Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT KELUASAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: Agus Sumarnadi Nugroho ABSTRAK Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan sarana akuntabilitas publik. Salah satu tolok ukur kualitas pengungkapan laporan keuangan perusahaan adalah dari tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan yang tercermin dalam rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan porsi saham publik terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian semacam ini akan memberikan pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam menilai kualitas akuntansi suatu perusahaan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) adakah pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan porsi saham publik baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, (2) seberapa besar pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel adalah dengan perposive sampling dan diperoleh 18 perusahaan sebagai sampel penelitian. Periode pengamatan adalah 4 (empat) tahun yaitu tahun 2006-2009. Sehingga total sampel yang diperoleh adalah 72 laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Metode pengumpulan data adalah dengan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan regresi berganda (Multiple Regression Analisys). Hasil regresi berganda dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan hasil sebagai berikut: R2 = 0,431, F = 11,764, signifikansi = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif antara karakteristik perusahaan yang diukur dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sesuai hasil penelitian terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12% dan maksimum sebesar 85,29% dengan rata-rata sebesar 64,30%. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam No.SE-02/PM/2002
1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
tanggal 27 Desember 2002, pengungkapan wajib diungkapkan secara lengkap oleh perusahaan (emiten). Kata Kunci: Karakteristik Perusahaan, Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1.
Latar Belakang Masalah Bagi pihak-pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharap dapat lebih transparan dalam mengungkap informasi keuangan perusahaan, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya jenis usaha atau industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan (Safitri, 2008). Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang digunakan meliputi tingkat likuiditas, tingkat leverage, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan. Karakteristik perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu: 1. Perusahaan manufaktur. 2. Perusahaan non manufaktur selain usaha bank dan lembaga keuangan lainnya. 3. Kelompok usaha bank dan lembaga keuangan. Jin dan Machfoedz (1998) dan Assih (1998) menggunakan satu variabel dummy, yaitu kelompok usaha, menyimpulkan bahwa variabel kelompok usaha tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan penghasilan. Sebaliknya Ashari et al. (1994) menggunakan dua variabel dummy kelompok usaha, menyimpulkan bahwa variabel kelompok usaha berpengaruh terhadap perataan laba. Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure) Darrough (1993) dalam Naim dan Rakhman (2000). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua Bapepam No. Kep-134/BL/2006 (Peraturan X.K.6). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk memberi informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut peraturan
2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam ini dimungkinkan. Penelitian tentang keluasan pengungkapan dalam laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan hal yang penting dilakukan. Hal tersebut akan memberi gambaran tentang sifat perbedaan keluasan pengungkapan antara perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta dapat memberi petunjuk tentang kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan. Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontinjensi, metode persediaan, dan jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat dalam historical cost. Tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan. Banyak penelitian yang menggunakan index disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan. Penelitian tentang pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena akan memberi gambaran tentang sifat perbedaan keluasan pengungkapan antara perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Pengetahuan tentang hubungan antara karakteristik perusahaan dan keluasan pengungkapan laporan keuangan akan berguna dalam analisis laporan keuangan, yaitu memberi gambaran tentang tipe dan jumlah informasi yang disediakan perusahaan dengan karakteristik tertentu, (Marwata, 2001). Suripto (1999) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995 sebagai sampel penelitian. Karakteristik perusahaan mendapat perhatian penting dalam penelitian tersebut karena penelitian bertitik tolak dari pemikiran bahwa sejauh mana pengungkapan sukarela oleh perusahaan sangat tergantung pada perbandingan antara biaya dan manfaat pengungkapan tersebut, dan perbandingan biaya manfaat tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang bersangkutan. Beberapa penelitian empiris terdahulu menunjukkan bahwa karakteristikkarakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan meliputi: (1) Rasio leverage suatu perusahaan (Naim dan Rakhman, 2000; Schipper (1981) dalam Marwata, (2001). Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi rasio leverage maka akan menyediakan informasi secara lebih banyak untuk menemukan kebutuhan kreditur jangka panjang. (2) Size perusahaan (Fitriani, 2001). Penelitian ini menyatakan bahwa variabel size perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Cooke (1989) dalam Fitriani (2001) menyatakan bahwa semakin besar size suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pengungkapannya. (3) Rasio likuiditas, (Subiyantoro, 1996 dalam Fitrian (2001), Cooke (1989) dalam Fitrian (2001) menyatakan bahwa kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. (4) Net Profit
3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Margin (Fitrian, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa net profit margin mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik. Singvi dan Desai (1989) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberi informasi yang terinci. (5) Status Perusahaan (Fitrian, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel status perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Menurut Susanto (1992) dalam Fitriani (2001), perusahaan berbasis asing (PMA) mungkin melakukan pengungkapan yang lebih luas. 2.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, bahwa pengungkapan informasi perusahaan secara wajib (mandatory) dalam laporan keuangan tahunan nampaknya perlu bagi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Apakah rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan, berpengaruh secara simultan terhadap tingkat luas kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan, berpengaruh secara parsial terhadap tingkat luas kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan maka tujuan yang ingin dicapai: 1. Menguji pengaruh secara simultan rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap tingkat luas kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Menguji pengaruh secara parsial rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap tingkat luas kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian berikutnya khusus
4
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat luas pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. 2. Manfaat Praktis a. Investor Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam kaitan dengan pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan evaluasi dalam menilai kinerja emiten. b. Emiten Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada emiten mengenai minimum disclosure agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi. 5.
Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberi manfaat yang diharapkan, maka untuk lebih memusatkan penelitian pada pokok masalahnya, maka perlu ditetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian ini terbatas pada tingkat luas kelengkapan pengungkapan wajib (mandated disclosure) yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009. 2. Penelitian mengenai tingkat luas kelengkapan pengungkapan ini dilakukan dengan memberi pembobotan terhadap item-item pengungkapan wajib (mandated disclosure), pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan. TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.
Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan Brigham dan Houston (2001:78) mengatakan bahwa laporan keuangan adalah posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu, akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan.
5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002:2). Home dan Wachowicz (1997) mengatakan jika neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, laporan laba rugi menunjukkan keuntungan perusahaan sepanjang periode waktu tertentu. Dari kedua laporan keuangan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana serta laporan arus kas. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship). Selain itu juga disebutkan empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: 1. Dapat dipahami Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. 3. Andal Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation). 4. Dapat dibandingkan Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama. 2.
Karakteristik Perusahaan Safitri (2008) karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya jenis usaha atau industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan. Tingkat Likuiditas Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan
6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
itu kredibel (Cooke, 1989 dalam Fitriani, 2001). Tetapi di lain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Fitriani, 2001). Tingkat Leverage Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Ainun dan Fuad (2000), bahwa perusahaan dengan rasio liabilitas atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan dari pada perusahaan dengan rasio yang rendah. Tingkat Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi liabilitas kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik adalah jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio leverage ini sebaiknya besar (Harahap, 2004:303). Tingkat Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ( profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam profitabilitas, yaitu rasio profit margin, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen (Hanafi dan Halim, 2007:84). Ukuran Perusahaan Menurut Fitriani, (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk menghitung size perusahaan, yaitu total aset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Dalam penelitiannya size perusahaan didasarkan pada total aset, karena total aktiva lebih menunjukkan size perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization). Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin tinggi pengungkapan (Almilia dan Retrinasari, 2007). Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang digunakan meliputi tingkat solvabilitas, tingkat profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Saham Publik
7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Ainun dan Fuad (2000) mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas. 3.
Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberi informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2000:235). Hendriksen (2002:429) mengatakan, secara sederhana pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Para akuntan cenderung menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan. Menurut Belkaouli (2000:219) tujuan pengungkapan antara lain: 1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut. 2. Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko dan return. 3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004:243), agency relationship (hubungan keagenan) ada bilamana satu atau lebih individu yang disebut dengan principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang disebut agent, principal akan menyediakan fasilitas dan mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Harianto dan Sudomo (2001:106) teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham kepadanya. Agen diwajibkan memberi laporan periodik pada prinsipal tentang usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya. Lundholm (1996) dalam Naim dan Rakhman (2000:73) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu: 1. Pengungkapan Wajib (mandated disclosure)
8
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapnya. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkapan minimum atau lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang. 2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu (1993) dalam Naim dan Rakhman (2000:73) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu: 1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure) Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dan angka-angka yang disajikan dapat diinterprestasikan dengan benar oleh investor. 2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure) Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan. 3. Pengungkapan penuh (Full disclosure) Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang, pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan, karena penyajian rinci dan tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan sehingga membuat laporan keuangan sulit ditafsir. 4.
Pengertian Pengungkapan Laporan Keuangan Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Chariri dan Ghozali, 2007:377). Apabila dikaitkan dengan kata, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadiankejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai
9
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian membaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan. Pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Stice (2000) dalam Christianti (2007), pengungkapan dalam laporan keuangan adalah pelaporan rinci sebuah transaksi dalam catatan pada laporan keuangan. Evans (2002:334) mendifinisikan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah “Disclosure means supplying information in the financial statements including in the statements themselves, the notes to the statements and the supplementary disclosures associated with the statements”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan yang disajikan perlu disertai dengan informasi-informasi pendukung yang sering kali disebut dengan istilah pengungkapan, agar laporan keuangan yang disajikan mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi dalam menafsirkan laporan keuangan. Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the realease of information). Akuntan cenderung menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan (Naim dan Rakhman, 2000). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan yang memadai bukan berarti banyaknya penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan-persoalan yang dianggap penting oleh auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para konsumennya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham. Karena kewajaran penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya pengungkapan-pengungkapan mengenai hak-hak yang cukup materiil. Hal-hal yang cukup materiil dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan: a. Bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang dilampirkan. b. Istilah-istilah yang digunakan. c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan. d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar penentuan penyusutan aktiva tetap. e. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman. f. Deviden yang tertunggak, pembatasan pembagian deviden dan hutang-hutang yang bersyarat. g. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliansi atau yang menguasai serta sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut. 5. Tujuan Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut (Chariri dan Ghozali, 2007:382) bahwa tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
10
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan secara rasional. b. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya menilai jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih. c. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan. d. Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performa keuangan) suatu perusahaan selama satu periode. e. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan pemilik. f. Untuk membandingkan antara perusahaan dan antar tahun. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang. g. Untuk membantu investor dalam menerapkan return dan investasinya. 6. Jenis Pengungkapan Menurut (Chariri dan Ghozali, 2007:393), menyatakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu: a. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dikeluarkan oleh Ketua BAPEPAM melalui ketutusan nomor 17/PM/2002 atau VIII.G.7. Dalam praktik yang paling lazim digunakan adalah pengungkapan yang cukup (Adequate Disclosure). Pengungkapan yang cukup merupakan pengungkapan yang minimum yang disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) Menurut Lundholm (1996) dalam Naim dan Rakhman (2000:73), pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar atau peraturan yang berlaku. Naim dan Rakhman (2000:73) pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Dalam pengungkapan sukarela, manajemen bebas untuk memberi informasi akuntansi maupun informasi lainnya di luar standar pengungkapan yang sudah ditetapkan. Menurut Froidevaux (2004) dalam Christanti (2007), pengungkapan sukarela berisi taksiran laba yang akan dibagi oleh manajemen, penyajian kepada publik, pengungkapan relasi investor, website, internet, press release, konfrensi pers, informasi sukarela dalam laporan tahunan, juga semua informasi kebijakan keuangan perusahaan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan. Berdasar penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar. Kredibilitas dan reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian dalam pengungkapan informasi secara sukarela. 7. Kelengkapan Pengungkapan Kelengkapan (comprehensiveness) adalah suatu bentuk kualitas. Menurut Imhoff (1992) dalam Naim dan Rakhman (2000:72), kualitas tampak sebagai atribut-atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas
11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
akuntansi masih memiliki makna ganda (ambiguous), banyak penelitian yang menggunakan index of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan tahunan. Dengan kata lain Imhoff menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Menurut Naim dan Rakhman (2000:72) kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat tergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara berkembang. Hendriksen (2002:425) mengatakan bahwa penetapan tingkat kelengkapan pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari laporan keuangan tersebut. Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri manufaktur ditetapkan oleh Bapepam dalam Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberi suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberi kualitas informasi keuangan bagi para pengguna. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti indeks Wallace. Rumus indeks Wallace =
% (Nugraheni, 2002:80)
Keterangan: n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan. k : jumlah item yang seharusnya diungkapkan. 8.
Perumusan Hipotesis Hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis alternatif adalah sebagai berikut: H1 : Terhadap pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan secara simultan terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan. H2a : Rasio likuiditas berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan.
12
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
H2b : Rasio leverage berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan. H2c : Rasio net profit margin berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. terhadap keluasan kelengkapan H2d : Ukuran perusahaan berpengaruh pengungkapan laporan keuangan tahunan. H2e : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan. METODE PENELITIAN 1. Populasi Sampel Dan Tehnik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam penelitian ini kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan tahun 2006-2009 secara berturut-turut. 2. Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember. 3. Perusahaan yang memiliki laba positif. 4. Perusahaan tidak mengalami delisting dari BEI sehingga bisa terusmenerus melakukan perdagangn saham di BEI selama periode estimasi. 5. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia. Berdasarkan kriteria diatas yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah 18 perusahaan manufaktur makan dan minuman. 2.
Data Dan MetodePengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, yang dapat berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman di BEI periode 2006-2009 dan catatan atas laporan keuangan yang ada di www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu berupa Laporan Tahunan Emiten. Data tentang indeks kelengkapan pengungkapan diambil dari laporan tahunan emiten pada tahun 2006-2009. Data tentang rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, jumlah asset, dan saham publik dapat diambil dari laporan keuangan perusahaan manufaktur diBEI periode 2006-2009. 3.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
13
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Untuk mengoperasionalkan variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan definisi operasionaldan pengukurannya. 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahun 2006-2009. Variabel ini mengukur berapa banyak butir pengungkapan laporan keuangan yang material diungkap oleh perusahaan. Butir pengungkapan yang diukur pengungkapan wajib. Yang tergolong pada Madatory Disclosure adalah informasi yang terdapat dalam SK Bapepam No.SE02/PM/2002 tanggal 2002, terdapat 68 item. Untuk mengukur kelengkapan pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Kelengkapan Pengungkapan. Indeks pengungkapan untuk setiapperusahaan sampel diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi, dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai sati dan jika tidak diungkapkan akan diberi nilai nol. 2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapat skor total. 3. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara membagi total skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh perusahaan. 2. Variabel Independen Pengukuran variabel independent dilakukan sebagai berikut: a. Rasio likuiditas. Penelitian ini menggunakan rasio lancar perusahaan yang dijadikan sampel tahun 2006-2009, yang diukur dengan membagiaktiva lancar terhadap kewajiban lancar. b. Rasio leverage. Penelitian ini menggunakan Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006-2009 yang diukur denganmembagi total kewajiban dengan ekuitas pemegang saham. c. Net Profit Margin diukur berdasarkan rasio antara laba bersih terhadap tingkat penjualan.Net Profit Margin dihitung dari tahun 2006-2009 dari perusahaan yang dijadikan sampel. d. Ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva dari perusahaan sampel tahun20062009.Ukuran perusahaan = Ln Total Asset. Penggunaan total aktiva dalam penelitian ini, karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar.
14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
e. Saham publik.Variabel ini diukur dengan melihat dari berapa besar saham yang dimiliki oleh publik pada perusahaan go public yang terdaftar di BEI. Pada ICMD juga telah dinyatakan jumlah besarnya kepemilikan oleh publik. 4.
Tehnik Analisis Data Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio variabel yang dianalisis, yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan, saham publik, dan menghitung besarnya indeks kelengkapan pengungkapan. 2. Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dalam mengorganisir dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan. 3. Uji Asumsi Klasik, terdapat empat asumsi yaitu: Uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji autokorelasi. 4. Analisi Regresi Berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel ke fungsi regresi. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahuipengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Persamaan regresi berganda dapat dinyatakan sebagai berikut: INDEX = a + β1CR + β2DER + β3NPM + β4SIZE +β5OS + e Keterangan: INDEX
= indeks skor pengungkapan laporan keuangan
a
= konstanta (tetap)
β1 – β5
= koefisien regresi
CR
= rasio likuiditas
DER
= rasio leverage
NPM
= net profit margin
SIZE
= ukuran perusahaan
OS
= saham publik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Deskripsi Variabel Penelitian Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2006-2009, sehingga diperoleh data sebanyak 18 perusahaan. Untuk
15
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
perhitungan data di susun secara panel, jadi jumlah data observasi sebanyak 72 data (18 x 4). Deskripsi variabel penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan porsi saham publik. Dapat diketahui bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan minimum adalah sebesar 44,12% yang diperoleh PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA). Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan maksimal diperoleh PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) sebesar 85,29%. Rata-rata tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi target populasi adalah 64,29%. Pada variabel likuiditas, hasil menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio likuiditas paling rendah (minimum) adalah PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) adalah sebesar 0,62 kali. Likuiditas yang paling tinggi (maksimum) adalah sebesar 9,82 kali diperoleh PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA). Nilai rata-rata rasio likuiditas adalah sebesar 2,5388 mengindikasikan bahwa ratarata setiap Rp 1 hutang jangka pendek perusahaan dijamin dengan Rp 2,53 aktiva lancarnya. Variabel leverage perusahaan diukur dengan membagi total utang dengan total ekuitasnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan leverage yang paling rendah (minimum) adalah sebesar 0,07 diperoleh PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) sedangkan nilai maksimum sebesar 5,69 diperoleh PT Sekar Laut Tbk (SKLT). Rata-rata leverage perusahaan yang diteliti adalah 1,5592 mengindikasikan bahwa rata-rata utang perusahaan terhadap modalnya sebesar 1,55 kali. Pada variabel profitabilitas hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ratarata kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah sebesar 16,37%, Nilai profitabilitas maksimum sebesar 61,85% dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), sedangkan nilai minimum profitabilitas dimiliki PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) sebesar 0,49%. Variabel ukuran perusahaan (Size) yang diukur dengan menggunakan total aktiva, menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran perusahaan yang paling kecil adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan total aktivanya sebesar Ln 10,13. Sedangkan nilai ukuran perusahaan yang paling besar dimiliki PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) dengan total aktiva sebesar Ln 17,12. Rata-rata nilai ukuran perusahaan yang diteliti adalah sebesar Ln 13,32. Variabel saham publik yang diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki publik dengan total saham, menunjukkan hasil bahwa perusahaan dengan porsi saham publik yang paling sedikit adalah PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 1,83%. Sedangkan nilai paling tinggi sebesar 61,50% dimiliki oleh PT
16
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Davomas Abadi Tbk (DAVO). Nilai rata-rata prosentase porsi saham perusahaan yang dimiliki publik adalah sebesar 25,05%. 2.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh karakteristik perusahaan yang diukur dari CR (rasio likuiditas), DER (rasio leverage), NPM (net profit margin), SIZE (ukuran perusahaan) dan OS (saham publik) terhadap tingkat keluasan pengungkapan wajib laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi linear berganda, dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: INDEX = 36,176 – 1,331 CR + 0,888 DER + 0,011 NPM + 1,970 SIZE + 0,147 OS. Dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa: α = intersept sebesar 36,176 artinya apabila semua variabel independen (likuidtas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan (bernilai 0), maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan bernilai sebesar 36,176. Koefisien likuiditas (CR) sebesar -1,331, artinya apabila likuiditas mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar 1,331%. Koefisien leverage (DER) sebesar 0,888, artinya apabila leverage mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,888%. Koefisien profitabilitas (NPM) sebesar 0,011, artinya apabila profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage, ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,011%. Koefisien ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 1,970, artinya apabila ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage, profitabilitas dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 1,970 %. Koefisien saham publik (OS) sebesar 0,147, artinya apabila saham publik mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan) dianggap konstan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,147 %.
17
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar prosentase variabel independen (likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) secara bersama-sama menerangkan variasi variabel dependen (kelengkapan pengungkapan laporan keuangan). Dari hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,431. Hasil ini berarti bahwa ada kontribusi sebesar 43,1 % dari variabel independen (likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dalam memprediksi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang menjadi target populasi. Sedangkan sisanya sebesar 56,9 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.
Pengujian Hipotesis Sehubungan dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang mempunyai pengaruh Indeks skor pengungkapan laporan keuangan (Y) adalah karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR,DER, NPM, SIZE dan OS. 4.1 Uji F (Uji Simultan) Uji F digunakan untuk memprediksi pengaruh positif antara variabel independen yaitu (likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen (Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan). Dari perhitungan diatas diketahui nilai F sebesar 11,764 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, taraf signifikansi α = 5% . Hasil uji ANOVA antara likuiditas (CR), leverage (DER), profitabilitas (NPM), ukuran perusahaan (SIZE) dan porsi saham publik (OS) terhadap kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan (INDEX) diperoleh nilai F (11,764) signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel bebas (karakteristik perusahaan yang terdiri atas likuiditas (CR), leverage (DER), profitabilitas (NPM), ukuran perusahaan (SIZE) dan saham publik (OS) berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat (Indeks skor pengungkapan laporan keuangan). 4.2. Uji t (Uji Parsial) Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (tak bebas). Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh variabel bebas yang terdapat pada model yang terbentuk untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) yang ada dalam model secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).
18
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Tabel 7 Hasil Perhitungan Uji t Model Anova t CR (likuiditas) -3,335 DER (leverage) 1,463 NPM (profitabilitas) 0,207 SIZE (ukuran Perusahaan) 2,712 OS (saham publik) 2,772 Sumber: Lampiran 5, Data diolah
Sig 0,001 0,148 0,837 0,009 0,007
Uji t antara likuiditas (CR) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Indeks). Berdasar tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (-3,335) dan nilai signifikansi sebesar 0,001 < taraf signifikansi α = 5% =0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima yang artinya secara parsial rasio likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Uji t antara leverage (DER) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (1,463) dan nilai signifikansi sebesar 0,148 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya secara parsial rasio leverage (DER) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Uji antara profitabilitas (NPM) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t ( 0,207) dan nilai signifikansi sebesar 0,837 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya secara parsial rasio profitabilitas (NPM) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Uji t antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (2,712) dan nilai signifikansi sebesar 0,009 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya secara parsial ukuran perusahaan (SIZE) perpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Uji t antara saham publik (OS) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (2,772) dan nilai signifikansi sebesar 0,007 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 diterima sehingga Ha ditolak, yang artinya secara parsial saham publik (OS) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 5.
Pembahasan Model regresi linear berganda tersebut memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,686 yang berarti menunjukkan hubungan secara bersama-sama antara variabel karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR, DER, NPM, SIZE dan OS dengan Indeks skor pengungkapan laporan keuangan adalah sebesar 68,6 %.
19
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Model regresi linear berganda tersebut memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0,471 yang berarti menunjukkan kontribusi pengaruh secara bersamasama (simultan) antara variabel karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR, DER, NPM, SIZE dan OS terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan sebesar 47,1 %, sedangkan sisa 52,9 % dipengaruhi oleh variabel lainnya selain variabel karakteristik perusahaan dalam penelitian ini. Hasil regresi berganda dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan hasil sebagai berikut: R2 = 0,431, F = 11,764, signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar hipotesis H0 ditolak, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen (likuiditas, leverage, net profit margin, size dan saham publik) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (indeks skor pengungkapan laporan keuangan). Variabel independen (likuiditas, leverage, net profit margin, size dan saham publik) ternyata kontribusinya sebesar 43,1 % dalam menjelaskan variasi pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ternyata konsiten dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Beberapa penelitian tersebut diantaranya Subiyantoro (1996), Naim dan Rakhman (2000), Fitriyani (2001), Simanjuntak dan Widiastuti (2004), namun tidak konsisten dengan penelitian Nugraheni (2002). Sesuai hasil penelitian di atas terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12 % dan maksimum sebesar 85,29 % dengan rata-rata sebesar 64,30 %. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam yaitu Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 diungkapkan secara lengkap oleh perusahaan. Kondisi ini menyiratkan bahwa Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten) agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan yang lebih lengkap. Sehingga laporan keuangan memiliki manfaat yang signifikan bagi keperluan pemakainya. Item-item pengungkapan yang paling sedikit diberikan oleh perusahaan adalah item-item pada komponen neraca yaitu: wesel tagih, wesel bayar, kewajiban lancer lain-lain, kewajiban tidak lancer lainnya, hutang subordinasi, obligasi konvensi, opsi saham, modal saham diperoleh kembali. Pada komponen laporan laba rugi yang paling sedikit diungkapkan oleh perusahaan adalah item laba (rugi) per saham dilunasi, sedangkan pada laporan perubahan modal adalah item setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang diakui secara langsung dalam ekuitas. Hal tersebut disebabkan perusahaan belum mengklasifikasikan komponen laporan keuangannya sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan yang disyaratkan oleh Bapepam. Alasan lain mungkin transaksi-transaksi pada item-item tersebut memang kurang dilakukan oleh perusahaan (emiten). Hasil ini sangat konsiten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suripto (1999), dimana diungkapkan bahwa tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek Djakarta masih relatif rendah yang ditunjukan dengan rendahnya jumlah skor pengungkapan yang diperoleh.
20
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR (rasio likuiditas) tidak berpengaruh terhadap indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Artinya tinggi rendahnya rasio likuiditas perusahaan tidak mempengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi di laporan keuangan. Kemampuan perusahaan dalam mengelola asset perusahaan harus diungkapkan kepada publik secara penuh, baik perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah maupun tinggi. Semakin tinggi likuiditas perusahaan tidak semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang membuktikan bahwa hanya leverage, profitabilitas dan proporsi kepemilikan saham publik yang mempengaruhi indeks kelengkapan laporan keuangan. Hasil penelitian Size (ukuran perusahaan) berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan. Artinya semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar indeks pengungkapan dalam laporan keuangan. Hal ini berarti perusahaan besar di pasar modal merupakan entitas (harta) yang banyak disorot oleh publik, sehingga harus mengungkapkan lebih banyak informasi sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Karena adanya asumsi going concern, di mana perusahaan didirikan untuk jangka panjang, maka perusahaan akan memperoleh tekanan untuk mengolah informasi yang ada untuk dilaporkan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini konsisten dengan penelitian Suripto (1999) dan Meek et al. (1995) yang menyebutkan bahwa dalam penelitian-penelitian sebelumnya variabel size adalah yang paling konsisten berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung temuan dan size perusahaan merupakan variabel penting dalam menjelaskan variasi kualitas pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan. Naim dan Rakhman (2000) menguji hubungan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio ungkitan secara signifikan dan positif berkaitan dengan kelengkapan ungkapan laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian OS (saham publik) diperoleh hasil bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Semakin besar saham yang dimiliki oleh publik maka akan semakin banyak pula butir-butir pengungkapan laporan keuangan yang dikehendaki oleh para investornya sehingga akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Sesuai dengan agency teory, hubungan keagenan dijalankan antara principal (pemegang saham) dengan agent (manajemen). Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk mengelola perusahaan, sedangkan agent bertanggungjawab untuk melaporkan secara periodik segala aktivitas yang dijalankannya. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari publik terhadap transparansi perusahaan semakin diperlukan. Kondisi semacam ini sesuai dengan konsep Good Corporate Governance yang merupakan pengembangan dari Agency theory. Hal ini disebabkan adanya tuntutan masyarakat dan konflik kepentingan, keadaan semacam ini tentunya akan membuat manajemen untuk mempunyai prinsip utama sebagai pegangan bahwa keterbukaan merupakan suatu syarat mutlak dalam menjalankan aktivitas perusahaan publik.
21
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Hasil penelitian ini konsiten dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang juga menyatakan bahwa saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. KESIMPULAN IMPLIKASI DAN KETERBATASAN 1. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan di depan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Karena F = 11,764 dan sig 0,000 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semua variabel bebas (karaktristik perusahaan yang terdiri atas CR, DER, NPM, SIZE dan OS berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar = -3,335 dan sig 0,001 maka H0 ditolak pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel CR (likuiditas) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 1,463 dan sig 0,148 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel DER (leverage) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 0,207 dan sig 0,837 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel NPM (profitabilitas) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 2,712 dan sig 0,009 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel SIZE (ukuran perusahaan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 2,772 dan sig 0,007 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel OS (saham publik) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Variabel CR (likuiditas), DER (leverage), NPM (profitabilitas), SIZE (ukuran perusahaan) dan OS (saham publik) berpengaruh secara simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y). Dengan demikian hipotesis pertama yang dirumuskan dalam bentuk alternatif “variabel CR, DER, NPM, SIZE dan OS berpengaruh secara simultan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah ditolak”. Variabel CR (likuiditas), DER (leverage), NPM (profitabilitas), SIZE (ukuran perusahaan) dan OS (saham publik) berpengaruh secara parsial terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis dua yang dirumuskan dalam bentuk alternative “variabel CR, DER, NPM, SIZE dan OS berpengaruh secara parsial terhadap tingkat keluasan pengungkapan
22
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah ditolak”, kecuali CR (likuiditas), saja yang diterima. Sesuai hasil penelitian di atas terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12% dan maksimum sebesar 85,29% dengan rata-rata sebesar 64,30%. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam yaitu Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, pengungkapan wajib diungkapkan secara lengkap oleh perusahan (emiten). 2.
Implikasi Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas dapat ditarik implikasi sebagai berikut: 1. Pemilikan saham publik juga mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari publik terhadap transparansi perusahaan semakin diperlukan. Kondisi semacam ini sesuai dengan konsep Good Corporate Governance yang merupakan pengembangan dari Agency theory. Hal ini disebabkan adanya tuntutan masyarakat dan konflik kepentingan, keadaan semacam ini tentunya akan membuat manajemen untuk mempunyai prisip utama sebagai pegangan bahwa keterbukaan merupakan suatu syarat mutlak dalam menjalankan aktivitas perusahaan. 2. Size perusahaan merupakan indikator yang dapat meningkatkan luas pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini sesuai dengan kaidah dalam Agency Theory, dimana superior selalu ingin mengawasi jalannya operasi perusahaan agar kepentingannya dapat terwakili dalam pengelolaan perusahaan. Hasil penelitian ini memberikan tambahan jajaran khasanah pengetahuan yang mendukung hasil penelian sebelumnya, sehingga memperkuat dalam penetapan dalam teori pengetahuan akuntansi. Dari hasil penelitian size perusahaan yang diukur dengan besarnya asset perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini dikarenakan asset perusahaan akan selalu mendapat sorotan dari pasar maupun publik. Mengingat asset perusahaan menjadi sorotan pasar atau publik, maka manajemen senantiasa akan berusaha untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih serius terhadap asset perusahaan dan selalu berusaha agar jumlah asset dapat ditingkatkan terus. 3.
Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah: 1. Sampel dalam penelitian hanya terbatas pada perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman (Food and Beverages) sehingga hasil penelitian kurang mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya dan tidak dapat digeneralisasi. 2. Periode pengamatan yang relatif pendek karena hanya empat tahun (tahun 2006 sampai dengan tahun 2009), sehingga hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena yang sesungguhnya.
23
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya lima variabel, sehingga diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat memperbanyak variabel lainnya karena sangat dimungkinkan ada variabel yang lebih berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. DAFTAR REFERENSI Ainun Naim dan Fuad Rachman, 2000, “Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 15 No 1 pp 70-82. Ang, Robert, 1997. Buku Pinter : Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Media Soft Indonesia. Assih, Prihatin, 2000, “Pengungkapan Untuk meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan dalam rangka memenuhi criteria Decision Usefulness”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, STIE YKPN, Yogyakarta. Bambang Suripto, 1998. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan, Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi II. Bapepam, 2002. Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia. Belkaouli, Ahmed Riahi, 2000. Teori Akuntansi.Buku I. Jakarta. Salemba Empat. Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti. 2004, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 7, No 3, September 2004 hal 351-366. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001, Manajemen Keuangan, Jakarta, Erlangga. Chariri Anis dan Imam Ghozali, 2007. Teori Akuntansi, Edisi ke tiga, Universitas Diponegoro. Djarwanto P.S, 2000. Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakarta. Liberty. Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2002, Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN. Fitriani. 2001, Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV. Gujarati, Damodar, 2001. Ekonometrika Dasar, diterjemahkan oleh Sumarno Zein. Jakarta. Erlangga. Gunawan, Yuniati. 2000, “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Akuntansi III, Bandung. Hanafi, Mahmud M, dan Abdul Halim, 2000. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2007. Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
24
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. 2001. Perangkat dan Teknis Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta. PT Bursa Efek Jakarta. Harjanti Widiastuti, 2002, Pengaruh Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan terhadap Earning Response Coefficient (ERC), Simposium Nasional Akuntansi V, Sesi 2/A, IAI Jakarta, Hal 74-86. Hendriksen Eldon S. 1989, Jilid Dua Teori Akuntansi, Jakarta, Penerbit Erlangga Hendriksen Eldon S dan Van Breda Michael F. 1991, Fifth Edition “Accounting Theory” American Institute of Certified Public Accountant. Hendriksen Eldon S dan Van Breda Michael F. 2002. Teori Akuntansi, Buku 2., Batam, Interaksara. Horne, James C.Van dan John M.Wachowicz, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Buku I. Jakarta. Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba Empat Indonesia Capital Market Directory (ICMD), 2010. Jakarta, BEI. Imam Ghozali, dan Anis Chariri, 2001, Edisi Pertama Teori Akuntansi, Semarang. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Imam Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi Dan Manajemen, BPFE Yogyakarta. Iqbal Hasan. 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi Kedua, Jakarta, PT.Bumi Aksara. Kasmadi dan Djoko Susanto, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Keuangan Perusahaanperusahaan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Edisi Desember 2004. Kieso E Donald, Weygant J.Jerry dan Warfield D.Terry, 2002, Edisi sepuluh Akuntansi Intermediate, Jakarta. Penerbit Erlangga. Marwata, 2001, Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Makalah dipersembahkan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001. Mamduh M.Hanafi, dan Abdul Halim, 2003, Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN. Meek, Gary K, Clare B. Roberts and Sidney J. Gray, 1995, “Factor Influencing Voluntary Annual Report Disclosure by US, UK and Continentaln European Multinational Corporation”, Journal of International Business Studies, Vol 26 pp.555-572. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit Liberty. Nugraheni, B.Linggar Yekti, Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto, 2002. Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.VIII, No.1.pp.75-91. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1998. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
25
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Subiyantoro, Edy. 1997, Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi I, Yogyakarta. Suripto, Bambang, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”, Simposium Nasional Akuntansi II, September 1999. Suta, I Putu Gede Ary, 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta. Yayasan SAD Satria Bakti. Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi 3. Yogyakarta, BPFE. Weston, J.Fred dan Eugene F. Brigham, 1993. Manajemen Keuangan. Jakarta. Erlangga. http://www.idx.co.id.
26
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
27