JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISA PENCAPAIAN HEALTH SAFETY ENVIRONMENT (HSE) PERFORMANCE INDICATOR PADA KONTRAKTOR BERDASARKAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) PT. X PURWOKERTO Dwi Arita ‘Afuaniyah, Hanifa Maher Denny, Ida Wahyuni Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : Contractor Safety Management System (CSMS) is an aspect of Occupational Health and Safety (OHS) management system for contractors’ work. CSMS application level can be seen through the percentage achievement of Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator. HSE Performance Indicator can be used to monitor safety performance by looking at lagging and leading indicators. The absence of measurement HSE Performance Indicator contractors of PT. X can cause a lack of discipline OHS program implementation contractors for execute their work. This study aims to determine the achievement of HSE Performance Indicator contractor PT. X uses a qualitative method by conducting in-depth interviews. The subjects of this study consisted of two main informants and two informants triangulation. The results showed that the implementation of CSMS in PT. X consist of the step of administration which includes risk assessment, pre-qualification, and selection and implementation phase of work includes pre-implementation and implementation activities. While the achievement of HSE Performance Indicator contractors with high risk occupations amounted to 27.33%, the achievement of HSE Performance Indicator contractor to work as medium risk amounted to 13.83%, and the achievement of HSE Performance Indicator contractors with a low risk occupations amounted to 28.08%. Achievement of HSE Performance Indicator is strongly influenced by the implementation of CSMS stages. PT. X needs to do more rigorous screening to select a contractor who truly realize the importance of the implementation of OHS during works, in addition to the need for closer scrutiny of the implementation of OHS program contractors during the execution of a work in progress. Key Words : Contractor Safety Management System (CSMS), Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator
391
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
PENDAHULUAN
produksi, dan citra perusahaan. Tingkat
LATAR BELAKANG
penerapan CSMS dapat dilihat melalui
Perusahaan besar saat ini sudah banyak
yang
menunjuk
persentase pencapaian Health
perusahaan
Safety
Environment
(HSE)
kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan.
Indicator.
Performance
Pada dasarnya, tingkat risiko pekerjaan
dapat berfungsi untuk memonitor kinerja
kontraktor
risiko
keselamatan dengan melihat indikator
rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi.
lagging dan leading.3 Lagging indicator
Oleh
merupakan
dibedakan
karena
itu,
menjadi
kontraktor
dituntut
melaksanakan pekerjaannya secara aman
HSE
indikator
Performance Indicator
yang
digunakan
untuk mengukur keberhasilan penerapan
1
dari segi K3. Namun, pekerja kontraktor
aspek HSE selama proses pelaksanaan
kurang disiplin dalam menerapkan K3.
pekerjaan. Sedangkan leading indicator
Selain itu, pemahaman pekerja kontraktor
adalah indikator yang digunakan untuk
mengenai
menunjukkan
rendah.
peraturan Oleh
adanya
K3
karena
juga
itu,
implementasi
masih
disamping
SMK3
program-
program HSE selama proses pelaksanaan kegiatan.4
oleh
perusahaan user, perlu adanya upaya K3
PT.
guna menjamin K3 kontraktor dalam bekerja.
pencapaian
X
merupakan
salah
satu
perusahaan yang mendistribusikan listrik.
2
Perusahaan ini mendistribusikan listrik
Upaya keselamatan
K3
dalam
kontraktor
menjamin
untuk daerah Jawa Tengah dan Daerah
dilaksanakan
Istimewa Yogyakarta. PT. X menunjuk
melalui Contractor Safety Manajemen
beberapa kontraktor
System (CSMS). CSMS sering disebut
melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang
juga dengan SMK3 Kontraktor. CSMS
dilakukan
merupakan sistem pengelolaan aspek K3
bahaya tinggi, sedang, dan rendah yang
untuk
dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
kontraktor
dalam
pelaksanaan
tersebut
untuk
membantu
memiliki
pekerjaannya. Penerapan CSMS yang
Kecelakaan
tidak baik akan menimbulkan rendahnya
mengganggu
kesadaran akan pentingnya penerapan K3
menurunkan produktivitas kerja.
di lingkungan kerja. Apabila hal tersebut
Menurut
kerja
tersebut
proses
survey
kerja
awal
potensi
dapat dan
yang
terus berlanjut, maka dapat menimbulkan
dilakukan, PT. X memiliki panduan CSMS
terjadinya
penyakit
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
pencemaran
oleh para kontraktor. Tingkat penerapan
lingkungan dan kerugian lain seperti
CSMS dapat diketahui dengan melihat
kerusakan
pencapaian HSE Performance Indicator.
akibat
kecelakaan kerja
alat,
(PAK),
kerja,
menurunnya
proses 392
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Penilaian tersebut berfungsi untuk melihat
dengan
performa
K3
cara
wawancara
(e-Journal) 2356-3346)
mendalam
kontraktor
selama
(indepth
pekerjaan.
Namun
triangulasi, dan observasi. Teknik analisis
sayangnya, meskipun telah ada panduan
data yang digunakan adalah dengan
CSMS,
melakukan pengumpulan data, reduksi
melaksanakan
belum
dilakukan
penilaian
pencapaian HSE Performance Indicator.
data,
Pada tahun 2015 terjadi satu kecelakaan
kerja
pada
Terjadinya
kecelakaan
interview),
penyajian
data,
dokumentasi,
dan
penarikan
kesimpulan.
kontraktor.
Uji validitas data dalam penelitian
kerja
erat
pencapaian
HSE
metode triangulasi sumber yang dilakukan
Performance Indicator kontraktor. Oleh
dengan cara mengecek data yang telah
karena itu, perlu adanya penelitian lebih
diperoleh melalui beberapa sumber. dan
lanjut
pencapaian
triangulasi teknik dilakukan dengan cara
HSE Performance Indicator pada para
mengecek data kepada sumber yang
kontraktor PT. X berdasarkan CSMS. Hal
sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
tersebut berguna untuk mengurangi angka
dengan menggunakan dokumen-dokumen
kecelakaan
dan observasi.5
kaitannya
dengan
untuk
menganalisis
kerja
serta
ini
melakukan
pencegahan kecelakaan kerja dengan
dilakukan
dengan
menggunakan
Uji reliabilitas dilakukan dengan
tepat agar dapat menciptakan lingkungan
pengecekan
kerja yang aman, nyaman, efisien, dan
dilakukan dengan melakukan verifikasi
produktif.
informasi yang diperoleh dari informan
kesesuaian
informasi
dengan hasil observasi peneliti. METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian
kualitatif
Karakteristik Informan
dengan
pendekatan cross sectional. Penentuan
Penelitian ini mengambil 2 orang
subyek penelitian atau informan dilakukan
informan
dengan cara purposive dan snowball.
kelamin laki-laki. Usia informan utama
Informan
ini
tersebut yaitu 39 tahun dan 42 tahun.
adalah Kontraktor PT. X dengan kategori
Informan tersebut merupakan manajer
pekerjaan
dan
rendah.
utama
risiko Informan
dalam
tinggi,
penelitian
sedang,
triangulasi
dan dalam
utama
(IU),
yang
penanggungjawab
berjenis
pelelangan
kontraktor PT. X. Pendidikan terakhir
penelitian ini adalah Panitia Pengadaan
informan tersebut adalah S1 dan SMA.
Barang dan Jasa dan Pengawas K3 PT.
Informan
X. Pengumpulan data penelitian dilakukan
triangulasi
dalam
penelitian ini terdiri dari dua orang. 393
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Informan triangulasi pertama merupakan panitia pengadaan barang
(e-Journal) 2356-3346)
1. Tahap Administrasi
dan jasa,
a. Penilaian Risiko
sedangkan informan triangulasi kedua
Penilaian risiko bertujuan
adalah pengawas K3. Informan triangulasi
untuk mengkaji seberapa besar
pertama berjenis kelamin laki-laki berusia
dampak
27 tahun dan informan triangulasi kedua
terhadap aspek K3. Berdasarkan
berjenis kelamin perempuan berusia 56
hasil wawancara dengan informan
tahun.
utama dan informan triangulasi,
Pendidikan
terakhir
informan
triangulasi adalah S1 dan D3.
negatif
pekerjaan
maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang akan dilakukan
Analisis Pelaksanaan Contractor Safety
oleh kontraktor telah dilakukan
Management System (CSMS)
penilaian risiko. Namun kontraktor
Contractor System
(CSMS)
Safety
Management
merupakan
tidak diberi duplikat hasil penilaian
sistem
risiko tersebut. Hal tersebut akan
pengelolaan aspek K3 untuk kontraktor
dapat menimbulkan kesulitan bagi
dalam
kontraktor
pelaksanaan
pekerjaannya.
untuk
melakukan
pengendalian risiko.6
Penanggungjawab CSMS PT. X adalah bagian Pengadaan Barang dan Jasa dan
b. Prakualifikasi
juga pengawas K3. Bagian Pengadaan
Proses
prakualifikasi
Barang dan Jasa bertanggungjawab pada
dilakukan
tahap prakualifikasi, seleksi, dan pra
kontraktor yang sudah memiliki
pelaksanaan
kesadaran,
pekerjaan,
sedangkan
untuk
menyeleksi
kemampuan,
dan
pengawas K3 bertanggungjawab pada
kepedulian aspek K3. Indikator
tahap penilaian risiko dan pelaksanaan
yang digunakan untuk membuat
pekerjaan. Dengan demikian, maka dapat
checklist, antara lain:7
diketahui bahwa
1) Pemahaman
pengawas
K3
tidak
terhadap
dilibatkan dalam seluruh tahapan CSMS.
peraturan
PT. X tidak memiliki satu bagian khusus
kebijakan dan prosedur K3.
yang
bertanggungjawab
terhadap
perundangan
dan
2) Komitmen K3.
implementasi CSMS dari tahap awal
3) Kinerja
hingga akhir. Pelaksanaan CSMS tersebut
dan
pengalaman
kontraktor terkait aspek K3.
belum sepenuhnya terintegrasi dengan
4) Organisasi K3.
sistem manajemen perusahaan.
5) Manual K3. 6) Kuantitas dan kualitas peralatan serta 394
prosedur
untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
pencegahan dan penanganan
kurang tertibnya pengawasan K3
dampak negatif aspek K3.
saat
pelatihan
SDM
menerapkan
terkait
K3.
Pembinaan
mengenai aspek K3 juga sangat
aspek K3.
penting agar kontraktor menyadari
8) Catatan/record terkait K3. Pemenuhan tersebut
pekerjaan,
kontraktor kurang disiplin dalam
7) Kemampuan sistem pembinaan serta
pelaksanaan
nantinya
indikator
pentingnya penerapan aspek K3
dilakukan
tidak hanya pada awal kontrak,
penilaian skor. Total skor (TS)
tetapi
yang
pekerjaan.6 Hal tersebut terjadi
harus
dicapai
kontraktor,
yaitu:7
selama
karena
1) Risiko tinggi
pelaksanaan
pengawas
K3
tidak
dilibatkan dalam penyusunan RKS.
: TS>55
Menurut hasil wawancara,
2) Risiko menengah : 40
: 25
manual K3 dan organisasi K3
4) Tidak lulus
: TS<25
hanya
persyaratan
oleh
PT.
X.
hasil
Kontraktor PT. X hanya memiliki
yang
SOP
Berdasarkan wawancara,
dimiliki
pekerjaan
yang
harus dipenuhi kontraktor hanya
dilakukan.
meliputi:
hanya
1) Pemahaman kebijakan K3
pelaksanaan pekerjaan pada awal
2) Komitmen K3
kontrak.
3) Kinerja
dan
Pekerja
akan
diberi
pengarahan
Selama
berlangsung
pengalaman
kontraktor cara
pekerjaan
tidak
dilakukan
pelatihan-pelatihan terkait aspek
kontraktor terkait aspek K3 kualitas
K3. Kontraktor hanya melakukan
peralatan serta prosedur untuk
diskusi kecil atau simulasi kecil
pencegahan dan penanganan
apabila
dampak negatif aspek K3
atau temuan dalam pelaksanaan
4) Kuantitas
dan
terdapat
permasalahan
pekerjaan.
5) Catatan/record terkait aspek
Dalam
K3
melakukan
penyeleksian kontraktor, PT. X
Pada tahap prakualifikasi diwajibkan
tidak melakukan penilaian skor
memiliki organisasi K3, manual K3,
terkait persyaratan yang harus
dan pembinaan aspek K3 selama
dipenuhi oleh kontraktor. Dengan
pelaksanaan
demikian akan dapat meminimalisir
kontraktor
tersebut
tidak
dapat
pekerjaan.
Hal
terjadinya kecelakaan kerja.7
mengakibatkan 395
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Selain
harus
memenuhi
sesuai
RKS, kontraktor juga diminta untuk
dengan
disepakati
(e-Journal) 2356-3346)
RKS
pada
yang
saat
diskusi
2
mematuhi dan melaksanakan isi
penjelasan RKS. Proses seleksi
pakta K3. Isi dari pakta K3 antara
ini
lain:
setelah
1) Menaati dan melaksanakan UU
selalu
dilakukan
masa
berulang
kontrak
para
kontraktor habis.
No 1 tahun 1970, UU No. 13
2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
tahun 2003, UU No. 30 tahun
Tahap pelaksanaan pekerjaan
2009.
meliputi
2) Melakukan pekerjaan setelah
tahap
pekerjaan,
pra
pelaksanaan
tahap
pelaksanaan
mendapat Surat Perintah Kerja
pekerjaan, dan tahap evaluasi akhir.7
(SPK).
Namun, penelitian ini hanya dibatasi
3) Melakukan koordinasi dengan pengawas sesudah
K3
sebelum
sampai tahap pelaksanaan pekerjaan
dan
karena penelitian ini terbatas hanya
pelaksanaan
satu bulan sedangkan masa kerja
pekerjaan.
kontraktor belum berakhir sehingga
4) Menerima sanksi atas kelalaian
tidak
dapat
mengevaluasi
tahap
dan kesalahan yang disengaja
evaluasi pekerjaan.
atau tidak disengaja selama
a. Pra Pelaksanaan Pekerjaan
pekerjaan berlangsung. Namun, dipastikan
Setelah
kontraktor
memahami,
tidak
pihak
menaati,
adanya
kontraktor
kontrak,
diminta
untuk
membuat HSE Plan yang dibuat
dan melaksanakan isi pakta K3
melalui
sebelum
tersebut bertujuan untuk melihat
penandatanganan
kontrak.
Kick
of
Meeting.
Hal
gap antara HSE Plan kontraktor dan HSE Plan PT. X.7
c. Seleksi Pada
tahap
seleksi,
Berdasarkan
hasil
kontraktor diharuskan memenuhi
wawancara, sebelum pelaksanaan
persyaratan mengenai aspek K3
pekerjaan dilakukan pembahasan
yang nantinya diatur dalam RKS
RKS
serta
digunakan
menjadi
bagian
evaluasi
yang
nantinya sebagai
pedoman
pelaksanaan
pekerjaan
lelang.2
dalam
seleksi
kontraktor.
Diskusi
kontraktor melalui pengevaluasian
bertujuan
agar
dokumen yang telah disyaratkan
memenuhi
sebagai
pemenang
Pelaksanaan
tahap
396
akan
aspek
tersebut kontraktor
K3
PT.
X.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Namun, di dalam RKS tersebut
Analisis Pencapaian HSE Performance
tidak tercantum program K3. Hal
Indicator
tersebut akan dapat menyebabkan
Pencapaian
HSE
kurangnya peran serta kontraktor
Indicator
terkait SMK3.6
lagging dan indikator leading. Indikator
Pada
tahap
pra
dipengaruhi
Performance
lagging
merupakan
pelaksanaan pekerjaan kontraktor
menunjukkan
perlu
kontraktor
dibekali
JSA
pekerjaan,
oleh
indikator
pencapaian dilihat
indikator
yang
aspek
melalui
K3
kasus
prosedur tanggap darurat, dan
kecelakaan kerja yang dialami kontraktor.
nomor darurat. Hal bertujuan untuk
Pada indikator lagging tidak dilakukan
membantu kontraktor untuk dapat
penilaian skor karena dari pihak PT. X
bekerja secara aman.
6
tidak
b. Pelaksanaan Pekerjaan
Indikator
leading
kontraktor
rapat
koordinasi,
dijalankan
oleh
inspeksi APD, inspeksi kesesuaian
pekerjaan
berisiko
pelaksanaan
melaksanakan
lain
pekerjaan
merupakan
pencapaian program-program K3 yang
oleh
antara
terjadinya
kecelakaan (target pencapaiannya nol).
Program K3 yang harus dilaksanakan
memperbolehkan
dengan
kontraktor.
Untuk
rendah
tidak
program
inspeksi
APD
SOP, briefing kerja atau COC, dan
karena dalam pelaksanaan pekerjaannya
laporan program K3.
tidak ada kewajiban untuk menggunakan APD tertentu.
Tabel 1.1 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Tinggi No.
Item
Target
Realisasi
Determinan Factor
4 0 0 12 0
6,33 21,00 -
Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 2 Code of Conduct 12 3 Laporan Program K3 12 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 5 Inspeksi APD 12 Total Nilai % Total Nilai
397
Skor Maks
Skor Realisasi
19 6,33 21 0,00 18 0,00 21 0,00 21 21,00 100 27,33 27,33%
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Tabel 1.2 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Sedang No.
Item
Target
Realisasi
Determinan Factor
1 6 0 1 0
1,58 10,50 1,75 -
Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 2 Code of Conduct 12 3 Laporan Program K3 12 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 5 Inspeksi APD 12 Total Nilai % Total Nilai
Skor Maks
Skor Realisasi
19 1,58 21 10,50 18 0,00 21 1,75 21 0,00 100 13,83 13,83%
Tabel 1.3 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan Pekerjaan Berisiko Rendah No.
Item
Target
Realisasi
Determinan Factor
1 24 0 0
2,08 26,00 -
Leading Indicator 1 Rapat Koordinasi 12 2 Code of Conduct 12 3 Laporan Program K3 12 4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 Total Nilai % Total Nilai Berdasarkan tabel tesebut, maka
masih
belum
Skor Maks
Skor Realisasi
26 2,08 26 26,00 22 0,00 26 0,00 100 28,08 28,08% maksimal
(100%)
dapat diketahui bahwa percapaian HSE
disebabkan karena terdapat program yang
Performance Indicator kontraktor dengan
belum dilaksanakan secara maksimal dan
pekerjaan berisiko tinggi, rendah, dan
juga
sedang berturut-turut sebesar 27,33%,
terlaksana sama sekali.
terdapat
program
yang
belum
13,83%, dan 28,08%. Pencapaian ini
Tabe 1.4 Rekapitulasi Frekuensi Pelaksanaan Program No. 1. 2. 3. 4. 5.
Target Pelaksanaan
Program Rapat Koordinasi Code of Conduct (COC) Laporan Program K3 Inspeksi Kesesuaian SOP Inspeksi APD Berdasarkan
tabel
12 12 12 12 12 tersebut,
Indicator
perbedaan pencapaian HSE Performance
Realisasi Pelaksanaan Program Risiko Risiko Risiko Tinggi Sedang Rendah 4 1 1 0 6 24 0 0 0 0 0 0 12 1 0 pada
kontraktor
PT.
X
disebabkan karena perbedaan frekuensi 397
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
pelaksanaan program. Faktor lain yang
dokumen
dapat mempengaruhi pencapaian HSE
prakualifikasi,
Performance Indicator antara lain:
kebijakan K3, struktur organisasi K3, SOP
1. Peran
pengawas
K3
dalam
pekerjaan,
implementasi tahapan CSMS 2. Kepemilikan
manual
tanggap
K3
yang
yang
dibutuhkan
bukti
JSA
prosedur
komitmen
pekerjaan,
darurat,
tahap
daftar
pengelolaan
K3,
prosedur
APD
wajib,
limbah,
cek
didalamnya mencakup hal-hal berikut
kesehatan obat terlarang dan alkohol,
ini:
laporan temuan K3, pelaporan kejadian,
a. Peraturan perundang-undangan di
prosedur audit K3 internal, HSE Plan, dan
bidang K3 dan standar K3 b. Identifikasi,
RKS. Berdasarkan hasil observasi dapat
penilaian
pengendalian
risiko
dan
diketahui bahwa kontraktor tidak memiliki
kecelakaan
dan penyakit akibat kerja
kebijakan
K3,
organisasi
prosedur
tanggap
K3,
darurat,
JSA,
prosedur
c. JSA Pekerjaan
pengelolaan
d. Pemantauan kinerja K3 kontraktor
pengecekan obat terlarang dan alkohol,
e. Pengkajian kecelakaan kerja dan
laporan temuan K3, laporan kejadian,
tindak lanjut f.
Prosedur
limbah,
tidak
melakukan
prosedur audit internal, dan HSE Plan. Hal
tanggap
darurat
dan
tersebut disebabkan dalam membuat RKS
nomor darurat
tidak melibatkan pengawas K3. Oleh
g. HSE Plan yang memuat salah
karena itu, persyaratan terkait aspek K3 di
program-program K3
dalam RKS masih belum diperhatikan.
3. Kepemilikan organisasi K3 4. Penilaian
skor
pada
KESIMPULAN
tahap
prakualifikasi 5. Pembinaan
1. Pelaksanaan CSMS di PT. X terdiri aspek
K3
selama
dari tahap administrasi dan tahap
pelaksanaan pekerjaan
pelaksanaan pekerjaan.
6. Pemahaman isi pakta K3 sebelum
2. Pencapaian
HSE
Performance
melakukan penandatanganan pakta
Indicator kontraktor dengan pekerjaan
K3
berisiko tinggi, rendah, dan sedang, bervariasi yaitu 27,33%, 13,83%, dan 28,08%.
Analisis Hasil Observasi Peneliti
melakukan
3. Faktor-faktor observasi
pencapaian
terhadap dokumen-dokumen antara lain :
yang
mempengaruhi
HSE
Performance
Indicator antara lain:
form penilaian risiko pekerjaan, ceklis 398
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
a. PT. X tidak memiliki suatu bagian
3. Health
and
(e-Journal) 2356-3346)
Safety
Executive,
khusus yang bertanggung jawab
Developing Process Safety Indicator-
mengenai
A Step by Step Guide HSG254. UK,
implementasi
CSMS
dari tahap awal hingga tahap akhir. b. Target
frekuensi
HSE
Book,
On
line
:
pelaksanaan
www.hse.gov.uk/leadership/keyindicat
program K3 masing-masing 12
ors.pdf [Dikutip pada Tanggal 28
kali, sementara itu
Februari 2015]
kontraktor
yang
tidak ada
melaksanakan 4. Purnama,
program K3 sesuai rencana.
Tingkat
c. Kontraktor PT. X tidak memiliki manual
K3
meskipun
PT.
Rosdja,
Studi
Evaluasi
Pemenuhan
Sistem
Manajemen Keselamatan Kesehatan
X
Kerja (SMK3) Kontraktor Di China
memiliki manual K3.
National Offshore Oil Corp.(CNOOC)
d. PT. X memiliki organisasi P2K3
Tahun 2000-2002, Depok, 2003.
namun Kontraktor PT. X tidak memiliki organisasi P2K3.
5. Sugiyono,
e. PT. X belum melakukan penilaian
Pendidikan:
skor pada tahap prakualifikasi.
Kuantitatif,
f. Pembinaan mengenai aspek K3
Metode
Penelitian
Pendekatan dan
R&D,
Kualitatif, Bandung,
Alfabeta, 2010.
hanya merupakan paparan awal 6. Peraturan
dan tidak dilakukan secara rutin
Tahun
serta tidak dilakukan tindak lanjut.
2012,
Manajemen
4. Sebelum penandatanganan pakta K3
Pemerintah
Nomor
Penerapan Keselamatan
50
Sistem dan
kontraktor PT. X tidak dipastikan telah
Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta,
memahami isi pakta K3.
Presiden republik Indonesia, 2012. 7. Falenshina, Nizhenifa, Implementasi
DAFTAR PUSTAKA 1. Purnama, Tingkat
Rosdja,
Studi
Pemenuhan
Contractor
Evaluasi
Safety
Management
System (CSMS) Terhadap Kontraktor
Sistem
Project TA Unit CD III PT. Pertamina
Manajemen Keselamatan Kesehatan
RU III Palembang, Depok, FKM UI,
Kerja (SMK3) Kontraktor Di China
2012.
National Offshore Oil Corp.(CNOOC) Tahun 2000-2002, Depok, 2003. 2. Ramli, Suhatman, Contractor Safety Management System, Jakarta, 2008. 399