JURNALISME
DESA
.
JURNALISME DESA
AT. Erik Triadi, dkk
Prakarsa Desa
Jurnalisme Desa Penyusun : AT. Erik Triadi, dkk Tata Letak : Prasetyo Desain Cover : Robby Eebor dan Sholeh Budi Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan (Prakarsa Desa): Gedung Permata Kuningan Lt 17 Jl. Kuningan Mulia, Kav. 9C Jakarta Selatan 12910 Jl. Tebet Utara III-H No. 17 Jakarta Selatan 10240 t/f. +6221 8378 9729 m. +62821 2188 5876 e.
[email protected] w. www.prakarsadesa.id Cetakan Pertama, 2015 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) AT. Erik Triadi (penyusun) Jurnalisme Desa Cet. 1—Jakarta: 56 hal., 14 X 20 cm ISBN: 978-602-0873-03-9 © Hak Cipta dilindungi undang-undang All Rights Reserved
v
PENGANTAR
Terbitnya UU Desa pada tahun 2014 tentu saja membuka ruang kesempatan yang lebih lebar bagi desa, dan bagi semua pihak untuk mentranformasi desa menjadi lebih baik dan lebih bermakna. Semangat UU Desa sangat jelas, sebagaimana termuat dalam bagian menimbang dari UU dikatakan: (a) bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan (b) bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan
jurnalisme desa
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
vi
Pengaturan ini bukanlah jenis pengaturan konvensional, yang bersifat mengendalikan dan membatasi. Sebaliknya, pengaturan ini dimaksudkan untuk memperkuat dimensi pengakuan dan subsidiaritas, serta keberagaman. Arahnya sangat tegas: (a) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; (c) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; (d) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; (e) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; (f) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; (g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; (h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan (i) memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek pembangunan.
pengantar
Pertanyaan mendasar kita adalah apakah semua aturan tersebut akan dengan sendirinya menjadi energy pengubah yang bersifat spontan? Tentu saja tidak. Semua bergantung kepada desa sendiri, atau kepada kekuatan internal desa dan sudah barang tentu dukungan luas dari banyak pihak. Pada titik inilah, diperlukan suatu wahana yang sedemikian rupa sehingga: (1) memberikan kesempatan kepada desa untuk mengungkap segi-segi yang selama ini tersembunyi. Tentu tidak dengan cara pandang luar, melainkan melalui pendekatan dan sudut pandang desa sendiri. Informasi yang cenderung bias kota, harus digantikan dengan jenis informasi baru yang dikreasi sendiri, dan dengan demikian, memiliki dimensi yang lebih jauh, yakni menjadi bagian dari produksi pengetahuan oleh desa; dan (2) menjadi wahana bagi proses pendidikan politik. Yang dimaksudkan dengan pendidikan politik adalah proses dimana warga desa, makin memahami harkat dan kedudukannya, yang secara demikian warga makin mengerti apa yang harus dilakukan, demi masa depan desa. Naskah buku ini adalah suatu awalan dari suatu maksud strategis di masa depan, yakni berkembangnya apa yang hendak disebutkan di sini sebagai jurnalisme desa. Mengapa kita menyebut awalan? Oleh sebab kita membutuhkan proses panjang untuk merumuskan makna dan maksud dari jurnalisme desa, yang sudah barang tentu bukan sekedar pemberian atribut pada konsepsi jurnalisme. Kita mengharapkan dinamika desa dalam memperjuangan dan mengimplementasikan UU Desa, akan menjadi deretan peristiwa dengan banyak makna,
vii
jurnalisme desa
dan dari sana pula dibentuk konsepsi jurnalisme desa, melalui praktek kongkrit. Sebagaimana pengalaman dalam pembentukan UU Desa, maka dapat dipastikan bahwa desa tidak mungkin mengambil posisi serba pasif. Ruang kesempatan dan perluasan akses informasi harus diperjuangkan dan dibentuk sendiri oleh desa. Upaya menghadirkan system informasi desa dan kawasan (SIDEKA) pada dasarnya adalah upaya sengaja dan terencana, untuk memperluas ruang kesempatan bagi desa dan bagi seluruh pihak untuk mengintegrasikan diri, bekerja dengan data, membangun sinergi, konsistensi dan tentu saja kebersamaan yang luas. Kita berharap jalan bagi hadirnya jurnalisme desa akan semakin lebar. Kesemuanya ini menjadi bagian yang terpisah untuk memperkuat posisi dan kondisi desa.
viii
Naskah atau bahan ini (perihal jurnalisme desa) diadakan, dengan suatu maksud agar bahan ini menjadi bahan pembelajaran bagi Pandu Desa yang menggerakkan Pembangunan SIDEKA. Semangat kita adalah agar para Pandu Desa, memiliki cara pandang baru dan tentu ketrampilan baru. Khusus berkait dengan kejurnalistikan, yang diharapkan agar para Pandu Desa dan tentu komunitas desa, memiliki kemampuan untuk menghimpun informasi dan kemudian menyebarkannya, untuk menjadi bagian dari sistem informasi yang memperkuat kinerja demokrasi di desa. Atas terbitnya naskah sederhana ini diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung, antara lain kepada Departement of
pengantar
Foreign Affairs and Trade-DFAT Australia, dan komunitas jurnalis, perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, maupun komunitas desa, yang langsung maupun tidak, ikut memberikan kontribusi bagi terbitnya naskah ini, dan juga penyebarannya. Jakarta, April 2015.
ix
.
xi
DAFTAR ISI
)
Pengantar ~~~ v
)
Daftar Isi ~~~ xi
)
bab 1 : Pendahuluan ~~~ 1
)
bab 2 : Jurnalisme desa ~~~ 9
)
bab 3 : Jurnalisme warga ~~~ 19
)
bab 4 : Dasar-dasar jurnalistik ~~~ 27
)
bab 5 : Melakukan reportase ~~~ 31
)
bab 6 : Menulis berita ~~~ 37
.
bab 1
PENDAHULUAN
Kalau kita menyorongkan konsepsi jurnalisme desa, tentu hal ini bukan lantaran suatu jenis kelatahan dalam penyebutan, melainkan suatu kebutuhan. Sebagai suatu istilah, jurnalisme desa, tentu tidak memuat segi-segi yang baru. Apa yang berbeda dan terasa mendesak untuk dimajukan adalah soal substansi, soal perspektif, dan soal bagaimana menempatkan desa (dan seluruh dinamika yang ada didalamnya), dalam kerjakerja jurnalistik. Apa yang ada didalam benak kita ketika kata desa muncul, baik dalam tulisan atau dalam pembahasan-pembahasan, atau sekedar dalam obrolan santai? Kita masih ingat ungkapan ndeso, yang bernada nyinyir, atau mencemooh. Mereka yang diberi lebel ndeso, adalah pihak yang dipandang terbelakang, bodoh dan sejenisnya. Kenyataan ini sekedar memberikan gambar awal, bahwa desa (dan atau dengan nama lain),
1
jurnalisme desa
bukanlah arena yang diperlakukan secara “adil”. Apakah ini sekedar suatu kesan, atau sebuah proses yang sesungguhnya merepresentasikan kerja-kerja konstruksi untuk suatu kepentingan tertentu? Apa yang belum kita lihat adalah suatu cara pandang yang menempatkan desa, dan seluruh dinamika yang ada didalamnya sebagai subyek penting. Terbitnya UU Desa (2014), yang didalamnya memuat pandangan-pandangan baru yang penting. Dalam bagian menimbang dari UU dikatakan: (a) bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan (b) bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. 2
Pada bagian lain dikatakan bahwa pengaturan desa (ps. 3) berasaskan: rekognisi; subsidiaritas; keberagaman; kebersamaan; kegotongroyongan; kekeluargaan; musyawarah; demokrasi; kemandirian; partisipasi; kesetaraan; pemberdayaan; dan keberlanjutan. Adapun tujuannya (ps. 4) adalah: (a) memberikan pengakuan dan penghormatan atas
pendahuluan
Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; (c) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; (d) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; (e) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; (f) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; (g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; (h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan (i) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan. Berbagai segi pengaturan dan tujuan pengaturan tersebut, memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa suatu cara pandang baru, cara pandang yang menempatkan desa sebagai subyek, cara pandang yang menempatkan desa sebagai bagian dari actor strategis, baik dalam kerangka mengorganisasi kehidupan mereka sendiri, maupun dalam kerangka ikut menjalankan misi negara, dalam rangka mewujudkan apa yang menjadi cita-cita proklamasi kemerdekaan. Apa yang hendak
3
jurnalisme desa
dikatakan di sini, bahwa sejak kini dan ke depan, dibutuhkan tidak saja cara pandang baru (yang dalam hal ini telah dimulai secara legal oleh kebijakan desa, UU Desa), namun juga praktek-praktek kongkrit, baik dalam konteks kerja-kerja kepembangunan di tingkat desa, maupun dalam konteks kerjakerja jurnalistik. Sebagaimana kita ketahui bahwa pers, memiliki peran, antara lain: (a) memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; (b) menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; (c) mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; (d) melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; dan (e) memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Peran ini, jika kita kaitan dengan kebutuhan untuk menggerakkan pembangunan desa secara lebih adil, dengan menempatkan warga desa sebagai subyek, maka setidak-tidaknya ada tiga hal yang penting untuk menjadi perhatian, yakni perihal kepemerintahan desa, gerak membangun, dan upaya-upaya memperkuat partisipasi masyarakat. 4
Dari segi kepemerintahan, berarti membuka ruang akses yang luas kepada masyarakat, untuk dapat mengetahui secara persis apa yang sedang dikerjakan oleh pemerintah desa, dan mengetahui mengapa hal tersebut dilakukan, apa tujuan dan bagaimana operasionalisasinya. Pengetahuan yang utuh dari
pendahuluan
masyarakat tentu akan punya dampak yang berbeda, mengingat jarak geografi yang dekat, sehingga kehadiran fisik masyarakat atau warga desa, sangat dimungkinkan. Oleh sebab itulah, yang dibutuhkan adalah suatu informasi yang berkualitas, agar informasi menjadi pendorong kerja-kerja konstruktif, bukan pendorong konflik yang tidak perlu. Dengan kemajuan di bidang informasi dan komunikasi, tentu saja akan semakin terbuka ruang kesempatan warga, dan oleh sebab itu pula, pemerintah desa, perlu mendapatkan sokongan yang dibutuhkan, terutama untuk senantiasa bekerja berdasarkan mandate, aturan dan nilai-nilai keutamaan. Dari segi pembangunan, berarti bahwa masyarakat atau warga desa, mendapatkan informasi yang memadai mengenai berbagai gerak langkah pembangunan desa, termasuk kebijakan mengenai bagaimana sumber-sumber ekonomi desa didistribusikan, atau digunakan untuk keperluan kegiatan ekonomi. Investasi yang masuk di desa, harus dilihat dari sudut pandang yang adil, baik dalam kerangka menggerakkan ekonomi desa, namun juga dari sudut menjaga lingkungan desa, agar tetap sehat dan nyaman, serta tetap berkemampuan dalam menyangga kebutuhan desa. Pembangunan infrastruktur, harus dilihat sebagai suatu langkah yang kompleks, dan oleh sebab itu, selain langkah-langkah kesegeraannya, juga perlu diperhatikan dampak-dampak ke depan, yang sejak kini perlu mendapatkan perhatian. Pada intinya adalah bahwa warga desa harus dapat melihat dengan sejelas-jelasnya, ke arah mana gerak pembangunan berpihak,
5
jurnalisme desa
dan di sisi yang lain, warga desa mendapatkan pengetahuan yang memadai, mengenai apa yang harus mereka lakukan, untuk bersama-sama membangun demi kesejahteraan bersama. Dari segi pemberdayaan dan upaya-upaya memperkuat partisipasi warga desa, berarti bahwa warga desa dapat mengakses informasi, baik menyangkut segi-segi yang paling mungkin dilakukan, maupun dalam kerangka mengakses pengetahuan yang diproduksi oleh desa sendiri. Apa yang hendak kita katakan bahwa desa perlu mendapatkan ruang yang memadai, untuk juga menjadi bagian dari pergerakan memproduksi pengetahuan. Kehidupan desa yang kaya dan kompleks, tentu memuat berbagai jenis prakarsa dan penemuan-penemuan. Ruang bagi warga desa untuk menyebarluaskan informasi dan pengetahuan harus dibuka seluas mungkin, sedemikian rupa sehingga berkembang berbagai jenis kreatifitas dan inovasi. Kita percaya bahwa dari desa akan banyak dihasilkan pengetahuan-pengetahuan baru, yang bukan saja dapat diandalkan, namun juga memuat kebijakan-kebijakan, yang bersumber pada kearifan lokal. 6
Ketiga segi tersebut, tentu hanya sebagian dari arena dan atau segi-segi yang harus menjadi perhatian, di dalam kita memperkembangkan jurnalisme desa. Tentu saja kita berharap agar konsep jurnalisme desa diperkembangkan, dan pada gilirannya menjadi “bidang baru”, dalam kerja-kerja jurnalistik. Sebagai suatu “bidang baru”, tentu perlu dikembangkan mata
pendahuluan
keahlian khusus, di luar berbagai teknik yang selama ini telah menjadi standar baku keahlian jurnalistik. Bagaimana memungkinkan hal ini? Undangan kita sampaikan kepada para pekerja media, dan semua pihak yang memiliki kepedulian dan komitmen memperkuat desa, dalam membangun jalan sejarahnya.
7
.
9
bab 2
JURNALISME DESA: Pengaruh Domestik dan Global
Jurnalisme Desa: Pengaruh Domestik dan Global Yogyakarta, 29 April 2015 Lukas S. Ispandriarno, FISIP UAJY
jurnalisme desa
Pendorong Jurnalisme Desa Ada dua faktor yang mendorong kehadiran “jurnalisme desa”: 1.UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa (domestik) 2.Perkembangan teknologi komunikasi (internasional)
1. UU Desa
10
Pasal 4 UU No 6 tahun 2014 Pengaturan Desa bertujuan: a. pengakuan dan penghormatan dengan keberagamannya; b. kejelasan status dan kepastian hukum demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; c. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
jurnalisme desa
Mendorong Partisipasi d.mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat untuk pengembangan potensi dan Aset guna kesejahteraan bersama; e.Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; f. pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
Memajukan ekonomi desa g. meningkatkan ketahanan sosial budaya guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; h. memajukan perekonomian serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
11
jurnalisme desa
Jurnalisme Inti jurnalisme (Kovach dan Rosenstiel, 2001): “Sistem yang dilahirkan masyarakat untuk memasok berita untuk memengaruhi hidup manusia, pikiran, budayanya”.
Jurnalisme
12
Tujuan utamanya: menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri (hlm. 12)
jurnalisme desa
Syarat jurnalisme 1. Kewajiban pertama pada kebenaran, 2. Loyalitas pada warga, 3. Disiplin dan verifikasi, 4. Independensi thd sumber berita, 5. Pemantau kekuasaan, 6. Forum publik untuk kritik /dukungan warga, 7. Membuat hal penting menarik, relevan, 8. Komprehensif dan proporsional, 9. Ikuti hati nurani, 10. Warga punya hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita.
Jurnalisme desa Keluar dari lingkaran keheningan (spiral of silence): (Warga) desa yang selama ini adalah kelompok minoritas diangkat media (jurnalisme) untuk bersuara sehingga mengubah kebijakan publik (berpihak pada mereka).
13
jurnalisme desa
Jurnalisme desa Jurnalisme (desa) mengembangkan kehidupan, ekonomi, budaya desa. Media (cetak, penyiaran, dalam jaringan/online) dimanfaatkan untuk kebutuhan warga desa. Fokus: ekonomi, kesehatan, pertanian, pendidikan, informasi, pemerintahan.
2.Pengaruh (Teknologi) Global
14
1.Keragaman media 2.Kecepatan, Penyebaran dan Kesenjangan akses 4.Dominasi budaya (luar/baru) 5.Kepentingan politik/ekonomi 6.Etika jurnalisme (media)
jurnalisme desa
Masalah khusus
1.Informasi desa 2.Kebebasan informasi (UU No 14 tahun 2008 tentang KIP) 3.Akses informasi 4.Etika media dalam jaringan (online) dan media tradisional (offline)
Etika Komunikasi Etika komunikasi merupakan sebuah perspektif dari proses komunikasi, di mana seorang agen moral (komunikator) dengan motif tertentu melakukan tindakan (verbal/ non verbal) dalam keadaan spesifik diarahkan pada individu atau penonton dengan beberapa konsekuensi (Day , 2006: 5).
15
jurnalisme desa
Etika Media Online Perkembangan teknologi telah mengantarkan revolusi media dan berakibat pada hadirnya ketegangan (Ward, ethics.journalism.wisc.edu) Ketegangan pada dua tingkatan: Satu, antara jurnalisme kuno dan junalisme online. Budaya jurnalisme tradisional: nilai-nilai akurasi, verifikasi sebelum publikasi, keberimbangan, imparsialitas, gate-keeping, rubs-up.
Tantangan Etika Media
16
Melawan budaya jurnalisme online yang menekankan pada kesegeraan, transparansi, bias (partiality), tidak profesional, tanpa koreksi setelah publikasi.
jurnalisme desa
Tantangan Etika Media Pada tingkatan kedua, ketegangan antara jurnalisme sempit dan jurnalisme global. Lalu, di mana tanggungjawab jurnalisme global? Perlukah etika media merumuskan kembali tujuan dan norma untuk membimbing jurnalisme yang berdampak luas dan global?
Tantangan Etika Media Ketegangan itu akan menuju pada pertanyaan berikut: 1.Apakah jurnalisme? 2.Siapakah jurnalis? 3.Apa itu anonimitas? 4.Apa pula gosip, rumor, selentingan?
17
jurnalisme desa
Pustaka Day, Louis A. (2006). Ethics in Media Communications Cases and Controversies (5thed). Belmont: Thomson. Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. (terjemahan) Sembilan Elemen Junalisme. 2001.Jakarta: Pantau Ward, Stephen J.A. Digital Media Ethics http://ethics.journalism.wisc.edu/resources/digitalmedia-ethics/(akses 14/3/2015)
18
19
bab 3
JURNALISME WARGA
Jurnalisme Warga Anang Zakaria Disampaikan pada Workshop Mengembangkan Jurnalisme Desa Diselenggarakan: Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta dan Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan (BP2DK) di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 29 April 2015
jurnalisme desa
Peran pers (a) memenuhi HAK MASYARAKAT UNTUK MENGETAHUI (b) menegakkan NILAI‐NILAI DASAR DEMOKRASI, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; (c) mengembangkan pendapat umum berdasarkan INFORMASI YANG TEPAT, AKURAT DAN BENAR; (d) melakukan PENGAWASAN, KRITIK, KOREKSI, DAN SARAN terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; dan (e) memperjuangkan KEADILAN DAN KEBENARAN
20
Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang.
jurnalisme warga
Sarana
Media cetak (koran, tabloid, majalah, buletin)
21
jurnalisme desa
Media Eletronik (radio, televisi, online)
Banjir Informasi
22
jurnalisme warga
Kendala / Tantangan Ketrampilan menulis Pemahaman dasar tentang jurnalisme Jaringan
Menulis
23
jurnalisme desa
Memotret
24
jurnalisme warga
Tujuan Jurnalisme Menyediakan informasi yang esensial bagi masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Menyediakan INFORMASI YANG DIPERLUKAN ORANG agar BEBAS dan BISA MENGATUR DIRI SENDIRI.
Jurnalisme Warga = Jurnalisme Profesional ?
25
jurnalisme desa
26
bab 4
DASAR-DASAR JURNALISTIK
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata “berita” atau “news”. Lalu apa itu berita? Berita berasal dari bahsa sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write” yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”. Ada juga yang menyebut dengan “Vritta” artinya “kejadian” atau “Yang Telah Terjadi”. Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita (news) adalah laporan peristiwa berupa paparan fakta dan data tentang sebuah peristiwa. News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.Jurnalistik sendiri merupakan Kegiatan
27
jurnalisme desa
atau proses mencari/mengambil, mempublikasikan informasi.
mengolah
dan
Nilai Berita Nilai berita adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput. Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita 7 di antaranya adalah:
28
1.
Kedekatan (proximity) Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik dan kedua kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu.
2.
Ketenaran (prominence) Orang terkenal memang sering menjadi berita. Seperti kata ungkapan Barat, Name makes news. Bintang film, sinetron, penyanyi, politisi ternama seringkali muncul di koran dan juga televisi.
3.
Aktualitas (timeliness) Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwaperistiwa yang akan terjadi di masa depan.
4.
Dampak (impact) Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat
dasar-dasar jurnalistik
luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya. 5.
Keluarbiasaan (magnitude) Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun magnitude di sini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar, dan segala sesuatu yang besar.
6.
Konflik (conflict) Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb.
7.
Keanehan (oddity) Sesuatu yang tidak lazim (unusual) mengundang perhatian orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, orang yang bergaya hidup nggak umum, memiliki ukuran fisik yang beda denga yang lain pada umumnya, dsb cenderung jadi berita yang bernilai tinggi.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
29
.
bab 5
Melakukan Reportase
Cara Mendapatkan Fakta Mengumpulkan fakta adalah kegiatan pokok dalam profesi jurnalistik. Seorang wartawan menemukan atau mendapatkan fakta dengan cara: observasi dan wawancara.
1. Cara observasi Cara ini hanya dapat dilakukan jika wartawan berada di tempat kejadian, dan dia menggunakan inderanya sendiri dalam merekonstruksi fakta. Pendeskripsian fakta lewat indera ini sangat membantu dalam menulis berita. Sering wartawan bingung karena merasa tak banyak fakta yang dapat dikumpulkan di suatu kejadian dengan menggunakan rumus 5 W plus 1 H. Padahal, jika dia dapat mendeskripsikan apa yang terlihat, terdengar dan sebagainya, dia akan dapat memperoleh
31
jurnalisme desa
fakta yang sangat luas.
2. Wawancara Wawancara adalah bertanya kepada orang lain untuk memperoleh fakta atau latar belakang suatu masalah. Secara garis besar, wartawan akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh bahan berita sebagai berikut: a)
b)
c)
32
Kesan inderawi orang lain. Ini terjadi karena fakta tidak dapat dihadapi langsung oleh wartawan. Karena itu wartawan harus menganggap sumber informasi sebagai “wakilnya” yang berhadapan dengan fakta. Atribut yang dipunyai seseorang, seperti nama, pekerjaan, kedudukan ekonomi, umur, status perkawinan, dll. Segala latar belakang seseorang yang menjadi SIAPA dalam suatu berita, merupakan atribut yang tidak dapat diobservasi, tetapi harus melalui wawancara. Pendapat, harapan, cita-cita dan aspirasi seseorang.
Wawancara memiliki 3 ciri utama: 1. Masalah yang menjadi pokok wawancara adalah topik yang sedang hangat diberitakan. 2. Sumber beritanya, nara sumber yang diwawancarai, memenuhi syarat untuk menjelaskan, dan memilki kompentesi untuk menjelaskan duduk persoalan yang terjadi.
3.
melakukan reportase
Hasil wawancara menambah pengetahuan dan pemahaman publik tentang satu masalah.
Hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat wawancara: 1.
2.
3. 4.
5.
Sedapat mungkin hindari menuliskan setiap kata yang dikemukakan nara sumber. Tulislah hal-hal yang penting saja. Kalau ada kutipan yang menarik, misalnya sebuah ungkapan, dengan santun mintalah diulangi kembali. Apabila sumber melompat ke masalah atau pokok pembicaraan yang disukainya tetapi menyimpang dari keinginan wartawan, coba kembalikan pembicaraan ke pokok masalah. Hindarilah seakan-akan Anda lebih tahu dari nara sumber, jangan ada kesan menggurui. Jika nara sumber menegaskan bahwa apa yang ia uraikan adalah off the record, maka wartawan tidak boleh mengutip pernyataannya itu. Dan, menjadikan penjelasannya itu hanya sebagai latar belakang permasalahan atau peristiwa. Sedapat mungkin wawancara menggunakan dua alat, alat tulis dan alat perekam. Alat perekam berfungsi untuk mendokumentasi bukti ucapan nara sumber secara kongkret. Ini untuk menghindari kemungkian nara sumber mengelak telah memberikan statement, apabila statment-nya itu menimbulkan polemik di masyarakat.
33
jurnalisme desa
Menentukan Narasumber Ada beberapa hal yang penting untuk kita perhatikan ketika akan menentukan siapa narasumber yang akan kita wawancarai. Berikut ini beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan narasumber, antara lain: 0
Kemudahan diakses (accessibility). Apakah wartawan dengan mudah dapat mewawancarai orang ini? Jika tidak mudah dihubungi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa menghubungi? Apakah wawancara harus dilakukan lewat telepon atau tertulis, ketimbang bertemu muka langsung? Jika narasumber ini bersifat vital bagi peliputan, wartawan harus realistis tentang prospek wawancara ini.
0
Reliabilitas (reliability). Apakah orang ini bisa dipercaya sebelumnya? Apakah informasi yang diberikan bisa dibuktikan benar oleh sumber-sumber independen lain? Apakah narasumber ini pakar yang betul-betul mengetahui permasalahan? Apa latar belakang kepentingannya sehingga ia bersedia diwawancarai? Wartawan harus hati-hati, karena ia akan terlihat bodoh jika melaporkan isu atau desas-desus yang belum jelas kebenarannya.
0
Akuntabilitas (accountability). Apakah orang ini secara langsung bertanggungjawab atas informasi yang diinginkan wartawan atau atas tindakan-tindakan yang
34
dasar-dasar jurnalistik
sedang diinvestigasi? Apakah ada sumber lain yang lebih punya otoritas tanggungjawab langsung ketimbang orang ini? Berapa orang sebenarnya yang diwakili oleh seseorang yang menyebut diri sebagai juru bicara? 0
Dapat-tidaknya dikutip (quotability). Mewawancarai seorang pakar yang fasih dan punya informasi lengkap mungkin dapat mengembangkan tulisan, seperti seorang pejabat publik yang blak-blakan dan suka membuat pernyataan-pernyataan kontroversial. Para tokoh masyarakat atau selebritis biasanya sudah tahu, ucapan macam apa yang suka dikutip wartawan. Sedangkan orang awam biasanya tidak ahli dalam “merekayasa” komentar yang bagus buat dikutip wartawan.
35
.
Bab 6
MENULIS BERITA
Struktur Berita. Struktur dalam sebuah berita terdiri dari : pembuka (lead), tubuh berita (body), dan penutup.
A. Lead Adalah alinea pembuka sebuah berita. Peran lead dapat dianalogikan dengan sebuah etalase toko. Etalase pada dasarnya bertujuan memancing calon pembeli untuk masuk ke dalam toko, demikian juga dengan isi sebuah lead berita. Lead harus memancing pembaca untuk untuk tertarik membaca kelanjutan isi berita berikutnya. Ragam lead. Kunci untuk penulisan feature (berita kisah) yang baik, terletak
37
jurnalisme desa
pada lead. Lead untuk berita kisah mempunyai dua tujuan utama: 1. Menarik pembaca untuk mengikuti ceritera 2. Membuat jalan supaya alur ceritera lancar. Berikut ini macam-macam contoh lead yang dapat digunakan untuk penulisan berita feature.
38
1.
Lead ringkasan. Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan berita langsung.Yang ditulis inti ceriteranya. Lead ini sangat gampang ditulis tetapi tidak merangsang pembaca untuk membaca tubuh berita berikutnya.
2.
Lead berceritera. Tekniknya adalah menciptakan suatu suasana dan membiarkan pembaca seolah menjadi tokoh utama. Lampu-lampu belakang mobil di depannya makin mengecil, ketika detektif Bondan tancap gas dalam usahanya menangkap Toyota Hard-Top yang melarikan diri.
3.
Lead deskriptif. Lead deskriptif bisa menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk menulis profil pribadi, misalnya. Mata yang coklat dan dingin itu makin mengecil, ketika mengamati sebuah wajah. Ia seolah-olah menembus tempat tersembunyinya kebohongan. Itulah mata seorang reserse polisi.
menulis berita
4. Lead kutipan. Kutipan yang dalam dan ringkas, bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip orang yang terkenal. Ingat, lead harus menyiapkan pentas bagi bagian berikutnya dari ceritera kita. “Rakyat banyak, sobat, adalah seekor binatang yang dapat menjadi buas bila dilukai”, kata HL Mecken. 5.
Lead pertanyaan. Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Seorang wartawan yang menulis feature tentang kekesalan masyarakat terhadap ulah anggota DPR, bisa menulis begini, Adakah satu cara untuk merobohkan Gedung Senayan?
B. Tubuh berita (body) Tubuh berita harus muncul dari lead, dan pokok soal yang dikemukakan dalam lead harus sepenuhnya didukung dan dikembangkan dalam kalimat-kalimat berikutnya. Tubuh berita berfungsi memenuhi tujuan: (1) Menjelaskan dan menguraikan pokok atau pokok-pokok masalah yang disajikan dalam lead. (2) Menambahkan atau menguatkan pokok-pokok yang kurang penting yang tidak diberikan dalam lead.
39
jurnalisme desa
Ragam Berita Berita jurnalistik digolongkan dalam 3 macam, yaitu berita langsung (straight news), berita ringan (soft news), dan berita kisah (feature). a.
Berita langsung (straight news) Berita ini dibuat untuk menyampaikan kejadian-kejadian harus secepatnya diketahui pembaca. Prinsip penulisannya adalah dengan piramida terbalik. Yakni, unsur-unsur terpenting dituliskan pada bagian pembukaan berita. Tujuan penulisan seperti ini adalah menceriterakan berita secara cepat Aktualitas merupakan unsur penting untuk berita langsung.
b. Berita ringan (soft news) Berita ini tidak mengutamakan pentingnya aktualitas. Prinsip penulisannya tidak terikat pada teknik piramida terbalik. Sebab, yang ditonjolkan bukan unsur penting dalam kejadiannya, tetapi yang menarik perasaan pembaca. Berita jenis ini lebih dapat “bertahan” lebih lama, tidak terikat pada aktualitas. 40
c.
Berita kisah (feature) Berita ini juga tidak terikat aktualitas Nilai utamanya adalah unsur manusiawinya. Dilihat dari sisi pembaca, antara berita ringan dan berita kisah sulit dibedakan. Yang berbeda hanyalah bahan baku yang ditulis. Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian pada
menulis berita
permukaan saja, tidak perlu melacak latar belakang kejadian tersebut.
Tahapan Menulis Sebelum menulis: 1. Memilih kata 2. Menggunakan kata 3. Menyusun kalimat 4. Merangkai berbagai kalimat menjadi alinea 5. Merangkai berbagai alinea menjadi kalimat utuh Mulai menulis: 1. Menetapkan angle 2. Memilih ragam berita 3. Memilih lead 4. Memilih struktur tubuh berita 5. Memilih penutup berita
41
.
.
Buku-buku lain:
1.
Panggilan Tanah Air
2.
Pedoman Umum Penyelenggaraan SIDeKa
3.
Petunjuk Penggunaan Aplikasi
4.
Lagu Kebangsaan dan Nasionalisme
5.
Konsep Rancangan Peraturan Presiden
6.
Desa Garis Depan Nawacita
.