Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN KARTU POSITIF-NEGATIF DI KELAS IV SD INPRES 2 SINEY KECAMATAN TINOMBO SELATAN Watini1, Gandung Sugita2, Anggraini2 Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Email:
[email protected] ABSTRAK Masalah utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 2 Siney pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti menggunakan alat peraga kartu Positif-Negatif yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar baik secara kelompok maupun perorangan. Subjek penelitian ini berjumlah 21 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 8 orang siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data yang diambil adalah data hasil observasi guru dan siswa serta data hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada siklus I materi penjumlahan bilangan bulat diperoleh Presentase Ketuntasan Belajar Klasikal adalah 85,71 % dengan siswa yang tuntas sebanyak 18 orang. Pada siklus II materi pengurangan bilangan bulat, Presentase Ketuntasan Belajar Klasikal mencapai 80,95 % dengan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang. Aktivitas guru pada tindakan siklus I sebesar 79,17 % mencapai kriteria baik dan pada siklus II sebesar 75 % mencapai kriteria baik. Aktivitas Siswa pada siklus I sebesar 81,81 % mencapai kriteria baik dan pada tindakan siklus II sebesar 75 % juga dalam kategori baik. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kartu positif-negatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Inpres 2 Siney Kecamatan Tinombo Selatan pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa, Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat, Penggunaan Kartu Positif-Negatif.
2
ABSTRACK
Watini, 2015. Improving Student Learning Outcomes in te Operation of Addition and Subtraction of Integers Using Negative-positive Cards at 4 th Grade SD Inpres 2 Siney District South Tinombo. Skripsi, Study Program of Elementary School Teacher Education, Department of Science Education, Faculty of Teacher’s Training and Education, University of Tadulako. Supervisor (1) Gandung Sugita, and Cosupervisor (II) Anggraini.
A Basic problem in this research was the lack of student learning outcomes at 4 th grade SD Inpres 2 Siney in operation of addition and substraction of integers matter. To improved studentlearning outcomes, then the researcher using positive-negative cards props involve students actively in learning both groups and individual. Subjects in this research numbered 21 consist of 13 girls and 8 boys. This research have been done in two cycle consist of planning, implementation, observation, and reflection. Data have been obtained is result of teacher and student observation and student result of learning. Result of learning in cycle I the sum of in the integers material obtained learning classical mastery is 85,71 % with who students completed amount 18. Result in cycle II material reduction of integers obtained classical mastery was 80,95 % with who students complete amount 75 % also in good category. Result of research have been shown that using positive-negative cards can increased student learning outcomes of fourth grade SD Inpres 2 Siney District South Tinombo in operation of addition and substraction of integers. Keywors
: Students learning outcomes, Operation of addition and substraction of integers, Negative-positive cards.
PENDAHULUAN Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar
menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta bertanggung jawab. Hal ini jika diimplementasikan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melatih cara berpikir, bernalar, serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Sehingga matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan persaingan.
3
Peran guru dalam mengembangkan potensi siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan merancang suatu model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Dengan demikian, dalam mempelajari matematika dibutuhkan sebuah alat peraga yang menyenangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam kenyataannya, masih banyak sekolah yang mengabaikan alat peraga dalam proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum sesuai dengan tuntutan KKM. Misalnya, kasus yang terdapat di Kelas IV SD Inpres 2 Siney tahun ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, nilai perolehan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) klasikal baru mencapai 40 %. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan wali kelas IV, diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Selama ini pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ceramah dan menjelaskan materi tanpa menggunakan alat peraga, sehingga membuat proses belajarmengajar menjadi kurang efektif karena model pembelajaran berpusat kepada guru dan siswa menjadi pasif, serta proses belajar-mengajar hanya berjalan satu arah sehingga memungkinkan siswa kurang memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Berikut ini adalah contoh kesalahan siswa yang didapatkan setelah peneliti melakukan observasi awal di kelas IV SD Inpres 2 Siney tahun ajaran 2012/2013 sebagai berikut: Soal : Selesaikanlah penjumlahan bilangan bulat berikut ini. 6
=….
1.
4
+
2.
4
+ (-6) =….
3.
-4 + (-6) =….
4.
4
-
5.
4
- (-6) =….
6.
-4 - (-6) =….
6
=….
Jawaban Siswa : 1.
4
+
6
= 10
2.
4
+ (-6) = 2
3.
-4 + (-6) = 2
4
4.
4
-
5.
4
- (-6) = 6
6.
6
-4 -
= 6
(-6) = 6
Dari jawaban siswa untuk soal no. 1 jawaban siswa benar. Sedangkan soal No. 2 dan No.3 nampak jawaban siswa sama padahal bunyi soal berbeda, demikian halnya pada soal nomor 4, 5, dan 6. Hal ini menandakan siswa kurang memahami soal dan belum menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Oleh karena itu, peneliti mencoba menawarkan alat peraga berupa kartu positif-negatif untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan operasi hitung bilangan bulat. Berdasarkan uraian diatas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Menggunakan Kartu Positif-Negatif di Kelas IV SD Inpres 2 Siney Kecamatan Tinombo Selatan”. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan Kelas.Desain penelitian ini mengacu pada model penelitian kelas yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection) yang bersiklus. Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2 Siney Kecamatan Tinombo Selatan pada semester II tahun ajaran2013/2014. Alasan peneliti karena sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut, sehingga akan mempermudah penelitian karena sudah memahami karakteristik siswa yang akan menjadi objek penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 21 orang, yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014, yang dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok berdasarkan tingkat kemampuan siswa dan jenis kelamin siswa. HASIL Hasil penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu (1) hasil pra tindakan dan (2) hasil pelaksanaan tindakan. Adapun rincian dari masing-masing hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Hasil Pra Tindakan
5
Penelitian dilakukan di kelas IV semester II SD Inpres 2 Sine desa Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Selatan. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melaksanakan tes awal pada hari kamis tanggal 29 Januari 2013 sebagai pengetahuan prasyarat sebelum mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Jumlah soal tes awal sebanyak 3 nomor yang diikuti oleh siswa sebanyak 21 orang yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014. Analisis hasil tes awal diperoleh Ketuntasan Belajar Klasikal sebesar 47,61 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes awal masih rendah. Sebelum peneliti memberikan tindakan pada siklus I, peneliti memberikan penjelasan dan gambaran secara umum tentang bilangan bulat. Karena berdasarkan hasil tes awal terlihat kebanyakan siswa belum memahami penjumlahan bilangan bulat. Berdasarkan hasil tes awal
peneliti
memilih 5 orang siswa sebagai subjek penelitian yaitu Moh Risman (S1), Fahrul Razi (S2), Moh. Ridwan C. (S3), Moh. Yandi (S4), dan Abdul Waris (S5). Masing-masing berkemampuan rendah berdasarkan tes awal dan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV SD Inpres 2 Siney. Dari hasil tersebut, peneliti langsung membagi siswa kedalam 5 (lima) kelompok berdasarkan kemampuan masing-masing. 1 (Satu) kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan 4 (empat) kelompok terdiri dari 4 orang siswa yang berkemampuan heterogen yaitu 1 orang berkemampuan tinggi, 2 orang berkemampuan sedang, dan 1 orang berkemampuan rendah. Pemilihan kelompok ini pun disesuaikan dengan jenis kelamin siswa, masingmasing kelompok dibagi secara merata baik siswa laki-laki maupun perempuan. Hasil Pelaksanaan Tindakan Adapun hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut : a. Hasil Pelaksanaan Siklus I 1) Perencanaan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu menyiapkan semua perangkat pembelajaran meliputi : 1
Menyiapkan materi penjumlahan bilangan bulat.
2
Menyusun rencana pembelajaran ( RPP ).
3
Menyiapkan alat peraga berbentuk kartu positif-negatif.
4
Menyiapkan LKS kelompok.
5
Merancang tes akhir.
6
Merancang format observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
6
Tindakan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 3 Pebruari 2014 dikelas IV SD Inpres 2 Siney dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang sebelumnya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (a) Pendahuluan, (b) Kegiatan Inti, (c). Penutup. Dengan rincian sebagai berikut : (a) Pendahuluan Pada awalnya peneliti menyampaikan salam pembuka kepada siswa, selanjutnya menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengecek kelengkapan bahan belajar siswa dan menginformasikan tujuan pembelajaran serta memberikan apersepsi diawal pembelajaran. (b) Kegiatan Inti Kegiatan ini dimulai dengan pemaparan materi penjumlahan bilangan bulat, mulai dari penjumlahan bilangan positif dengan bilangan positif, bilangan positif dengan bilangan negatif atau sebaliknya, dan bilangan negatif dengan bilangan negatif. Peneliti memperagakan cara menggunakan kartu positif-negatif dalam menyelesaikan soal-soal tentang materi yang sedang dibahas. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Peneliti membagikan LKS dan kartu positif-negatif kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang ada di dalam LKS. Peneliti memantau dan mengamati aktivitas yang dilakukan siswa dalam kelompoknya. Peneliti melakukan monitoring setiap kelompok untuk memastikan kegiatan setiap anggota tim aktif dan lancar. Siswa menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami kepada peneliti, selanjutnya masing-masing kelompok secara bergiliran menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Peneliti dan siswa secara bersama-bersama menyimpulkan hasil akhir pertemuan dan menutupnya dengan mengucapkan salam. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Pebruari 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Mengawali pertemuan peneliti menjelaskan kembali materi penjumlahan bilangan bulat, kemudian membagi tes akhir siklus I dan meminta siswa untuk menyelesaikannya secara individu. Tempat duduk siswa diatur dengan jarak tertentu agar peneliti mudah untuk memantau dan mengawasi saat siswa menyelesaikan tes. Tes
7
akhir ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa termotivasi dengan kualitas yang dimilikinya serta merasa mampu mengerjakan tes akhir secara individu. a. Hasil Observasi dan wawancara a. Observasi Observasi
dilaksanakan
selama
pembelajaran
berlangsung
untuk
mendokumentasikan segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Guru pengamat yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas siswa dan guru menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. 1) Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Guru (Peneliti) Observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan oleh guru kelas IV bapak Arsid Atira selaku pengamat. Dari hasil observasi persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 79,17 % termasuk dalam kategori baik. Adapun aspek yang diobservasi meliputi : (1) Mempersiapkan siswa untuk proses pembelajaran, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (3) Mengecek pengetahuan prasyarat siswa (apersepsi), (4) Menyajikan materi pelajaran, (5) Memberikan contoh cara pengerjaaan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang sesuai dengan pengerjaannya, (6) Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan, (7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (8) meminta siswa untuk mengambil tempat dalam kelompok masing-masing, (9) Membagi LKS dan kartu bilangan positif-negatif kepada setiap kelompok (10) Menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (11) Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya, (12) Memberikan bimbingan kelompok, (13) meminta setiap kelompok untuk mempresentasekan hasil LKS, kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapi, (14) Memberikan petunjuk terhadap jawaban siswa, (15) Memberikan tes individu kepada siswa, (16) Menilai pekerjaan siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. 2) Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh teman sejawat, diperoleh informasi bahwa persentase nilai rata-rata aktivitas siswa 81,81 % termasuk dalam kategori baik.. Adapun aspek yang diobservasi meliputi : (1) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, (2)
8
mendengarkan tujuan pembelajaran, (3) Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan, (4) Menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai kontrol pemahaman materi yang sedang dibahas, (5) memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (6) Menggunakan kesempatan bertanya yang diberikan guru, (7) Bergabung dengan kelompok belajar dan menempati tempat yang telah ditentukan, (8) Menerima LKS dan alat peraga kartu bilangan yang dibagikan guru, (9) Keaktifan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok, (10) Partisipasi siswa dalam memecahkan masalah pada soal yang ada pada LKS, (11) Mempresentasekan hasil kerja kelompok, (12) Memperhatikan jawaban guru, (13) Mencatat jawaban yang benar, (14) Mengerjakan tes akhir secara individu, (15) menerima hasil tes akhir. 3).
Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan penggunaan kartu
bilangan positif-negatif, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir akhir tindakan secara individu. Soal yang diberikan sebanyak 4 nomor (lihat lampiran 11). Dari hasil analisis soal tes akhir diketahui siswa yang tuntas adalah 18 orang dari 21 siswa dengan presentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 85,71 %. b. Wawancara Wawancara dilaksanakan hari kamis tanggal 6 Februari 2014. Peneliti melakukan wawancara pada informan setelah peneliti memeriksa hasil tes akhir. Fokus pertanyaan yang diberikan terkait dengan materi dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil wawancara dengan informan diperoleh jawaban yang beragam dari kelima informan yang ada. Berikut beberapa penggalan dialog peneliti dengan informan, antara lain :
G :
S1 : G : S1 : G : S3 :
G S3 G S3 G
: : : : :
Bagaimana pendapatmu dengan cara ibu mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat menggunakan kartu positif-negatif? Saya merasa agak mudah memahami daripada biasanya,bu! Mengapa bisa demikian? Karena cara ibu mengajar menggunakan kartu, sehingga saya langsung mempraktekkan konsep matematika yang ibu ajarkan. Bagaimana pendapatmu dengan pelajaran yang ibu berikan? Kemarin pada waktu kerja kelompok saya sudah mengerti cara menggunakan kartu bilangan, karena terbantu dengan teman-teman, bu. Kalau begitu mengapa hasil akhirmu rendah, nak? Saya masih bingung bu. Apanya yang belum adik pahami? Saya belum mahir menambahkan kartu netral dalam menjawab soal, bu. Oh begitu, kalian semua dengarkan ibu. Kartu netral ditambahkan sejumlah nilai bilangan kedua dari soal contohnya 3 + (-4). Penjumlahan artinya menggabungkan bilangan positif 3 dengan negatif 4. Prosesnya adalah kita mempunyai 3 buah kartu positif kemudian kita tambahkan dengan 4 kartu negatif disebelahnya, selanjutnya gabungkan kartu tersebut
9
hingga membentuk kartu netral seperti ini (contoh diatas meja). Setelah terbentuk kartu netral itu artinya bernilai nol. Maka sisanya 1 buah kartu negatif. Mengerti anak-anak? S1,2,3: Ia, bu. Kami sudah mengerti sekarang.
Dari hasil dialog terdapat berbagai macam pendapat siswa, ada yang senang dengan penggunaan kartu positif-negatif dan adapula yang belum mahir menggunakan kartu netral dalam menyelesaikan soal. Maka peneliti menyimpulkan bahwa secara umum semua siswa senang belajar karena menggunakan alat peraga kartu positif-negatif yang dapat membangkitkan minat dan kreativitas siswa dengan baik. Mereka dapat bekerja sama dalam kelompok sehingga terjadi keakraban satu sama lain, walaupun masih terdapat siswa yang kurang mahir dalam menggunakan kartu positif-negatif. b. Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi atau mengkaji ulang mengenai kelebihan dan kelemahan selama proses pembelajaran menggunakan kartu positif-negatif. Kelebihan dari penggunaan kartu positif-negatif adalah siswa lebih tertarik dan berminat untuk mempelajari materi operasi penjumlahan bilangan bulat karena mereka merasa mudah untuk memahami konsep penjumlahan melalui penggunaan kartu positif-negatif. Kemudian dapat membantu peneliti dalam menerapkan konsep penjumlahan bilangan positif dengan positif, bilangan positif dan negatif maupun sebaliknya, serta penjumlahan bilangan negatif dengan negatif. Alat peraga ini juga dapat menurunkan keabstrakan dari konsep penjumlahan bilangan bulat. Adapun kelemahan dari penggunaan kartu positifnegatif adalah peneliti harus mempersiapkan secara matang segala sesuatunya seperti pemilihan bahan, warna, dan bentuk yang disukai anak-anak dan mudah untuk memasangkan ketika membuat kartu netral. Selanjutnya peneliti harus menggunakan bahan selotip atau isolasi ketika menjelaskan materi dipapan tulis. Siswa pun dituntut untuk mahir menggunakan kartu positif-negatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran yang biasanya menambahkan kartu netral (bernilai nol). Setelah peneliti melakukan tindakan menggunakan kartu positif-negatif, Persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas siswa sebesar 81,81 % dalam kategori baik dan aktivitas guru sebesar 79,17 % juga mencapai kategori baik. Hal ini menunjukkan pelaksanaan siklus I telah berhasil. Dari hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh yaitu 85,71 %. Menanggapi hasil tes bahwa ada siswa yang belum tuntas pada siklus I akan dituntaskan pada wawancara. b. Hasil Pelaksanaan Siklus II 1) Perencanaan
10
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu menyiapkan semua perangkat pembelajaran meliputi : 1. Menyiapkan materi tentang operasi pengurangan bilangan bulat. 2. Menyusun rencana pembelajaran ( RPP ). 3. Menyiapkan alat peraga berbentuk kartu positif-negatif. 4. Menyiapkan LKS kelompok. 5. Merancang tes akhir. 6. Merancang format observasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 17 Pebruari 2014 dikelas IV SD Inpres 2 Siney dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang sebelumnya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (a) Pendahuluan, (b) Kegiatan Inti, (c). Penutup. Dengan rincian sebagai berikut : a) Pendahuluan Pada awalnya peneliti menyampaikan salam pembuka kepada siswa, selanjutnya menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengecek kelengkapan bahan belajar siswa dan menginformasikan tujuan pembelajaran serta memberikan apersepsi diawal pembelajaran. b) Kegiatan Inti Kegiatan ini dimulai dengan pemaparan materi pengurangan bilangan bulat, mulai dari pengurangan bilangan positif dengan bilangan positif, bilangan positif dengan bilangan negatif atau sebaliknya, dan bilangan negatif dengan bilangan negatif. Peneliti memperagakan cara menggunakan kartu positif-negatif dalam menyelesaikan soal-soal tentang materi yang sedang dibahas. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Peneliti membagikan LKS dan kartu positif-negatif kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang ada di dalam LKS. Peneliti memantau dan mengamati aktivitas yang dilakukan siswa dalam kelompoknya. Peneliti melakukan monitoring setiap kelompok untuk memastikan kegiatan setiap anggota tim aktif dan lancar. Siswa menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami kepada peneliti, selanjutnya masing-
11
masing kelompok secara bergiliran menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Peneliti dan siswa secara bersama-bersama menyimpulkan hasil akhir pertemuan dan menutupnya dengan mengucapkan salam. c) Kegiatan Akhir Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Pebruari 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Mengawali pertemuan peneliti menjelaskan kembali materi pengurangan bilangan bulat, kemudian membagi tes akhir siklus II dan meminta siswa untuk menyelesaikannya secara individu. Tempat duduk siswa diatur dengan jarak tertentu agar peneliti mudah untuk memantau dan mengawasi saat siswa menyelesaikan tes. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa termotivasi dengan kualitas yang dimilikinya serta merasa mampu mengerjakan tes akhir secara individu. c. Hasil Observasi dan wawancara a. Observasi Observasi
dilaksanakan
selama
pembelajaran
berlangsung
untuk
mendokumentasikan segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Guru pengamat yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas siswa dan guru menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. 1) Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Guru (Peneliti) Observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan oleh guru kelas IV bapak Arsid Atira selaku pengamat. Dari hasil observasi persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 75 % termasuk dalam kategori baik. Adapun aspek yang diobservasi meliputi : (1) Mempersiapkan siswa untuk proses pembelajaran, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (3) Mengecek pengetahuan prasyarat siswa (apersepsi), (4) Menyajikan materi pelajaran, (5) Memberikan contoh cara menggunakan kartu positif-negatif dalam menyelesaikan soal, (6) Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan, (7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (8) meminta siswa untuk mengambil tempat dalam kelompok masing-masing, (9) Membagi LKS dan kartu bilangan positif-negatif kepada setiap kelompok (10) Menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (11) Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya, (12) Memberikan bimbingan kelompok, (13) meminta setiap kelompok untuk mempresentasekan hasil LKS, kelompok
12
yang lain memperhatikan dan menanggapi, (14) Memberikan petunjuk terhadap jawaban siswa, (15) Memberikan tes individu kepada siswa, (16) Menilai pekerjaan siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. 2) Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh teman sejawat, diperoleh informasi bahwa persentase nilai rata-rata aktivitas siswa 75 %. Adapun aspek yang diobservasi meliputi : (1) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, (2) mendengarkan tujuan pembelajaran, (3) Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan, (4) Menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai kontrol pemahaman materi yang sedang dibahas, (5) memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (6) Menggunakan kesempatan bertanya yang diberikan guru, (7) Bergabung dengan kelompok belajar dan menempati tempat yang telah ditentukan, (8) Menerima LKS dan alat peraga kartu bilangan yang dibagikan guru, (9) Keaktifan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok, (10) Partisipasi siswa dalam memecahkan masalah pada soal yang ada pada LKS, (11) Mempresentasekan hasil kerja kelompok, (12) Memperhatikan jawaban guru, (13) Mencatat jawaban yang benar, (14) Mengerjakan tes akhir secara individu, (15) menerima hasil tes akhir. 3) Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan penggunaan kartu positif-negatif, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir akhir tindakan secara individu. Soal yang diberikan sebanyak 4 nomor. Dari hasil analisis soal tes akhir diketahui siswa yang tuntas adalah 17 orang dari 21 siswa dengan presentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80,95 %. b. Wawancara Wawancara dilaksanakan hari kamis tanggal 20 Pebruari 2014. Peneliti melakukan wawancara pada informan setelah peneliti memeriksa hasil tes akhir. Fokus pertanyaan yang diberikan terkait dengan materi dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil wawancara dengan informan diperoleh jawaban yang beragam dari kelima informan yang ada. Berikut beberapa penggalan dialog peneliti dengan informan, antara lain : G S3
: :
G
:
Apa kabarmu nak S3? Bagaimana pendapatmu dengan soal tadi? Jujur bu, kendala saya sama dengan teman S2. Kadang saya tidak mengerti apa yang harus saya perbuat untuk menjawab soal itu. Jadi kesulitanmu hampir sama dengan temanmu S2? Makanya sebelum menjawab perhatikan dulu bunyi soal apakah diawali dengan bilangan bertanda positif atau negatif. Kalau sudah dicermati barulah kita bisa mengambil sikap. Adik paham maksud ibu?
13
S3 G
: :
S4
:
G
:
Ia bu, bagus kalau begitu. Selanjutnya ibu bertanya kepada adik S4? Ibu lihat hasil tesmu juga masih rendah, mengapa bisa demikian? Saya bingung cara menjawab soal karena nilainya besar yaitu 25, sedangkan contoh kemarin (waktu belajar) angka/nilainya masih kecil yaitu angka 4 dan 5. Bagaimana kalau seandainya angkanya lebih besar lagi bu? Oke, ibu paham sekarang apa sebenarnya kesulitanmu. Untuk kalian semua perhatikan ibu, kalau angka/nilai pengurangan masih kecil kita bisa menggunakan kartu bilangan untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, kalau angka/nilainya besar misalnya 54 – (-47) maka kita bisa menggunakan cara II yang sudah ibu ajarkan kemarin.
Secara garis besar, peneliti menyimpulkan bahwa semua informan senang dengan penerapan alat peraga kartu positif-negatif yang dapat membangkitkan minat dan kreativitas mereka dalam menyelesaikan soal-soal dengan baik. Mereka dapat bekerja sama dengan baik dalam diskusi kelompok sehingga terjalin keakraban antara satu dengan yang lain, walaupun masih terdapat siswa yang kurang memahami soal yang berbentuk positif atau negatif. d. Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi atau mengkaji ulang mengenai kelebihan dan kelemahan selama proses pembelajaran menggunakan kartu positif-negatif. Kelebihan dari penggunaan kartu positif-negatif adalah siswa lebih tertarik dan berminat untuk mempelajari materi operasi pengurangan bilangan bulat karena mereka merasa mudah untuk memahami konsep pengurangan melalui penggunaan kartu positif-negatif. Kemudian dapat membantu peneliti dalam menerapkan konsep pengurangan bilangan positif dengan positif, bilangan positif dan negatif maupun sebaliknya, serta pengurangan bilangan negatif dengan negatif. Alat peraga ini juga dapat menurunkan keabstrakan dari konsep pengurangan bilangan bulat. Adapun kelemahan dari penggunaan kartu positifnegatif adalah peneliti harus mempersiapkan secara matang segala sesuatunya seperti pemilihan bahan, warna, dan bentuk yang disukai anak-anak dan mudah untuk memasangkan ketika membuat kartu netral. Selanjutnya peneliti harus menggunakan bahan selotip atau isolasi ketika menjelaskan materi dipapan tulis. Siswa pun dituntut untuk mahir menggunakan kartu positif-negatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran yang biasanya menambahkan kartu netral (bernilai nol). Persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas siswa sebesar 75 % dalam kategori baik dan aktivitas guru sebesar 75 % juga mencapai kategori baik. Hal ini menunjukkan pelaksanaan siklus II telah berhasil. Dari hasil tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh yaitu 80,95 %. Menanggapi hasil tes bahwa ada siswa yang belum tuntas pada siklus II, akan dituntaskan pada wawancara.
14
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan diatas, peneliti memperoleh gambaran bahwa penggunaan kartu positif-negatif dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 16. Pada dasarnya masih terdapat sejumlah kekurangan yang perlu diperhatikan, diantaranya kemampuan siswa belum maksimal dalam menggunakan kartu yang diberikan, terlihat masih banyak yang kesulitan dalam menggunakan kartu apalagi pada siklus II yang membahas operasi pengurangan bilangan bulat. Kebanyakan dari mereka agak bingung menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pengurangan bilangan positif dengan negatif dan sebaliknya. Disinilah letaknya peran peneliti sebagai guru dalam membantu siswa untuk memahami konsep pengurangan bilangan bulat. Selanjutnya peneliti membimbing setiap kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas, mereka bekerja secara aktif dan bekerja sama. Peneliti mengelilingi setiap kelompok untuk melihat kemajuan mereka. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan, maka peneliti memberikan bimbingan dengan cara membantu arah kerja kelompok tersebut. Pembelajaran berikutnya peneliti menyampaikan bahwa beberapa kelompok secara bergiliran mempresentasekan hasil pekerjaan kelompoknya. Pada kegiatan ini terlihat mereka masih enggan dalam mengemukakan pendapatnya. Melihat kondisi seperti ini, peneliti berusaha memaksimalkan keadaan agar mereka mau berdiskusi dan saling menyanggah terhadap jawaban kelompok masing-masing. Kemudian peneliti memberikan masukan serta kritikan terhadap jawaban masing-masing kelompok. Selanjutnya peneliti meminta setiap kelompok untuk menyimpulkan berkaitan dengan langkah-langkah menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kemudian peneliti memberikan nilai kepada kelima kelompok atas partisipasinya dalam kelompoknya. Mengingat waktu pembelajaran yang tidak memungkinkan, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan pada pertemuan kedua. Peneliti mengingatkan bahwa pertemuan kedua adalah pemberian tes akhir tindakan. Hasil evalusi siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menyelesaikan soal penjumlahan dengan baik dibandingkan dengan hasil tes awal sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut terlihat masih ada siswa yang melakukan kesalahan, namun demikian setelah dilakukan wawancara dengan subjek yang menjadi informan mereka dapat menjawab dengan benar.
15
Dari hasil analisis tes akhir tindakan siklus I terhadap 3 orang siswa yang tidak tuntas, diantaranya adalah (1) HN dengan nilai skor perolehan 50, (2) MS dengan skor perolehan 50, dan (3) SF dengan skor perolehan 50, dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 85,71 % (lihat lampiran 14). Meskipun masih terdapat 3 orang siswa yang belum tuntas namun pelaksanaan tindakan siklus I telah berhasil karena presentase ketuntasan belajar klasikal lebih dari 75 % sehingga pembelajaran dapat dilanjutkan dengan materi pengurangan bilangan bulat pada siklus II. Pada siklus II disajikan pembelajaran operasi pengurangan bilangan bulat. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal pengurangan bilangan bulat. Untuk mengatasi kesulitan siswa, penyebab tersebut harus diatasi terlebuh dahulu. Dengan teratasinya penyebab-penyebab tersebut diharapkan siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan operasi pengurangan bilangan bulat. Searah dengan pendapat Hudoyo (1990:4) bahwa bila mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Dari hasil analisis tes akhir tindakan siklus II terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas, diantaranya adalah (1) EL dengan
skor perolehan 63, (2) MF dengan skor
perolehan 63, dan (3) MM dengan skor perolehan 63, dan (4) MS dengan skor perolehan 63, dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 80,95 %. Meskipun masih terdapat 4 orang siswa yang belum tuntas namun pelaksanaan tindakan siklus II dianggap berhasil karena persentase ketuntasan belajar klasikal lebih dari 75 % dan siswa yang belum tuntas akan dilakukan wawancara. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga berupa kartu positif-negatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penggunaan kartu ini pun sangat disukai siswa karena bentuk, warna, serta bahan yang dipilih adalah yang mudah untuk digunakan oleh siswa dan dapt merangsang minat siswa untuk belajar. Pelaksanaan tindakan siklus I dan II pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut : (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyampaikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok belajar, dan (5) evaluasi,
16
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penutup seperti pembelajaran pada umumnya. Pada siklus I terlihat Persentase Nilai Rata-rata (NR) aktivitas siswa sebesar 81,81 % dalam kategori baik dan aktivitas guru sebesar 79,17 % juga mencapai kategori baik. Hal ini menunjukkan pelaksanaan siklus I telah berhasil. Aktivitas pembelajaran yang terjadi selama penerapan siklus I sudah baik. Dari hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh yaitu 85,71 %. Pada siklus II terlihat Persentase Nilai Rata-rata (NR) aktivitas siswa sebesar 75 % dalam kategori baik dan aktivitas guru sebesar 75 % juga mencapai kategori baik. Hal ini menunjukkan pelaksanaan siklus II telah berhasil. Aktivitas pembelajaran yang terjadi selama penerapan siklus II sudah baik. Dari hasil tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh yaitu 80,95 %. Dengan penerapan alat peraga kartu bilangan positif-negatif pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap siklusnya dan adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru. Adapun hal-hal yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah dalam penerapan kartu positif-negatif sangat membutuhkan perencanaan yang matang dalam hal penggunaan alat, bahan, bentuk, dan warna yang harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga dapat merangsang minat siswa dalam belajar. Selanjutnya kepada guruguru kiranya dapat menggunakan kartu positif-negatif ini sebagai salah satu media yang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR RUJUKAN Hudoyo, H. (1988). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Balai Pustaka. Dora. (2013). Peningkatan Hasil Belajar menggunakan Media Kartu Positif-Negatif pada Pembelajaran Matematika.[Online].Http://download.Portalgaruda.Org/article. php?article=112065&val=2338.[13 Nopember 2015].