Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS BUDAYA LOKAL PADA SUBTEMA KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKU SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Ali Armadi Magister Pendidikan Dasar, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Abstrak Penelitian ini bertujuan mengembangkan untuk mendapatkan: (1) kelayakan perangkat pembelajaran terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD berdasarkan hasil validasi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar siswa (BAS), lembar kerja siswa (LKS), dan lembar penilaian (LP); (2) keefektifan perangkat pembelajaran yang diukur dari aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran terpadu tipe connected, hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran terpadu tipe connected, dan respon siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran terpadu tipe connected; (3) kendala-kendala dan solusi dalam penerapan perangkat pembelajaran terpadu tipe connected berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil wawancara terhadap guru setelah pengimplementasian perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran adalah model 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan yang terdiri dari empat tahap yaitu, tahap pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan tanpa melakukan tahap penyebaran karena produk penelitian ini hanya dikhususkan di sekolah uji coba. Pengumpulan data dilakukan dengan cara validasi, wawancara, observasi, daftar pertanyaan, dan lembar penilaian. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatiif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi, kevalidan silabus, RPP, BAS, LKS, dan LP yang telah divalidasi oleh dua validator dinyatakan sangat valid; (2) keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, meliputi aktivitas siswaberkategori sangat baik, hasil belajar siswa secara klasikal sudah memenuhi KKM, dan respon siswa hasilnya sangat baik; (3) kendala-kendala implementasi yang muncul seperti halnya kurangnya siswa memahami materi budaya lokal, dan sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah kurang memadai. Dari beberapa kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penelitian sebagai sumbangan ilmiah dalam bidang pendidikan tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang menghasilkan produk berupa produk perangkat pembelajaran berbasis budaya lokal yang dapat diterapkan di SD untuk memotivas guru dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Kata-kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pembelajaran Terpadu Tipe Connected, Budaya Lokal Abstrak This research aims to develop and to obtain: (1) the feasibility of an integrated learning tool connected mode based on the local culture subtheme Uniqueness of My Neighborhood fourth grade students based on the results of the validation syllabus, lesson plans (RPP), student’s materials (BAS), student’s worksheets (LKS), and evaluation sheets (LP); (2) the effectiveness of the learning based on the activities of students in teaching learning process by using integrated learning tool connected mode based on local culture fourth grade students, student learning outcomes after following integrated learning activities based on the type of connected local culture, and student response after following types of activities connected integrated learning based on local culture; (3) the constraints and solutions in the application of integrated learning type of connected devices based on the local culture based on observations during the learning process and the results of interviews with teachers after the implementation of learning tools are developed. Development model used to develop learning tools are 4-D models developed by Thiagarajan which consists of four stages, namely, stage of defining, designing, development, and deployment. However, in this study only up to the stage of development without doing stage deployment since the product is only devoted research in pilot schools. Data collection is done by way of validation, interviews, observations, questionnaires, and tests (assessment sheet). Data were analyzed descriptively quantitative. The results showed that: (1) the feasibility of the defenders-distance developed included, the validity of the syllabus, lesson plans, student’s materials, student’s worksheets, and evaluation sheets which has been validated by two validators declared very valid; (2) the effectiveness of learning tools are developed, covering students as excellent activity, the results of student learning classical meets the KKM, and the result is a very good student responses; (3)
81
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
implementation obstacles that arise as well as the lack of material about student’s understand the local culture, and infrastructure owned by the school is inadequate. From some of these obstacles can be overcome well. Based on the research results, it can be concluded that the research as a scientific contribution in the field of education on the development of learning tools that produce a product in the form of local culture-based learning tools that can be applied in SD for motivated teachers and improve student learning outcomes in learning. Keywords: Learning Tool Development, Integrated Learning Connected Mode, Local Culture
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
Pendahuluan Dunia pendidikan tidak boleh terasing dari
aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
perbincangan realitas budaya. Bila tidak disadari,
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa
pendidikan turut andil dalam menciptakan konflik dan
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara
ketegangan sosial, budaya, politik dan agama. Oleh
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
karena itu, ditengah gegap gempita lagu nyaring tentang
siswa. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional,
“Kurikulum
dalam
maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan
rasioanalitas kita bahwa pendidikan bukan hanya
keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat
mengajarkan “ini” dan “itu”, tetapi juga mendidik anak
aktif dalam proses pembelajaran.
2013”,
harus
menyelinap
menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban.
Kalangan pendidik dan praktisi pendidikan
Dengan demikian, bukan saatnya lagi pendidikan
menyadari bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
mengabaikan realitas kebudayaan.
keberhasilan siswa di dalam mengikuti proses belajar
Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan
bahwa
praksis
pembelajaran
mengajar di sekolah. Faktor-faktor yang berpengaruh
telah
tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal dari
mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini tampak
diri
dari perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu
mempengaruhi adalah minat belajar siswa. Sedangkan
bersifat sangat konservatif telah bergeser kepada upaya
faktor
meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho
untuk melaksanakan tugasnya yaitu melakukan proses
(2003:1) bahwa telah terjadi pergeseran dalam praksis
belajar mengajar di kelas.
pembelajaran dari yang bersifat konservatif yaitu ditandai
dengan
dominannya
eksternal
sendiri.
yang
Faktor
berpengaruh
internal
di
yang
antaranya
Selain berbagai unsur pembelajaran diatas keberhasilan suatu proses pembelajaran juga ditentukan
pembelajaran (teacher centered) kini telah bergeser
oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
kepada
siswa yang meliputi minat maupun motivasi dan faktor
peran
aktif
guru
itu
dalam
dominannya
peran
siswa
siswa
dalam
pembelajaran atau student centered. Relasi
peran
guru
dan
yang berasal dari luar siswa yang meliputi sumber siswa
dalam
belajar, lingkungan belajar, dan keberadaan media
pembelajaran memang telah jauh berubah, dari yang
pembelajaran.
semula siswa hanya diposisikan sebagai objek, kini
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
tidaklah lagi demikian. Sejalan dengan hal tersebut telah
peneliti menemukan beberapa masalah bahwa keadaan
banyak diperkenalkan berbagai model baru dalam
kelas IV yang umum, pembelajaran cenderung monoton
pembelajaran di sekolah. Salah satu model pembelajaran
dan tidak kontekstual (potensi lingkungan setempat,
yang
dalam
khususnya budaya lokal tidak dimanfaatkan guru secara
terpadu.
optimal) hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang
memposisikan
pembelajaran
ini
peran adalah
aktif
siswa
pembelajaran
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model dalam
bersemangat
82
dalam
menerima
pelajaran
dan
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
menimbulkan kejenuhan. Ketika belajar di dalam kelas,
2004:4.9) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis
siswa mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru namun
budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan
apabila keluar dari proses belajar mengajar, kurang
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang
sekali pengetahuan yang diberikan guru
yang
mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
membekas di benak mereka. Disamping hal tersebut,
pembelajaran. Pembelajaran ini berlandaskan pandangan
gangguan dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung,
konstruktivisme yang mengutamakan penciptaan makna
perhatian siswa juga rendah karena dalam proses belajar
di
mengajar
berdasarkan pengalaman awal budaya yang telah
siswa
terkadang
mengantuk,
disamping
dipaksa menerima materi dari penjelasan guru. Hal-hal
mana
siswa
mengkonstruksi
pengetahuannya
dimilikinya.
tersebut yang menyebabkan bila diberikan tes hasil
Dari uraian di atas, perlu dikembangkan
belajar oleh guru, hasilnya rendah. Dari ujian akhir
perangkat pembelajaran terpadu tipe connected berbasis
semester yang dilakukan pada semester I tahun ajaran
budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat
2013/2014, siswa yang memperoleh nilai ketuntasan
tinggalku siswa kelas IV Sekolah Dasar.
belajar di atas nilai standar 70 kurang dari 50%. Setelah peneliti mengamati lebih jauh, faktor yang menjadi penyebab
masalah
Kajian Pustaka
tersebut adalah perangkat
Perangkat
pembelajaran
adalah
sekumpulan
pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru
sumber belajar yang memungkinkan guru dan siswa
merupakan copy paste dari hasil KKG yang diadopsi
dapat melakukan proses belajar mengajar. Dimana
dari SD kabupaten lain. Terlihat jelas, bahwa untuk
perangkat pembelajaran itu sendiri meliputi: Silabus,
perangkat
kurang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar
berkualitas, dan itupun dipakai oleh beberapa SD yang
Siswa (BAS), Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar
ikut dalam KKG. Penyebabnya guru tidak kreatif dan
Penilaian (LP).
pembelajaran
yang
digunakan
model yang digunakan kurang menarik.
Dalam materi Implementasi Kurikulum 2013
Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu
dijelaskan bahwa Silabus adalah rencana pembelajaran
dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran agar
pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam
nilai siswa meningkat. Masalah-masalah dalam proses
pelaksanaan
pembelajaran
kurangnya
mencakup: kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
semangat siswa, gangguan dalam kelas, serta perhatian
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
siswa yang rendah karena mengantuk perlu segera
waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai
diatasi. Oleh karena itu harus diberikan solusi terhadap
rujukan
masalah-masalah di atas. Salah satu solusinya adalah
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
seperti
kejenuhan
dan
bagi
kurikulum
guru
SD.
dalam
Komponen
penyusunan
silabus
rencana
dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang
Pada Kurikulum 2013, silabus tematik telah
menggunakan model pembelajaran terpadu. Secara
disiapkan oleh pemerintah, guru tinggal menggunakan
konsepsional pengembangan perangkat pembelajaran
sebagai dasar penyusunan RPP. Guru memilih kegiatan-
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kegiatan
apabila fokus pada tema budaya yang dikembangkan
tema/subtema yang akan dilaksanakan pada satu
dengan
dalam
pertemuan atau lebih. Kegiatan yang dipilih harus
prosesnya. Pengintegrasian budaya lokal dalam proses
mencakup kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar
pembelajaran memerlukan pendekatan pembelajaran
proses (Kemdikbud, 2013:12-13).
mengintegrasikan
budaya
lokal
berbasis budaya lokal. Pannen (dalam Suprayekti,
83
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A
pembelajaran dalam bentuk panduan pelatihan dan
Tahun 2013 Lampiran IV tentang Implementasi
demontrasi.
Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran (Kemdikbud,
Perangkat pembelajaran lainnya adalah lembar
2013:37) tahapan pertama dalam pembelajaran menurut
penilaian. Arikunto (1997:55) mengatakan bahwa
Standar Proses adalah perencanaan pembelajaran yang
lembar peniliaian merupakan media yang digunakan
diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana
untuk
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana
mempelajari sesuatu. Jadi pada dasarnya lembar
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
penilaian ini digunakan guru sebagai acuan untuk
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
melihat tingkat keberhasilan siswa terhadap hasil
silabus.
belajarnya sesuai dengan indikator pencapaian yang
Bahan ajar atau materi pelajaran (instructional
mengukur
pencapaian
seseorang
setelah
telah ditentukan.
materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012:10 )
keterampilan, dan sikap. Ketiga materi ini harus
penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar
berupa tes dan nontes. Penilaian tes merupakan
kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas,2006:4).
serentetan pertanyaan, latihan, atau alat lain yang
Sedangkan menurut trianto bahan ajar merupakan
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
memuat
pelatihan,
peserta didik. Penilaian nontes dapat digunakan untuk
penyelesaian masalah berdasarkan konsep, informasi,
mengukur kompetensi secara mandiri dan dapat pula
dan contoh–contoh penerapan.
digunakan sebagai pelengkap alat lain.
materi
pembelajaran,
kegiatan
Bahan ajar siswa harus dapat menjadi panduan belajar siswa dalam pembelajaranya di kelas, selain itu
Metode Penelitian
dalam materi ajar tidak boleh terlalu banyak atau
Penelitian
sebaliknya terlalu sedikit.
Ada tiga prinsip dalam
kombinasi
ini
menggunakan
kualitatif-kuantitatif
model
pendekatan sequential
penyusunan bahan ajar yaitu relevansi (keterkaitan),
exploratory. Model sequential exploratory
adalah
konsistensi (keajegan), dan kecukupan (materi yang
metode penelitian kombinasi yang menggabungkan
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif (Sugiyono,
siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan
2013:415). Pendekatan kombinasi dipilih karena dalam
(Depdiknas, 2006:6 ).
penelitian pengembangan ini dibutuhkan data kualitatif
LKS atau lembar kegiatan siswa merupakan buku
dan kuantitatif. Ditinjau dari aspek tujuan, metode yang
panduan untuk siswa dalam menyelesaikan permaslahan
digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
dalam materi- materi yang telah di terimanya. Disini
pengembangan.
peran LKS sangat membantu untuk mengasah dan
menggunakan model pengembangan 4-D (Four D
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
Models) yang dikembangkan oleh Thiagarajan yang
suatu masalah yang ada kaitanya dengan pembelajaran
meliputi empat tahap, yaitu define (pendefinisian),
yang sedang berlangsung.
design (perancangan), develop (pengembangan) dan
Desain
dalam
penelitian
ini
Menurut Trianto (2007:73) LKS dapat berupa
desseminate (penyebaran) (Trianto, 2011:65). Penelitian
panduan untuk melatih pengembangan aspek kognitif
ini diadaptasi hanya sampai pada tahap develop
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek
(pengembangan), sehingga model pembelajaran yang dikembangkan hanya digunakan pada sekolah yang
84
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
digunakan sebagai tempat penelitian tanpa disebarkan
pengembangan perangkat pembelajaran yang akan
pada sekolah lain. Model ini dipilih karena tahapannya
dikembangkan.
jelas,
runtut,
dan
sesuai
Pengembangan
dengan
perangkat
kebutuhan
pembelajaran
subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas
terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada
IV SD dapat diabstraksikan dalam diagram berikut
. Analisis Kurikulum 2013
.
Analisis siswa Tahap Pendefinisian Analisis konsep
Analisis tugas
Perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013 Tahap Perancangan
Penyusunan perangkat pembelajaran terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat
Disain awal perangkat pembelajaran terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku
Draf I
Validasi disain awal perangkat pebelajaran Revisi hasil validasi yang telah dinilai oleh validator Draf II Uji coba terbatas Refleksi hasil uji coba terbatas Tahap Pengembangan
Revisi II Perangkat Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Berbasis Budaya Lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku
Laporan tesis
Analisis
Uji coba luas
Bagan 1 Model Pengembangan 4-D
Berdasarkan bagan di atas, terdapat tiga tahap
Untuk mengetahui kelayakan perangkat
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran
yang
pembelajaran terpadu tipe connected berbasis budaya
informasi
lokal, yaitu (1) tahap pendefinisian; (2) tahap perancangan;
pembelajaran yang meliputi kevalidan Silabus, RPP,
dan (3) tahap pengembangan.
Bahan Ajar Siswa (BAS), Lembar Kerja Siswa
mengenai
dikembangkan, kevalidan
diperlukan perangkat
(LKS), dan Lembar Penilaian (LP). Hasil penilaian validator I dan II terhadap
Hasil Penelitian 1.
Kelayakan Perangkat Pembelajaran Terpadu
silabus sebelum uji coba luas meliputi: format, isi,
Tipe Connected Berbasis Budaya Lokal Pada
dan bahasa dari validator I memperoleh skor validitas
Subtema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
4,86 yang berarti sangat valid, sedangkan dari
Siswa Kelas IV SD
validator II memperoleh skor 4,71 yang berarti sangat 85
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
valid, sehingga rata-rata jumlah skor dari kedua
sedangkan dari validator II memperoleh skor 4,65
validator adalah 67 dengan skor validitas 4,79 yang
yang berarti sangat valid, sehingga rata-rata jumlah
berarti sangat valid. Disamping itu, skor reabilitas
skor dari kedua validator adalah 81 dengan skor
yang di dapat dari lembar validasi silabus adalah
validitas 4,77 yang berarti sangat valid. Disamping
88,89 % sehingga instrumen dikategorikan baik.
itu, skor reabilitas yang di dapat dari lembar validasi
Hasil penilaian validator I dan II terhadap RPP sebelum uji coba luas meliputi: format, isi, dan
silabus
adalah
88,89
%
sehingga
instrumen
dikategorikan baik.
bahasa dari validator I memperoleh skor validitas 4,81 yang berarti sangat valid, sedangkan dari 2.
Keefektifan
validator II memperoleh skor 4,56 yang berarti sangat
pembelajaran terpadu tipe connected
valid, sehingga rata-rata jumlah skor dari kedua
budaya lokal pada subtema keunikan daerah
validator adalah 75 dengan skor validitas 4,69 yang
tempat tinggalku siswa kelas IV Sekolah Dasar
berarti sangat valid. Disamping itu, skor reabilitas
Untuk
dalam
penerapan
mengetahui
kreteria
perangkat berbasis
keefektifan
yang di dapat dari lembar validasi silabus adalah
perangkat dapat diketahui dari (1) aktivitas siswa, (2)
88,89 % sehingga instrumen dikategorikan baik.
hasil belajar, (3) respon siswa setelah mengikuti
Hasil penilaian validator I dan II terhadap
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan.
bahan ajar siswa sebelum uji coba luas meliputi: isi,
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan
bahasa, dan penyajian dari validator I memperoleh
aktivitas siswa (uji coba luas) pada pembelajaran 1
skor validitas 4,82 yang berarti sangat valid,
dan 2 mendapatkan skor persentase keaktifan ≥ 80
sedangkan dari validator II memperoleh skor 4,47
yang berarti aktivitas siswa selama menerapkan
yang berarti sangat valid, sehingga skor rata-rata dari
perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat
kedua validator adalah 4,65 dengan skor validitas
baik.
4,65 yang berarti sangat valid. Disamping itu, skor
Berdasarkan hasil belajar siswa, perangkat
reabilitas yang di dapat dari lembar validasi silabus
pembelajaran
yang
dikembangkan
dapat
adalah 88,89 % sehingga instrumen dikategorikan
menuntaskan hasil belajar siswa pada uji coba luas.
baik.
Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan secara klasikal Hasil penilaian validator I dan II terhadap
pada pembelajaran 1 dan 2 terdapat ≥70% siswa
LKS sebelum uji coba luas meliputi: format, isi, dan
tuntas belajar, sehingga secara klasikal perangkat
bahasa dari validator I memperoleh skor validitas
pembelajaran
4,82 yang berarti sangat valid, sedangkan dari
berhasil.
yang
dikembangkan
dinyatakan
validator II memperoleh skor 4,59 yang berarti sangat
Berdasarkan rekapitulasi hasil respon siswa
valid, sehingga rata-rata jumlah skor dari kedua
pada uji coba terbatas dan uji coba luas seluruh
validator adalah 80 dengan skor validitas 4,70 yang
komponen pertanyaan mendapatkan respon sebesar
berarti sangat valid. Disamping itu, skor reabilitas
100%, artinya respon siswa terhadap perangkat
yang di dapat dari lembar validasi silabus adalah
pembelajaran yang dikembangkan sangat baik.
88,89 % sehingga instrumen dikategorikan baik. Hasil penilaian validator I dan II terhadap 3.
Kendala-kendala dan bagaimana solusi dalam
lembar penilaian sebelum uji coba luas meliputi:
penerapan perangkat pembelajaran terpadu tipe
format, isi, dan bahasa dari validator I memperoleh
connected berbasis budaya lokal pada subtema
skor validitas 4,88 yang berarti sangat valid,
86
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV
terbatas dan uji coba luas ini. Peneliti melakukan
Sekolah Dasar
dengan
Untuk
mengetahui
kendala
dalam
implementasi perangkat pembelajaran pada uji coba
pengamatan
kendala
dalam
kegiatan
pembelajaran. Hasil pengamatan dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1 Kendala Implementasi Perangkat Pembelajaran (Uji Coba Luas) a.
Pembelajaran 1 Kendala
Solusi
Dalam proses pembelajaran terjadi sedikit pemborosan waktu, di karenakan pengulangan pada kegiatan menyimak, yang semula telah terencana mengunakan LCD ternyata di SDN Pangarangan III untuk sarana dan prasarana untuk LCD mengalami kerusakan.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti menyiasatinya dengan menggunakan laptop dan pengeras suara, yang semula rencananya di putar hanya sebanyak 2 kali, karena mengunakan laptop untuk memperjelas gambar pada kegiatan menyimak, maka dilakukan pemutaran vidio sebanyak 4 kali.
b.
Pembelajaran 2 Kendala
Solusi
Siswa paham saat proses pembelajaran berlangsung, ternyata setelah peneliti cek pada lembar penilaian individu, ada satu anak yang belum memahami, bukan memahami masalah pengerjaannya, ternyata untuk isi materi.
Peneliti mengadakan wawancara terhadap guru kelasnya, karena memang untuk kondisi siswa sepenuhnya guru kelaslah yang memahaminya. didapatkan jawaban bahwa anak tersebut dibiasakan lebih mengenal tradisi masa kini oleh orang tuanya, sehingga anak tersebut tidak memahami kebudayaan yang ada. Maka peneliti memberi saran untuk anak tersebut kepada guru kelas agar guru memberikan masukan kepada orang tua wali, agar guru dan orang tua memberikan perlakuan khusus serta sering diberikan tugas untuk setiap harinya mengenal lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar dimana anak tersebut tinggal agar lebih banyak memiliki pengetahuan tentang kebudayaan setempat.
2. Keefektifan perangkat pembelajaran terpadu tipe
Simpulan 1. Kelayakan perangkat pembelajaran terpadu tipe
connected berbasis budaya lokal pada subtema
connected berbasis budaya lokal pada subtema
keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD
keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD
a. Aktivitas siswa dalam kegiatan
a. kevalidan silabus yang dikembangkan valid
pembelajaran
terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada
dengan reliabilitas 88,89%
subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa
b. kevalidan RPP yang dikembangkan valid dengan
kelas IV SD. Pada ujicoba terbatas antara
reliabilitas 88,89%
penangamat
c. kevalidan BAS yang dikembangakan valid dengan
I
dan
pengamat
II
padan
pembelajaran 1 dan 2 ini di dapat rata-rata 87,36
reliabilitas 88,89%
dan 88,61%, dengan rebilitas 91,43. Sedangkan
d. kevalidan LKS yang dikembangakan valid dengan
pada ujicoba luas antara penangamat I dan
reliabilitas 88,89%
pengamat II padan pembelajaran 1 dan 2 ini di
e. kevalidan LP yang dikembangkan valid dengan
dapat rata-rata 88,83 dan 89,33%, dengan rebilitas
reliabilitas 88,89%
94,92 dan 94,44. b. Hasil
belajar
setelah
kegiatan
pembelajaran
terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada
87
Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 1 No 1 September 2015
ISSN: 2460-8475
subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa
Trianto.
kelas IV SD. Secara klasikal nilai sudah melampoi
(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
target KKM yang ditetapkan di SDN Pangarangan III, sehingga dikatakan tuntas
Suprayekti. ( 2004). Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
pada uji coba
terbatas pada pembelajaran 1 dan 2 dengan rataSugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
rata 87, 5 dan 84% dan pada uji coba luas pada pembelajaran 1 dan 2 terlihat pada tabel , 4.17, dan 4.18 dengan rata-rata 83,4 dan 83,8%. c. Respon
siswa
pembelajaran
terpadu
tipe
connected berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD. Respon siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran terpadu tipe connected berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD dengan kriteria rata-rata keseluruhan pada uji coba terbatas dan uji coba luas sebesar 100% dengan kriteria sangat baik. 3. Kendala-kendala dan solusi terhadap penerapan perangkat pembelajaran terpadu tipe
connected
berbasis budaya lokal pada subtema keunikan daerah tempat tinggalku siswa kelas IV SD dari kelengkapan sarana dan prasarana sekolah membutuhkan tambahan karena minimnya LCD dan kemudian bisa diganti dengan menggunakan Laptop dan pengeras suara untuk kegiatan menyimak gambar dan vidio.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas RI. Nugroho. (2003). Reposisi Peran Guru dalam Praksis Pembelajaran Modern. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan Propinsi Jawa Tengah. Permendikbud, (2013). Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 65 Tahun 2013. Jakarta: Depdikbud.
88