AKTIVITAS DAKWAH KH. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : FIKRI RIVAI NIM. 106051001814
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 September 2010 Penulis
Fikri Rivai
AKTIVITAS DAKWAH DRS. KH. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: FIKRI RIVAI NIM. 106051001814
Pembimbing:
Dr. H. A. ILYAS ISMAIL, MA NIP : 19630405 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010 M
Abstrak Aktivitas Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi Di Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh adalah sebuah gerakan atau kelompok Islam yang tidak ingin disebut sebagai lembaga atau organisasi, tapi sebuah gerakan iman. Aktivitas Jamaah Tabligh adalah selalu menyeru dan mengajak kepada kebaikan, amalan-amalan sunah dan mengenal Allah lebih dekat supaya dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengamalkan agama. Awal munculnya Jamaah Tabligh bermula di daerah Mewat, India yang pendirinya adalah Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi (1303-1364 H) yaitu sekitar tahun 1920-an, yang di latar belakangi dengan adanya pencampuran antara yang baik dan yang buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid'ah. Lebih dari itu, juga telah terjadi gelombang pemusyrikan dan pemurtadan yang didalangi oleh para misionaris Kristen di mana Inggris saat itu sedang bercokol menjajah India. sedangkan di Indonesia sendiri Jamaah Tabligh muncul pada tahun 1970-an yang pertama kali di datangi adalah Kota Medan di masjid India sebagai tempat markas awalnya kemudian pada tahun 1974 berpindah di masjid Kebon Jeruk Jakarta sebagai tempat Markaz Jamaah Tabligh di Indonesia. Adaun dakwah yang di bawa oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi melalui Jamaah Tabligh berusaha merubah umat dengan metode dakwah seperti apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, yakni Khuruj fi Sabilillah. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, Bagaimana bentuk-bentuk aktivitas dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh? Kedua, Media apa yang digunakan dalam menyampaikan pesan dakwanya? Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di Jamaah Tabligh. Aktivitas dakwah dalam membentuk masyarakat yang islami yang dilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi melalui Jamaah Tabligh membentuk karakter umat Islam yang jarang mengamalkan Islam menjadi mengamalkan Islam. banyak dari mereka yang ikut dan ambil bagian dari aktivitas dakwah ini yang berubah, baik sikap, ucapan dan pakaian. Dengan bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang ada pada Jamaah Tabligh seperti Bayan, Ta’lim wa ta’alum, Jaulah, Bersilaturahim, Khidmat, Musyawarah dan mengamalkan enam sifat sahabat (sebagai ajaran atau materi yang sering disampaian). Media yang digunakan dalam berdakwah hanyalah berupa komunikasi langsung, silaturahmi dan masjid sebagai tempat sentral dakwahnya.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, karunia, dan pertolongannya selama ini, berkat Allah SWT jualah penulis mampu merampungkan tugas akhir skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini merupakan proses yang relatif panjang bagi penulis, menyita segenap tenaga dan fikiran. Tetapi yang pasti dengan segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan do’a, akhirnya penulis sanggup menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri penulis. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis. Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada: 1.
Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H.
ii
Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III 2.
Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Umi Musyarafah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dr. Idris Abd Shomad, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dalam setiap bimbingan dan mendorong penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5.
Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahanbahan dalam mengerjakan skripsi ini.
6.
Seluruh Ibu/ Bapak Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar dan memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.
7.
Keluarga tercinta penulis, Ayahanda tercinta Abdul Hamid, S.Ag dan Ibunda tercinta Nasiah, adek-adek penulis Syahrul Furqan, Fajar Nur Syamsu dan Rasyid Syidiq yang senantiasa tanpa hentinya mendoakan kebahagiaan dan kesuksesan
iii
penulis, dan juga dukungan berharga
sekali baik moril maupun materil dalam proses selama studi di kampus tercinta ini. 8.
Pengurus Yayasan Pendidikan Islam Sunanul Husna, khususnya kepada ‘Amir Jamaah Tabligh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, beserta para karkun (Jamaah-jamaanya). Serta semua pihak yang telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
9.
Keluarga Besar KPI B angkatan 2006, Badru Tamam, Deni Sofiansyah, Hari Haryanto, Davik Nurul Fitron, Asep Faiz Muis, Didi Rustandi, Dedi Kurniansyah, Hamiludin Ismail, Fachmi Ali, Desti, Dian Putra, Nurhasanah, Nisfi Ramadiati, Dini Utami, Devi Rahayu, Dian Komalasari, Hendro Sumaryadi, Ida Nurul Huda, Gita Andini, Fitri Susilawati, Fitriani, Fathonah, Fifit Fitriansyah. Untuk semuanya Penulis ucapkan terimakasih karena telah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.
10. Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor “Dapur Intelek” tahun 2009. 11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu berbagai hal dalam proses penyelesaian studi penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangankekurangan, namun penulis berharap penelitian ini menambah pengetahuan bagi
iv
pihak yang membutuhkan. Penulis sangat berharap kritikan dan masukan dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha yang kita lakukan. Amin...
Jakarta, 20 September 2010 Penulis,
Fikri Rivai
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................... i KATA PENGANTAR............................................................................................ ii DAFTAR ISI........................................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 7 C. Tujuan dan Manfaat penelitian................................................... 8 D. Metodologi Penelitian................................................................ 9 E. Kajian Pustaka…....................................................................... 11 F. Sistematika penulisan................................................................ 12
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Dakwah…………………………………………… 13 B. Unsur-unsur Dakwah…………………………………………. 15 1. Subjek Dakwah……………………………………….. 15 2. Objek Dakwah…………………..……..………………18 3. Materi Dakwah.............................................................. 19 4. Metode Dakwah…………………..…………..……… 23 5. Tujuan Dakwah………………….…............................ 27
vi
6. Media Dakwah…………..………. ………………... 28 C. Pengertian Aktivitas Dakwah………………………………. 29 D. Organisasi Dakwah……………………………………….… 35 1. Pengertian Organisasi………………………….…… 35 2. Pengertian Organisasi Dakwah…………….….…… 36
BAB III
PROFIL KH. NAJIB AL-AYYUBI DAN GAMBARAN UMUM TENTANG JAMAAH TABLIGH A. Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi 1. Latar Belakang Keluarga............................................. 38 2. Latar Belakang Pendidikan……………...................... 38 3. Pengalaman Dakwah……………............................... 40 B. Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh 1. Latar Belakang/Landasan Pemikiran Jamaah Tabligh……………………………………………… 41 2. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh………………… 42 3. Ajaran Pokok Jamaah Tabligh……………………… 44 4. Program Kegiatan Jamaah Tabligh…………………. 45 5. Visi dan Misi Jamaah Tabligh……………………… 46 6. Media Dakwah……………………………………… 46 7. Struktur Organisiasi……………………………….... 46
vii
BAB IV
BENTUK-BENTUK KEGIATAN DAN MEDIA DAKWAH KH. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh.................................................................... 48 1. Dakwah Bi al-Lisan……………………….……... 52 2. Dakwah Bi al-Haal……………………….……… 53 B. Media Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh…………………………………………….…….... 61
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................... 63 B. Saran-saran......................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah Islam adalah suatu cara bagaimana menyampaikan ajaranajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk berkomitmen kepada Islam pada setiap kondisi dan dimana mereka berada yang benar-benar profesional di bdang dakwah dan mengetahui tata cara pun berada, dengan sarana tertentu dan tujuan tertentu. Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah SWT, baik bagi sekelompok orang atau individu yang mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain menyampaikan dakwah dengan baik. Istrilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.1 Allah menciptakan manusia disertai dengan akal pikiran suatu tanda kelebihan dan keutamaan dari makhluk Allah yang lain. Allah memberikan akal kepada manusia agar dengan akal tersebut ia dapat membeakan mana hal-hal dan mana hal-hal yang buruk. Dengan akalnya pula manusia diharapkan mengerjakan apa yang seharusnya diperintahkan dan meningalkan apa yang seharusnya dilarang.
1
Asumi Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983)
1
2
Tetapi setiap akal yang Allah berikan kepada manusia memiliki sifat kelemahan dan keterbatasan, lebih-lebih untuk memahami hal-hal yang ghaib dan yang ada di luar jangkauan itu sendiri. Dakwah merupakan suatu kewajiban syar’i berdasarkan firman Allah SWT: Artinya: Dan hendaklah ada diantra kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Ali-Imran: 104).
Seiring dengan perkembangan jaman, dakwah terus berkembang diikuti dengan perkembangan metode serta medianya. Pada dasarnya banyak cara dan upaya maupun strategi yang dapat dipakai dalam pelaksanaan dakwah Islam salah satunya adalah dengan lisan, dalam AlQur’an Allah berfirman: Artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya tuhan-Mu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl: 125).
3
Pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan sebagai rakhmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperi alamn (rasa aman, tentram, sejuk). Ada dua segi dakwah yang tak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan, yaitu menyangkut isi dan bentuk, subtansi dan forma, pesan dan penyampaian, esensi dan metode. Dakwah menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak terpisahkan. Hanya saja, perlu disadari bahwa isi, subtansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal, yang tidak terkait oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini subtansi dakah adalah pesan keagamaan itu sendiri, itulah sisi pertama. Sisi kedua, meskipun tidak kurang pentingnya dalam dakwah, yakni sisi bentuk, forma, cara penyampaian dan metode, disebutkan dalam Al-qur’an sebagai Syir’ah atau Minhaj yang dapat berbeda-beda menurut tuntunan ruang dan waktu. Dalam penyajian materi dakwah, Al-qur’an terlebih dahulu meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa sehingga dia harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak serta simultan, baik dari segi materi dan waktu penyajiannya. Dakwah merupakan amalan yang dapat memotivasi kita dalam beribadah. Dakwah juga merupakan tugas rosul yang harus dicontoh dan merupakan kehidupan yang berkah dalam ridha Allah, memperoleh rakmat
4
Allah, serta akan menerima balasan yang terus menerus dan berlipat ganda. Perjalanan dakwah tidak selalu dihiasi dengan bunga-bunga dan buah-buahn yang menyenangkan tetapi dakwah merupakan suatu jalan yang penuh dengan cobaan dan rintangan dan memiliki perjalanan yang panjang. Pertarungan antara yang hak dan yang bathil merupakan suatu fenomena nyata yang digambarkan semenjak dakwahnya para nabi hingga saat ini. Dakwah yang selalu mengajak kepada kebaikan, kepada yang hak akan selalu bertentangan dengan kebathilan yang diserukan oleh godan syaitan. Oleh karena itu dakwah diperlukan kesabaran dan ketabahan yang kuat dalam memikul tanggung jawab ini. Bukan hanya kesabaran dan ketabahan,
berdakwah
juga
harus
sering-sering
berkorban
tanpa
mengahrapkan hasil yang diinginkan. Dakwah memerlukan usaha yang maksimal dan istiqamah dan hasilnya kita serahkan kepada Allah. Namun demikian, Allah memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang berdakwah. Firman Allah SWT: Artinya: Sebenarnya kami melontarkan yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya) (Al-Anbiya: 18).
Dalam ayat ini jelas digambarkan bahwa al-haq pasti menang dan kebathilan pasti lenyap. Dakwah yang dilaksanakan terus-menerus akan
5
memperolah kemenangan atas kebathilan. Adanya kesulitan dan cobaan memang sering terjadi bagi seorang yang sedang berdakwah, hal ini terjadi dari adanya gangguan dari golongan syaitan dan musuh-musuh Allah. Tetapi fenomena ini sesuatu hal yang telah terulang kali terjadi sejak jaman silam dan akan terus terulang di jaman ini. Dan Allah akan memberikan balasan kepada mereka yang berdakwah dan konsisten menjalankan dakwahnya. Dakwah sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim dalam rangka menyambungkan agama. Dakwah harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yang sudah maju dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan. Sebab aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama dan sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama karena ada hubungan timbal balik seperti itu, maka dapat dimengarti jika Islam meletakan kewajiban dakwah diatas setiap pemeluknya. Aktivitas dakwah bagi umat Islam bagaikan urat nadi, karena dakwah
merupakan
dimanifestasikan
aktualisasi
dalam
suatu
nilai
dan
aktivitas
konsep
manusia
teologis beriman
yang dalam
berkehidupan bermasyarakat. Dakwah dilakukan secara sadar, terencana untuk mempengaruhi dan bertingkah laku baik dalam tatanan realitas inividu sosio cultural untuk dapat merealisasikan ajaran Islam ke dalam semua aspek kehidupan dengan cara-cara tertentu.
6
Aktivitas dakwah juga sangat berperan penting, mengingat aktivitas dakwah merupakan bagian yang integral dari seseorang, dimana bila seseorang meyakini dan menjalankan agamanya dengan sungguhsunguh akan tercipta ketentraman dan kebahagiaan. Hal ini dapat dimengarti karena di dalam agama memberikan ketenangan hati, mengatur dan mengendalikan tingkah laku, sikap dan merasa takut melanggar aturan-aturan agama.2 Seperti seorang ulama KH. Najib Al-Ayyubi, beliau adalah seorang ulama muda asal Parung sekaligus seorang da’i. Beliau adalah seorang ulama yang memiliki tekad, mental serta kesabaran yang kuat dalam berdakwah dengan ilmu yang beliau miliki. Cara beliau dalam menyampiakan pesan dakwah sangatlah sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam bagi para jamaahnya. Biasanya beliau berceramah membicarakan tentang Tauhid, Syariat dan kisah-kisah tauladan yang diajarkan oleh Rasul dan para Sahabatsahabatnya. Dan biasanya beliau sebelum memulai berceramah diawali dengan menybutkan kebesaran Allah beserta nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan. Atas latar belakang tersebut, peneliti sengaja mencoba mengkaji tokoh yang masih hidup kerena dapat mempermudah dalam mencari data dan lebih akurat. Maka dari pemaparan di atas perlu sekali untuk mengkaji 2
Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan (Jakarta: Haji Maragung, 1990) Cet Ke. 22 h.72
7
seputar aktivits dakwah K.H. Najib Al-Ayyubi Oleh karena itu, penulis membuat karya ilmiah yang berjudul “AKTIVITAS DAKWAH K.H. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH”
A. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Banyak hal yang bias dibahas pada diri KH. Najib Al-Ayyubi dalam dakwahnya di Jamaah Tabligh, seperti dakwah jamaah tabligh secara nasional atau internasional, agar skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yakni dengan menekankan aktivitas dakwah Jamaaah Tabligh hanya di wilayah Pondok Ranji dan sekitarnya. Selain itu juga menekankan pada peranan KH. Najib AlAyyubi dalam dakwah Islamiyahnya.
2. Rumusan Masalah Untuk selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan berikut beberapa pertanyaan, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk aktivitas dakwah K.H. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh? 2. Media apa yang digunakan dalam menyebarkan pesan dakwahnya?
8
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: a. Menggambarkan secara detail tentang bentuk-bentu aktivitas dakwah. b. Media seperti apa yang digunakan dalam menyebarkan pesan dakwahnya.
2. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu: a. Manfaat Akademis Kajian tentang dakwah melalui pemikiran dan aktivitas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah
dewasa
ini,
khususnya
bagi
mahasiswa
untuk
terus
mengemangkan dan melakukan penelitian lanjutan sehingga hal ini dapat ditempuh, maka ia akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan dakwah yang aktual.
9
b. Manfaat Praktis Semoga dalam penelitian ini dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan dalam berdakwah tentang bagaimana umat menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
C. Metode Penelitian Dalam penulisan hasil penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Pengumpulan Data 1. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung dengan mengkuti aktivitas dan ceramah beliau untuk memperoleh data yang diperlukan. Selain itu penulis mengamati dengan cara tidak langsung dengan cara mengamati perkembangan serata perjalanan dakwah KH. Najib Al-Ayyubi
2. Wawancara Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan data informasi langsung tentang beberapa jenis data. Penulis mengadakan dialog secara langsung dengan KH. Najib Al-Ayyubi dan mewawancarai orang-orang terdekatnya seperti mewawancarai anak dari KH. Najib AlAyyubi dan sebagian lagi dari para murid dan orang terdekatnya.
10
3. Dokumentasi Data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau dokumendokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis dan internet dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan dengan penelitian tersebut.
b. Teknik Analisis Data Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dapat menunjukan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku, juga tentang aktivitas dalam sebuah kelompok atau jamaah. Metode yang digunakan adalah dengan metode deskriptif analitik. Metode ini adalah dengan mencoba memaparkan atau menggambarkan tentang aktivitas dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi. Penelitian ini mengambil sumber data penelitian dari hasil penelitian observasi dan wawancara.
c. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pendidikan Islam Sunanul Husna yang terletak di Kec. Ciputat Timur Tangerang, sebagai tempat
11
Markaz Jamaah Tabligh se-Kelurahan Pondok Ranji penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan penelitian ini dilakukan.
D. Kajian Pustaka Penelitian tentang aktivitas dakwah telah dilakukan oleh beberapa penelitiantara lain, dengan judul Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ. M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, Oleh Lutfi Anwar (104051001833), Aktivitas Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Asseqaf di Majlis Taklim Nurul Mustofa Ciganjur Jakarta Selatan, Oleh Muthmainah (204051002839), Aktivitas Dakwah Habib Munzir Al-Musawa di Majlis Rasulullah SAW, Oleh Nulin Nuha (104051001849), yang diajukan sebagai skripsi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sekian judul skripsi yang mengangkat tentang aktivitas dakwah, sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti dan mengkaji tentang dakwah Jamaaah Tabligh. Sebagai bahan pertimbangan dan pembandingan untuk mengkaji aktivitas dakwah Jamaah Tabligh penulis mencoba mengumpulkan, membaca dan mengumpulkan buku-buku yang sekiranya dapat dijadikan rujukan.
12
E. Sistematika Penulisan Untuk penulisan penelitian ini, pokok permasalahannya akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut : BAB I, Pendahuluan : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II, Landasan Teoritis :, Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah dan Pengertian Aktivitas Dakwah BAB III, Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dan Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh : Sejarah Kelahiran K.H. Najib Al-Ayyubi, Latar Belakang Pendidikan K.H. Najib Al-Ayyubi, Pengalaman Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi dan Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh BAB IV, Bentuk-bentuk Aktitas dan Media Dakwah Drs. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh : Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh, Media Dakwah. KH. Najib AlAyyubi di Jamaah Tabligh. BAB V, Penutup : Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil, menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat pada perintah Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak islamiyah.1 Dakwah ditnjau dari segi etimologi atau asal kata, dakwah memiliki makna yang bermacam-macam yang diantaranya: 1. An-Nida artinya memanggil 2. Menyeru atau mendorong kepada sesuatu 3. Menegaskan atau Membelanya 4. Suatu usaha atau perkataan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama 5. Memohon dsn meminta yang sering disebut do’a.
Ditinjau dari segi epistemologi dakwah berarti dakwatan panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa
1
Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Can Hoeve, 1999),h.280
13
14
arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah da’a – yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.2 Ditinjau dari segi termenologi, dakwah memiliki definisi-definisi seperti: Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berprilaku buruk sampai kepada arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.3 Menurut Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul “fungsi dakwah dalam rangka perjuangan mendefinisikan pengertian dakwah sebagai berikut: Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsep Islam, pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah tangga (usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara.4
2
2 h. 7
3
Abd. Rasyid Shaleh, Manajemen dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) Cet. Ke-
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998) cet ke-17 h. 194 4 Abd. Rasyid Shaleh, op.cit. h. 8
15
Sayyid
Quthub
sebagaimana
dikutip
A.
Ilyas
Ismail,
mendefinisikan dakwah sebagai usaha orang beriman untuk mewujudkan sistem ajaran Islam dalam realitas kehidupan atau usaha orang beriman untuk mengokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia, baik pada tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Didin Hafiduddin, kini Ketua Badan Amil Zakat Nasional, mengatakan dakwah dalam pengertian integralistik merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk jalan Allah Swt dan secara bertahap menuju kehidupan Islami.6 Sementara itu, menurut Fawwaz bin Hulayil dakwah adalah mengajak manusia kepada Allah swt. Hal ini dapat bermakna menghimbau manusia untuk melaksanakan apa yang Allah pertintahkan dan meninggalkan apa
yang dilarang-Nya. Hal
ini mencakup
pula:
memerintahkan mereka kepada semua kebaikan, dan melarang mereka dari semua kejahatan.7
B. Unsur-unsur Dakwah a. Subjek Dakwah 5
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h. 147. Didin Hafiduddin, Dawah Aktual, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 77. 7 Fawwaz bin Hulayil bin Rabah As Suhaimi, Manhaj Dakwah Salafiyah, (Yogjakarta: Pustaka Al Haura, 2003), h. 52. 6
16
Subjek dakwah adalah orang-orang yang melakukan dakwah, yaitu orang-orang yang berusaha mengubah stuasi sesuai dengan ketentuanketentuan Allah SWT, baik secara inividu maupun kelompok (organsasi) sekaligus sebgai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut da’i. 8 Nasarudin Lathief mandefiniskan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok. Ahli dakwah adalah wa’ad, muballigh mustama’in (guru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.9 Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah swt, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.10 Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku sebagai pengerak kegiatan dakwah, da’i juga menjadi salah satu faktor penetu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan
8
M. Hanif Asrof, Pemahaman dan Pengalaman dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas,1993) Cet Ke-1 h. 179 9 Nasarudin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT. Firma Dara, tt), h. 11. 10 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18
17
pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realita kehidupan umat manusia. 11 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i harus mempunyai pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga da’i dapat menjelskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Da’i juga harus mempunyai semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan da’i setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah dari kejahatan, meskipun untuk hal itu seorang da’i harus menghadapi tantangan dan cobaan yang benar. 12 Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’i. Quraish Shihab menambahkan bahwa dari masing-masing wahyau pertama Al-Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsip yang digariskan Al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu: a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tertulis segala hal yang berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun. b. Da’i harus sap mental menghadapi situasi yang akan dialaminya
311
11
Ismail, Paradigma Dakwah Syyid Quthub (Jakarta : Pena Madani, 2006) cet ke- 1 h.
12
Ismail, Paradigma Dakwah Syyid Quthub, 311
18
c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan yang akan di dambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah AlMudatsir.13
b. Objek Dakwah Oleh karena sasarana dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi usia psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menagkap isi pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus mampu mengusasi siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi aspek kehidupan secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun sebagai makhluk yang memiliki hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesame makhluk lainnya. Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang benar terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikan dan sungguhsungguh dalam mentarbiyahkan para pengikutnya. Kegagalan salah satu dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal islami secara keseluruhan.14 Oleh karena itu seorang da’i harus mendekati mad’u benar-benar dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari titik pemahaman sang da’i.
13 14
Quraish Shihab, Dakwah Dalam Al-Qur’an As-Sunnah (Jakarta: 1992) h. 3 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah (Solo: Inter Media, 1998) Cet ke-2 h. 196
19
Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga di jelaskan, yang di maksud dengan mad’u adalah orang-orang yang menerima pesan dari da’i dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan ojek dakwah (dalam Bahasa
Arab
disebut
mad’u).
Dikatakan
pula
objek
dakwah
diklasifikasikan menurut: 1. Bentuk Masyarakat, bantuk ini dapat kita bagi menjadi berdasarkan letak geografis seperti masyarakat kota, desa dan primitif. 2. Aqidah, dalam kaca mata aqidah manusia tebagi muslim dan non muslim 3. Status Sosial, pada dasarnya statifikasi sosial ini terbagi pada pejabat, rakyat jelata, kaya dan miskin.15
Da’i yang tidak memiliki kemampuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi mitra dakahnya adalah calon-calon da’i yang mengalami kegagalan dakwahnya jika hal diatas telah dikuasai, maka da’i hanya menunggu hasil dari semuanya.
c. Materi Dakwah Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya Manajemen Dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian, yaitu: akidah, syariah, mu’amalah, dan akhlak.16 15
Basraih Lubih, Ilmu Dakwah (Jakarta: CV. Tursina, 1993) Cet ke-1 h. 46
20
1) Masalah Akidah (Keimanan) Aspek akidah ini yang membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah yang mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain, yaitu: a)
Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Seorang muslim harus selalu jelas identitasnya.
b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah tuhan seluruh alam, bukan tuhan kelompok atau bangsa tertentu. c) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman yang dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraan. Karena akidah memiliki keterlibatan soal-soal kemasyarakatan.
2) Masalah Syariah Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari 16
24-31
M. Munir dan Wahyu Illahi Manajemen Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004), h.
21
kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah umat Islam antara lain adalah ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan nonMuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur. Syariah dan hukum bersufat komprehensif yang meliputi segenap kehidupan manusia. Kelengkapan ini lahir konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang membentuk kehendak Illahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariah harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah (dibolehkan), dianjurkan (mandup), makruh (dianjurkan untuk tidak dilakukan), dan haram (dilarang).
3) Masalah Muamalah Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi masjid, tempat pengabdian kepada Allah.
22
4) Masalah Akhlak Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari “khuluqun” yang berati budi pekerti, peringai, dan tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Akhlak bagi Al-Farabi adalah jalan keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan. Mempelajari akhlak berarti mengetahui berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha mencapai tujuan tersebut.17 Menurut Barnawi Umari dalam bukunya Azas-azas Dakwah bahwa apabila kita melihat materi dakwah secara rinci akan mendapat susunan materi dakwah sebagai berikut: 1. Aqidah
4. Kebudayaan
2. Hukum
5. Nahi Munkar18
3. Pendidikan
6. Akhlak
4. Sosial
7. Ukhuwah
5. Amar ma’ruf
Menurut sumber dakwah dapat di gunakan dua bagian, yaitu: 1. Al-Qur’an dan Hadits 17
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoove, 2002), h. 190. 18 Barnawi Umari, Azas-azas Dakwah (Jakarta: Pendidkan Ramadhani, 1996) Cet ke- 3 h. 56
23
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah SWT yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang keduanya adalah sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu kajian materi dakwah tidak boleh terlepas dari dua segmen penting diatas.
2. Ro’yu Ulama Pendapat ijtihad para ulama yang bias dijadikan pedoman, seperti halnya jumhur ulama, menetapkan hala atau haramnya sesuatu, kita harus mematuh akan hal tersebut.
d. Metode Dakwah Metode berasal dari Bahasa Jerman, metodica artinya ajaran tentang metode. Dalam Bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam Bahasa Arab disebut Thariq.19 Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian, suatu cara biasa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelasa atau untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata piker manusai. Sehingga metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyapaikan ajaran materi dakwah, dalam penyampaiannya suatu ajaran dakwah metode sangat penting
19
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet ke- 1 h. 35
24
perannya, suatu pesan walaupun baik tapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bias jadi ditolak oleh sipenerima. Dalam membahas pengertian metode dakwah ini marilah kita cermati beberapa pendapat ahli, yaitu;
1. Drs. Abdul Karim Zaidan Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara penyampaian (tabligh) dan berusaha melenyapkan gangguangangguan yang akan merintangi.20
2. Drs. Kha. Syamsuri Siddiq Metode barasal dari bahasa latin, methodos artinya “cara” atau bekerja. Di Indonesia sering dibaca metode. Logis jugaberasal dari bahasa latin artinya “ilmu” lalu menjadi kata majemuk methodologi artinya ilu cara bekerja, jadi methodologi dakwah dapat diartikan sebagai ilmu cara berdakwah.21
3. Drs. Salahuddin Sanusi Metode berasal dari methodus yang artinya jalan ke metode yang telah mendapat pengertian yang diterima oleh umum yaitu cara-cara
6 h. 13
20
Dr. Abdul Karim Zaidan, Ushulud Dakwah (Bagdad: darul Amar Al-Khathah, 1975) h.
21
Drs. H. Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah (bandung: Al-Maarif, 1981)
25
prosedur atau rentetan derakan usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Metode dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran Islam kepada individu, kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu dengan cepat dimiliki, diyakini serta dijalankan.22 Pedoman utama yang tidak akan pernah berubah sampai akhir zaman yang bersifat dinamis, universal ialah Al-Qur’an dalam surah AnNahl ayat 125:
Artinya; Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125). Dalam ayat ini metode dakwah ada tiga yaitu, (a) Bi al-Hikmah, (b) Mauizatul Hasanah, (c) Mujadalah Bi al-Latihya Ahsan. Dari ayat tersebut secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu: 1. Hikmah, yaitu berdasarkan dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa dan keberatan.
22
Drs. Salahuddin Sanusi, Metode Diakui Dalam Dakwah (Semarang: CV. Ramdani)
26
2. Mau’izah Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasehatnasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih saying, sehingga nasihat ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 3. Mujadalah, yaitu berdasarkan dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak la dengan menajlankan yang menjadi sasaran dakwah.23
Menurut
Ahmad
Mustofa
Al-Maraghi
menjelaskan
tenang
pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surah An-Nahl ayat 125 sebagai berikut: 1. Hikmah, ucapan yang jelas, diiringi dengan dalil yang memperjelas kebenaran serta menghilangkan bagi keraguan. 2. Al-Mau’zah
Al-Hasanah,
melalui
dalil-dalil
yang
zhani
(meyakinkan) yang melegakan bagi orang awam. 3. Jadilhum billati hiya Ahsan, percakapan dan bertukar piker untuk memuaskan bagi orang-orang yang menantang.24
23 24
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1990) Cet ke-1 h. 147 Imam Ahmad Mustofa, Al-Maraghi (Beirut: darul Ihya Turas Al-araby) h. 158-159
27
e. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah. 25 Sedangkan tujuan dari tinjauan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bahasa, bernegara dan berantar negara. Dakwah juga bertujuan memanggil kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah, diatas dunia terbentang luas ini yang berisikan manusia sebagai jenis dan bermacam kepercayaan yakni fungsi sebagai syuhada ‘ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.26 Syakh Ali Mahfudz merumuskan bahwa tujuan dakwah ada lima perkara: 1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekerti 2. Memindahkan hati dari kesadaran jelak kepada kesadaran yang baik 3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum muslimin 25
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 33 26 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani press, 1999) Cet ke-1 h. 70
28
4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi dengan cara-cara mereka bekerja 5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khufarat atau kepercayaan yang tidak bersumber dengan mendalami Ilmu Ushuluddin.27
f. Media Dakwah Bila dilihat dari asal kata, media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu.28 Dalam Kamus Istilah Komunikasi “media” berarti sarana yang digunakan oleh komunkator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikasn,
apabila komunikasi jauh tempatnya, banyak
jumlahnya atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi diseut media komunkasi adapun bentuk dan jenisnya beraneka ragam.29 Berdasarkan pengertian di atas maka media dakwah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwahyang
27
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 34 28 29
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) BC. TT,Kamus Istilah Komunikasi (Bandung: Djambatan, 1992) h. 227
29
telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang (matrial), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.30 Menurut Asmuni Syukri dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ada beberapa media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah di antaranya : 1. Lembaga pendidikan formal 2. Lingkungan keluarga 3. Organisasi-organisasi Islam 4. Hari-hari Besat Islam 5. Media massa (radio, televisi, film, buku, surat kabar, majalah, internet dan lain-lain) 6. Seni budaya (music, drama, wayangdan lain-lain).31
C. Pengertian Aktivitas Dakwah Dari penjelasan maksud diatas mengenai pengertian aktivitas dan dakwah, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dakwah disini berarti segala aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan atau berdakwah dalam rangka untuk menjelaskan tentang Tuhan dan segala ajarannya. Aktivitas dakwah juga dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah terhadap perubahan terhadap sesuatu (perbuatan seseorang yang belum baik agar 176
30
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h.
31
Ibid h. 176
30
menjadi baik, serta kepada sesuatu yang sudah baik agar menjadi lebih baikdan mulia disisi Allah SWT. Dari definisi diatas ada beberapa prinsip yang menjadi subtansi aktivitas dakwah sebagai berikut : 1. Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja 2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah mengajak seseorang untuk beramal ma’ruf dan nahi munkar untuk memeluk agama Islam 3. Proses penyelenggaraan tersebut dilakuakan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akherat yang di ridhoi Allah SWT
Aktivitas dakwah ini cenderung kepada penyampaian materi dengan berceramah untuk member nasehat dalam masalah kebenaran dan ketakwaan untuk amar am’ruf dan nahi munkar. Aktivitas dakwah ini bisa dilakuakan ditempat-tempat seperti, masjid-masjid, pesantren, madrasah, rumah-rumah penduduk secara bergilir atau ditempet lapangan terbuka. Aktivitas dakwah merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang secara tegas dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-‘Imran ayat 104 yang berbunyi :
31
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-‘Imran: 104) Aktivitas dakwah merupakas suatu kegiatan juru dakwah dalam mengembangkan misi dakwahnya untuk mengubah mad’unya ke jalan Allah SWT secara bertahap menuju kehidupan yang islami. Secara subtansial, dakwah Islam merupakan aktivitas imani yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan. Sebuah konsep dan formulasi epistimologis tentang agama termediasi dalam dakwah kemudian dilaksanakan secara teratur untuk mempengarui cara merasa, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio cultural dalam rangka mengupayakan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan mempengaruhi cara-cara tertentu.32 Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung kepada individunya. Karena menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau
32
Amrullah Ahmad,Dakwah Islamiyah dan Pembaharuan Sosial (Yogyakarta: PLZPM, 1983) cet ke-2 h.2
32
mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.33 Merujuk pada pengertian aktivitas pada satu sisi dan dawah di sisi lain, maka aktivitas dakwah dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan, kesibukan, kerja, salah satu kegiatan kerja yang dilakukan di tiap bagian atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah Swt dan secara bertahap menuju perikehidupan islami. Aktivitas dakwah merupakan bagian dari kehidupan keberagamaan yang sangat urgen dalam Islam. Di dalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran Islam aktivitas dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Terwujudnya
dakwah
bukan
sekedar
usaha
peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkah lakudan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
33
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52.
33
a. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah 1. Dakwah bi al-lisan Dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa dengan ahsana qaulan (ucapan) dan perbuatan yang baik. Dalam surah Al-Fushlihat :33 : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Dakwah yang diungkapkan dalam ayat tersebut tidak hanya dakwah terdimensi dengan ucapan atau tulisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik (uswah) seperti yang sudah di contohkna Rasulullah SAW. Yang dimaksud dakwah bi al-lisan adalah memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia akherat dengan menggunakan bahasa manusia yang di dakwahi (mad’u). Bahasa ke adaan dalam konteks dakwah bi al-lisan adalah segala hal yang berhubungan dengan ke adaan mad’u baik psikologis maupun fisiologis.
2. Aktivitas bi al-haal Dakwah bi al-haal merupakan sebuah metode dakwah yakni metode dakwah dengan menggunakan kerja nyata.
34
Melihat proses kejiwaan manusia, maka sebagai kumpulan individu sudah pasti akan terkena pengaruh dari keteladanan dan taklid baik pengaruh positif maupun pengaruh negative. Karena itu, Islam sangat menaruh perhatian terhadap pemeliharaan masyarakatnya yaitu perintah untuk selalu meneladani Rasulullah SAW atau orang yang berbuat kebajikan. Islam memerintah kita agar mengambil contoh (teladan) dan para ahlul khair (orang-orang yang berfikir). Ahli kebenaran dan mereka yang berakidah lurus.34 Secara tegas Islam menyuruh umatnya mengambil teladan dari Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S : AlAhzab: 21). 3. Aktivitas bi al-qalam Dakwah bi al-qalam, yaitu dakwah dengan menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di media majalah atau surat kabar, brosur, buletn, buku dan sebagainya.
34
Mustofa Mansur, Teladan di Medan Dakwah. (Solo: era Intermedia, 2000), h.42
35
Dakwah seperti ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta luas jangkauannya, disamping itu masyarakat atau satu kelompok dapat mempelajarinya sendiri.
D. Organisasi Dakwah a.
Pengertian Organisasi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah
kesatuan yang terdiri atas bagian didalam perkumpulan utuk tujuan tertentu, selain itu organisasi juga dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.35 Sedangkan organisasi menurut Schein adalah suatu koordinasi rasional sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi dari hirarki otokritas dan tanggung jawab. Dapat dilihat pula definisi organisasi yang dikemukakan oleh James. L. Gibson bahwa organisasi adalah entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilakukan individu-individu yang bertindak sendiri. Organisasi diciptakan oleh prilaku yang diarahkan kepada pencapaian sebuah tujuan, individuindividu yang berada didalamnya mengupayakan pencapaian-pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat dilakukan secara lebih efektif dan
35
. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Departeman Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka), h. 630
36
efisien. Hal tersebut melalui tindakan-tindakan individu-individu serta kelompok-kelompok secara terpadu.36
b.
Pengertian Organisai Dakwah Pengorganisasian dakwah dapat dirumuskan sebagai “rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokan pekerjaan yang harus dilakukan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya. 37 Pengorganisasian tersebut mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Sebab dengan pengorganisasian maka rencana dakwah menjadi lebih mudah pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh karena dengan dibagi-bagikannya tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam tugas-tugasnya yang lebih terperinci serta diserahkan pelaksanaanya kepada bebepara orang akan mencegah timbulnya kumulasi pekerjaan hanya pada diri seorang pelaksana saja dimana kalau hali ini sampai terjadi, tentulah akan sangat memberatkan dan menyulitkan.
36
. J. Winandi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 13 37 . The Liang Gie (ed) Kamus Administrasi Gunung Agung: Jakarta, 1972, h. 292-293
37
Langkah-langkah pengorganisasian dakwah : Berdasarkan
pengertian
tentang
pengorganisasian
dakwah
sebagaimana telah dirumuskan di muka. Maka pengorganisaian dakwah terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membagi-bagi dan menggolong-golongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu. 2. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksanaan atau dari untuk mekukan tugas tersebut 3. Memberikan wewenang kepada masing-masning pelaksana 4. Menetapkan jalinan hubungan.38
38
. Abd. Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang : 1977) h. 78-
79
BAB III PROFIL DRS. KH. NAJIB AL-AYYUBY DAN GAMBARAN UMUM TENTANG JAMAAH TABLIGH
A. Profil Drs. KH. Najib Al-Ayyubi 1. Latar Belakang Keluarga Najib Al-Ayyubi, lahir di Bogor Jawa Barat, pada tanggal 22 Februari 1959. Beliau merupakan anak dari buah pernikahan pasangan KH. M. Ayyub dengan Hj. Rukoyah1. Semangat Najib Al-Ayyubi kecil untuk meraih masa depan yang gemilang tidak ciut. Atas keinginan sendiri dan dorongan dari orang tuanya, ia mengambil jalur yang berbeda di banding saudara kandung lainnya, yaitu bersekolah setinggi-tingginya. Ia percaya dengan pendidikan yang cukup masa depannya akan lebih baik dari orang tuanya.
2. Latar Belakang Pendidikan Perjalanan pendidikan pertama beliau lakukan di SDN (Sekolah Dasar Negri) Pagi Bogor, Jawa Barat selama 6 Tahun. Beliau tidak hanya terbiasa di pagi hari saja mengenyam bangku sekolah, pada jam 2 siang harus sekolah di Madrasah Diniyah dan itu berlangsung selama 6 Tahun juga. Selain itu juga beliau dididik langsung pengetahuan Agama oleh ayahnya.
1
Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
38
39
Setelah lulus dari SDN Pagi Bogor, Beliau melanjutkan pendidikannya ke pesantren Al-Masturiyah, Sukabumi, Jawa Barat. Mulai dari MTs (Madrasah Tsanawiyah)sampai ke janjang MA (Madrasah Aliyah). Setalah lulus dari Aliyah beliau melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1976 di Fakultas Syariah dan selesai pada tahun 1982. Pada semester 3 tepatnya tahun 1979 selain kuliah beliau juga mengikuti pendidikan di Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor. Oleh KH. Husain sebagai pengurus Pesantren Beliau diperintahkan untuk mengajar santri-santrinya, sampai lulus kuliah. Setelah lulus dari kuliah tahun 1982 dan mendapatkan gelar sarjana Drs, (Sarjana Lengkap) beliau mendapatkan amanah tanah wakaf untuk membangun pondok pesantren dari H. Sinen, H. Sulaiman dan H. Hasan yang bertempat di Jl. Manjangan, Ciputat. Beliau menyambut dengan baik, dan akhirnya beliau mendirikan sebuah yayasan pendidikan Islam Da’wa wa Tabligh Sunanul Husna, berdirinya yayasan ini tahun 19822. Selain sebagai tempat Yayasan Pendidikan Islam juga sebagai tempat Musyawarah Jamaah Tabligh seKelurahan Pondok Ranji. Inilah menurut beliau adalah sebuah keberkahan dakwah, bermula hanya ikut-ikutan dengan KH. Husain dan menjadi seorang pengajar dipesantrennya dengan niatan berdakwah bukan mencari materi dan 2
Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
40
kemewahan dunia, akhirnya Allah beri jalan dengan diberikannya tanah wakaf sebagai tempat dakwahnya. Tujuannya supaya masyarakat sekitar bisa merasakan dakwah yang disampaikan oleh KH. Najib Al-Ayyubi
3. Pengalaman Dakwah Mulai menekuni dunia dakwah tahun 1979, saat itu masih kuliah di semester 3, pada saat itu beliau diajak oleh KH Husain pengurus Pondok Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor untuk berdakwah. Dakwah yang beliau sampaikan yang diajarkan oleh KH. Husain adalah ilmu-ilmu kepesantrenan, menghidupkan sunah-sunah Rasulullah SAW.dan ajaranajaran Pokok Jamaah Tabligh. Dakwah yang beliau sampaikan berbeda pada umumnya, yang biasanya dilakukan dengan berceramah di majlis-majlis taklim, masjid, musolah, tapi beliau berdakwah dengan cara bagaimana kehidupan seharihari dilakukan secara agama, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Jadi dalam kehidupan kesehariannya selalu menghidupkan Agama. Pada Tahun 1980 dalam Jamaah Tabligh “juur” (pertemuan) yang pertama di Medan di Masjid India, Jl. Gazza Medan, dilanjutkan ke Lampung, Palembang, Padang dan kembali lagi ke Medan selama 40 Hari kemudian kembali lagi ke Jakarta.
41
B. Gambaran Umum Tentang Jamaah Tabligh 1. Latar Belakang/Landasan Pemikiran Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh ini sebenarnya bukanlah nama, karena yang menamakan Tabligh ini adalah orang luar. Disebut Jamaah Tabligh kerena selalu menyampaikan pesan-pesan agama dan sunah-sunah Rasul, bukan hanya menyampaikan tapi juga mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak nama dari kelompok ini selain nama Jamaah Tabligh, seperti Jamaah Kompor, Jamaah Khuruj, Jamaah Ta’lim, Jamaah Jaulah, jamaah Jenggot dsb. Yang diinginkan dari Jamaah Tabligh dan kyai itu sendiri adalah bagaimana Umat Islam selalu mengamalkan dan menghidupkan amalanamalan agama dan sunah Rasul dalam kehidupan sehari-harinya3. Jamaah ini didirikan oleh Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi (1303-1364 H). Ia dilahirkan di Kandahlah, sebuah desa di Saharnapur, India. Ummat Islam India saat itu sedang mengalami kerusakan akidah, dan degradasi moral yang dahsyat. Ummat Islam telah tidak akrab lagi dengan syiar-syiar Islam. Di samping itu, juga terjadi pencampuran antara yang baik dan yang buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid'ah. Lebih dari itu, juga telah terjadi gelombang pemusyrikan dan pemurtadan yang didalangi oleh para misionaris Kristen di mana Inggris saat itu sedang bercokol menjajah India. 3
Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
42
Gerakan misionaris yang didukung Inggris dengan dana yang sangat besar itu telah berusaha membolak-balikkan kebenaran Islam, dengan menghujat ajaran-ajarannya dan mendiskreditkan Rasulullah saw. Bagaimana membendung kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin yang "lepas" ke dalam pangkuan Islam? Itulah yang menjadi kegelisahan Muhammad Ilyas.
2. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana Muhammad Ilyas Kandhalawi di Mewat, sebuah provinsi di India. Nama Jama'ah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering menyampaikan, sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama tetapi cukup Islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama "gerakan iman". Gerakan dakwah tabligh Syaikh Maulana Ilyas dimulai pada tahun 1337 H. Saat itu Syaikh Maulana Ilyas sedang melakukan perjalanan dalam rangka kunjungan ke Mewat. Saat itu ia melihat penyimpangan ajaran Islam yang dilakukan oleh masyarakat Mewat, dari ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka mencampuradukkan antara ajaran Islam dan Hindu, seperti memohon kepada Dewa Brahmana untuk menentukan tanggal perkawinan mereka, mencampur adukkan hari besar Islam dengan hari besar Hindu, juga merayakan upacara-upacara kesucian Hindu, seperti
43
Janam, Dessehra dan Diwali.4 Menurut Major Powlet, bahwa orang-orang Meo tabiatnya seperti orang-orang Hindu. Jarang terlihat masjid kampung mereka. Dari lima puluh kampung Tensil Tijarah, hanya ada delapan masjid . yang banyak justru kuil-kuil yang menyerupai kuil-kuil Hindu.5 Al-Syaikh Syaifurrahman bin Ahmad Al-Dihlawi mengatakan : “Ketika Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Mewat jauh dari ajaran Islam, berbaur dengan orang-orang Majusi, para penyembah berhala Hindu, bahkan bernama dengan nama-nama mereka, serta tidak ada lagi keislaman yang tersisa, kecuali hanya nama dan keturunan, kemudian kebodohan yang kian merata, tergeraklah hati Muhammad Ilyas. Pergilah ia dengan Syaikhnya dan Syaikh tarekatnya, seperti Rasyid Ahmad AlKanhuli dan Asyraf Ali At-Tabhawi untuk membicarakan permasalahan ini. Dan ia pun akhirnya mendirikan gerakan tabligh di India, atas perintah dan arahan dari para Syaikhnya tersebut.”6 Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil berjalan di Asia Selatan. Dengan dipimpin oleh Maulana Yusuf, putra Maulana Ilyas sebagai amir/pimpinan yang kedua, gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun, penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Sekali terbentuk dalam suatu negara, Jamaah Tablih mulai membaur dengan masyarakat lokal. Meskipun negara barat pertama yang berhasil dijangkau Tabligh adalah Amerika Serikat, tapi fokus utama mereka adalah di Britania Raya, mengacu kepada populasi padat orang Asia Selatan disana yang tiba pada tahun 1960-an dan 1970-an. 4
Nasrullah, “Tradisionalisme Dalam Dakwah: Studi Kritik Aktivitas Jamaah Tabligh Kebon Jeruk” (Tesisi S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) h. 90 5 Muhammad Mansur Monawi, Riwayat Hidup Syaikh Muhammad Ilyas Rah. A. H.29 6 Muhammad Mansur Nomani, Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. A. H. 32
44
3.Ajaran Pokok Jamaah Tabligh Ajaran dakwah Rasulullah SAW, pada dasarnya mencangkup empat unsur, yaitu: da’wah ilallah, ta’lim wa ta’allum, dzikir wa alibadah dan khidmah.7 Lewat empat unsur ini, Rasulullah SAW berhasil menyampaikan dakwah serta mendidik umat menjalankan perintah Allah SWT. Serta menjauhi larang-larangan-Nya. Atas dasar itu, dalam dakwahnya, Syaikh Maulana Ilyas berusaha merealisasikan unsur-unsur dakwah Rasulullah SAW. ke dalam metode dakwahnya, dengan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Melalui dua sumber tersebut, Syaikh maulana Ilyas ingin menanamkan kembali sifat-sifat mulia yang pernah diajarkan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW.dan para sahabnya, untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula yang dilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dalam dakwahnya di Jamaah Tabligh. Sifat-sifat itulah yang kemudian dijadikan ajaran pokok dakwah Jamaah Tabligh. Ajaran pokok tersebut kemudian dikenal dengan istilah “enam sifat sahabat”. Adapun enam, sifat sahabat itu adalah : 1. Yakin pada Kalimat Thayibah : Laa ilaha illa Alah Muhammadu Rasulullah. 2. Shalat Khusyu’ wa al-khudhu’ 3. ‘Ilm ma’a dzikr (Ilmu disertai Dzikir). 4. Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam)
7
An-Nadhr M. Ishaq Shabah, Khuruj fi Sabilillah, h. 20
45
5. Tashih al-niyat (memperbaiki niat) 6. Da’wah wa at-tabligh
4.
Program Kegiatan Dakwah Jamaah Tabligh a. Khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria), b. Jaulah (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah), c. Bayan, mudzakarah sama halnya seperti cerama, pidato atau khutbah. d. Mengamalkan 6 sifat sahabat, e. Musyawarah.
Ada pun kegiatan-kegiatan yang lain, sepeti : 1. Ta’lim wa Al-Ta’alum yang terdiri dari : Halaqoh Tajwid Al-Qur’an, Ta’lim Kitab (Fadhail dan Masail) dan Muzdakarah enam sifat sahabat R.A 2. Dzikir wa Al-‘Ibadah yang terdiri dari : Shalat Fardhu dan Nawafi, Tilawat Al-Qur’an, Dzikir pagi dan petang dan Doa-doa Masnunah. 3. Kidmat, yaitu pelayanan social pada manusia dan makhluk lainnya, dengan akhlak yang dicontohkan Rasululah SAW.
46
5. Visi dan Misi Jamaah Tabligh Visi : Menghidupkan kembali Sunah-sunah Rasulullah SAW dan menghidupkan kembali dakwah serta ajaran Rasulullah SAW. Misi : Yang paling utama adalah agar umat Islam mau mengamalkan agama sesuai yang telah diajarkan Rasul SAW dan diperintahkan dalam kehidupan sehari-hari. 8
6. Media Dakwah yang Digunakan Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya hanya menggunakan media komunikasi saja dan masjid sebagai tempat sentarnya. Dalam melakukan dakwahnya menurut Drs. KH. Najib Al-Ayyubi komunikasi yang baik dengan kata-kata yang santun justru bisa lebih mengajak dan menarik jamaah lebih tertarik untuk mengikuti dakwah Islam. Selain dari komunikasi yang aktif kepada jamaah, dakwahnya harus dipraktekan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai sunahnya.
7. Stuktur Organisasi Jamaah Tabligh tidak ingin disebut sebagai organisasi, walaupun pada kenyataannya mereka terorganisir, mereka memiliki apa yang disebut 8
Wawancara Pribadi dengan KH Najib Al-Ayyubi, Tangerang, 23 Juli 2010
47
dengan masyaikh (pimpinann yang mewakili setiap Negara), Syuro (pimpinan setiap kota), dan Amir (pimpinan dalam halaqoh atau dalam jumlah kecil). Keorganisasian Jamaah Tabligh tidak seperti pada organisasi Islam pada umumnya, organisasi ini akan nampak apabila kita terjun
langsung
mengikut
aktivitas
dakwah
Jamaah
Tabligh.
Manajemennya terbuka. Ada pembagian tugas atau komando yang jelas, setiap akan melakukan pekerjaan dilakukan musyawarah.
Bagan hirarki Jamaah Tabligh
Markaz Internasional (India)
Zumaidar (Penaggung jawab markaz nasional)
Majlis Syura (Majlis Musyawarah) markaz nasional
Zumaidar (Penaggung jawab markaz propinsi)
Majlis Syura (Majlis
Zumaidar (Penaggung jawab markaz Kabupaten)
Majlis Syura (Majlis Musyawarah) markaz Kab.
M
Mahalla (Masjid-masjid)
Karkun (Jamaah Tabligh)
BAB IV BENTUK-BENTUK KEGIATAN DAN MEDIA DAKWAH DRS. KH. NAJIB AL-AYYUBI DI JAMAAH TABLIGH
A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi dalam melakukan dakwahnya memang bisa dikatakan sudah melalang buana keberbagai daerah bahkan ke pelosok daerah terpencil di seluruh Indonesia, bermula dari pulau sumatra sampai ke pulau Irian pun beliau sudah lakoni. Meneurut beliau dakwah adalah sudah menjadi kewajiban seorang muslim yang beriman dan panggilan dari Allah SWT untuk mengajak dan memperkenalkan Islam dan Sunah-sunah Rasul-Nya dan beliau pun mengatakan banyak jaman sekarang yang mengaku dirinya Islam namun mereka lupa dengan Islam. Karena dakwah menurut beliau adalah Dakwah ini memang suatu kewajiban, karena dulu berkembangnya agama di dunia ini karena adanya dakwah dan para Nabi dan Rasul oleh Allah SWT itu mereka ditugaskan untuk dakwah menyampaikan agama. Salah satu dakwah yang dilakukan oleh Drs. KH. Najib Al-Ayyubi bertujuan meningkatkan pemahaman agama Islam, yaitu dengan cara mengajak jamaah untuk Khuruj fi Sabilillah selama tiga hari untuk para pemula, empat puluh hari bahkan empat bulan.
48
49
Aktivitas ini dilakukan dan diikuti oleh jamaah muda maupun tua, berbagai macam profesi. Dari kegiatan dan aktivitas ini banyak dari mereka yang non-muslim menjadi muslim asbab kegiatan Jamaah Tabligh, mantan preman, bahkan artis pun banyak yang ikut dalam kegiatan ini.1 Gerakan yang belakangan cukup berpengaruh dan menyebar ke seluruh benua ini, mengedepankan pemahaman keislaman yang tidak berbelit, jauh dari nuansa radikalisme-politis, tidak memerlukan budaya kritis apalagi sampai pada penalaran filosofis. Dakwah beliau dan Jamaah Tabligh lakukan dengan cara persuasif, berpindah dari tempat satu ke tempat lain, dengan tampilan fisik yang sederhana sebagaimana pakaian para sahabat salafi. Meskipun tidak fenomenal
dan
mendapat
perhatian
media
internasional
metode
gerakannya mendapat simpati mulai dari kalangan miskin-desa sampai pada kalangan elit-urban.2 Aktivitas dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan keagamaan yang berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW, yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya aktivitas dakwah KH. Najib Al-Ayyubi hanya dilakukan di Pondok Pesantren Daar At-Tafsir, Parung, Bogor diajak Oleh KH. Husain sebagai pengajar, tetapi karena semangatnya dalam 1
2
Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010 Ahmad Baso dkk. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca Realitas. (Jakarta: Erlangga. 2003)
50
menyampaikan ilmu-ilmu agama, beliau diajak untuk aktif di Jamaah Tabligh maka dari ajakan itu beliau menekuni usaha dakwah sampai sekarang. Sehingga saat ini beliau memiliki Yayasan Pendidikan sendiri berkat pemberian tanah wakaf. Yayasan Pendidikan Islam tersebut dinamai Sunanul Husna Da’wah wa Tabligh yang juga dijadikan Markaz Jamaah Tabligh tingkat Kelurahan. Dalam
melakukan
kegiatan
atau
bentuk-bentuk
aktivitas
dakwahnya di Jamaah Tabligh yang beliau lakukan tidak jauh beda dengan Aktivitas-aktivitas dakwah Jamaah Tabligh lainnya, separti melukan Musyawarah sebagai bentuk pengganti dari organisasi yang bertujuan untuk membagi tugas-tugas dalam kegiatan dakwah. Kegiatan Musyawarah ini dilakukan ada yang harian yaitu dilaksanakan setiap kali melaksanakan Khuruj fi Sabilillah tujuannya untuk menentukan petugas yang akan melakukan Ta’lim, Jaulah dan Khidmat kemudian ada yang seminggu sekali ada pula yang sebulan sekali, yang dilakukan seminggu sekali bertempat di Yayasan Pendidikan Islam Sunanul Husna yang mana pengasuhnya adalah beliau sendiri, setiap malam Rabu ba’da Shalat Isya. Dalam hal ini yang mengikuti perkumpulan adalah para Jamaah Tabligh se-Kelurahan. Yang dibicarakan adalah siapa-siap saja dan kemana saja yang telah melaksanakan Khuruj fi Sabilillah selama satu satu minggu. Adapun yang sebulan sekali diadakan setiap malam Jumat ba’da Isya yang bertempat di Markaz Pusat Masjid Kebon Jeruk, Jakarta. yang
51
mengikuti dalam Musyawarah ini adalah dari seluruh Nusantara bahkan terkadang Jamaah Tabligh dari luar negri pun datang, seperti India, Pakistan dan negara-negara Eropa. KH. Najib Al-Ayyubi dalam melakukan aktivitas dakwahnya di Jamaah Tabligh sudah puluhan tahun dan sudah khuruj fi sabilillah ke berbagai daerah diseluruh Indonesia, dari pertama beliau berdakwah di Pesantren Daar At-Tafsir, Parung sampai ke pulau Sumatra tepatnya di Medan dan masih banyak daerah-daerah yang telah beliau datangi untuk berdakwah. Selain di Indonesia beliau juga pernah berdakwah ke Luar Negeri tepatnya di Pakistan dan India dimana tempat Jamaah Tabligh itu lahir.3 Dalam dakwahnya beliau hanya meneruskan apa-apa yang telah diajarkan dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW yang terkandung dalam ajaran-ajaran pokok Jamaah Tabligh. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi dalam khuruj fi sabilillah itu beliau lakukan rutin sebulan sekali sebanyak tiga hari, dalam setahun 40 hari dan selama seumur hidup 4 empat bulan. Walaupun beliau sudah melakukan Khuruj selama empat bulan bukan berarti beliau berhenti begitu saja, sampai saat ini beliau masih rutin dan aktif melakukan aktivitas Khuruj. Dan nanti kata beliau pada tanggal 01
3
Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
52
Agustus 2010 beliau akan menghadiri pertemuan Jamaah Tabligh se-dunia dan kunjungan dakwah ke India selama empat puluh hari.4 Dalam pelaksanaan Khuruj fi Sabilillah terdapat benyak bentukbentuk aktivitas dakwah yang ditemukan, seperti Bayan, Ta’lim wa ta’alum,
Jaulah,
Bersilaturahim,
Khidmat,
Musyawarah
dan
mengamalkan enam sifat sahabat (sebagai ajaran atau materi yang sering disampaian). Berikut ini adalah merupakan bagian dan bentuk-bentuk kegiatan dakwah yang disampaikan beliau di Jamaah Tabligh. Dan bagi seorang da’i KH. Najib Al-Ayyubi mempunyai berbagai cara dan bentuk dakwah yang tepat agar dakwah tidak menjadi sia-sia :
1.
Dakwah bi al-Lisan Bayan, menyampaikan pesan dakwah/ceramah mengenai ke-Esaan Allah dilakukan setelah shalat fardhu asar, magrib dan isya. Aktivitas ini dilakukan dalam pelaksanaan Khuruj fi Sabilillah, tidak terkecuali berapa lama beliau mekukan Khuruj fi Sabilillah baik tiga hari, empat puluh hari bahkan empat bulan sekalipun harus diadakan Bayan. Ta’lim wa ta’alum, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria) dakwah ini dilakukan dengan menggunakan kitab kumpulan hadits tentang amalan-amalan fadilah dalam kehidupan sehari-hari, yang dibacakan oleh petugas ke jamaah lainnya. Dakwah semacam ini 4
Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
53
disampaikan setelah shalat fardhu lima waktu, waktu dhuha. Dalam hal ini bukan beliau langsung yang menyampaikan dakwahnya, tetapi jamaah lain yang sudah ditugaskan dan ditunjuk dalam musyawarah.
2.
Dakwah bi al-Haal Dakwah bi al-haal merupakan sebuah metode dakwah yakni metode dakwah dengan mengacu pada dakwah dalam bentuk tindakan nyata, keteladanan, akhlak dan ibadah. Dengan demikian dakwah bi al-Haal berarti metode yang menaruh perhatian yang lebih besar kepada kemasyarakatan seperti kebodohan, keterbelakangan, dengan bentuk amal nyata terhadap masyarakat umum. Dakwah yang dilakukan oleh beliau melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat umum bahkan non-muslim pun mendapatkan Hidayah dari Allah SWT.asbab kegiatan dakwah Jamaah Tabligh. Dakwa bi al-Haal ini seperti :
1.
Khuruj, fi Sabilillah, Pada tataran aplikasinya Khuruj fi sabillah terbagi kedalam beberapa fase, yaitu tiga hari, empat puluh hari dan empat bulan. Tiga hari dilakukan dalam setiap bulan, empat puluh hari dilakukan dalam setiap tahun, dan empat bulan dilakukan dalam seumur hidup. Menurut Drs. KH. Najib Al-Ayyubi kegiatan tersebut adalah berupa Training/latihan hidup, sebagaimana orang ingin bekerja.
54
2.
Bersilaturahim,
kepada tokoh masyarakat, DKM tempat dimana
diadakan khuruj fi sabilillah. Biasanya ini dilakukan pada saat Khuruj hari kedua, KH. Najib Al-Ayyubi dan jamaahnya selalu mendatangi rumah kediaman tokoh masyarakat, ulama, sesepuh kampung, maupun pejabat untuk bersilaturahmi secara khususi dan meminta izin dan doa dalam mengerjakan usaha dakwah di tempat dimana Khuruj dilakukan. 5
3.
Jaulah6 (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah). Jaulah adalah sebuah istilah yang dipakai oleh Jamaah Tabligh untuk berdakwah menyampaikan ajaran Islam dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah, dari kampung ke kampung dan dari satu daerah ke daerah lainnya. Dan Jaulah adalah metode dakwah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat r.a.7 Adapun maksud dan tujuan dari Jaulah adalah untuk membentuk sifat sabar, tawadhu, ikhlas, ihsan dan sifat terpuji lainnya.8 Jaulah ini dilaksanakan menjelang Magrib atau sesudah Magrib yaitu keliling dari pintu ke pintu untuk menyampaikan kalimat Thayibah “Laa ilaha illa Alah Muhammadu Rasulullah”sebenarnya keliling itu bukan sekedar mengundang ke masjid tapi kita tadzkirah tadzakir dan
5
Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010 Kata Jaulah berasal dari bahasa Arab, Jaulah merupakan bentuk kalimat isim yang berarti keliling atau berputar, semakna dengan kata Thawaf. Lihat Atabik Ali, Kamus Kontemporer al-‘Ashr. (Yogyakarta: Multi Grafika Yayasan Ponpes Ali Maksum Krapyak, 1996), cet.IV h. 711 7 An-Nadhr M. Ishaq Sahab, Khuruj fi Sabililah, h. 176 8 Ibid. h. 177 6
55
membrikan peringatan kepada mereka menyampakan agama Allah, karena manusiakan sering lupa maka kita memperingatkan. Kalau tadi ada silaturahmi ke rumah-rumah tokoh masyarakat disebut silaturahmi khususi, sedangkan Jaulah ini silaturahmi umum, yang tujuannya adalah mengajak. 9 4.
Khidmat, yaitu pelayanan sosial pada manusia dan makhluk lainnya, dengan akhlak yang dicontohkan Rasululah SAW. Ini dilakukan bagi para Karkun (Anggota Jamaah Tabligh) yang sudah ditentukan dalam musyawarah. Tugas dari Karkun sendiri salah satunya adalah menyiapkan makanan untuk makan bersama. Atau istilahnya pikiet yang menyiapkan makan dan keperluan aktivitas dakwah belangsung.
5.
Mengamalkan enam sifat sahabat,
a. Yakin pada Kalimat Thayibah : Laa ilaha illa Alah Muhammadu Rasulullah. Makna dari kalimat Thayibah ini adalah sebagai bentuk kesaksian atau pengakuan iman, pengakuan berupa ikrar keimanan dirinya, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah. Dalam persektif Jamaah Tabligh, kalimat Thaiybah ini merupakan pengakuan suci antara manusia danAllah SWT, diucapkan dengan sesungguhnya hati melalui lidah, didengarkan ditelinga dan diikuti
9
Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
56
dalam hati agar dia benar-benar sebagai hamba Allah SWT dan sebagai pengikut Rasulullah SAW.10 Yakni pada kalimat Thaiybah ini bertujuan untuk mengagungkan Allah SWT dan sekaligus untuk mengeluarkan segala keyakinan terhadap kekuatan makhluk dan kebendaan dari dalam hati. Tujuan lainnya adalah untuk mengenal Allah SWT secara lebih mendalam, bahwa Allah SWT adalah al-Khaliq, al-Malik dan al-Razaq.11 Kemudian iman terhadap Rasulullah SAW adalah mengakui secara mutlak bahwa Rasulullah SAW adalah seorang utusan Allah SWT, juga meyakini bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkan kejayaan dunia dan akherat hanyalah dengan mengikuti cara hidup Rasulullah SAW.12
b. Shalat Khusyu’ wa al-khudhu’ Shalat merupakan do’a. Do’a yang terdiri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirat al-ihram dan diakhiri dengan salam, dan dengan syarat-syarat tertentu.13 Shalat memiliki kedudukan yang penting dalam Islam. Shalat merupakan pondasi yang kokoh bagi tegaknya agama Islam. Shalat Khusyu’ dalam persektif Jamaah Tabligh adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Sang Khalik, dilakukan dengan
10
Furqan Ahmad Ansori, Pedoman Bertabligh (Malaysia: Dewan Pakistan.tt) h. 17 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 98 12 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat & Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008) cet. 11 h. 6 13 Zainuddin bin Abd al-Aziz al-Malibari, Fath al-Mu’in (Surabaya: al-Hidayah. tt) h. 3 11
57
penuh konsentrasi pikiran, hati dan perasaan serta seluruh anggota badan , Tawajjuh, kepada-Nya. Sedangkan shalat Khudhu’ adalah shalat yang dilakukan dengan kerendahan hati dan diri dari bentuk kepatuhan serta tunduk terhadap kebesaran Allah SWT, dilakukan dengan tenang, tidak melakukan gerakan lain selain yang diperintahkan dalam rukun dan tertib shalat, dan dilakukan pada awal waktu dan berjamaah.14 Adapun tujuan dari shalat keduanya adalah agar sifat-sifat ketaan kepada Allah SWT ketika shalat, diaktualisasikan dalam kehidupan seharihari, mejadikan sebagai sebuah kebutuhan bukan pembebanan.15
c. ‘Ilm ma’a dzikr (Ilmu disertai Dzikir) Ilmu yang dimaksud oleh Jamaah Tabligh di sini adalah segala petunjuk disampaikan kepada umatnya. Sedangkan dzikir adalah mengingat keagungan Allah SWT.16 Jadi yang dimaksud dengan ilmu disertai dzikir adalah seluruh wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umatnya agar dilaksanakan sebaik-baiknya dengan menghadirkan keagungan Allah SWT. Begitu pula yang dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi, beliau menyampaikan
14
pesan-pesan
dakwahnya
selalu
serat
dengan
An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 103 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 104 16 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat & Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008) cet. 11 h. 12 15
58
mengagungkan Allah SWT, dengan menyebut Asmaul Husna supaya anggota dan jamaah yang lainnya semakin bertambah ketaatan-Nya. Menurut beliau ilmu yang disampaikan adalah sebagai ajaran Nabi dan Rasul dan juga perintah Allah SWT sedangkan dzikir berarti upaya pikiran untuk mengingat Allah dalam setiap situasi dan kondisi. 17 Karena ilmu dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Bagaikan dua sisi mata uang. Ilmu diibaratkan sebuah jalan, sedangkan dzikir untuk melaksanakan perintah-Nya.18 Adapun tujuan dari ilmu dan dzikir adalah menjalankan perintah Allah SWT dalam setiap situasi dan kondisi dengan menghadirkan keagungan Allah SWT dalam hati serta dilakukan dengan cara Rasulullah SAW.19 d. Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam) Memuliakan orang Islam atau Ikram al-Muslimin merupakan ajaran bagaimana menghormati dan menghargai sesama muslim. Dalam pandangan Jamaah Tabligh, Ikram al-Muslimin adalah menuanaikan hakhak sesama mulim, tanpa disertai dengan tuntutan ditunaikannya hak-hak dirinya dari mulim tersebut.20 Hak-hak di sini seperti memberikan rasa aman, persamaan hak dan kedudukan, saling tolong menolong, menjaga harga diri dan martabat, membela yang tertindas, menjauhkan gangguan
17
Wawancara Pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 113 19 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat & Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008) cet. 11 h. 12 20 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 113 18
59
dari orang lain dan tidak menyakiti badab dan perasaannya. Adapun alasan yang mendasari ajaran Ikram al-Muslimin adalah bahwa semua mulim pada hakikatnya memiliki kalimat Thayibah di dalam hati mereka.21 Dalam persektif Jamaah Tabligh,Ikram al-Muslimin memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan yang terendah adalah bersikap sabar dan tidak merepaotkan orang lain. Sedangkan tingkat yang tertinggi adalah mengajak orang lain untuk taat kepada Allah SWT agar selamat dari azabNya, baik di dunia maupun di akherat kelak.22 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seorang muslim agar mendapat hakikat Ikram alMuslimin.23 1. 2.
3.
Selalu mendakwahkan pentingnya Ikram al-Muslimin Latihan memuliakan sesama mulim dengan cara : a. Memuliakan alim ulama, menghormati yang lebih tua, menghargai yang sebaya dan menyayangi yang lebih muda b. Selalu memberi salam, baik kepada orang yang kita kenal maupun kepada orang yang tidak dikenal. Berdo’a kepada Allah SWT agar dikaruniai sifat Ikram alMuslimin.
e. Tashih al-niyat (memperbaiki niat) Yang dimaksud dengan Tashih al-niyat adalah meluruskan, memperbaiki dan membersihkan niat, baik pada permulaan amal, di tengah maupun di akhir amal.
21
Maulana Qasim at-Timiozi Fz , Keutamaan Khuruj fi Sabilillah: Keluar Pada Jalan AllahI (Bandung: Pustaka Ramadhan 2004) cet. III, h. 73 22 An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 123-124 23 Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhalawi, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat & Amalan Khuruj, Terj. Muzakkir Aris dan Musthafa Sayani, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008) cet. 11 h. 22-23
60
f. Da’wah wa at-tabligh Dakwah bererti mengajak, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan baik dan mengajak untuk meninggalkan perbuatan yang buruk. Sementara tabligh artinya menyampaikan. Dengan demikian, da’wah wa at-tabligh berarti mengajak kepada manusia agar beriman kepada Allah SWT, beramal serta menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, baik berupa perintah maupun larangan, sebagai yang termaktub dalam alQur’an dan as-sunnah, agar manusia tersebut menjadi sempurna dan mendapatkan kebahagiaan baik di sunia maupun di akherat, di samping usaha menegakkan Kalimatullah.24 Dari kegiatan-kegiatan tersebut banyak dari para anggotanya yang berubah, artinya yang tadinya mereka jarang melaksanakan ibadah shalat berkat asbab kegiatan Jamaah Tabligh mereka selalu melaksanakan shalat tepat waktu dan berjamaah. Bukan hanya itu orang-orang non muslim pun setelah mendengar dan mengikuti aktivitas dakwah ini mereka dengan hidayah Allah SWT akhirnya memeluk Islam. Perubahan itu bukan hanya terlihat dari perilaku, tapi juga dari cara berbicara dan pakaian mereka pun berubah, yakni selalu memakai baju ala Pakistan (setengah gamis), ada pula yang memakai gamis. Selain itu mereka tak lupa dengan ikat kepala (iqal) dan setiap hendak shalat mereka selalu membawa siwak.
24
An Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah. h 133
61
Jadi, intinya beliau ingin memberikan pemahaman bagi umat Islam yang belum paham dan jarang mengamalkan agama dalam kehidupan sehari-harinya. Dan dakwah-dakwah yang disampaikan tersebut adalah dakwah dari ilmu-ilmu atau aktivitas kepesantrenan, supaya masyarakat yang tidak bisa merasakan atau tahu apa itu Islam dan tak sempat belajar, dengan metode Jamaah Tabligh ini berusaha untuk membangkitkan kembali semangat umat Islam agar selalu mengidupkan agama beserta sunah-sunah Rasulullah SAW.
B. Media Dakwah Drs. KH Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh Lebih banyak adalah dengan komunikasi langsung beliau tidak banyak menggunakan media elektronik, media masa itu hanya sekedar saja, karena setiap beliau mengadakan pertemuan-pertemuan tidak pernah menggunakan semacam radio, televisi kenapa? Ya, karena yang diharapkan
dalam
dakwah
ini
adalah
pengorbanan
diri,
yang
menyampaikan dan yang mendengarnya, ya intinya lebih banyak dengan komunikasi langsung dan silaturahmi25. Karena pada dasarnya Jamaah Tabligh ini adalah usaha dakwah yang salafi modern, disebut salafi karena sistem dan metodenya masih tradisional dan modern karena Jamaah Tabligh lahir di zaman yang sudah modern.
25
Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
62
Selain dakwahnya,
menggunakan beliau
juga
komunikasi
menerapkan
langsung
sebagai
media
silaturahim
sebagai
media
dakwahnya, meneurut beliau dengan sistem ini akan terjalin hubungan yang erat dan bila sudah ada hubungan yang erat maka untuk mencapai atau mengajak untuk berdakwah menjadi lebih mudah dan gampang.26 Dan untuk menarik jamaah beliau menjadikan masjid sebagai tempat atau sentral dakwahnya, setelah seruan melalui metode-metode dalam Khuruj fi Sabilillah dilaksanakan.
26
Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Najib Al-Ayyubi, Tangerang 23 Juli 2010
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas serta sesuai dengan perumusan masalah yang telah peliti tetapkan di awal pembahasan skripsi ini, dapat peneliti tarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. KH. Najib Al-Ayyubi adalah seorang da’i dan juga salah satu tokoh Jamaah Tabligh yang memiliki tekad yang kuat dalam mengemban visi dakwah, beliau memiliki tekad yang besar dalam dakwahnya supaya masyarakat (mad’u) selalu mengamalkan agama dalam kehidupan sehari-harinya. Bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang dilakukan oleh KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh berupa dakwah bi al-lisan meliputi: Bayan (ceramah) yang dilakukan ba’da shalat Magrib, Isya dan Subuh, dakwah bi al-qalam: Ta’lim wa Ta’alum Fadhail Amal karya Maulana Zakaria , dan dakwah bi alhaal berupa :Khuruj fi Sabilillah, Bersilaturahmi, Jaulah, Khidmat dan Mengamalkan enam sifat sahabat. 2. Media yang digunakan dalam dakwahnya hanyalah menggunakan komunikasi langsung dan bersilaturahmi, dan sebagai pusat sentral dakwahnya adalah masjid. Karena dengan bersilaturahmi akan melahirkan hubungan emosional yang besar, dan selalu terjalin ikatan yang erat.
63
64
B. Saran 1. Kepada seluruh anggota Jamaah Tabligh dalam melaksanakan dakwah jangan pernah ada rasa bosan atau jenuh karena ini merupakan bagian dari membangkitkan masyarakat supaya selalu mengamalkan agama. Dan jangan terpaku pada urusan akhirat saja tapi urusan dunia pun jangan ditinggalkan karena kita tak lepas dan masih berada di dunia. 2. Kepada KH. Najib Al-Ayyubi dalam menyampaikan dakwahnya apa salahnya menggunakan media dakwah elektonik, atau media lainnya yang lebih modern supaya pesan yang disampaikan itu lebih meluas ke masyarakat. Dan Jamaah Tabligh ini.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Abu Muhammad Ahmad. Kupas tuntas Jamaah Tabligh 1. Bandung: Khairu Ummat, 2008. ………….., Kupas Tuntas Jamaah Tabligh 2. Bandung: Khairu Ummat, 2008 ……………, Kupas Tuntas Jamaah Tabligh 3. Bandung: Khairu Ummat, 2008 al-Kandalawi, Maulana Muhammad Yusuf. Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat & Amalan Nurani. Terj. Muzakir Aris dan Musthafa Sayani. Bandung : Pustaka Ramadhan, 2008. Amrullah, Ahmad,Dakwah Islamiyah dan Pembaharuan Sosial Yogyakarta: PLZPM, 1983 An-Nadhr M. Ishaq Shahab. Khuruj fi Sabilillah :Sarana tarbiyah Umat Untuk Membentuk Siat Imaniyah. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2007 Arifin,Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1990 at-Timori, Muhammad Qasim. Keutamaan Khuruj fi Sabilillah : keluar Pada Jalan Allah. Bandung : Pustaka Ramadhan, 2004 Baso, Ahmad dkk. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca Realitas. Jakarta: Erlangga. 2003 Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoove, 2002 Darmawan, Andi. Metodologo Ilmu Dakwah. Yogyakarta : LESFI, 2002 Hasanuddin, Hukum Dakwah (tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Majid, Nurcholis. Kaki langit Peradaban Islam. Paramadina: Jakarta1997 Manna’ Khalil al-Qattani, Studi Ilmu Al-Qur’an. Pustaka CitrAntar Nusa: Bogor 2004 Mansur, Mustofa. Teladan di Medan Dakwah. Solo: era Intermedia, 2000 Muhyyidin, Asep dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia: Bandung 2002
66
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kalitatif, Rake Sarasin: Yogyakarta 1996 Muni, Muhammad dan Wahyu Illahi Manajemen Dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2004 Natsir, Muhammad. Dakwah dan Pemikirannya Jakarta: Gema Insani press, 1999 Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito: Bandung 2003 Nomani, Muhammad Manshur. Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. A.. Menggagas dan Mengembangkan Usaha Dakwah Rasulullah SAW. Terj. Abu Sayyid Akmal. Bandung : Zaadul Ma’ad, ttt. Shaleh, Abd. Rasyid, Manajemen dakwah Islam, Bulan Bintang: Jakarta1986 Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan: Bandung 1998 Siddiq, Syamsuri. Dakwah dan Teknik Berkhutbah Bandung: Al-Maarif, 1981 Syukri, Asumi Dasar-dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas: Surabaya 1983 Umari, Barnawi. Azas-azas Dakwah Jakarta: Pendidkan Ramadhani, 1996 Winandi, J. Teori Organisasi dan Pengorganisasian Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Zaidan, Abdul Karim. Ushulud Dakwah Bagdad: darul Amar Al-Khathah, 1975
67
Skripsi Ali Murtado, “Amar Ma’ru Nahi Munkar Dalam Persepkti Jamaah Tabligh dan Sayyid Quthub”. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009 Deni Mulyana, “Agama dan Masyarakat (studi Kasus Integrasi Sosial Antara Jamaah Tabligh di Pasar Rebo Dengan Masyarakat Sekitar)”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 Nasrullah, “Tradisionalisme Dalam Dakwah: Studi Kritik Aktivitas Jamaah Tabligh Kebon Jeruk” Tesisi S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005
Hasil Wawancara Nama
: Drs. KH. Najib Al-Ayyubi
Jabatan
: ‘Amir Jamaah Tabilgh
1. Pertama saya ingin tanyakan tentang riwayat hidup kyai mulai dari sejarah kelahiran kyai, latar
belakang pendidikan kemudian
dilanjutkan ke Pengalaman dakwah? Jawaban : saya laihr 22 Februai 1947, di Jakarta kemudian saya pindah ke Parung Bogor sekitar tahun 1950-an, dan mulai pendidikan di SDN Pagi Bogor selama enam tahun disamping itu juga siangnya saya belajar di Madarsah Diniyah sampai sore selama enam tahun. Setelah lulus saya lanjutkan ke MTs dan MA di Pondok Pesantren Al-Masturiyah Sukabumi. Setelah lulus dari Pesantren saya melanjutkan kuliah ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1976 masuk di Fakutas Syariah dan selesai sampai tahun1982. Pertama kali saya terjun dalam dunia dakwah itu pada semester 3 saat itu saya masih kuliahsekitar tahun 1979 pada waktu itu saya di ajak oleh KH. Husain pengasuh Pesantren Daar At-Tafsir Parung, Bogor saya diperintahkan oleh beliau untuk mengajar sambil berdakwah di pesantrennya. Sekitar tahun 1980-an saat itu masih kuliah itu ada “juur” (pertemuan) Jamaah Tabligh yang pertama di Medan di Masjid India, Jl. Gajah Medandan saya melkukan “Khuruj” selama empat puluh hari mulai dari Lampung, Palembang dan Padang kemudian kembali ke Medan di lanjutkan ke Jakarta. Selesai kuliah 1982 mendapatkan amanah tanah wakaf dari H. Sinen, H. Sulaiman dan H. Hasan kemudian membangun Pendidikan Yayasan Islam Sunanul Husna di Ciputat
2. Sejak kapan kyai terjun ke dunia dakwah? Jawaban :
yaitu tadi mulai semester 3 waktu kuliah di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1979 saya mulai kenal dengan dakwah karena
ada tamu dari Pakistan, Mesir, Arabkarena KH. Husain pada saat itu ambil bagian, maka saya diajak oleh beliau.
3. Apa pendapat kyai tentang dakwah? Jawaban : Dakwah ini memang suatu kewajiban, karena dulu berkembangnya agama di dunia ini karena adanya dakwah dan para Nabi dan Rasul oleh Allah SWT itu mereka ditugaskan untuk dakwah menyampaikan agama.
4. Apa pendapat kyai tentang aktivitas dakwah? Jawaban: Gerakan atau upaya untuk mengajak kaum muslimin untuk mengenal Allah SWT meningkatkan iman dan ketaatan kita, berupa Khuruj fi sabilillah ke luar ke jalan Allah untuk berdakwah
5. Tolong jelaskan latar belakang lahirnya jamaah tabligh? Jawaban: karena hasil dari pemikira, maksudnya banyak ceramahceramah sekarang ini namun tak ada yang berubah suasana umat Islam semakin terpuruk, akhlak pun semakin rusak coba kita lihat saja sekarang, padahal pesantren banyak, orang-orang alim pun banyak yang ceramah tapi umat Islam ini semakin tersisihkan dan jarang orang-orang yang mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu Maulana Muahmmad Ilyas mendapatkan Ilham dari Allah untuk merubah metode dakwah menjadi dakwah wa tabligh wa ‘amal (dakwah menyampaikan dan mengamalkan) selain itu pula dalam sejarah India dulu karena banyaknya misionaris atau adanya keristenisasi dan berbaurnya ajaran Islam India dengan ajaran agama Hindu dan Majusi.
6. Siapakah Pendiri Jamaah Tabligh? Jawaban : Maulana Muhammad Ilyas
7. Apakah Jamaah Tabligh ini sebuah organisasi? Jawaban : Tidak, ini bukan organisasi tapi terorganisir. Yang disebut Nizhom dalam hadits mungkin ini (gerakan iman). Kalau organisasikan ada ketua, wakil,sekertaris juga bendahara, ini sebenarnya organisasi seperti ini cara-cara Yahudi dalam Islam ini yang ada Khalifah yaitu orang yang dituakan oleh jamaah kemudian yang lain itu pembantupembantunya, jadi Jamaah Tabligh ini bukan organisasi karena tidak ada ketua tidak ada wakil, bendahara ya.. paling ada orang yang dituakan dan kalau orang tersebut sudah dianggap yang dituakan ya.. jamaah harus dukung bersama-sama, selama dia ada jalur taat pada Allah dan RasulNya. Intinya dari hati ke hati.
8. Kapan Jamaah Tabligh datang ke Indonesia? Jawaban : Ada yang mengatakan tahun 1966 sudah masuk tapi belum ada sambutan, kemudian pada tahun 1970-an mulai ada sambutan baik kemudian tahun 1971 dari India dan Pakistan kemudian taun 1974 mulailah adanya tempat khusus di Indonesia yaitu di Masjid Kebon Jeruk kalau tidak salah sekitar tahun 1974-an dah.
9. Menurut kyai visi dan misi Jamaah Tabligh itu sendiri apa? ? Jawaban : ya.. pada dasarnya visinya Jamaah Tabligh itu menghidupkan kembali sunah Rasul SAW dan menghidupkan kembali dakwah sesuai dengan sunah Rasulullah SAW, dan misinya adalah bagaimana tujuan terutama umat Islam ini mau mengamalkan agama sesuai dengan sunah Rasulullah SAW
10. Bagaimana perkembangan Jamaah Tabligh sekarang ini? Jawaban :ya, sangat pesat sekali, sehingga sekarang ini anggaplah dari tahun 1970 sampai sekarang sudah 40 tahun sekarang sudah merabah ke seluruh Indonesia, jadi perkembangan sudah amat pesat bahkan disetiap desa pasti ada Jamaah Tabligh
11. Apa saja Bentuk-bentuk kegiatan dakwah kyai di Jamaah Tabligh? Jawaban : Secara umum Jamaah Tabligh ini sama kegiatannya,pada saat kita melakukan Khuruj fi Sabilillah dan beri’tiqaf di masjid diadakan Bayan setiap ba’da shalat Subuh, Magrib dan Isya selepas itu diadakan Musyawarah program harian, karena ini adalah termasuk sunah Rasululla SAW, kemudian menentukan program dan petugas-petugas terutama untuk pembacaan Ta’lim dari kitab Fadhilah ‘Amal yang dibacakan setelah shalat fardu dan dhuha sampai waktu dzuhur semua ini ditentukan dalam musyawarah, dan khusus bagi mereka yang I’tiqaf itu ada mudzakarah yang dibicarakan adalah enam sifat sahabat dan sunahsunah rasul pastinya, seperti bagaimana cara hidup nabi mulai dari bangun
tidur sampai nabi tidur dan setelah. Menjelang magrib ada
namanya program keliling atau Jaulah dari pintu ke pintu untuk menyampaikan kalimat Thayibah “Laa ilaha illa Alah Muhammadu Rasulullah”sebenarnya keliling itu bukan sekedar mengundang ke masjid tapi kita tadzkirah tadzakir disitu dan membrikan peringatan kepada mereka menyampakan agama Allah, karena manusiakan sering lupa ya, kita memperingatkan. Kemudian ba’da Magrib ada Bayan, istilah bayan ceramah Bayan itu sendiri diambil dari al-Qur’an di Surah ar-Rahman ayat ke empat “’allamahul Bayan” sampai menjelang Isya, kemudian ba;da Isya dilanjutkan lagi Bayannya dan mudzakarah bagi anggota jamaah tabligh ada pembinaan kedalam. Setrelah itu istirahat. Diharapkan bagi anggota Jamaah Tabligh bangun untuk shalat Tahajud dan setelah Subuh nanti ada Bayan lagi. Itu program-progmnya. Disamping program-program itu ada namanya program kunjungan atau Silaturahim secara khusus ke rumah para sepuh, ulama, pejabat, atau siapa saja itu istilahnya silaturahmi khususi kalau yang tadi sebelum Magrib “Jaulah” itu silaturahim umum.
12. Apa materi yang disampaikan? Jawaban : Inti dari pada materi sebagaimana Nabi dan Rasul, Akidah dan Keimanan, sebab itulah yang menjadi pokok dalam Islam, beragama itu harus ada keimanan dan keyakinan, bagaimana umat ini agar iman yang tidak cacat, itu yang diharapkan, kalau masalah amal-amal itu silahkan dengan guru masing-masing tapi yang sering kita sampaikan banyak itu iman dan bagaimana pentingnya shalat, pentingnya ilmu, pentingnya ingat kepada Allah SWT, pentingnya bagaimana menjalin kerukunan, keharmonisan dalam arti saling memuliakan terhadap umat Islam kemudian kita sampaikan kepada mereka bagaimana kebersihan hati hanya untuk taat kepada Allah dan disamping itu terakhir kita sampaikan bahwa pikir umat supaya bagaimana kita melapangkan masa untuk dakwah menginagat Allah. Itu diantaranya materi yang kita sampaikan kepada mereka.
13. Media apa yang digunakan kyai dalam berdakwah? Jawaban : lebih banyak adalah dengan komunikasi langsung kita tidak banyak menggunakan media elektronik, media masa itu hanya sekedar saja, karena setiap kita mengadakan pertemuan-pertemuan tidak pernah menggunakan semacam radio, televise kenapa? Ya, karena yang diharapkan
dalam
dakwah
ini
adalah
pengorbanan
diri,
yang
menyampaikan dan yang mendengarnya, ya intinya lebih banyak dengan komunikasi langsung dan silaturahmi.
14. Apa istilah dari Khuruj fi Sabilillah dengan jumlah tiga hari, empat puluh hari dan empat bulan? Jawaban : Maksud dari yang demikian Training, ya semua orang yang mau bekerja pasti ada trainingnya, nah tiga hari ini untuk pemula awal atau yang baru bergabung di Jamaah Tabligh. Dan kenapa juga harus keluar-keluar Negeri segala, sekarang orang dalam berbisnis kalau dia ingin bisnisnya ingin sekedar cukup ini saja ya sudah ga usah kemana-
mana tapi kalau kita keluar ke daerah-daerah lain maka akan terus berkembang. Tujuannya itu kita hanya belajar dan mengajar maksudnya apa yang kita dapat di luar sana kita terapkan di dalam negri. Khususnya belajar untuk dakwah. Dari tiga hari itu kita bisa membaginya dalam hidup kita dalam sebulan 10 % kita dakwahkan, empat puluh hari 10% dari setahun hidup kita, sedangkan empat bulan 10% dari seumur hidup kita. Nah, kenapa juga harus keluar ke India, Pakistan sana, Allah sudah takdirkan diakhir jaman itu Allah bangkitkan kembali dan menghidupkan kembali dakwah ulama-ulama dari India, Pakistan sebagaimana dulu Islam dating ke Indonesia kan dari Gujarat untuk berdagang tapi tujuan mereka adalah berdakwah dan ulama-ulama yang digunakan di Pesantren itu kitab-kitabnya banyak yang dari India seperti kitab Fathul Mu’in pengarangnya adalah orang India, termasuk Tuan Syaikh Abdul Qadir Jailani, Imam Ghazali itu orang India.
Tangerang Selatan, 23 Juli 2010
Drs. KH. Najib Al-Ayyubi