisi segar dan hidup untuk dilakukan proses evaluasi semen dan pewarnaan spermatozoa.
Analisis Sampel Kualitas Air Analisis sampel kualitas air meliputi tiga parameter yaitu DO, suhu dan pH. Pengukuran nilai DO dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. Pada analisis sampel DO, air kolam sampel sebanyak 125 ml pada botol BOD ditambahkan larutan MnSO4 dan NaOH–KI sebanyak 20 tetes sehingga larutan berubah warna menjadi kuning dan terjadi endapan MnO 2. Setelah endapan MnO2 terbentuk, air sampel ditambahkan H2SO4 sebanyak 20 tetes sehingga endapan akan larut kembali. Kemudian air sampel diambil sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur dan dipindahkan ke tabung erlenmeyer untuk dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) sampai air berwarna kuning muda dan ditambahkan larutan amilum (kanji) sebagai indikator sebanyak 3 tetes, setelah itu sampel dititrasi kembali sampai larutan berwarna bening (Salmin 2005). Pada pengukuran suhu thermometer dicelubkan ke dalam perairan sampai tenggelam seluruhnya selama 1 sampai 2 menit, lalu tarik thermometer dan lihat
4 nilai suhu yang ditunjukan pada skala nilai dan catat hasilnya. Saat thermometer diangkat usahakan masih berada di dalam air, hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi bias data. Pengukuran pH menggunakan kertas pH indikaror 1 sampai 14. Kertas pH dicelupkan ke dalam kolam perairan selama 1 menit, kemudian dicocokkan dengan kotak tabel warna indikator untuk mengetahui kisaran nilai pH yang diperoleh.
Analisis Kondisi Ikan Secara Umum Total ikan yang diambil selama penelitian sebanyak 12 ekor, akan tetapi karena adanya kendala penelitian seperti kematian ikan selama proses transportasi dan kecacatan sampel semen saat dianalisis, maka hanya 6 ekor ikan yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Sampel ikan yang dibawa ke laboratorium ditimbang bobotnya dengan timbangan manual dan diukur panjang totalnya dengan penggaris. Koleksi semen ikan nila merah menggunakan metode stripping. Metode ini dilakukan dengan cara mengurut bagian perut ikan menuju ke lubang urogenital sampai keluar cairan putih susu (semen). Semen yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara makroskopis dan mikroskopis.
Analisis Semen Secara Makroskopis Analisis semen ikan nila merah secara makroskopis meliputi analisis volume, pH, warna dan konsistensi semen. Pengukuran volume semen dilakukan dengan menampung semen yang telah distripping ke cawan petri, kemudian dimasukkan ke syringe dan lihat skala volume pada syringe. Kemudian, pada analisis pH dapat dilakukan dengan mengambil satu tetes semen untuk dioleskan ke kertas pH, tunggu 15 sampai 30 detik. Setelah tampak warna pada kertas pH kemudian cocokkan dengan sekala pH 6.4 sampai 8 yang tertera pada kotak pH indikator. Selanjutya pada analisis warna dan konsistensi semen dilakukan secara visual. Warna semen dapat dilihat secara langsung sesuai dengan penampakan warnanya, sedangkan pada pengukuran konsistensi semen dilakukan dengan memiringkan cawan petri yang di dalamnya terdapat semen dan dilihat durasi jatuhnya semen, apakah semen kental, sedang atau encer.
Analisis Spermatozoa Secara Mikroskopis Analisis spermatozoa secara makroskopis meliputi analisis motilitas, durasi motilitas, konsistensi, morfologi dan morfometri spermatozoa. Pengukuran motilitas spermatozoa dilakukan dengan menambahkan satu tetes air ke dalam satu tetes semen pada object glass kemudian homogenkan dan tutup dengan cover glass. Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan melihat proporsi spermatozoa yang bergerak (%), sedangkan pada pengamatan durasi motilitas spermatozoa dilihat dari lamanya spermatozoa saat pertama kali bergerak sampai berhenti bergerak. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
5 Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan mengencerkan semen 1000 kali dengan perbandingan 1 μl semen ditambah 999 μl formol saline menggunakan mikropipet lalu homogenkan dalam tabung eppendorf 2 ml. Setelah homogen, semen diteteskan pada kedua ujung bagian atas dan bawah counter chamber yang sebelumnya telah ditutup dengan cover glass. Semen yang diteteskan dibiarkan mengalir secara alami hingga kamar hitung terisi penuh. Konsentrasi spermatozoa dihitung pada 5 kotak besar counter chamber secara diagonal yang masing-masing kotak memiliki 16 kotak kecil. Pengamatan spermatozoa dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali. Pada analisis morfologi dan mofometri spermatozoa terdiri atas beberapa tahapan, seperti tahap pengenceran semen, tahap pembuatan preparat ulas, tahap pewarnaan dan tahap pengamatan. Pengenceran semen dilakukan sebanyak 1000 kali menggunakan sodium sitrat 3% (10 μl semen ditambah 990 μl sodium sitrat 3%) lalu homogenkan dalam tabung eppendorf 2 ml. Sampel semen yang telah diencerkan, disentrifuse dengan kecepatan 1750 rpm selama 10 sampai 15 menit dan setelah itu dibuat preparat ulas tipis pada object glass sebanyak 2 sampai 3 silde. Preparat ulas yang sudah kering kemudian diwarnai dengan pewarnaan Williams (Gunarso 1989 in Arifiantini et al. 2006). Pewarnaan dilakukan dengan memfiksasi prerapat ulas di atas api bunsen, selanjutnya dicuci dalam alkohol absolute selama 4 menit lalu dikeringudarakan. Preparat dimasukkan ke dalam larutan 0.5% chloramin selama 1 sampai 2 menit sambil diangkat dan dimasukkan kembali berkali-kali dengan tujuan menghilangkan mukus dan ulasan terlihat jernih. Kemudian cuci dalam distilled water, selanjutnya rendam dalam alkohol 95% dan diwarnai dengan larutan carbol fuchsin selama 10 menit. Pengamatan morfologi spermatozoa dilihat dari bentuk kepala dan ekor spermatozoa, sedangkan pada pengamatan morfometri spermatozoa dilakukan dengan mengukur diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa sebanyak 30 sel spermatozoa pada setiap sempel ikan. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 1000 kali dengan bantuan minyak emersi dan mikrometer okuler.
Analisis Data Oksigen terlarut Nilai DO perairan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Vol.Thiosulfat × N.Thiosulfat × 8 × 1000 mg DO Vol.Botol BOD – Vol.Preaksi l = Vol.Sampel × BOD Vol.Botol
Keterangan: Vol.thiosulfat N.thiosulfat Vol.sampel Vol.botol BOD Vol.pereaksi
: : : : :
banyaknya ml titran yang dikeluarkan selama titrasi kosentrasi Na-thiosulfat (0.0242) volume air sampel yang digunakan untuk titrasi (25 ml) volume botol BOD yang digunakan (125 ml) volume MnSO4, NaOH-KI, dan H2SO4 yang digunakan
6 Hubungan panjang – bobot Analisis hubungan panjang -bobot ikan dapat dihit ung dengan rumus (Effendie 2002): W=aLb Keterangan: W : bobot ikan (g) L : panjang total (mm) a dan b : konstanta regresi panjang bobot Apabila nilai b = 3, maka pertumbuhannya isometrik, namun apabila nilai b < 3 dan nilai b > 3 maka pertumbuhannya adalah allometrik negatif dan allometrik positif. Faktor kondisi Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan bobot ikan contoh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002) : jika nilai b = 3 (isometrik) maka rumus yang digunakan adalah : K= (W ×105 ) L3 Jika nilai b ≠ 3 (allometrik) maka rumus maka rumus yang digunakan adalah : K= W (aLb ) Keterangan : K : faktor kondisi W : bobot ikan (g) L : panjang total (mm) a dan b : konstanta regresi panjang bobot Konsentrasi spermatozoa Rumus untuk menghitung konsentrasi spermatozoa per ml adalah sebagai berikut: Konsentrasi spermatozoa sel/ml = N × 5 × FP × 10.000 Keterangan: N : rata-rata jumlah spermatozoa dari chamber atas dan bawah 5 : 5 kotak dari 25 kotak hitung yang ada FP : faktor pengencer 1000 10.000 : faktor koreksi dibutuhkan kerena kedalaman cover slip 0.0001 ml per chamber Morfometri spermatozoa Morfometri spermatozoa diperoleh dari hasil pengukuran diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa di bawah mikroskop cahaya, nilai yang diperoleh dikonversikan terlebih dahulu ke dalam satuan mikron (μ) dengan melakukan kalibrasi menggunakan stage mikrometer okuler, sehingga ukuran diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa yang sesungguhnya dapat dicari dengan rumus: Diameter kepala atau panjang ekor (µm) = S x 1.47 Keterangan: S : ukuran spermatozoa yang terlihat pada skala mikrometer okuler (µm) 1.47 : satu skala pada mikrometer okuler
7 Analisis Statistik Analisis statistika yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menghitung rataan dan simpangan baku pada semua parameter kuantitatif dan statistika inferensia dengan melalukan beberapa pengujian seperti regresi linear sederhana (RLS), uji Kolmogorof-Smirnov, uji Mann-Withney dan uji t dua sampel independen menggunakan Microsoft Excel 2007 dan program Minitab 16. Analisis RLS digunakan untuk mengetahui hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan. Uji Kolmogorof-Smirnov digunakan untuk mengetahui tipe sebaran data (nilai sampel) yang diperoleh. Sedangkan uji Mann-Withney dan uji t dua sampel independen adalah uji yang digunakan untuk mengetahui nilai rataan sampel yang diperoleh dari dua populasi atau grup yang diamati, apakah memiliki kesamaan atau berbeda secara signifikan. Apabila data yang diperoleh dari hasil uji Kolmogorof-Smirnov adalah menyebar normal (p-value > 0.05), maka dilanjutkan dengan uji t dua sampel independen. Sedangkan, apabila data yang diperoleh tidak menyebar normal (p-value < 0.05), maka dilanjutkan dengan uji Mann Withney.
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian
(a) Gambar 2
(b)
Lokasi penelitian Kampung Ciherang, Kabupaten Cianjur (a) dan Kampung Cikupa Caringin, Kabupaten Bogor (b)
Lokasi penelitian berada di kawasan Jawa Barat yang meliputi dua lokasi yaitu Kampung Ciherang, Kabupaten Cianjur dan Kampung Cikupa Caringin, Kabupaten Bogor dengan ketinggian yang berbeda. Kolam budi daya BPPPU Ciherang, Kabupaten Cianjur berada pada ketinggian 850 meter dpl dengan luas
8 kolam indukan ikan nila merah yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan sampel sebesar 70 m2 (Diskanlut 2010). Sebaliknya pada kolam budi daya Mitra Ikan Caringin, Kabupaten Bogor secara geografis berada pada ketinggian 250 sampai 450 meter dpl dengan luasan kolam indukan nila merah sebesar 15 m2 (Basyir 2008). Kedua kolam budi daya memiliki perairan yang berwarna coklat, akan tetapi pada kolam budi daya Ciherang memiliki perairan yang lebih jernih dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin yang cenderung keruh.
Parameter Kualitas Air Tabel 1 Rata-rata dan simpangan baku parameter kualitas air pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Parameter Ciherang Caringin DO (mg/l) 4.52±0.63 4.78±0.58 o Suhu ( C) 25.00±1.50 26.78±0.67 pH 7.58±0.20 5.75±0.27 Hasil uji statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai DO pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (Mann-Whitney/ p-value > 0.05), yaitu sebesar 4.52±0.63 mg/l pada kolam budi daya Ciherang dan sebesar 4.78±0.58 mg/l pada kolam budi daya Caringin. Menurut PPRI No. 82 tahun 2001, nilai DO rata-rata pada kedua lokasi penelitian masih dalam batas standar baku mutu untuk kegiatan budi daya yaitu ≥ 3 mg/l. Salah satu faktor yang memengaruhi nilai DO di suatu perairan adalah ketinggian. Jeffries dan Mills (1996) in Effendi (2003), semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka tekanan atmosfernya semakin kecil dan pada kondisi tekanan atmosfer kecil maka oksigen terlarut di perairan semakin rendah. Ditinjau dari faktor yang memengaruhi nilai DO di suatu perairan seperti ketinggian, maka seharusnya nilai DO pada kolam budi daya Caringin (250 sampai 450 meter dpl) lebih besar dibandingkan dengan DO pada kolam budi daya Ciherang (850 meter dpl). Akan tetapi masukkan limbah rumah tangga pada kolam budi daya Caringin (Sachmud 2008) diduga menjadi faktor yang menyebabkan menurunya nilai DO, sehingga nilai DO pada kolam budi daya Caringin yang seharusnya tinggi menjadi rendah atau tidak jauh berbeda dengan kolam budi daya Ciherang. Menurut Hariyadi et al. (1992) in Rahmawati (2006), keberadaan DO di perairan tidak hanya digunakan untuk respirasi organisme air, tetapi juga digunakan oleh organisme pengurai (bakteri) dalam proses dekomposisi bahan organik di suatu perairan, sehingga semakin banyak limbah organik yang masuk ke perairan maka nilai DO di perairan semakin menurun. Suhu perairan memiliki peranan penting dalam mengendalikan ekosistem perairan. Hasil uji statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai suhu pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin berbeda nyata (Mann-Whitney/ p-value < 0.05). Suhu pada kolam budi daya Ciherang lebih dingin (25.00±1.50 oC) dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin (26.78±0.67 oC), karena lokasi kolam budi daya Ciherang lebih tinggi dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin. Menurut Effendi (2003), suhu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang,
9 ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman badan air. Nilai suhu perairan pada kedua lokasi penelitian masih berada pada kisaran toleransi normal bagi ikan nila untuk tumbuh dan memijah secara alami yaitu berkisar antara 22 oC sampai 37 oC (Amri dan Khairuman 2003). Derajat keasaman atau pH merupakan gambaran tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Hasil uji statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai pH air pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin berbeda nyata (MannWhitney/ p-value < 0.05). Nilai pH rata-rata pada kolam budi daya Ciherang (7.58±0.20) cenderung lebih basa dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin (5.75±0.27) yang asam, sehingga kolam budi daya Ciherang lebih sesuai untuk dijadikan kegiatan budi daya dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin karena nilai pH kolam budi daya Ciherang tergolong ke dalam kisaran pH perairan yang diajukan PPRI No. 82 tahun 2001 untuk kegiatan budi daya, yaitu 6 sampai 9. Perbedaan nilai pH perairan dipengaruhi oleh suhu, fotosintesis, respirasi, DO, keberadaan ion dalam perairan, serta limbah buangan industri dan rumah tangga (Pescod 1973 in Shindu 2005; Mahida 1993 in Susanto et al. 2009). Nilai pH air yang asam pada kolam budi daya Caringin disebebkan oleh masukkan limbah rumah tangga ke kolam perairan. Masukkan limbah rumah tangga yang membawa bahan organik berdampak pada peningkatan proses dekomposisi oleh bakteri, sehingga keberadaan DO di dalam perairan menurun sedangkan nilai CO2 (karbondioksida) di dalam perairan meningkat. Proses dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik oleh dekomposer dapat mengurangi kadar DO (Tebbut 1992 in Effendi 2003). Menurut Wetzel (2001), pH perairan berhubungan dengan konsentrasi CO2, jika konsentrasi CO2 di perairan tinggi maka pH perairan akan menurun (asam).
Karakteristik Umum Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Tabel 2 Rata-rata dan simpangan baku panjang, bobot dan faktor kondisi ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Parameter Ciherang Caringin Panjang total ikan ( mm) 315.00±13.78 294.67±46.73 Bobot ikan (g) 608.33±80.10 406.67±106.14 Faktor Kondisi 1.19±0.10 0.91±0.21 Hasil uji statistik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang ikan nila merah pada kedua lokasi penelitian tidak berbeda nyata yaitu sebesar 315.00±13.78 mm pada kolam Ciherang dan sebesar 294.67±46.73 mm pada kolam Caringin (Mann-Whitney/ p-value > 0.05), sedangkan pada parameter bobot ikan berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ p-value < 0.05) atau bobot ikan nila merah pada kolam Ciherang (608.33±80.10 g) lebih besar dibandingkan dengan kolam Caringin (406.67±106.14 g). Menurut Effendi (2003), Perbedaan pertumbuhan bobot ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal (umur, keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan) dan faktor eksternal (meliputi suhu, kimia perairan dan ketersediaan makanan). Dilihat dari faktor internal seperti umur atau
10 lama pemeliharaan dan faktor eksternal seperti ketersediaan pakan, maka benar apabila bobot tubuh ikan nila merah yang dipelihara pada kolam budi daya Ciherang lebih besar dibandingkan dengan Caringin. Umur ikan nila merah yang dipelihara pada kolam budi daya Ciherang lebih lama, yaitu 6.5 bulan (Piter 24 Februari 2012, komunikasi pribadi) dibandingkan dengan Caringin yang berumur 3 bulan (Hamdan 26 Februari 2012, komunikasi pribadi). Menurut Moharram dan Raky (2007) waktu yang dibutuhkan ikan nila merah untuk matang gonad adalah 3.5 bulan. Kemudian, dilihat dari faktor eksternal seperti ketersedian pakan, maka ketersediaan pakan pada kolam budi daya Ciherang (3 kali sehari dengan komposisi protein 16 sampai 18%) lebih baik dibandingkan dengan kolam budi daya Caringin (2 kali sehari dengan komposisi protein 26%). Pernyataan tersebut sejalan dengan nilai faktor kondisi yang diperoleh pada kedua lokasi penelitian. Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor kondisi ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang (1.19±0.10) lebih besar dibandingkan dengan Caringin (0.91±0.21). Menurut Muchlisin et al. (2012), apabila nilai faktor kondisi yang diperoleh ikan lebih dari 1, maka kondisi lingkungan perairan ikan tersebut menyediakan cukup makanan atau kepadatan predator rendah. Nilai faktor kondisi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan pakan, komponen biotik, abiotik dan manajemen perikanan (Murphy et al. 1991 in Muchlisin et al. 2012; Blackwell et al. 2000).
Karakteristik Semen Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Tabel 3 Rata-rata dan simpangan baku karakteristik semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Parameter Ciherang Caringin 7.27±0.34 7.22±0.51 pH semen 0.57±0.38 0.19±0.16 Volume semen (ml) Putih keabu–abuan Putih keabu-abuan–Putih susu Warna semen Encer–Kental Encer–Kental Konsistensi semen Semen merupakan sekresi dari organ kelamin jantan yang terdiri atas spermatozoa dan plasma semen (Garner dan Hafez 2000). Hasil uji statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pH semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ pvalue > 0.05), yaitu sebesar 7.27±0.34 pada kolam budi daya Ciherang dan sebesar 7.22±0.51 pada kolam budi daya Caringin. Pada umumnya famili Cichlidae memiliki pH semen berkisar antara 6.2 sampai 8.2 (Chao et al. 1987), maka pH semen ikan nila merah yang diperoleh pada kedua lokasi penelitian tergolong aman. Selain itu, bila dibandingkan dengan pH semen pada jenis ikan air tawar lainnya seperti ikan patin sebesar 7.5±0 dan mirror crap sebesar 7.15±0.23 (Japet 2011; Bozkurt et al. 2009) maka pH semen yang diperoleh pada kedua lokasi tidak jauh berbeda. Menurut Yatim (1992) in Wahyuningsih et al. (2004) pada hewan ternak yang memiliki pH lebih dari 8 menunjukkan adanya radang akut pada kelenjar kelamin atau epididymis, pH kurang dari 7.2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar epididymis dan semen dengan
11 pH sangat rendah (asam) menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada vesikular seminalis. Hasil uji statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa volume semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ p-value < 0.05). Volume semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang (0.57±0.38 ml) lebih besar dibandingkan dengan Caringin (0.19±0.16 ml). Nilai volume semen yang dihasilkan dari setiap spesies ikan berbeda-beda bergantung pada ukuran gonad ikan. Semakin besar gonad ikan maka semakin besar pula volume semen yang dihasilkan (Sukendi et al. 2011). Bila dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya seperti ikan patin sebesar 1.23±0.21 ml, mirror crap sebesar 9.09±0.87 ml dan nila sebesar 7.4±2 ml (Japet 2011; Bozkurt et al. 2009; Musa 2010) maka volume semen ikan nila merah yang diperoleh pada kedua lokasi tergolong rendah. Tabel 3 menunjukkan bahwa warna semen yang diperoleh pada kolam budi daya Ciherang adalah putih keabu-abuan dan pada kolam budi daya Caringin bervariasi mulai dari putih keabu-abuan sampai putih susu. Menurut Partodihardjo (1992) in Setyono dan Suswahyuningtyas (2007) warna semen yang normal adalah putih keabu-abuan sampai krem kepucatan atau putih susu, sehingga warna semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tergolong normal dan tidak jauh berbeda dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya, seperti ikan mas, ikan patin dan ikan komet yang memiliki warna semen putih susu (Japet 2011; Condro et al. 2012). Tabel 3 menunjukkan bahwa konsistensi semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin bervariasi mulai dari encer sampai kental. Partodihardjo (1987) in Dewi (2012) menyatakan bahwa semen yang baik adalah semen yang memiliki derajat kekentalanya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu.
Karakteristik Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Tabel 4 Rata-rata dan simpangan baku karakteristik spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Parameter Ciherang Caringin 9 6.37±3.66 8.03±6.70 Konsentrasi spermatozoa (10 ) (sel/ml) 5.88±2.76 6.28±3.41 Durasi motilitas spermatozoa (menit) 84.17±2.04 80.00±5.48 Motilitas spermatozoa (%) Spermatozoa atau sperma adalah gamet jantan yang dihasilkan oleh testis (Affandi dan Tang 2002). Konsentrasi spermatozoa dijadikan sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas spermatozoa (Aas et al. 1991 in Affandi dan Tang 2002). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai konsentrasi spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (tTest two sampel independen/ p-value > 0.05). Konsentrasi spermatozoa ikan nila merah yang diperoleh pada kolam budi daya Ciherang sebesar 6.37±3.66 x 109 sel/ml dan kolam budi daya Caringin sebesar 8.03±6.70 x 109 sel/ml tergolong normal karena nilai rataan konsentrasi spermatozoa yang diperoleh masuk ke
12 dalam kisaran konsentrasi spermatozoa normal bagi ikan Teleostei yaitu berkisar antara 2 x 106 sel/ml sampai 5.3 x 1010 sel/ml (Leung dan Jamieson 1991 in Coward et al. 2002). Konsentrasi spermatozoa ikan nila merah lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa ikan nila yaitu sebesar 3.59 x 109 sel/ml, akan tetapi lebih kecil bila dibandingkan dengan ikan mujair yaitu sebesar 9.9 x 109 sel/ml (Musa 2010; Linhart et al. 1999). Spermatozoa ikan air tawar setelah dilepaskan ke perairan alami hanya mampu bertahan selama 1 sampai 2 menit (Effendi 1997 in Hidayaturrahmah 2007). Hasil uji statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa durasi motilitas atau daya hidup spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ p-value > 0.05), yaitu sebesar 5.88±2.76 menit pada kolam Ciherang dan sebesar 6.28±3.41 menit pada kolam Caringin. Pada umumnya durasi motilitas spermatozoa famili Cichlidae mampu bertahan sampai 15 menit (Chao et al. 1987). Durasi motilitas spermatozoa ikan nila merah lebih lama dibandingkan dengan ikan ikan komet yang memiliki durasi motilitas spermatozoa selama 3.35 menit (Condro et al. 2012), akan tetapi bila dibandingkan dengan ikan betutu yang memiliki durasi motilitas spermatozoa lebih dari 20 menit, maka durasi motilitas spermatozoa ikan nila merah tergolong rendah (Pšenička et al. 2009). Motilitas adalah karakteristik fungsi gamet jantan (spermatozoa) untuk menembus gamet betina baik pada pembuahan eksternal maupun internal (Islam dan Akhter 2011). Hasil uji statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa presentase motilitas spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (Mann-Whitney/ p-value > 0.05), yaitu sebesar 84.17±2.04% pada kolam budi daya Ciherang dan sebesar 80.00±5.48% pada kolam budi daya Caringin. Motilitas spermatozoa ikan nila merah terkategori baik karena presentase motilitas yang diperoleh lebih dari 40%. Hafez B dan Hafez E (2000) menyatakan bahwa syarat semen yang layak digunakan untuk inseminasi buatan adalah semen yang memiliki motilitas progresif minimal 40%. Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat-sifat fisik dan kimia bahan pengencer, suhu, cahaya, pH, tekanan osmotik, elektrolit dan non-elektrolit. Menurut Alavi dan Cosson (2005) di antara faktor-faktor yang memengaruhi motilitas spermatozoa ikan, maka suhu dan pH media aktivasi adalah faktor yang paling berpengaruh. Lahnsteiner et al. (1998) in Musa (2010) menyatakan bahwa presentase motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh pH internal dan pH eksternal. Menurut Boitano dan Omoto (1992) in Musa (2010) presentase motilitas spermatozoa lebih dipengaruhi oleh pH eksternal (pH media aktivasi), karena besar kemungkinan pH eksternal memengaruhi konsentrasi ion intraseluler spermatozoa. Semakin tinggi pH semen (basa) atau semakin rendah pH semen (asam) dari keadaan netral akan menyebabkan spermatozoa lebih cepat mengalami kematian (Sujoko et al. 2009). Ingermann et al. (2002) menyatakan bahwa pada spermatozoa sturgeon putih (Acipenser transmontanus) yang dilepaskan ke perairan dengan pH 6.2 mengalami penurunan motilitas sebesar 50%, sedangkan pada spermatozoa ikan nila (Orechromis niloticus) yang dilepaskan ke perairan dengan pH 10 maka motilitas spermatozoa yang dihasilkan hanya berkisar antara 20% sampai 40% (Musa 2010). Disisi lain, adanya peningkatan suhu perairan atau media renang spermatozoa berakibat pada peningkatan kecepatan gerak spermatozoa ikan yang diikuti dengan menurunya
13 durasi motilitas spermatozoa, begitu pula sebaliknya (Islam dan Akhter 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmad et al. (2011) menunjukkan bahwa pada spermatozoa ikan nila merah segar dengan suhu normal mampu menghasilkan presentase motilitas sebesar 96.93±0.53%, sedangkan pada suhu rendah atau spermatozoa yang telah mengalami pembekuan maka presentase motilitas yang diperoleh sebesar 61.39±3.62%.
Morfologi Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
Kepala (2 µm) Midpiece Ekor (18 µm) Principal piece dan end piece Midpiece
Ekor (16 µm)
(a)
Principal piece dan end piece
Kepala (2 µm) (2
(b)
Gambar 3 Morfologi spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) pada kolam budi daya Ciherang (a) dan Caringin (b) Pengamatan morfologi spermatozoa ikan nila merah dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa morfologi spermatozoa ikan nila merah yang terdapat di kolam budi daya Ciherang dan Caringin sama, yaitu terdiri atas kepala yang berbentuk bulat, dan ekor yang memanjang dan tipis (Gambar 3). Morfologi kepala spermatozoa ikan berbeda-beda, akan tetapi pada sebagian besar ikan Teleostei memiliki bentuk kepala bulat seperti pada ikan Oreochromis niloicus, Cyprinus carpio, Alestes dentex dan Mytus nemurus (Musa 2010; Japet 2011; Adel 2006; Muchlisin 2004). Kepala spermatozoa ikan berisi nukleus (inti) yang terdiri atas kromosom yang mengandung materi genetik (DNA) dan dikelilingi oleh membran sitoplasma (Musa 2010). Berbeda dengan mamalia, kepala spermatozoa pada sebagian besar ikan Teleostei tidak memiliki akrosom dan hanya sebagian kecil dari ikan Teleostei seperti pada beberapa famili Acipenseridae yang memiliki akrosom (Alavi et al. 2012). Ekor spermatozoa (flagel) terletak di bagian posterior spermatozoa. Ekor spermatozoa berfungsi sebagai alat gerak untuk menembus lubang mikropil pada proses pembuahan (Islam dan Akhter 2011). Menurut Fawcett (1981), ekor spermatozoa terdiri atas tiga bagian utama yaitu midpiece, principal piece dan end piece. Pada bagian midpiece terdiri atas mitokondria dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi pada setiap spesies (Gwo et al. 2004), saluran sitoplasma yang memisahkan antara midpiece dan ekor, serta sentriol komplek (distal dan proksimal) yang menempel pada bagian kepala dan pangkal ekor spermatozoa (Coward et al. 2002). Mitokondria berperan sebagai gudang energi bagi pergerakan ekor. Mitokondria ikan hampir sama dengan mitokondria mamalia,
14 hanya saja jumlah mitokondria pada ikan lebih sedikit (Lahnsteiner 2003). Menurut Quagio-Grassiotto dan Oliveira (2008), terdapat tiga tipe spermatozoa pada ikan berdasarkan posisi ekor terhadap nukleus dan terjadinya rotasi nuklear, yaitu tipe I (terjadi rotasi nuklear dan posisi ekor tegak lurus terhadap nuklear), II (tidak terjadi rotasi nuklear dan posisi ekor sejajar terhadap nuklear) dan III (tidak terjadi rotasi nuklear dan posisi ekor sebagai pusat). Spermatozoa tipe I terdapat pada sebagian besar ikan Teleostei seperti pada famili Cichlidae (Orechromis niloticus), Carcaridae (Piaractus mesopotamicus) dan Alestidae (Alestes dentex) (Musa 2010; Cruz-Landim et al. 2003; Adel 2006). Desain ekor spermatozoa dikelompokan menjadi dua jenis yaitu, uniflagel dan biflagel (Adel 2006). Ikan nila merah tergolong pada spermatozoa jenis uniflagel (ekor tunggal). Spermatozoa jenis uniflagel juga dimiliki pada sebagian besar ikan Teleostei, seperti pada famili Cichlidae (Oreochromis niloticus) dan Cyprinidae (Barbus barbus) (Musa 2010; Alavi et al. 2008). Menurut Matos et al. (2002), tidak semua famili Cichlidae tergolong pada jenis uniflagel seperti pada spesies Satanoperca jurupari yang tergolong pada jenis biflagel. Pada hewan ternak, spermatozoa jenis biflagel diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk abnormal spermatozoa pada bagian ekor. Menurut Arifiantini et al. (2006), abnormal spermatozoa bagian ekor meliputi jenis abaxial, coiled tails (ekor yang melingkar sederhana di ujung, ekor berganda dan ekor yang melingkar di bawah kepala spermatozoa) dan abnormal midpiece.
Morfometri Spermatozoa Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Tabelj5 Rata-rata dan simpangan baku diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Parameter Ciherang Caringin Diameter kepala spermatozoa (µm) 2.52±0.20 2.46±0.10 Panjang ekor spermatozoa (µm) 20.65±1.19 21.87±2.82 Morfometri spermatozoa dilakukan dengan mengukur diameter kepala dan panjang ekor spermatozoa. Hasil uji statistik pada Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter kepala spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ p-value > 0.05), yaitu sebesar 2.52±0.20 μm pada kolam budi daya Ciherang dan sebesar 2.46±0.10 μm pada kolam budi daya Caringin. Diameter kepala spermatozoa ikan nila merah pada kedua lokasi lebih besar dibandingkan dengan diameter kepala spermatozoa ikan patin sebesar 1.61±0.06 μm dan ikan nila sebesar 1.89±0.31 μm (Dewi 2012; Musa 2010). Pengukuran bagian midpiece, principal piece dan end piece spermatozoa ikan nila merah tidak dilakukan secara terpisah, akan tetapi disatukan sebagai pengukuran ekor spermatozoa secara keseluruhan, hal tersebut dikarenakan sulitnya menentukan batas antara midpiece, principal piece dan end piece, sehingga yang dimaksud dengan panjang ekor pada penelitian ini adalah panjang midpiece ditambah dengan panjang principal piece dan end piece. Hasil uji statistik pada Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang ekor spermatozoa ikan nila
15 merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin tidak berbeda nyata (t-Test two sampel independen/ p-value > 0.05), yaitu sebesar 20.65±1.19 μm pada kolam budi daya Ciherang dan sebesar 21.87±2.82 μm pada kolam budi daya Caringin. Panjang ekor spermatozoa ikan nila merah lebih panjang jika dibandingkan dengan ikan nila sebesar 1.16±0.18 μm (midpiece) + 16.92±2.64 μm (principal piece dan end piece), akan tetapi lebih pendek jika dibandingkan dengan ikan lele sangkuriang sebesar 50.94±2.53 μm (Musa 2010; Kartini 2012). Menurut Toelihere (1981), morfometri spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tehnik fiksasi, tehnik pewarnaan, handling semen, kualitas mikroskop dan ketrampilan personal.
Hubungan antara Faktor kondisi, kualitas Air dan Kualitas Spermatozoa Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara umum, produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan (Richter 2007; Blackwell et al. 2000). Menurut Safarini (2013), nilai faktor kondisi menunjukkan nilai kemontokkan ikan yang meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan, sehingga pada reproduksi ikan jantan semakin besar nilai faktor kondisi yang diperoleh, maka semakin besar pula tingkat kematangan gonad dan volume semen yang dihasilkan. Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor kondisi ikan nila merah yang dipelihara pada kolam Ciherang (1.19±0.10) lebih besar dibandingkan kolam caringin (0.91±0.21). Nilai faktor kondisi yang diperoleh sejalan dengan nilai volume semen yang dihasilkan. Hasil uji statistik pada Tabel 3 menunjukan bahwa volume semen ikan nila merah pada kolam Ciherang (0.57±0.38 ml) lebih besar dibandingkan dengan kolam Caringin (0.19±0.16 ml) (t-Test two sampel independen/ p-value < 0.05). Menurut Hardjopranoto (1995) in Condro et al. (2012), semakin banyak volume semen yang dihasilkan maka semakin banyak pula konsentrasi spermatozoa. Sedangkan, konsentrasi spermatozoa berhubungan erat dengan nilai konsistensi, warna semen dan motilitas spermatozoa (Garner dan Hafez 2000; Sukendi et al. 2011). Pada semen yang berwarna putih susu dengan konsistensi kental maka konsentrasi spermatozoa tinggi, sedangkan pada semen yang berwarna bening dan konsistensi encer maka konsentrasi spermatozoa rendah (Toelihere 1981). Menurut Baynes et al. (1981) in Sukendi et al. (2011), semen dengan konsistensi dan konsentrasi spermatozoa tinggi mengandung kadar potasium lebih tinggi, pada kondisi tersebut pergerakan spermatozoa akan terhambat dan berdampak pada penurunan motilitas spermatozoa. Begitu juga sebaliknya, semen dengan konsistensi dan konsentrasi spermatozoa rendah mengandung kadar sodium yang lebih tinggi, sehingga motilitas dan fertilitas spermatozoa semakin tinggi (Aas et al. 1991 in Sukendi et al. 2011). Jika dilihat dari hubungan yang terjadi antara volume semen dengan konsentrasi dan konsentrasi spermatozoa dengan konsentrasi semen, warna semen, dan motilitas spermatozoa, maka seharusnya perbedaan nilai volume semen ikan nila merah yang dihasilkan pada kedua lokasi penelitian akan memengaruhi nilai konsistensi semen, warna semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada kedua lokasi penelitian. Akan tetapi, hasil uji statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata nilai konsentrasi (t-Test two sampel independen/ p-value > 0.05)
16 dan motilitas spermatozoa (Mann-Whitney/ p-value > 0.05) serta nilai konsistensi dan warna semen pada kedua lokasi penelitian (Tabel 3). Motilitas spermatozoa tidak hanya ditentukan dari nilai konsentrasi spermatozoa. Presentase motilitas spermatozoa juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH (internal dan eksternal) dan suhu (Lahnsteiner et al. (1998) in Musa 2010; Islam dan Akhter 2011). Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai pH semen (internal) ikan nila merah pada kedua lokasi penelitian tidak berbeda nyata yaitu sebesar 7.27±0.34 dan 7.22±0.51 (t-Test two sampel independen/ pvalue > 0.05), sedangkan pH perairan (eksternal) sebesar 7.58±0.20 (Ciherang) dan 5.57±0.27 (Caringin) serta suhu perairan sebesar 25.00±1.50 (Ciherang) dan 26.78±0.67 (Caringin) berbeda nyata (Mann-Whitney/ p-value < 0.05). Jika dilihat dari faktor yang memengaruhi presentase motilitas spermatozoa baik volume dan pH semen serta pH dan suhu kualitas air, maka seharusnya presentase motilitas spermatozoa yang diperoleh pada kedua lokasi penelitian berbeda nyata, akan tetapi hasil yang diperoleh dari uji statistik menunjukkan bahwa presentase motilitas spermatozoa tidak berbeda nyata (Mann-Whitney/ p-value > 0.05).
Aplikasi Pengelolaan Informasi kualitas spermatozoa ikan nila merah, terutama pada data presentase motilitas dan durasi motilitas spermatozoa dapat menjadi informasi mendasar bagi keberhasilan proses cryopreservasi. Disamping itu informasi kualitas spermatozoa ikan nila merah yang dipelihara pada kondisi lingkungan berbeda dapat dijadikan acuan bagi kegiatan budi daya ikan nila merah di masa mendatang, sehingga pilihan bagi ikan nila merah untuk dibudidayakan pada daratan tinggi dan daratan rendah bisa direalisasikan dengan tetap menghasilkan benih yang berkualitas baik dan dari sisi jumlah pun banyak.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik semen ikan nila merah (Oreochromis sp.) jantan yang terdapat pada kolam budiaya Ciherang (daratan tinggi) maupun kolam budi daya Caringin (daratan rendah) memiliki kualitas yang sama.
Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kualitas spermatozoa ikan nila merah yang dipelihara pada kondisi salinitas berbeda seperti pada daerah pesisir. Mengingat salinitas merupakan salah satu variabel eksternal yang berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
17 2. Perlu adanya pengamatan lebih lanjut mengenai morfologi spermatozoa ikan nila merah, meliputi pengamatan abnormalitas, histologi, dan ultrastruktur spermatozoa ikan nila merah. Mengingat informasi tersebut dapat menggambarkan secara rinci morfologi spermatozoa ikan nila merah.
DAFTAR PUSTAKA Adel ABS. 2006. Spermatogenesis and spermatozoon ultrastructure in the nile pebblyfish Alestes dentex (Teleostei: Characiformes: Alestidae) in Egypt. World J Zool [Internet]. [diunduh 2012 Okt 30]; 1(1):1-16. Tersedia pada: http://www.idosi.org/wjz/wjz1%281%292006/1.pdf. Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru (ID): UNRI Pr. 217 hlm. Alavi SMH, Cosson J. 2005. Sperm motility in fishes. I. Effect of temperature and pH: a review. Cell Biology International [Internet]. [diunduh 2012 Okt 1]; 29(2):101-110.doi:10.1016/j.cellbi.2004.11.021. Tersedia pada: http:// www.sciencedirect.com/science /article/pii/S1065699504002367. Alavi SMH, Pšenička M, Rodina M, Policar T, Linhart O. 2008. Changes of sperm morphology, volume, density and motility and seminal plasma composition in Barbus barbus (Teleostei: Cyprinidae) during the reproductive season. Aquat Living Resour [Internet]. [diunduh 2012 Nov 22]; 21(1):75-80.doi:10.1051/alr:2008011. Tersedia pada: http://journals. cambridge.org/download.php?file=%2FALR%2FALR21_01%2FS0990744 008000119a.pdf. Alavi SMH, Hatef A, Pšenička M, Kašpar V, Boryshpolets S, Dzyuba B, Cosson J, Bondarenko V, Rodina M, Gela D et al. 2012. Sperm biology and control of reproduction in sturgeon: (II) sperm morphology, acrosome reaction, motility and cryopreservation. Rev Fish Biol Fisheries [Internet]. [diunduh 2012 Nov 22]; 22(4):861-886.doi:10.1007/s11160-012-9270-x. Tersedia pada: http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11160-012927-x?LI=true. Amri K, Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 146 hlm. Arifiantini RI, Wresdiyati T, Retnani EF. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan “Williams”. J Indon Trop Anim Agric [Internet]. [diunduh 2012 Apr 24]; 31(2):105-110. Tersedia pada: http://www.jppt.undip.ac.id/pdf/31%282%292006p105-110. pdf. Asmad K, Wan Khadijah WE, Abdullah RB. 2011. Effects of different stages of cryopreservation of red tilapia (Oreochromis niloticus) sperm and the variability between three individual fish in response to cryopreservation. J Agrobiotech [Internet]. [diunduh 2012 Mar 15]; 2(1):25-33. Tersedia pada: http://www.journal.unisza.edu.my/index.php/agrobiotechnology/.../14/11. Basyir DA. 2008. Evaluasi keberlanjutan masyarakat desa di daerah aliran Sungai Cisadane menuju ecovillage [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
18 Blackweel BG, Brown ML, Willis DW. 2000. Relative weight (Wr) status andcurrent use in fisheries assessment and management. Reviews in fisheries Science [Internet]. [diunduh 2013 Feb 28]; 8(1):1-44. Tersedia pada: http://www.utm.utoronto.ca/~collinsn/ 332/Gull%20fish/relative%20 weight%20status%20and%20needs00.pdf. Bozkurt Y, Ogretmen F, Secer FS, Ercin U. 2009. Effects of seminal plasma composition on sperm motility in mirror carp (Cyprinus carpio). Isr J Aquac-Bamidgeh [Internet]. [diunduh 2012 Nov 13]; 61(4):307-314. Tersedia pada: http://evols.library.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/1052 4/19296/6141%20Bozkurt.pdf?sequence=1. Chao NH, Chao WI, Liu KC, Liao IC. 1987. The properties of tilapia sperm and its cyropreservation. J Fish Biol [Internet]. [diunduh 2012 Nov 13]; 30(2):107–118.doi:10.1111/j.1095-8649.1987.tb05737.x. Tersedia pada: http://www.mendeley.com/catalog/properties-tilapia-spermcryopreservation. Condro HS, Mubarak AS, Sulmartiwi L. 2012. Pengaruh penambahan madu pada media pengencer NaCl fisiologis dalam proses penyimpanan sperma terhadap kualitas sperma ikan komet (Carassius auratus auratus). Journal of Marine and Coastal Science [Internet]. [diunduh 2012 Sep 24]; 1(1):1-12. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/1-12.pdf. Coward K, Bromage NR, Hibbitt O, Parrington J. 2002. Gamete physiology, fertilization and egg activation in teleost fish. Reviews in Fish Biology and Fisheries [Internet]. [diunduh 2012 Jun 14]; 12(1):33-58.doi:10.1023/A:102 2613404123. Tersedia pada: http//www.uib.no/People/nfiag/Files/ UNCOVER/ Coward etal_2002.pdf. Cruz-Landim CD, Abdalla FC, Cruz-Höfling MAD. 2003. Morphological study of the spermatogenesis in the teleost Piaractus mesopotamicus. Biocell [Internet]. [diunduh 2012 Okt 30]; 27(3):319-328. Tersedia pada: http://www.scielo.org.ar /pdf/ biocell/v27n3/v27n3a03.pdf. Dewi DS. 2012. Kajian aspek reproduksi ikan patin (Pangasius hypophthalmus) jantan yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Diskanlut] Dinas Perikanan dan Kelautan. 2010. Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Cianjur. [diunduh 2012 Jun 15]. Tersedia pada: http//:diskanlut.jabarprov.go.id/data/arsip/profil%20BPPPU%20Cianjur.pdf. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 hlm. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hlm. El-sayed AFM. 2006. Tilapia culture in salt water: enviromental requirements, nutritional implications and economis potentials. Di dalam: Cruz Suarez, L Elizabeth, Ricque Marie, Denis, Tapia Salazar, Mireya, Nieto López, Martha G, Villarreal Cavazos, David A, Puello Cruz, Ana CY, García Ortega, Armando, editor. Avances en Nutrición Acuícola VII. Memorias del VII Simposio Internacional de Nutrición Acuícola [Internet]; Nov 15-17;
19 Monterrey, Nuevo León, Meksiko. Monterrey (MX): hlm 95-106; [diunduh 2012 Okt 16]. Tersedia pada: http://www.nutricionacuicola.uanl.mx. Fawcett DW. 1981. The Cell. 2th ed. Philadelphia (US): W B Saunders Company: hlm 604-605. Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. Di dalam: Hafez B, Hafez ESE, editor. Reproduction in farm animal (7thed). Seventh Ed. South Carolina. Baltimore (US): Lippincott Williams & Wilkins: hlm 96109. Google earth. 2012. Peta pulau jawa. [diunduh 2012 Jun 29]. Tersedia pada: http://maps.google.com/. Gwo JC, Kuo MC, Chiu JY, Cheng HY. 2004. Ultrastructure of Pargus major and Rhabdosargus sarba spermatozoa (Perciformes: Sparidae: Sparinae). Tissue and cell [Internet]. [diunduh 2012 Des 5]; 36(2):141-147.doi:10.1016/j.tice. 2003.11.003. Tersedia pada: http://ind.ntou.edu.tw/~gwo/publication/2004 %20trastructure%20of%20Pagrus%20major%20and%20Rhabdosargus%20 sarba%20Spermatozoa.pdf. Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7th ed. Baltimore (US): Lippincott Williams & Wilkins: 509 hlm. Hidayaturrahmah. 2007. Waktu motilitas dan viabilitas spermatozoa ikan mas (Cyprinus carpio L.) pada beberapa konsentrasi larutan fruktosa. Bioscientiae [Internet]. [diunduh 2012 Apr 30]; 4(1):9-18. Tersedia pada: http://bioscientiae.unlam.ac.id/v4n1/v4n1_rahmah.pdf. Ingermann R, Holcomb M, Robinson ML, Cloud JG. 2002. Carbon dioxide and pH affect sperm motility of white sturgeon (Acipenser transmontanus). J Exp Biol [Internet]. [diunduh 2012 Jul 10]; 205(18):2885-2890. Tersedia pada: http://jeb.biologists.org/content/205/18/2885.full.pdf+html. Islam MS, Akhter T. 2011. Tale of fish sperm and faktors affecting sperm motility: a review. Advances in Life Sciences [Internet]. [diunduh 2012 Okt 30]; 1(1):11-19.doi:10.5923/j.als.20110101.03. Tersedia pada: http:// www.sapub.org/journal/paperdetails.aspx?paperid=200047. Japet N. 2011. Karakteristik semen ikan ekonomis budi daya: mas (Cyprinus carpio) dan patin (Pangasius hypophthalamus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kartini N. 2012. Kajian aspek reproduksi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) jantan yang dipelihara pada kondisi lingkungan berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lahnsteiner F. 2003. Morphology, fine structure, biochemistry, and function of the spermatic ducts in marine fish. Tissue and Cell [Internet]. [diunduh 2013 Feb 12]; 35(5):363-373.doi:10.1016/S0040-8166(03)00057-0. Tersedia pada: http//www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0040816603000570. Linhart O, Walford J, Silvaloganathan B, Lam TJ. 1999. Effect of osmolality and ions on the motility of stripped and testicular sperm of freshwater and seawater acclimated tilapia, Oreochromis mossambicus. Journal of Fish
20 Biology [Internet]. [diunduh 2012 Okt 1]; 55(6):1344-1358.doi:10.1111 /j.1095-8649.1999.tb02080.x. Tersedia pada: http://onlinelibrary.wiley.com /abstract. Matos E, Santos MNS, Azevedo C. 2002. Biflagellate spermatozoon structure of the hermaphrodite fish Satanoperca jurupari (Heckel, 1840) (Teleostei, Cichlidae) from the Amazon River. Braz J Biol [Internet]. [diunduh 2012 Des 5]; 62(4B):1519-6984.doi:10.1590/S1519-69842002000500014. Tersedia pada: http://www.scielo.br /pdf/bjb/v62n4b/a14v624b.pdf. Moharram SG, Raky FA. 2007. Effect of varying dietary protein sources on growth and spawning performance and gonad maturation of red tilapia reard in sea water. Pak J Bio Sci [Internet]. [diunduh 2012 Nov 20]; 10(21):37423751.doi:10.3923/pjbs.2007.3742.3751. Tersedia pada: http:// docs drive.com/pdfs/ansinet/pjbs/2007/3742-3751.pdf. Muchlisin ZA. 2004. Ultrastruktur of baung (Mystus nemurus) spermatozoa. Berk Penel Hayati [Internet]. [diunduh Okt 30]; 9(2):75-77. Tersedia pada: http//www.berkalahayati.org/index.php/bph/article/view/559/445. Muchlisin ZA, Dewiyanti I, Mulfizar. 2012. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga jenis ikanyang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Depik [Internet]. [diunduh 2013 Feb 27]; 1(1):1-9. Tersedia pada: http://www.academia.edu/1470345/1._Hubungan_panjang_ berat_dan_faktor_kondisi_ikan_di_Kuala_Gigieng. Musa N. 2010. Sperm activation in nile tilapia Oreochromis niloticus and the effects of environmentally relevant pollutants on sperm fitness [tesis]. Stirling (GB): University of Stirling. [PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Paraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 82 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. [diunduh 2012 Sep 6]. Tersedia pada: http://portal.djmbp. esdm. go.id/sijh/PP8201_KualitasAir.pdf. Pšenička M, Rodina M, Flajšhans M, Kašpar V, Linhart O. 2009. Structural abnormalities of common carp Cyprinus carpio spermatozoa. Fish Physiol Biochem [Internet]. [diunduh 2012 Nov 13]; 35(4):591-597.doi:10.1007 /s10695-008-9285-3. Tersedia pada: http://link.springer.com/article/10.1007 % 2Fs10695-008-9285-3. Quagio-Grassiotto I, Oliveira C. 2008. Sperm ultrastructure and a new type of spermiogenesis in two species of Pimelodidae, with a comparative review of sperm ultrastructure in Siluriformes (Teleostei: Ostariophysi). J Comp Zool [Internet]. [diunduh 2013 Feb 12]; 247(1):55-66.doi:10.1016 /j.jcz.2007 .07.002. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science /article/pii/ S0044523107000344. Rahmawati I. 2006. Aspek biologi reproduksi ikan beunteur (Puntius binotatus C.V. 1842, famili Cyprinidae) di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Richter TJ. 2007. Development and evaluation of standard weight equations forbridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of
21 Fisheries Management [Internet]. [diunduh 2013 Feb 28]; 27(3):936939.doi:10.1577/M06-087.1. Tersedia pada: http://www.tandfonline. com/doi/abs/10.1577/M06-087.1. Sachmud AH. 2008. Perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Safarini D. 2013. Potensi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) dari perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana [Internet]. [diunduh 2012 Jun 15]; 30(3):21-26. Tersedia pada: http://ade suherman09.student.ipb.ac.id/files/2011/12/Jurnal-BOD-indonesia.pdf. Setiawati M, Suprayudi MA. 2003. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Akuakultur Indonesia [Internet]. [diunduh 2012 Jun 15]; 2(1):27-30. Tersedia pada: http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id. Setyono B, Suswahyuningtyas. 2007. Pengaruh penambahan streptomycin dalam skim kuning telur sebagai pengencer terhadap kualitas semen ikan mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Protein [Internet]. [diunduh 2012 Okt 1]; 15(2):145-152. Tersedia pada: http://ejournal.umm.ac.id. Shindu SF. 2005. Kandungan logam bobot Cu, Zn, dan Pb dalam air, ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus carpio) dalam keramba jaring apung, Waduk Saguling [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sujoko H, Setiadi MA, Boediono A. 2009. Seleksi spermatozoa domba garut dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll. Jurnal Veteriner [Internet]. [diunduh 2012 Okt 15]; 10(3):125-132. Tersedia pada: http://ojs .unud.ac.id/index.php/jvet/article/view/3356/2396. Sukendi, Putra RM, Yurisman, Asiah N. 2011. Pengaruh kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin F 2 α (PGF 2 α) terhadap volume semen dan kualitas spermatozoa ikan tambakan (Helostama temmincki CV). Jurnal Perikanan dan Kelautan [Internet]. [diunduh 2012 Okt 2]; 16(1):132-143. Tersedia pada: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPK/article/view/55/50 Susanto B, Krisdianto, Nur HS. 2009. Kajian kualitas air sungai yang melewati Kecamatan Gambut dan Aluh-aluh Kalimantan Selatan. Bioscientiae [Internet]. [diunduh 2012 Jan 1]; 6(1):40-50. Tersedia pada: http://fmipa. unlam.ac.id/bioscientiae/wp-content/uploads/2012/02/B-Vol.-6-No.-1-5.pdf. Toelihere MR. 1981. Fisioligi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa. 292 hlm.
22 Wahyuningsih SPA, Suhargo L, Kushendarsasi. 2004. Efek ekstrak testis terhadap jumlah implantasi dan jumlah anak pada mencit (Mus musculus). Berk Penel Hayati [Internet]. [diunduh 2012 Jan 1]; 10(1):67-70. Tersedia pada: http://www.berkalahayati.org/index.php/bph/article/view /551/438. Wetzel RG. 2001. Limnology Lake and River Ecosystem. 3th ed. San Diego (US): Academic Pr. hlm 278-279.
23
LAMPIRAN Lampiran 1 Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
Botol BOD
Mikropipet
Object glass dan cover glass
Mikroskop cahaya
Gelas Ukur
Syringe
pH indicator (1-14)
Cawan petri
Kertas pH indikator (6.4-8)
Sentrifuse
Thermometer
Tabung eppendorf 2 ml
Stopwatch
Mikrometer okuler
Heating table
Counter
24 Lampiran 1 (lanjutan)
Lampiran 1 (lanjutan) Counter chamber
Bahan-bahan analisis DO perairan
Sodium Sitrat 3 %
Alkohol absolute
Ikan nila merh jantan
Lem
Formol salin
Chloramin
Semen
Destilled water
Alkohol 95%
Minyak emersi
Pewarna Williams
25 Lampiran 2 Diagram alur metode pewarnaan Williams Spermatozoa segar Pengenceran dengan larutan NaCO3 3% Perbandingan 1 : 100 Masukkan ke dalam eppendorf 2 ml Sentrifus 1750 rpm selama 15 menit dibuat preparat ulas Fiksasi dengan bunsen
Cuci dalam alkohol absolut selama 4 menit Masukkan kedalam larutan chloramin 0.5% Selama 1 sampai 2 menit Tidak Mukus hilang?
Cuci dalam distilled water Masukkan ke dalam alkohol 95% Warnai (rendam) dengan larutan carbol fuchsin
Preparat pengamatan
26 Lampiran 3 Nilai kualitas air selama 3 kali sampling pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Suhu (oC)
DO (mg/l) Ulangan Sampling keke-
1
2
3
pH
Ciherang
Caringin
Ciherang
Caringin
Ciherang
Caringin
3.84 5.37 5.37 4.22 4.99 3.84 4.60 4.60 3.84
3.84 3.84 4.60 4.99 4.99 5.37 4.99 4.99 5.37
23 23 23 26 26 26 26 26 26
27 27 27 26 26 26 27 27 28
8.0
5.5
7.5 7.5
6.0 5.5
7.5 7.5
5.5 6.0
7.5
6.0
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Rata-rata ± Simpangan 4.52±0.63 4.78±0.58 25.00±1.50 Baku Ulangan 1: inlet; ulangan 2: tengah; ulangan 3: outlet
26.78±0.67 7.58±0.20 5.75±0.27
Lampiran 4 Informasi pendukung kedua lokasi penelitian melalui wawancara Informasi
Frekuensi pemberian pakan
Ciherang Terapung (Brower) -protein: 16-18% -lemak: 4% -abu:12% -mineral dan kadr air:12% -serat kasar: 8% 3 kali (pagi, siang dan sore)
Caringin Tenggelam (Subur Feed Mild) -protein: 26% -lemak: 5% -abu: 12% -mineral dan kadr air: 12% -serat kasar: 6% 2 kali (pagi dan sore)
Jumlah pakan yang diberikan
6 kg/hari
3 kg/hari
Pengurasan
1 kali / 3 bulan
1 kali / saat pengambilan ikan
Lama pemeliharaan
6.5 bulan
3 bulan
Ukuran ikan yang matang gonad
250-300 g
250-500 g
Jenis pakan
Ukuran kolam Kendala kualita air
2
70 m Peptisida pertanian
dari
kegiatan
15 m2 Lumpur tangga
dan limbah rumah
27
Berat Total (g)
Lampiran 5 Hasil regresi hubungan panjang-bobot ikan nila merah
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
W = 0.011L1.868 R² = 0.429 n = 12
0
100
200
300
400
500
Panjang Total (mm)
Nilai b yang diperoleh sebesar 1.868 (b < 3), maka hubungan panjang dan bobot ikan nila merah berpola pertumbuhan allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot) pada selang kepercayaan 95%.
Lampiran 6 Panjang-bobot dan faktor kondisi ikan nila merah pada kedua kolam budi daya Ciherang dan Caringin
Chart Title 1,4
Faktor Kondisi
1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Ciherang
Caringin
28 Lampiran 6 (lanjutan) Ikan ke-
L (mm)
W (g)
Ciherang Caringin Ciherang 1 305 282 550 2 315 268 600 3 305 277 600 4 320 388 700 5 305 263 500 6 340 290 700 Rata-rata ± 315.00± 294.67± 608.33± Simpangan 13.78 46.73 80.10 baku L: Panjang total ikan; W: bobot ikan; K: faktor kondisi.
Caringin 480 360 240 540 370 450
Ciherang 1.14 1.17 1.25 1.33 1.04 1.19
Caringin 1.16 0.95 0.60 0.72 1.01 1.03
406.67± 106.14
1.19± 1.10
0.91± 0.21
Contoh perhitungan faktor kondisi ikan pada kolam Ciherang K= W aLb = 550 0.011 x 3051.868 =1.14 K= W aLb = 600
0.011 x 3151.868 =1.17
K= W aLb = 600
0.011 x 3051.868 =1.25
K= W aLb = 700
0.011 x 3201.868 =1.33
K= W aLb = 500
0.011 x 3051.868 =1.04
K= W aLb = 700
0.011 x 3401.868 =1.19
Contoh perhitungan faktor kondisi ikan pada kolam Caringin K= W aLb = 480
0.011 x 2821.868 =1.16
K= W aLb = 360
0.011 x 2681.868 = 0.95
K= W aLb = 240
0.011 x 2771.868 =0.60
K= W aLb = 540
0.011 x 3881.868 = 0.72
K= W aLb = 370
0.011 x 2631.868 = 1.01
K= W aLb = 450
0.011 x 2901.868 = 1.03
K
29 Lampiran 7 Karakteristik semen ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Ciherang
Caringin
Ikan ke-
Volume (ml)
pH
konsistensi
1
0.99
7.7
Encer
2
0.08
7.2
Sedang
3
1.04
7.0
Sedang
4
0.55
7.7
Kental
5
0.43
7.0
Sedang
6
0.34
7.0
Sedang
Rata-rata ± Simpangan baku
0.57 ± 0.38
7.27± 0.34
Warna Putih keabuabuan Putih keabuabuan Putih keabuabuan Putih keabuabuan Putih keabuabuan Putih keabuabuan
Volume (ml)
pH
Konsistensi
0.06
7.7
Sedang
0.17
7.0
Encer
0.16
7.0
Sedang
Putih Susu
0.44
7.5
Sedang
Putih keabuabuan
0.29
6.4
Kental
Putih Susu
0.01
7.7
Kental
Putih susu
0.19 ± 0.16
7.22 ± 0.51
Warna Putih keabuabuan Putih keabuabuan
Lampiran 8 Karakteristik spermatozoa ikan nila merah pada kolam budi daya Ciherang dan Caringin Ciherang
Caringin Durasi Mortalitas (menit) 8.25
1
Konsentrasi Spermatozoa x 109 (sel/ml) 11.55
Durasi Mortalitas (menit) 6.28
Motilitas Spermatozoa (%) 85
Konsentrasi Spermatozoa x 109 (sel/ml) 17.18
2
2.55
4.21
85
2.23
2.25
75
3
4.40
2.25
85
12.35
11.07
85
4
10.23
7.26
85
1.15
4.05
75
5
5.58
9.40
85
3.13
5.50
85
6 Rata-rata ± Simpangan baku
3.90
80
12.18
84.17±2.04
8.03±6.70
Ikan ke-
6.37±3.66
5.88±2.76
Motilitas Spermatozoa (%) 85
75 6.28±3.41
80.00±5.48
30 Lampiran 9 Diameter kepala spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.)
1
Ikan 1 2.94
Ikan 2 2.94
Diameter Kepala Spermatozoa (µm) Ciherang Caringin Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan 3 4 5 6 1 2 3 4 2.21 2.21 2.21 2.94 2.94 2.57 2.57 2.94
2
2.94
2.21
2.57
2.21
1.84
2.94
2.94
2.94
2.57
2.21
2.21
2.21
3
2.57
2.94
2.57
2.57
2.21
2.94
2.57
2.57
2.21
1.84
2.57
2.21
4
2.94
2.94
2.21
2.57
2.57
2.94
2.57
2.94
2.57
2.57
2.94
2.57
5
2.94
2.57
2.21
2.57
2.79
2.94
2.57
2.57
2.57
2.21
2.57
2.21
6
2.57
2.94
1.76
2.21
2.21
2.57
2.21
2.94
2.57
2.21
2.57
2.57
7
2.57
2.06
1.47
2.57
2.57
2.57
2.57
2.94
2.94
2.57
2.57
2.21
8
2.94
2.65
1.84
2.57
2.21
2.94
2.57
2.57
2.21
2.57
2.57
2.21
Spermatozoa ke-
Ikan 5 2.21
Ikan 6 2.57
9
2.94
2.21
2.21
2.21
1.84
2.21
2.21
2.94
2.21
2.94
2.57
2.57
10
2.57
2.94
2.65
2.21
2.21
2.21
2.65
2.94
2.21
2.57
2.21
2.21
11
2.94
2.21
2.79
2.57
2.57
2.94
2.94
2.57
2.57
2.65
2.57
2.21
12
2.57
2.57
2.94
1.84
2.94
2.57
2.57
2.65
2.57
2.57
2.21
2.21
13
2.57
2.57
2.57
2.21
2.94
2.94
2.57
2.65
2.57
2.57
1.84
2.21
14
2.65
2.94
2.57
2.21
2.21
2.57
2.21
2.57
2.57
2.57
2.57
2.94
15
2.57
2.57
1.84
2.21
2.21
2.94
2.21
2.94
2.21
2.57
1.84
2.21
16
2.94
2.65
2.21
2.57
2.21
2.21
2.57
2.57
2.57
2.21
2.57
2.21
17
2.57
2.57
1.84
2.21
2.21
2.21
2.57
2.57
2.21
2.57
2.57
2.21
18
2.94
2.94
1.84
2.94
2.94
2.57
2.21
2.57
2.57
2.21
2.21
2.79
19
2.94
2.94
1.47
2.57
2.57
1.84
2.57
2.57
2.57
2.57
2.21
2.21
20
2.94
2.57
2.21
2.94
2.21
2.79
2.57
2.57
2.57
2.57
1.84
2.57
21
2.94
2.57
1.84
2.57
2.21
2.57
2.94
2.21
2.21
2.21
2.57
2.21
22
2.94
2.57
2.21
2.57
2.21
2.57
2.57
2.57
2.21
2.57
2.94
2.21
23
2.65
2.57
2.57
2.21
2.21
2.21
2.65
2.57
2.21
2.21
2.21
2.21
24
2.94
2.57
2.57
2.57
2.21
2.57
2.21
2.57
2.21
2.21
2.21
2.21
25
2.94
2.57
1.84
2.57
2.94
2.94
2.57
2.57
2.57
2.21
2.57
2.65
26
2.57
2.57
1.84
2.57
2.94
2.57
2.21
2.57
2.21
2.21
2.21
2.57
27
2.57
2.65
1.84
2.94
2.94
2.57
2.21
2.21
2.57
2.21
2.57
2.57
28
2.94
2.21
2.57
2.57
2.21
2.21
2.57
2.57
2.21
2.21
2.57
2.21
29
2.94
2.65
2.21
2.57
2.57
2.94
2.94
2.57
2.21
2.21
2.57
2.21
30
2.94
2.57
2.79
2.57
2.57
2.21
2.21
2.21
2.57
2.57
2.57
2.21
Rata-rata ± Simpangan baku
2.80 ± 0.18
2.61 ± 0.25
2.21 ± 0.40
2.46 ± 0.26
2.42 ± 0.34
2.60 ± 0.32
2.53 ± 0.25
2.63 ± 0.21
2.43 ± 0.21
2.42 ± 0.25
2.41 ± 0.28
2.35 ± 0.22
31 Lampiran 10 Panjang ekor spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.) Panjang Ekor Spermatozoa (µm) Spermatozoa ke-
Ikan 1
Ikan 2
Ciherang Ikan Ikan 3 4
Ikan 5
Ikan 6
Ikan 1
Ikan 2
Caringin Ikan Ikan 3 4
Ikan 5
Ikan 6
1
23.52
23.52
20.58
17.64
17.64
17.64
22.05
33.81
20.58
22.05
26.46
19.11
2
20.58
23.52
19.11
17.64
19.11
20.58
23.52
23.52
20.58
17.64
26.46
19.11
3
19.11
22.05
24.99
17.64
22.05
22.05
22.05
23.52
19.11
16.17
22.05
23.52
4
20.58
22.05
16.17
19.11
22.05
16.17
22.05
20.58
20.58
20.58
24.99
19.11
5
20.58
20.58
17.64
17.64
20.58
19.11
24.99
23.52
19.11
22.05
23.52
14.70
6
19.11
22.05
19.11
19.11
22.05
17.64
24.99
22.05
24.99
22.05
22.05
17.64
7
23.52
19.11
20.58
14.70
23.52
17.64
23.52
26.46
26.46
20.58
22.05
19.11
8
22.05
20.58
26.46
17.64
20.58
23.52
20.58
20.58
20.58
19.11
22.05
19.11
9
22.05
20.58
22.05
22.05
23.52
17.64
19.11
27.93
23.52
20.58
27.93
19.11
10
20.58
22.05
17.64
19.11
22.05
19.11
26.46
22.05
19.11
19.11
23.52
19.11
11
22.05
24.99
17.64
19.11
20.58
19.11
17.64
24.99
22.05
22.05
27.93
17.64
12
23.52
22.05
19.11
20.58
22.05
16.17
23.52
24.99
24.99
17.64
24.99
14.70
13
17.64
24.99
20.58
19.11
22.05
22.05
22.05
26.46
23.52
22.05
24.99
17.64
14
20.58
23.52
26.46
26.46
19.11
17.64
23.52
26.46
19.11
17.64
22.05
20.58
15
24.99
22.05
23.52
19.11
22.05
19.11
20.58
23.52
22.05
17.64
24.99
19.11
16
24.99
23.52
23.52
17.64
22.05
19.11
22.05
24.99
19.11
17.64
26.46
16.17
17
17.64
20.58
16.17
20.58
19.11
24.99
22.05
27.93
19.11
16.17
23.52
19.11
18
20.58
22.05
20.58
20.58
20.58
22.05
22.05
24.99
20.58
19.11
30.87
22.05
19
24.99
19.11
22.05
14.70
23.52
16.17
22.05
24.99
20.58
17.64
23.52
17.64
20
23.52
24.99
19.11
19.11
19.11
19.11
22.05
23.52
22.05
17.64
20.58
19.11
21
22.05
19.11
16.17
17.64
20.58
19.11
20.58
23.52
19.11
16.17
23.52
16.17
22
20.58
22.05
22.05
22.05
19.11
23.52
27.93
23.52
19.11
16.17
23.52
17.64
23
22.05
20.58
16.17
14.70
22.05
20.58
30.87
23.52
16.17
20.58
27.93
16.17
24
24.99
22.05
22.05
24.99
26.46
17.64
20.58
24.99
17.64
20.58
23.52
17.64
25
20.58
24.99
22.05
20.58
19.11
19.11
20.58
24.99
20.58
16.17
23.52
32.34
26
20.58
22.05
19.11
17.64
19.11
16.17
23.52
24.99
17.64
19.11
23.52
23.52
27
19.11
17.64
20.58
16.17
16.17
29.40
24.99
26.46
20.58
16.17
27.93
22.05
28
20.58
20.58
32.34
16.17
20.58
17.64
24.99
22.05
19.11
17.64
30.87
17.64
29
23.52
20.58
17.64
17.64
22.05
20.58
24.99
27.93
17.64
19.11
29.4
14.7
30 23.52 22.05 24.99 16.17 22.05 20.58 20.58 23.52 20.58 17.64 32.34 19.11 Rata-rata ± 21.66 21.85 20.87 18.77 21.02 19.70 22.88 24.75 20.53 18.82 25.24 19.01 Simpangan ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 9 Diameter kepala spermatozoa nila 2.36 merah 2.06 (Oreochromis baku Lampiran 2.11 1.88 3.69 2.72 2.05 2.96 2.67ikan2.59 3.02 3.39
sp.)
Lampiran 10 Panjang ekor spermatozoa ikan nila merah (Oreochromis sp.)
32 Lampiran 11 Uji normalitas (Uji Kolmogrov- Smirnov) Hipotesis H0 : data menyebar normal (p-value > 0.05) H1 : data tidak menyebar normal (p-value < 0.05) Parameter
Lokasi
P-value
Keputusan
Kesimpulan
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
0.016
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Ciherang
<0.010
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Caringin
0.031
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Ciherang
<0.010
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Caringin
0.053
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
<0.010
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Caringin Ciherang Caringin
>0.150 0.142 >0.150
Gagal tolak H0 Gagal tolak H0 Gagal tolak H0
Menyebar normal Menyebar normal
Konsentrasi spermatozoa
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Caringin
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal Menyebar normal
Durasi motilitas spermatozoa
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Motilitas spermatozoa
Ciherang
<0.010
Tolak H0
Tidak menyebar normal
Caringin
0.053
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Diameter kepala spermatozoa
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
0.087
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Panjang ekor spermatozoa
Ciherang
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Caringin
>0.150
Gagal tolak H0
Menyebar normal
Oksigen terlarut (DO)
Suhu air kolam pH air kolam Bobot ikan Panjang ikan Volume semen pH semen
Menyebar normal Menyebar normal
33 Lampiran 12 Uji parametrik (uji t dua sampel independen) Hipotesis H0 : π1 = π2 (p-value > 0.05) H1 : π1 ≠ π2 (p-value < 0.05) Parameter
P-value
Keputusan
Kesimpulan
Bobot ikan
0.004
Tolak H0
Rata-rata kedua populasi berbeda
Volume semen
0.045
Tolak H0
Rata-rata kedua populasi berbeda
pH semen
0.847
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Konsentrasi spermatozoa
0.605
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Durasi motilitas spermatozoa
0.844
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Diameter kepala spermatozoa
0.543
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Panjang ekor spermatozoa
0.351
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Lampiran 13 Uji non parametrik (Uji Mann-Withney) Hipotesis H0 : π1 = π2 (p-value > 0.05) H1 : π1 ≠ π2 (p-value < 0.05) Parameter
P-value
Keputusan
Kesimpulan
Oksigen terlarut (DO)
0.596
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Suhu air kolam
0.006
Tolak H0
Rata-rata kedua populasi berbeda
pH air kolam
0.005
Tolak H0
Rata-rata kedua populasi berbeda
Panjang ikan
0.066
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
Motilitas spermatozoa
0.262
Gagal tolak H0
Rata-rata kedua populasi sama
34
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 18 Maret 1990 dari ayah Sumangi Tarmidi dan ibu Rumsinih. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negri 1 Sindang Indramayu dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum Ekologi Perairan pada tahun 2010/2011, asisten praktikum Fisiologi Hewan Air pada tahun 2010/2011 dan tahun 2011/2012. Penulis juga aktif di lembaga kemahasiswaan, seperti HIMASPER FPIK sebagai sekertaris Departemen Keilmuan dan Advokasi Lingkungan pada tahun 2009/2010, OMDA IKADA sebagai staff Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2009/2010, OMDA IKADA sebagai bendahara umum pada tahun 2010/2011, MT Al Marjan FPIK sebagai kepala Departemen Keputrian pada tahun 2010/2011, dan BKIM IPB sebagai staff Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2011/2012. Selain itu penulis aktif mengikuti berbagai macam kepanitiaan, seperti Konferensi Intelektual Muslimah pada tahun 2012 dan Women International Conference’s pada tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti berbagai konferensi, seperti Konferensi Rojab pada tahun 2010 dan Konferensi Tokoh Umat pada tahun 2012. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Kajian Aspek Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda.