AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Rosdiana Nim: 105051001911
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Januari 2009
Rosdiana
ABSTRAK Rosdiana Aktivitas Tabligh Astri Ivo
Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin, artinya agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Tabligh pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian pesan ajaran Islam melalui lisannya, baik disampaikan secara formal maupun informal. Untuk itu tabligh menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam. Berawal dari kesadaran itulah, seorang artis cantik yang pada kehidupan masa lalunya penuh keglamouran, kini telah berubah menjadi seorang muballighah. Ia adalah Astri Ivo, yang pada tahun 2000 silam telah memutuskan untuk menjadi seorang muballighah, dan dalam setiap kegiatannya ia berusaha untuk menjadi seorang muslimah yang dapat bermanfaat bagi agamanya. Dari penjabaran di atas, maka penulis memunculkan dua pertanyaan sebagai objek pembahasan skripsi ini, yaitu bagaimana aktivitas tabligh Astri Ivo? Bagaimana tanggapan jama’ah terhadap aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo? Dalam melaksanakan aktivitas tablighnya para muballigh memang memiliki gaya dan caranya masing-masing. Tabligh dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan lisan (bi-lisan), tulisan (bil-qalam) dan perbuatan (bil-hal). Astri Ivo melakukan tablighnya dengan ketiga cara tersebut, karena menurutnya selama ia mampu melakukannya maka akan ia lakukan. Hal ini terbukti ia dapat melakukannya melalui lisannya dengan ceramah, seminar, diskusi, dan lainnya, dengan materi yang ia angkat biasanya seputar keluarga dan gaya hidup Islami. Sedangkan melalui tulisannya, ia lakukan dengan menulis buku (Cantik Sepanjang Usia dan Bukti Cintaku Pada-Mu), sedangkan melalui perbuatan ia melakukannya dengan penampilannya yang Islami dan memainkan peran yang Islami juga. Astri Ivo juga menggunakan ketiga metode yang ada dalam tabligh yaitu Al-Hikmah, Mau’izah Hasanah dan Mujadalah bil-Lati Hiya Ahsan. Menurut pendapat penulis, aktivitas yang dilakukan Astri Ivo sejauh ini sudah berjalan dengan baik, hanya saja materi yang disampaikan perlu dikembangkan, agar dalam setiap tablighnya menjadi menarik. Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis melakukan observasi langsung ke lapangan guna memperoleh data yang dibutuhkan, dan teknik penulisannya skripsi ini adalah deskriptif analitik, yaitu pelaporan data dengan menerangkan, memberikan gambaran dan mengklasifikasikan data yang telah terkumpul dengan apa adanya, dan kemudian setelah itu disimpulkan. Oleh karena itu, aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo sudah diminati oleh jama’ahnya, baik cara penyampaianya, cara penulisannya maupun penampilannya. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa jama’ah yang mau merubah penampilannya menjadi Islami setelah melihat, membaca dan mendengarkan tabligh yang beliau sampaikan. Tetapi tablighnya juga masih
terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, guna meningkatkan kualitas tablighnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya lah penulis dimudahkan dalam penyusunan skripsi ini dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Untaian Salawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta seluruh ummatnya. Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata dan penulis sebagai manusia biasa, hanya dapat berbuat yang terbaik dengan kemampuan yang dimiliki dalam membuat skripsi ini. Pasti akan banyak kekurang-sempurnaan dari skripsi ini, yang penulis sadari karena adanya keterbatasan dan kapasitas keilmuan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan sumbang saran, koreksi, kritik yang membangun dari segenap pembaca. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyakbanyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan sehingga terwujudnya skripsi ini, maka penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Dr. H. Murodi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.Ag selaku Pudek I bidang Akademik, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.Ag selaku Pudek II bidang Administrasi Umum dan Bapak Drs. Studi Rizal Lk, MA selaku Pudek III bidang Kemahasiswaan.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag selaku Ketua Jurusan KPI dan Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekertaris Jurusan KPI, yang telah membantu penulis dalam mengurusi administrasi. 4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Pembimbing Penulis, yang telah membimbing penulis. 5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, atas ilmu dan pengalaman berharganya. 6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah beserta staf-stafnya yang telah memberikan kenyamanan fasilitasnya. 7. Bapak Embi C. Noer, yang telah memberikan rekomendasinya. 8. Ibu Hj. Astri Ivo yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis. 9. Mbak Sukma yang telah bersedia memberikan jadwal kegiatan Ibu Astri kepada penulis. 10. Almarhum kedua orang tua penulis yang telah memberikan spirit dalam hati penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk mereka. Semoga ilmu yang penulis amalkan menjadi pahala untuk mereka. 11. Ibu Juariah, yang telah membesarkan penulis. Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan. 12. Bude dan Pa’de serta Kakak-kakak tersayang Mbak Desi dan aa’ Mukti, Mbak Dewi dan Mas Riza. Semoga Allah membalas kebaikan yang sudah kalian berikan kepadaku.
13. Abang dan Istrinya Mba Sulis, semoga Allah memberikan kesuksesan kepada Abang dalam segala urusannya. 14. Teman-teman KPI angkatan 2004 dan 2005, Kesih, Nanda, Dina, Acunk, Maryam, Jack, Hanif dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 15. Mey, semoga persahabatan kita dapat terjalin hingga akhir hayat, dan Erna dari Trisakti yang sudah mau meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 16. Teman-teman di Adab angkatan 2004, Eha, Woro, Oriend, dan Jalil. Atas informasi dan supportnya yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri, semoga semua bantuan dan jasa dari semua pihak menjadi amal shaleh, dan mudahmudahan karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 8 Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................
8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
9
F. Metodologi Penelitian ...........................................................
9
G. Sistematika Penulisan ............................................................
11
LANDASAN TEORI TENTANG TABLIGH A. Pengertian Tabligh ................................................................
13
B. Hukum Tabligh .....................................................................
18
C. Unsur-Unsur Tabligh ............................................................
20
D. Kriteria Seorang Muballigh ...................................................
23
E. Ilmu Yang Mendukung Tabligh 1. Komunikasi ....................................................................
27
2. Retorika .........................................................................
BAB III
BAB IV
BAB V
29
PROFIL ASTRI IVO A. Riwayat Hidup ......................................................................
31
B. Riwayat Pendidikan ...............................................................
34
C. Aktivitas Astri Ivo .................................................................
35
ANALISIS AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO A. Aktivitas Tabligh Astri Ivo ...................................................
45
B. Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo ......................................
53
C. Tanggapan Jama’ah Terhadap Tabligh Astri ..........................
58
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
63
B. Saran ....................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
65
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin artinya agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Maka Islam harus ditampilkan dengan semenarik mungkin agar umat lain beranggapan dan berpandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka, melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. 1 Untuk itulah manusia diciptakan oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi dengan tujuan dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
' #$ %& ☺!" 124& )*+ 0' ,-.$ %&/ ( )*+ < 89:; % 7 56 ?@6 > =% ' GI DEFC☺$ -B%&C$ Artinya: “Katakanlah;’Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajibannya hanyalah apa yang dibebankan kepada kamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul melainkan penyampaian dengan terang. (QS. An-Nur: {24;54}).
1
Munzier Suparta & Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet. Ke-2, h..5.
“Menurut Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan perintah kepada kaum mukminin mentaati Allah dan Rasulnya, yakni Nabi Muhammad SAW dengan segala macam perintahnya, baik perintah melakukan sesuatu maupun perintah untuk meninggalkan sesuatu, dan jika kamu berpaling betapapun kadar keberpalingan itu, maka kamu menjadi sesat dan rugi sendiri. Ayat ini juga menjelaskan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya”.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya, setelah itu semua urusan diserahkan kepada Allah karena hanya Allah lah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Begitu juga dengan Muballigh dan Muballighah yang merupakan penerus dakwah Rasul, maka kewajiban mereka hanyalah menyampaikan risalah ilahi, tidak bersifat memaksakan karena pada akhirnya Allah jualah yang memberikan petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Tugas muballigh dan muballighah pada zaman sekarang tengah menghadapi tantangan yang cukup berat, karena dunia telah memasuki era baru yaitu era globalisasi. Suatu era dimana umat manusia memiliki kemajuan tekhnologi, komunikasi, dan informasi menjadi satu kesatuan, baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pandangan hidup maupun bidang-bidang lainnya. Dengan kemajuan tekhnologi yang begitu pesat, maka membuat jarak antar negara di seluruh dunia menjadi semakin dekat. Hal ini dinamakan dengan istilah “global village”. Menurut Mc. Luhan global village adalah dunia masa
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.9, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Cet. Ke-4, h.. 385.
depan, dimana seluruh umat manusia dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh elektronik media.3 Dengan adanya globalisasi ini, maka budaya barat dengan mudahnya masuk ke Negeri ini, dan mempengaruhi pola pemikiran maupun tingkah laku masyarakatnya. Hal itu dapat terlihat dari tayangan-tayangan yang menampilkan perempuan-perempuan cantik dengan aurat terbuka. Yang kemudian hal tersebut mempengaruhi generasi muda, mereka sudah tak mengindahkan ajaran-ajaran Islam yang menyuruh menutupi aurat mereka. Di era globalisasi itulah seorang muballigh dituntut untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam menyampaikan pesannya, baik dari segi materi maupun segi penyampaiannya, agar tablighnya dapat mengena ke dalam hati pendengarnya atau jamaahnya. Karena tabligh pada dasarnya adalah menyampaikan ajaranajaran Islam kepada umatnya, dengan harapan dapat mengubah kepribadian individu maupun kelompok, menjadi kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu tabligh dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, sama halnya dengan kegiatan dakwah, yaitu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yang pertama pendekatan ucapan / lisan (bi-al-qawl/al-lisan), melaui perbuatan (bi al-af’al/bi al-amal), dan melalui tulisan (bi al-kitabah).4 Untuk itu apabila seseorang memiliki kemampuan untuk bertabligh melalui lisannya, maka lakukanlah dengan lisannya. Apabila seseorang memiliki kemampuan dalam menulis, maka lakukanlah dengan tulisannya, dan lebih baik lagi jika seseorang 3
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h..
118. 4
Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h.. 37.
yang memiliki kemampuan bertabligh dengan perbuatannya, maka lakukanlah dengan perbuatannya. Tabligh dalam Islam juga pada hakikatnya tidak membebankan ummatnya, karena tabligh dilakukan berdasarkan kemampuannya. Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:
!َْ"َْ#َََ أَ ُ َْ ٍ ِْ أَ ِ َََْ َََ وَآُِْ ُْ َُْنَ ح وََََ َُُ ُْ ا ِْ ٍَرِق/ َْ) ٍ,ِ-ْ.ُ ِْ * ٍ َِ+ُ# َْ) ََُُْ آِ(ه%ُ َََ ٍ َْ%َ& ُْ َُُ َََ ِ>(ة#َْ<َ ا8 ِِْ%ْ#َِْ یَْمَ ا9ُ:ْ#ِ َ أَولُ َْ ََأ: ََل8 ٍ َْ ِ َُ أ5َْا َِی4ََبٍ وَه3ِ ُ ََلَ أ+َ? َEِ#ََُ َكَ َ هD َْ8 ََل+َ? َِْ9ُ:ْ#َْ<َ ا8 ُ>(ة#ََلَ ا+َ? ٌ<ُ&ََْ@ِ ر#َِمَ إ+َ? َ ْوَان ُُْل+ََ ی,-َ ََْ@ِ و-َ) ُH! ا-ﺹ َ ِHُ رَُْلَ اGْ%َِ ِ@َْ-َ) َ !َFَ8 َْ+َ? َا4ٍَِْ أَ ه%َ ِ@ِْ-َ+َِ? ِْ9َPْ.َْ ی,َ# َْ ََﻥِ@ِ و.ِ-َِ? ِْ9َPْ.َْ ی,َ# ِْنOَ? ِLَِِ ُLْ MَNُْ-َ? ْ َُْ ًا,ُِْ َْ رَأَى (5,-. Lِیَْنِ )رواUُ اSَ%َْ أَﺽEِ#َوِذ Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Bakar Bin Syaibah, meriwayatkan kepada kami Waki’Bin Sofyan, meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Matsna, meriwayatkan kepada kami Muhammad Bin Ja’far, meriwayatkan kepada kami Syu’bah berkata keduanya dari Luqais Bin Muslim, dari Thariq Bin Syihab dan dalam hadits ini Abu Bakar berkata..... Siapa saja yang melihat kemungkaran, ubahlah kemungkaran itu dengan tangannyya, jika tidak mampu dengan lisannya, jika masih tak mampu dengan qalbunya. Akan tetapi yang terakhir ini adalah perwujudan dari keimanan yang paling lemah”. (HR. Muslim) Hadits diatas menggambarkan bahwa Allah sangat mencintai hambanya sehingga Dia tidak membebankan hambanya dalam bertabligh justru Allah memberikan kemudahan, karena tabligh disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh hambanya. Selain itu Allah SWT juga masih memberikan Karunia kepada hambanya sehingga walaupun ditengah gelombang globalisasi, yaitu
5
Abu Husein Muslim Al-Hajjaj Al-Khusairy, Kitab Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1993), Juz 1, Hadits ke-78, h.. 69.
dengan munculnya muballigh-muballigh maupun da’i yang menyerukan ajaran Islam. Baik dari kalangan terpelajar yang notabene dari pesantren maupun dari kalangan artis yang kesemuanya itu tabligh juga disesuaikan dengan kemampuannya. Beberapa diantaranya yaitu Ida Leman yang melakukan syia’r Islam dengan merancang busana-busana muslim dan kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia, ia mulai melakukan syi’ar Islamnya pada tahun 1990 dengan merancang busana-busana muslim.6 Ratih Sanggarwati bergerak di bidang mode, hal itu ia lakukan setelah ia mengenakan jilbab, tepatnya pada tahun 2000.7 Inneke Koesherawati bergerak di bidang seni peran, ia juga mulai aktif menyiarkan Islam setelah ia memakai jilbab, tahun 2001 silam. Perubahan itu dilakukan bukan sekedar mengikuti tren, tetapi memang panggilan hati mengikuti jalan Allah.8 Astri Ivo melakukan syi’ar Islam melalui peran-peran islami, tetapi Allah memberikan kemampuan dalam berbicara sehingga ia juga bertabligh dengan lisannya). Di era tahun 70-an, mungkin masih segar dalam ingatan nama “Astri Ivo” dengan wajah imut sebagai bintang cilik yang banyak menghiasi layar kaca. Sudah banyak film yang ia perankan, beberapa film diantaranya: Ilusia (1971) bermain dengan (Rahayu Effendi), Titienku Sayang (1972) bermain dengan (Mila Karmila), Jauh Dimata (1973) bermain dengan (Deddy Sutomo dan Brigitta
6
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=125443, tanggal 13 Januari
2009, pkl: 16.00 7
http://id.wikipedia.org/wiki/Ratih_Sanggarwati#Kehidupan_Pribadi,
tanggal 13 Januari 2009, pkl: 16.00 8
16.00
http://adeqshah.multiply.com/journal/item/61, tanggal 13 Januari 2009, pkl:
Maria), Tabah Sampai Akhir (1973) bermain dengan (Sofia W.D dan Rano Karno), dan masih banyak film lainnya yang ia bintangi.9 Ia memang memiliki keturunan darah seni dari ibunya yaitu Ivo Nilakreshna yang merupakan seorang penyanyi ternama di era tahun 1960-an. Astri Ivo yang memiliki nama lengkap “Astrie Feizaty Ivo”. Ia lahir di Jakarta, tanggal 21 September 1964. Kemudian ia menikah dengan Dariola Yusharyahya yang merupakan adik dari aktris Zoraya Perucha. Pernikahannya membuahkan tiga putra yaitu Kevin Arighi Yusharyahya, Adrio Faresi, dan Riedo Devara.10 Hingar bingar kehidupan malam di diskotik pun pernah ia lalui, meskipun ia sering mengikuti pengajian tetapi setelah mengikuti pengajian pulangnya mampir ke diskotik hingga jam 4 pagi.11 Tetapi jika Allah sudah berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, maka tidak ada yang dapat mencegahnya. Begitu juga dengan Astri Ivo, walaupun ia pernah menjalani kehidupan malam tetapi Allah berkehendak memberikan hidayah kepadanya, maka tak kan ada yang menghalanginnya. Untuk mendapatkan hidayah itu tak semudah membalikan telapak tangan namun ia membutuhkan proses yang panjang, karena itulah perjalanan untuk menjadi seorang muslimah bagi Astri Ivo sangatlah tidak mudah. Walaupun sebenarnya sejak kecil, Astri sudah dididik keras dalam hal agama, tetapi sama sekali tak memberikan pengaruh kala itu. Jika waktu Maghrib tiba, teman-teman yang datang diusir atau disuruh sembahyang jamaah. Kalau tidak salat akan
9 http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00. 10 Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, kamis 30 Juli 2008. 11 Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, kamis 30 Juli 2008.
dicubit. Padahal itu lagi gaul-gaulnya. Dulu saya kesal sama ortu saya, kaya gak pernah muda, tukasnya.12 Astri baru merasakan manfaat didikan keras orang tuanya, ketika ia menetap di Jerman. Sehingga meski sudah di Jerman, Astri tetap salat, puasa dan mengaji. Kawan-kawannya yang orang Jerman heran kenapa Astri masih melakukan meski tidak ada orangtuanya. Kini di usianya ke-45 tahun, Astri Ivo tetap menghiasi layar kaca meski dengan penampilan jauh beda, berjilbab. Sejak berketetapan hati mengenakan jilbab 6 tahun lalu, aktivitas keagamaannya semakin meningkat. Kini ia mulai terjun dalam dunia dakwah, dengan mengisi ceramah keagamaan di masjid, tempat-tempat pengajian, kantor-kantor bahkan mal-mal. Walaupun pada awalnya ia menyampaikan materi hanya sebatas mengenai hijab saja, tapi kini ia mulai dapat menyampaikan materi dengan bervariasi. Ia menyadari bahwa ia terbilang orang baru dalam dunia dakwah, tetapi ia terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan kualitas ceramahnya baik dalam retorikanya maupun materi yang disampaikannya. Ia pun tidak segan-segan untuk bersekolah lagi menimba ilmu guna meningkatkan kulitas cermahnya. Ia menimba ilmu di Pendidikan Muballigh Al-Azhar selama dua tahun, dan kini ia telah menyelesaikan studinya dengan tepat waktu. Selain itu ia masih bertabligh melalui sinetron dengan cara membaca skenarionya terlebih dahulu, apabila sesuai dengan syari’at Islam maka ia mau memerankannya, apabila tidak maka ia menolaknya.
12
http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00.
Melihat latar belakang kehidupan Astri Ivo itulah, yang membuat penulis merasa tertarik untuk mengkajinya lebih jauh lagi dan menjadikan Astri Ivo sebagai subjek kajiannya. Selanjutnya penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul ”AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada Aktivitas Tabligh Astri Ivo. Kemudian penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana aktivitas tabligh Astri Ivo? 2. Bagaimana tanggapan mad’u terhadap aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo. 2. Untuk mengetahui tanggapan mad’u terhadap aktivitas tabligh Astri Ivo.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis: Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan dakwah sehingga pesan-pesan dakwah dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan tujuan dakwah.
2. Manfaat Praktis: Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan tentang tabligh. Selanjutnya dapat memberikan motivasi kepada artis lainnya untuk dapat melakukan tabligh.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pertama dan belum pernah ada yang menelitinya. Kelebihan dari skripsi yang penulis teliti adalah pesan tabligh yang disampaikan oleh Astri Ivo ternyata tidak hanya melalui media mimbar, tapi ia juga menggunakan media cetak maupun elektronik. Selain itu ia juga memanfaatkan profesinya sebagai artis untuk menyampaikan pesan tabligh dikalangan artis.
F. Metodologi Penelitian Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian, yaitu: 1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.13 Bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, guna melakukan pengamatan langsung terhadap objek
13
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 8.
yang diteliti. Dengan cara mengunjungi rumah Astri Ivo dan mengikuti segala aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo. Sedangkan teknik penulisannya bersifat Deskriptif Analitik, yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.14 2. Sumber Penelitian Sumber data dalam penelitian ini adalah semua yang terlibat dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam penelitian ini. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Astri Ivo, Suami Astri Ivo, Anakanaknya, dan lima orang jamaah yang pernah melihat maupun mendengar aktivitas tablighnya, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas tabligh Astri Ivo. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai bulan Januari 2009, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data). 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung, baik dengan melihat kesehariannya dirumah maupun dalam kegiatan tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo.
14
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 41.
b. Wawancara Untuk
melengkapi
pengumpulan
data
yang
diperlukan,
penulis
mengadakan wawancara langsung dengan Astri Ivo dan juga dengan beberapa jamaahnya, dengan tujuan memperoleh data yang lebih valid. c. Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 15 Sedangkan dalam skripsi ini hanya menggunakan catatan, transkip, buku, dan foto-foto untuk memperkuat data-data yang ada. 4. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini , penulis mengacu pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab, yaitu: Bab I. Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), edisi revisi V, h. 206.
Bab II. Berisi Landasan Teoritis yang terdiri dari Pengertian Tabligh, Hukum Tabligh, Unsur-Unsur Tabligh, Persyaratan menjadi Seorang Muballigh, dan Ilmu Yang Mendukung Tabligh. Bab III. Berisi Profil Astri Ivo yang terdiri dari Riwayat Hidup, Riwayat Pendidikan, Aktivitas Astri Ivo sebagai Seorang Artis, Sebagai Ibu Rumah Tangga, Sebagai Seorang Muballighah, dan Sebagai Seorang Penulis. Bab IV. Berisi Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo yang terdiri dari Aktivitas Tabligh Astri Ivo Pada Keluarga, Aktivitas Tabligh Astri Ivo Pada masyarakat, Metode Yang Diguanakan Dalam Bertabligh, Media Yang Digunakan dalam Bertabligh dan Tanggapan Mad’u terhadap Aktivitas Tabligh Astri Ivo. Bab V. Berisi Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran. Kemudian bagian terakhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
BAB II LANDASAN TEORITIS TABLIGH
A. Pengertian Tabligh Secara etimologi tabligh berasal dari kata kerja “ballagha-yuballighutablighan”, yang artinya menyampaikan.16 Sedangkan dari kamus bahasa Arab Munjid karya Louis Ma’luf yaitu ًNِْ-َْD – ُVM-َُ ی- َV-َ artinya menyampaikan.17 dari kamus munir (Arab-Indonesia) yaitu ًNِْ-َْD – ُVM-َُ ی- َV-َ artinya menyampaikan. 18 Demikian juga dari kamus kontemporer, yaitu ُVِ-َْD , artinya menyampaikan.19 Menurut pandangan M. Natsir tabligh berarti ballagh, yang artinya menyampaikan dengan sempurna, seperti dalam kalimat balaghul mubin yang artinya menyampaikan keterangan yang jelas, sedemikian rupa, sehingga dapat diterima oleh akal dan dapat ditangkap oleh hati, kemudian dapat pula dicerna oleh kedua-duanya.20 Sedangkan secara istilah tabligh yang dikemukakan menurut beberapa pendapat, yaitu:
16
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1994), Cet. Ke-4, jilid 5, h. 24. 17 Louis Ma’luf, Munjid Fi Al-Lughat Wa al a’lam, (Beirut: Daar Al-Basyar,1996), h. 48. 18 Tim Kashiko, Kamus Munir (Arab-Indonesia), (Surabaya: Kashiko, 2000), Cet. Ke-1, h.. 53. 19 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Jogjakarta: Yayasan Pondok Pesantren, 1997), Cet. Ke-1, h. 402. 20 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1, h.. 74.
a. Asmuni
Syukir
tabligh
berarti
menyampaikan,
penyampaian,
yakni
menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain. Istilah tabligh lebih popular di kalangan masyarakat dibandingkan dengan istilah dakwah.21 b. M. Bahri Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif mengatakan bahwa tabligh adalah suatu kegiatan penyampaian pesan ajaran agama Islam. Di dalam kegiatan tabligh itu terdapat unsur-unsur ajakan, seruan, panggilan, agar orang yang dipanggil berkenan mengubah sikap dan perilakunya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dipeluknya.22 c. Menurut Ensiklopedi Islam bahwa tabligh berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.23 Jadi secara istilah tabligh dapat disimpulkan yang berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umatnya, agar ajaran-ajaran tersebut dapat dijadikan pedoman dan dilaksanakan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka mau mengubah sikap dan perilakunya apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, dengan tujuan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Secara harfiah dakwah dan tabligh dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan bagian integral dari keilmuan dakwah. Tabligh artinya menyampaikan sedangkan dakwah artinya mengajak atau ajakan.24 Tabligh pada dasarnya merupakan bagian dari dakwah, karena tabligh
21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas), h. 21 M. Bahri Ghozali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1, h. 5. 23 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h. 24 24 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 70. 22
adalah dakwah yang dilakukan melalui lisan atau dapat dikategorikan sebagai dakwah bi-lisan. Dakwah dalam Islam memiliki dua dimensi besar, yang pertama mencakup penyampaian pesan kebenaran yaitu dimensi kerisalahan (bi-ahsan alqawl), dimensi kerisalahan, dakwah mencoba menumbuhkan kesadaran diri (individu/masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam sehingga terjadi proses internalisasi nilai Islam sebagai nilai hidupnya. Kedua, dimensi kerahmatan (bi-ahsan al-‘amal) dakwah ini merupakan upaya
mengaktualisasikan
Islam
sebagai
rahmat
(jalan
hidup
yang
menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia. Dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar, yaitu: Tabligh dan Irsyad, sedangkan dalam dimensi kerahmatan terdapat dua bidang besar juga yaitu Tadbir dan Tathwir. 25 Tabligh merupakan suatu penyebarluasan ajaran Islam yang memiliki ciriciri tertentu. Ia bersifat insidental, oral, massal, seremonial, bahkan kolosal. Insidental yang dimaksud adalah bahwa tabligh bersifat hanya satu kesempatan saja.26 Tabligh bersifat oral maksudnya tabligh dilakukan secara lisan.27 Tabligh bersifat massal berarti tabligh melibatkan banyak orang.28 kemudian seremonial
25 Aep Kusnawan, et. al, Komunikasi dan Penyiaran Islam Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), Cet. Ke-1, h. Vii-viii. 26 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 260. 27 Ibid., h. 546. 28 Ibid., h. 441.
berarti tabligh bersifat perayaan, dan yang terakhir kolosal berarti tabligh dilakukan secara besar-besaran.29 Ia terbuka bagi beragam agregat sosial dari berbagai kategori. Agregat sosial yang dimaksud di sini adalah penggabungan dari beragam varian masyarakat Indonesia, yang dapat dilihat dari berbagai kategori (baik dari segi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll). Ia berhubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia secara individual atau kolektif. Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam melalui pemancaran atau sarana transmisi dengan menggunakan elektromagnetik yang diterima oleh pesawat radio maupun televisi. Ia juga bersifat massal, bahkan bisa tanpa batasan ruang dan wilayah. Walaupun karena jangkauannya yang luas, intensitasnya relatif rendah.30 Asep Muhidin dalam bukunya juga mengatakan bahwa dakwah dilihat dari segi bentuk kegiatannya terbagi menjadi empat bentuk yaitu: 1. Tabligh Islam, sebagai upaya penerangan dan penyebaran Islam. 2. Irsyad Islam, sebagai upaya penyuluhan dan bimbingan Islam. 3. Tadbir Islam, sebagai upaya pemberdayaan umat dalam menjalankan ajaran Islam melalui lembaga-lembaga dakwah. 4. Tathwir Islam, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi keumatan.31 ”Tabligh dilakukan dalam rangka pencerdasan dan pencerahan masyarakat melalui kegiatan pokok: sosialisasi, internalisasi dan eksternalisasi nilai ajaran Islam, dengan menggunakan sarana mimbar dan media massa (cetak dan audio visual). Irsyad dilakukan dalam rangka pemecahan masalah psikologis melalui kegiatan pokok: bimbingan penyuluhan pribadi dan bimbingan penyuluhan keluarga, baik secara preventif atau kuratif. Tabligh dan Irsyad ini 29
Ibid., h. 350. Ibid., h. Ix. 31 Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 35. 30
menyangkut konditioning, pemahaman, persepsi dan sikap. Tadbir (manajemen pembangunan masyarakat) dilakukan dalam rangka rekayasa sosial dan pemberdayaan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta pranata sosial keagamaan, juga menumbuhkan serta mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 32 Tathwir (pengembangan masyarakat) dilakukan dalam rangka peningkatan sosial budaya masyarakat, yang dilakukan dengan kegiatan pokok; transformasi dan pelembagaan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan umat yang menyangkut kemanusiaan,
seni,
budaya,
dan kehidupan bermasyarakat,
penggalangan ukhuwah Islamiah, dan pemeliharaan lingkungan. Dengan kata lain, tathwir berkaitan dengan kegiatan dakwah melalui pendekatan washilah sosial budaya (dakwah cultural).33 Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan dalam dakwah ada empat, yaitu: Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir. Tabligh merupakan kegiatan menyampaikan ajaran-ajaran Islam dalam rangka penerangan, pencerdasan dan pencerahan kepada masyarakat. Kegiatan tabligh biasanya berupa ceramahceramah yang disampaikan oleh para muballigh. Irsyad merupakan kegiatan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh psikiater yang memiliki pemahaman Islam kepada masyarakat yang mengalami tekanan psikologis, contohnya para pengguna narkoba
yang
ingin
kembali
hidup
normal,
maka
mereka
mencoba
mengkolsultasikannnya kepada psikiater tersebut. Peranan psikiater sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada mereka.
32 33
Ibid., h. 37. Ibid., h. 38.
Tadbir merupakan kegiatan memngembangkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal perekonomian. Banyak para muballigh yang mencoba mengembangkan masyarakat dengan membuat koperasi syari’ah, BMT (Baitul Mal wa Tanwil), dan lain-lain. Biasanya kegiatan itu berupa simpan pinjam yang cara penghitungan bunganya dengan sistem bagi hasil yang keuntungannya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak. Kegiatan tersebut digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Tathwir merupakan kegiatan pelembagaan nilainilai Islam ke dalam budaya masyarakat. Contohnya acara tahlilan, merupakan budaya masyarakat yang telah disisipkan nilai-nilai Islam. Setiap kegiatan yang akan dilakukan haruslah memiliki misi yang tepat, agar tujuan yang diinginkan tercapai, begitu juga dengan tabligh. Misi gerak tabligh ini memiliki gerakan yang khas. Ia ada untuk menyebarkan aqidah Islam dan ibadah hanya kepada Allah, serta membebaskan manusia dari belenggubelenggu instink dan hawa nafsu yang tidak baik.34 Karena jika tabligh tidak memiliki misi penyebaran aqidah, maka tabligh tersebut dapat dikatakan sia-sia dan tidak mengena kepada sasaran tabligh itu sendiri. Untuk itu seorang muballigh harus memiliki misi yang tepat, agar tujuan dari tabligh dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.
B. Hukum Tabligh Tabligh merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 67, yaitu:
34
Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam Mengembangkan Tabligh, h. Xii.
ُ@-#َ@ُ وَاPَ#ََِ رGْN-َ ََ? ْ<َ%َْD ْ,َ# َْ وَإِنEM ََ ِْ رEَْ#ِِلَ إXْْ َ أُﻥVM-َ ُ ُل#َ ا3Wیَ أَی ََْ?ِ ِی#َْمَ ا+ْ#ِْي ا3ََ ی# َ@-#سِ إِن ا#َ َِ اEُِ>ْ%َی Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintah itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” Quraish Shihab menafsirkan, bahwa ayat ini mengingatkan Rasul akan kewajiban menyampaikan ajaran agama yakni petunjuk Allah yang diturunkan kepada Ahli Kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka yang disertai dengan jaminan keamanan beliau, dan apabila tidak dikerjakan apa yang diperintahkan ini walau hanya meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka ia berarti tidak menyampaikan amanah-Nya secara keseluruhan.35 Jika pada awalnya ayat di atas menjelaskan bahwa tugas tabligh hanya dibebankan kepada Rasul, tetapi untuk selanjutnya tugas tabligh menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap muslim. Oleh karena itu setiap muslim wajib bertabligh walupun hanya satu ayat, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yaitu:
َْ) ِ9َ) ُْ َُن.َ َََ ِ)ٍَ أَﺥَْ َﻥَ ا]َوْزَا-ْ:َ ِْ َكMF# ا,َََِ أَ ُ )َﺹ ُْاNM-َ :" ََل8 َ,-َ ََْ@ِ و-َ) ُH! ا-َِ ﺹ# أَن ا: ِ ِْ )َْ ٍوHأَ آَْ^ََ )َْ )َِْ ا ََْأPَْ-َ? ًاMَ%َPُ َ-َ) َب4َ آ ْ َ َ َ َجَ وaَُا )َْ َِ إِْ َا`ِْ< وMَََْ _یًَ و#َ وMَ) ِ ر#ُ َِ اLََ%ْ+َ
35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah Pesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.3, (Tangerang: Lentera Hati, 2005), Cet. Ke-4, h. 152.
( 36ري:# اL) روا Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Ashim Ad-Dhihak Bin Makhladin, mengabarkan kepada kami Al-Auza’iy, meriwayatkan kepada kami Hisan Bin ’Atiyah dari Abi Kabsyah dari Abdillah Bin ’Amr dan Bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh meski hanya satu ayat, ceritakanlah dari Bani Israil tidak mengapa, dan barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.
Hadits di atas mengandung penjelasan bahwa seorang muballigh atau muballighah harus benar-benar menyampaikan ajaran Nabi SAW, tetapi pada dasarnya tabligh hanya menyampaikan dan tak berarti memaksakan. Karena pada akhirnya Allah SWT jugalah yang dapat memberikan petunjuk kepada hambaNya sesuai dengan kehendak-Nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tabligh hukumnya adalah wajib bagi setiap orang yang menganut agama Islam, sehingga apabila mereka telah dewasa diwajibkan untuk menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
C. Unsur-unsur Tabligh Tabligh merupakan bagian dari dakwah maka unsur-unsur yang ada dalam dakwah juga terdapat dalam tabligh. Unsur-unsurnya yaitu: Pertama, Muballigh adalah orang yang menyampaikan pesan ajara Islam. Dalam pandangan M. Natsir muballigh
disebut
juga
dengan
pembawa
dakwah,
maksudnya
adalah
membawakan dakwah dengan tujuan membina pribadi dan membangun umat
36
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari, Kitab Shahih Bukhari, (Kairo: Darul Fikr, 2006), Cet. Ke-6, Juz II, hadits ke 3461, h. 293.
sehingga pribadi dan umat itu berkembang maju sesuai dengan hidup manusia yang diridhai oleh khaliqnya. 37 Kedua, Materi / Pesan Tabligh adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan muballigh pada mad’u. Pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama, yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak. Hal yang perlu disadari bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam sehingga mampu memanifestasikan akidah, syari’ah dan akhlak dalam ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan seharihari.38 Ketiga, Muballagh merupakan isim maf’ul dari tabligh, berarti orang yang diberi penyampaian. Muballagh adalah objek dalam tabligh, yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, baik kaum bangsawan maupun kaum lemah, pemuka kaum, pembesar, orang kaya, miskin tanpa terkecuali.39 Keempat, Metode Tabligh adalah cara untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada objeknya. Metode yang terdapat dalam tabligh sama dengan metode yang ada dalam dakwah, sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surat An-Nahl; ayat 125, yang berbunyi:
َُ إِن.َِْ هَِ أP#ِ ْ,ُ3ْ#ََِِ وَ&َد.َْ#َِ اeِ)َْْ#َِِْْ وَا#ِ َEM ََ! َِ<ِ ر#ِادْعُ إ ََِیPْ3ُْ#ِ ُ,َ-ْ)َِ@ِ وَهَُ أ-َِ َْ) <َُ َِْ ﺽ,َ-ْ)ََ هَُ أE َر 37
Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, h. 74 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 109. 39 Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah Yang Tegar di Jalan Allah, (Yogyakarta: Izzah Pustaka, 2005), Cet. Ke-4, h. 27. 38
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Ayat diatas mengandung tiga metode, yaitu: Al-Hikmah yaitu kemampuan seorang da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.40 Al-Mau’idzah Hasanah yaitu ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat”.41 Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan yaitu berdebat dengan cara yang baik, dengan menyajikan argumentasi yang jelas dan bukti yang kuat, dan juga dalam perdebatan ini harus menggunakan bahasa yang komunikatif. Biasanya metode mujadalah billati hiya ahsan digunakan dalam sebuah seminar, diskusi, dan lain-lain. Kelima, Media Tabligh merupakan sarana untuk menyampaikan pesan tabligh. Beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan dalam bertabligh, yaitu: 1) Media Visual Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang digunakan dengan memanfaatkan indera penglihatan dalam menangkap datanya. Media visual dapat dilakukan melalui film slide, overhead proyektor (OHP), gambar foto diam.
40 41
Suparta & Hefni, Metode Dakwah , hal. 11. Ibid., hal. 16.
2) Media Auditif Media komunikasi auditif merupakan alat komunikasi yang digunakan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan dapat menjangkau sasaran tabligh dalam jarak jauh. Media ini meliputi radio, tape recorder, telepon. 3) Media Audio Visual Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Media ini meliputi film, televisi dan internet. 4) Media Cetak Media cetak merupakan media komunikasi yang dilakukan melalui tulisan, media ini meliputi buku, surat kabar/Koran, majalah dan buletin.42
D. Kriteria Seorang Muballigh Muballigh adalah orang yang menyampaikan pesan ajaran Islam. Sehingga seorang muballigh harus menjadi teladan umat dan menjadi penuntun mereka (masyarakat) serta mempelopori mereka dalam perbuatan, untuk menegakkan amar ma’ruf yang dianjurkannya, mendahului mereka dalam menjauhkan diri dari kemungkaran yang diperintahkan, mendahului mereka dalam menegakkan akhlak dan moral yang tinggi. Artinya seorang muballigh harus memiliki akhlaqul karimah sehingga muballigh tersebut dapat dikatakan sebagai teladan umat.43 Toto Tasmara dalam buku komunikasi dakwah membagi muballigh dalam dua kategori, yaitu: 42
Ghozali, Dakwah Komunikatif, h. 33. Tutty Alawiyah AS, Strategi Dakwah dilingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Miazan, 1997), h. 61. 43
1. Secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang mukallaf (dewasa), dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah sampaikanlah walau hanya satu ayat. 2. Secara khusus adalah seseorang
yang mengambil keahlian
khusus
(mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.44 Adapun persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang muballigh, yaitu: 1. Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam merupakan dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam. 2. Selalu berkomunikasi kepada Allah dengan cara beribadah baik ibadah fardhu maupun ibadah sunnat. 3. Memiliki sifat akhlakul karimah seperti sabar, syukur, jujur, berkata benar, setia pada janji, dermawan dan lain-lain. 4. Memiliki pengetahuan agama yang luas. 5. Memiliki kemampuan dan kefasihan dalam berbicara, sehingga mampu memikat perasaan pendengarnya. 6. Memiliki fisik yang sehat dan kuat. 7. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berjuang di jalan Allah SWT dan dalam menegakkan kebenaran.45 Tabligh dimulai dari seorang muballigh atau muballighah sendiri, karena segala tindak-tanduknya akan menjadi sorotan masyarakat dan juga merupakan cerminan dari tablilgh yang akan disampaikannya, sehingga hal tersebut akan mendukung suksesnya tabligh itu sendiri. Oleh karena itu seorang muballigh atau muballighah haruslah berhati-hati dalam penyampaian pesan tablighnya, karena masyarakat pada zaman sekarang ini sudah lebih kritis dan dapat menilai apakah tablighnya sesuai dengan perbuatannya. Apabila tablighnya tidak sesuai dengan 44
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya media Pratama, 1997), Cet. Ke-2,
h. 41. 45
Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2002), Cet. Ke-2, h. 71.
perbuatannya maka tablighnya tidak mengena dihati masyarakat sehingga masyarakat tidak akan mendengarkan maupun mengikuti isi dari tablighnya sehingga tablighnya menjadi gagal. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-Shaff ayat 2 dan 3, yang berbunyi:
َ# َ ُا#ُ+َD ْ@ِ أَن-#ً )َِْ اPْ+َ َ َُُنَ*آ-َ%َْD َ# َ َُن#ُ+َD َ,ِ# ِیَ _َ َُا4#َ ا3Wیَ أَی َُن-َ%َْD Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” Untuk itu muballigh memiliki tugas sebagai penyampai ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia. Menurut Ahmad Wahib, ukuran baik tidaknya seorang muballigh dapat dilihat dari perannya dalam peningkatan kualitas kepekaan spritualitas kemanusiaan atau sebaliknya. Kalau jamaahnya menjadi lebih sadar, lebih merasakan keagungan Tuhan, lebih kreatif dalam menghadapi lingkungannya, lebih jauh melihat masa depannya, maka muballigh tersebut telah berhasil. Begitu juga sebaliknya, kalau membuat jamaahnya menjadi beringas untuk membenci atau menyerang penganut-penganut agama lain, mengutuk kebudayaan Barat, berpikir magis dan mitologis, maka dia adalah muballigh yang gagal.46 Dengan kata lain, tugas seorang muballigh tidak hanya membimbing dan membawa umat manusia pada masalah ibadah ritual (ukhrawi) melainkan justru
46
Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 43.
harus menyentuh persoalan sosial budaya (ibadah social) yang dialami sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.47 Allah tidak akan membiarkan orang yang menyampaikan agama-Nya mendapatkan gangguan, maka Allah berjanji akan selalu menjaga keselamatan muballigh dari marabahaya selagi muballigh itu mengikhlaskan amalnya karena Allah SWT, karena terkadang muballigh dalam menyampaikan dakwahnya menghadapi marabahaya, dan janji tersebut sudah tertuang dalam nash-Nya. 48 Seorang muballigh mempunyai peranan penting dalam tabligh, karena ia menjadi subjek dalam tabligh itu sendiri. Muballigh juga harus menjadi orang pertama yang menjalankan perintah amar ma’ruf nahi mungkar sebelum ia menyampaikannya kepada jamaahnya. Dengan begitu jamaahnya tidak akan merasa tertipu, dan mereka juga akan senang melakukan apa yang dianjurkan oleh muballigh tersebut. Oleh karena itu perbuatan muballigh merupakan faktor utama dalam menunjang keberhasilan tablighnya. Seorang muballigh sebelum melakukan aktivitas tablighnya, ia juga harus mempersiapkan tiga hal, yaitu: 1) Kesiapan mental, yakni kesanggupan kemampuan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. 2) Kesiapan fisik, yakni tanya kepada diri sendiri, apakah saya dalam keadaan sehat dan prima atau tidak, jika sehat dan prima maka berangkatlah.
47
Ibid., h. 44. Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, (Solo; Era Intermedia, 2007), Cet. Ke-1, h. 53. 48
3) Kesiapan operasional, yakni mempersiapkan bahan-bahan yang cocok diutarakan pada kondisi sekarang. 49 Jadi seorang muballigh sebelum menyampaikan tablighnya, ia harus mempersiapkan kesiapan, baik mentalnya, fisiknya maupun tema-nya. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling mendukung, dan jika salah satunya tidak siap maka tabligh tersebut bisa menjadi gagal.
E. Ilmu Yang Mendukung Tabligh 1. Komunikasi Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu manusia membutuhkan komunikasi agar orang lain dapat mengerti apa yang kita inginkan. Selain itu komunikasi juga berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Komunikasi itu pun dapat dilakukan didalam rumah, di sekolah, di pasar, dan di manapun manusia itu berada, baik dilakukan secara verbal maupun non verbal. Pada dasarnya hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. 50 Secara etimologis komunikasi berasal dari Bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari communis artinya sama, dalam arti kata sama makna. Artinya sama makna mengenai satu hal. Secara terminologis komunikasi
49
Nogarsyah Moede, Buku Pintar Dakwah, (Jakarta: Inti Media & Ladang Pustaka), h.
36. 50
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. Ke-2, h. 28.
berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.51 Menurut James G. Bobbins dan Barbara S. Jones mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau juga bisa dikatakan sebagai perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi kepada orang lain.52 Sedangkan menurut Laswell (1960), mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa” dan dengan akibat atau hasil apa” (who? says what? In which channel? To whom? With what effect?). Everett M. Rogers (pakar sosiologi pedesaan Amerika) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.53 Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan merubah tingkah laku komunikan tersebut. Maka tabligh dapat dikatakan sebagai komunikasi, karena tabligh juga memiliki pengertian yang sama yaitu menyampaikan, tetapi muatan isi atau pesannya berbeda dengan komunikasi. Jika komunikasi pesannya berisi pesan umum, sedangkan tabligh berisi pesan agama.
51 Onong Uchjana Effendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992), h. 3. 52 James G. Bobbins dan Barbara S. Jones, Alih Bahasa R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin dan Pejabat dan Usahawan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 1. 53 Havled Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007), h. 20.
2. Retorika Ilmu pendukung lain yang berhubungan dengan tabligh dan dapat membantu kesuksesan dalam tabligh itu sendiri adalah retorika. Retorika adalah suatu seni berbicara ”the art of speech” (Inggris) atau ”de kunst derwelsprekenheid” (Belanda).54 Retorika dalam bahasa Yunani ”rhetorike” dikenalkan pada abad kelima Sebelum Masehi yang dikenal dengan ilmu mengkaji pernyataan antarmanusia sebagai fenomena sosial. Yang kemudian dikembangkan di Yunani Purba yang kemudian dimekarkan pada abad berikutnya oleh Romawi dengan bahasa Latin ”rhetorika”, (dalam bahasa Inggris ”rhetoric” dan dalam bahasa Indonesia ”retorika”.
55
Menurut Aristoteles, retorika adalah
seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas dan meyakinkan dengan keindahan bahasa yang disusun untuk memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive).56 Menurut Encyclopedia Britanica, yaitu kesenian mempergunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pendengar dan pembaca. Sedangkan menurut Sei H. Dt. Tombak Alam retorika adalah alat berkomunikasi antara sesama manusia dan telah ada semenjak manusia ada, kemudian ia berkembang menjadi ilmu pengetahuan untuk mempengaruhi massa. Ilmu ini digunakan oleh Rohaniawan, Negarawan, Politisi, bahkan siapa saja yang ingin menjadi pemimpin dan harus berhubungan dengan masyarakat. 57
54
Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Da’wah & Leadership, h. 99. Effendy, Dinamika komunikasi, h. 2. 56 Ibid., h. 4. 57 Dt. Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-2, h. 36. 55
Cicero seorang pemuka retorika membagi retorika dalam dua tahap, yaitu: Pertama, Investio artinya mencari bahan-bahan dan tema yang akan dibahas, dan pada tahap ini dibahas secara singkat serta menjurus kepada upaya-upaya mendidik, membangkitkan kepercayaan dan menggerakkan perasaan. Kedua, Ordo Collocatio yang berarti penyusunan pidato. Secara sistematis terbagi menjadi
exordium
(pendahuluan),
narratio
(pemaparan),
conformatio
(peneguhan), dan peroratio (penutup).58 Sedangkan Retorika Islam adalah penjelasan yang disampaikan atas nama Islam kepada sekalian manusia; orang muslim atau nonmuslim, untuk mengajak mereka kepada Islam, mengajarkan keislaman, dan mendidik mereka secara akidah dan syari’ah, ibadah dan muamalah serta pemikiran dan tingkah laku.59 Metode yang digunakan dalam retorika sangat variatif; tradisional maupun modern, seperti: khutbah, ceramah, pengajaran, dialog, seminar, diskusi, dll. Oleh karena itu retorika dapat diaplikasikan dalam tabligh seperti dalam khutbah, ceramah, seminar, dan lain-lainnya. Retorika merupakan seni berbicara agar dapat menarik perhatian pendengarnya. Oleh karena itu retorika dalam tabligh sangat diperlukan sekali, agar seorang muballigh dapat mempengaruhi mad’unya sehingga mad’u mau mengikuti apa yang dikatakan dan dianjurkannya.
58 59
Ibid., h. 5. Al-Qardhawi, Retorika Islam, (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 1.
BAB III PROFIL ASTRI IVO
A. Riwayat Hidup Astrie Feizaty Ivo adalah nama lengkap dari Astri Ivo. Ia dilahirkan di Jakarta tanggal 21 September 1964. Memiliki keturunan darah orang Sumatra yaitu Aceh dan Padang. Ibunya bernama Fauziah Hanum atau biasa dikenal dengan Ivo Nilakreshna yang merupakan seorang penyanyi. Ayahnya bernama A. Rusli yang kini sudah almarhum.60 Astri Ivo lahir dari keluarga yang bisa dibilang cukup agamis karena kedua orang tuanya merupakan orang Padang dan Aceh, yang bagi mereka pendidikan agama adalah pendidikan yang utama dalam mendidik anak-anaknya. Kedua orang tuanya sangat disiplin dalam hal ibadah, seperti salat. Kedua orang tuanya tak segan-segan mengusir teman-temanya apabila datang atau mengajak mereka salat berjamaah bahkan kedua orangtuanya akan mencubit Astri Ivo apabila tidak salat. Astri mempunyai sapaan akrab ”Aci” sejak kecil untuk dirinya, ia adalah anak kelima dari sebelas bersaudara seayah dan seibu, tetapi satu yang telah meninggal dunia dan kini jumlahnya tinggal sepuluh orang yang masing-masing memiliki pekerjaan yang berbeda, dengan urutan sebagai berikut: 1. Nada Soraya bekerja sebagai ketua Kadin di Batam. 2. Nova Fadya seorang Ibu rumah tangga. 3. Alva Ruslina bekerja sebagai pengusaha di bidang pengadaan barang. 60
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
4. Aska Rosalba seorang pengusaha Garment. 5. Astrie Feizaty Ivo seorang artis sekaligus muballighah. 6. Anita Flora bekerja sebagai pedagang baju dan kerudung. 7. Ivan Salman bekerja sebagai pengelola studio rekaman. 8. Putri Intan Sari memiliki usaha di bidang manajemen artis. 9. Putri Purnama Dewi memiliki usaha toko sepatu. 10. Baina Rahma seorang penyanyi dan guru vokal.61 Dari sembilan kakak dan adiknya yang kini memakai jilbab baru berjumlah 4 orang, dan yang lainnya masih dalam proses menuju ke arah sana. Semua kakak dan adiknya kini telah memiliki keluarga, kecuali Putri Intan Sari. sehingga mereka sibuk dengan keluarganya masing-masing dan sibuk dengan pekerjaannya, dan pada akhirnya membuat mereka jarang bertemu untuk satu sama lainnya. Tetapi kakaknya yang nomor tiga yaitu Alva Ruslina memiliki inisiatif untuk membuat pengajian dwi mingguan demi terjalinnya tali silaturahmi yang erat dalam keluarga dengan memanggil guru. Biasanya pengajian diadakan setiap hari senin pukul 16.00 dan tempatnya selalu ditempat kakaknya yaitu Alva Ruslina di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.62 Astri Ivo menikah pada tanggal 18 Januari 1986 dengan pria berdarah Sumatra juga yaitu Dariola Yusharyahya. Kisah Astri bertemu dengan jodohnya yaitu saat ia berlibur bersama keluarganya di Jerman, tahun 1985. Kemudian pada suatu hari, ia bertemu dengan sahabatnya di Brussel, Belgia. Ia diberitahu oleh sahabatnya bahwa di Berlin akan ada pertemuan pelajar Indonesia. Tetapi
61 62
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Jum’at 8 Agustus 2008.
memang sudah menjadi takdir Allah, walaupun pada awalnya ia tidak berencana untuk ke Berlin, akhirnya ia pergi juga kesana. Pertemuan pelajar itulah ia bertemu dengan sang suami. Sejak perkenalan itu mulai tumbuhlah benih-benih asmara dan mulai menjalin komunikasi, tetapi pertemuan itu tak berlangsung lama karena Astri harus kembali ke Indonesia.63 Setelah Astri kembali ke Indonesia, hati sang suami mulai gundah hingga akhirnya saat liburan musim dingin tiba, ia kembali ke Indonesia dan mengungkapkan perasaannya kepada Astri. Kemudian ia mengajak Astri untuk berkuliah di tempat yang sama yaitu di Berlin tepatnya di ”Fachhoch Schule Fur Wirtschaft (FHN)”. Tetapi kedua orangtua Astri memberikan syarat kepadanya bahwa ia boleh bersekolah di sana setelah ia menikah dengan Dariola sang suami.64 Walau pada awalnya kami sempat menolak karena kami merasa bahwa kami masih sama-sama muda dan terbilang cukup singkat pertemuannya, tetapi kami sadar bahwa kami tak bisa menjamin jika di sana tak kan terjadi apa-apa. Kemudian Astri memohon kepada Allah untuk memberikan petunjuk kepadanya dan memberikan kemudahan apabila memang Dariola adalah jodoh untuknya. Do’a Astri akhirnya terkabul dengan dimudahkan jalannya dan tanpa ragu-ragu lagi, akhirnya mereka menikah pada tanggal 18 Januari 1986, saat itu usia Astri masih terbilang muda yaitu 21 tahun dan itu tak menjadikannya masalah, karena pernikahannya dilandasi dengan rasa takut kepada Allah. Setelah pernikahan, keesokan harinya sang suami pergi ke Jerman tanpa Astri, karena waktu itu ia
63 64
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
belum mendapatkan visa. Barulah setelah visanya keluar ia pun menyusul sang suami ke Jerman. Astri dan suami sama-sama belajar di Jerman.65 Pernikahan mereka kini sudah mencapai usia 23 tahun. Pernikahan mereka juga telah dikaruniai tiga orang putera. Anak pertama, Kevin Arighi lahir di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1993. Kevin yang kini berusia 15 tahun, sedang menempuh pendidikan tingkat atas yaitu di Sekolah Menengah Atas (SMA) Global Jaya yang terletak di Bintaro yang berstandar Nasional plus.66 Pada tahun 1997 putra yang kedua lahir di Jakarta pada tanggal 27 April yang diberi nama Adrio Faresi. Adrio kini sedang menempuh pendidikan tingkat pertama di SMP Labschool yang terletak di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Putra yang terakhir Riedo Devara lahir di Jakarta pada tanggal 23 September 1998, Riedo pada saat ini masih duduk di bangku kelas 5 SD di SD Islam Tugas.67
B. Riwayat Pendidikan Astri Ivo menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) Trisula pada tahun 1969, setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) III daerah Jakarta Selatan pada tahun 1971. Kemudian ia melanjutkan sekolah tingkat atas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Perguruan Cikini pada tahun 1980 yang terletak dibilangan Cikini, Jakarta Pusat.68
65
Astri Ivo, Astri Ivo, 67 Astri Ivo, 68 Astri Ivo, 66
Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
Setelah tamat SMA ia pun melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, ia memilih jurusan Pariwisata fakultas Pariwisata di Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan (APK) Trisakti yang terletak di Rawamangun pada tahun 1984. Ia hanya menyelesaikan sudinya sampai semester tiga saja. Setelah itu ia pun memilih berlibur ke Jerman bersama keluarganya pada tahun 1985.69 Tetapi selepas dari berliburnya ke Jerman ternyata malah menarik perhatiannya untuk melanjutkan studinya di Jerman, dan ia memilih jurusan Bisnis dan Management pada tahun 1986 di Fachhoch Schule Fur Wirtschaft (FHN), di Berlin Jerman. Kecintaannya pada ilmu membuatnya bersemangat untuk terus menuntut ilmu guna memperkaya kualitas diri, ia pun memilih Pendidikan Muballigh Al-Azhar di Universitas Al-Azhar pada tahun 2006, setelah ia tertarik dalam dunia dakwah dan untuk peningkatan keterampilan tablighnya. Ia pun dapat menyelesaikan studinya pada bulan Juli 2008.70
C. Aktivitas Astri Ivo 1. Sebagai Seorang Artis Darah seni Ibunya yang mengalir dalam tubuh Astri Ivo membuat ia sangat tertarik sekali dalam dunia seni. Ia pun mulai terjun dalam dunia seni pada usia enam tahun, dalam dunia tarik suara dan akting. Di usianya yang ke enam sampai dengan lima belas tahun ia menjadi penyanyi, dan ia telah menghasilkan delapan album. Lagu yang paling digemari pada zamannya adalah ”Kucingku Manis”. Di usianya yang masih sangat belia itu, ia juga merambah karirnya dalam
69 70
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
dunia peran.71 Beberapa film yang telah ia bintangi di antaranya yaitu The Big Village karya Usmar Ismail, Ananda, Nyai Dasima, Kerikil-kerikil Tajam karya Suman Jaya, Ilusia (1971) bermain dengan (Rahayu Effendi), Titienku Sayang (1972) bermain dengan (Mila Karmila), Jauh Dimata (1973) bermain dengan (Deddy Sutomo dan Brigitta Maria), Tabah Sampai Akhir (1973) bermain dengan (Sofia W.D dan Rano Karno), Boni dan Nanci (1974) bermain dengan (Dicky Zulkarnaen). Selain itu ia juga bermain dalam film Kasih Sayang (1974) bermain dengan (Rina Hassim), Ratapan Si Miskin (1974) bermain dengan (Faradilla Sandy), Susana (1974) bermain dengan (Yenny Rachman dan Junaedi Salat), Suster Maria (1974) bermain dengan (Tanty Yosepha dan Andi Auric), Bila Hati Wanita Menjerit (1981) bermain dengan (Roy Marten dan Dana Christina), Bunga Cinta Kasih (1981) bermain dengan (Rano Karno dan Junaedi Salat), dan Fajar Yang Kelabu (1981) bermain dengan (Eva Arnas).72 Setelah ia mengubah penampilan menjadi lebih Islami tepatnya pada tahun 2000, ternyata tidak membuatnya redup di dunia hiburan. Ia tetap eksis dan kini peran-perannya dapat terseleksi dengan sendirinya. Peran-peran yang ia bintangi sekarang lebih Islami, hal ini terbukti dengan sinetron terakhir yang ia bintangi adalah Hamba-hamba Allah dan Sang Murabbi pada tahun 2008 silam. Ia juga menjadi icon tetap Robbani, selain itu ia juga menjadi bintang iklan minuman segar sari, Carefour (edisi Ramadahan), dan iklan produk-produk kecantikan. Ia juga sempat menjadi presenter pada acara ”Sentuhan Qalbu” di Trans Tv pada
71 72
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Astri_Ivo, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00
pukul 5 sampai setengah 6 pagi, dan acara ”Tafsir Misbah” bersama Quraish Sihab di Metro Tv, pada bulan Ramadhan silam tepatnya pukul 3 sampai 4 pagi.73
2. Sebagai Ibu Rumah Tangga Aktivitas Astri Ivo selain menjadi artis, ia juga menjalani karirnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Karirnya menjadi ibu rumah tangga dimulai setelah ia menikah. Sebelum ia memiliki anak, ia berusaha untuk selalu menjadi istri yang sholehah untuk suaminya. Usaha yang ia lakukan agar menjadi istri yang sholehah di antaranya dengan selalu memahami al-Qur’an, merawat tubuh dan berusaha untuk menjadi isteri sholehah menurut Islam. Karena baginya kriteria isteri sholehah adalah menyenangkan bila dipandang, menjaga kehormatan bila ditinggal, dan dapat memegang amanah. Hambatan dalam mencapai usaha menjadi isteri yang sholehah baginya adalah ujian dari Allah, dan selama ini ia selalu belajar dan iqra’, sehingga ia selalu dapat menjawab ujian itu dengan baik. Menurutnya kiat untuk menjaga pernikahan tetap langgeng adalah dengan mencontoh keluarga Rasulullah, saling mencintai, menyayangi, mengingatkan kebenaran satu sama lainnya dan menerima bahwa satu sama lainnya adalah makhluk yang tidak sempurna.74 Pada tahun 1993 karir dalam rumah tangganya menjadi sempurna, karena ia telah menjadi seorang Ibu. Ia sangat mencintai profesi barunya sebagai Ibu rumah tangga, karena baginya pekerjaan seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Madrasah itu sendiri menurutnya adalah sebuah bangunan sekolah,
73 74
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009. Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.
di mana didalamnya ia berperan sebagai seorang pendidik, yang menjadi guru semua mata pelajaran, menjadi penjaga kantin yang membuat makanan, menjadi pengawas dan penjaga serta menjadi qudwah hasanah untuk anak-anaknya.75
3. Sebagai Muballighah Karir menjadi seorang muballigh tidaklah mudah bagi Astri Ivo, karena proses perjuangan memakai jilbab Astri Ivo pun membutuhkan waktu yang panjang. Awalnya ia mengikuti pengajian tafhim Al-Qur’an dan ia juga banyak belajar dari Julius Usman yang notabene seorang pengacara tapi ia memiliki informasi yang cukup banyak tentang Al-Qur’an. Selain itu ia juga banyak belajar dari Ustadz Umar Ja’far Shidiq. Dari sanalah akhirnya Astri mulai sadar bahwa masih banyak kewajiban dalam Islam yang belum ia penuhi, salah satunya adalah memakai jilbab.76 Ia belajar semua itu dengan dilandasi perintah Allah dalam surat Al-’Alaq yang berbunyi Iqra’ artinya bacalah. Pada saat ia akan melaksanakan perintah Allah tersebut, ia mendapatkan rintangan yang datang dari suaminya sendiri. Saat pertama kali mengutarakan keinginannya berjilbab, sang suami, Dariola Yusharyahya, menyela, ”Jangan dululah. Kamu sudah solehah sekali,” ucap Astri, menirukan ucapan suaminya kala itu. Selain itu sang suami juga mengatakan ”Kamu boleh pakai jilbab nanti pada umur 40 tahun. Di sinilah terjadi perang batin dalam diri Astri, antara kesetiaan pada suami dan kecintaan pada Allah yang membuat hatinya resah.77 75
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Astri_Ivo, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00. 77 Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
76
Saat itu, usianya baru 28 tahun. Butuh waktu 12 tahun lagi untuk memenuhi keinginan suami. Astri hanya bisa berdoa, berharap suaminya berubah pikiran. ”Ya Allah, suamiku adalah milik-Mu. Engkau mudah membolak-balikkan hati ciptaan-Mu. Mudahkan kami beribadah seperti yang Engkau mau.” Tapi, ia tak menyalahkan suaminya. Astri menyadari, pemahaman sang suami soal berjilbab bagi seorang Muslimah saat itu memang belum memadai. Suaminya pun sempat menanyakan kepada Astri mengapa ia harus memakai jilbab, karena di mata sang suami Astri adalah wanita yang sudah memenuhi kriteria sholehah, tapi ia mengatakan bahwa parameternya ’bukan kamu atau saya’, tetapi parameternya adalah al-Qur’an.78 Ia mencoba untuk bersabar dan berusaha menanamkan pemahaman agama kepada suaminya yaitu dengan setiap kali kembali dari aktivitas keagamaan itu, ia ceritakan kepada suaminya. Akhirnya pada tahun keenam penantiannya, ia merasa bahwa pemahaman sang suami sudah cukup, maka Astri kembali mencoba mengenakan jilbab. ”Setelah saya pakai jilbab, dia bilang, ‘Tahu begini dari dulu aja’. Kini setelah memakai pakaian Islami, aktivitas keagamaannya mulai meningkat. Ia mulai mencoba menekuni dunia dakwah dengan menjadi seorang muballigh, dengan landasan bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk berdakwah. 79 Sebenarnya ini semua telah diatur oleh Allah, dengan jalan keingintahuan masyarakat tentang apa yang melatar belakangi Astri Ivo mengenakan jilbab. Berawal dari keingintahuan itulah akhirnya pada tahun 2000 ia mulai melakukan 78
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009. http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00. 79
ceramah dengan materi tentang hijab. Seiring berjalannya waktu dan informasi yang didapat semakin banyak, ia mulai menyajikan materi tentang aqidah, taqwa, istri yang sholehah, bahkan tentang bagaimana menjadi seorang ibu yang hebat (bagaimana mempersiapkan anaknya menjadi seorang ayah/ibu), bahkan ia sering memberikan materi tentang life style yang Islami. Ia kini sudah aktif mengisi ceramah di berbagai tempat seperti: di berbagai majelis ta’lim, di kantor-kantor, di sekolah, maupun di perguruan tinggi.
4. Sebagai Penulis Karir Astri Ivo sebagai muballighah membuatnya merambah ke dunia penulisan, ia memulainya pada tahun 2006. Buku pertama yang ia tulis adalah Cantik Sepanjang Usia yang diterbitkan pada bulan September 2006 oleh Dian Rakyat, yang isinya tentang rahasia kecantikan Astri Ivo dan bagaimana merawat serta memelihara kecantikan itu agar tak lekang waktu. Selain itu ia juga ingin membagi rahasianya kepada muslimah lainnya.80 ”Kecantikan adalah anugerah Allah yang diberikan dengan bentuk fisik yang sempurna dan akal yang sehat. Mata yang indah itu akan kelihatan indah jika digunakan untuk memandang yang diperbolehkan dan diperintahkan oleh Allah, dan akan semakin indah jika menundukan pandangannya dari kemaksiatan. Begitu juga dengan bibir, bibir akan menjadi indah dan cantik apabila menggunakannya sesuai dengan perintah Allah, dengan berkata yang benar, menghindari gosip dan gunjing, saling mengingatkan akan kebaikan dan lemah lembut dalam bertutur
80
Astri Ivo, Cantik Sepanjang Usia, (Jakarta: Dian Rakyat, 2006), Cet. Ke-2.
sapa. Semua itu harus disyukuri dan dipergunakan sesuai dengan perintah Allah, karena kecantikan fisik akan terlihat cantik apabila didukung oleh kecantikan hati. Mensyukuri pemberian-Nya atas apa yang ada dalam diri kita akan membuat kita semakin cantik, karena tidak lagi stress memikirkan produk apa yang harus dikenakan, dsb. Kita juga tidak boleh menzalimi diri sendiri karena ingin tampil cantik, seperti merubah bentuk yang ada pada diri kita dengan melakukan operasi plastik, jarum suntik silikon, sedot lemak, dll. Selain itu kita harus berusaha membersihkan muka dan hati yang kotor saat menjelang tidur, serta bermunasabahlah atas anggota tubuh yang telah diperbuatnya selama seharian beraktivitas, kemudian tanyalah pada diri sendiri apakah kita telah menyampaikan hal-hal yang baik walau hanya satu ayat. Rahasia kecantikan Astri Ivo yang lainnya adalah dengan memperbanyak wudhu dan selalu berusaha untuk menjaga wudhunya dalam setiap aktivitasnya. Ia juga rajin berolahraga, karena baginya olah raga akan membuat dirinya menjadi bugar, akan lebih jernih dalam berpikir dan lebih percaya diri dalam melakukan berbagai aktivitas. Ia juga rajin melakukan puasa sunnah senin-kamis, puasa sunnah pada bulan rajab dan sya’ban, dengan puasa ia telah memberikan hak istirahat pada organ pencernaan dan juga dapat mengetuk pintu Arsy Allah. Ia juga mengatakan bahwa tidur yang cukup akan menjadikan cantik karena wajah kita akan terlilhat lebih segar dan tidak lesu. Kemudian ada beberapa hal lagi yang membuat dirinya terlihat cantik: Pertama, jangan tinggalkan salat. Kedua, tebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama. Ketiga, pandai menajaga lisan. Keempat, jadilah diri sendiri. Kelima, usahakan untuk selalu menebarkan senyum. Keenam, rajin menuntut ilmu. Ketujuh, perbanyaklah
sahabat. Kedelapan, kelola stress dengan segera menyelesaikan masalah yang ada. Kesembilan, utamakan keluarga karena keluarga adalah sumber kebahagiaan.” Buku yang kedua yang ditujukan sebagai bukti cinta kepada Sang Khaliqnya yang ia beri judul Bukti Cintaku Pada-Mu, yang diterbitkan pada Bulan Maret Tahun 2008 oleh Penerbit Mizania (PT Mizan Pustaka), yang isinya menceritakan pengalamannya saat ingin melaksanakan perintah Allah untuk memakai jilbab tetapi mendapat cobaan. 81 ”Saat mulai belajar Al-Qur’an secara tafsir dan tafhim, dengan diawali membahas surat Al-Ahzab ayat 59, yang artinya ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu mereka tak diganggu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Astri Ivo mulai merenungi dan memahami isi kandungan tersebut, yang mewajibkan seorang muslimah untuk menutup auratnya, yang kemudian menjadi ghirrah dalam dirinya untuk segera menutup aurat dan mengenakan jilbab. Tetapi niatnya tak semulus yang ia bayangkan, justru ia mendapatkan ujian saat hendak menunaikan perintah Allah tersebut. Ujian itu pun datang dari suaminya sendiri, pada awal ia mengungkapkan keinginannya, suaminya justru melarangnya tapi melihat keseriusan sang isteri maka ia meluruskan jawabannya dengan membolehkan isterinya memakai jilbab saat ia berusia 40 tahun. Ujian itu tak membuatnya patah semangat, tapi justru itu semakin meningktakan kualitas dirinya baik dari segi ilmunya maupun dari segi akhlaknya. 81
Astri Ivo, Bukti Cintaku Pada-Mu, (Bandung: Mizania, 2008), Cet. Ke-1.
Pada tahun 2000, Allah memberikannya kesempatan untuk menunaikan ibdah haji tanpa ditemani sang suami, karena Allah menginginkan agar ia mampu melaksanakan ibadah hajinya dengan khusyuk. Akhirnya ia pun dapat menjalankan ibadah hajinya dengan khusyuk tanpa halangan. Dalam setiap doa dan sujudnya ia selalu memanjatkan doa agar sang suami dibukakan pintu hatinya oleh Allah, sehingga dapat membolehkannya memakai jilbab sesuai dengan syari’at Allah. Sepulangnya dari haji, ia sudah benar-benar merasa terbiasa dengan pakaian tertutup yang dikenakannya saat menunaikan ibadah haji. Ia pun mencoba mengutarakan kembali keinginannya kepada sang suami, ternyata Allah memberikan sebuah kejutan dengan terbukanya pintu hati sang suami. Akhirnya ia pun diperbolehkan memakai jilbab pada tahun ke enam. Dengan penampilannya yang baru, ia tetap dapat berkarir tanpa ada keraguan yang menyelimuti hatinya akan rezeki Allah. Terbukti sampai sekarang ia masih tetap eksis dalam dunia entertainment yang digelutinya sejak kecil. Peran yang ia mainkan kini dapat terseleksi secara alami, ia menolak tawaran bermain film maupun sinetron apabila menurutnya tidak sesuai dengan syari’at Allah SWT, karena ia berusaha untuk selalu menjadi tuntunan bagi masyarakat bukan menjadi tontonan semata, dan hasilnya pun ia mendapatkan rezeki yang barakah bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Penampilannya yang selalu memakai kerudung tak membuatnya lupa akan hak untuk dirinya sendiri, ia tetap merawat diri dan rambut khususnya. Karena ia merasa bahwa itu adalah bagian dari rasa syukur atas apa yang ia miliki.
Menurutnya hidup di dunia adalah tempat menanam dan akhirat adalah tempat menuainya. Apabila ingin menuai kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat maka yang harus dimiliki adalah ilmu. Karena ilmu adalah bekal dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, dan sumber ilmu adalah al-Qur’an. Kini ia berusaha untuk seprofesional mungkin dalam meningkatkan ibadahnya maupun dalam menunaikan hak dirinya, hak keluarganya dan hak masyarakat. Selain itu ia juga berusaha untuk selalu mencari rahmat dan ridho Allah dalam segala aktivitasnya.
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO
A. Aktivitas Tabligh Astri Ivo Sejak berketetapan hati memakai jilbab, Astri Ivo pun mulai melakukan aktivitas barunya yaitu bertabligh. Ketertarikannya pada tabligh diawali dari kesadaran bahwa kewajiban menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada setiap muslim bukan hanya tugas seorang ustadz atau ustadzah saja, tetapi tugas semua umat Islam. Sehingga tepatnya pada tahun 2000 ia mulai mengisi ceramahceramah pada beberapa majelis ta’lim.82 Tabligh menurut Astri Ivo adalah menyampaikan informasi dari al-Qur’an dan Sunnah dalam skala yang lebih luas, dengan konsep “bagaimana agar orangorang tahu apa kewajibannya dan bagaimana mereka dapat menjalankan dalam kehidupannya sehari-hari”.
83
Bagi Astri Ivo tujuan dari tabligh adalah
menunaikan perintah Allah, dan bagaimana membuat mad’unya beribadah sesuai dengan keinginan Allah.84 Walaupun masih terbilang baru dalam dunia dakwah ternyata aktivitas tabligh Astri Ivo sudah merambah hampir ke seluruh Indonesia kecuali Indonesia Timur, bahkan hingga ke mancanegara Aucland (New Zealand) dan Hongkong. 85 Persiapan Astri Ivo pada saat akan melakukan tabligh sangat sederhana sekali, yaitu hanya dengan mempersiapkan materi yang akan ia sampaikan dengan selalu
82
Astri Ivo, Astri Ivo, 84 Astri Ivo, 85 Astri Ivo, 83
Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 10 Desember 2008. Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
Iqra' setiap hari, dan dalam melakukan aktivitas tablighnya Astri Ivo tidak pernah menemui hambatan. Hal ini terlihat pada penampilannya saat bertabligh, ia membawakan materinya sangat tenang, bicaranya lancar, dan ia juga mampu mengendalikan jamaahnya. Astri Ivo membagi aktivitas tablighnya kedalam dua bagian, yaitu: 1. Aktivitas Tabligh Asri Ivo pada Keluarga Sebelum Astri Ivo menyampaikan tabligh kepada masyarakat, maka ia terlebih dahulu menyampaikan pesan-pesan tabligh itu kepada keluarganya sendiri. Ia juga berusaha mengamalkannya dalam keluarga karena biasanya ia memberikan materi tabligh seputar masalah keluarga, baik cara menjadi istri yang sholehah maupun cara mendidik anak dengan standar al-Qur’an dan as-Sunnah. 86 Seperti: Pertama memperkenalkan anak-anak kepada Pencipta-Nya sejak dini, menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an. Kedua berdiskusi dengan anak-anak dan suaminya tentang masalah-masalah hukum-hukum agama, dan masalah keluarga. Ketiga saling mengingatkan akan kebenaran dan kesabaran sesama anggota keluarga. Astri Ivo juga mendidik dan mengasuh anak-anaknya dengan mencontohkan keluarga Rasulullah, walaupun tidak bisa sempurna seperti mereka. Ia juga berusaha untuk menjadi Ibu seperti Ibu Khodijah, yang bisa menjadi wanita karier tetapi tetap bisa menjadi istri dan Ibu yang shalihah bagi suami dan anak-anaknya.87
86 87
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
Menurut Astri Ivo mengasuh anak harus dilakukan dengan penuh cinta bukan dengan kekerasan (omelan dan makian). Ia membagi tahapan mendidik anak dalam 3 fase, yaitu: 1) Usia 0 – 7 Tahun, merupakan tahap sosialisasi, pada tahap ini ia mendidik anaknya dengan cara bermain. 2) Usia 7 – 14 tahun, merupakan tahap pembiasaan, di mana anak-anak mulai diberikan pendidikan tentang hukum-hukum dan berakhlak yang baik. 3) Usia 14 tahun ke atas, merupakan tahap peringatan, pada tahap ini ia sudah bersahabat dengan anak-anaknya dan juga ia mulai memberikan peringatan kepada anak-anaknya bila perbuatan mereka melanggar atau tidak mengikuti hukum syari’at Islam.88 Bagi Astri Ivo pendidikan anak-anak dapat berhasil bila situasi dan caranya menyenangkan. Untuk itu memilih pola pendidikan anak harus sesuai dengan minat mereka, tetapi pada saat mereka kecil yang utama adalah pendidikan agamanya. Dengan urutan, sebagai berikut: 1) Pada saat masuk Sekolah Taman Kanak-kanan (TK), pada tahapan ini, anakanak harus masuk TK Islam. 2) Pada saat masuk Sekolah Dasar (SD), pada tahapan ini anak-anak juga harus masuk Sekolah Dasar yang Islam. 3) Pada saat masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada tahapan ini anakanak sudah mulai sekolah umum tetapi harus tetap ada unsur ajaran Islamnya.
88
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
4) Pada saat masuk Sekolah Menengah Atas (SMU) hingga perguruan tinggi, pada tahapan ini anak-anak dapat memilih pendidikannya sendiri sesuai dengan minatnya masing-masing.89
Jadi mereka dapat mencari ilmu dan profesi sesuai dengan minatnya masing-masing. Tetapi Astri Ivo menekankan kepada mereka bahwa harus berdakwah dengan ilmu dan profesinya tersebut. Komunikasi yang diterapkan pada anak-anaknya pun bersifat dialogis, artinya sebagai orang tua jangan hanya berbicara saja tetapi harus mau mendengarkan keinginan mereka, sehingga walaupun orang tua memiliki otoritas tetapi jangan menyelewengkan otoritas tersebut. Kemudian ia juga menyampaikan semua informasi, baik menerangkan hukum-hukum agama maupun informasi yang lainnya yang terdapat dalam alQur’an dan as-Sunnah disesuaikan dengan umur mereka.90 Sampai saat ini Astri Ivo merasa belum dapat dikatakan sebagai Ibu yang profesional dan shalihah bagi anak-anaknya, karena dia belum menerima hasilnya. Baginnya baru dapat dikatakan ibu yang profesional seperti Ibu Khadijah adalah apabila ia sudah mendapatkan hasilnya yaitu ketika anak-anaknya menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Sedangkan suaminya Dariola Yusharyahya yang telah menikahinya 23 tahun lalu silam, ia mengatakan bahwa: “Istrinya (Astri Ivo) sudah mendekati dan bisa dibilang sebagai istri yang sholehah karena selama ini dia banyak belajar agama darinya, selain itu ibadahnya bagus, pola mendidik anaknya juga sudah cukup,
89 90
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.
mengurus suaminya juga sudah baik dan pintar membagi waktu. Yang kesemuanya itu ia standardkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah.”91 Begitu juga dengan anaknya, menurut Adrio Faresi yang merupakan anak kedua, ia mengatakan bahwa: “Astri Ivo sudah bisa dibilang sebagai Ibu yang profesional untuk anak-anaknya, karena menurut mereka “mamah” cara mendidiknya sudah tepat, contonya pada waktu siang hari setelah sekolah mereka boleh bermain dan pada malam hari mereka harus belajar.”92
2. Aktivitas Tabligh Astri Ivo pada Masyarakat Setelah Astri Ivo mengamalkan dan menyampaikan pesan-pesan tabligh kepada keluarganya, kini ia mulai melakukan aktivitas tablighnya kepada masyarakat. Walaupun pada awal tablighnya hanya memberikan materi tentang perubahan penampilan yang ada pada dirinya khususnya tentang hijab, tetapi seiring berjalannya waktu materi yang disampaikan sudah semakin meluas dan semakin berkualitas, seperti aqidah, taqwa, istri sholehah, menjadi ibu hebat dan profesional (cara mendidik dan mengasuh anak-anak sesuai standard al-Qur’an dan as-Sunnah),serta life style atau gaya hidup yang Islami. 93 Karena pada zaman sekarang, banyak orang Islam tetapi gaya hidupnya tidak Islami, dalam arti banyak orang Islam melakukan ibadah hanya yang ritual saja, tetapi kewajiban yang lain ditinggalkan. Seperti: seorang perempuan yang mengaku bahwa dirinya beragama Islam, ia melakukan salat tetapi ia masih meninggalkan kewajibannya yang lain yaitu perintah untuk menutup auratnya masih enggan mengerjakannya.
91
Dariola Yusharyahya, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Selasa 24 Februari
92
Adrio Faresi, Wawancara Pribadi Via Telepon, Kamis 22 Januari 2009. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 10 Desember 2008.
2009. 93
Astri Ivo berusaha meningkatkan tablighnya dengan cara belajar dan selalu membaca buku-buku yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam. Karena ia selalu berpegang teguh pada ayat Allah dalam al-Qur’an surat Al-A’laq ayat 1 yang berbunyi Iqra’ artinya “bacalah”. Menurutnya ayat tersebut menjelaskan bahwa umat Islam diwajibkan untuk selalu membaca. Dalam menyampaikan pesan tablighnya Astri Ivo selalu berusaha untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh jamaahnya. Sehingga mereka mau mendengarkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 94 Dalam melakukan aktivitas tablighnya, Astri Ivo tidak memiliki jamaah tetap, dan bisa disebut sebagai “ustadzah undangan”. Ia lebih suka memiliki banyak mad’u daripada memiliki satu jamaah, karena dengan begitu ia tidak pernah merasa lebih hebat dari jamaahya. Bahkan ia selalu berfikir bahwa ada salah satu di antara jamaahnya memiliki ilmu yang lebih darinya. Oleh karena itu dengan banyak jamaah yang didatanginya, banyak pula pelajaran yang dapat diambil dari mereka. Sehingga kriteria mad’u yang ia miliki dilihat dari berbagai segi yaitu: 1. Segi Usia (6 tahun-60 tahun) 2. Segi jenis kelamin (Laki-laki dan Perempuan) 3. Segi pendidikan (SD-S3) 4. Segi pekerjaan (Pelajar, Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga, Wanita Karier, Artis, dan Karyawan Swasta).95
94 95
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 10 Desember 2008. Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.
Astri Ivo dalam bertabligh menggunakan ketiga metode yang ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125, yaitu: 1. Al-Hikmah Dalam melakukan tabligh bil-lisannya, Astri Ivo selalu menggunakan metode Al-Hikmah, karena inti dari tabligh yang dilakukannya adalah bagaimana ia dapat menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Contohnya: dalam menyampaikan materi tentang hijab, ia menjelaskan bahwa perintah berjilbab merupakan kewajiban setiap muslimah yang telah tertuang dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 59, dan juga ia menjelaskan dengan argumennya yang logis bahwa fungsi jilbab selain sebagai identitas sebagai seorang muslimah, ternyata dilihat dari segi medis dapat melindungi kulit karena pada dasarnya zat melamin yang ada dalam kulit perempuan lebih tipis dibandingkan dengan laki-laki. 2. Mau’idzah hasanah Astri Ivo juga menggunakan metode ini dalam tablighnya, karena ia selalu memasukkan unsur-unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira dan peringatan serta pesan-pesan positif kepada jamaahya dengan perkataan yang lemah lembut, agar apa yang disampaikannya bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehingga mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Contohnya: dalam menyampaikan materi hijab juga, ia memberikan peringatan tentang konsekuensi yang diterima kepada jamaahnya apabila tidak
mau menunaikan perintah tersebut, tetapi ia menyampaikannya dengan perkataan yang lemah lembut. 3. Mujadalah bi-al-Lati Hiya Ahsan Metode ini merupakan metode perdebatan, sehingga ia menggunakan metode ini dalam seminar, diskusi dan kajian Jum’at. Biasanya materi yang diperdebatkan adalah tentang keluarga dan gaya hidup yang Islami.96 Kemajuan tekhnologi membuat media yang ia gunakan dalam bertabligh semakin berkembang, yaitu dengan: 1. Media Cetak Selain buku, ternyata ceramahnya juga pernah beberapa kali dimuat di koran harian Republika, khususnya “Kajian Jum’at”. Hal itu sangat ia manfaatkan untuk bertabligh. 2. Media Audio Visual Media audio visual yang ia gunakan adalah televisi, radio dan internet. Tabligh melalui televisi yang dilakukannya adalah dengan cara bermain sinetron dan bermain film layar lebar, serta presenter. Biasanya Astri Ivo memilih peran dalam sinetron maupun film yang akan diperankannya haruslah sesuai dengan kriteria yang telah ia tetapkan, seperti: pertama adegan harus menjunjung tinggi nilai-nilai Islami, kedua selama melakukan adegan tidak membatalkan wudhunya, dan ketiga adegan yang ia perankan harus mendidik serta dapat menjadi tuntunan bagi masyarakat. Dengan adanya kriteria seperti itu, seringkali Astri Ivo menolak para produser yang ingin mengajaknya
96
Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon,, Sabtu 21 Februari 2009.
bermain dalam sinetron tersebut. Selain itu ia juga masih tetap aktif menjadi presenter dalam acara-acara tertentu di berbagai stasiun televisi. Selain melalui televisi, ia juga memanfaatkan radio sebagai media tablighnya, yaitu dengan mengisi acara-acara ramadhan, Hari-hari besar Agama Islam. ia ternyata tidak hanya mengisi di radio Jakarta, tetapi di daerah Bandung juga. Media elektronik yang terakhir ia gunakan adalah internet. Dengan cara menggunakan facebook, yaitu media yang menampung pendapat dan keluhan isi hati jamaahnya. Biasanya orang yang sedang bermasalah dengan keluarga, pekerjaan, maupun hal-hal lainnya yang berkaitan dengan agama Islam. Ia mencoba memberikan solusi terbaik yang dilandaskan pada al-Qur’an dan as-Sunnah untuk jamaahnya.97
B. Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo Toto Tasmara membagi kategori muballigh menjadi dua, yang pertama muballigh secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang mukallaf (dewasa), dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam. Yang kedua, muballigh secara khusus adalah seseorang yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.98 Astri Ivo bisa dikatakan sebagai muballigh secara umum, karena ia merasa bahwa dirinya adalah seorang muslimat yang mukallaf (dewasa) sehingga ia memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam. Kemudian untuk
97 98
Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 10 Desember 2008. Toto Tasmara, Komnikasi Dakwah, h. 41.
meningkatkan kualitas tablighnya ia terus mendalami ilmu agama dengan mengikuti Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA) selama dua tahun, dan mempelajari al-Qur’an dan Hadits. Penulis sepakat bahwa kini Astri Ivo sudah dapat disebut sebagai seorang muballigh karena ia telah memenuhi persyaratan menjadi seorang muballigh, yaitu pertama, aqidah yang kuat sudah tertanam dalam dirinya dan ia aplikasikan lewat lisan, sikap, dan perbuatannya. Kedua, selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik ibadah yang fardhu maupun ibadah yang sunnat. Ketiga, memiliki akhlakul karimah seperti sabar, syukur, dermawan, dan lain-lain. Keempat, memiliki pengetahuan agama yang luas. Kelima, memiliki kemampuan dan kefasihan dalam berbicara. Keenam, memiliki fisik yang sehat dan kuat. Ketujuh, Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berjuang di jalan Allah SWT dan dalam menegakkan kebenaran. Menurut penulis Astri Ivo dalam melakukan aktivitas tablighnya, ia menggunakan tiga pendekatan yang ada dalam tabligh, yaitu: 1. Tabligh bil-lisan Yaitu tabligh yang dilakukan dengan cara menggunakan lisannya, seperti: ceramah, ta’lim, seminar, dan diskusi. Dalam ceramah, seminar dan diskusinya, ia sering menyampaikan materi tentang keluarga dan gaya hidup yang Islami. 2. Tabligh bil-kitabah Yaitu tabligh yang dilakukan dengan cara menulis, seperti: menulis buku. Hingga kini ia telah menulis dua buku, yaitu buku Cantik Sepanjang Usia dan Bukti Cintaku Pada-Mu.
3. Tabligh bil-amal Yaitu tabligh yang dilakukan dengan perbuatannya, seperti: penampilannya yang selalu menggunakan jilbab, dan dalam perilaku sehari-harinya ia berusaha untuk mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan apa yang dikatakannya saat bertabligh. Penulis melihat bahwa aktivitas tabligh Astri Ivo ternyata sudah mampu merangkul semua kalangan, hal ini terlihat dari karakteristik jamaahnya. Yang terdiri dari semua golongan, yaitu dari segi kelamin (laki-laki dan perempuan), segi pekerjaan (pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, wanita karir, artis, karyawan), segi pendidikan (SD-S3), dan segi usia (6-60 tahun). Sedangkan ketiga metode yang digunakan oleh Astri Ivo, penulis sepakat bahwa ketiga metode tersebut sangat baik digunakan karena dapat membantu keberhasilan dalam ceramahnya. Seperti metode al-hikmah, ia dalam ceramahnya tentang hijab menjelaskan bahwa hijab merupakan perintah Allah yang termaktub dalam surat al-Ahzab ayat 59, dengan memberikan argumen yang jelas dan logis kepada jamaahnya bahwa jika dilihat dari segi medis, memakai hijab dapat melindungi kulit para perempuan dari sinar matahari karena pada dasarnya zat melamin dalam kulit perempuan lebih tipis dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga para jamaahnya dapat mencerna materi ceramahnya dengan baik karena Astri Ivo memberikan contoh yang logis kepada mereka. Kemudian dengan metode mau’idzah hasanah, dalam ceramahnya tentang hijab, ia memberikan nasehat dan peringatan kepada jamaahnya yang perempuan dengan perkataan yang lemah lembut bahwa hijab merupakan identitas seorang muslimah, agar tidak diganggu oleh laki-laki, dan juga menutup aurat merupakan
sebuah kewajiban bagi muslimah, yang apabila ditinggalkan mendapatkan dosa. Sedangkan dengan metode mujadalah billati hiya ahsan, ia menggunakannya saat dalam seminar maupun diskusi, dan materi yang diperdebatkan adalah tentang keluarga dan gaya hidup yang Islami. Mengenai media yang digunakan Astri Ivo dalam bertabligh yaitu media cetak dengan menulis buku maupun beberapa ceramahnya yang pernah dimuat oleh koran harian Republika. Penulis sepakat dengan penggunaan media cetak tersebut, karena hal itu dapat menggantikan posisinya apabila ada masyarakat yang ingin melihat maupun mendengar ceramahnya tetapi tidak sempat hadir dalam kegiatan tablighnya. Begitu juga dengan penggunaan media audio visualnya dengan media televisi, radio dan internet. Penulis juga sepakat dengan penggunaan media televisi, karena masyarakat Indonesia memliki kecenderungan sebagai penonton yang heavy viewer (penonton yang melihat televisi setiap hari dan menontonnya tidak terbatas dengan waktu), sehingga tabligh yang disampaikan lewat film yang diperankan maupun menjadi presenter dan icon sebuah produk Islami dapat menjangkau masyarakat luas. Menurut penulis, penggunaan media radio juga dapat menunjang keberhasilan aktivitas tabligh Astri Ivo karena radio dapat didengar dimanapun dan kapanpun. Selain itu penulis juga sepakat dengan media internet yang digunakan, karena internet mampu menjangkau masyarakat dengan cakupan yang lebih luas bisa ke berbagai belahan dunia, dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk media mengeluarkan keluhan-keluhan atas masalah yang dihadapi oleh para jamaahnya, yang kemudian oleh Astri Ivo diberikan saran dan solusi untuk
mereka. Walaupun masih ada kendala seperti susahnya mengakses internet itu sendiri. Tabligh yang dilakukan Astri Ivo dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik karena ia mampu mengkomunikasikan pesan-pesan Islam kedalam hati para jamaahnya. Ada beberapa jamaah yang mengubah penampilannya menjadi lebih sopan dan Islami setelah mendengarkan ia ceramah, dan tak jarang solusi-solusi yang diberikan kepada jamaahnya digunakan oleh mereka, yang solusi tersebut membawa mereka kepada perubahan yang lebih baik. Penulis juga sepakat bahwa aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo sudah dapat dikatakan selaras dan sesuai dengan konsep tabligh menurut Asep Muhidin dalam bukunya yang mengatakan bahwa ”Tabligh dilakukan dalam rangka pencerdasan dan pencerahan masyarakat melalui kegiatan pokok: sosialisasi,
internalisasi
dan
eksternalisasi
nilai
ajaran
Islam,
dengan
menggunakan sarana mimbar dan media massa (cetak dan audio visual).” Karena aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo merupakan kegiatan pencerdasan dan pencerahan masyarakat dengan cara mensosialisasikan, menginternalisasikan dan mengeksternalisasikan nilai ajaran Islam dengan menggunakan sarana mimbar maupun media massa (cetak dan audio visual). Contohnya:
materi
tentang
hijab,
dalam
ceramahnya
ia
berusaha
mensosialisasikan penggunaan jilbab kepada muslimah dengan menginformasikan bahwa jilbab merupakan kewajiban dan juga memberikan penjelasan tentang manfaat dari jilbab itu sendiri. Ia melakukanny dengan sarana mimbar dan juga media massa (cetak dan audio visual).
Menurut hemat penulis, ilmu lain yang mendukung keberhasilan tabligh Astri Ivo adalah retorika. Dalam setiap ceramahnya, Astri Ivo, menggunakan retorika dengan baik, sehingga banyak masyarakat yang tertarik dan merasa senang mendengarkan ceramah ia. Dengan retorikanya juga ia sudah mampu mempengaruhi jamaahnya. Walaupun aktivitas tabligh Astri Ivo sudah bisa dibilang berjalan dengan baik, tetapi penulis melihat bahwa dalam ceramahnya masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, seperti penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits sangat sedikit, dan pemakaian bahasa gaul seperti “gue gitu lo” terlalu memaksakan sehingga tidak enak didengar.
C. Tanggapan Jamaah Terhadap Tabligh Astri Ivo Aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo mendapatkan tanggapan dari beberapa jamaahnya, di antaranya tentang: 1. Penampilan Astri Ivo adalah sosok artis yang telah terkenal sejak kecil, ia mampu menjaga eksistensi dirinya dalam dunia hiburan sehingga sampai saat ini pun ia masih tetap menghiasi layar kaca. Penampilannya selalu mengikuti mode yang sedang trend, karena menjaga penampilan bagi seorang artis adalah sangat penting. Tetapi setelah ia merasa terpanggil dan menyadari bahwa tugas menyampaikan ajaran Islam bukan hanya tugas ustadz atau ustadzah saja melainkan tugas seorang muslim, maka ia merubah penampilannya menjadi lebih Islami. Astri Ivo mencoba mengamalkan apa yang diperintahkan Allah kepada
muslimah, bahwa penampilan seorang muslimah haruslah menutup aurat yang batasanya sudah distandardkan pada al-Qur’an dan Hadits. Kini Astri Ivo lebih percaya diri dengan penampilan barunya, selain itu ia juga lebih mantap dengan aktivitas tablighnya, dan hal itu tidak membuatnya redup didunia hiburan. Justru profesi tersebut ia manfaatkan untuk aktivitas tablighnya, karena penampilan seorang artis akan menjadi trenstter bagi masyarakat.
Penampilannya sekarang mendapatkan tanggapan dari salah satu jamaahnya, yaitu Jessi seorang karyawati swasta, ia mengatakan bahwa penampilannya sudah Islami.99 Islami di sini maksudnya penampilannya sudah sesuai dengan syar’i yang distandardkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Yakni tidak memperlihatkan aurat dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh perempuan.
2. Materi Astri Ivo sebelum menyampaikan materi dalam ceramahnya, ia mencoba untuk merefleksikan pada dirinya sendiri apakah ia sudah mengamalkannya atau belum, jika sudah merasa mengamalkan maka ia akan berceramah dengan materi tersebut, tetapi apabila belum mengamalkan maka ia mencoba mencari materi lain yang disesuaikan dengan tema. Ia juga dalam menyampaikan materi selalu bersumber pada al-Qur’an dan Hadits.
99
Hasil wawancara dengan Ibu Jesi (28 th), 08 Agustus 2008 di Wisma Bakrie pada acara pengajian Jum’at dengan tema “Wanita bekerja dalam pandangan Islam”.
Selain itu Astri Ivo juga pandai dalam memadukan materi dengan contoh real yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga para jamaahnya dapat mencerna materi yang disampaikannya dengan mudah, dan pada akhirnya ceramah yang disampaikan oleh Astri Ivo dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik. Seperti apa yang dikatakan oleh Wahyu seorang pelajar SMA Islam Terpadu Nurrohman kelas 1 dalam sebuah seminar tentang bahaya narkoba dan free sex, ia mengatakan bahwa Astri Ivo dapat mengkombinasikan tema dengan ajaran-ajaran Islam. Sehingga ia dapat mengetahui tentang bahaya narkoba dan free sex
dalam kacamata agama, dan ia juga merasa bahwa materi yang
disampaikan dapat mengena kedalam hatinya karena dapat membinanya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.100
3. Media Keberhasilan tabligh Astri Ivo juga didukung oleh penggunaan media. Ia menggunakan media cetak dengan menulis buku, yaitu Cantik Sepanjang Usia dan Bukti Cintaku Pada-Mu. Dalam kedua bukunya itu ia ingin membagi pengalamannya kepada muslimah, sehingga dengan membaca kedua buku itu diharapkan para muslimah mau memperbaiki dirinya menjadi lebih baik. Kedua buku tersebut ternyata mendapat sambutan baik dari beberapa jamaahnya, yaitu Meylia (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Kimia) dan Nanda (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
100
Hasil wawancara dengan Wahyu (12 th), 22 Desember 2008 di Balaikota Depok pada acara Seminar “Remaja Sehat Tanpa Rokok dan Narkoba”.
Islam). Mereka telah membaca buku yang dtulis Astri Ivo, mengatakan bahwa buku tersebut sangat menarik untuk dibaca karena gaya bahasanya sangat mudah dipahami, dan menggunakan bahasa sehari-hari. Nanda juga mengatakan bahwa buku Cantik Sepanjang Usia, membuatnya terinspirasi untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya.101 Sedangkan Meylia dapat mengambil hikmah dari buku Astri Ivo yang berjudul Bukti Cintaku Pada-Mu, ia mengatakan bahwa seorang muslimah haruslah dapat menunaikan semua haknya, baik hak untuk Allah, diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.102 Selain menggunakan media cetak, ia juga menggunakan media elektronik (Film/sinetron) dalam tablighnya. Salah satu sinetron yang ia perankan adalah hamba-hamba Allah, ia dalam sinetron tersebut bermain menjadi ibu dari keluarga yang miskin tetapi selalu mensyukuri keadaanya. Dalam sinetronnya ia mencoba memberikan pesan tabligh kepada jamaahnya bahwa dalam keadaan apapun kita harus mensyukurinya, dan ternyata pesan tabligh dalam sinetron hamba-hamba Allah cukup efektif bagi jamaahnya. Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Erna seorang mahasiswi dari Trisakti Jurusan Teknik Lingkungan. Ia mengatakan bahwa peran yang dimainkan
dalam
sinetron
hamba-hamba
Allah
cukup
Islami,
karena
menggambarkan cerminan isteri yang sholehah dan ibu yang bijaksana. Sehingga
101 Hasil wawancara dengan Nanda (22 th), 25 Februari 2009 di Fakultas Dakwah dan Komuniikasi Kampus UIN Syarif Hidayatullah. 102 Hasil wawancara dengan Meylia (22 th), 2 Maret 2009 di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ia dapat mengetahui cara bagaimana menjadi seorang isteri yang sholehah dan menjadi ibu yang bijaksana.103
4. Metode Astri Ivo dalam melakukan tablighnya menggunakan ketiga metode yang ada dalam al-Qur’an, yaitu metode hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah bi lati hiya ahsan. Karena dalam ceramahnya, ia menjelaskan doktrin-doktrin agama Islam yang tertuang dalam al-Qur’an (metode hikmah). Ia juga lemah lembut dalam bertutur kata dan memberikan unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, yang kesemuanya itu bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (metode mau’idzah hasanah). Selain itu ia juga sering melakukan perdebatan dengan bahasa yang baik dalam sebuah seminar (metode mujadalah bi-al-lati hiya ahsan). Hal itu senada dengan apa yang diungkapkan oleh Jessi yang pernah mendengarkan ceramah Astri Ivo, ia mengatakan bahwa Astri Ivo memakai tiga metode tersebut. Metode hikmah, ia sampaikan melalui penjelasan ayat-ayat Allah dan makna kandungannya. Metode mau’idzah hasanah yaitu ceramahnya memberikan bimbingan dan mengajak muslimah untuk menjadi lebih baik dengan tutur kata yang lemah lembut. Ia juga menggunakan metode mujadalah bi-al-lati hiya ahsan dalam ceramahnya karena ia membuka sesi tanya jawab kepada jamaahnya.104
103 Hasil wawancara dengan Erna (22 th), 7 januari 2009 di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 104 Hasil wawancara dengan Ibu Jesi (28 th), 08 Agustus 2008 di Wisma Bakrie pada acara pengajian Jum’at dengan tema “Wanita bekerja dalam pandangan Islam”.
BAB V PENUTUP
Berdasarkan pembahasan dan hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bab ini akan disampaikan kesimpulan dan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian skripsi ini. Selanjutanya penulis juga mengajukan saran-saran. A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi ini terdiri dari 2 butir yang merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab pendahuluan, yaitu: 1. Astri Ivo membagi aktivitas tablighnya kedalam dua bagian, yang pertama adalah keluarganya, karena materi yang biasa ia sampaikan adalah seputar tentang keluarga, baik cara menjadi istri yang sholehah, cara mendidik anak-anaknya yang kesemuanya disesuaikan dengan al-Qur’an dan Hadits. Yang kedua adalah masyarakat, karena setelah ia mengaplikasikan dalam keluarganya,
maka
kemudian
ia
sampaikan
kepada
masyarakat.
Keberhasilan aktivitas tablighnya juga tidak luput dari media dan metode yang ia gunakan. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas tablighnya sudah berjalan dengan baik. 2. Aktivitas tablighnya ternyata mendapat sambutan yang baik dari para jamaahnya, dan memberikan komentar yang beragam baik dari segi penampilan, materi, gaya bahasa dan media, serta metode yang
digunakannya dalam bertabligh. Hal itu sesuai dengan data yang diperoleh dari lima orang jamaah yang penulis wawancarai. Mereka mengatakan bahwa ceramah yang disampaikan Astri Ivo sudah baik dan mengena dihati jamaahnya. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas tabligh Astri Ivo sudah dapat diterima oleh beberapa jamaahnya.
B. Saran-saran Setelah penulis menyimpulkan aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo, maka penulis memberikan beberapa saran yang ditujukan kepada Astri Ivo. Semoga saran-saran yang diberikan dapat bermanfaat bagi pengembangan tabligh Astri Ivo, yaitu sebagai berikut: 1. Sebaiknya materi yang disampaik dapat dikembangkan, agar isi ceramahnya lebih variatif dan innovatif, dan juga penggunaan kutipan alQur’an dan Hadits lebih diperbanyak agar dapat memperkuat materi ceramahnya. Sehingga para jamaah dapat menerima informasi dan wawasan yang luas setelah mendengarkan ceramah. 2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar lebih meneliti kepada respon jamaahnya secara keseluruhan dengan menggunakan metode kuantitatif, sehingga dapat digambarkan secara umum apakah ceramah yang disampaikan Astri Ivo sudah cukup efektif atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: PLP2M, 1985, cet. Ke-2. Alawiyah AS, Tutty, Strategi Dakwah dilingkungan Majelis Taklim, Bandung: Miazan, 1997. Alam, Dt. Tombak, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, cet. Ke-2. Ali, Atabik dan Muhdhlor, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Jogjakarta: Yayasan Pondok Pesantren, 1997, Cet. Ke-1. Amin, Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2002, cet. Ke-2. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Edisi Revisi V. Bachtiar, Wardi, Metodolologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005. Bin Ali Al-Qahthani, Said, Dakwah Islam dakwah Bijak, Jakarta, Gema Insani Press, 1994, cet. Ke-1. Bin Ismail al-Bukhari Abi Abdillah Muhammad, Kitab Shahih Bukhari, Kairo: Darul Fikr, 2006, cet. Ke-6, Jus II, hadits ke 3461. al-Barry, M. Dahlan dan A. Partanto, Pius, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Cangara, Havled, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, cet. Ke-2. ---------------------------------, Dinamika komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992.
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1994 cet. Ke-4, jilid 5. Faizah dan Muchsin Effendi, lalu, Psikologi dakwah, Jakarta: Prenada AMedia, 2006. Ghozali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997, cet. Ke-1. G. Bobbins, James dan S. Jones, Barbara, Alih Bahasa R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin dan Pejabat dan Usahawan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006. Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, cet. Ke-1. Hasanudin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Hidayati, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Ismail Al-Bukhari, Abi Abdillah Bin, Kitab Shahih Bukhari, Kairo: Darul Fikri,2006, Cet. Ke-6, Jus II Kitab Al-Haditsul Anbiya, bab Madzkirah, hadits ke-3461. Ivo, Astrie, Bukti Cintaku Pada-Mu, Bandung: Mizania, 2008, Cet. Ke-1. -------------, Cantik Sepanjang Usia, Jakarta: Dian Rakyat, 2006, cet. Ke-2. Kashiko, Tim, Kamus Munir (Arab-Indonesia), Surabaya: Kashiko, 2000, Cet. Ke-1. al-Khusairy, Abu Husein Muslim Al-Hajjaj, Kitab Shahih Muslim, Beirut: Darul Fikr, 1993, Jus 1, Hadits ke-78. Kusnawan, Aep, et. al, Komunikasi dan Penyiaran Islam Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, Bandung: Benang Merah Press, 2004, cet. Ke-1. Ma’luf, Louis, Munjid (Fi Al-Lughat Wa al’alam), Beirut: Daar Al-Basyar,1996. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, Cet. Ke-23. Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam Kajian Kritis terhadap Metode Dakwah Rasulullah Jilid Satu, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Mahmud, Ali Abdul Halim, Jalan Dakwah Muslimah, Solo; Era Intermedia, 2007, cet. Ke-1. Moede, Nogarsyah, Buku Pintar Dakwah, Jakarta: Inti Media & Ladang Pustaka. Muhidin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Muhyidin, Asep, dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. Natsir, M., Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 cet. Ke1. Mahmud, Ali Abdul Halim Jalan Dakwah Muslimah, Solo; Era Intermedia, 2007, cet. Ke-1. al-Qardhawi, Yusuf, Retorika Islam, Jakarta: Khalifa, 2004. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al- Mishbah Pesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 2, Tangerang: Lentera Hati, 2005, cet. Ke-4. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al- Mishbah Pesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 3, Tangerang: Lentera Hati, 2005, cet. Ke-4. ------------------------, Tafsir Al- Mishbah Pesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.9, Tangerang: Lentera Hati, 2005, cet. Ke-4. Suhaimi, dan Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet. Ke-1. Suparta, Munzier & Hefni, Harjani, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006, cet. Ke-2. Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas. Takariawan, Cahyadi, Prinsip-Prinsip Dakawah Yang Tegar di Jalan Allah, Yogyakarta: Izzah Pustaka, 2005, cet. Ke-4. Tasmara, Toto, Komnikasi Dakwah, Jakarta: Gaya media Pratama, 1997. Alam, Dt. Tombak, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, cet. Ke-2. Ya’qub, Hamzah, Publisistik Islam Teknik Da’wah & Leadership, Bandung: CV Diponegoro, 1981.
http://id.wikipedia.org/wiki/Astri_Ivo http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/ http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=125443 http://id.wikipedia.org/wiki/Ratih_Sanggarwati#Kehidupan_Pribadi http://adeqshah.multiply.com/journal/item/61
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kapan tepatnya Ibu melakukan aktivitas tabligh? 2. Apa yang membuat Ibu tertarik dalam dunia dakwah? 3. Apa definisi tabligh menurut Ibu? 4. Apa tujuan tabligh yang Ibu lakukan? 5. Bagaimana bentuk tabligh yang Ibu lakukan? 6. Daerah mana saja yang sudah pernah dikunjungi untuk bertabligh? 7. Persiapan apa saja yang Ibu lakukan sebelum bertabligh? 8. Metode apa saja yang Ibu gunakan dalam bertabligh? 9. Media apa saja yang Ibu gunakan dalam bertabligh? 10. Bagaimana karakteristik mad’unya?
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Hj. Astri Ivo
Hari / Tanggal : Kamis, 30 Juli 2008 Waktu
: 11.00 WIB
Tempat
: Rumah Astri Ivo
1. T: Kapan tepatnya Ibu mulai melakukan aktivitas tablighnya? J: Saya mulai melakukan aktivitas tabligh, pada tahun 2000 setelah kurang lebih tiga tahun saya memiliki penampilan baru yang lebih Islami. 2. T: Apa yang membuat Ibu tertarik dalam dunia dakwah? J: Yang membuat saya tertarik dalam dunia dakwah sebenarnya berawal dari kesadaran bahwa dakwah bukan hanya tugas seorang ustadz atau ustdzah saja, dakwah merupakan kewajiban semua umat manusia, dan antusiasme masyarakat yang begitu besar akan perubahan penampilan yang terjadi pada diri saya, sehingga saya mulai mencoba menggeluti dunia dakwah. 3. T: Apa yang dimaksud dengan antusiasme pada kalimat diatas? J: Antusiasme disini maksudnya bahwa masyarakat kebanyakan mengenal saya sebagai seorang artis yang tidak berjilbab tetapi tiba-tiba penampilan saya menutup aurat dan berjilbab. 4. T: Apa definisi tabligh menurut Ibu? J: Tabligh adalah menyampaikan menyampaikan informasi dari Al-Qur’an dan Sunnah dalam skala yang lebih luas, dengan konsep “bagaimana agar
orang-orang tahu apa kewajibannya dan bagaimana mereka dapat menjalankan dalam kehidupannya sehari-hari. 5. T: Apa tujuan dari tabligh yang Ibu lakukan? J: Tujuan dari tabligh yang saya lakukan adalah menunaikan perintah Allah, dan bagaimana membuat mad’unya beribadah sesuai dengan keinginan Allah. 6. T: Bagaimana bentuk tabligh yang Ibu lakukan? J: Saya melakukan tabligh dengan ketiga bentuk yang ada dalam tabligh, yaitu dengan tabligh bil-lisan, bil-qalam, dan bil-hal. Tabligh bil-lisan yang saya lakukan adalah dengan mengisi ceramah di berbagai tempat. Tabligh bil-qalam yang saya lakukan adalah dengan menulis buku yang ditujukan kepada jamaah yang tidak dapat bertemu dengan saya, dan tabligh bil-hal yang saya lakukan adalah tetap istiqamah pada penampilan saya, bermain film dengan peran-peran Islami, menjadi presenter pada acara siraman ruhani di berbagai stasiun televisi. 7. T: Daerah mana saja yang sudah pernah dikunjungi untuk bertabligh? J: Saya melakukan tabligh ke berbagai daerah di Indonesia kecuali Indonesia Timur, bahkan saya pernah melakukan tabligh ke mancanegara yaitu Hongkong, New Zealand, dan Auckland. 8. T: Persiapan apa saja yang Ibu lakukan sebelum bertabligh? J: Persiapan yang saya lakukan sangat simple, saya hanya berusaha untuk selalu Iqra’ setiap hari, karena perintah Allah yang pertama adalah Iqra’.
9. T: Metode apa saja yang Ibu gunakan dalam bertabligh? J: Saya dalam bertabligh menggunakan tiga metode yang ada dalam AlQur’an yaitu dengan bil-hikmah, karena inti dari tabligh adalah menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Contohnya: dalam menyampaikan materi tentang hijab, saya menjelaskan bahwa perintah berjilbab merupakan kewajiban setiap muslimah yang telah tertuang dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 59, dan saya juga menjelaskan dengan argumennya yang logis bahwa fungsi jilbab selain sebagai identitas sebagai seorang muslimah, ternyata dilihat dari segi medis dapat melindungi kulit karena pada dasarnya zat melamin yang ada dalam kulit perempuan lebih tipis dibandingkan dengan laki-laki. Dengan Mau’idzah Hasanah saya selalu memasukkan unsur-unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira dan peringatan serta pesan-pesan positif kepada mad’unya dengan perkataan yang lemah lembut, agar apa yang disampaikannya bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehingga mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Contohnya: dalam menyampaikan materi hijab juga, saya memberikan peringatan tentang konsekuensi yang diterima kepada jamaahnya apabila tidak mau menunaikan perintah tersebut, tetapi ia menyampaikannya dengan perkataan yang lemah lembut.
Dengan Mujadalah Bi-Al-lati Hiya Ahsan, metode ini saya gunakan pada saat dalam seminar, diskusi dan kajian jum’at. Biasanya materi yang diperdebatkan adalah tentang keluarga dan gaya hidup yang Islami. 10. T: Gaya hidup Islami seperti apa yang Ibu maksud? J: Gaya hidup Islami yang saya maksud adalah bahwa banyak orang Islam yang hanya melakukan ibadah-ibadah ritualnya saja seperti salat, tetapi kewajiban yang lainnya ditinggalkan. Seperti: seorang perempuan yang mengaku bahwa dirinya beragama Islam, ia melakukan salat tetapi ia masih meninggalkan kewajibannya yang lain yaitu perintah untuk menutup
auratnya
dan
menggunakan
jilbab
masih
enggan
mengerjakannya. 11. T: Media apa yang Ibu gunakan dalam bertabligh? J: Saya memanfaatkan media yang ada yaitu Media Cetak dan Media Elektronik, melalui media cetak saya membuat buku dengan tujuan agar jamaah yang tidak dapat bertemu dengan saya maka ia dapat membaca tulisan saya. Selain itu ceramah saya beberapa kali pernah dimuat di Koran Harian Republika. Saya juga menggunakan media elektronik baik televisi, radio maupun internet. Melalui televisi dengan cara bermain sinetron dan bermain film layar lebar (dengan peran-peran yang Islami), serta presenter. Melalui radio, dengan cara mengisi acara-acara ramadhan, Hari-hari besar Agama Islam, di radio Jakarta dan Bandung. Melalui Internet dengan cara menggunakan facebook, yaitu media yang menampung pendapat dan keluhan isi hati jama’ahnya. Biasanya orang yang sedang bermasalah
dengan keluarga, pekerjaan, maupun hal-hal lainnya yang berkaitan dengan agama Islam. 12. T: Bagaimana karakteristik mad’unya? J: Karakteristik mad’u saat saya bertabligh adalah dari semua golongan, baik dari segi umur (6 sampai 60 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) maupun dari segi pekerjaan (Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Mahasiswa, Wanita Karier, Artis, dan Karyawan Swasta dan pendidikan) dan segi pendidikan (SD-S3).
Mengetahui, Narasumber
Pewawancara
Hj. Astri Ivo
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Dariola Yusharyahya
Hari / Tanggal : Selasa, 24 Februari 2009 Waktu
: 11.00 WIB
Tempat
: Rumah Astri Ivo
1. T: Bagaimana pendapat anda tentang Astri Ivo yang merupakan istri anda? J: Menurut saya, Astri Ivo sudah bisa dibilang mendekati sebagai seorang isteri yang sholehah. 2. T: Mengapa anda bilang Astri Ivo sudah mendekati kategori isteri sholehah? J: Karena Astri Ivo ibadahnya sudah bagus, dalam mengurus suami dan pola mendidik anaknya sudah baik, serta pintar dalam membagi waktu, yang kesemuanya ia standardkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah. 3. T: Apa maksud anda pintar membagi waktu? J: Maksudnya ia bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga.
Mengetahui, Narasumber
Pewawancara
Hj. Astri Ivo
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Jessi Agita
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Umur
: 29 tahun
Hari / Tanggal : Jum’at, 08 Agustus 2008 Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
: Wisma Bakrie
1. T: Menurut anda bagaimana sosok Astri Ivo? J: Menurut saya sosok Astri Ivo adalah seorang artis cantik yang kini menjadi penyiar agama. 2. T: Apakah anda suka dengan ceramah yang beliau sampaikan? J: Ya, saya sangat suka dengan ceramah yang disampaikan oleh beliau. 3. T: Apa alasan anda menyukai ceramah beliau? J: karena apa yang disampaikan sudah sesuai dengan tema dan dipadukan dengan contoh yang real, contohnya seperti bagaimana menjadi wanita karir tetapi tetap dapat membagi waktu untuk keluarganya. 4. T: Bagaimana ceramahnya menurut anda? J: Ceramahnya sudah cukup baik karena gaya bahasa yang dipakai dalam ceramah sangat ringan sehingga mudah dipahami.
5. T: Apakah penampilan beliau sudah sesuai dengan tablighnya? J: Menurut saya sudah sesuai penampilan dengan tabligh yang disampaikan, karena ia sudah mengaplikasikannya terlebih dahulu, dan penampilan beliau sudah cukup Islami. 6. T: Apa yang dimaksud dengan cukup Islami? J: Maksudnya penampilan Astri Ivo kini sudah sesuai dengan syari’at Islam yaitu sudah menutup aurat dan tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh wanita. 7. T: Metode apa saja yang beliau gunakan dalam ceramahnya? J: Metode yang beliau gunakan dalam bertabligh yaitu Hikmah dan Mau’idzah Hasanah. Metode hikmah dalam tablighnya sudah cukup baik dengan cara penyampaian doktrin-doktrin agama Islamnya melalui penjelasan ayat-ayat Allah, contohnya dalam penjelasan tentang hijab, ia menjelaskan surat al-Ahzab ayat 59, dan juga menjelaskan manfaat penggunaan jilbab itu yang sebenarnya untuk melindungi perempuan itu sendiri. Demikian juga dengan metode Mau’idzah Hasanahnya sudah cukup baik, karena dalam ceramahnya beliau memberikan bimbingan kepada kita dengan gaya bahasa disesuaikan dengan jamaahnya.
8. T: Apakah ceramahnya sudah berjalan dengan baik? J: Ya sudah cukup, karena setelah mendengar ceramah Astri Ivo, salah satu teman saya mau merubah penampilannya dan menutup auratnya dengan memakai jilbab yang sesuai dengan syari’at Islam.
Mengetahui, Interviewee
Interviewer
Jessi Agita
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Meylia Anjayani
Pekerjaan
: Mahasiswi
Umur
: 22 tahun
Hari / Tanggal : 2 Maret 2009 Waktu
: 16.00 WIB
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. T: Menurut anda bagaimana sosok Astri Ivo? J: Menurut saya sosok Astri Ivo adalah sosok wanita cantik, pintar, memiliki pemahaman yang cukup tentang Al-Qur’an dan Hadits 2. T: Apakah anda suka dengan ceramah yang beliau sampaikan? J: Saya belum pernah melihat beliau ceramah, tetapi jika melihat dia menjadi presenter acara Tafsir Misbah bersama Quraish Shihab saya suka, karena beliau dapat menyeimbangkan pembicaraan Quraish Shihab. 3. T: Bagaimana dengan tabligh yang disampaikan melalui bukunya yang kedua? J: Menurut saya buku kedua yang beliau tulis yaitu bukti cintaku pada-MU sangat enak dibaca, karena gaya bahasa yang digunakan dalam penulisannya lugas dan merupakan bahasa yang sehari-hari digunakan. 4. T: Bagaimana dengan tabligh yang disampaikannya melalui perbuatannya?
J: Menurut saya sudah cukup baik jika dilihat dari penampilannya, karena penampilan beliau sudah sesuai dengan syari’at Islam. 5. T: Metode apa saja yang beliau gunakan dalam tabligh melalui buku? J: Metode yang beliau gunakan dalam tabligh melalui buku yaitu Hikmah dan Mau’idzah Hasanah. Metode hikmah dalam buku yang beliau tulis sudah cukup baik dengan cara penyampaian doktrin-doktrin agama Islamnya melalui penjelasan ayat-ayat Allah didalam bukunya walaupun hanya sedikit. Demikian juga dengan metode Mau’idzah Hasanahnya sudah cukup baik, karena dalam bukunya banyak memberikan bimbingan dan mengajak kepada kita untuk menjadi lebih baik dengan gaya bahasa penulisannya yang mudah dimengerti. 6. T: Bagaimana pendapat anda tentang tablighnya melalui buku tersebut? J: Menurut saya sudah cukup baik, karena apa yang disampaikan dalam bukunya sudah ia aplikasikan dulu, dan hal tersebut dapat menggugah hati saya. 7. T: Pelajaran apa yang dapat diambil dalam buku-buku yang beliau tulis? J: Bagaimana kewajiban seorang individu dapat menunaikan semua haknya, baik hak untuk Allah, diri sendiri, keluarga, dan masyarakat
Mengetahui, Interviewee
Interviewer
Meylia Anjayani
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Erna Ismianing Arum
Pekerjaan
: Mahasiswi Trisakti Jurusan Teknik Lingkungan
Umur
: 22 tahun
Hari / Tanggal : 7 Januari 2009 Waktu
: 16.00 WIB
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. T: Menurut anda bagaimana sosok Astri Ivo? J: Menurut saya sosok Astri Ivo adalah cantik, pintar, memiliki wawasan Islam cukup bagus dan penampilannya Islami 2. T: Bagaimana dengan tabligh yang disampaikannya melalui perbuatannya? J: Menurut saya sudah cukup baik jika dilihat dari penampilannya, selain itu juga peran-peran yang beliau mainkan dalam film maupun sinetronsinetronnya lebih Islami. 3. T: Contoh film / sinetron yang pernah beliau mainkan? J: Sinetron hamba-hamba Allah yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta, penampilannya dalam sinetron tersebut mencerminkan sebagai seorang ibu dan isteri yang bijaksana.
4. T: Metode apa saja yang beliau gunakan dalam tablighnya? J: Metode yang beliau gunakan dalam tabligh melalui perbuatannya (dalam sinetron) yaitu hanya Mau’idzah Hasanah saja. Metode Mau’idzah Hasanahnya dalam sinetron tersebut sudah cukup baik, karena dalam sinetron tersebut banyak memberikan bimbingan dan mengajak kepada kita untuk menjadi lebih baik dengan gaya bahasa penulisannya yang mudah dimengerti. 5. T: Bagaimana tabligh yang beliau lakukan melalui sinetron ? J: Menurut saya sudah cukup baik, karena dapat mempengaruhi dan menggugah hati saya, serta membuat saya ingin mengaplikasikannya jika saya berumah tangga kelak. 6. T: Pelajaran apa yang dapat diambil dalam sinetron tersebut? J: Bagaimana menjadi sosok seorang Ibu dan Isteri yang bijaksana
Mengetahui, Interviewee
Interviewer
Erna Ismianing Arum
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Wahyu
Pekerjaan
: Pelajar SMA Islam Terpadu Nurrohman kelas 1
Umur
: 12 tahun
Hari / Tanggal : Senin, 22 Desember 2008 Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
: Gedung Balaikota Depok dalam
Acara
: Seminar “Remaja Sehat Tanpa Rokok dan Narkoba"
1. T: Menurut anda bagaimana sosok Astri Ivo? J: Menurut saya sosok Astri Ivo adalah orangnya gaul, bermasyarakat, dan Islami banget. 2. T: Apakah anda suka dengan ceramah yang beliau sampaikan? J: Ya, saya suka dengan ceramah yang disampaikan oleh beliau. 3. T: Apa alasan anda menyukai ceramahnya? J: Karena penyampaian materinya enak, cepet dimengerti dan dapat sejalan dengan pikiran anak muda. 4. T: Metode apa saja yang beliau gunakan dalam tablighnya? J: Metode yang beliau gunakan dalam bertabligh yaitu Hikmah dan Mau’idzah Hasanah. Metode hikmah dalam tablighnya cukup baik dengan
cara penyampaian doktrin-doktrin agama Islamnya melalui penjelasan ayat-ayat Allah dalam setiap ceramahnya yang disesuaikan dengan temanya dan diberikan contoh yang nyata. Demikian juga dengan metode Mau’idzah Hasanahnya cukup baik, karena dalam ceramahnya beliau memberikan bimbingan kepada kita dengan gaya bahasa anak-anak. 5. T: Bagaimana penilaian anda tentang ceramah yang disampaikan? J: Menurut saya sudah cukup baik, karena materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tema, dan banyak pelajaran yang dapat saya ambil sehingga dapat saya jadikan benteng pertahanan agar tidak terjerumus ke lubang narkoba dan free seks. 6. T: Pelajaran seperti yang dapat anda ambil? J: Maksudnya pelajaran tentang bahaya narkoba apabila kita menggunakannya, dan bahaya tentang melakukan free seks. Contohnya akan terkena virus hiv aids yang dapat mematikan nyawa manusia.
Mengetahui, Interviewee
Wahyu
Interviewer
Rosdiana
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
: Nanda Rahmah Lestari
Pekerjaan
: Mahasiswi KPI (semester 7)
Umur
: 22 tahun
Hari / Tanggal : Rabu, 25 Februari 2009 Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. T: Menurut anda bagaimana sosok Astri Ivo? J: Menurut saya sosok Astri Ivo adalah sosok wanita yang cantik, sederhana, luwes, pintar, dan penampilannya pun sudah Islami. 2. T: Bagaimana dengan tabligh yang disampaikannya lewat buku? J: Menurut saya sudah cukup baik, karena buku yang beliau sangat menarik untuk dibaca, dengan gaya bahasa yang sangat sederhana dan ringan sehingga apabila membacanya membuat saya mudah memahami. 3. T: Metode apa saja yang beliau gunakan dalam tablighnya? J: Metode yang beliau gunakan dalam tabligh melalui buku yaitu Hikmah dan Mau’idzah Hasanah. Metode hikmah dalam buku yang beliau tulis sudah cukup baik dengan cara penyampaian doktrin-doktrin agama Islamnya melalui penjelasan ayat-ayat Allah didalam bukunya walaupun
hanya sedikit. Demikian juga dengan metode Mau’idzah Hasanahnya sudah cukup baik, karena dalam bukunya banyak memberikan bimbingan dan mengajak kepada kita untuk menjadi lebih baik dengan gaya bahasa penulisannya yang mudah dimengerti. 4. T: Bagaimana tabligh melalui bukunya yang pertama? J: Menurut saya tabligh yang dilakukannya melalui bukunya yang berjudul cantik sepanjang usia sudah cukup baik, karena setelah saya membacanya, saya ingin langsung mengaplikasikannya. 5. T: Mengapa anda ingin mengaplikasikannya? J: Karena dalam buku itu dijelaskan bagaimana cara agar muslimah menjadi cantik jasmani dan rohani, serta bagaimana cara menjaga kecantikan itu sendiri. 6. T: Pelajaran apa yang dapat diambil dalam buku tersebut? J: Pelajaran yang bisa saya ambil dalam bukunya adalah bagaimana menjaga anugerah “kecantikan” yang Allah telah berikan kepada kita baik kecantikan jasmani maupun kecantikan rohani.
Mengetahui, Interviewee
Interviewer
Nanda Rahmah Lestari
Rosdiana
TRANSLITERASI
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pedoman transliterasi yang bersumber pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagaimana diuraikan di bawah ini:105 Huruf Arab
Huruf Latin
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ء ي
105
Keterangan Tidak dilambangkan
B t ts j h kh D dz R dz s sy s d t z ' gh f q k l m n w h ` y
be Te te dan es je h dengan garis bawah ka dan ha de de dan zet er zet es es dan ye es dengan garis bawah de dengan garis bawah te dengan garis bawah zet dengan garis bawah koma terbalik di atas hadap kanan ge dan ha ef ki ka el em en we ha apostrof ye
Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, et.al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: CeQDA, 2007), Cet. Ke-1, h.47.