JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7, Nomor 3 Halaman 18 - 29
Oktober 2015
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIPA 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 IMPLEMENTATION PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL TO IMPROVE CRITICAL THINKING SKILL STUDENT IN CLASS OF X MIPA 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2014/2015 Ana Hariani Salim a, Slamet Santosab, Umi Fatmawatic a)
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected]
ABSTRACT- This study was aimed to improve critical thinking ability of the student in class of X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta in learning biology through the implementation of Problem Based Learning (PBL) model. This research was a Classroom Action Research which consists of three cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research were the students in class of X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta academic year 2014/2015. The data were collected using critical thinking test, observation sheet, interview, and documentation. The data were validated using triangulation method. The data of test, observation, interview, and documentation were analyzed using qualitative analysis which was done in three components, they were: data reduction, data presentation, and drawing the conclusion or verification. The research procedure was using spiral method. The results show that students critical thinking ability was increased in Pre-cycle, Cycle I, Cycle II and Cycle III. The average of students critical thinking ability increase from 35,22% to 60,62%. Aspect of interpretation rise from 41,13% to 66,94%. Aspect of analysis rise from 28,23% to 54,84%. Aspect of inference increase from 38,71% to 62,90%. Aspect of evaluation increase from 43,55% to 65,32%. Aspect of explanation rise from 27,42% to 55,65%. Aspect of self-regulation rise from 32,26% to 58,06%. This research’s conclusion was the implementation of Problem Based Learning model improve students’ critical thinking skill in class of X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta academic year 2014/2015.
Keywords: Critical Thinking Skill, Problem Based Learning Model PENDAHULUAN Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap
berdasarkan
(Maisaroh
&
pengalaman
pribadi
Rostrieningsih,
2010). 18
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 Pembelajaran seringkali melibatkan siswa
35,48%.
dalam berbagai permasalahan sehingga siswa
mengenai
cenderung harus berkemampuan berpikir
19,35%. Siswa menjawab pertanyaan hanya
tingkat tinggi (higher order thinking skills)
dengan mengandalkan text book 45,16%.
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Biologi
Siswa memberi penjelasan disertai referensi
sebagai bagian dari ilmu sains memegang
atau pendapat logis 16,13%. Siswa memberi
peranan penting dalam pencapaian tujuan
penjelasan tanpa disertai referensi atau
pembelajaran
berlandaskan
pendapat logis 32,26%. Siswa mendiskusikan
keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa
masalah yang dihadapi pada kegiatan proses
yaitu minds on, hands on, dan hearts on yang
pembelajaran 38,71%. Siswa mengemukakan
berarti siswa mampu berpikir (kognitif),
hasil diskusi dan menghubungkannya dengan
berketerampilan
dan
teori 19,35%. Siswa memberi tanggapan
mempunyai nurani yang luhur (afektif).
terhadap penjelasan yang telah disampaikan
Ketiga
tersebut
29,03%. Siswa mencermati kesesuaian materi
diharapkan dapat mengantarkan siswa untuk
terhadap pendapat yang telah disampaikan
aktif, inovatif, dan kreatif dalam mengasah
6,45%. Siswa memberi penilaian terhadap
kemampuan dan pengetahuan sehingga dapat
siswa
mewujudkan siswa yang berkualitas, cerdas,
pendapat
dan berdaya saing.
menunjukkan
dengan
(psikomotor),
landasan
Hasil
keterampilan
observasi
awal
terhadap
Siswa
mengajukan
pengertian
lain
yang
12,9%.
dari
telah Hasil
bahwa
pertanyaan
suatu
istilah
mengemukakan observasi siswa
awal kurang
memberdayakan kemampuan dalam berpikir.
pembelajaran biologi yang dilakukan di kelas
Observasi
diperkuat
dengan
X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
wawancara yang dilakukan kepada guru dan
Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa
siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
proses
siswa
pembelajaran
menekankan
aspek
mengalami
kesulitan
pengalaman
dalam
pengetahuan dan pemahaman materi. Siswa
menyatakan
memperhatikan materi yang disampaikan
menganalisis
guru 58,06%. Siswa mencari dan membaca
kesimpulan pada pembelajaran, mengevaluasi
sumber belajar 48,39%. Siswa mencatat
suatu pernyataan, memberikan argumentasi,
materi dari guru yang dianggap penting
dan
suatu
memberikan
atau
peristiwa,
peristiwa,
menyusun
koreksi
terhadap 19
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 18 - 28 kemampuan diri. Kesulitan yang dialami
memberi dampak rendahnya kemampuan
siswa
berpikir kritis (critical thinking skills).
dikarenakan
siswa
lebih
banyak
menggunakan hafalan dibanding kemampuan berpikir
kritis.
wawancara
Hasil
observasi
menunjukkan
Observasi
diperkuat
dengan
dan
wawancara yang dilakukan kepada guru dan
bahwa
siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
pembelajaran di kelas X MIPA 2 kurang
siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
menyatakan
sehingga perlu dilakukan tindakan pada
menganalisis
proses
untuk
kesimpulan pada pembelajaran, mengevaluasi
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
suatu pernyataan, memberikan argumentasi,
dengan menerapkan model pembelajaran
dan
yang mampu mengakomodasi siswa untuk
kemampuan diri. Kesulitan yang dialami
melatih kemampuan berpikir kritis.
siswa
pembelajaran
biologi
Tindak lanjut dilakukan dengan tes
mengalami
kesulitan
pengalaman suatu
atau
peristiwa,
peristiwa,
menyusun
memberikan
dikarenakan
dalam
koreksi
siswa
lebih
terhadap
banyak
menggunakan hafalan dibanding kemampuan
terhadap kemampuan berpikir kritis yang
berpikir
mengacu pada Facione (2013). Hasil tes
wawancara
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pembelajaran di kelas X MIPA 2 kurang
kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan
sehingga perlu dilakukan tindakan pada
kemampuan menginterpretasi (interpretation)
proses
sebesar 41,13%, kemampuan menganalisis
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(analysis)
sebesar
menyimpulkan kemampuan
Hasil
observasi
menunjukkan
pembelajaran
dan bahwa
biologi
untuk
28,23%,
kemampuan
dengan menerapkan model pembelajaran
(inference)
38,71%,
yang mampu mengakomodasi siswa untuk
mengevaluasi
(evaluation)
sebesar 43,55%, kemampuan menjelaskan (explanation)
kritis.
sebesar
27,42%,
dan
melatih kemampuan berpikir kritis. Berpikir pembelajaran
kritis biologi
di
dalam
dilatihkan
proses dengan
kemampuan mengatur diri (self regulation)
menganalisis pada kegiatan mengekplorasi
sebesar 32,26%. Permasalahan yang terdapat
untuk menemukan masalah, mempelajari dan
di kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta
menganalisis
masalah,
menyelidiki
dan
melaporkan hasil dari pemecahan masalah, 20
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 serta mempresentasikan hasil yang dipelajari
problem,
problem analysis and learning
sesuai dengan permasalahan yang dikaji dan
issues, discovery and reporting, solution
mengevaluasi semua prosedur serta hasil
presentation and reflection dan overview,
yang diperoleh selama pembelajaran pada
integration, and evaluation.
topik pencemaran lingkungan. Tahapan dan kegiatan menemukan masalah, mempelajari isu serta melakukan peneyelidikan dan mengkomunikasikan diakomodasi oleh model
METODE PENELITIAN
Problem Based Learning.
Penelitian adalah Penelitian Tindakan
Penerapan model Problem Based
Kelas
(PTK)
yang
bertujuan
untuk
Learning dapat meningkatkan kemampuan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
berpikir kritis karena model Problem Based
melalui penerapan model Problem Based
Learning terdiri dari berbagai kegiatan
Learning kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6
belajar yaitu penemuan masalah nyata yang
Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
bersifat ill-structured, identifikasi masalah,
Prosedur penelitian mengikuti model
penyusunan
rumusan
masalah,
analisis
masalah,
membuat
solusi
untuk
Taggart dalam Arikunto (2010) yang berupa
kegiatan
model spiral yaitu dalam satu siklus terdiri
yang
dari tahap perencanaan, tindakan, observasi
untuk
dan refleksi. Pelaksanaan tindakan siklus
menyelesaikan presentasi,
permasalahan, dan
mengakomodasi
evaluasi siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
yang dikembangkan
oleh
Kemmis
dan
dilaksanakan setelah observasi pra-siklus.
(Tan, 2013). Model pembelajaran yang
Penerapan tindakan berupa model
efektif untuk mengakomodasi siswa dalam
Problem Based Learning dilaksanakan dalam
peningkatan kemampuan berpikir kritis yaitu
tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus
model Problem Based Learning. Kegiatan
III. Siklus I direncanakan dan dilaksanakan
model
berdasarkan hasil analisis observasi pra-
Problem
mengakomodasi
Based
Learning
siswa
untuk
siklus,
siklus
II
direncanakan
dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I,
merupakan kegiatan dari fase meeting the
dan siklus III direncanakan dan dilaksanakan 21
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 18 - 28 No
1 2 3 4 5 6
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Interpretasi (Interpretation) Analisis (Analysis) Kesimpulan (Inference) Evaluasi (Evaluation) Penjelasan (Explanation) Pengaturan diri (Self regulation) Rata-rata
berdasarkan
Pra siklus 41,13
Capaian (%) Siklus Siklus Siklus I II III 43,55 57,26 66,94
28,23
39,52
54,03
54,84
38,71
41,93
56,45
62,90
43,55
47,58
65,32
65,32
27,42
38,71
50,81
55,65
32,26
35,48
51,61
58,06
35,22
41,13
55,91
60,62
refleksi
siklus
II sehingga
penerapan model Problem Based Learning
Gambar
1.
Diagram Perbandingan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Aspek Pada Siklus II dan Siklus III
Tabel 1. Skor Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Aspek pada Prasiklus, Siklus I, ]Siklus II, dan Siklus III
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa aspek kemampuan berpikir kritis
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan
mengalami peningkatan pada setiap siklus.
perbandingan tingkat kemampuan berpikir
Peningkatan tertinggi terdapat pada aspek
analitis siswa rata-rata pada prasiklus, siklus
penjelasan
I, siklus II dan Siklus III disajikan dalam
sebesar 27,42 ke siklus III sebesar 55,65.
Gambar 1.
Peningkatan terendah pada aspek evaluasi
Hasil
penelitian
yaitu 28,23% dari prasiklus
bahwa
yaitu 21,77% dari prasiklus sebesar 43,55 ke
kemampuan berpikir kritis siswa mengalami
siklus III sebesar 65,32. Aspek interpretasi
peningkatan dari prasiklus hingga siklus III.
mengalami
Peningkatan
kemampuan
prasiklus sebesar 41,13 ke siklus II sebesar
berpikir kritis siswa setiap aspek pada
66,94. Aspek analisis mengalami peningkatan
prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III
26,61% dari prasiklus sebesar 28,23 ke siklus
disajikan dengan jelas pada Tabel 1.
III
Gambar
1
skor
menunjukkan
capaian
sebesar
mengalami
peningkatan
54,84.
25,81%
Aspek
peningkatan
dari
kesimpulan
24,19%
dari
prasiklus sebesar 38,71 ke siklus III sebesar 62,90. Aspek pengaturan diri mengalami peningkatan 25,80% dari prasiklus sebesar 32,26% ke siklus III sebesar 58,06%. 22
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan analisis data diketahui penerapan model Problem Based Learning
menganalisis gagasan, dan mengevaluasi gagasan.
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
Berdasarkan
hasil
penelitian,
kritis siswa. Husain, Mokri, Hussain, Samad,
penerapan model Problem Based Learning
& Majid (2012) menjelaskan bahwa model
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
Problem Based Learning dapat meningkatkan
kritis siswa. Masek & Sulaiman (2011)
kemampuan berpikir kritis dan berpikir
menyatakan bahwa model Problem Based
analitis siswa. Menurut Newman (2005),
Learning merupakan
salah
menantang dan memotivasi peserta didik.
satu
kemampuan
yang
dapat
Peserta
Problem Based Learning adalah kemampuan
permasalahan
berpikir kritis.
kemampuan berpikir kritis untuk mencari dan
menuntut
untuk
sehingga
oleh
suatu
diperlukan
memutuskan solusi yang digunakan. Menurut
memahami
Sudarman (2007), permasalahan yang berasal
permasalahan yang diperoleh dan mencari
dari kehidupan nyata peserta didik dapat
penyelesaian yang tepat terhadap suatu
menciptakan pembelajaran
permasalahan.
Based
open-mind, reflektif, kritis, dan aktif sehingga
dan
kemampuan berpikir kritis siswa dapat
Learning
siswa
dihadapkan
yang
dikembangkan melalui penerapan model
Model Problem Based Learning
didik
pembelajaran
Model
melibatkan
Problem kehidupan
permasalahan nyata dalam pembelajaran
yang bersifat
meningkat.
sehingga siswa dapat tertarik dan memacu
Fase meeting the problem, fenomena
rasa ingin tahu siswa untuk menyelesaikan
pada Siklus I yaitu keadaan lingkungan jalan
masalah. Menurut Cojocariu & Butnaru
raya.
(2014), peserta didik yang mempunyai
mengamati fenomena di jalan raya. Namun,
kemampuan berpikir kritis ditandai dengan
terdapat beberapa siswa gaduh dan tidak
aktif berpikir, memberi berbagai pertanyaan
memperhatikan fenomena di jalan raya.
terhadap rasa ingin tahu yang dimiliki,
Fenomena yang disajikan pada Siklus II yaitu
mencari jawaban dan solusi terhadap suatu
sungai.
permasalahan, menjawab pertanyaan disertai
mengungkapkan
dengan
diperoleh
alasan,
interpretasi,
mampu
Siswa
Guru
terlihat
antusias
meminta
siswa
permasalahan
berdasarkan
pengamatan
dalam
untuk yang pada 23
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 18 - 28 sungai yang telah dilakukan. Beberapa siswa antusias
dalam
Fase
discovery
and
reporting,
mengungkapkan
beberapa siswa terlihat aktif menyampaikan
permasalahan yang diperoleh. Fenomena
pendapat mengenai rancangan penyelidikan
yang disajikan pada Siklus III yaitu tempat
pada Siklus I. Presentasi hasil rancangan
pembuangan akhir sampah. Siswa terlihat
hanya dilakukan oleh perwakilan empat
antusias dalam mengamati fenomena di
kelompok dikarenakan waktu yang tidak
tempat pembuangan akhir sampah. Beberapa
mencukupi. Pada Siklus II, siswa terlihat
siswa
aktif
terlihat
aktif
bertanya
dan
menyampaikan
pendapat
mengungkapkan pendapat terhadap fenomena
membuat
yang disajikan. Menurut Arends (2008),
presentasi dilakukan oleh perwakilan masing-
masalah yang berasal sari kehidupan nyata
masing kelompok. Pada Siklus III, siswa aktif
mengharuskan
untuk
menyampaikan pendapat dalam menyusun
mengidentifikasi
rancangan penyelidikan. Beberapa siswa
peserta
didik
menganalisis
masalah,
masalah,
merumuskan
mengumpulkan
data,
hipotesis, dan
menarik
menggunakan
penyelidikan
internet
sebagai
dan
sumber
referensi. Siswa memperoleh data untuk
kesimpulan sehingga dapat mengakomodasi
menyusun
kemampuan berpikir kritis siswa.
Lembar
Fase problem analysis and learning
rancangan
dalam
rancangan Kerja
penyelidikan
Siswa
mengakomodasi
(LKS)
siswa
sehingga
pada
aspek
issues, beberapa siswa terlihat aktif dalam
interpretasi.
menyampaikan pendapat pada Siklus I.
penyelidikan
Sebagian siswa masih telihat pasif dan hanya
masing-masing kelompok. Siswa menyusun
mengikuti pendapat teman. Pada Siklus II,
rancangan penyelidikan untuk mencari solusi
siswa terlihat aktif saling menyampaikan
penyelesaian masalah yang sudah ditentukan.
pendapat. Pada Siklus III, siswa terlihat aktif
Menurut Osborne, Kriese, Tobey, & Johnson
saling berpendapat. Siswa mencari sumber
(2009), kegiatan siswa dalam menyusun cara
referensi dari buku dan internet. Siswa
penyelesaian masalah dapat mengakomodasi
menentukan
siswa dalam berpikir kritis.
masalah
melalui
kegiatan
diskusi. Menurut Hamruni (2012), interaksi
Fase
Presentasi
pada
dilakukan
solution
siswa dalam diskusi dapat melatih siswa
reflection,
pada
dalam berpikir kritis.
mempresentasikan
rancangan
oleh
presentation
Siklus hasil
perwakilan
I
diskusi
and siswa secara 24
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 bergantian.
Siswa
terlihat
melakukan
pertanyaan
dengan
benar,
menarik
Kerja Siswa (LKS). Beberapa siswa terlihat
pendapat dengan kehidupan faktual dapat
aktif mengajukan pertanyaan dan kelompok
mengakomodasi kemampuan berpikir kritis.
sedang
pertanyaan.
presentasi
Pada
mempresentasikan bergantian.
Siklus hasil
Siswa
menjawab
Fase
mengaitkan
overview, integration, and
II,
siswa
evaluation,
diskusi
secara
menyimpulkan
pada
Siklus
I,
penyelesaian
kegiatan masalah
melakukan
dilakukan setelah presentasi selesai. Siswa
presentasi dengan bantuan Liquid Crystal
terlihat masih mengalami kesulitan dalam
Display (LCD). Beberapa siswa aktif dalam
menyimpulkan hasil penyelesaian masalah
mengajukan pendapat, sedangkan kelompok
sehingga memerlukan bimbingan guru dalam
yang
menjawab
membuat kesimpulan. Kegiatan evaluasi
pertanyaan. Pada kegiatan tanya jawab
terhadap proses pembelajaran, pelaksanaan
terlihat
penyelidikan,
melakukan
siswa
terlihat
dan
dalam
presentasi dengan cara membaca Lembar
yang
kesimpulan,
teliti
presentasi
melakukan
perdebatan
dan
kinerja
siswa
belum
dikarenakan terjadi tanggapan lain dari siswa
terlihat. Pada Siklus II, siswa dibimbing oleh
yang bertanya. Guru sebagai fasilitator
guru dalam membuat kesimpulan. Siswa
menjadi
mampu
penengah
dan
memberikan
mengevaluasi
pelaksanaan
pengarahan kepada siswa sehingga siswa
penyelidikan dan kinerja siswa, namun masih
dapat lebih paham. Pada Siklus III, siswa
memerlukan bimbingan guru. Pada Siklus III,
mempresentasikan
secara
siswa mampu membuat kesimpulan terhadap
melakukan
hasil penyelesaian masalah. Siswa terlihat
presentasi dengan bantuan LCD. Beberapa
mengevaluasi pelaksanaan penyelidikan dan
siswa aktif dalam mengajukan pendapat,
kinerja siswa dengan bimbingan guru. Siswa
sedangkan
mampu mengevaluasi dan mengatur diri
bergantian.
hasil
Siswa
kelompok
presentasi
menjawab
dituntut
mampu
diskusi
terlihat
yang
melakukan
pertanyaan.
Siswa
dengan cara menilai pendapat yang diajukan
menjelaskan
hasil
dan pendapat teman. Menurut Osborne,
penyelidikan yang telah dilakukan. Menurut
Kriese, Tober, Johnson. (2009), berpikir kritis
Rahimi & Sajed (2014), aktivitas berpendapat
melibatkan pandangan dan penilaian dari diri
yang disertai dengan logika, mengasumsikan
sendiri maupun orang lain. 25
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 18 - 28 Skor capaian kemampuan berpikir
aspek penjelasan diakomodasi model Problem
kritis siswa pada tiap aspek yaitu interpretasi,
Based Learning dalam kegiatan identifikasi
analisis, kesimpulan, evaluasi, penjelasan,
masalah dan diskusi.
Aspek
dan pengaturan diri mengalami peningkatan
peningkatan
yang bervariasi. Aspek
interpretasi
mengalami
kesimpulan
pada
setiap
mengalami siklus.
Pada
prasiklus memiliki nilai 38,71%, siklus I
Pada
meningkat
menjadi
41,93%,
siklus
II
prasiklus memiliki nilai 41,13%, siklus I
meningkat
menjadi
56,45%,
siklus
III
meningkat
menjadi
43,55%,
siklus
II
meningkat menjadi 62,90%. Menurut Facione
meningkat
menjadi
57,26%,
siklus
III
(2013), menyimpulkan merupakan kegiatan
peningkatan
pada
setiap
siklus.
meningkat menjadi 66,94%. Menurut Yang &
identifikasi
Chang
kesimpulan berdasarkan pengamatan atau
(2013),
kemampuan
interpretasi
merupakan
menyampaikan
fakta
untuk
fakta.
unsur-unsur
Kowiyah
untuk
(2012)
membuat
menyatakan
memperoleh data melalui fenomena yang
kesimpulan dibentuk berdasarkan alasan yang
diamati secara logis dan sesuai fakta sehingga
logis,
melatih
kemampuan
berdasarkan bukti melalui deskripsi atau
berpikir kritis. Aspek pengaturan diri dapat
pernyataan sehingga melatih siswa untuk
ditingkatkan melalui kegiatan pengamatan
berpikir kritis. Aspek kesimpulan dapat
fenomena.
ditingkatkan melalui kegiatan diskusi dan
siswa
mengembangkan
Aspek peningkatan
analisis
pada
setiap
mengalami siklus.
Pada
informasi
yang
relevan,
dan
presentasi. Aspek
evaluasi
prasiklus memiliki nilai 28,23%, siklus I
peningkatan
meningkat
menjadi
39,52%,
siklus
II
prasiklus memiliki nilai 43,55%, siklus I
meningkat
menjadi
54,03%,
siklus
III
meningkat
menjadi
47,58%,
siklus
II
meningkat menjadi 54,84%. Menurut Facione
meningkat
menjadi
65,32%,
siklus
III
(2013)
meningkat menjadi 65,32%. Wang, Wu,
analisis
merupakan
kegiatan
pada
Chen,
setiap
mengalami
&
siklus.
Spector
Pada
identifikasi hubungan diantara pertanyaan,
Kinshuk,
(2013)
konsep, deskripsi, penilaian, pengalaman,
menyatakan bahwa evaluasi ditandai dengan
alasan, informasi, dan opini masalah sehingga
adanya penilaian solusi penyelesaian masalah
melatih siswa untuk berpikir kritis dalam
melalui pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
proses penyelesaian masalah. Peningkatan
dan bentuk representasi lain sehingga melatih 26
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 siswa untuk mengembangkan kemampuan
yang mendukung dilakukan oleh Broadbent
berpikir kritis. Peningkatan aspek evaluasi
& Poon (2015), cara berpikir siswa dalam
diakomodasi model Problem Based Learning
meneliti kembali proses belajar yang telah
dalam kegiatan diskusi dan presentasi.
dilakukan
Aspek peningkatan
penjelasan
pada
setiap
mengalami siklus.
merupakan
kemampuan
dasar
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
Pada
kritis melalui kegiatan kelompok. Aspek
prasiklus memiliki nilai 27,42%, siklus I
pengaturan diri dapat ditingkatkan melalui
meningkat
menjadi
38,71%,
siklus
II
kegiatan diskusi.
meningkat
menjadi
50,81%,
siklus
III
meningkat menjadi 55,65%. Cho, Lee, & Jonassen
(2011)
kemampuan
menyatakan
bahwa
menjelaskan
SIMPULAN Kesimpulan
penelitian
adalah
dalam
penerapan model Problem Based Learning
adanya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
kegiatan tanya jawab antar siswa maupun
siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6
kelompok.
Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
berargumentasi
ditandai
Menurut
dengan
Facione
(2013),
penjelasan merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir
DAFTAR PUSTAKA
kritis melalui pernyataan hasil pengamatan
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. New York: McGraw Hill Company.
disertai
dengan
alasan
secara
logis,
berdasarkan bukti, konsep, dan metodologi. Peningkatan aspek penjelasan diakomodasi model Problem Based Learning dalam kegiatan diskusi dan presentasi.
Aspek pengaturan diri mengalami peningkatan
pada
setiap
siklus.
Pada
prasiklus memiliki nilai 32,26%, siklus I meningkat
menjadi
35,48%,
siklus
II
meningkat
menjadi
51,61%,
siklus
III
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Karya. Broadbent, J. & Poon, W.L. (2015). SelfRegulated Learning Strategies & Academic Achievement in Online Higher Education Learning Environments: A Systematic Review. Internet and Higher Education. 27, 1–13.
meningkat menjadi 58,06%. Hasil penelitian 27
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 18 - 28 Cho, Y.H., Lee, J., & Jonassen, D.H. (2011). The Role Of Tasks and Epistemological Beliefs in Online Peer Questioning. Computers & Education. 56, 112–126. Cojocariu, V. M. & Butnaru, C. E. (2014). Asking Questions-Critical Thinking Tools. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 128, 22-28. Facione, P. A. (2013). Critical Thinking: What It is and Why it Counts. Measured Reasons and The California Academic Press, Millbrae, CA. Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Husain, H., Mokri, S. S., Hussain, A., Samad, S.A., & Majid, R.A. (2012). The Level of Critical and Analytical Thinking Skills among Electrical and Electronical Engineering Students. Asian Social Science. 8(16), 80-87. Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar. 3 (5), 175-179 Maisaroh & Rostrieningsih. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 8 (2), 157172.
Masek, A. & Yamin, S. (2011). The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences and Humanities. 2 (1), 215-221. Newman, M.J. (2005). Problem Based Learning: An Introduction aand Overview of the Key Features of the Approach. Journal of Veterinary. 32 (1), 12-20. Osborne, R.E., Kriese, P., Tober, H., Johnson, E. (2009). Putting It All Together: Incorporating “SoTL Practices” for Teaching Interpersonal and Critical Thinking Skills in an Online Course. InSight: A Journal of Scholarly Teaching. 4, 45-55. Rahimi, A. & Sajed, M. A. (2014). The Interplay between Critical Pedagogy and Critical Thinking: Theoretical ties and practicalities. ProcediaSocial and Behavioral Sciences. 136, 41-45. Sudarman. (2007). Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2 (2). Tan, O. (2003). Problem-Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Singapore: Asia Publishing. Wang, M., Wu, B., Kinshuk, Chen. N., & Spector, M. (2013). Connecting 28
Ana Hariani Salim- Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 Problem-Solving And KnowledgeConstruction Processes in A Visualization-Based Learning Environment. Computers & Education. 68, 293–306. Yang,
Y.C. & Chang, C. (2013). Empowering Students Through Digital Game Authorship: Enhancing Concentration, Critical Thinking, And Academic Achievement. Computers & Education. 68, 334–344.
29