JURNAL PENELITIAN VOL. 10 STRATEGI OPTIMALISASI PENGELOLAAN PAUD NON FORMAL DALAM MEWUJUDKAN PRINSIP PENDIDIKAN YANG MUDAH MURAH DAN BERMUTU DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA ( Oleh : Anastasia Adiwirahayu, Sri Suminar) Abstract Most of people assume that an easy and low cost education does not have good quality and vice versa. Since 2007, Pemkot Yogya has created an easy, low cost, and qualified a non formal Pos PAUD. All of those principal could be happened if the administrator that come from local society have good qualification. In reality, the situation and condition is different, so that it is effecting for the success. That is why it is needed for designing a strategy for improving the administrator’s qualification. Kelurahan Karangwaru, which is one of kelurahan located in Kecamatan Tegalrejo, was chosen as sample because it has the most Pos PAUD. That is why it is needed to be questioned: how was the administrator’s qualification in creating an easy, low cost, and qualified principal education; what are the factors; what kind of strategy that can be applied to increase the administrator’s qualification. The purpose of this research was to find out the general information of the administrator’s qualification to create an easy, low cost, and qualification of education; knowing the factors that can be applied as a foundation in creating the qualification improvement of the administrators. The research of Ernawati (2009) entitled “Pengelolaan PAUD Terintegrasi POSYANDU di POS PAUD ‘Tunas Bangsa’”, can be concluded that the administrator have big role in administrating POS PAUD. The role included arranging learning programme, implementation of learning programme, administrating of institution activities, evaluating child development, and coordinating with many sectors. This research applied case method which is strenghtened with survey method. Research type: descriptive research. Subject of research: purposive sampling. Data collection technique: document study, observation, interview, and FGD. Data analysis technique: data reduction, data presentation, verification, and conclusion. Conclusion: Pos PAUD administrator profile qualification from education side is enough but it did not have teaching background, so it decreased the creativity. Factors found that underlied the arrangement of improving administrator’s qualification strategy is the factors of non formal education, experience, and building the networking. Keywords : strategy, qualification, administrator A. Pendahuluan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan strategis mengingat anak adalah sebagai generasi penerus dalam kehidupan suatu Negara. Masa pada usia anak merupakan masa emas (golden age) karena pada masa itu seorang anak memiliki pertumbuhan otak yang sangat pesat, sehingga pada masa itu perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan diri bagi seorang anak. Untuk mencapai kondisi tersebut perlu dilakukan pemberian rangsangan pendidikan guna membantu perkembangan jasmani dan rohaninya terutama pada anak–anak sejak lahir sampai anak berusia enam tahun. Salah satu upaya untuk mengembangkan diri anak ada suatu program dari pemerintah, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dilakukan masyarakat dengan tujuan mewujudkan pendidikan yang mudah, murah dan bermutu, dalam arti mudah dalam proses pendidikan, murah dalam arti penyelenggaraannya dan bermutu dalam pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat. Pelayanan PAUD ditujukan bagi anak usia dini 110
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 khususnya bagi anak yang belum memperoleh kesempatan pendidikan di Taman Kanak– Kanak (TK), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Kelompok Bermain (KB). Yogyakarta yang identik sebagai tempat pendidikan dengan jumlah anak usia dini (0 –6 tahun) sebanyak 28.094 (Kantor KB ,2009) mepunyai tanggung jawab yang besar dalam penyediaan kesempatan pendidikan bagi anak usia dini guna mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas, berkarakter dan inklusif. Pemerintah Kota Yogyakarta bersama lembaga masyarakat sejak tahun 2005 telah melaksanakan Program Pendidikan Anak Usia Dini khususnya Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal berupa Satuan PAUD Sejenis ( SPS PAUD ) sejumlah 614 unit yang terintegrasi pada Posyandu yang berpangkalan di wilayah Rukun Warga (RW) dengan tujuan memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini. Pelayanan ini diperuntukkan bagi anak yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan di Taman Kanak–Kanak ( TK ), Tempat Penitipan Anak ( TPA ) dan Kelompok Bermain ( KB ). Salah satu prinsip dari penyelenggaraan Pos PAUD adalah berbasis masyarakat dalam arti bahwa Pos PAUD diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, oleh karena itu Pos PAUD dibentuk oleh masyarakat dan dikelola masyarakat berdasarkan asas gotong royong, kerelaan dan kebersamaan. Namun demikian tidak semua pos PAUD dikelola dengan baik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan pemerintah. Ada berbagai faktor yang menyebabkan Pos PAUD tidak dapat dikelola sesuai dengan tujuan tersebut diantaranya adalah kapasitas pengelola serta situasi dan kondisi wilayah masing–masing dimana Pos PAUD itu berada. Atas dasar itu, maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat tentang kapasitas pengelola Pos PAUD sehingga dapat dilakukan suatu strategi untuk meningkatkan kapasitas pengelola sehingga dapat mewujudkan suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan program tersebut dan harapan masyarakat. B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui gambaran umum kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan pendidikan yang mudah murah dan bermutu. 2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan pendidikan yang mudah murah dan bermutu. 3. Mengetahui strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan pendidikan yang mudah, murah dan bermutu. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta tentang hasil kajian Strategi Pos PAUD non formal dalam mewujudkan pendidikan yang mudah, murah dan bermutu. 2. Dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang mendukung visi misi kota Yogyakarta C. Tinjauan Pustaka Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlina pada tahun 2000 tentang pengelolan Pos PAUD diperoleh kesimpulan bahwa untuk pengelolaan Pos PAUD yang dilakukan secara terorganisir akan diperoleh hasil sesuai dengan harapan baik bagi anak didik dan pendidik. Anak didik berkembang secara kreatif, mandiri, dan berprestasi sedangkan pendidik semakin meningkat kreatifitasnya, berprestasi dan meningkat pula pemahaman tentang PAUD. Pengelolaan pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UU SPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 dan telah dijabarkan dalam Permediknas Nomor 19 Tahun 2007 bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan 111
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 pendidikan yang berlaku secara nasional, beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi meliputi: 1. Perencanaan program sekolah 2. Pelaksanaan rencana kerja 3. Pengawasan dan evaluasi 4. Kepemimpinan sekolah / madrasah. 5. Sistem informasi manajemen. Pos PAUD adalah bentuk layanan PAUD yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan layanan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu. Unsur–unsur Pos PAUD terdiri peserta didik, orang tua, pendidik/kader, pengelola, tim pemantau dan Pembina tingkat desa/kelurahan dan lembaga penyelenggara. Pengelola Pos PAUD dipilih dari kader dan/atau orang tua yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara, dengan masa bakti 3 tahun atau sesuai kesepakatan dan dapat dipilih untuk periode berikutnya dengan surat keputusan pengangkatan pengelola dikeluarkan oleh kepala desa / kelurahan / pejabat setingkat. Untuk mengelola pos PAUD diperlukan adanya kapasitas dari pengelola, yakni kemampuan untuk memimpin, bertanggung jawab atas kelancaran mengelola administrasi dan keuangan Pos PAUD sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang mudah murah dan bermutu. Pendidikan yang mudah dalam arti dengan prinsip kesederhanaan menjadikan Pos PAUD mudah dilaksanakan yang mencakup aspek persyaratan, proses dan sistem evaluasinya. Pendidikan yang murah maksudnya adalah dengan prinsip pengelolaan dari, oleh, dan untuk masyarakat serta memanfaatkan potensi lingkungan seperti pemanfaatan alam sekitar sebagai alat permainan edukatif (APE) sehingga membuat Pos PAUD terjangkau biayanya. Pendidikan yang bermutu maksudnya adalah pencapaian mutu Pos PAUD dicapai melalui keterpaduan layanan pembinaan orangtuanya dan layanan kesehatan gizi dan balita serta keterpaduan pemberian rangsangan pendidikan di Pos PAUD dan pendidikan yang dilakukan di rumah. Dikatakan Harvard Family Research Project (HFRP) dalam Endin Wicaksono bahwa anak dan remaja akan sukses di masa dewasanya apabila mendapatkan dukungan belajar yang tepat sejak lahir dari keluarga dan sekitarnya. Keterlibatan keluarga akan memperkuat hasil positif bagi kesiapan anak untuk sekolah terutama dukungan belajar yang tepat melalui pengasuhan orang tua, program pendidikan dan lingkungan terdekat. Pada program penddikan diantaranya melalui pos PAUD non formal yang keberhasilannya tidak terlepas dari peran pengelola. Berikut akan disampaikan kerangka pemikiran Strategi Peningkatan Kapasitas Pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan pendidikan yang mudah murah dan bermutu : STRATEGI PROGRAM
Bonding Strategy Meningkatkan Kapasitas Pengelola PAUD
PROFIL PENGELOLA POS PAUD
Brinding Strategy Peningkatan Jejaring Antar Pengelola PAUD
Program Peningkatan Kapasitas Pengelola Pos PAUD
Creating Strategy Peningkatan Jejaring Antar - Stakeholder
Pelatihan Partisipatif
112
Studi Banding
Peningkatan Jejaring
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 D. Metodologi Penelitian Kelurahan Karangwaru dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa kelurahan Karangwaru memiliki Pos PAUD yang paling banyak diantara kelurahan di wilayah kecamatan Tegalrejo. Sedangkan yang dijadikan subyek penelitian adalah orang–orang yang mengetahui seluk beluk Pos PAUD yang terdiri dari pengelola Pos PAUD sejumlah 17, yakni ketua, sekretaris dan bendahara, adapun pemilihan subyek penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling. Untuk melengkapi data diri subyek pokok digali pula data dari kader, orang tua peserta didik dan ketua forum PAUD. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang diperkuat dengan metode survei. Studi kasus dilakukan untuk memperoleh gambaran secara umum kondisi sosial ekonomi pengelola Pos PAUD serta untuk menetapkan sumber–sumber dari informan yang diperlukan. Jenis penelitian sesuai yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah penelitian diskriptif kualitatif untuk menggambarkan kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan prisip pendidikan yang mudah, murah dan bermutu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini metode triangulasi, yakni pertama–tama dilakukan observasi terhadap obyek penelitian kemudian dibuat pedoman wawancara untuk mengetahui kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan prinsip pendidikan yang mudah murah dan bermutu. Pedoman wawancara sudah diuji coba kepada teman yang juga sebagai pengelola PAUD dan mereka mengerti maksud dari pertanyaan yang ada dalam wawancara, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen pencarian data primer melalui wawancara. Hasil wawancara diklasifikasikan hal–hal yang dapat dikategorikan sebagai pendorong dan diinvetarisasi hal–hal yang dikategorikan sebagai penghambat. Dari hasil klasifikasi kemudian dilakukan FGD dengan informan untuk merancang srategi peningkatan kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan prinsip pendidikan yang mudah, murah dan bermutu. E. Hasil Penelitian 1. Gambaran Pos PAUD di Kelurahan Karangwaru Dari rekap data monitoring SPS–POS PAUD kota Yogyakarta tahun 2012 diperoleh informasi bahwa di kelurahan Karangwaru terdapat 14 kelompok PAUD dengan pengelola sejumlah 60 dan semua berjenis kelamin perempuan. Tingkat pendidikan pengelola sebagian besar SMA dengan perincian 3 orang tamat SLTP, 33 orang tamat SLTA, 6 orang berpendidikan Diploma 6 orang, dan 18 orang berpendidikan S1. Untuk menjadi pengelola mereka harus mengikuti Diklat, namun yang sudah pernah mengikuti baru 15 orang dan yang memiliki NUPTK 4 orang. Jumlah pendidik 61 orang, semua berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan 6 orang tamat SLTP, 37 orang tamat SLTA, 10 orang tamat SLTA dan 18 orang tamat SLTP. Untuk peserta didik berjumlah 305 orang dengan jenis kelamin laki–laki dan perempuan dengan pengelompokkan umur 0–2 tahun sejumlah 112 , 2–4 tahun 134 dan 4–6 tahun sejumlah 59 orang. Untuk pelaksanaan administrasi dibagi menjadi 2, yaitu administrasi lembaga dan administrasi pembelajaran yang ditandai dengan kepemilikan buku administrasi lembaga sejumlah 9 dan buku administrasi pembelajaran 3. Pelaksanaan kegiatan dalam 1 bulan ada Pos PAUD yang menyelenggarakan 1 kali, 2 kali dan 3 kali , sedang 11 Pos PAUD lainnya menyelenggarakan 4 kali dalam sebulan. Program kegiatan yang dilakukan diharapkan adanya keterpaduan dengan BKB, YANDU – SDITK namun baru 4 Pos PAUD yang melaksanakan. Semua Pos PAUD yang ada belum memiliki gedung sehingga untuk melakukan kegiatan meminjam pada warga, dari Pos PAUD yang ada memiliki tempat 113
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 bermain di dalam sedang 9 Pos PAUD lainnya tidak memiliki dalam arti kegiatan bermain di teras rumah atau di halaman rumah. Pos PAUD di wilayah Karangwaru semua menerima bantuan antara lain bantuan rintisan, alat permainan edukatif (APE), kelembagaan dan insentif bagi pendidik sejumlah Rp. 500.000,00 dan saat ini diusulkan sebesar Rp. 2.000.000,00. 2. Identitas informan Jumlah informan dalam penelitian ini 17 pengelola pos PAUD. Tingkat pendidikan pengelola sebagian besar berpendidikan tingkat SMA seperti yang disyaratkan oleh pemerintah, seorang berpendidikan sarjana meskipun ada pengelola seorang yang berpendidikan SMP. Sebagai pengelola sebagian besar mempunyai pengalaman mengikuti pendidikan dan ketrampilan sejumlah 13 informan, namun ada yang 4 informan yang belum pernah mempunyai pengalaman melalui pendidikan dan ketrampilan. Pekerjaan pengelola bervariasi terdiri dari pensiunan guru SD, guru TK, pegawai swasta dan ibu rumah tangga. Status informan dalam organisasi Pos PAUD sebagai Ketua sejumlah enam orang, Ketua sekaligus Pendidik delapan orang, Sekretaris dua orang dan seorang sebagai Sekretaris sekaligus sebagai Pendidik. Pengalaman informan dalam mengelola pos PAUD dengan lama waktu antara 6–9 tahun sejumlah tiga orang, dan tujuh orang antara 3–6 tahun dan tujuh orang lainnya selama 1–3 tahun. 3. Kapasitas Pengelola Pos PAUD Tugas yang dijalani oleh pengelola Pos PAUD sesuai dengan kapasitasnya adalah mengkoordinir semua kegiatan yang ada dalam Pos PAUD , namun ada juga pengelola Pos PAUD yang mengkoordinir sekaligus berperan sebagai pendidik. Untuk mengevaluasi kegiatan sebagian besar menyelenggarakan petemuan rutin antara pengelola dan pendidik yang diselenggarakan sebelum atau sesudah kegiatan PAUD. Namun demikian ada dua Pos PAUD yang tidak pernah menyelenggarakan pertemuan rutin karena jumlah pengelolanya sedikit karena di dalam Pos PAUD tersebut mereka berperan sebagai pengelola dan merangkap sebagai pendidik. Untuk melihat perkembangan Pos PAUD sebagian besar pengelola menggunakan cara dengan memperhatikan laporan pendidik dan buku absen dan empat orang menggunakan cara sharing tentang kegiatan Pos PAUD dengan pendidik yang dilakukan setelah selesai kegiatan. Dalam mengelola Pos PAUD ada berbagai pengalaman yang diperoleh baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Sebagian besar pengelola mengatakan pengalaman yang paling menyenangkan apabila peserta didik bersemangat dengan apa yang diajarkan, tiga orang mengatakan apabila semua anak dapat hadir, bila mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan masing–masing satu informan apabila ada peserta didik yang berulang tahun dan peserta didik yang menjadi juara. Untuk pengalaman yang tidak menyenangkan sebagian besar mengatakan apabila peserta didik yang datang hanya sedikit, dan sejumlah informan mengatakan apabila orang tua peserta didik tidak mendukung kegiatan dengan tidak merespon jadwal kegiatan dan dua informan mengatakan apabila pendidik tidak datang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pengelola Pos PAUD sering merasakan tentang kekurangan dalam penyelenggaraan kegiatan adalah jumlah pendidik yang latar belakang pendidikannya sebagai pendidik /guru tidak ada, sebagian lagi mengatakan kurangnya alat permainan sedangkan yang lainnya mengatakan partisipasi orang tua peserta didik rendah, kurangnya dana dan tempat belajar yang berpindah–pindah atau menetap. Kekurangan yang dirasakan pengelola ini sering menghambat dalam pengelolaan Pos PAUD. Dari kondisi tersebut informan berharap perlu adanya dukungan terhadap Pos PAUD dalam bentuk peningkatan partisipasi dari masyarakat dalam arti partisipasi tidak hanya dari masyarakat yang 114
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 memiliki anak di bawah usia 5 tahun melainkan masyarakat yang mampu secara finansial diharapkan juga berpartisipasi dalam bentuk sumbangan tetap atau menjadi donator tetap. Jumlah peserta didik dalam perkembangan tiap tahunnya sebagian besar stabil dikarenakan jumlah anak usia dini di Pos PAUD yang dikelola jumlahnya tetap, sedangkan sebagian besar lainnya mengalami penurunan karena banyak dari orang tua anak usia dini lebih memilih pendidikan PAUD formal dan semakin banyak lembaga PAUD formal di wilayah ini, dan seorang informan yang menyatakan bahwa jumlah peserta didik yang ada mengalami peningkatan. Pos PAUD yang sudah menerapkan prinsip pendidikan yang mudah, murah dan bermutu baru tujuh kelompok, sedangkan sepuluh kelompok lainnya baru menerapkan prinsip pendidikan yang mudah dan murah. Mudah dalam arti persiapannya dilakukan secara sederhana, murah dalam hal biaya penyelenggaraanya gratis dan jika membayar dengan iuran yang berkisar antara Rp. 500,00 dan Rp.1000,00, namun belum memadukan programnya dengan kelompok BKB dan POSYANDU. 4. Analisis Data Dari hasil penyajian data–data dapat diketahui bahwa kapasitas pengelola dari bidang pendidikan sebagian sudah memenuhi syarat yang ditetapkan untuk menjadi pengelola Pos PAUD, yakni minimal SLTA, meskipun ada juga yang pendidikannya tingkat SLTP. Hal ini terjadi karena kegiatan yang ada di Pos PAUD merupakan kegiatan sosial sehingga mereka yang menjadi pengelola biasanya memiliki jiwa sosial dalam arti mereka mau meluangkan waktunya tanpa menuntut atau memikirkan imbalan yang akan diperoleh dari pengabdiannya. Peran pengelola dalam Pos PAUD sebagian besar mempunyai peran ganda atau rangkap jabatan, yaitu sebagai pengelola dan sekaligus sebagai pendidik. Hal ini terjadi karena untuk menjadi pengelola dan pendidik dalam penyelenggaran Pos PAUD lebih tergantung pada warga masyarakat yang bisa dijadikan figur. Pengelola Pos PAUD sebagian besar sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kelengkapan administrasi kelembagaan maupun administrasi pembelajaran kemudian diikuti kegiatan evaluasi terhadap penyelenggaraan Pos PAUD. Jika dilihat dari perkembangannya masih banyak Pos PAUD yang perkembangannya lambat bahkan ada jumlah peserta didiknya mengalami penurunan, bahkan ada Pos PAUD yang mengalami kevakuman selama 2 tahun dikarenakan peserta didiknya tidak ada. Berkembangnya kegiatan POS PAUD juga tidak terlepas dari partisipasi masyarakat terutama dari orang tua yang memiliki anak usia balita dengan memberikan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan Pos PAUD, sedang bagi masyarakat yang lain diharapkan berpartisipasi dalam bentuk pemberian dana, namun hal ini belum terealisir. Dari hasil analisis diperoleh gambaran tentang faktor yang menjadi pendorong dan penghambat peningkatan kapasitas pengelola Pos PAUD dalam mewujudkan pendidikan yang mudah, murah dan bermutu yaitu : 1. Faktor pendorong adalah semangat pengelola yang relatif tinggi, jumlah peserta didik yang cukup banyak dan adanya dukungan pemerintah maupun masyarakat, 2. Faktor penghambat adalah pendidik yang terbatas sehingga kreativitas dalam mendidik juga sangat terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana, dukungan orang tua peserta didik yang masih rendah dan donator yang terbatas. 3. Faktor–faktor yang dapat dipakai sebagai dasar penyusunan strategi peningkatan kapasitas pengelola Pos PAUD adalah faktor pendidikan non formal, faktor pengalaman dan faktor jejaring.
115
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 Dari faktor pendorong dan faktor penghambat dalam peningkatan kapasitas pengelola Pos PAUD dalam mewujudkan pendidikan yang mudah murah dan bermutu disusun strategi sebagai berikut : 1. Bonding Strategy, yakni dengan memperkuat kapasitas pengelola Pos PAUD melalui penyelenggaraan pelatihan –pelatihan bagi pengelola maupun pendidik, sehingga dapat menumbuhkan kreativitasnya. 2. Bridging Strategy , yakni dengan mengadakan studi banding ke Pos PAUD yang memiliki prestasi, sehingga dapat memberikan inspiasi bagi pengelola maupun pendidik. 3. Creating Srategy, yakni dengan membuat jejaring dengan pemerintah maupun pihak swasta untuk menutup keterbatasan yang ada dalam Pos PAUD. F. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan : a) Kapasitas pengelola Pos PAUD di Kelurahan Karangwaru dari tingkat pendidikan formal sudah cukup memadai dengan pendidikan pengelola sebagian besar SLTA, namun yang berlatar belakang pendidikan guru hanya 2 orang, serta kesempatan untuk mengikuti pedidikan dan latihan juga masih sangat terbatas. Perkembangan peserta didik dari tahun ke tahun mengalami penurunan. b) Dari hasil FGD ditemukan adanya faktor penghambat, yakni kapasitas pengelola maupun pendidik masih rendah, banyak terjadi rangkap jabatan baik sebagai pengelola maupun pendidik, partisipasi orang tua peserta didik rendah, kegiatan kurang bervariasi dan kurangnya sarana maupun prasarana yang ada. Sedangkan faktor pendorongnya adalah semangat pengelola yang tinggi (tidak gampang menyerah), tersedianya peserta didik dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga yang ada seperti PKK serta Dasa Wisma. c) Dengan ditemukan adanya faktor pendorong dan faktor penghambat dapat dipakai sebagai dasar untuk merancang strategi peningkatan kapasitas pengelola Pos PAUD non formal dalam mewujudkan prinsip pendidikan yang mudah murah dan bermutu, yakni faktor pendidikan non formal bagi pengelola dan pendidik (Bonding Strategy), faktor pengalaman (Bridging Strategy) dan faktor perluasan jejaring (Creating Strategy). 2. Rekomendasi Ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini, yaitu : a) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk pendampingan Pos PAUD non formal. b) Pengusaha yang ada di wilayah kerja Pos PAUD hendaknya menyisihkan keuntungannya untuk membantu biaya operasional Pos PAUD. c) Keluarga yang mempunyai anak balita dari segala lapisan masyarakat hendaknya meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan PAUD non formal. d) Untuk meningkatkan perkembangan Pos PAUD non formal pengelola dipilih berdasarkan kesukarelaan sehingga dalam menjalankan peranannya sebagai pengelola dilakukan dengan ikhlas dan tulus. e) Penelitian ini hendaknya dapat ditindaklanjuti melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
116
JURNAL PENELITIAN VOL. 10 Daftar Pustaka Dewi Meliani S, 2009 , Keluarga Harapan: Masalah Tantangan dan Solusi Dtinjau Dari ASpek Keluarga, Perempuan, Anak dan Remaja serta Kesejahreraan Lansia, Puspapega , STKS, Bandung. Enkeu Agiati R, 2006, Sosial Marketing Dalam Pelayanan Sosial Berbasis Masyarakat dalam Kearifan Lokal dan Gerakan Sosial, PK2 PM, STKS, Bandung Kementrian Sosial RI,2011, Pelayanan Kesejahteraan Anak dan Keluarga di Indonesia Muhadjir Noeng, 1990 , Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin PO.BOX 83, Yogyakarta Sitorus Felix dan Agusta, 2005, Metodologi Kajian Komunitas, IPB, Bogor (http://agus.blogchandra.com/standar-pengelolaan-pendidikan) Surudin.wordpress.com/2009/09/06/bupat-wagub-nyontreng bersama-diawal
117