Jurnal Paper Online Persepsi Mahasiswa Terhadap Pertunjukan Wayang Kontemporer Sebagai Media Kritik Sosial (Studi Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2012-2013 Universitas Sebelas Maret Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah (WKS) Sebagai Media Kritik Sosial)
Disusun Oleh: Much. Anzar Ardiansyah D0210076 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2015
Persepsi Mahasiswa Terhadap Pertunjukan Wayang Kontemporer Sebagai Media Kritik Sosial (Studi Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2012-2013 Universitas Sebelas Maret Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah (WKS) Sebagai Media Kritik Sosial) Muchamad Anzar Ardiansyah Haryanto Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract These days, delivering of social critism is often conducted by electronic media. Its more faster, using electronic media is also considered to be more effective because it reaches more audiences. Nevertheless, Actually delivering social criticsm can also be communicated by puppet show . Puppet as a media of communication has several functions indeed, one of them is social control. At this case, social control is played by social criticsm. Certainly, it will be emerged various perceptions among societies. Moreover, among students who are considered to have insightfullness of technological progress. The purpose of this research to determines how of student perceptions toward Wayang Kampung Sebelah Show and the factors that shape their perceptions. This type of research is descriptive quantitative technique by collecting data through questionnaires to communication students of FISIP UNS batch 2012 and 2013. The Data analysis technique that be conducted in these research is the analysis of the frequency distribution table and crossed tabulation. The conclusion from the research are generaly the students percieve Wayang Kampung Sebelah Show as media of social criticsm, receivingof social criticism in Wayang Kampung Sebelah Show. It is considered the message is suitable with situation that occured in societies, the current issues are actual and the message conveyed to represent the aspirations on society. However, the frequency and intensity of students in watching Wayang kampung Sebelah is in low level. It means students have not watched yet the wayang kampung sebelah show regularly. Meanwhil, gender, region of origin, and organization that are organized by respondent did not influence toward their perceptions of the wayang kampung sebelah. Keywords: Perception, Wayang Kampung Sebelah, Descriptive Quantitative.
1
Pendahuluan Wayang merupakan salah satu media tradisional. Media tradisional adalah media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan tradisional, yang lahir dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan.1 Di zaman sekarang pertunjukan wayang sudah semakin jarang. Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih. Namun, bukan berarti keberadaanya hilang begitu saja. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Wayang Kampung Sebelah (WKS). Wayang Kampung Sebelah (WKS) pertama kali hadir pada pertengahan tahun 2001. Wayang ini merupakan wayang berjenis kontemporer, yakni wayang yang tidak memiliki standar pertunjukan tertentu seperti dalam wayang kulit klasik. Didalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah (WKS) kerap kali menyampaikan kritik sosial. Hal ini terlihat dari lakon atau cerita yang dibawakan adalah berasal dari realitas masyarakat. Untuk itulah, penyampaian kritik-kritik sosial kemudian didukung dengan penokohan, penggunaan bahasa sehari-hari atau campuran antara bahasa Indonesia-Jawa dan musik pengiringnya. Adaptasi ini memungkinkan WKS bisa dengan bebas memberikan pesan-pesan yang mudah ditangkap oleh penonton. Sebagai salah satu media tradisional yang dekat dengan masyarakat, membawakan pesan kritik sosial tentu menghadirkan persepsi tersendiri bagi masyarakat terutama mahasiswa. Hal ini karena sifat mahasiswa yang tanggap dengan kehadiran teknologi canggih seperti sekarang ini dan seringkali digunakan sebagai media kritik sosial. Persepsi yang hadir dalam diri penonton terhadap media itu sendiri memang lumrah terjadi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Mc Luhan. Mc Luhan memberi pengertian medium is the message. Media mampu merubah rasio indera dan pola persepsi manusia.2 Maksudnya adalah bahwa media sendiri sudah
1
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Wayang Sebagai Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi. (Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, 2001), hal. 2 2 Severin, Werner J dan James W Tankard. 2011, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. (Jakarta: Kencana), Hlm 336.
2
menjadi pesan karena membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia.3 Dengan didasari pernyataan McLuhan diatas, penelitian tentang persepsi terhadap media
komunikasi
itu sendiri,
menjadi penting karena
bisa
menggambarkan bagaimana penerimaan mahasiswa terhadap media tradisional dan pesan yang dibawakan. Selanjutnya, penerimaan dari mahasiswa ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi. Rumusan Masalah Bagaimanakan persepsi dari mahasiswa ilmu komunikasi universitas sebelas maret angkatan 2012-2013 terhadap pertunjukan Wayang Kampung Sebelah (WKS) sebagai media kritik sosial? Kajian Teori 1. Komunikasi Menurut Tubbs dan Moss yang dikutip Deddy Mulyana, komunikasi didefinisikan sebagai proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih.4 Sedangkan menurut Gudykunst dan Kim, komunikasi diartikan sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda).5 Sementara menurut Pace dan Faules, terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan.6 Di dalam Deddy Mulyana, disebutkan bahwa inti dari komunikasi adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja maupun tidak sengaja.7 2. Persepsi Menurut Desiderato didalam Jalaludin Rakhmat, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
3
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung, 2001), hal 218. Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: 2008), hal. 65. 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.,hal. 66 4
3
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli).8 Menurut Deddy Mulyana, persepsi merupakan inti komunikasi, sedangkan interpretasi adalah inti persepsi, yang identik dengan decoding.9 Persepsi merupakan inti dari suatu komunikasi karena berpengaruh terhadap kelangsungan komunikasi. Pesan dari komunikator yang tidak ditangkap sesuai dengan maksudnya oleh komunikan, akan menghasilkan feedback yang berbeda.
Hal-hal
ini
bisa
menjadikan
miss
understanding
atau
miss
communication diantara komunikator dan komunikan. Menurut Deddy Mulyana seperti yang diuraikan diatas, inti dari persepsi adalah interpretasi. Namun sebelum interpretasi, terdapat dua tahap yang dilakukan, yakni sensasi dan atensi. Kedua tahap tersebut lantas menghasilkan proses interpretasi terhadap objek rangsangan. 3. Media Menurut Mc Luhan dalam Jalaluddin Rakhmat, menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indera manusia 10 Selanjutnya Mc Luhan memberikan pengertian medium is the message. Media adalah pesan itu sendiri. Karena media bias pada alat indera tertentu, media mempunyai pengaruh berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya. 11 Sementara Hafied Cangara mendefinisikan media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.12 Selanjutnya, Lasswell dan Severin menjabarkan fungsi dari media itu sendiri. Yakni : pengawasan (Surveillance), korelasi (Correlation), penyampaian warisan sosial (Transmission of the Social Heritage), hiburan (Entertainment).13
8
Jalaludin Rakhmat, Op. Cit. Deddy Mulyana, Op.Cit.,hal.180. 10 Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit., hal 217. 11 Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit., hal 246. 12 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: 2007), hal. 123 13 Severin & Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa (Jakarta: 2005), hal 386-388. 9
4
4. Wayang Sebagai Media Komunikasi Menurut KBBI, wayang diartikan sebagai boneka tiruan orang yg terbuat dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang.14 Menurut Amir Mertosedono dalam skripsi Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial, wayang juga diartikan seperti yang diungkapkan Nederlands Inie Land Valk Geschie Denis En Bestuur Bedijr En Samenleving (dalam Mertosodono) mengatakan bahwa wayang adalah suatu permainan bayangan pada kelir yang dibentangkan.15 Wayang merupakan salah satu media komunikasi tradisional. Media tradisional sendiri adalah media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan tradisional, yang lahir dan berkembang di tengah pedesaan.16 Oleh karena itu sering disebut sebagai pertunjukan atau teater rakyat. Sedangkan fungsi dari media tradisional adalah sebagai sarana hiburan, sarana pendidikan, sarana kontrol sosial, sarana diseminasi informasi, sarana pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa dan sarana perekat persatuan dan kesatuan bangsa.17 5. Kritik Sosial Menurut KBBI Edisi Kedua, kritik sosial diartikan sebagai kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. 18 Ahmad Zaini Abar menerangkan bahwa yang dimaksud dengan kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat.19
14
http://kbbi.web.id/wayang (diakses pada Kamis,3Juli2014) Ahmad Dimyati, Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial. (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2012). Hal. 31. 15
16
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit. Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit., Hal. 3 18 M. Mas’oed, M, Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. (Yogyakarta: 1999), hal. 37 19 Ibid., hal. 47 17
5
Kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam sistem sosial. Hal ini karena kritik sosial berfungsi sebagai kontrol sosial sehingga tindakantindakan yang dianggap menyimpang, bisa dicegah lewat kritik sosial. 20 Kritik sosial juga diartikan sebagai inovasi sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru-sembari menilai gagasan lamauntuk suatu perubahan sosial. 21 Dalam pengertian kritik sosial ini, masyarakat dinilai menginginkan kondisi baru terkait sistem sosial atau masyarakat disekitar mereka. Metodologi Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.22 Teknik dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.23 Lokasi pada penelitian ini adalah Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta di jalan Ir. Soetami no. 36 A Solo 57126. Teknik sampling
dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik
proportionate stratitfied random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur
yang
tidak
homogen
dan
berstrata
secara
proporsional.24 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.25
20
Ibid. Ibid., hal. 48 22 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei. (Jakarta,1989), Hal. 4. 23 Ibid., Hal. 24. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung,2009), hal. 82. 25 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Op. Cit., Hal. 142. 21
6
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis frekuensi melalui software SPSS. Setelah itu, digunakan analisis Chi Square. Penyajian dan Analisis Data a. Frekuensi menonton pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Tabel 1 Frekuensi menonton pertunjukan Wayang Kampung Sebelah dalam 6 bulan terakhir No. 1 2 3
Frekuensi >Lima kali Tiga kali Satu kali Total Sumber: kuesioner nomor 5
Jumlah 3 5 59 67
Persen % 4 8 88 100
Dari data tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 59 mahasiswa atau 88 % menonton pertunjukan WKS sebanyak satu kali dalam enam bulan terakhir. Hal ini mungkin dikarenakan jadwal yang bentrok antara kegiatan mahasiswa dengan jadwal pertunjukan WKS baik langsung maupun tidak. b. Intensitas Menonton Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Tabel 2 Lama Menonton Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah No. 1 2
Durasi Awal Sampai Selesai Sebagian Total Sumber: kuesioner nomor 6
Jumlah 31 36 67
Persen % 46 54 100
Dari tabel diatas, diketahui bahwa yang menonton pertunjukan WKS dari awal hingga selesai adalah 31 mahasiswa atau 46 %. Sementara yang tidak sampai selesai pertunjukan adalah 36 mahasiswa atau 54 %. c. Perhatian Responden Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Tabel 3 Pemahaman terhadap nama-nama tokoh No. 1 2
Keterangan Tinggi Sedang
Jumlah 15 13
Persen % 23 19
3
Rendah
39
57
Total
67
100
Sumber: kuesioner nomor 9
7
Sejumlah 39 responden atau 57 % berada pada tingkat rendah terkait pemahaman terhadap nama-nama tokoh dalam pertunjukan WKS. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya tokoh yang ada dalam pertunjukan WKS. Tabel 4 Pemahaman tentang penggunaan bahasa sehari-hari No 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 10
Jumlah 48 6 13 67
Persen % 71 9 20 100
Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden berada pada tingkat tinggi dengan presentase sekitar 71 % dalam hal pemahaman terhadap penggunaan bahasa sehari-hari dalam pertunjukan WKS. Tabel 5 Pemahaman tentang tema yang berasal dari keadaan masyarakat No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 11
Jumlah
Persen %
46 9 12 67
68 13 19 100
Sejumlah 46 responden atau 68 % berada pada tingkat tinggi dalam hal pemahaman tentang tema yang berasal dari keadaan masyarakat. Hal ini berarti mayoritas responden merasa bahwa tema yang diangkat dalam pertunjukan WKS berasal dari keadaan masyarakat. Tabel 6 Pemahaman tentang isi dialog No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 12
Jumlah 48 8 11 67
Persen % 72 12 15 100
Sejumlah 48 responden atau 72 % berada pada tingkat tinggi dalam hal pengetahuan tentang isi dialog. Hal ini dimungkinkan karena isi dialog mudah untuk dicerna oleh para penonton.
8
Tabel 7 Pemahaman terhadap humor yang dibawakan No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 13
Jumlah 53 5 9 67
Persen % 68 8 14 100
Data diatas menandakan bahwa humor yang dibawakan dapat diterima dan dinikmati dengan baik oleh mayoritas responden sebagai penonton. Tabel 8 Pemahaman terhadap alur cerita No.
Keterangan
1 2 3
Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 14
Jumlah
Persen %
45 8 14 67
67 12 21 100
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden mengetahui tentang alur cerita dalam pertunjukan WKS dalam setiap episodenya. Tabel 9 Penerimaan pesan dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 15
Jumlah 48 7 12 67
Persen % 71 10 19 100
Data diatas menunjukan mayoritas responden dapat menangkap pesan yang dibawakan dalam pertunjukan WKS. d. Pemahaman Responden Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Tabel 10 Pemahaman tentang tema yang sesuai dengan permasalahan aktual No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 16
Jumlah 49 8 10 67
9
Persen % 73 12 14 100
Data diatas berarti responden merasa tema dalam pertunjukan WKS adalah berasal dari permasalahan aktual didalam masyarakat. Tabel 11 Pemahaman akan isi dialog yang penuh muatan kritik sosial No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 17
Jumlah 49 11 7 67
Persen % 73 16 11 100
Data diatas berarti mayoritas responden setuju dan merasa bahwa dalam setiap dialog memuat pesan kritik sosial. Tabel 12 Pemahaman akan isi dialog yang sesuai dengan aspirasi masyarakat No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 18
Jumlah 47 10 10 67
Persen % 70 15 15 100
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden setuju sekaligus merasa bahwa isi dialog yang dibawakan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Tabel 13 Pemahaman akan humor yang bersifat sinis atas keadaan masyarakat No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 19
Jumlah 42 13 12 67
Persen % 63 19 18 100
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden merasa bahwa humor yang dibawakan memang mengekspos keadaan masyarakat. Tabel 14 Pemahaman terhadap pesan yang dibawakan penuh muatan kritik sosial No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 20
Jumlah 50 9 8 67
10
Persen % 75 13 11 100
Dari data diatas menandakan bahwa mayoritas responden merasa pesan yang dibawakan dalam pertunjukan WKS berisi kritik sosial. Tabel 15 Pemahaman tentang pesan yang dibawakan sesuai dengan aspirasi masyarakat No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 21
Jumlah 47 11 9 67
Persen % 70 16 14 100
Dari data diatas menunjukan bahwa mayoritas responden setuju bahwa pesan yang dibawakan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Tabel 16 Persetujuan terhadap pesan-pesan yang disampaikan No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 22
Jumlah 50 8 9 67
Persen % 75 12 13 100
Dari data diatas menandakan bahwa mayoritas responden setuju dengan setiap pesan yang dibawakan dalam pertunjukan WKS.
Tabel 17 Pemahaman bahwa pertunjukan Wayang Kampung Sebelah adalah cermin dari keadaan masyarakat sesungguhnya No. 1 2 3
Keterangan Tinggi Sedang Rendah Total Sumber: kuesioner nomor 23
Jumlah 52 9 8 67
Persen % 75 13 12 100
Dari data diatas bisa diartikan bahwa mayoritas responden setuju bahwa pertunjukan WKS merupakan cermin dari keadaan masyarakat sesungguhnya.
11
A. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Persepsi Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Sebagai Media Kritik Sosial Tabel A.1 Jenis kelamin dengan frekuensi menonton WKS Frekuensi menonton WKS Total Rendah Tinggi Laki-laki 14 1 15 Jenis Kelamin Perempuan 50 2 52 Total 64 3 67 Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi menonton WKS
Chi Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Df
0,217 0 0,198
1 1 1
Asymp. Sig. (2sided) 0,642 1 0,657
0,213 67
1
0,644
Exact Sig. (2sided)
0,539
Dari data diatas, diketahui bentuk tabel kontingensinya adalah 2 x 2 (2 baris dan 2 kolom) dengan jumlah populasi 67. Namun, terdapat 2 cell yang memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka digunakan Fisher’s Exact Test. Sehingga nilai Chi Square dari data diatas adalah 0,539. Dan digunakan nilai alpha (α) = 0,05. Dengan Df (Baris-1) (Kolom-1) = (2-1) (2-1)= 1. Kemudian, nilai Fisher’s Exact yakni 0,539 dibandingkan dengan nilai alpha (α) yakni 0,05. Hasilnya adalah 0,539 > 0,05. Apabila nilai Exact Sig. > = alpha (α) = 0,05, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap frekuensi menonton pertunjukan WKS. Tabel A.2 Jenis kelamin dengan intensitas menonton WKS Intensitas menonton WKS Total Rendah Sedang Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki 7 3 5 15 Perempuan 24 17 11 52 Total 31 20 16 67 Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi intensitas menonton WKS
12
Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 2,279 2,086 0,301 67
Df 2 2 1
Asymp. Sig. (2sided) 0,320 0,352 0,584
Dari data pada tabel diatas, memiliki jumlah baris dan kolom atau tabel kontingensi 3 x 2. Jika tabel kontingensi diatas 2 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,279. Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5%, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,279 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,320 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α)/ Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap intensitas menonton pertunjukan WKS. Tabel A.3 Jenis kelamin dengan perhatian terhadap WKS Perhatian terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki 2 6 7 15 Perempuan 8 27 17 52 Total 10 33 24 67 Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi perhatian menonton WKS
Chi Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,004 0,982 0,635 67
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2 Sided) 0,605 0,612 0,426
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,004. Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %,nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung = 1,004 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,605 > α = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = 0,05 dan Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Sehingga dinyatakan tidak terdapat 13
perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap perhatian menonton pertunjukan WKS. Tabel A.4 Jenis kelamin dengan pemahaman terhadap WKS Pemahaman terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki 1 5 9 15 Perempuan 3 19 30 52 Total 4 24 39 67 Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi pemahaman WKS
Chi Square Test Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 0.060 0.060 0.006 67
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2-sided) 0.971 0.971 0.937
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,060. Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 0,060 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,971 > α = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = 0,05 dan Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap pemahaman menonton pertunjukan WKS. B. Tabulasi Silang Antara Mengikuti Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Wayang Kampung Sebelah Tabel B.1 Ikut serta dalam organisasi dengan frekuensi menonton WKS
ikut serta organisasi
Frekuensi menonton WKS Rendah Tinggi 53 3 11 0 64 3
Ikut tidak ikut
Total
Total 56 11 67
Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi frekuensi menonton WKS Chi Square Test Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
0,617 0
Asymp. Sig. (2 sided) 1 1
14
0,432 1
Exact Sig. (2sided)
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1,103
1
0,293
0,608 67
1
0,436
1
Dari data diatas, diketahui bentuk tabel kontingensinya adalah 2 x 2 (2 baris dan 2 kolom) dan memiliki populasi sebesar 67. Namun, terdapat 2 cell yang memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka digunakan Fisher’s Exact Test. jadi nilai Chi Square adalah 1. Dan digunakan nilai alpha (α) = 0,05. Df = (2-1) (2-1)= 1. Jadi 1 > 0,05. Apabila nilai Exact Sig. > = alpha (α) = 0,05, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara mengikuti organisasi terhadap frekuensi menonton pertunjukan WKS. Tabel B.2 Ikut serta dalam organisasi dengan intensitas menonton WKS Intensitas menonton WKS Rendah ikut serta organisasi
Sedang
Total
Tinggi
ikut tidak ikut
28 5 23 56 7 2 2 11 Total 35 7 25 67 Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi frekuensi intensitas menonton WKS Chi Square Test Value df Asymp. Sig. (2 sided) Pearson Chi-Square 2,371 2 0,305 Likelihood Ratio 2,493 2 0,287 Linear-by-Linear Association 1,383 1 0,239 N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,371. Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,371 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,305 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = alpha (α) 0,05/ Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan antara organisasi yang diikuti terhadap intensitas menonton pertunjukan WKS.
15
Tabel B.3 Ikut serta dalam organisasi dengan perhatian terhadap WKS Perhatian terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi ikut serta organisasi Ikut 10 27 19 56 tidak ikut 0 6 5 11 Total 10 33 24 67 Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi frekuensi perhatian terhadap WKS
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Chi Square Test Value df 2,380 2 3,979 2 1,686 1 67
Asymp. Sig. (2-sided) 0,304 0,137 0,194
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,380. Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,380 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,304 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) = 0,05/jika Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara mengikuti organisasi terhadap perhatian dalam menonton pertunjukan WKS. Tabel B.4 Ikut serta dalam organisasi dengan pemahaman terhadap WKS Pemahaman terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi ikut serta organisasi ikut 4 21 31 56 tidak ikut 0 3 8 11 Total 4 24 39 67 Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi frekuensi pemahaman terhadap WKS Chi Square Test Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square 1,531 2 0,465 Likelihood Ratio 2,171 2 0,338 Linear-by-Linear Association 1,475 1 0,225 67 N of Valid Cases
16
Tabel kontingensi diatas 2 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,531. Df = (3-1) (2-1) = 2. Nilai Chi Square tabel dengan taraf signifikansi 5 % = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 1,531 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,465 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) = 0,05/jika Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara mengikuti organisasi terhadap pemahaman dalam menonton pertunjukan WKS. C. Tabulasi Silang Antara Asal Daerah Dengan Persepsi Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Tabel C.1 Asal daerah dengan frekuensi menonton WKS Frekuensi menonton WKS Total Rendah Tinggi 33 3 36 31 0 31 Total 64 3 67 Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi menonton WKS Chi Square Test Asal daerah
Soloraya Luar Soloraya
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
2,704 1,107 3,848
1 1 1
Asymp. Sig. (2sided) 0,100 0,293 0,0498
2,664 67
1
0,1026
Exact Sig. (2sided)
0,243
Tabel kontingensi diatas adalah 2 x 2. Dan jumlah populasi 67. Namun terdapat 2 sel yang memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka digunakan Exact Fisher Test = 0,243. Dan digunakan nilai alpha (α) = 0,05. Df = (2-1) (2-1) = 1. Kemudian, nilai Exact Fisher Test dibandingkan dengan alpha (α). Hasilnya adalah 0,243 > 0,05. Maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara asal daerah terhadap frekuensi dalam menonton pertunjukan WKS.
17
Tabel C.2 Asal Daerah Dengan Intensitas Menonton WKS Intensitas menonton WKS Rendah Sedang Tinggi Total Asal daerah Soloraya 21 3 12 36 Luar Soloraya 14 4 13 31 Total 35 7 25 67 Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi intensitas menonton WKS Chi Square Test Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1,216 2 0,544 Likelihood Ratio 1,219 2 0,544 Linear-by-Linear Association 0,891 1 0,345 N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,216. Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 1,216 < Chi Square tabel = 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,544 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) = 0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara asal daerah terhadap intensitas dalam menonton pertunjukan WKS. Tabel C.3 Asal daerah dengan perhatian terhadap WKS Perhatian terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi 6 17 13 36 Asal daerah Soloraya 4 16 11 31 Luar Soloraya Total 10 33 24 67 Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi perhatian terhadap WKS Chi Square Test Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 0,225 2 0,894 Likelihood Ratio 0,226 2 0,893 Linear-by-Linear Association 0,035 1 0,852 N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,225. 18
Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 0,225 < Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,894 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) = 0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara asal daerah terhadap perhatian dalam menonton pertunjukan WKS. Tabel C.4 Asal daerah dengan pemahaman terhadap WKS Pemahaman terhadap WKS Total Rendah Sedang Tinggi 2 13 21 36 Asal daerah Soloraya Luar Soloraya 2 11 18 31 Total 4 24 39 67 Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi pemahaman terhadap WKS Chi Square Test Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 0,024 2 0,988 Likelihood Ratio 0,024 2 0,988 Linear-by-Linear Association 0,006 1 0,938 N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson ChiSquare. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,024. Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel = 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 0,024 < Chi Square tabel 5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,988 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) = 0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara asal daerah terhadap pemahaman dalam menonton pertunjukan WKS.
19
Kesimpulan Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 dan 2013 FISIP UNS terhadap pertunjukan Wayang Kampung Sebelah sebagai media kritik sosial adalah baik. Hal ini juga menandakan bahwa mereka menerima dengan adanya pesan kritik sosial yang dibawakan oleh pertunjukan Wayang Kampung Sebelah. Saran Untuk Wayang Kampung Sebelah, sebaiknya program pemerintah yang baik dan terbukti bisa membangun masyarakat juga ditampilkan. Dan tempat serta waku pertunjukan dipastikan agar tidak membingungkan. Untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS angkatan 2012-2013, diusahakan agar lebih rutin lagi menonton pertunjukan wayang. Jikapun tak bisa secara langsung, bisa ditonton melalui channel youtube.
Daftar Pustaka Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo Persada. Dimyati, Ahmad. (2012). Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial (Studi Pada Group Wayang Kulit Gema Rinjani H. Lalu Nasib AR). Mataram: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Mataram. Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. (2001). Wayang Sebagai Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Mas’oed, M. (1999). Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. Yogyakarta: UII PRESS. Mulyana, Deddy. (2004). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Severin, Werner J. & W. Tankard. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa. Jakarta: Pranada Media. ---------------. (2011). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Edisi ke-5. Jakarta: Kencana. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Wayang. http://kbbi.web.id/wayang, 15.37 WIB. 3 Juli 2014.
20