Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
Peningkatan Kemampuan Menggunakan Tanda Baca Titik, Koma, Dan Titik Dua Dalam Kalimat Melalui Metode Diskusi Di Kelas IV SDN I Ogotua Kec. Dampal Utara Sri Dewi Astuti A., Gazali, dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang membahas kemampuan siswa menggunakan tanda baca titik, koma, dan titik dua dalam kalimat melalui metode diskusi. Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Ogotua, melibatkan 20 orang siswa terdiri atas 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Pada setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh daya serap klasikal 76,6% dan ketuntasan belajar 55%. Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus I mencapai 63,33% dan aktivitas siswa mencapai 60%. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan daya serap klasikal 84,93% sedangkan ketuntasan belajar klasikal 85%. Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus II mencapai 90% dan aktivitas siswa mencapai 86,66%. Dengan demikian dapat dismipulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat di SDN 1 Ogotua. Kata Kunci: Kemampuan Siswa Menggunakan Tanda Baca Titik, Koma, dan Titik Dua dan Metode Diskusi I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang mendasar bagi
pembangunan suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pendidikan nasional pada dasarnya mempunyai fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan tanggungjawab bersama antara guru dan orangtua murid, dan pemerintah. Untuk mewujudkan semua itu guru dan orangtua memegang peranan penting dalam meningkatkan kemajuan belajar siswa. Pendidikan di sekolah merupakan proses kegiatan terencana dan terorganisir yang terdiri atas kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan intelektual siswa, 14
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X dan guru dituntut untuk menyampaikan berbagai macam pengetahuan dan pemahaman siswa. Hal ini dimaksudkan untuk bekal siswa sebagai generasi yang cerdas, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat menyongsong masa depan yang lebih baik. Kondisi yang terjadi di kelas IV SDN 1 Ogotua Kec. Dampal Utara, yaitu masih banyak siswa yang belum mampu menggunakan tanda baca, hal ini tentu akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang lainnya. Sesuai dengan hasil observasi di SDN 1 Ogotua Kec. Dampal Utara ditemukan masalah dalam proses belajar mengajar (PBM): (1) kurangnya pemahaman anak dalam kegiatan pembelajaran menggunakan tanda baca, (2) penggunaan metode seperti metode diskusi belum digunakan oleh guru untuk mengefektifkan siswa, dan (3) pada akhir kegiatan pembelajaran tidak terjadi tindak lanjut hasil kegiatan siswa. Adapun permasalahan yang di alami oleh siswa yaitu kurangnya kemampuan menggunakan tanda baca, titik dan titik dua dalam kalimat, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut perlu mengadakan perubahan dan perbaikan aspek pembelajaran, salah satunya menggunakan metode diskusi. Metode diskusi adalah metode yang digunakan untuk mengembangkan kecakapan siswa secara individual, terutama untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki peserta didik. Metode diskusi di pilih karena metode diskusi dapat memberikan gambaran kepada siswa bagaimna cara memecahkan permasalahan dengan cara bersama – sama dan dapat menyatukan berbagai pendapat dari beberapa siswa. Dengan metode diskusi ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan tanda baca dalam kalimat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kelas IV di pilih karena di kelas IV, karena di kelass IV terdapat materi yang mengajarkan tentang penggunaan katanda baca dalam kalimat. Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa erat kaitannya dengan kemampuan siswa untuk menulis kalimat. Penulisan kalimat yang baik adalah penulisan kalimat yang memperhatikan kaidah ejaan yang berlaku, salah satunya adalah penggunaan tanda baca. Membahas dan
15
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X membicarakan tanda baca berarti mengkaji tanda – tanda yang digunakan dalam tulisan atau bacaan. Bertolak dari pemikiran di atas, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatkan kemampuan menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat melalui metode diskusi siswa kelas IV SDN 1 Ogotua Kec. Dampal Utara”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya siswa kelas IV di SDN 1 Ogotua Kec. Dampal Utara. Menurut Badudu (2002:43), “mendefinisikan bahwa tanda baca adalah tanda-tanda yang dipakai dalam sistem ejaan seperti: tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda tanya dan tanda seru”. Chaer (2005:71) “mengemukakan tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti apa yang kita maksudkan”. a. Tanda titik (.) 1).Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2).Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. 3).Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. 4).Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. 5). Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. 6). Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan waktu. 7). Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan waktu. 8). Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya. 9).Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat penerbit dalam daftar pustaka.
16
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 10).Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau huruf yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. 11). Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, atau satuan ukuran, dan timbangan. 12).Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan judul karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. 13).Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama pengirim surat. 14).Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah. b. Tanda koma (,) 1).Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang. 2). Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan seperti, tetapi dan melainkan. 3). Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. 4). Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. 5). Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat seperti, oleh karena itu, jadi, lagi pula, akan tetapi, meskipun begitu. 6). Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. 7). Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. 8). Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
17
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 9). Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. 10).Tanda koma dipakai di antara penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbit. 11).Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. 12). Tanda koma dipakai di belakang angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan. 13).Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. 14).Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki. 15). Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. c. Tanda titik dua (:) 1). Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap apabila diikuti rangkaian. 2).Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan rangkaian. 3). Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. 4). Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) dia antara bab ayat dalam kitab-kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. 5). Tanda titik dua dipakai di antara judul dan anak judul suatu karangan di antara nama penerbit dengan kata tempat penerbit. 6).Tanda titik dua tiodak dipakai kalau rangkaian pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Berbicara tentang metode pembelajaran memang cukup menarik untuk disimak, karena setiap kegiatan tentu harus merencakan suatu metode, baik dalam kegiatan penelitian maupun kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya, menurut
18
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Abdul (2000: 57) "metode pembelajaran merupakan cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan". II.
METODE PENELITIAN Dari definisi tersebut, maka metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting, karena keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru dalam memilih dan menggunakan metode. Atas dasar itulah, peneliti memilih dan menerapkan metode diskusi dalam proses pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar khususnya pada materi Ekonomi sumber daya alam. Metode diskusi (Ahmad, 1996: 16), dapat didefinisikan sebagai "suatu aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat
tentang
sebuah
topik
atau
masalah
dalam
rangka
mencari
jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada". Adapun, metode diskusi menurut pendapat Ishak Abdulhak (2000: 63). adalah "suatu cara yang digunakan pada proses pembelajaran melalui kerja kelompok untuk membahas dan memecahkan permasalahan yang ditugaskan, sehingga dapat melahirkan suatu kesepakatan bersama". Lebih tegas, Sanjaya (2008: 152), mengemukakan bahwa metode diskusi adalah "metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menambah pengetahuan, dan menjawab pertanyaan". Dari pendapat para ahli di atas, maka metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam semua proses pembelajaran termasuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Setiap metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahannya. Untuk memahami lebih jelas tentang kelebihan dan kelemahan penggunaan metode diskusi di sekolah dasar, dapat disimak pada uraian berikut ini.
19
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Selanjutnya, Sanjaya (2008: 154) mengemukakan bahwa manakala metode diskusi diterapkan/digunakan dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa kelebihannya, yaitu: 1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide. 2) Metode diskusi dapat melatih siswa untuk membiasakan diri dalam bertukar pikiran serta dalam mengatasi setiap permasalahan. 3) Metode diskusi dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Selain mempunyai beberapa kelebihannya, metode diskusi pun memiliki kelemahan-kelemahan, di antaranya apa yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008: 154) sebagai berikut: 1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi yang dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. 2) Kadang-kadang pembahasan materi dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur. 3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. 4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional dan tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi adalah hal biasa, karena setiap metode, model,maupun pendekatan tentu ada kelebihan dan kelemahannya. Namun, dari semua kelemahan yang ada tersebut kita bisa belajar dan dapat dijadikan cermin untuk membimbing siswa dalam diskusi secara optimal. Dengan demikian, tentu apa yang menjadi kelemahan dalam metode diskusi kita sebagai guru perlu melakukan suatu perubahan dam sistem pembelajaran. Adapun jenis diskusi yang diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada materi ekonomi sumber daya alam di kelas IV SD
20
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Negeri Cibanteng adalah jenis diskusi formal, alasannya adalah: Pertama, peneliti menjelaskan permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Kedua, setelah siswa kelas IV memahami masalah tersebut, maka diskusi dimulai dan setiap peserta dibimbing dalam memecahkan masalahnya. Ketiga, setiap kelopok melaporkan hasil diskusi yang diwakili oleh salah seorang siswa atau juru bicaranya masing-masing, sedangkan bagian terakhir dilaksanakan pengambilan keputusan. Namun, apapun jenis diskusi termasuk diskusi formal, Brigges (Sanjaya, 2008: 153) ada etikanya, yaitu "1) setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; 2) setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain; 3) setiap siswa harus saling memberikan respon; 4) setiap siswa harus dapat mencatat ide-ide yang dianggap penting; dan 5) setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi". Agar pelaksanaan diskusi berhasil dengan efektif, Syamsu (2007: 61) menyatakan bahwa perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Persiapan
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai ini mestinya dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi, karena tujuan yang jelas dapat dijadikan kontrol pada pelaksanaannya. 2) Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu pula, penentuan jenis diskusi tersebut harus tepat dengan permasalahannya, sehingga pelaksanaan diskusi itu akan lebih efektif. 3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau permasalahan yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pembelajaran. 4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi. Misalnya, ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi, seperti moderator,notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan. b.
Pelaksanaan Diskusi
21
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi. 2) Memberikan pengarahan dan bimbingan sebelum dilaksanakan diskusi. Misalnya, menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai jenis diskusi yang akan dilaksanakan. 3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Misalnya, tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya. 4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta/kelompok diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. 5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian bisanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus. c.
Penutup Diskusi
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. 2) Me-riview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penelitian tindakan kelas dimulai dengan indentifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas subyek penelitian, yaitu materi yang dibahas adalah menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat dan jumlah siswa yang akan dijadikan subyek penelitian adalah 20 siswa. Hasil tes awal diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 40% dan daya serap klasikal mencapai 58,2%. Hal ini belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh SDN 1 Ogotua, sehingga perlu dilaksanakan siklus I.
22
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Tahap tindakan ini yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap akhir. 1) Pendahuluan Pada tahap ini peneliti memberi motivasi awal kepada siswa, menuliskan konsep, dan meyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan. Tujuan pembelajaran dalam siklus satu dapat dilihat pada masingmasing Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 2) Tahap inti Pada tahap ini, peneliti menjelaskan materi tentang menggunakan tanda baca dengan baik sesuai dengan RPP. Peneliti menjelaskan materi tentang cara menggunakan tanda baca yang diajarkan peneliti kepada siswa kelas IV dengan menggunakan metode diskusi. Selain menjelaskan materi, peneliti juga membagi
siswa
dalam
beberapa
kelompok
serta
mengarahkan
dan
membimbing kelompok tersebut dalam melaksanakan diskusi. 3) Tahap Akhir Pada tahap ini, peneliti membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari, memberikan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa. Hasil Observasi Hasil observasi aktivitas guru jumlah skor 28 dari 45 skor maksimal dengan rata-rata penilaian 63,33% dan masuk pada kriteria cukup. sedangkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukan jumlah skor 27 dari skor maksimal 45 diperoleh persentase rata-rata 60 dengan kriteria cukup. Hasil Tes Akhir Siklus I Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus satu dengan menggunakan metode diskusi dalam melatih siswa menggunakan tanda baca, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes. Berdasarkan hasil tes penilaian, menunjukan daya serap klasikal mencapai 76,6% dan ketuntasan belajar siswa mencapai 55% dengan kriteria cukup. Hasil ini belum memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Hasil ini disebabkan
23
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X masih terdapat beberapa siswa yang belum menggunakan tanda baca tidak tepat sehingga kesulitan dalam menempatkan tanda baca tersebut. Dengan demikian, peneliti perlu melanjutkan penelitian sampai siklus II untuk memperbaiki proses pada siklus I atau konsep yang belum terlalu dipahami siswa akan diperjelas kembali. Analisis dan Refleksi Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I memperoleh hasil observasi aktivitas siswa dan hasil observasi guru/peneliti pada saat proses belajar mengajar menunjukan hasil rata-rata dalam kriteria cukup. Setelah diberikan tes akhir tindakan siklus I, hasil analisa data tes hasil belajar menunjukan daya serap klasikal mencapai 76,6%, belum memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan yaitu 80%. Sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 55%, juga belum mencapai indikator kinerja yaitu minimal 70%. Walaupun, terdapat 9 orang siswa yang belum tuntas. Siklus II Sama halnya dengan siklus I, tindakan siklus II. Tes akhir yang dimaksud adalah penilaian penggunakan tanda baca dalam kalimat bagi siswa kelas IV dengan
menggunakan
metode
diskusi.
Pelaksanaan
tindakan
siklus
II
dilaksanakan selama dua jam pelajaran. Aktivitas guru siklus dua selama proses pembelajaran dikelas dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar dengan cara mengisi lembar observasi yang disediakan. Jumlah skor yang diperoleh mencapai 39 dari 45 skor maksimal dengan persentase rata-rata 90% dan kriteria rata-rata sangat baik. Dalam hal ini, sangat baik sebagai guru, fasilitator, motivator dan evaluator, serta bertindak sebagai pengamat. Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan: (a) melaksanakan RPP; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain sebagainya. Guru sebagai fasilitator dan motivator, melakukan kegiatan: (a) memotivasi siswa selama pembelajaran dan cara memberikan sosial latihan dengan menggunakan metode diskusi: (b) membimbing siswa yang masih kesulitan: dan (c) mengarahkan siswa membuat kesimpulan materi. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan dengan tujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
Berdasarkan
hasil
observasi
aktivitas
siswa
24
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X menunjukan jumlah skor adalah 38 dari skor maksimal 45 diperoleh persentae rata-rata 86,66% dengan rata-rata kriteria baik. Hasil Tes Akhir Siklus II Berdasarkan hasil analisis penilaian menunjukan persentase rata-rata daya serap klasikal siswa adalah 84,93% dengan kriteria baik dan ketuntasan belajar klasikal 85%. Hasil penelitian ini dikatakan berhasil atau hipotesis dapat dibuktikan. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II Dari hasil observasi, hasil penilaian hasil pada siklus II, selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa penilaian tindakan kelas ini secara keseluruhan semua kriteria aktivitas guru dan siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan tanda baca melalui metode diskusi mengalami peningkatan. Pembahasan SIKLUS I Berdasarkan hasil aktivitas guru siklus I jumlah skor yang diperoleh yaitu 28 dari 45 skor maksimal dengan rata-rata penilaian 63,33% dan masuk pada kriteria cukup. Berdasarkan hasil tersebut guru masih belum mampu melakukan apersepsi dengan baik dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil aktivitas siswa siklus I jumlah skor yang diperoleh yaitu 27 dari 45 skor maksimal dengan rata-rata penilaian 60% dan masuk pada kriteria cukup. Berdasarkan hasil tes penilaian, menunjukkan dari 20 siswa yang mengikuti tes, terdapat 11 orang siswa yang tuntas dan 9 orang siswa yang tidak tuntas dengan daya serap klasikal mencapai 76,6% dan ketuntasan belajar siswa mencapai 55%. Hal ini menunjukkan 9 siswa yang tidak tuntas belum mampu menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat. Siswa juga kesulitan dalam menentukan dalam menenmpatkan tanda baca karena siswa kurang memeperhatikan guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Siswa juga masih belum mampu menyimak penjelasan pembelajaran yang disampaikan
25
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X oleh guru, masih ada siswa yang bermain saat pembelajaran berlangsung dan ada pula siswa yang malu bertanya kepada guru tentang hal – hal yang belum dipahaminya karena takut temannya tertawa. Dari hal tersebut guru melaksanakan siklus II untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Siklus II Berdasarkan hasil aktivitas guru siklus II jumlah skor yang diperoleh yaitu 39 dari 45 skor maksimal dengan rata-rata penilaian 90% dan masuk pada kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut guru telah memeperbaiki semua pembelajaran dan telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil aktivitas siswa siklus I dari 12 indikator yang diberikan semua indikator tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Jumlah skor yang diperoleh yaitu 52 dari 60 skor maksimal dengan rata-rata penilaian 86,66% dan masuk pada kriteria baik. Berdasarkan hasil tersebut siswa telah mampu memperbaiki pembelajaran dari siklus I dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan
hasil
tes
penilaian, menunjukkan dari 20 siswa yang mengikuti tes, terdapat 17 orang siswa yang tuntas dan 3 orang siswa yang tidak tuntas dengan daya serap klasikal mencapai 84,93% dan ketuntasan belajar siswa mencapai 85%. Hal ini menunjukkan siswa mampu menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat dan memenuhi indikator yang telah ditetapkan walaupun masih terdapt 3 orang siswa yang belum tuntas karena siswa tersebut belum mampu memahami materi yang diajarkan, sehingga guru melakukan refleksi kepada 3 orang siswa tersebut untuk mengetahui pembelajaran yang belum dipahaminya. IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian daya serap klasikal pada siklus I mencapai 76,66% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 55%. Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus I mencapai 63,33% dan aktivitas siswa mencapai 60%. Pencapaian ini belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan. Pada tindakan siklus II daya serap klasikal mencapai 84,93% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 85%. Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus II mencapai 90% dan
26
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X aktivitas siswa mencapai 86,66%. Peningkatan skor perolehan pada siklus II telah membuktikan hipotesis tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan menggunakan tanda baca titik, koma dan titik dua dalam kalimat siswa di kelas IV SDN 1 Ogotua Kec. Dampal Utara. Saran Adapun saran-saran yang perlu peneliti sampaikan yaitu sebagai berikut; 1. Kepada pengambil kebijakan agar mendorong guru-guru sehingga termotivasi dalam menulis karya ilmiah guna memperbaiki mutu pembelajaran. 2. Kepada guru-guru agar kiranya dapat meningkatkan kompetensi-kompetensi sehingga benar-benar menjadi guru yang profesional. 3. Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa, guru sebaiknya menggunakan metode diskusi sehingga siswa mampu menggunakan tanda titik, koma dan titk dua. DAFTAR PUSTAKA Badudu. (2002). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka sinar harapan Chaer. (2005). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Depdiknas. (2005). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen. Djauzak, Ahmad. (1996). Ketereampilan Berbicara. Surakarta: Yuma Pustaka. . Indra. (2010). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ishak, Abdul. (2000). Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Marlina. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Biromaru pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Latihan. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Tadulako Palu: Tidak diterbitkan. Ramadhan. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. (2008). Saran dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syamsu. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Rosda Jayaputra. Tabrani, Rusyan. (2003). Metode Diskusi. Jakarata:Rineka Cipta.
27
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Wahyuni. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Latihan di Kelas IV SD Watubula. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Tadulako Palu: Tidak diterbitkan.
28