JURUS PENGEMBANGAN CABANG DAN RANTING DAN GERAKAN JAMAAH DAKWAH JAMAAH
1
Oleh: Ashad Kusuma Djaya
A. JURUS PENGEMBANGAN CABANG & RANTING Dalam dunia persilatan dakwah, ada empat jurus yang saya lihat diterapkan oleh para pimpinan Cabang dan Ranting dalam menggerakkan Muhammadiyah. Empat jurus itu ialah: 1. Jurus Pendekar Syair Kematian (Malas bekerja, terlalu banyak teori, jarang silaturahmi organisasi) Dalam pemetaan yang dilakukan oleh LPCR PP Muhammadiyah, tidak sedikit rantingranting kita yang berada dalam kondisi menyedihkan, berwarna merah, bagaikan menyuarakan “syair kematian”. Ada yang memang benar-benar kehabisan orang yang mengurusi sehingga roda organisasi mandeg. Ada juga yang masih ditemukan pengurusnya, tetapi mekanisme organisasi sudah tidak berjalan. Salah satu penyebabnya, pengurusnya menjalankan jurus Pendekar Syair Kematian ini. Tidak mau berbuat, kalau bicara senang sekali sehingga jadi kebanyakan teori, dan tak mau bersilaturahmi kepada jamaah atau Pimpinan Muhammadiyah di atasnya. Sampai akhirnya mati, tak ada lagi yang mengurusi rantingnya.
2. Jurus Pendekar Mabuk (Senang bekerja/bergerak/beraktivitas, tak punya metode, tak punya tujuan) Ada pimpinan ranting yang senang beraktivitas dan banyak berbuat. Tapi ia tak punya tujuan untuk apa aktivitas-aktivitasnya itu, apalagi metode mencapai tujuan itu. Ia begerak, ya karena “nafsu” ingin bergerak.
3. Jurus Musafir Cinta (punya metode tapi tak punya tujuan) Jurus ini sudah ada metodenya, yaitu metode menyelesaikan masalah-masalah apa-apa yang ada dalam perjalannnya. Tapi pendekar yang memakai jurus ini tidak tahu, mau ke mana akhir tujuan program-programnya dan berapa masalah yang akan dihadapinya. Yang penting kalau ada masalah yang dihadapinya ia bisa menyelesaikannya, sebagaimana seorang pendekar pengelana yang selalu bisa mengalahkan penjahat yang ditemuinya di perjalanannya meski tidak tahu ujung perjalanannya dan berapa penjahat yang nanti akan ditemuinya.
4. Jurus Murid Kyai Dahlan (Punya Tujuan dan Punya Metode) 1
Makalah disampaikan dalam Baitul Arqom yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondomanan Yogyakarta, 2-3 Juni 2012 di Wisma Joyo Kaliurang.
Jurus pamungkas yang ampuh “membesarkan Muhammadiyah” adalah jurus yang telah dipraktikkan oleh KHA Dahlan dan para muridnya. Membesarkan Muhammadiyah dalam konteks ini adalah mengembangkan persyarikatan di tingkat Cabang dan Ranting. Jurus tersebut harus diakui keampuhannya, selain karena telah terbukti, juga benar-benar telah mencakup dua syarat dari jurus yang ampuh. Yaitu punya tujuan dan metode. Tujuan Muhammadiyah jelas, yang akhirnya terumuskan menjadi: “menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya.” Lha sekarang, tujuan pengembangan Cabang dan Ranting itu apa? Kita harus berani
mengatakan tujuan dari pengembangan Cabang
dan Ranting
kita
ialah;
PENYANTUNAN UMAT. Kenapa tujuan “jurus” pengembangan Cabang dan Ranting itu berupa penyantunan umat? Mari kita tengok para guru kita di masa lalu. Jurus mereka tak rumit, kalau umat itu bodoh dalam hal agama, ya buat pengajian atau madrasah agar umat cerdas dalam beragama. Kalau umat itu bodoh dalam pendidikan umum, ya buat sekolah agar umat menjadi cerdas pengetahuan umumnya. Kalau umat itu perlu ditolong masalah kesehatan, ya buat PKO untuk Penolong Kesengsaraan Oemom. Lalu selenggarakan zakat secara benar agar sedikit bisa mengatasi problem perekonomian umat. Jurus ampuh khan? Tapi sebelum jauh ngelantur tentang penyantunan umat, siapa sikh umat itu? Biar mudah dan fokus, saya simpulkan aja langsung bahwa umat dalam jurus pengembangan cabang dan ranting adalah anggota atau warga Muhammadiyah sendiri. Karena itu penyantunan umat dalam jurus pengembangan Cabang dan Ranting adalah penyantunan kepada anggota dan warga Muhammadiyah, meskipun pada akhirnya tak menutup kemungkinan akan berimbas kepada yang lain. Kembali pada jurus ampuh Murid Kyai Dahlan. Selain tujuan, jurus ampuh itu harus punya metoda atau cara untuk mencapai tujuan. Metode dari jurus Murid Kyai Dahlan juga tidak rumit. Kalau saya gambarkan, metodenya terdiri dari rangkaian menjawab 3 pertanyaan yang terdiri dari: -
Tahu umat butuh apa.
-
Tahu kita punya apa/siapa.
-
Tahu bagaimana menjadikan yang kita punya bisa menjawab kebutuhan umat.
Untuk tahu umat itu butuh apa bukan sekedar dengan bertanya pada mereka, “He kalian butuh apa?” Tapi menghubungkannya dengan tujuan menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya umat butuh apa? Seperti disinggung di atas. Kalau umat itu bodoh dalam hal agama, ya berarti butuh pengajian atau madrasah. Kalau umat itu bodoh dalam pendidikan umum, berarti umat butuh suatu lembaga atau program yang menjadikan mereka cerdas pengetahuan umumnya. Kalau umat banyak yang melarat, berarti butuh program pengentasan mereka dari kemiskinan.
Tapi bisakah kita bersedekah kepada orang miskin jika kita juga miskin? Kita tetap bisa bersedekah, tetapi dengan “apa” yang kita punya. Jika tak ada “apa” yang kita punya untuk membantu, bisa dicari kita punya ”siapa” yang bisa membantu. Begitu sederhana khan jurus ini? Maka kita harus punya data “apa” dan “siapa” yang kita miliki itu. Ingat, jihad itu bi amwalikum / hartamu ( yaitu: “apa”) wa anfusikum / jwamu (yaitu “siapa”). Tentang “Siapa” itu bisa berujud orang, bisa juga berujud lembaga swasta atau pemerintah. Coba mari kita data “apa” dan “siapa” di sekitar kita itu, untuk menjawab kebutuhan umat kita. Terakhir, untuk menerapkan jurus Murid Kyai Dahlan jangan melupakan Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah sambil memegang prinsip “Barang Berguna” yang terkandung dalam alMaa’uun. Banyak pendekar gagal di dunia persilatan dakwah karena melupakan hal itu. Kata ulil albaab dalam al-Qur’an: Robbanaa maa kholaqta haadza bathila... ya Tuhanku, sungguh tiada yang sia-sia dalam penciptaan-Mu........ maka kalau ada yang bingung karena anak-anak muda sekarang hobinya futsal, tak mau pengajian, pasti lupa ayat itu. Tiada yang sia-sia dengan “diciptakan hobi fustasl”. Jangan lupa jurus Murid Kyai Dahlan mendirikan tapak suci yang bisa membina anak-anak muda calon pendekar silat. Jangan lupa juga jurus mereka mendirikan HW..... sungguh, tiada yang sia-sia dalam ciptaan-Nya
B.GJDJ ALIAS GERAKAN JAMAAH DAKWAH JAMAAH Kamu adalah umat yang terbaik yang diturunkankan kepada manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imraan [3]:110)
Ayat di atas memuat dua konsep, yaitu “khoiro ummah” dengan “Ahlul kitab”, yang seakan menjelaskan bahwa banyaknya orang berpengetahuan (ahlul kitaab) dalam suatu masyarakat tidaklah selalu menandakan semakin terwujudnya ummat terbaik (khoiro ummah). Ahlul kitab adalah simbol dari mereka yang memiliki banyak referensi atau bahasa lainnya “kakean teori”, dan khoiro ummah tidak mesti lahir dari mereka yang dalam ayat tersebut disebutkan banyaknya dari kalangan mereka yang melakukan perbuatan merusak (fasik). Ayat di atas menyiratkan bahwa khoiro ummah dibentuk atas dasar: 1) ukhrijat linnaas 2) Dakwah amar makruf nahi munkar 3) Mempraktikkan ibadah sebagai bentuk keimanan kepada Allah. Ayat tersebut barangkali merupakan jawaban kenapa banyak kalangan dari kita telah menjalankan dakwah “ta(k)muruuna bil ma’ruufi wa tanhauna ‘anil mun(g)kar” dan “tu(k)minuuna billaah” tetapi kita belum bisa mencapai khoiro ummah. Tampaknya banyak kita lupa pada ukhrijat linnaas sebagaimana dilakukan oleh KHA Dahlan dan para muridnya yang menjadi generasi-generasi awal Muhammadiyah. Memulai dakwah dengan MEMAHAMI serta MENGATASI persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini tampaknya yang perlu diingat saat kita berusaha untuk mempraktikkan GJDJ.
1. Mehamami Cara Berpikir GJDJ Berkaitan dengan pelaksanaan dakwah yang MEMAHAMI serta MENGATASI persoalan kemanusiaan sebagai pelaksanaan GJDJ, maka kita perlu memahami unsur-unsur Jamaah dalam konsep GJGD. Dalam GJDJ yang pernah dituliskan, unsur-unsur jamaah itu ialah: 1) Warga jamaah. 2) Pamong jamaah 3) Unit gerakan jamaah (Gabungan inti-inti jamaah dalam satu kelurahan / desa). 4) Koordinator gerakan jamaah (Pimpinan Ranting) 5). Supervisor gerakan jamaah (pengawas yang ditunjuk oleh Pimpinan Cabang). Pembetukan inti jamaah yang dilakukan dalam pertemuan ranting. Tetapi jika terpaksanya hanya bisa dilakukan sekelompok-sekelompok maka sebaiknya pimpinan ranting selalu mengikuti pertemuan kelompok per kelompok tersebut agar bisa menjalankan fungsinya sebagai koordinator gerakan jamaah. Dalam rapat pembentukan inti jamaah tersebut memerlukan persiapan lebih teliti mengenai peta dan data lingkungan (ranting), lokasi tempat tinggal para anggota Muhammadiyah, jumlah kepala keluarga dan jumlah anggota Muhammadiyah. Selain itu sebelum mulai membentuk inti jamaah perlu dilihat diri lokasi tempat kedudukan inti jamaah di lingkungan yang akan dijadikan jamaah nanti sehingga bisa membuat dasar pengelompokan.jamaah. Setelah satu kelompok jamaah dibentuk, maka telah jelas siapa warga jamaahnya. Yaitu semua keluarga termasuk keluarga inti jamaah, besar kecil, tua muda, pria wanita, dalam satu jamaah. Selanjutnya beberapa warga dipilih menjadi pamong jamaah untuk menjadi sesepuh dan pengikat jamaah itu, terdiri dari seorang bapak dan ibu jamaah dengan beberapa pembantu. Pada permulaan atau dalam keadaan tertentu, pamong jamaah bisa dirangkap oleh inti jamaah, bahkan untuk sementara dapat ditiadakan. Inti-inti jamaah dalam satu ranting bergabung untuk menjadi satu kesatuan gerakan jama’ah disebut unit jamaah yang dikoordinir oleh pimpinan ranting. Koordinator gerakan jamaah yang dipegang oleh pimpinan ranting ini bertugas sebagai penghubung inti jamaah dengan persyarikatan, sebagai penghubung antar inti jamaah dalam satu unit jamaah, dan sebagai penanggung jawab terhadap terselenggaranya gerakan jamaah di rantingnya.
2. Pemetaan, Pembentukan, dan Pembinaan Jamaah Sederhananya, praktik GJDJ meliputi tiga unsur, yaitu: -
Pemetaan kondisi
-
Pembentukan Jamaah
-
Pembinaan Jamaah.
Pemetaan kondisi: Pemetaan dilakukan untuk tahu jamaah seperti apa yang mau dibuat sesuai dengan kondisi warga dan lingkungan setempat. Salah satu yang kami sarankan adalah melakukan pengkategorian jenis jamaah yang kemungkinan bisa dibentuk: -
Jamaah berdasar hobi
-
Jamaah berdasar profesi
-
Jamaah berdasar tempat nongkrong
-
Jamaah terkait Pengajian
Pembentukan jamaah: Pembentukan jamaah itu dilakukan berdasarkan potensi yang ada, bukan hanya berdasar keinginan. Tidak terlalu tepat jika banyak orang di wilayah itu senang mancing lalu dibentuk jamaah fustsal hanya karena ketua PRM nya senang fustal. Selain harus sesuai dengan potensi, pembentukan jamaah juga “harus” dilakukan oleh Ranting dan nama jamaah sangat penting diembeli-embeli dengan Muhammadiyah. Itu agar hubungan jamaah dengan PRM kuat serta menghindari jangan sampai di depan hari dibajak oleh ormas lain, termasuk parpol yang “sok” dakwah. Pembentukan ini bisa merupakan kerja bareng PRM dan PRA. Misal: Jamaah Senam Lansia Muhammadiyah Ranting Ngupasan (putraputri), Jamaah Bulutangkis Wani Namplek Muhammadiyah Ranting Ratmakan, atau lainnya. Pembinaan jamaah: Pembinaan jamaah disesuaikan dengan karakter jamaah, tapi untuk semuanya intinya ada “pengajian”. Pembinaan dalam bentuk pengajian itu, meski sebaiknya ada kurikulumnya, tidak harus bernama pengajian. Pengajian untuk pembinaan anggota jamaah bisa disebut kultum dalam pertemuan rutin mingguan/bulanan. Bisa disebut nasihat pencerahan, ular-ular sesepuh, prakata pengingat, mutiara kitab suci, Prakata Pangeling, Renungan Penutup, Kata Hikmah, dan sebagainya. Semua nama bisa digunakan untuk menggantikan kata “pengajian” sesuai dengan karakter jamaah. Dan sekali lagi, ada baiknya tetap ada kurukulumnya. Perlu diingat, dalam pembinaan tersebut sebaiknya Pimpinan Ranting selalu berkomunikasi dengan inti/pamong jamaah terkait agar hubungan antara jamaah dengan PRM tetap terjaga.
Sekedar kemungkinan contoh jamaah beserta pembinaannya: a) Jamaah berdasar hobi: - Jamaah Mancing “WALESAN SAKTI” Ranting Muhammadiyah Kauman, yang sebulan sekali mengadakan pertemuan anggota dan setiap pertemuannya diawali dengan “atur pangolah jiwa”. - Jamaah Fustal “HW” Pemuda Muhammadiyah RantingYudhonegaran yang seminggu sekali mengadakan latihan bersama dan setiap selesai latihan ditutup dengan “renungan pencerahan”, serta setiap setahun sekali mengadakan outboung yang menggabungkan materi kerjasama, olahraga, dan moral agama. -
Jamaah
tadarus
“AL-HIKMAH”
Ranting
Muhammadiyah
Prawirodirjan,
mengadakan tadarus keliling rumah ke rumah anggota, di selingin dengan kultum.
b) Jamaah berdasar profesi:
- Jamaah Pilot Becak Ranting Muhammadiyah Prawirodirjan, yang sebulan sekali mengadakan pertemuan anggota dan setiap pertemuannya diawali dengan “kultum” dan dilakukan simpan pinjam. c) Jamaah berdasar tempat nongkrong: - Jamaah “KOMUNITAS BACA POJOK NGGERDHU” Ranting Muhammadiyah Sayidan, pada awalnya merupakan komunitas yang sering ngobrol-ngobrol di pojok nggerdu, lalu oleh pimpinan ranting tempat itu dicarikan buku-buku yang bisa dibaca mereka yang sedang main di tempat itu. Sesekali diadakan “bedah buku” yang mendatangkan pembicara disesusuaikan tema buku.
d) Jamaah terkait Pengajian: - Jamaah pengajian “Cengkir Gadhing” Muhammadiyah Ranting Ngasem sebuah pengajian bulanan. -Jamaah pengajian Senin Bengi Muhammadiyah Ranting Minggir Sleman seminggu sekali.