Jurnal
Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan
ISSN 1411 – 0253 Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015 Versi Online: www.jipi-ui.web.id
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2015
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2015
Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan
Volume
17 Nomor 2 Oktober 2015
ISSN 1411 – 0253 Volume 17 Nomor 2, Oktober 2015 Versi Online: www.jipi-ui.web.id
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2015
Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan 2015. Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi FIB UI Telepon (+6221) 7863528; (+6221) 7872353 • Faks (+6221) 7872353; (+6221) 7270038
Ketua Dewan Editor: Dr. Laksmi, M.A. Dewan Editor: Dr. Ike Iswary Lawanda, M.S.; Nina Mayesti, M.Hum.; Ir. Anon Mirmani, MIM., Arc./Rec.; Indira Irawati, M.A.; Dr. Tamara Adriani Susetyo, M.A. Editor Layout dan Desain: Muhamad Prabu Wibowo, M.Sc. & Arie Nugraha, M.TI. Editor Naskah: Margareta Aulia Rahman, M.Hum.; Kiki Fauziah, M.Hum.; Proof Reader: Riva Delviatma, M.Hum. Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang HAK CIPTA 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2.
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi terbitan ini tanpa izin tertulis dari Penerbit, kecuali kutipan kecil dengan menyebutkan sumbernya dengan layak.
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan,dan Kearsipan kembali menerbitkan tulisan-tulisan yang membahas isu di bidang terkait, baik dalam tataran akademis maupun praktis. Edisi terbaru ini, dengan Volume 17, Nomor 2, Tahun 2015, terbit terlambat dikarenakan adanya satu dan lain hal dan juga karena sulitnya mendapatkan artikel. Kami mohon maaf dan berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut. Terbitan ini dilandasi dengan semangat untuk berbagi pengetahuan, serta membangun budaya penelitian, yang selalu terkait dengan berbagai dinamika pengetahuan dan informasi di lapangan. Terbitan edisi ini diisi oleh 5 tulisan yang mengembangkan wawasan bidang ilmu informasi, perpustakaan, dan kearsipan. Artikel pertama merupakan hasil penelitian dari Dyah Safitri, M.Hum dan Priyanto, S.S., M.Hum dengan judul Proses Pemindahan Pengetahuan (Knowledge Transfer) Pada Perajin Batik Tulis Di Desa Wisata Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Penelitian ini menyajikan proses pemindahan pengetahuan (knowledge transfer) pada pembatik tulis di desa wisata Kliwonan Masaran Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Dengan pendekatan kualitatif dan metode analisis studi kasus, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemindahan pengetahuan di lokasi tersebut mendapat hambatan besar, terutama dari generasi muda yang lebih suka menjadi pekerja pabrik daripada menjadi perajin batik. Artikel kedua ditulis oleh Ikhsan Dwitama Putera, dengan judul Perpustakaan Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) Badan Standar Nasional (BSN) dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Berdasarkan pendekatan kualitatif, penelitian ini membahas tentang proses implementasi ISO 9001:2008 yang dilakukan oleh staf layanan PUSIDO, hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasinya mengikuti klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008. Para staf layanan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari menggunakan Sistem Manajemen Mutu dengan standar internasional untuk merekam kegiatan kerja mereka secara akuntabel. Artikel ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sudiyanto, dengan judul Mengetahui perkembangan organisasi Litbang Keantariksaan melalui arsip, membahas tentang perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai sekarang berdasarkan kajian arsip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi LAPAN telah berkembang secara signifikan, dengan mengembangkan empat bidang, yaitu sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.
i
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Artikel keempat, yaitu berjudul Representasi fungsi perpustakaan umum dalam novel Libri di Luca karya Mikkel Birkegaard, ditulis oleh Surya Rangga. Penelitian ini membahas mengenai representasi perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum yang terdapat dalam novel Libri di Luca. Penelitian dengan menggunakan metode semiotik Roland Barthes ini, menunjukkan bahwa novel tersebut merepresentasikan fungsi perpustakaan umum yang lazim digunakan di tiga tempat di dalam novel tersebut, yaitu perpustakaan umum Osterbro, Krystalgade, dan Bibliotheca Alexandrina, adalah fungsi rekreasi, informasi, dan sebagai tempat pertemuanArtikel Terakhir, artikel kelima adalah tulisan dari Ery Meirani, berjudul Strategi promosi taman bacaan masyarakat (TBM) Kampung Buku, Cibubur. Penelitian yang menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif ini, menunjukkan bahwa TBM Kampung Buku telah melakukan strategi promosi yang unik, yaitu selain menggunakan strategi promosi mereka juga melakukan bauran promosi periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan dan pemasaran media interaktif. Waktu, desain, dana dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi di TBM Kampung Buku. Terbitnya nomor ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, redaksi mengucapkan banyak terimakasih kepada para penulis yang berkenan memberikan tulisan untuk jurnal ini, serta kepada seluruh anggota redaksi yang telah bekerja keras agar Jurnal Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan ini dapat terbit. Kami berharap artikel-artikel dalam jurnal ini dapat bermanfaat dan memberikan banyak pencerahan agar budaya pengetahuan atau informasi menjadi lebih baik.
Depok, Ketua Tim Redaksi
ii
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Daftar Isi PROSES PEMINDAHAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE TRANSFER) PADA PERAJIN BATIK TULIS DI DESA WISATA KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN JAWA TENGAH / Dyah Safitri & Priyanto .................................81 PERPUSTAKAAN PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI (PUSIDO) BADAN STANDAR NASIONAL (BSN) DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 / Ikhsan Dwitama Putera .......................................... 95 MENGETAHUI PERKEMBANGAN ORGANISASI LITBANG KEANTARIKSAAN MELALUI ARSIP / Sudiyanto ..................... 111 REPRESENTASI FUNGSI PERPUSTAKAAN UMUM DALAM NOVEL LIBRI DI LUCA KARYA MIKKEL BIRKEGAARD / Surya Rangga ..................................................................................... 125 STRATEGI PROMOSI TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KAMPUNG BUKU, CIBUBUR / Ery Meirani .............................. 139
iii
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
- Halaman Dikosongkan -
iv
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
PROSES PEMINDAHAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE TRANSFER) PADA PERAJIN BATIK TULIS DI DESAWISATA KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN JAWATENGAH Dyah Safitri 1 Program Studi Manajemen Informasi dan Dokumen, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Priyanto 2 Program Studi Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemindahan pengetahuan (knowledge transfer) pada pembatik tulis di desa wisata Kliwonan Masaran Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemindahan pengetahuan di lokasi penelitian dapat berlangsung meskipun terdapat hambatan besar terutama dari generasi muda yang lebih suka menjadi pekerja pabrik daripada menjadi perajin batik. Apabila kondisi tersebut tidak dapat teratasi maka keberlangsungan desa wisata Kliwonan dapat terancam. Abstract This study aims to determine knowledge transfer for batik artisans in a tourist village Kliwonan Masaran Sragen, Central Java. The methodology was used qualitative research method and case study approach. The results of this study indicate that knowledge transfer was happened in research location despite huge obstacles, especially from the younger generation that would rather be factory worker than batik artisans. If these conditions can’t be resolved, sustainability of rural tourism in Kliwonan will be threatened. Kata Kunci : batik, batik tulis, knowledge transfer, pemindahan pengetahuan, indigenous knowledge, pengetahuan masyarakat lokal, desa wisata
1
Staf pengajar Manajemen Informasi dan Dokumen Program Pendidikan Vokasi UI
2
Staf pengajar Program Studi Pariwisata Pendidikan Vokasi UI 81
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
1.Pendahuluan Batik telah dikenal di Indonesia sejak abad keempat atau kelima Masehi. Sejumlah teknik batik sudah diterapkan di beberapa pulau, bahkan di Jawa Batik sudah menjadi warisan tradisi turun temurun sejak jaman Majapahit. Kata batik banyak diyakini berasal dari kata ambatik yang berarti kain lebar dengan sekumpulan titik. Akhiran tik berarti titik-titik kecil. Dalam manuskrip daun lontar dari abad ke-15 yang ditemukan di Galuh Cirebon Selatan, tulisan batik itu juga disebut sebagai seratan atau dalam bahasa Jawa berarti tulisan (Kementerian Perdagangan, 2008). Bagi masyarakat Jawa, batik bukan sekadar kain bercorak belaka. Ada sejumlah simbol dan filosofi penting di balik masyarakat Jawa pada batik mulai dari buaian hingga kematian. Ketika seorang bayi lahir, batik digunakan untuk menutupi tubuh bayi. Ketika agak besar kain batik digunakan untuk menggendong. Pada saat menikah, batik juga digunakan tidak hanya oleh pengantin tetapi juga orang tua pengantin. Saat meninggal, batik juga kerap digunakan untuk menutup tubuh selama prosesi pemakaman. Karena itu, dengan fungsi seperti itu batik memiliki daya jangkau teknologi, estetis, fungsional, dan ekonomi. Bahkan hingga saat ini. Nilai filosofi dari simbol yang ada di batik juga memiliki pengaruh ritual. Objek-objek yang tergambar di batik seperti bunga, tanaman, burung, kupu-kupu, ikan hingga bentuk geometris adalah simbol-simbol kekayaan. Biasanya simbol ini dipercaya oleh masyarakat Jawa sejak agama Hindu masuk ke tanah Jawa. Ketika masuknya Islam ke Jawa, larangan menampilkan gambar manusia atau hewan membuat corak batik Keraton seperti Parang Rusak atau Keris Rusak menjadi umum bagi masyarakat sejak demokratisasi dikenalkan oleh Islam (Kementerian Perdagangan, 2008). Sebagai sebuah teknik pembuatan kain, ada tiga jenis batik yaitu batik tulis, printing/cap, dan kombinasi. Batik tulis biasanya diproduksi dari kain mori jenis primisima, prima, maupun mori biru. Batik tulis diproduksi menggunakan lapisan lilin yang disebut malam. Malam direbus di atas bara api yang stabil, dan dalam kondisi panas pembatik akan menorehkan mulut canting ke kain mengikuti motif yang ada. Proses membuat batik tulis membutuhkan waktu beberapa minggu bahkan dapat beberapa bulan, tergantung dari tingkat kerumitan motif batik. Ada beberapa proses yang harus dilakukan mulai dari nyoret (membuat pola gambar dalam kain), nglowong (membatik pola-pola yang sudah digambar menggunakan canting dan malam). Pada batik berkualitas tinggi biasanya nglowong dilakukan di dua sisi kain (nerusi). Lalu ada proses ngisen- iseni (memberi isi) dengan mempergunakan canting bermulut kecil atau disebut juga canting isen. Canting ini bermacam-macam misalnya “nyeceki” (membuat motif yang terdiri dari titik-titik), Neloni menggunakan canting telon, hasilnya disebut telon. Mrapati menggunakan canting prapatan, hasilnya prapatan, dan seterusnya Selanjutnya adalah proses nembok (membatik bagian-bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih –warna kain asli- sebelum dicelup dalam zat pewarna). Proses ini dapat berlangsung hingga dua minggu, bergantung pada rumit atau tidaknya pola serta rencana pewarnaan yang akan digunakan pada kain batik tersebut. Proses selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pertama (medel). Setelah itu, ada proses ngerok atau menghilangkan malam yang menempel di kain pada saat nglowong. Lalu, ada langkah mbironi untuk meletakkan warna-warna yang akan dikehendaki. Proses ini berulang, sampai mendapatkan kain dengan corak warna yang dikehendaki. 82
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Langkah terakhir adalah nglorod atau menghilangkan sisa-sisa malam yang tersisa dengan cara memasukkan kain batik ke dalam air mendidih. Untuk membuat satu lembar kain batik tulis ini, proses dari nyoret hingga nglorod dapat berlangsung hingga dua bulan. Hasil dari batik tulis meskipun dari pola yang sama biasanya tidak akan sama persis karena perbedaan saat ngisen-iseni. Setiap pembatik dapat melakukan kreasi tersendiri pada tahapan tersebut sehingga batik tulis dengan pola yang sama, hasilnya tidak akan sama persis. Karena prosesnya yang relatif lama, biasanya perajin atau pengusaha batik memikirkan cara untuk membuat kain batik dengan proses yang lebih cepat. Muncul kemudian batik printing/cap –dengan menghilangkan tahapan pemakaian canting dan malam. Batik printing malam yaitu batik dengan cap malam –menghilangkan proses canting- dan batik kombinasi yaitu menggabungkan antara proses printing dengan memasukkan unsur batik tulis seperti langkah mbironi ke dalam batik tersebut. Proses pembuatan batik jenis ini dapat berlangsung relatif cepat sehingga dipilih para pengusaha batik untuk memenuhi permintaan konsumen. Kedua jenis batik ini motifnya dapat berubah dengan cepat bahkan dalam hitungan minggu dan berganti-ganti sesuai keinginan pasar. (Sumarsono, 2015). Ketika 2 Oktober 2009 UNESCO menobatkan batik sebagai warisan budaya dunia dan dimasukkan ke dalam daftar representatif sebagai budaya tak-benda warisan manusia (representative list of the intangible cultural heritage of humanity) ada dua keping sisi yang dihadapi Indonesia. Di satu sisi ada pengakuan resmi dunia terhadap batik tulis adalah hasil budaya Indonesia, di sisi lain membutuhkan upaya sungguh-sungguh agar batik tetap lestari. Masalah ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara serius karena apabila pembatik tidak terus berkarya dari satu generasi ke generasi berikutnya, eksistensi batik sebagai warisan tradisi akan terancam. Penelitian Sugiarti (2011) menunjukkan bahwa masalah terbesar pengembangan batik sebagai karya seni adalah kurangnya minat generasi muda menjadi pembatik tulis yang mengandalkan pengetahuan (knowledge) pada batik sebagai sumber utama. Kondisi tersebut menarik diteliti bagaimana pengetahuan dalam membuat batik tulis yang relatif rumit dapat dipindahkan (knowledge transfer) dari individu ke individu berikutnya. Dalam konteks ini menarik diamati bagaimana di sentra-sentra produksi batik, pembatik tulis didominasi oleh generasi yang berusia di atas 50 tahun. Pengetahuan pembatik dalam membuat batik tulis dapat dinamakan sebagai pengetahuan lokal. Pelestarian pengetahuan membatik dilakukan melalui generasi tua perempuan ke generasi muda yang perempuan pula yang biasanya ada di dalam satu keluarga. Meskipun tidak ada pola yang baku dalam penurunan pengetahuan tersebut, pembatik tulis biasanya memang memperoleh pengetahuan membatik dari ibunya sejak kecil. Lantas, apakah ada yang salah dari proses pemindahan pengetahuan tersebut sehingga generasi muda tidak memiliki hasrat yang tinggi menekuni kerajinan batik tulis. Dalam catatan Fornhal, Zellner, dan Audretsch (2005), ada dua asumsi mengenai pemindahan pengetahuan. Pertama, pengetahuan adalah sama dengan pengetahuan ekonomi yang melihat pengetahuan memiliki harga ekonomis. Kedua, adalah efek samping dari pengetahuan yang dialihkan dari sumber ke penerima. Dalam konteks tersebut, pengaliran pengetahuan sama sekali tidaklah otomatis terjadi, sehingga harus didorong agar pengetahuan dapat berpindah. 83
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Selain Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan, Kabupaten Sragen menjadi salah satu sentra produksi batik terbesar di Jawa Tengah. Terdapat dua sub sentra batik yakni kecamatan Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik dan terletak berseberangan di sisi Utara dan Selatan Sungai Bengawan Solo. Desa-desa di utara sungai adalah Jabung dan Gedongan di Kecamatan Plupuh, sedangkan di selatan adalah Desa Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan Kecamatan Masaran. Batik dari Sragen ini kerap disebut sebagai batik Girli (Pinggir Kali), karena berada di Pinggir sungai. Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja. (Pemerintah Kabupaten Sragen, 2015) Generasi awal perajin batik Sragen adalah buruh batik di Solo dan memulai usaha sendiri di desanya masing-masing. Sentra batik desa Kliwonan menjadi yang terbesar sehingga ditetapkan oleh pemerintah kabupaten sebagai kawasan wisata terpadu dengan nama Desa Wisata Batik Kliwonan. Di desa tersebut menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik. Di desa itu pula, bahan batik dari hulu ke hilir seperti kain, malam, canting, dan sebagainya juga telah tersedia. Dari segi motif, batik Sragen kaya ornamen flora dan fauna seperti motif tumbuhan atau hewan yang disusupi oleh motif klasik seperti Parang, Sidoluhur dan sebagainya. Aktivitas keseharian masyarakat juga terekam dalam motif batik Sragen yang bermakna lebih tegas, berbeda dengan corak klasik yang berkembang di Yogya ataupun Solo. Desa wisata didefinisikan sebagai bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara tradisi yang berlaku. Nuryanti, Wiendu (1993). Penetapannya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. 3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4. Keamanan di desa tersebut terjamin. 5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. 6. Beriklim sejuk atau dingin. 7.Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Dari aksesibilitas, desa wisata Kliwonan terletak 12 km dari sebelah selatan pusat kota Kabupaten Sragen atau 15 km sebelah timur laut kota Solo. Untuk mencapai lokasi desa ini aksesnya dapat melalui jalan raya Solo-Surabaya, melalui Museum Purbakala Sangiran, atau dari objek wisata Waduk Kedung Ombo. Di sepanjang jalan menuju lokasi desa wisata yang terletak 4 km dari jalan raya Solo-Surabaya itu, wisatawan akan disuguhi pemandangan hamparan sawah menghijau. Wisatawan tidak hanya dapat berbelanja busana dan kain batik karena tersedia banyak showroom penjualan batik.Wisatawan juga dapat melihat proses pembuatan batik dari awal hingga akhir serta dapat menginap di homestay yang tersedia. Wisatawan juga dapat belajar membatik hingga ikut berkotor-kotor melakukan pencelupan warna pada kain batik. Kombinasi suasana alam pedesaan yang asri dan tawaran produk budaya batik menjadi suguhan utama desa wisata Kliwonan ini. 84
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Pengetahuan masyarakat lokal seperti pada batik tulis menjadi penting ketika arus modernisasi membuat pengetahuan lokal tergerus dan bahkan nyaris punah. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran mengenai pemindahan pengetahuan, terutama pada pengetahuan masyarakat lokal khususnya pada batik tulis. Keberlangsungan desa wisata yang mengedepankan produk budaya batik sebagai suguhan utama akan terancam pada saat pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda tidak dapat berjalan dengan baik. 2. Teori Knowledge Transfer Davenport dan Prusak (1998) menyebut pengetahuan sebagai pengalaman, nilai-nilai, konteks dan wawasan yang tercampur sehingga menyediakan sebuah kerangka kerja untuk mengevaluasi dan menghubungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru. Kedua peneliti ini menemukan bahwa di dalam organisasi, pengetahuan kerap menjadi artefak yang melekat seperti dokumen, video, audio atau penyimpanan di dalam rutinitas, proses, praktek, dan norma-norma organisasi. Mereka juga melihat bahwa pengetahuan akan bernilai apabila ada tambahan konteks, budaya, pengalaman, dan interpretasi dari manusia. Nonaka (1994) melihat pengetahuan dalam arti yang lebih spesifik. Pengguna pengetahuan harus mengerti dan melihat pengalaman dengan konteks yang ada, kondisi dan pengaruh yang melingkupi, sehingga pengetahuan dihasilkan dan berarti untuk mereka. Nonaka dan Takeuchi (1995) menggambarkan dua tipe pengetahuan yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah pemahaman yang ada di dalam pikiran pemilik pengetahuan dan tidak secara langsung dapat dimunculkan dalam bentuk data atau representasi pengetahuan sehingga kerap disebut pengetahuan yang tidak terstruktur. Explicit knowledge yaitu pengetahuan yang secara langsung berbentuk pengetahuan dan umumnya disebut sebagai pengetahuan terstruktur. Sehingga, pengetahuan adalah gabungan antara kedua pengetahuan tersebut. Pemindahan Pengetahuan (Knowledge Transfer) Istilah pemindahan pengetahuan (knowledge transfer) kerap digunakan untuk menggambarkan pertukaran pengetahuan antara individu, kelompok, atau organisasi secara sengaja atau tidak. Dalam pemindahan pengetahuan itu definisi sumber pengetahuan dan penerima harus fokus dan memiliki identifikasi tujuan yang jelas (King, 2008) Nonaka dan Takeuchi (1995) menawarkan empat model pembentukan knowledge transfer atau yang dikenal sebagai model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization). Socialization adalah membuat tacit knowledge sebagai model mental dan keterampilan teknis. Tacit knowledge dapat diperoleh melalui observasi, imitasi, dan praktek. Externalization adalah proses artikulasi tacit knowledge dalam bentuk konsep eksplisit berwujud metafora, analogis, hipotesis, atau model. Combination adalah proses konsep sistemis ke dalam sistem pengetahuan dengan 85
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
menggabungkan expilicit knowledge yang berbeda. Explicit knowledge dipindah melalui media seperti dokumen, pertemuan, email atau percakapan telepon. Kategorisasi pengetahuan ini akan memunculkan pengetahuan baru. Internalization adalah proses mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge dan dekat dengan konsep pengalaman karena mengerjakan atau dapat disebut learning by doing Keempat proses tersebut memperlihatkan bahwa knowledge transfer bergantung pada pemahaman antara pemilik pengetahuan dan pengguna pengetahuan. Pemahaman umum terdiri atas konteks dan pengalaman. Konteks adalah cerita dibalik pengetahuan, kondisi atau situasi yang membuat pengetahuan dapat dimengerti. Sedangkan pengalaman adalah aktivitas yang memproduksi model mental bagaimana pengetahuan digunakan. Model pemindahan pengetahuan seperti diungkapkan Dixon (2000) ada lima tipe yaitu serial, near, far, strategic, dan expert transfer. Masing-masing dibedakan menurut tujuan, metode, dan cara menggunakannya. Adapun lima tipe utama tersebut adalah Serial Transfer, diterapkan ke sebuah tim yang mengerjakan satu tugas, kemudian tim yang sama mengulang tugas tersebut dalam konteks baru. Di serial transfer, tim sumber dan tim penerima adalah tim yang sama. Serial transfer menawarkan efisiensi dalam kecepatan dan kualitas. Tipe berikutnya adalah Near transfer : melibatkan transfer pengetahuan dari tim sumber ke tim penerima yang mengerjakan pekerjaan serupa dalam konteks sama tetapi di lokasi berbeda. Syarat utamanya adalah pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan besar dan terus menerus. Far transfer melibatkan pemindahan tacit knowledge dari tim sumber ke tim penerima ketika pengetahuan berkaitan dengan tugas non-rutin. Contohnya adalah tim ekplorasi minyak mengundang tim lain untuk membantu menginterpretasi data seismik dan geologi yang telah mereka kumpulkan. Pengetahuan ditransfer langsung ke masing-masing anggota tim terutama pada langkah dan prosedur yang tidak tertulis. Karena interpretasi dari data tersebut adalah tugas dengan beragam variabel, mereka harus menyajikan sesuai dengan pengetahuan mereka. Far transfer biasa digunakan untuk memungkinkan pemindahan pengetahuan yang sangat spesifik. Strategic transfer melibatkan pemindahan pengetahuan yang sangat kompleks, seperti bagaimana merilis sebuah produk dari satu tim ke tim lain yang terpisah baik tempat maupun waktu. Transfer ini berbeda dari far transfer karena strategic transfer lebih terbatas lingkupnya seperti pada satu tim tertentu. Biasanya strategic transfer akan bermanfaat bagi perusahaan berskala global ketika pengetahuan bisa dipindahkan ke lokasi cabang di belahan dunia lain dengan konteks lingkungan yang berbeda. Expert Transfer, melibatkan pemindahan explicit knowledge mengenai tugas yang dikerjakan rutin. Contohnya adalah teknisi yang mengirim surat elektronik ke jaringan pertemanannya untuk bertanya bagaimana meningkatkan kecerahan monitor kuno dan mendapatkan jawaban dari ahli yang mendalami bidang tersebut. Di dalam model transfer ini, kebutuhan keahlian dapat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan. 4. Pengetahuan Masyarakat Lokal (indigenous knowledge) Menurut Fein dalam Masango (2010), indigenous knowledge adalah the local knowledge that is unique to a culture or society. Other names for it include: local knowledge, folk knowledge, people’s knowledge, traditional wisdom or traditional science. This knowledge is passed from generation to generation, usually by word of mouth and cultural rituals, and has been the basis for agriculture, food 86
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
preparation, health care, education, conservation and the wide range of other activities that sustain societies in many parts of the world.
Terkait dengan batik tulis, Shaari (2015) menyebut batik tulis adalah hasil kerajinan tangan kreatif sebagai kekayaan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) sehingga muncul sebagai potret identitas dan nilai kehidupan dalam sebuah kebudayaan. Pengetahuan masyarakat lokal ini memiliki sifat sebagai tacit knowledge yang tidak terstruktur dan tersimpan dalam memori pemilik pengetahuan. Pemindahan transfer)
Pengetahuan
Masyarakat
Lokal
(indigenous
knowledge
Pengetahuan masyarakat lokal yang sifatnya tacit akan diberikan ke generasi berikutnya atau ke orang lain dalam bentuk informasi dahulu, sebelum generasi atau orang yang menerima pengetahuan mengolah dan menerapkannya menjadi pengetahuan mereka sendiri. Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal tersebut menjanjikan upaya pelestarian pengetahuan. Tetapi pada saat yang sama terjadi hambatan. Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal hanya dapat terjadi apabila terdapat saling percaya antara pemberi pengetahuan dan penerima pengetahuan. Penerimaan akan menentukan kualitas pengetahuan yang diberikan, sedangkan kepercayaan harus diciptakan melalui motivasi terus menerus. Generasi yang mendapat pengetahuan harus dapat mempercayai bahwa pengetahuan yang diberikan oleh generasi sebelumnya akan bermanfaat di kemudian hari secara ekonomi. Proses pemindahan pengetahuan masyarakat lokal tersebut, beberapa tahapan seperti diungkapkan Jounjobsong (2010) adalah identifikasi pengetahuan (knowledge identification), proses komunikasi (communication process), dan proses interpretasi (interpretation process). Selain itu ada faktor eksternal yang memengaruhi dalam proses pemindahan pengetahan masyarakat lokal ini yaitu karakteristik masyarakat lokal yang bersangkutan, karakteristik masyarakat di sekitar tempat pengetahuan masyarakat lokal berada, budaya, hingga pengaruh teknologi komunikasi dan informasi.
5. Pemindahan Pengetahuan Masyarakat Lokal Pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) sudah dilakukan oleh banyak komunitas yang ada di setiap negara. Kalau di Pulau Simelue Aceh, ada tradisi lisan smog yang terwarisi turun temurun yakni ketika setelah gempa besar lantas air laut tiba-tiba surut di pantai maka pada saat itu pula mereka harus pergi ke tempat lebih tinggi. Pengetahuan lokal inilah yang menyelamatkan masyarakat pulau tersebut dari terjangan dahsyat Tsunami Aceh pada 2005 lalu, padahal pulau ini berhadapan langsung dengan titik pusat gempa. Warga Pulau Simelue langsung mengungsi ke tempat yang lebih tinggi ketika mendapati setelah gempa air laut di pantai benar-benar surut. Pengetahuan pembatik tulis di Desa Wisata Kliwonan Sragen dapat dikatakan sebagai pengetahuan lokal yang sifatnya unik (indigenous knowledge). Sebaran pengetahuan pembatik hanya di sekitar wilayah tersebut, tidak melebar ke wilayah kabupaten Sragen lainnya. Pengetahuan lokal membatik ini diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 87
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Dengan menggunakan model pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) dari Jounjobsong (2012), ada tiga tahapanan pemindahan yaitu identifikasi pengetahuan (knowledge identification), proses komunikasi (communication process), dan proses interpretasi (interpretation process). Identifikasi Pengetahuan Ada empat lapis generasi yang dapat diidentifikasi dari masyarakat Kliwonan. Pertama adalah generasi dengan usia 60-an tahun, generasi di atas 40 tahun, generasi 20-40 tahun, dan generasi di bawah usia 20 tahun. Mengenai pengetahuan membuat batik tulis, hampir seluruhnya didominasi oleh perempuan. Tahapan membatik seperti nglowong dan ngisen-iseni dengan canting dan malam menjadi pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan. Sedangkan tahapan pembuatan batik seperti menyelupkan kain ke pewarna (medel), ngerok, hingga nglorod dilakukan oleh kaum laki-laki. Pengetahuan membatik perempuan mulai dari nglowong hingga ngisen-isen awalnya adalah menjadi milik dari generasi tua. Mereka memperoleh ilmu membatik dengan cara menularkannya secara langsung sejak mereka masih dalam usia anak-anak. Pada pembatik yang sudah berusia 40 tahun ke atas, mereka mendapat ilmu membatik sebagai bekal untuk membantu ekonomi keluarga. Apalagi pada saat mereka usia sekolah, anak-anak perempuan ini hanya tamat Sekolah Dasar atau bahkan tidak mengenyam dunia pendidikan formal sama sekali. Membatik jadi suatu kewajiban agar kelak masih dapat bertahan secara ekonomi karena memiliki keterampilan dari membatik. Cara memindahkan pengetahuan membatik tulis ini juga khas, anak-anak langsung dipaksa belajar menggunakan canting dan malam ke kain yang dibatik ibunya. Bukan di bagian yang ada motifnya, tetapi bagian yang sebaliknya (nerusi). Batik tulis nerusi ini biasanya adalah batik tulis kualitas tinggi karena nanti ketika jadi, motif kain batik akan sama meski kain dibolak-balik. Nerusi juga mengurangi risiko salah menggambar sesuai pola karena tinggal menebalkan apa yang sudah di klowong di sebalik kain. Generasi pembatik tua (usia di atas 60 tahun) yang ditemui peneliti membenarkan bahwa anak perempuannya belajar membatik darinya. Belajarnya cukup sederhana karena tinggal melakukan proses nerusi. Ketika proses ini dilakukan berulang-ulang sekitar tiga tahun, perempuan generasi berikutnya tersebut sudah siap untuk dapat membuat batik tulis sendiri. Karena prosesnya yang panjang, maka dalam pembuatan batik tulis biasanya ada tiga model pembuatan berdasarkan lokasi. Pertama adalah pembatik melakukan pekerjaannya di lingkungan pabrik milik pengusaha batik. Mereka datang sesuai jam kerja dan dibayar sesuai dengan pekerjaannya pada hari itu. Kedua, adalah membawa kain batik yang sudah diberi pola, canting, serta malam dan membatiknya di rumah. Ketiga, pembatik mengambil pekerjaan batik dari juragan kecil-kecilan (pengepul) dan mengumpulkan pekerjaannya ke juragan kecil tersebut. Juragan kecil ini nanti yang menyetor ke pengusaha batik. Juragan kecil ini pula yang menalangi terlebih dulu (kasbon), bila pembatik membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Model kedua dan ketiga menitikberatkan membatik di rumah menjadi awal pemindahan pengetahuan membatik batik tulis. Selain dibekali perlengkapan membatik yang 88
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
lengkap, sejak dini anak-anak si pembatik tersebut dapat mengamati secara langsung apa yang dikerjakan oleh ibu atau neneknya. Umumnya kegiatan membatik ini dilakukan sebagai sambilan saja, bukan menjadi pekerjaan utama, dan dilakukan di sela mengurus sawah (panen/menanam padi) atau mengurus keluarga. Biasanya, pengetahuan membatik lainnya yang dipindahkan dari generasi tua ke generasi yang labih muda adalah soal corak atau motif. Corak-corak klasik gaya Solo yang sudah melekat biasanya hapal diluar kepala bagi pembatik generasi tua seperti Parang, Sidomulyo, Kawung, hingga Babon Angrem. Motif-motif itu pula yang dipelajari oleh generasi pembatik berikutnya. Ketika permintaan konsumen makin variatif pada batik tulis dengan ornamen-ornamen baru, seperti pohon kelapa yang peneliti saksikan, pembatik sekadar membatik apa yang sudah tergambar/tercorak di kain. Proses kreatif pembatik pada bagian isen-isen, misalnya membuat cecek atau pretelon. Ruang kreatif tetap berada di wilayah pengusaha batik karena mereka biasanya memperkerjakan desainer khusus yang bertugas membuat corak atau pola yang inovatif untuk mengejar selera dan keinginan konsumen batik tulis. Soal filosofis tentang apa kegunaan dan manfaat dari batik tulis dengan corak klasik tidak menjadi titik perhatian dalam pemindahan pengetahuan tentang batik tulis tersebut. Jadi, generasi baru sekadar memperoleh pengetahuan bagaimana cara menggunakan canting, membatik dari kain putih, hingga menjadi kain siap jual saja. Pengetahuan dasar membatik seperti bagaimana menggunakan canting, mendidihkan malam dengan api yang stabil, membatik mengikuti motif hingga membuat isen-isen biasanya diajarkan ke generasi berikutnya melalui pengajaran langsung. Dengan motivasi ekonomi, karena anak perempuan nantinya akan menjadi ibu rumah tangga, mereka harus memiliki keterampilan membatik agar dapat membantu ekonomi keluarga kelak. Bahkan ketika generasi muda itu masih anak-anak, membatik adalah cara mudah untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan pada saat itu. Cara yang digunakan untuk memindah pengetahuan adalah dengan nerusi atau membuat pola mengikuti alur motif batik yang sudah dibuat di sebalik kain. Baru setelah lancar, proses lain yang lebih rumit seperti ngisen-iseni menggunakan canting khusus baru diperkenalkan. Bagi generasi dengan umur 40 tahun lebih, rata-rata mereka belajar dari ibunya masing-masing menggunakan metode ini sehingga pemindahan pengetahuan dapat berlangsung dengan baik. Tetapi ada masalah yang terjadi karena generasi di bawah 40 tahun tidak menganggap pekerjaan membatik sebagai solusi dalam menghadapi persoalan ekonomi keluarga. Bagi mereka, bekerja sebagai buruh di pabrik sepanjang jalan raya Sragen-Surabaya lebih menjanjikan dan terhormat. Membatik dianggap sebagai pekerjaan rendah dan dianggap sebagai pelarian daripada tidak memperoleh penghasilan sama sekali. Akibatnya, mayoritas pembatik yang ditemukan di desa Kliwonan adalah di atas 40 tahun. Kesediaan melakukan pemindahan pengetahuan membatik sebenarnya sudah dimiliki oleh generasi di atas 40 tahun. Namun, kesediaan tersebut tidak bersambut karena generasi di bawah 40 tahun lebih memilih menjadi buruh pabrik. Padahal, dari perspektif pengusaha batik. Kalaupun tidak membuat membatik tulis yang biasanya dapat uangnya dalam waktu yang lama karena proses pembuatannya yang juga memakan waktu, mereka dapat membatik kombinasi yang lebih sederhana tetapi cepat menghasilkan uang. Dari wawancara didapatkan fakta bahwa pembatik kombinasi (printing dan tulis) dapat membawa uang tiap hari sekitar 50 ribu rupiah bersih dengan 89
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
bekerja tanpa mengeluarkan biaya transportasi dan uang makan. Nilai seperti itu sebenarnya tidak kalah dengan pendapatan yang diperoleh dari pabrik. Kekhawatiran habisnya generasi pembatik baru ini dirasakan tidak hanya oleh pengusaha batik yang diwawancarai tetapi juga oleh pembatik senior. Ada kalanya mereka mengajari anak-anaknya ikut membatik saat liburan sekolah dengan cara yang sama yakni nerusi. Biasanya tempat pembatikan penuh dengan anak-anak yang ikut magang (internship). Namun ketika waktu sekolah mulai lagi, gairah anak-anak untuk membatik ikut sirna. Pembatik usia muda hanya mau membatik ketika mereka memiliki waktu saja, ketika tidak ada waktu, intensitas pada batik pun mandek. Pendeknya, mereka menyadari batik menjadi salah satu ikon budaya yang harus dilestarikan, tetapi citra membatik yang dianggap kotor, kumuh, dan menghasilkan uang tidak seberapa jadi pertimbangan utama bagi generasi muda untuk membatik. Proses komunikasi Dalam proses pemindahan pengetahuan, terjadi proses komunikasi antarmanusia. Menurut DeVito (1997) komunikasi antarmanusia adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang memiliki hubungan matang; orang-orang yang dengan berbagai cara berhubungan. Definisi ini dilatarbelakangi oleh komunikasi antarmanusia dilakukan paling sedikit dua orang dan memiliki hubungan relasi. Dalam proses pemindahan pengetahuan ini, proses komunikasi antara pemberi dan penerima pengetahuan menjadi salah satu faktor penting berhasilnya pemindahan pengetahuan. Umumnya kegiatan pemindahan pengetahuan membatik antara generasi muda dan generasi lebih tua adalah kaum perempuan yang terhubung dalam keluarga. Misalnya sebuah keluarga memiliki tiga anak perempuan, biasanya si ibu akan melakukan komunikasi dengan ketiga putrinya menggunakan medium kain melalui proses nerusi. Komunikator adalah ibu pada generasi senior sedangkan komunikannya biasanya adalah anak perempuan usia sekolah dasar sekitar 10-12 tahun. Dengan proses nerusi berulang-ulang, diharapkan pada usia sekolah menengah, anak-anak perempuan tersebut sudah dapat membatik sendiri tanpa perlu bantuan pengarahan si ibu. Penyampaian pesan biasanya dilakukan dengan mengenal bahan kain batik , motif, dan mengatur keluarnya malam dari canting sesuai motif. Pesan-pesan ini biasanya dilakukan menggunakan bahasa Jawa dan langsung secara tatap muka. Biasanya anakanak itu langsung praktek di depan kain yang sudah dibatik si ibu, kemudian mengikuti alur motif yang sudah dibatik langsung dari tempat ibunya bekerja. Proses ini berlangsung beberapa lama mengikuti order membatik yang dibawa si ibu sehingga si anak bisa luwes menggunakan canting maupun mengerjakan motif termasuk cara membuat isen-isen. Hambatan terbesar yang terjadi adalah ketika komunikan menganggap bahwa message melalui media kain batik tidak bermanfaat bagi komunikan. Bekerja sebagai pembatik, khususnya batik tulis adalah pekerjaan yang rumit, melelahkan, sedangkan dari sisi ekonomi juga tidak terlalu menjanjikan apa-apa. Komunikan menganggap bahwa bekerja di pabrik yang cukup jauh dari desa lebih memberikan harapan karena dapat memperoleh pendapatan yang pasti tiap minggu atau tiap bulan. Efek komunikasi yang terjadi pada komunikasi antarmanusia ini adalah ada efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif adalah komunikasi menyebabkan individu 90
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti, atau yang semula tidak sadar menjadi sadar. Dalam konteks ini, generasi penerima pengetahuan akan memperoleh pengetahuan tentang membatik tulis yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek afektif adalah efek komunikasi yang berhubungan dengan perasaan. Komunikasi antarmanusia menyebabkan individu yang merasa tidak senang menjadi senang, dari semula sedih menjadi gembira, atau semula takut menjadi berani. Pengetahuan baru yang diperoleh akan menjadikan generasi penerima pengetahuan akan terus belajar, meskipun ada hambatan seperti pekerjaan membatik tulis adalah pekerjaan rumit dan njlimet. Tetapi mereka biasanya akan tetap bersemangat karena ada nilai ekonomis bila berhasil membuat kain batik. Efek konatif lebih pada efek komunikasi antarmanusia untuk melakukan kegiatan fisik atau jasmaniah yang lebih baik. Untuk komunikasi pada pemindahan pengetahuan tentang membatik, efek konatifnya ada pada kepercayaan diri bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaan membatik dan menganggap membatik adalah pekerjaan seni yang luhur dan bernilai ekonomis. Proses interpretasi Dalam proses ini, interpretasi terhadap nilai filosofis disuntikkan untuk motif-motif klasik, misalnya digunakan untuk kegiatan sosial apa saja. Motif-motif ini biasanya ada pada kain batik klasik gaya Kraton Solo seperti Parang, Kawung, Ceplok, Sidomukti, hingga Babon Angrem. Interpretasi tidak dilakukan mendalam karena yang terpenting bagi pembatik ini adalah bagaimana menggunakan canting, membuat isen-isen, nglowong, hingga mbironi. Interpretasi terhadap motif dan seni terjadi ketika kebutuhan konsumen masa kini mengarah kepada motif baru. Pembatik dituntut untuk selalu melakukan interpretasi terhadap motif baru. Memang bukan pada keseluruhan motif dasar, karena ini sudah dibuat oleh pengusaha batik, tetapi pada interpretasi isen-isen motif, apakah menggunakan cecek (titik-titik) sehingga menghasilkan kain batik tulis yang indah dan sedap dipandang. Interpretasi pada motif dengan isen-isen yang diserahkan kepada pembatik membuat kain batik tulis dengan motif yang sama hasil akhirnya tidak akan sama persis antara satu pembatik dengan pembatik lainnya karena intepretasi pada isenisen motif tersebut. Pembatik harus memiliki imajinasi pula terhadap proses pewarnaan akhir bila kain batik nanti selesai sehingga isen-isen pun dapat mendukung motif sehingga kain menjadi lebih indah. Model pemindahan pengetahuan Nonaka dan Takeuchi Merujuk pada empat model pembentukan dan pemindahan pengetahuan yang dibuat oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) yaitu model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization), pola pemindahan pengetahuan pada pembatik tulis dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Socialization : pengetahuan membatik pada generasi tua adalah pengetahuan tacit yang berada dalam pengalaman pembatik sebagai pemberi pengetahuan. Beberapa pengetahuan tacit itu adalah filosofi mengenai motif-motif klasik, penggunaan alat-alat batik seperti jenis-jenis canting yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk nglowong, mbironi, ngisen-iseni, hingga mbironi. Pengetahuan tacit ini tersirat dan muncul melalui pengamatan, imitasi, dan praktek. 91
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
2. Externalization adalah proses artikulasi tacit knowledge. Pengetahuan menggunakan alat-alat seperti canting dengan berbagai kegunaan dan mendidihkan malam saat akan nglowong dalam proses nerusi menjadi contoh bagaimana eksternalisasi terjadi karena pengetahuan tacit segera dieksplisitkan melalui praktik langsung. 3. Combination adalah proses konsep sistemis ke dalam sistem pengetahuan dengan menggabungkan explicit knowledge yang berbeda. Ketika penerima pengetahuan telah belajar membatik dengan cara nerusi, para penerima pengetahuan ini dapat saling berbagi pengalaman mengenai segala hal berkaitan dengan cara, metode, atau memperkaya motif batik melalui isen-isen yang telah dipelajari. Di sinilah kekhasan batik tulis, karena di tangan pembatik yang beda, isen-isen pun dapat berbeda sehingga batik dengan motif yang sama sekalipun tidak akan persis sama hasilnya nanti saat menjadi kain batik tulis 4. Internalization adalah proses mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge dan dekat dengan konsep pengalaman karena mengerjakan atau dapat disebut learning by doing. Proses inilah yang dilakukan oleh penerima pengetahuan, karena membatik tidak diajarkan melalui teori tetapi langsung praktek ke kain meskipun sekadar nerusi atau mengikuti alur pola yang telah dibatik di sebalik kain. Kebiasaan nerusi adalah proses learning by doing sehingga pemindahan pengetahuan dapat berlangsung dengan baik. Model pemindahan pengetahuan Dixon Model pemindahan pengetahuan lain datang dari Dixon (2000). Dengan pendekatan Dixon tersebut, pemindahan pengetahuan antar pembatik generasi senior ke yang lebih muda masuk dalam near transfer. Di lokasi yang sama mereka dapat memindah pengetahuan tanpa perlu pergi ke suatu tempat untuk memperdalam pengetahuan tersebut. Biasanya pemindahan pengetahuan membatik tulis berlangsung antara ibu dengan anak-anak perempuannya di rumahnya masing-masing. Ketika si ibu membatik kain di rumah atau menjadi anggota kelompok dari pembatik juragan kecil dan bukan bekerja di pabrik, anakanak perempuan si ibu akan dibekali pengetahuan membatik melalui proses nerusi terus menerus. Harapannya, keterampilan membatik tersebut akan memberi dampak ekonomi saat anak-anak ini beranjak dewasa ataupun sudah berkeluarga.
Kesimpulan Dari penelitian kualitatif yang dilakukan pada sentra batik di Desa Wisata Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Jawa Tengah peneliti dapat menyimpulkan bahwa terjadi proses pemindahan pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) yaitu proses pembuatan batik tulis dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Proses pemindahan pengetahuan itu kini terancam ketika penerima pengetahuan tidak mau menerima pemindahan tersebut karena menganggap pekerjaan membatik dicitrakan sebagai pekerjaan rendah, kotor, dan hasilnya tidak seberapa bila dibandingkan pekerjaan sebagai pekerja pabrik. Proses pemindahan pengetahuan tersebut melalui komunikasi antarmanusia menggunakan bahasa Jawa dan dalam komunikasi non-formal. Pemindahan pengetahuan membatik dilakukan di rumah melalui pola SECI dan near transfer dari pembatik generasi tua (ibu) ke anak-anak perempuannya (pembatik muda). Ketika terjadi pemindahan pengetahuan, pembatik 92
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
generasi muda dapat melakukan proses interpretasi terhadap pengetahuan yang dipindahkan. Mereka dapat melakukan pelbagai modifikasi terhadap teknik-teknik penggunaan canting seperti isen-isen untuk motif-motif inovatif yang diinginkan konsumen masa kini. Isen-isen ini tetap pada koridor motif dasar sehingga meskipun motif dasarnya sama, hasil kain batik yang dibuat oleh dua orang dapat berbeda karena interpretasi terhadap isen-isen tersebut.
Daftar Acuan Creswell, John W (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dalinah. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara. Koleksi pribadi. Desa Wisata Kliwonan Merekam Kearifan Lokal Lewat Seutas Batik. Diakses pada tanggal 1 November 2015. http://www.sragenkab.go.id/home.php?menu=104. Devito, Joseph A(1997). Human Communication. New York : Harper Collins Dixon, Nancy M. (2000). Common Knowledge How Companies Thrive by Sharing What They Know Boston : Harvard Business School Press Fornahl, Dirk, Christian Zellner, David B. Audretsch (2005). The Role of Labor Mobility and Informal Networks for Knowledge Transfer. Boston : Springer Indonesia. Kementerian Perdagangan (2008), Handbook of Commodity Profile : Indonesian Batik : A Cultural Beauty IFLA (2008). Role of libraries in promoting the dissemination and documentation of indigenous agricultural information: Case Study of Zimbabwe Jonjoubsong, Lanthom (2010) Indigenous Knowledge Transfer : A Case of Indigenous Vegetable Knowledge. Journal Trend Research in Science and Technology 2(1), 85-91 King, William (2008). Knowledge Transfer. In Jennex, Murray E, (Ed) Knowledge Management : Concept, Methodologies, Tools, and Application. (vol. 1, pp.123129) Hershey : Information Science Reference. Masango, A (2010). Indigenous traditional knowledge protection: prospects in South Africa’s intellectual property framework? dalam SA Journal Libs & Info Sci 2010, 76(1) Nonaka, I. & Takeuchi, H. (1995). The Knowledge- Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics Innovation New York: Oxford University Press. Nining. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara. Koleksi pribadi. Nuryanti, Wiendu (1993). Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Ratmi. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara. Koleksi pribadi. Shaari, Nazlina (2015). Indigenous Knowledge Creativity in Batik Cultural Product based on Kansei. International Conference on Social Sciences and Humanities Bali 5-6 Mei 2015 93
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Sugiarti, Rara (2011). Regenerasi Seniman Batik di Era Industri Kreatif untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Budaya pada Jurnal Ilmiah Pariwisata,17(2),102-120 Sumarsono. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara. Koleksi pribadi. Sumiyah. Wawancara oleh Dyah Safitri, 6 November 2015. Transkrip wawancara. Koleksi pribadi.
94
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
PERPUSTAKAAN PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI (PUSIDO) BADAN STANDAR NASIONAL (BSN) DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 Ikhsan Dwitama Putera Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Perpustakaan Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) di Badan Standarisasi Nasional (BSN). Proses implementasi itu mengikuti tatanan yang terdapat pada klausul ISO 9001:2008. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran tentang proses implementasi yang dilakukan oleh staf layanan PUSIDO. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi pada Perpustakaan Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) di Badan Standarisasi Nasional (BSN) mengikuti klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008 dan membentuk keteraturan dalam aktivitas pekerjaan. Staf layanan perpustakaan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari menggunakan Sistem Manajemen Mutu dengan standar internasional untuk merekam kegiatan kerja mereka secara akuntabel. Kata kunci: Perpustakaan Khusus. Sistem Manajemen Mutu, ISO 9001:2008
ABSTRACT This research discusses the implementation of Quality Management System ISO 9001: 2008 at the Library of the Center for Information and Documentation of Standardization (PUSIDO) in the Badan Standarisasi Negara (BSN). The implementation process follow the clauses in ISO 9001:2008. This study aims to provide an overview of the implementation process performed by the staff of library service. Observation and interviews are used as data collection techniques. The results show that the process of implementation ISO 9001:2008 in Library of the Center for Information and Documentation of Standardization (PUSIDO) in the Badan Standarisasi Negara (BSN) is in line with the clauses in ISO 9001: 2008 and creates order in the working activities . The staff have a reference in doing library services refering to the Quality Management System which link to international standards - in order all of their work will be accountable and well recorded. Keywords : Special Library, Quality Management System, ISO 9001:2008
95
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Pendahuluan Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi dan misi lembaga-lembaga khusus dan berfungsi sebagai pusat informasi, terutama yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan. Biasanya perpustakaan ini berada di bawah badan, institusi, lembaga atau organisasi bisnis, industri, ilmiah, pemerintah, dan pendidikan misal perguruan tinggi, perusahaan, departemen, asosiasi profesi, instansi pemerintah dan lain sebagainya. Perpustakaan khusus sebagai pusat informasi harus memiliki manajemen yang baik untuk mencapai tujuannya. Karena dengan manajemen yang baik akan membuat seluruh aktifitas lembaga mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga seluruh elemen dalam lembaga tersebut akan berusaha memfungsikan diri sesuai dengan ketentuan lembaga. Adapun manajemen yang baik harus memiliki suatu landasan sebagai pengawas dan pengontrol dalam kegiatannya. Karena jika landasan tersebut semakin kuat, maka sistem manajemen mutu yang dibangun oleh perpustakaan semakin kokoh. Terdapat beberapa Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang cukup popular, beberapa diantaranya adalah ISO 9001, Six Sigma, TQM, dan S5. Namun SMM yang paling populer adalah ISO 9001 karena untuk saat ini hanya SMM ISO 9001-lah yang sudah memiliki sertifikasi. Standar ini dapat diterapkan pada semua jenis dan ukuran perusahaan atau organisasidan bersifat sangat umum sehingga dapat diterapkan pada perpustakaan. ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama. ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur tentang sistem manajemen mutu (SMM) atau dalam bahasa inggris disebut Quality Management System (QMS). Dalam sistem manajemen mutu ISO 9001 terdapat standard operating procedure (SOP), instruksi kerja (work instruction), tujuan dan sasaran mutu (quality objective), dan juga program mutu (quality program). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ISO 9001: 2008, yaitu sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Dari penelusuran yang peneliti lakukan, peneliti menemukan sejumlah perpustakaan yang sudah memiliki sertifikat ISO 9001:2008. Beberapa diantarannya adalah: Perpustakaan Perpustakaan Universitas Jember Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Perpustakaan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Tahun Sertifikasi ISO 9001:2008 2009 2009 2009 2009 2009 2010
Peneliti memilih Perpustakaan Badan Standarisasi Nasional (BSN) sebagai tempat penelitian karena BSN sebagai lembaga yang membuat dan mengatur tentang standar-standar nasional dan internasional tentunya sangat memahami tentang implementasi ISO. Selain itu, peniliti memilih BSN karena tntunya sudah mmiliki sertifikat ISO 9001:2008, termasuk pada bagian PUSIDO (Pusat Informasi Standarisasi 96
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
dan Dokumentasi). Namun tidak semua kegiatan dalam PUSIDO sudah berkontribusi dalam sertifikasi ini. Salah satu kegiatan yang sudah memiliki kontribusi dalam sertifikasi ISO 9001:2008, atau bisa disebut juga kegiatan pada unit kerja PUSIDO yang sudah mengikuti aturan-aturan SMM ISO 9001:2008 adalah kegiatan pelayanan pada perpustakaan yang akan difokuskan dalam penelitian ini. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana proses impleementasi ISO 9001:2008 dalam layanan Perpustakaan PUSIDO BSN? Masalah ini dapat diurai menjadi: 1. Bagaimana peran PUSIDO BSN terhadap ISO 9001:2008? 2. Mengapa SMM ISO 9001:2008 perlu diimplementasikan di Perpustakaan PUSIDO BSN? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan proses implementasi SMM ISO 9001:2008 pada Perpustakaan PUSIDO BSN. 2. Mengetahui sikap dan tanggapan pustakawan dalam implementasi SMM ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN. 3. Mengetahui manfaat implementasi SMM ISO 9001:2008 terhadap Perpustakaan PUSIDO BSN. Tinjauan Teeoritis Perpustakaan khusus Sebelum peneliti menerangkan lebih lanjut tentang pengertian perpustakaan khusus peneliti akan terangkan sedikit pandangan tentang perpustakaan secara umum. Dalam Undang Undang No.43 Bab I Pasal “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”. Menurut Hasugian (2009 : 74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan disebabkan oleh berbagai faktor yakni : 1. Koleksi atau bahan perpustakaan 2. Masyarakat / pengguna yang dilayaninya 3. Instansi dimana perpustakaan itu berada Maka dengan adanya berbagai faktor tersebut timbul berbagai jenis perpustakaan,yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus. Menurut Hasugian (2009 : 81) “Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan”. Menurut Sutarno NS (2000 : 39) “Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan 97
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
sumber daya manusia / pegawai ”. Menurut P Sumardji (1999 : 16) “Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus merupakan salah satu penyebar informasi di lingkungan instansi atau organisasi yang menaunginya dan memiliki fungsi penting bagi para penggunanya untuk mendapatkan informasi yang relevan sesuai dengan instansi atau organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu perpustakaan khusus harus benar - benar melaksanakan fungisnya tersebut demi tercapainya kesesuaian antara tujuan instansi atau organisasi dengan fungsi perpustakaan. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ISO berasal dari kata yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO berasal dari International Standard of Organization, sama sekali bukan. ISO 9000 dikeluarkan oleh Internasional Organisation for Standardization (ISO), badan swasta intemasional untuk standarisasi, yang berkedudukan di Jenewa, Swiss. Secara organisatoris disebutkan bahwa tujuan badan ini adalahmengembangkan standarisasi dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan untuk memudahkan pertukaran barang dan jasa serta mengembangkan kerja sama dalam suasana yang bersifat intelek, saintifik, teknologis, dan ekonomis. Di dalam badan ISO terdapat sejumlah panitia teknis (technical comitte, disingkat ТC) yang bertugas membuat standarisasi yang kelak diterapkan oleh setiap negara anggota. Salah satu panitia teknis tersebut disebut TC 176 yang bertugas untukmenyerasikan berbagai sistem mutu di dunia. TC 176 inilah yang kemudianmelahirkan ISO 9000 pada bulan Maret 1987. TC 176 menetapkan siklus peninjauan guna menjamin bahwa standar-standar ISO9000 akan menjadi uр to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar 1S0 9000 telah dilakukan pada tahun 1994, 2000, dan 2008. Rudi Suardi (2003: 34) mengungkapkan bahwa perubahan secara signifikan terjadi pada 1SO 9001 :2000 karena terjadi penggantian 20 elemen standar menjadi 4 elemenstandar yaitu tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, manajemen proses dan pengukuran, analisis dan peningkatan. Terbitnya 1S0 9001 versi 2008 tidak memunculkan persyaratan baru dan tidak ada perubahan yang signifikan pada versi ini. Revisi yang dilakukan adalah untuk mempertegas pernyataan-pemyataan dalam standar yang dianggap perlu untuk dijelaskan. ISO 9001 :2008 diadopsi oleh BSN (Вadan Standar Nasional) menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 9001:2008. IS0 9001:2008 juga merupakan Sistem Manajemen Mutu untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi berkaitan dengan mutu. Menurut Buntje Harbunangin dan P.R. Harahap (1995: 27) bahwa, "ISO 9001 merupakan model untuk jaminan mutu dalam desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan". Seri standar 1SO 9001 ini digunakan untuk mendokumentasikan, menerapkan (mengimplementasikan), dan mendemonstrasikan sistem jaminan mutu. Menurut Vincent Gaspersz (2001:283) bahwa: "Definisi ISO 9000 adalah suatu standar intemasional untuk sistem manajemen kualitas. Standar ISO 9000 untuk sistem
98
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
manajemen kualitas adalah struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur-prosedur, proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas". Dari bеbеrара pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Implementasi SMM ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 akan lebih menjadi berarti apabila tidak hanya dipelajari namun diterapkan dalam kegiatan operasi sebuah lembaga. Implementasi SMM sebenarnya sederhana. Yang dibutuhkan hanya kesediaan dan tekad untuk melaksanakannya. Dalam hal ini ISO 9001:2008 dapat membantu organisasi, termasuk perpustakaan untuk menerapkan manajemen mutu. Penerapan ISO 9001:2008 melibatkan lima tahap umum yang dilalui, yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang utama adalah keputusan dan komitmen manajemen puncak. Manajemen puncak harus memastikan ketersediaan sumberdaya untuk keseluruhan proses penerapan sistem manajemen mutu, meliputi: dana, waktu dan personil. Selanjutnya dibentuk tim inti yang terdiri dari wakil-wakil setiap unit kerja di dalam organisasi. Tim ini dipimpin oleh seseorang yang disebut sebagai wakil manajemen yang ditunjuk oleh manajemen puncak. Pada tahap selanjutnya, wakil manajemen bertanggung jawab memastikan bahwa sistem manajemen mutu perusahaan dijalankan, dipertahankan dan ditingkatkan secara berkesinambungan. Pada tahap persiapan biasanyadiputuskan apakah perusahaan akan menggunakan jasa konsultan mutu atau melakukan proses selanjutnya secara mandiri. Ada beberapa pelatihan yang wajib diikuti. Pelatihan ini biasanya diberikan oleh kobnsultan mutu apabila perusahaan menggunakan jasa konsultan. Alternatif lain, perusahaan dapat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan, meliputi: Pengenalan ISO 9001:2008 diikuti oleh seluruh unit kerja dan tim inti. Pemahaman persyaratan ISO 9001:2008 minimal diikuti oleh tim inti dan calon-calon auditor mutu internal perusahaan. Dokumentasi SMM minimal diikuti oleh tim inti. Audit internal SMM minimal untuk penanggungjawab mutu. 2. Tahap Dokumentasi Pada tahap ini tim inti bekerja menyusun dokumen sistem mutu perusahaan, yang meliputi: kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur, instruksi kerja dan rencana mutu. Wakil manajemen memegang peran peran penting dalam mengkoordinir tim inti dan meninjau seluruh dokumen tersebut sebelum disahkan oleh pimpinan puncak perusahaan. 3. Tahap Implementasi Dokumen yang sudah disahkan pimpinan puncak didistribusikan kepada unitkerja terkait. Seluruh unit kerja wajib melaksanakan secara konsisten. Pendistribusian dokumen kepada unit-unit kerja sebaiknya dilakukan dengan diiringi pelatihan 99
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
penggunaan prosedur. Pada tahap ini biasanya akan timbul masukan-masukan sehingga perlu diterbitkan revisi kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Hal ini wajar karena memang selayaknya terus menerus dicari sistem yang paling efektif untuk perusahaan. Pada tahap ini pimpinan puncak melakukan pula kampanye mengenai mutu dan melaksanakan pelatihan kesadaran tentang mutu bagi karyawan agar mereka memahami dan mau melaksanakan pekerjaan masing-masing sesuai sistemyang sudah digariskan dalam prosedur. Karena pada penerapan ISO 9001:2008 perlu bukti-bukti maka bisanya perusahaan akan membenahi sistem pengarsipan dokumen. 4. Tahap Pra-sertifikasi Pada tahap ini perusahaan membentuk tim audit mutu internal dan melakukan audit mutu internal. Kegiatan ini merupakan persyaratan untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat perusahaan dilaksanaan dan bahwa sistem itu efektif. Setelah itu dilaksanakan rapat yaang disebut Rapat Tinjauan Manajemen. Rapat ini dipimpin langsung oleh pimpinanpuncak. Wakil Manajemen bertindak sebagai notulis. Peserta rapat adalah pimpinan setiap unit kerja. Agenda rapat meliputi: hasil audit mutu, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan produk, tindakan perbaikan dan pencegahan serta rekomendasi untuk peningkatan. 5. Tahap Sertifikasi Pada tahap ini dipilih lembaga sertifikasi sistem mutu yang akan menerbitkan sertifikat bagi perusahaan. Adapun tahapan yang harus dilalui untuk penerbitan sertifikat adalah: Audit kecukupan dokumen Pra-audit (bila diperlukan) Audit lapangan Pada tahap audit kecukupan dokumen, auditor lembaga sertifikasi memeriksa kelengkapan dokumen sistem mutu sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008. Lewat tahap ini, auditor memastikan ketersediaan dokumen persyaratan ISO 9001:2008. Untuk memastikan kecukupan dokumen dan kesiapan perusahaan, lembaga sertifikasi dapat melakukan pemeriksaan di lapangan. Bila diperlukan, perusahaan dapat mengajukan pra-audit yang dilaksanaan melalui wawancara, mengamati pekerjaan yang sedang berlangsung, dan meninjau dokumentasi pekerjaan yang telah berlalu. Sebenarnya, pra-audit tidak diwajibkan namun akan sangat membantu organisasi sebagai langkah persiapan untuk menjalaniaudit kesesuaian. Tahap audit lapangan tidak ubahnya seperti pra-audit, hanya pada tahap ini auditor memberikan penilaian kelayakan untuk penerbitan sertifikat. Jika organisasi dinyatakan telah memenuhi persyaratan ISO 9001:2008, maka berhak mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang biasanya berlaku selama tiga tahun. Dalam waktu tiga tahun itu, minimum sekali dalam satu tahun dilaksanakan surveillance audit oleh lembaga sertifikasi untuk memastikan bahwa perusahaan tetap mempertahankan sistem manajemen mutunya dan bahkanmelakukan peningkatan sebagaimana disyaratkan dalam ISO 9001:2008. Metode Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena 100
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini karena peneliti ingin menggambarkan mengenai implementasi standar manajemen mutu ISO 9001:2008 pada PUSIDO BSN terutama pada bagian pelayanan perpustakaan. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada awalnya peneliti mengunjungi kantor BSN yang terletak di Jalan M.H. Thamrin No. 8, Kebon Sirih, Gedung I BPPT, Kec. Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10340 pada tanggal 30 April 2015. Peneliti meminta izin kepada bagian administrasi BSN di lantai 10 dan memulai langkah observasi terhadap perpustakaan PUSIDO BSN untuk melihat kegiatan yang berlangsung disana dan mencari bahan terkait tema penelitian. Empat hari kemudian, pada tanggal 4 Mei 2015 peneliti datang lagi ke kantor BSN dengan sudah mendapatkan izin meneliti di Peerpustakaan PUSIDO BSN. Awalnya peneliti mewawancarai seorang responden yang dikenal oleh peneliti untuk mengetahui struktur organisasi dan siapa saja yang bertanggung jawab dan terkait mengenai implementasi SMM SMM ISO 9001:2008 di PUSIDO BSN. Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan 6 nama responden yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti. Lalu peneliti mulai mewawancarai respondenresponden tersebut pada hari itu juga (4 Mei 2015) sekaligus mengamati dan memeriksa apakah hasil wawancara sesuai dengan kegiatan yang dilakukan para staf dan pustakawan. Karena beberapa responden berhalangan hadir, peneliti membuat janji pada Rabu, 6 Mei 2015 kepada 2 responden yang berhalangan hadir itu. Lalu pada hari Rabu, 6 Mei 2015 peneliti kembali mendatangi PUSIDO BSN untuk mewawancarai responden yang belum diwawancarai pada dua hari sebelumnya. Setelah mendapatkan data hasil wawancara, peneliti meminta izin lalu memeriksa dan meminta dokumendokumen terkait proses implementasi SMM ISO 9001:2008 di PUSIDO BSN. Informan Dari kriteria yang telah ditentukan, maka dipilihlah 6 responden yang memenuhi kriteria tersebut, yaitu: No. Jabatan 1 Kepala PUSIDO BSN 2 Wakil Bidang Dokumentasi Dan Perpustakaan PUSIDO 3 Wakil bidang Sistem Jaringan dan Teknologi Informasi PUSIDO 4 Staff bidang Dokumentasi 5 Staff perpustakaan bagian pelayanan 6 Staff perpustakaan bagian 101
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
pelayanan Analisis Data Hasil dari wawancara yang berupa rekaman dicatat oleh peneliti dalam bentuk transkrip wawancara dengan bagan yang berisi pertanyaan penelitian, jawaban responden, serta interpretasi peneliti terhadap jawaban responden. Sedangkan hasil observasi dan dokumentasi dibuat catatan dan peneliti memilah dan memilih dokumen dan data yang sesuai dengan klausul-klausul pada SMM ISO 9001:200 dan menampilkan tema-tema dalam penelitian. Hasil dan Pembahasan Penyelenggaraan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi dilakukan oleh BSN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Dalam menjalankan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi nasional, BSN berada dalam koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi. Seiring dengan perkembangan standardisasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terkait dengan visi BSN menjadi lembaga terpercaya dalam mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, BSN perlu merumuskan strategi internal yang bisa mengakselerasi capaian visi. PUSIDO atau Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi program dan penyusunan rencana di bidang informasi dan dokumentasi standardisasi. Untuk merealisasikan tugas pokok tersebut maka PUSIDO salah satu kegiatannya adalah melakukan pelayanan masyarakat (publik) dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi standardisasi, khususnya SNI. Layanan tersebut umumnya dalam hal penyediaan informasi standar dapat dilakukan dengan dua bentuk dokumen seperti dokumen tercetak dan dokumen elektronik. Sistem Manajemen Mutu PUSIDO BSN PUSIDO sebagai bagian dari BSN memiliki dokumen-dokumen mengenai kegiatan pekerjaan para staf mereka sebagai pedoman untuk mereka dalam melakukan aktivitas kerja mereka sehari-hari. Pedoman ini juga sudah sesuai dengan klausul yang terdapat dalam SMM ISO 9001:2008. Berikut dokumen-dokumen tersebut: 1. Pedoman Mutu Dokumen ini memuat komitmen dan kebijakan BSN berkaitan dengan penerapan Sistem manajemen mutu guna mencapai kepuasan pelanggan/stakeholder. Pedoman ini juga mengidentifikasi tanggungjawab pimpinan dan personel, sistem dokumentasi yang terkait serta proses kerja yang diperlukan untuk mencapai sasaran. 2. Prosedur Dokumen ini menguraikan elemen sistem untuk menerapkan kebijakan BSN sebagaimana pedoman mutu dan menguraikan kegiatan yang dilakukan, tanggung jawab personel , serta dokumentasi atau rekaman yang disyaratkan. 3. Instruksi Kerja 102
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Dokumen ini menerangkan bagaimana seseorang melaksanakan tugas. IK dibuat sesuai dengan kebutuhan. 4. Formulir Dokumen ini diperlukan untuk merekam pelaksanaan dari suatu aktivitas kegiatan sistem manajemen mutu. 5. Dokumen Pendukung . Semua dokumen yang digunakan atau diacu untuk mendukung pelaksanaan tugas. Dokumen pendukung termasuk standar, regulasi dan peraturan perundang-undangan terkait, serta keputusan dan kebijakan internal yang ditetapkan BSN. BSN memiliki Sistem Manajemen Mutu, karena BSN sudah memiliki dokumendokumen pendukung kiegiatan kerja mereka. Perpustakaan yang merupakan bagian dari PUSIDO BSN juga sudah memiliki dokumen tersebut sebagai penunjang kegiatan para staf mereka. Staf perpustakaan sudah terbiasa bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah terstruktur salah satunya adalah tersedianya Instruksi Kerja dan formulir yang harus diisi saat mereka melakukan pekerjaannya. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 BSN memilih ISO 9001:2008 sebagai Sistem Manajemen Mutunya adalah dikarenakan ISO 9001:2008 adalah satu-satunya SMM di Indonesia yang memiliki sertifikasi. Sedangkan SMM lainnya seperti TQM, Six Sigma dan S5 belum ada sertifikasinya di Indonesia. Secara langsung para responden mengatakan bahwa PUSIDO BSN sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Proses ini dimulai ketika pada BSN menerapkan SMM ini pada tahun 2012. Proses ini dilakukan secara bertahap, oleh karena itu tidak semua unit kerja dan kegiatan pada BSN sudah mengimlementasikan SMM ini. Pada tahun 2012 BSN merencanakan perluasan ruang lingkup untuk implementasi SMM ISO 9001:2008, salah satunya adalah PUSIDO. Program ini baru direalisasikan pada tahun 2013. Pada tahun 2014, PUSIDO dan bidang lainnya mendapatkan serifikat ISO 9001:2008. BSN sudah layak disebut sebagai lembaga yang memiliki manajemen mutu yang berstandar internasional karena sudah bersertifikat ISO 9001:2008 yang merupakan bagian dari ISO 9000. Tahapan Implementasi ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN 1. Tahap Persiapan Setelah sumberdaya yang dibutuhkan (dana, waktu dan personil) sudah memenuhi kriteria untuk proses implementasi ISO 9001:2008. Maka BSN menunjuk seorang Wakil Manajemen atau Management Representative (MR). Sebagai pelaksana pimpinan ad-hoc yang bertugas sebagai perantara antara pimpinan dan bawahan baik itu dari atas kebawah, maupun dari bawah keatas dalam penanganan hal yang terkait dengan SMM pada BSN. MR yang terpilih bertugas memastikan bahwa sistem manajemen mutu perusahaan dijalankan, dipertahankan dan ditingkatkan secara berkesinambungan. Berikutnya diadakan pelatihan untuk pengimplementasian SMM ISO 9001:2008 yang dilakukan secara mandiri oleh pihak BSN tanpa menggunakan jasa 103
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
konsultan dari pihak ketiga. Hal ini wajar mengingat BSN sebagai lembaga yang memang kegiatan sehari-harinya berhubungan dengan standarisasi, BSN tidak perlu repot-repot mengirim tim-nya untuk mengadakan pelatihan oleh pihak ketiga. Hal ini dikarenakan didalam internal BSN sendiri sudah banyak orang yang memahami mengenai proses implementasi SMM. BSN hanya melakukan pelatihan mandiri, yang secara resmi hanya dilaksanakan selama 1 hari. 2. Tahap Dokumentasi Setelah tahap pertama, yaitu penunjukan wakil manajemen dan tim inti serta pelatihan, selanjutnya tim inti bekerja menyusun dokumen sistem mutu perusahaan yang dikoordinir oleh wakil manajemen. BSN sendiri sudah malakukan tahapan ini sesuai dengan peraturan yang berlaku. BSN menyiapkan atau membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan sebagai salah satu alat untuk memenuhi persyaratan SMM ISO 9001:2008. Dokumen-dokumen tersebut ada yang berbentuk konvensional ada yang berbentuk digital dan sudah peneliti lihat sendiri kebenarannya. Dokumen tersebut juga sudah dibuat berdasarkan klausulklausul yang berlaku pada ISO 9001:2008. 3. Tahap Implementasi Tahapan ini adalah dimana dokumen-dokumen yang dihasilkan dari tahap sebelumnya kemudian di distribusikan kepada tiap unit kerja yang bersangkutan agar nantinya dapat ditemukan hal-hal yang kurang maupun masalah-masalah yang ditemukan pada saat pengimplementasian. PUSIDO BSN sudah juga melakukan hal demikian demi terlaksananya implementasi dengan baik. Dokumen didistribusikan yang kemudian akan dilaksanakan dan diberi masukan oleh pegawai dan staf terkait yang kemudian dokumen tersebut akan direvisi sesuai dengan masukan yang ada. 4. Tahap Pra-sertifikasi BSN sudah menjalani tahap pra-sertifikasi dengan semestinya. Dimana dilakukan audit internal secara berkala kepada unit kerja terkait, dalam hal ini perpustakaan PUSIDO BSN. Setelah audit juga dilakukan tinjauan manajemen dimana akan dibahas hasil temuan dari audit tersebut. Lalu pada akhirnya akan dilakukan perbaikan sesuai dengan temuan yang ada dan nanti di rekomendasikan ke wakil manajemen. 5. Tahap Sertifikasi Pada tahap ini dipilih lembaga sertifikasi sistem mutu yang akan menerbitkan sertifikat bagi BSN, pemilihan lembaga sertifikat akan dilakukan oleh MR. Saat ini lembaga sertifikasi yang dipilih oleh BSN adalah dari PT. Sucofindo yang dipercaya sebagai pemberi sertifikat SMM ISO 9001:2008 kepada BSN yang akan memastikan ketersediaan dokumen persyaratan ISO 9001:2008 pada BSN. Untuk mempertahankan sertifikatnya, PUSIDO BSN melalui proses surveillance audit yang ini dilakukan 3 tahun sekali oleh lembaga sertifikasi yang terkait. Tanggapan Pustakawan dan Staf Perpustakaan Terhadap Implementasi ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN Implementasi SMM di suatu lembaga tentunya akan mempengaruhi para pegawai pada lembaga terkait. Implementasi ini tentunya bertujuan kearah yang lebih 104
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa implementasi SMM akan menambah beban terhadap karyawan di lembaga tersebut karena adanya peraturan-peraturan baru berbentuk SOP dan Instruksi Kerja yang harus dipatuhi para karyawan. Namun tidak demikian dengan Implementasi SMM ISO 9001:2008 di Perpustakaan BSN PUSIDO. Para staf perpustakaan justru malah terbantu dan mensyukuri adanya implementasi ini karena dapat mempermudah pekerjaan dan memperjelas alur kerja terutama dengan adanya formulir yang lengkap dimana nanti akan digunakan sebagai laporan harian sampai tahunan. Staf dan pustakawan sangat menerima keberadaan implementasi SMM ini. Karena dengan adanya proses implementasi ini, dihasilkanlah produk-produk yang berupa Prosedur Kerja, Instruksi Kerja, Form Lembar Kerja, dan sebagainya yang membuat mereka lebih memahami dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik dan teratur. Implementasi SMM ISO 9001:2008 pada Pelayanan Perpustakaan PUSIDO BSN Menurut Lasa (2000:42) “Pelayanan pengguna adalah mencakup semua kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengguna koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna perpustakaan”. Pelayanan perpustakaan di perpustakaan PUSIDO BSN bertujuan untuk membantu pemakai yang ada di perpustakaan dan melayani kebutuhan para pemakai semaksimal mungkin, karena layanan perpustakaan baru terasa manfaatnya bila informasi yang diberikan sesuai bermanfaat untuk kebutuhan pemakai. Sulistyo-Basuki (2004:38) mengatakan salah satu ciri perpustakaan khusus adalah dimana pelayanannya lebih mengutamakan pengguna dari organisasi induk karena tujuan utama dibentuknya perpustakaan adalah untuk melayani pengguna dari organisasi induknya, walaupun tidak tertutup bagi pengguna lainnya. Terlebih dalam era informasi dan globalisasi dewasa ini, perpustakaan khusus juga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Sering terjadi pengguna perpustakaan khusus lebih banyak dari lingkungan luar organisasi induk- nya, seperti mahasiswa dan pengajar, dibandingkan dengan pengguna sasaran utamanya. Perpustakaan PUSIDO BSN memberikan layanan perpustakaan pada umumnya, yaitu sirkulasi, layanan referensi/rujukan, dan layanan ruang baca. Namun di perpustakaan PUSIDO BSN terdapat layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat umum, yaitu layanan yang melayani diseminasi standar-standar baik nasional maupun internasional. PUSIDO BSN memiliki Layanan Penjualan Standar yang tertulis pada Instruksi Kerja. Layanan Penjualan Standar SNI disediakan melalui dua cara yaitu: (1) Pengguna datang sendiri kePerpustakaan BSN; dan (2) Permintaan pengguna yang disampaikan melalui internet (e‐mail). Seluruh pendapatan dari pelayanan reproduksi/penjualan standar ini seluruhnya kembali pada kas negara. Layanan ini juga di lakukan oleh staf perpustakaan dan ruangan yang sama dengan perpustakaan PUSIDO BSN. Pada pelaksanaanya, staf perpustakaan merasa terbebani dengan adanya layanan ini, karena memang layanan inilah yang paling diandalkan oleh PUSIDO selaku unit yang membawahi perpustakaan BSN. Layanan reproduksi dokumen standar ini memiliki user yang berasal dari masyarakat umum dan terbuka untuk siapapun. Layanan yang ada di perpustakaan PUSIDO BSN sudah diimplementasikan SMM ISO 9001:2008pada sub-klausul nomor 7.5 tentang produksi dan penyediaan pelayanan. Sesuai dengan yang tertuang dalam klausul nomor 7 pada SMM ISO 9001:2008 tentang realisasi produk. Klausul ini menyatakan bahwa organisasi harus 105
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
menjamin bahwa proses realisasi produk berada di bawah pengendalian agar memenuhi persyaratan produk. Perpustakaan PUSIDO BSN sudah sesuai dengan klausul nomor 7 ini karena semua proses atau kegiatan pelayanan yang ada pada perpustakaan sudah dalam pengendalian yang jelas, yaitu dengan adanya dokumen-dokumen yang mengatur tentang kegiatan-kegiatannya. Dengan demikian, pelayanan dalam perpustaakan PUSIDO BSN sudah mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 dengan baik karena berpedoman pada klausul yang ditetapkan oleh ISO 9001:2008 itu sendiri. Sedangkan untuk layanan lainnya, melalui pengamatan di perpustakaan PUSIDO BSN, peneliti menemukan bahwa mereka telah melaksanakan SMM ISO 9001:2008. Peneliti mengamati Layanan Sirkulasi dan Layanan Penjualan Standar untuk membuktikan apakah Instruksi Kerja dan SOP yang merupakan dokumen dari implementasi ISO 9001:2008 telah dilakukan. Tahapan Pelaksanaan SMM pada Layanan Perpustakaan PUSIDO Semua orang yang memasuki ruangan perpustakaan yang terletak di lantai mezanine gedung BPPT 1 ditanyakan apa keperluannya dan dipersilahkan mengisi buku tamu, setelah itu dipersilahkan masuk. Layanan sirkulasi adalah layanan peminjaman dan pengembalian buku yang dikhususkan hanya untuk karyawan BSN. Setelah mengisi buku tamu, pemustaka mencari buku yang ingin dipinjamnya. Seharusnya pemustaka bisa mencari melalui komputer yang disediakan oleh PUSDO BSN sebgai katalog online. Namun karena kantor BSN yang belum lama pindah ke tempat yang sekarang, yaitu sejak Februari 2015, pemustaka hanya dapat mencari langsung pada rak buku. Setelah menemukan buku yang dicari, pemustaka menyerahkan bukunya ke bagian sirkulasi. Pada bagian sirkulasi, pemustaka harus mengisi form peminjaman dimana setelah itu pustakawan mengisi tanggal pengembalian di form (F.PUSIDO 5.0.3) tersebut dan pada lembar tanggal pengembalian yang terdapat pada buku. Pada layanan Penjualan Standar petugas terlebih dulu mengecek form permintaan dokumen F.PUSIDO 5.0.4 yang di disposisi oleh KASUBID layanan perpustakaan tentang bukti pembayaran dokumen yang dipesan oleh pengguna. Setelah itu petugas melihat dokumen apa yang di minta, jika dokumen SNI, petugas memeriksa pada server repository layanan melalui komputer mengenai ketersediaannya dalam bentuk fisik pada repository standar PUSIDO. Jika belum ada bentuk fisiknya namun tersedia file digitalnya, maka petugas meminta staf alih media untuk mencetak dokumen digital tersebut. Namun jika dokumen yang diminta tidak tersedia dalam bentuk fisik ataupun digital, maka petugas mencarinya pada website ISO, IEC dan ASTM baru kemudian di alih mediakan oleh staf alih media. Setelah dokumen standar yang diminta tersedia atau sudah di alih media dari bentuk digital, petugas memastikan apakah dokumennya sesuai dengan yang diminta oleh pengguna atau belum. Jika sudah, petugas menyerahkan dokumen tersebut kepada pengguna. Menurut Hasugian (2009:82), perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi khusus yang berkaitan dengan misi dan tujuan dari organisasi atau lembaga yang memilikinya dan biasanya hanya memberikan pelayanan yang khusus hanya kepada staf organisasi atau lembaganya saja. Sedangkan visi BSN adalah “menjadi lembaga terpercaya dalam mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Walaupun perpustakaan PUSIDO BSN digunakan oleh masyarakat umum sebagai tempat untuk konsultasi dan pembelian 106
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
standar, namun perpustakaan PUSIDO harus mendukung visi dan misi BSN, salah satunya adalah dengan melayani penjualan standar pada perpustakaan PUSIDO dengan baik. Walaupun karyawan dan staf merasa terbebani dengan adanya layanan penjualan produk standar ini, namun mereka harus tetap melakukan pelayanan tersebut dengan baik dalam rangka mendukung BSN untuk mencapai visi dan misinya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka penelitian “Perpustakaan Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO) Badan Standarisasi Nasional (BSN) Dalam Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008” dapat disimpulkan bahwa implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat memperbaiki kinerja para pegawai dan stafnya, karena prosedur tahapan implementasinya sudah sesuai dengan klausul yang ada pada ISO 9001:2008. SMM ini juga digunakan sebagai sarana dalam mendukung visi & misi BSN. Selain itu, implementasi ISO 9001:2008 di Perpustakaan PUSIDO BSN juga sudah sesuai dengan klausul—klausul yang terdapat pada ISO 9001:2008 itu sendiri, karena para pegawai dan staf memiliki tanggapan yang positif terhadap impelementasi SMM ini. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh beberapa kegiatan, misalnya bagaimana para pegawai memanfaatkan dokumen-dokumen yang tercipta dalam proses implementasi SMM ini dengan maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Para pegawai dan staf juga mengakui secara lisan tentang hal ini dalam wawancara dan sudah dibahas pada bab sebelumnya. Dengan pemanfaatan yang maksimal, para pegawai dan staf dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari dengan efektif. Manfaat yang paling dirasakan pegawai BSN, dalam hal ini pegawai PUSIDO BSN adalah tentang pemanfaatan dokumen dari implementasi SMM yang sudah disebutkan diatas. Namun disamping itu, sesuai dengan yang dibahas pada bab iv bahwa sebelum BSN mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 ini, banyak pekerjaan-pekerjaan yang sudah dikerjakan tapi tidak dapat diketahui sejauh mana pekerjaan tersebut beerpengaruh dalam pencapaian visi dan misi BSN. Dengan adanya implementasi SMM ini, kini pihak manajemen dapat mengetahui bagaimana pencapaian kerja dan masalah-masalah mengenai pekerjaan para pegawai dan stafnya melalui form isian dan audit dalam implementasi SMM ini. Audit akan lebih mudah oleh adanya form isian tentang bagaimana pegawai melakukan pekerjaannya, disitu dapat dietahui kendala dan hal yang sudah tepat dilakukan oleh BSN. Dari hasil temuan akan dibahas perbaikanperbaikan melalui Tinjauan Manajemen yang dilakukan secara berkala. Semua proses tersebut adalah merupakan bagian dari manfaat implementasi ISO 9001:2008 yang telah dilakukan oleh BSN. Baik dari pegawai maupun petinggi BSN dapat merasakan adanya kemudahan dalam mencapai visi dan misi mereka. Ditengah pemanfaatan produk implementasinya yang sesuai denga klausul ISO 90012008, masalahnya justru terletak pada beberapa pegawai yang tidak mengindahi aturan-aturan yang berlaku. Seperti adanya tahapan yang dilewati saat mengerjakan sesuatu ataupun sulitnya koordinasi antar tim inti yang merupakan wakil dari tiap unit dalam perihal implementasi SMM ini.
107
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Saran Peneliti memberikan saran terkait dengan Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam bidang pelayan Perpustakaan di Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi Badan Standar Nasional, antara lain: 1. Agar implementasi di BSN tetap berjalan, maka sebaiknya pihak manajemen menerapkan aturan punishment dan reward kepada para pegawai ataupun staf dalam melaksanakan kegiatannnya sesuai dengan alur kerja yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pegawai atau staf yang kadang tidang mengindahi prosedur yang telah ditetapkan BSN. 2. Pihak perwakilan dari tiap bidang dalam lembaga BSN dalam hal SMM harus mengadakan program secara berkala tentang pentingnya awareness mengenai implementasi ISO 9001:2008 ini dengan cara memberikan selebaran ataupun melakukan pengumuman tentang fungsi-fungsi dan tujuan dari implementasi ISO 9001:2008 kepada pegawai dan staf agar mereka tetap semangat bekerja sesuai dengan hal-hal aturan-aturan yang berlaku pada SMM ISO 9001:2008. 3. Dengan adanya keluhan dari pegawai dan staf mengenai beban kerja pada perpustakaan PUSIDO BSN, maka perlu dibuat sistem manajemen khusus atau meja yang terpisah antara Pelayanan Penjualan Standar dan pelayanan peminjaman perpustakaan secara umum. Dan perlu juga ditambah staf terkait hal ini agar tidak terlalu membebani staf yang memegang kedua pekerjaan ini (peminjaman dan penjualan) sekaligus. Daftar Acuan Cahyono, G. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (Study Analisis Tentang Kualitas Pelayanan Pada PT. Bank Syariah andiri Cabang Pembantu Sidoarjo), Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Diakses pada tanggal 20 April 2015. http://digilib.uinsby.ac.id/1459/5/Bab%202.pdf Charimah, R. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi Program Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses pada tanggal 26 April 2015. http://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/5891 Chu, Pin-Yu & Wang, Hsuan-Jung. Benefits, Critical Process Factors, and Optimum Strategies of Successful ISO 9000 Implementation in the Public Sector: An Empirical Examination of Public Sector Services in Taiwan. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015. http://remote-lib.ui.ac.id:2059/stable/3381172 Gaspersz, Vincent. (2001). Metode analisis untuk peningkatan kualitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman implementasi program SIX SIGMA terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Gaspersz, Vincent. (2001). Total Quality Management (TQM). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hasugian, Jonner. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press, Kantor, Paul B. & Saracevic, Tefko. Valuing Special Libraries and Information Services. Diakses pada tanggal 16 Mei 2015. http://comminfo.rutgers.edu/~kantor/SLA/PBKAug19.PDF Khoiril Akhiroh. Persepsi pengguna terhadap kualitas pelayanan sirkulasi di UPT Perpustakaan Instiper Yogyakarta. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015. 108
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
http://digilib.uinsuka.ac.id/1664/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf Lasa, H. S. (2000). Jenis-jenis pelayanan Informasi untuk perpustakaan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Levine, David I. & Toffel, Michael W. Quality Management and Job Quality: How the ISO 9001 Standard for Quality. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015. http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/09-018.pdf Management Systems Affects Employees and Employers Martoatmodjo, Karmidi. (1998). Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka, Nasution, Zulkifli. Kumpulan Standarisasi dan sertifikat ISO (file pdf). Diakses pada 20 April 2015. http://zulkiflinasution.blogspot.com/p/download.html Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains. Sulistyo-Basuki. (1994). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
109
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
- Halaman Dikosongkan -
110
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
MENGETAHUI PERKEMBANGAN ORGANISASI LITBANG KEANTARIKSAAN MELALUI ARSIP Sudiyanto Arsiparis LAPAN E-mail :
[email protected]
Abstrak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didirikan pada tahun 1963 merupakan satu-satunya lembaga yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Dalam usianya ke 52 tahun, organisasi LAPAN telah banyak berkembang seiring dengan peningkatan peran dan fungsi yang diembannya. Perkembangan organisasi tersebut dapat diketahui melalui arsip dan dokumen sebagai sumber utama kajian ini. Kajian ini untuk mendeskripsikan perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai sekarang. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa organisasi LAPAN telah berkembang secara signifikan. Perkembangan terakhir, LAPAN melaksanakan empat bidang kompetensi besar yang meliputi : sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa. Kata kunci : perkembangan organisasi, litbang keantariksaan, arsip, LAPAN.
Abstract Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN), established in 1963 is the only organization that performs the government duties in the field of aerospace research and development and utilization. In the age of 52 years, LAPAN organization has evolved along with the increase of the role and functions assigned. The development of said organization can be found through the archives and documents as the primary source of this study. This study is to describe the development of LAPAN organization since its establishment until now. The results of this study indicate that LAPAN organization has grown significantly. Recent development, LAPAN implements four fields of great competence which incl ude: space and atmospheric science, remote sensing, aviation and space technology, and policy studies of flight and space. Keywords: organizational development, research and development of space, archives, LAPAN.
1. Pendahuluan Latar Belakang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merupakan satu-satunya lembaga yang melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan (Litbang) kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Kedudukan LAPAN adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah dan bertanggung jawab
111
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. LAPAN berdiri sejak tahun 1963. Kini, dalam usianya yang ke 52LAPAN telah berperan dalam bidang kedirgantaraan. Telah banyak yang dipersembahkan oleh lembaga ini yang membawa kemajuan bagi bangsa dan bahkan mengharumkan nama Indonesia di kanca dunia. Sumbangan karya LAPAN dirasakan semakin menonjol disejumlah bidang seperti untuk kepentingan komunikasi, transportasi, kebutuhan dunia usaha, eksplorasi sumber daya mineral geologi, pertanian, pertahanan dan keamanan, serta mitigasi bencana alam. Dalam perjalanan dan perjuangan mengemban amanat untuk melaksanakan Litbang keantariksaan, LAPAN telah berkembang menjadi lembaga yang besar sesuai dengan peran yang dipercayakan pemerintah. Organisasi LAPANyang pada awal pendiriannyamerupakan organisasi yang simpel kini telah menjadi organisasi besar setingkat LPNK. Perjalanan perkembangan organisasi keantariksaan di atas dapat diketahui melalui arsip atau dokumen yang dikelola oleh lembaga tersebut. Karena salah satu fungsi arsip adalah sebagai sumber informasi dan bahan sejarah masa lampau. Arsip merupakan bagian penting dari sejarah, karena fakta-fakta sejarah terangkai dalam arsip. Arsip sebagai primary sources (sumber utama) menjadi bukti tertulis tentang masa lampau. Rumusan Masalah LAPAN, sebagai satu-satunya lembaga Litbang keantariksaan di Indonesia, pada tanggal 27 Nopember 2015 genap berusia 52 tahun. Usia 52 tahun bukanlah usia yang pendek. Dinamika perkembangan organisasi sudah pasti terjadi. Suatu hal yang mustahil bila dalam kurun waktu 52 tahun organisasi tidak berkembang. Terlebih lagi suatu lembaga pemerintah. Perkembangan organisasi LAPAN dalam kurun waktu tersebut terekam dalam arsip sebagai sumber informasi, sejarah dan bukti pertanggungjawaban. Untuk mengetahui perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri hingga sekarang, maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “bagaimana perkembangan organisasi Litbang keantariksaan sejak berdiri hingga sekarang?”. Untuk menjawab pertanyaan dalam permasalahan di atas, digunakan kajian literatur dengan menganalisis dan mendeskripsikan arsip dan dokumen yang berkaitan dengan judul kajian ini. Tujuan Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan organisasi LAPAN melalui arsip sebagai sumber utama. Dengan berkembangnya organisasi kemudian dapat diketahui bagaimana perkembangan peran dan fungsi LAPAN dalam melaksanakan litbang keantariksaan. 2. Kerangka Teori Arsip Menurut The Liang Gie (2000 : 20) arsip adalah kumpulan warkat yang disimpan secara teratur, berencana dan mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat cepat ditemukan kembali. Sedangkan Undang Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan, menjelaskan bahwa yang 112
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
dimaksud dengan arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara yang disimpan secara teratur, berencana dan mempunyai kegunaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip Sebagai Sumber Penulisan Sejarah Peran arsip sebagai sumber sejarah tidak diragukan. Kunci untuk memasuki wilayah sejarah ialah sumber-sumber seperti legenda, folklor, prasasti, monumen hingga dokumen-dokumen, surat kabar, dan surat-surat. Semua itu merupakan rekaman aktivitas manusia. Segala sumber sejarah itu tidak akan sampai dari generasi satu ke generasi berikutnya kalau tidak ada kesadaran pengelolaan sumber atau tidak ada kesadaran arsip yang dimiliki. Oleh sebab itu keberadaan arsip sebagai salah satu sumber sejarah sebenarnya sejak awal masa penciptaannya sudah bisa diproyeksikan untuk berbagai kepentingan termasuk dalam rangka rekonstruksi sejarah. Sementara itu Serdamayanti (2003 : 104) menjelaskan nilai guna arsip dapat dibedakan atas : 1. Nilai guna primer adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi penciptaan arsip itu sendiri, meliputi : a. Nilai guna administrasi, dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan prosedur yang mensyaratkan untuk menyelenggarakan kegiatankegiatan yang berlaku pada suatu organisasi; b. Nilai guna keuangan, apabila arsip tersebut berisikan segala sesuatu transaksi dan pertanggungjawaban keuangan; c. Nilai guna hukum, mengandung pengertian bahwa arsip tersebut memberikan informasi-informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian dibidang hukum; d. Nilai guna ilmiah dan teknologi, arsip yang mengandung data ilmiah dan teknologi sebagai hasil dari penelitian terapan. 2. Nilai guna sekunder adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi kepentingan lembaga pencipta atau kepentingan umum diluar pencipta arsip dan berguna sebagai bahan bukti dan pertanggungjawaban, meliputi : a. Nilai guna kebuktian, arsip yang mengandung fakta dan keterangan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana suatu instansi diciptakan, dikembangkan, diatasi, fungsi, dan tugasnya serta hasil atau akibat dari tugas kegiatannya itu; b. Nilai guna informasional, arsip yang bernilai guna informasional adalah arsip yang mengandung berbagai kepentingan bagi penelitian dan sejarah. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa arsip dan dokumen mempunyai peran penting dalam penulisan sejarah masa lalu yang dapat pula dijadikan sumber informasi untuk mendeskripsikan perkembangan suatu organisasi.
113
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Organisasi Drs. Malayu S.P.Hasibuan (2010) mengatakan organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan wadah. Sedangkan menurut Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirdjo (1990), organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sekelompok orang yang terstruktur dalam rangka mewujudkan tujuan tertentu. Merujuk pada definisi arsip, dimana arsip merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, maka arsip tercipta dari kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan. Kaitannya dengan tulisan ini maka arsip-arsip yang tercipta dari kegiatan LAPAN yang terkait dengan judul kajian ini digunakan sebagai sumber rujukan. LAPAN Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015,Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan riset dan teknologi. Tugas LAPAN adalahmelaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam mengemban tugas di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi : 1. penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya; 2. pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya; 3. penyelenggaraan keantariksaan; 4. pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; 5. pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN; 6. pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa; 7. pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa; 8. pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa; 9. pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan 10. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya. Kompetensi utama LAPAN adalah Litbang dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa, dan kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.
114
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Lingkup Kajian Seperti telah disinggung di atas bahwa satu-satunya institusi yang melaksanakan tugas Litbang keantariksaan di Indonesia adalah LAPAN. Oleh karenanya lingkup kajian ini dibatasi hanya mendeskripsikan perkembangan organisasi LAPAN sejak berdiri sampai sekarang. 3. Metodologi Kajian Kajian ini menggunakan metode penelitian sejarah dibantu dengan metode deskriptif dan studi pustaka. Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan untuk melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya (Sugeng Priyadi, 2012). Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif untuk menghasilkan sejarah yang benar. Metode deskriptif menurut Hamid Darmadi (2013 : 186) adalah "merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya". Sedangkan studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka untuk memperoleh data penelitian (Mestika Zed : 2008). Ketersediaan data dan informasi dari literatur atau kepustakaan berupa Undang Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, Keputusan Kepala LAPAN, Peraturan Kepala LAPAN, dan dokumen lainnya digunakan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan menginterpretasikan kajian ini. 4. Pembahasan dan Analisis Awal Berdirinya LAPAN Era tahun 1960-an merupakan era dimulainya perhatian Indonesia terhadap pengembangan teknologi kedirgantaraan. Hal tersebut ditandai dengan kunjungan Presiden Soekarno ke Kremlin, Moscow, Uni Soviet pada Juni 1961 dalam rangka menjajaki kerja sama di bidang keantariksaan. Sementara itu, di dalam negeri Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sejak tahun 1960 juga sudah dilengkapi dengan Roket SA-75. Departemen Angkatan Udara R.I. (AURI) telah memiliki satuan Skadron Rudal. Departemen Angkatan Laut R.I. (ALRI) telah memiliki Sekolah Roket dan Peluru Kendali ALRI dan telah mendesain tiga buah roket untuk pertahanan. Di kalangan akademisi, Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 24 Agustus 1963 sukses meluncurkan empat roket bertingkat diberinama Gama-1, Gama-2, Gama-3 dan Gama-4 dari Pantai Sanden, Bantul, Yogyakarta. Kesuksesan tersebut disaksikan oleh Rektor UGM kala itu Prof. Herman Johannes, Menpangau (Menteri Panglima Angkatan Udara) Omar Dhani, Menteri Riset Prof. Dr. Soedjono Djuned Poesponegoro, dan para mahasiswa yang tergabung dalam PRMI. Berdasarkan pertimbangan pentingnya pengembangan teknologi antariksa, baik di dalam maupun di luar negeri, yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan bangsa dan negara serta keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, maka Presiden Soekarno secara resmi mendirikan Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional (LAPAN) pada tanggal 27 Nopember 1963, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963. Tanggal 27 Nopember kini ditetapkan sebagai hari jadi LAPAN.
115
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Gambar 1 : Arsip tentang Pembentukan LAPAN berupa Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angka Luar Nasional (LAPAN) Perkembangan Organisasi LAPAN LAPAN yang pada awal berdirinya bernama Lembaga Penerbangan dan Angka Luar Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963, lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1968 berubah nomenklaturnya menjadi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Perubahan istilah tersebut tertuang dalam Keputusan Dewan Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia (Depanri) Nomor 5/1968. Perubahan tersebut bukan hanya sebatas pada nomenklatur, namun semua istilah “Angkasa Luar” diubah menjadi “Antariksa”. Pada awal berdirinya LAPAN mempunyai tugas yang amat luas, yaitu tidak hanya sebagai lembaga nasional yang melaksanakan litbang penerbangan dan angkasa luar tetapi juga melakukan pembinaan kekuatan udara dan angkasa luar nasional.Oleh karenanya dapat dimaklumi, dengan melakukan pembinaan udara nasional, maka LAPAN pada waktu itu meskipun merupakan instansi sipil tetapi banyak diisi oleh personil-personil TNI khususnya Angkatan Udara. Tercatat 6 perwira tinggi berpangkat Marsekal Muda dan Marsekal Madya telah menjadi Ketua LAPAN sejak LAPAN berdiri pada tahun 1963 sampai dengan 1991. Dari arsip dapat diketahui bahwa meskipun tugasnya amat luas, namun pada awal berdirinya stuktur organisasinya masih sederhana atau simpel. Pada Keppres pendiriannya hanya dijelaskan bahwa LAPAN dipimpin oleh Direktur Jenderal (Dirjen) dan dibantu oleh 4 Wakil Dirjen. Kemudian pada tahun 1968 diubah menjadi LAPANdipimpin oleh Ketua yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sebuah Badan Pertimbangan yang terdiri dari Panitia Astronautika dan Depanri.
116
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Gambar 2 : Struktur Organisasi LAPAN Pada Awal Berdirinya, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional (LAPAN) Pada tahun 1974 melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1974, organisasi LAPANmulai berkembang.Sejak saat itu kedudukan LAPANsecara tegas disebutkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), sebutan tersebut sekarang menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).Pada era ini struktur organisasi LAPANterdiri dari : a). Ketua; b). Wakil Ketua; c). Sekretariat; d). Pusat Pemanfaatan Antariksa (Pusfatsa); e). Pusat Teknologi Dirgantara (Pustekgan); f). Pusat Riset Dirgantara (Pusrigan); dan g). Pusat Studi Dirgantara (Pusdigan). Jumlah eselonisasi terdiri atas eselon I = 2, eselon II = 5, eselon III = 22, dan eselon IV = 30. Bila dilihat dari tugas masing-masing kepusatan maka LAPAN pada era ini difokuskan untuk melaksanakan pemanfaatan antariksa untuk mendukung pembangunan nasional. Karena dari empat unit teknis eselon II tiga diantaranya tertulis jelas sebagai pendukung salah satu unit, yaitu Pustekgan, Pusrigan, dan Pusdigan sebagai penunjang kegiatankegiatan pemanfaatan antariksa. Kurang lebih pada usianya yang ke 25 tahun, tepatnya pada tahun 1988, melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 organisasi LAPAN berkembang lagi secara signifikan. Indikator yang paling nampak adalah jumlah eselonisasi meningkat menjadi dua kali lipat dari organisasi sebelumnya. Sehingga menjadi eselon I (Ketua dan Deputi) = 4, eselon II (Pusat dan Biro) = 10, eselon III (Bidang, Bagian, dan Stasiun) = 41, dan eselon IV (Seksi, Unit, Stasiun, dan Sub Bagian) = 68.Susunan organisasi LAPAN terdiri dari : a). Ketua; b). Sekretariat; c). Deputi Bidang Penginderaan Jauh; d). Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Dirgantara; dan e). Deputi Bidang Penelitian Media Dirgantara dan Pembinaan Sarana Ilmiah. Pertimbangan pengembangan organisasi LAPAN pada masa ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan dan peluang ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara serta penerapannya dalam berbagai bidang kebutuhan dan kepentingan umat manusia, yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa dan negara Indonesia. Dalam bidang penginderaan jauh, LAPAN diserahi tugas untuk menjadi bank data penginderaan jauh nasional. Bidang teknologi dirgantara difokuskan pada Litbang roket dan satelit. Indonesia bercita-cita mempunyai satelit yang dibuat oleh bangsa sendiri 117
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
serta diluncurkan oleh roket buatan sendiri juga. Oleh karenanya Litbang roket diarahkan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Selain kegiatan tersebut organisasi pada era ini juga melaksanakan Litbang atmosfer, ionosfer, dan matahari. Pada tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994, LAPAN mendapat limpahan tugas dari Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional (DEPANRI). DEPANRI yang semula merupakan lembaga tersendiri di luar LAPAN, sejak saat itu tugas pokok dan fungsinya diintegrasikan ke LAPAN. Sehingga segala sesuatu yang menyangkut aset dan pegawai DEPANRI diintegrasikan ke LAPAN. Tahun 1994 juga terjadi peningkatan eselonisasi Sekretariat. Organisasi Sekretariat yang semula setingkat eselon II ditingkatkan menjadi eselon I sehingga menjadi Deputi Bidang Administrasi yang selanjutnya pada tahun 1998 melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1998 sebutan Deputi Bidang Administrasi diubah menjadi Sekretariat Utama sampai saat ini. Peningkatan kesekretariatan diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi teknis yang telah berkembang lebih dulu. Pada tahun 1998 juga terjadi peningkatan eselonisasi dari fungsi pengawasan internal yang semula dilaksanakan unit kerja setingkat eselon IV ditingkatkan menjadi Inspektorat setingkat eselon II. Peningkatan fungsi pengawasan internal tersebut merupakan komitmen pemerintah untuk melakukan pengawasan pelaksanakan kegiatan di lingkungan LAPAN. Perkembangan yang paling akhir dari organisasi LAPAN adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015. Perpres tersebut merupakan pelaksanaan dari Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, yang memberikan peran yang lebih besar kepada LAPAN sebagai satu-satunya lembaga yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan. Organisasi LAPAN yang terakhir ini terdapat peningkatan peran untuk melakukan pengkajian kebijakan penerbangan dan antariksaserta teknologi informasi dan standarisasi penerbangan dan antariksa. Bila dibandingkan dengan organisasi sebelumnya jumlah eselonisasinya menurun sehingga organisasinya lebih ramping. Namun fungsinya diperbesar. Miskin struktur kaya fungsi. Organisasi ini menempatkan jabatan struktural dan fungsional sama petingnya. Hal ini merupakan salah satu buah dari program Reformasi Birokrasi (RB) dilaksanakan oleh LAPAN.
118
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Gambar 3 : Struktur Organisasi LAPANsaat ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015
Kompetensi LAPAN Untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan pemerintah sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di bidang penerbangan dan antariksa, LAPAN telah menetapkan visi “Terwujudnya Kemandirian dalam Iptek Penerbangan dan Antariksa untuk Meningkatkan Kehidupan Bangsa”. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan meliputilima hal, yaitu : 1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan; 2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh; 3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer; 4. Mengembangkan kajian kebijakan penerbangan dan antariksa nasional; dan 5. Mengembangkan sistem manajemen kelembagaan. Dalam perjalanan usia LAPAN seiring dengan perkembangan organisasi terakhir, LAPAN memiliki empat kompetensi dalam pelaksanaan tugas. Menurut Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Penting-untukRealisasikan-Kompetensi/931 : 18 Februari 2015), empat kompetensi tersebut adalah : sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa,serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.
119
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
a. Sains Antariksa dan Atmosfer Kompetensi sains antariksa dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pengamatan cuaca antariksa yang meliputi pengamatan aktivitas matahari, kondisi lapisan ionosfer, kondisi magnet bumi, dan pemantauan benda jatuh antariksa. Sedangkan kompetensi sains atmosfer yang dilaksanakan oleh LAPAN adalah dengan meningkatkan kinerja sistem informasi berbasis satelit dengan memantau Satellite Early Warning System (Sadewa). Sadewa merupakan sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit. Perangkat ini dapat mendeteksi satu jam sebelum bencana terjadi. Saat cuaca ekstrim alat ini akan memberikan laporan terkait kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
Gambar 4 : Arsip foto gerhana matahari dan brosur tentang gerhana matahari, salah satu Litbang LAPAN Penginderaan Jauh 120
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Penelitian dan pengembangan penginderaan jauh bertujuan untuk mendukung implementasi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU tersebut mengamanatkan pada LAPANuntuk menyediakan data penginderaan jauh berlisensi Pemerintah Indonesiabagi seluruh Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah. Selain itu LAPAN juga dipercaya sebagai Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Untuk memberikan layanan informasi geospasial pemanfaatan penginderaan jauh (Geofatja) yang dapat diakses dan digunakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum, LAPAN juga membangun Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN).
Gambar 5 : Arsip citra penginderaan jauh LAPAN pada tanggap darurat bencana erupsi Gunung Soputan Teknologi Penerbangan dan Antariksa Kompetensi di bidang teknologi pernerbangan dan antariksa melakukan litbang teknologi roket, teknologi satelit, dan teknologi pernerbangan. Litbang dan rancang bangun peroketan diarahkan untuk mewujudkan keinginan besar sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). RPS tersebut sebagai wahana antariksa yang mampu membawa dan menempatkan satelit di orbit. Oleh karenanya litbang peroketan diarahkan untuk terus meningkatkan kemampuan daya jangkau roket. Litbang teknologi satelit diarahkan untuk membangun kemandirian nasional dalam teknologi satelit. LAPAN telah berhasil merancang bangun satelit bekerjasama dengan Technical University of Berlin (TU Berlin) yang diberi nama satelit LAPAN-TUBSat. Satelit tersebut telah berada di orbit sejak 10 Januari 2007 diluncurkan dengan roket milik India dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India. LAPAN-TUBSat merupakan satelit surveillance yang digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, dll.Kemudian pada 3 September 121
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
2015 satelit LAPAN A-2, yang merupakan satelit karya anak bangsa, diluncurkan dengan roket milik India dari tempat yang sama pada peluncuran satelit LAPANTUBSat. Satelit LAPAN A-2 mengemban fungsi untuk melakukan pelacakan pergerakan kapal dan peralatan radio amatir. Litbang teknologi penerbangan merupakan litbang yang baru dimulai lagi sekitar tahun 2010 setelah sempat berhenti karena kebijakan pemerintah. Kompetensi teknologi penerbangan diarahkan untuk melakukan litbang pesawat tanpa awak dan pesawat berawak. Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Kompetensi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa melakukan kajian yang terkait dengan aspek teknis dan sosio-ekonomi untuk pengembangan dan pendayagunaan iptek, isu strategis dan aktual, aspek Poleksosbudhankam, aspek yuridis, serta aspek teknologi informasi dan komunikasi bidang kedirgantaraan. Prestasi terakhir kompetensi ini adalah dengan disahkannya Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Berdasarkan arsip Laporan Tahunan 2013 diketahui tidak mudah dan harus melalui proses panjang untuk menjadikan Indonesia memiliki regulasi yang menjamin kegiatan keantariksaan nasional dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk melahirkan UU Keantariksaan butuh waktu 11 tahun hingga akhirnya pada 9 Juli 2013 DPR menyatakan setuju mengesahkan RUU menjadi UU. Dengan adanya UU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, LAPAN bisa mengakomodir semua program dan kegiatan keantariksaan. UU ini mengatur secara detail semua kegiatan di bidang sains keantariksaan, penginderaan jauh, penguasaan teknologi antariksa, peluncuran roket, pembuaatan satelit, hingga komersialisasi keantariksaan.
Gambar 4 : Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, merupakan payung hukum yang memperkuat kedudukan, peran, dan fungsi LAPAN
122
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
5. Kesimpulan Untuk mengetahui perkembangan organisasi berarti kita harus melihat ke belakang, ke masa lampau, perubahan apa saja sudah pernah terjadi. Peristiwa di masa lampau dapat diketahui melalui arsip sebagai sumber tertulis berdasarkan fakta-fakta informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya arsip kita dapat merekonstruksi peristiwaperistiwa yang telah terjadi. Perkembangan organisasi LAPAN dipengaruhi oleh perkembangan peran yang dilaksanakan. Empat kompetensi LAPAN menunjukkan peran strategis sebagai lembaga Litbang keantariksaan. Daftar Acuan Buku-buku Djamaluddin, Thomas, Kerja Sama Penting untuk Realisasikan Kompetensi. Diakses pada tanggal 1 April 2015. http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Pentinguntuk-Realisasikan-Kompetensi/931. Fungsi Arsip Dalam Sejarah. Diakses pada tanggal 9 April 2015. https://sejahar.wordpress.com/2012/11/08/fungsi-arsip-dalam-sejarah/. Hamid, Darmadi (2013). Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial : Konsep Dasar dan Implementasi (Cetakan Kesatu). Bandung : Alfa Beta. Hasibuan, Malayu S.P (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2013). 50 Tahun LAPAN Berkarya Untuk Bangsa. Jakarta : Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2014). Laporan Tahunan 2013. Jakarta : Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN. Mestika Zed (2008). Metode Penelitian Kepustakaan (Edisi Kedua). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Prajudi Atmosudirdjo (1990). Dasar Dasar Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia. Priyadi, Sugeng (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Sejarah. Ombak. Sedarnayanti (2003). Tata Kearsipan Memanfaatkan Teknologi Modern (Cetakan III). Bandung : Mandar Maju. The Liang Gie (2000). Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Yogyakarta Liberty. Peraturan Perundang-Undangan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang Undang 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasaluar Nasional. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1974 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
123
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Keputusan Dewan Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia (Depanri) Nomor 5/1968 tentang Perubahan Istilah dan Struktur Organisasi LAPAN.
124
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
REPRESENTASI FUNGSI PERPUSTAKAAN UMUM DALAM NOVEL LIBRI DI LUCA KARYA MIKKEL BIRKEGAARD Surya Rangga Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas mengenai representasi perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum yang terdapat dalam novel Libri di Luca. Novel tersebut adalah novel yang diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu Semesta yang diterjemahkan oleh Tiina Nunnally dari edisi asli berbahasa Denmark. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotik Roland Barthes. Analisis sintagmatik menunjukkan hubungan antar cerita secara kronologis dan juga secara logis, sedangkan analisis paradigmatik menunjukkan bagaimana hubungan antara sifat para tokoh dengan cara mereka dalam memilih tempat atau latar terjadinya suatu peristiwa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Libri di Luca merepresentasikan fungsi perpustakaan umum dalam tiga tempat, yaitu perpustakaan umum Osterbro, Krystalgade, dan Bibliotheca Alexandrina. Ketiga perpustakaan tersebut merepresentasikan perpustakaan umum yang memiliki fungsi rekreasi, informasi dan tempat pertemuan.
REPRESENTATION OF THE FUNCTION OF PUBLIC LIBRARIES IN THE NOVEL LIBRI DI LUCA BY MIKKEL BIRKEGAARD Abstract This thesis discusses the representation of a public library and it’s function found in the novel Libri di Luca. Libri di Luca is published by PT Serambi Ilmu Semesta and translated by Tiina Nunnally from Denmark to Indonesian. This research uses qualitative approach with Roland Barthes’s semiotic research method. The syntagmatic analysis showed the relationship between story in chronology and logically, whereas the paradigmatic analysis showed how the relationship between the characteristics of the characters and how they choose the place where some act happens. The result of this research indicates that Libri di Luca represent the function of public library in three places, which is Osterbro, Krystalgade, and Bibliotheca Alexandrina public library. The three public library represent public library having recreation, information and meeting places function. Keywords : representation; public library function; novel
125
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Pendahuluan Sebagai lembaga yang melayani masyarakat luas, perpustakaan umum memiliki berbagai fungsi yang dijalankan untuk memaksimalkan penggunaan perpustakaan umum oleh masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat melalui makna-makna yang direpresentasikan ke dalam teks atau adegan yang sesuai dalam suatu literatur. Salah satu bentuk literatur yang dapat merepresentasikan fungsi perpustakaan yaitu novel. Novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh-tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata di masa sekarang maupun di masa lampau, dan yang digambarkan dalam satu plot yang cukup kompleks (Hawtorn, 1985: 1). Representasi fungsi perpustakaan umum dalam novel perlu untuk diteliti agar dapat memahami hal yang digambarkan sebagai perwakilan dari keadaan yang sebenarnya dan juga mengawasi penggambaran agar tidak menyimpang terlalu jauh. Penelitian dalam bidang representasi dalam novel ini juga penting untuk dilakukan karena penelitian ini merupakan sumbangan karya intelektual yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan penelitian di Indonesia. Penelitian lain yang juga memiliki tema yang sama dengan penelitian ini yaitu representasi dalam novel telah dilakukan sebelumnya oleh Mira Azzasyofia dengan judul Representasi Perpustakaan dan Pustakawan Dalam Film The Librarian: Quest For the Spear. Hasil dari penelitian ini adalah film The Librarian merepresentasikan perpustakaan sebagai tempat menyimpan koleksi buku dan benda berharga serta pustakawan memiliki wawasan luas serta memiliki kemampuan meneliti yang baik. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi perpustakaan umum dan fungsinya dalam novel Libri di Luca. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan representasi perpustakaan umum dan fungsinya dalam novel Libri di Luca. Tinjauan Literatur IFLA/UNESCO dalam Public Library Manifesto 1994 mengatakan bahwa perpustakaan umum merupakan gerbang pengetahuan untuk daerahnya, sebagai tempat yang menyediakan kondisi mendasar untuk pembelajaran seumur hidup, pengambilan keputusan individu, dan pengembangan kebudayaan secara individu maupun dalam kelompok sosial. Menurut Sulistyo (1991), seluruh perpustakaan menjalankan lima fungsi, yaitu sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi, fungsi rekreasi, fungsi pendidikan, dan fungsi kultural. Selain fungsi yang disebutkan oleh Sulistyo, Aabø et al. (2010) menyebutkan bahwa perpustakaan umum yang mereka teliti berfungsi sebagai tempat terjadinya berbagai pertemuan. Perpustakaan umum adalah tempat bertemu dan berfungsi sebagai sebuah kotak, tempat orang-orang mempelajari sesuatu yang berbeda dari diri mereka sendiri, tempat publik, dan tempat terjadinya aktivitas bersama, metameetings, dan pertemuan virtual. Perpustakaan umum cukup sering muncul dalam literatur berbentuk novel. Dalam perkembangannya, definisi novel selalu berubah. Rees pada tahun 1973 mengatakan bahwa novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata, dan yang digambarkan dalam suatu 126
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
plot yang cukup kompleks (Rees, 1973:106). Eric Reader pada tahun 1987 mengatakan bahwa novel adalah cerita fiksi dalam bentuk prosa dengan panjang kurang lebih satu volume yang menggambarkan tokoh-tokoh dan perilaku yang merupakan cerminan kehidupan nyata dalam plot yang berkesinambungan (Eric Reader, 1987:6). Dari perkembangan definisi novel di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi novel adalah suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokohtokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan. Sebuah novel bisa saja memuat tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa nyata, tetapi pemuatan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai bumbu belaka dan mereka dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat rekaan atau dengan detail rekaan. Representasi dalam novel dapat menggambarkan tokoh-tokoh dan peristiwaperistiwa nyata yang sudah terjadi maupun yang mungkin akan terjadi setelah sebuah novel diterbitkan. Representasi diartikan sebagai sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya (Fiske, 2011:282). Kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya merupakan sesuatu yang dapat disebut sebagai tanda. Menurut Peirce (1839-1914), penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa saja yang ditampilkan alam semesta. Dari penjabaran yang diberikan oleh Peirce, didapatlah definisi dari tanda (dikutip dari Zaimar, 2014), yaitu sesuatu yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain, dalam hal-hal dan kapasitas tertentu. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik. Semiotik menurut Fiske (2011) adalah ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media. Dalam penelitian semiotik, teori Barthes tentang mitos sangat penting karena dapat menjembatani teori dan penelitian berbagai macam teks. Mitos adalah suatu nilai yang tidak memerlukan kebenaran sebagai sanksinya (Zaimar, 2014). Barthes mengemukakan teori sinyifikasi agar mitos dapat lebih dipahami. Dalam teori sinyifikasi, Barthes melakukan perluasan makna dengan adanya pemaknaan dalam dua tahap. Tanda (penanda dan petanda) pada tahap pertama menyatu, sehingga dapat membentuk penanda pada tahap kedua, kemudian pada tahap berikutnya penanda dan petanda yang telah menyatu ini dapat membentuk petanda baru yang merupakan perluasan makna. Setelah penanda dan petanda ini menyatu, maka timbul pemaknaan tahap kedua yang berupa perluasan makna. Makna tahap kedua disebut konotasi, sedangkan makna tahap pertama disebut denotasi (Zaimar, 2014). Barthes mengatakan kalau mitos tidak selalu bersifat verbal, melainkan dalam berbagai bentuk lain atau campuran antara bentuk verbal dan nonverbal. Dari teori yang dikemukakan oleh Barthes, maka novel adalah salah satu bentuk mitos yang juga dapat diteliti dengan menggunakan semiotik. Dalam novel, ada berbagai macam hal yang dapat dikategorikan sebagai tanda yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai tanda dalam novel dapat dilihat dari tokoh, perilaku, dan alur. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pentingnya meletakkan makna tentang sesuatu di dalam konteks ketika 127
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
sesuatu itu diteliti. Penelitian terhadap sebuah aktivitas atau tindakan tertentu, misalnya tindakan membaca buku, harus dipahami sebagai tindakan yang bermakna sesuai konteks pada saat dan di mana tindakan membaca itu dilakukan. Penelitian kualitatif bermaksud memahami konteks, dan bukan sekadar menggambarkannya (Pendit, 2003 : 262). Penelitian ini akan menggunakan metode semiotik dengan metode analisis yang dikemukakan oleh Roland Barthes bahwa setiap karya naratif memiliki hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik (Zaimar, 2014). Sebagai karya naratif, novel dapat diteliti dengan menggunakan metode semiotik untuk melihat representasi dari fungsi perpustakaan umum dalam novel Libri di Luca dengan melihat hubungan sintagmatik dan paradigmatik dari jalan cerita dan unsur-unsur pokok maupun pendukung yang muncul dalam novel. Analisis dan Interpretasi Data a. Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik 1. Analisis Sintagmatik 1.1 Analisis Pengaluran Analisis ini berisikan urutan peristiwa-peristiwa yang akan membentuk isi cerita dan diberikan penomoran tunggal untuk mengurutkan cerita. Urutan tersebut disebut dengan satuan isi cerita. Urutan satuan isi cerita ini secara keseluruhan berjumlah 729 sekuen yang membentuk kesatuan adegan dari novel. Satuan isi cerita yang berhubungan dengan perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum berjumlah 90 sekuen dan terdiri atas sekuen 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 159, 161, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 171, 172, 174, 178, 183, 516, 516.2, 536, 537, 538, 542, 543, 544, 545, 546, 549, 614, 615, 616, 617, 622, 623, 624, 625, 626, 627, 630, 631, 632, 633, 634, 635, 636, 637, 638, 639, 641, 648, 649, 651, 652, 669, 670, 671, 672, 673, 678, 679, 681, 683, 684, 689, 690, 691, 692, 694, 695, 696, 699, 700, 701, 702, 703, 705, 707, 708, 709, 711, 713, 714, 715, 716, 717, 721, dan 722. Dari satuan isi cerita di atas, digambarkan Jon dan Katherina sebagai tokoh utama dan perpustakaan umum di beberapa tempat sebagai tempat terjadinya kejadian-kejadian penting. Jon memulai penyelidikan atas kematian Luca di perpustakaan Osterbro bersama dengan kelompok pemancar pimpinan Kortmann. Katherina berperam penting sebagai orang yang meminta bantuan Muhammad, mantan klien Jon sebagai pengacara, untuk menemukan keberadaan Jon saat Jon diculik oleh organisasi bayangan pimpinan Remer. Muhammad mendapatkan serangan dari organisasi bayangan di rumahnya sehingga Muhammad melanjutkan penyelidikannya di perpustakaan Krystalgade sekaligus menyampaikan hasil penyelidikannya kepada Katherina di perpustakaan. Setelah Muhammad mengetahui lokasi Jon; Muhhamad, Katherina, dan seorang anggota kelompok pemancar pergi ke perpustakaan Bibliotheca Alexandrina untuk menyelamatkan Jon. Di perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Katherina dan Muhammad berhasil menyelamatkan Jon dan kemudian Jon menggunakan kekuatannya untuk mengalahkan organisasi bayangan. 1.2 Analisis Alur 128
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Novel Libri di Luca secara keseluruhan memiliki alur maju, namun di beberapa bagian terdapat alur kilas balik. Analisis alur dalam novel ini akan menggunakan fungsi utama dalam penjabarannya. Fungsi utama merupakan gabungan dari beberapa satuan isi cerita yang disusun secara kronologis untuk menunjukkan hubungan sebab akibat. A. Urutan Fungsi Utama 1. Luca dan Tom menemukan tanda-tanda keberadaan organisasi bayangan dan membuat rencana untuk memancing organisasi bayangan keluar dari persembunyiannya. 2. Rencana Tom dan Luca gagal, Marianne meninggal. 3. Luca merasa bersalah dan mengusir Jon keluar dari rumahnya untuk melindungi Jon. Jon merasa marah dan memutus hubungan dengan Luca. 4. Pau, anggota dari organisasi bayangan berhasil menyusup ke Libri di Luca. 5. Luca terus menyelidiki organisasi bayangan dan mengikuti jejak organisasi bayangan di Alexandria. 6. Luca mengirim surat kepada Tom yang berisikan kalau ia menemukan organisasi bayangan di perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Alexandria. 7. Luca meninggal di Libri di Luca. 8. Jon mewarisi Libri di Luca dan mengetahui rahasia Lector dengan bukti dari Katherina. 9. Remer menawarkan pilihan kepada Jon untuk menjual Libri di Luca kepada temannya. 10. Libri di Luca diserang dan Iversen terluka hingga dilarikan ke rumah sakit. 11. Jon, Katherina, dan Pau pergi ke rumah Kortmann atas suruhan dari Iversen. 12. Kortmann menugaskan Jon untuk menyelidiki kematian Luca. Jon menyanggupinya hanya jika ia bersama Katherina. 13. Jon dan Katherina mengikuti pertemuan untuk memperkenalkan anggota kelompok pemancar kepada Jon di perpustakaan Osterbro. 14. Remer kembali menghubungi Jon mengenai masalah penjualan Libri di Luca. Jon merasa kesal dengan kengototan Remer dan memutuskan untuk tidak menjual Libri di Luca. 15. Jon datang ke pertemuan kelompok penerima di pusat penelitian dyslexia. 16. Clara mengatakan kalau tidak ada seorang pun penerima yang pernah keluar dari perkumpulan pencinta buku dan kelompok penerima. 17. Jon dan Katherina menceritakan apa yang terjadi saat bertemu dengan kelompok pemancar dan juga penerima kepada Iversen. Iversen membantah pernyataan Clara dan menyebut nama Tom sebagai penerima yang keluar dari perkumpulan. 18. Jon dan Katherina mengunjungi Muhammad dan mendapatkan informasi tempat tinggal Tom. 19. Jon dan Katherina mendatangi tempat tinggal Tom dan mendapatkan informasi tentang hal yang menyebabkan sikap Luca terhadap Jon terkait organisasi bayangan. 20. Halbech memecat Jon karena Remer. Halbech mengatakan kalau Remer melakukan pembacaan kepadanya dan Jon yakin kalau Remer adalah seorang pemancar dan menggunakan kekuatannya untuk meyakinkan Halbech memecat Jon. 21. Jon menelepon Katherina dan meminta untuk mengaktifkan kekuatan lectornya.
129
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
22. Katherina, Iversen, dan Pau terlibat dalam pengaktifan Jon di perpustakaan Libri di Luca. Mereka melihat hal yang tidak biasa terjadi saat pengaktifan Jon. Jon menghasilkan fenomena fisik saat ia membaca dengan menggunakan kekuatannya. 23. Iversen dan Katherina menghubungi Clara dan Kortmann untuk menanyakan hal yang terjadi pada Jon saat pengaktifan. Clara dan Kortmann belum pernah mengetahui adanya fenomena fisik yang terjadi saat pengaktifan seorang Lector. 24. Katherina menyampaikan informasi dari Tom kepada Kortmann dan Clara. Kortmann terus membantah kebenaran cerita Tom. 25. Jon mengatakan kalau mereka dapat memulai penyelidikan organisasi bayangan dari Remer. 26. Jon menyusup ke kantor kasus Remer bersama Katherina dan mengambil berbagai macam informasi Remer. 27. Jon dan Iversen mempelajari informasi yang diambil Jon dari kantor kasus Remer dan menemukan nama Kortmann di jajaran dewan direksi salah satu perusahaan Remer. 28. Jon, Katherina, dan Iversen menunjukkan dokumen dengan nama Kortmann kepada Kortmann dan menuduh Kortmann memiliki hubungan dengan organisasi bayangan. Kortmann marah dan mengusir Iversen, Katherina, dan Jon. 29. Katherina menceritakan apa yang terjadi di rumah Kortmann kepada kelompok penerima sedangkan Iversen menghubungi anggota kelompok pemancar untuk mengetahui siapa saja yang percaya dan bersedia membantu mereka melawan organisasi bayangan. 30. Seluruh kelompok penerima percaya dan setuju untuk membantu Katherina, Jon, dan Iversen dalam melawan organisasi bayangan. Iversen hanya mampu mendapatkan empat orang dari kelompok pemancar. Pau tidak termasuk dalam keempat orang tersebut. 31. Jon menelepon Remer dan mengajaknya bertemu di pub clean glass untuk mendapatkan jejak organisasi bayangan. 32. Katherina dan Henning mengikuti mobil Remer sampai Remer berhenti di dalam sekolah Demetrius. 33. Jon kembali ke Libri di Luca dan bertemu dengan Pau yang mengatakan kalau ia ingin kembali bersama kelompok Libri di Luca. Jon percaya pada Pau dan mengizinkannya kembali. 34. Katherina melihat supir Kortmann masuk ke sekolah Demetrius dan memberitahukannya kepada Henning dan Jon. Henning marah dan menjalankan mobilnya menuju rumah Kortmann. 35. Henning dan Katherina melihat Kortmann tergantung tak bernyawa di lift rumahnya dan menyadari kalau Kortmann adalah korban yang dimanipulasi oleh supirnya. 36. Jon, Katherina, dan Pau melanjutkan penyelidikan organisasi bayangan menuju sekolah Demetrius. 37. Pau berkhianat dan memukul Jon hingga pingsan di dalam sekolah Demetrius. Katherina tertangkap dan diikat oleh Pau. 38. Remer menguji dan mengukur kekuatan Jon sebagai Lector, namun saat Jon melakukan pembacaan karena diancam oleh Remer dengan Katherina, fenomena fisik terjadi dna mengakibatkan ledakan. 39. Katherina berhasil keluar dan menghilang dari kejaran organisasi bayangan dari sekolah Demetrius. 130
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
40. Katherina mengendarai sepedanya menuju rumah Muhammad untuk meminta bantuan mencari keberadaan Jon. Muhammad memberitahukan Katherina kalau Jon berada di Mesir. 41. Katherina pergi ke Libri di Luca dan memberikan informasi keberadaan Jon kepada Henning yang kemudian menyebarkannya ke semua anggota perkumpulan. 42. Tom datang ke Libri di Luca dengan membawa surat dari Luca yang memberikan petunjuk keberadaan organisasi bayangan di Alexandria. 43. Iversen meminta Katherina untuk meminta bantuan Muhammad menyelidiki jumlah musuh di Alexandria. Katherina menghubungi Muhammad, kemudian Muhammad mengatakan kalau ia akan menghubungi Katherina saat ia sudah mendapatkan informasi yang diinginkan Katherina. 44. Jon terbangun di Mesir dan Remer menyuruh Holt melakukan pembacaan kepada Jon agar Jon mau bekerja sama dengan organisasi mereka. 45. Muhammad mendapatkan serangan saat ia berhasil membobol sistem keamanan sekolah Demetrius di rumahnya, namun ia berhasil kabur dengan susah payah dan terluka ringan. 46. Muhammad menghubungi Katherina dan menyuruh Katherina menemuinya di perpustakaan Krystalgade. 47. Muhammad menceritakan apa yang ia temukan dan apa yang terjadi pada dirinya kepada Katherina dan memaksa Katherina memberikan penjelasan atas apa yang sedang terjadi di antara dirinya dan Jon. Muhammad ikut bersama Katherina ke Alexandria. 48. Jon telah berpikir kalau ia telah ditipu oleh kelompok Libri di Luca dan merasa kalau tempatnya yang sebenarnya adalah bersama dengan organisasi bayangan. 49. Katherina, Henning, dan Muhammad tiba di Alexandria. Katherina dan Muhammad berjalan-jalan untuk mencari petunjuk keberadaan Jon sementara Henning berbaring di hotel karena sakit. 50. Remer membawa Jon berjalan-jalan ke berbagai tempat dan ketika mereka sedang di pasar, Jon bertemu dengan Katherina. 51. Jon meneriakkan keberadaan Katherina kepada Remer kemudian Holt dan Patrick mengejar Katherina yang melarikan diri sementara Remer membawa Jon kembali ke tempat tinggal mereka. 52. Katherina berhasil melarikan diri dari kejaran Holt dan Patrick dan bertemu dengan Muhammad yang mengatakan kalau ia telah mengetahui tempat menginap anggota sekolah Demetrius. 53. Katherina, Henning, dan Muhammad berhasil mendapatkan informasi tentang pengaktifan ulang yang akan terjadi malam itu di Bibliotheca Aleaxandrina dari Pau. 54. Katherina telah masuk ke Bibliotheca Alexandrina dengan mengenakan jubah dan kalung milik Pau. 55. Jon menyadari keberadaan Katherina saat ia sudah mulai melakukan pembacaan untuk pengaktifan ulang para Lector peserta. 56. Katherina menggunakan kekuatannya dan memasukkan gambar dirinya bersama Jon dalam bacaan Jon sehingga Jon tersadar bahwa ia telah dicuci otak oleh Holt. 57. Jon masuk ke dalam dunia cerita yang ia baca dan tidak lama kemudian ia melihat Remer juga masuk ke dalam dunia itu. 58. Remer memberikan nama Patrick sebagai pembunuh Luca kepada Jon. 131
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
59. Jon berhasil keluar dari dunia cerita. 60. Jon menggunakan buku pinokio yang dilemparkan Katherina kepadanya untuk melakukan pembacaan hingga akhirnya mengalahkan seluruh anggota organisasi bayangan yang telah diaktifkan ulang. B. Bagan Fungsi Utama
1
2
3
5 7
6 8
19 24 9 10 11 12 13 15 16 17 18 14 20 21 22 23 25 26 27 28 29 46 45 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 32 31 30 47 44 4 33 49 48 54 53 52 51 50 55 56 57 58 59 60 Keterangan: 0-60 :
Menunjukkan urutan terjadinya peristiwa secara kronologis. Peristiwa nomor 1 terjadi lebih dahulu dari peristiwa nomor 2 dan seterusnya.
Menunjukkan hubungan logis (sebab-akibat).
:
C. Penjelasan Bagan Fungsi Utama Unsur cerita adalah saat Luca dan tom berencana untuk memancing organisasi bayangan keluar dari persembunyiannya, namun tidak berhasil dan mengakibatkan kematian Marianne (Fungsi 1 dan 2). Luca tetap meneruskan penyelidikannya pada organisasi bayangan hingga ke Aleksandria, namun karena tidak ingin orang yang dicintainya dibunuh lagi, Luca mengusir Jon keluar dari Libri di Luca (Fungsi 3, 5, dan 6). Luca dibunuh oleh organisasi bayangan karena terus menginvestigasi organisasi bayangan (Fungsi 7). Jon mewarisi Libri di Luca dan mengetahui kekuatan Lector melalui Iversen dan Katherina (Fungsi 8). Seorang klien yang sedang ditangani Jon di kantor hukumnya, Remer ingin membeli Libri di Luca, namun Jon menolaknya (Fungsi 9). Libri di Luca diserang oleh organisasi bayangan hingga mengakibatkan Iversen terluka (Fungsi 10). Iversen meminta Katherina dan Jon menemui Kortmann (Fungsi 11). Setelah berdiskusi dengan Kortmann, Jon mengemban tugas untuk menyelidiki kematian Luca ditemani oleh Katherina dan dukungan dari kelompok pemancar dan penerima (Fungsi 12, 13, dan 15). Saat Jon hendak mengikuti pertemuan dengan kelompok penerima, Remer menghubunginya dan akhirnya Jon memutuskan untuk tidak menjual Libri di Luca (Fungsi 14). Dari pertemuan dengan kelompok penerima, Jon mengetahui bahwa tidak ada anggota penerima yang pernah keluar kelompok (Fungsi 16). Setelah Jon dan Katherina menceritakan penemuan mereka, Iversen mengatakan bahwa Tom adalah orang yang keluar dari perkumpulan pencinta buku (Fungsi 17). Dengan bantuan Muhammad, Jon berhasil menemukan Tom (Fungsi 18). 132
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Jon dan Katherina mengunjungi Tom dan mendapat informasi organisasi bayangan (Fungsi 19). Jon kembali ke kantornya dan mengetahui bahwa Halbech telah dimanipulasi Remer dan memecat Jon (Fungsi 20). Jon meminta Katherina, Iversen, dan Pau untuk mengaktifkan kemampuan Lectornya (Fungsi 21 dan 22). Jon pingsan setelah pengaktifan dan Iversen memanggil Kortmann dan Clara (Fungsi 23). Katherina menyampaikan informasi dari Tom kepada mereka hingga Jon bangun dan mengusulkan penyelidikan Remer (Fungsi 24 dan 25). Jon dan Katherina menyusup ke kantor Halbech untuk mencari informasi Remer, kemudian meneliti informasi tersebut. Jon menemukan nama Kortmann dalam jajaran dewan direksi perusahaan milik Remer (Fungsi 26 dan 27). Jon, Iversen, dan Katherina mendatangi dan menuduh Kortmann terlibat dalam organisasi bayangan. Kortmann mengusir mereka (Fungsi 28). Katherina dan Iversen meminta bantuan untuk melawan organisasi bayangan, namun kebanyakan kelompok pemancar menolak (Fungsi 29 dan 30). Jon mengajak Remer bertemu dengan tujuan membuntuti Remer setelah ia pergi. Henning dan Katherina berhasil membuntuti Remer hingga tiba di sekolah Demetrius (Fungsi 31 dan 32). Setelah Jon bertemu dengan Remer, ia bertemu dengan Pau dan mengizinkannya kembali ke Libri di Luca (Fungsi 33). Katherina dan Henning melihat supir Kortmann masuk ke sekolah Demetrius, kemudian mereka pergi ke rumah Kortmann dan menemukan mayat Kortmann (Fungsi 34 dan 35). Jon, Katherina, dan Pau menyusup ke sekolah Demetrius, namun Pau yang merupakan anggota dari organisasi bayangan menangkap Jon (Fungsi 4, 36, dan 37). Remer menguji kekuatan Jon untuk mengukur nilai Jon bagi organisasi bayangan, namun Saat pengukuran, terjadi sebuah ledakan sehingga Katherina dapat kabur (Fungsi 38 dan 39). Jon dibawa ke Alexandria dan dicuci otak agar ia membantu organisasi bayangan (Fungsi 44 dan 48). Katherina meminta bantuan Muhammad untuk menemukan Jon di Mesir (Fungsi 40). Katherina meminta pertolongan Lector di Libri di Luca untuk mempersempit lokasi Jon (Fungsi 41). Tom datang dengan surat dari Luca yang menunjukkan organisasi bayangan di perpustakaan Bibliotheca Alexandrina, Mesir (Fungsi 6 dan 42). Katherina meminta Muhammad mencari tahu jumlah musuh di Alexandria (Fungsi 43). Saat Muhammad berhasil mengetahui jumlah musuh di Alexandria, ia diserang organisasi bayangan. Muhammad meminta penjelasan dari Katherina dan kemudian memutuskan untuk ikut ke Alexandria (Fungsi 45, 46, dan 47). Tiga hari setelah Katherina, Henning, dan Muhammad tiba di Alexandria, Katherina bertemu dengan Jon yang kemudian mengadukan Katherina kepada organisasi bayangan (Fungsi 49, 50, dan 51). Katherina melarikan diri dan menemui Muhammad yang telah mendapatkan informasi tempat tinggal musuh mereka yang datang dari sekolah Demetrius (Fungsi 52). Katherina, Henning, dan Muhammad mengetahui ritual pengaktifan ulang Lector organisasi bayangan dari Pau, kemudian Katherina menyusup ke ritual tersebut dengan menggunakan atribut milik Pau (Fungsi 53 dan 54). Saat Jon melakukan ritual, Katherina berusaha untuk menyadarkan Jon dari pengaruh cuci otak Holt (Fungsi 55 dan 56). Jon tersadar, namun ia tidak dapat berhenti membaca dan masuk ke dalam dunia cerita. Remer yang berhasil diaktifkan ulang muncul dan mengatakan bahwa Patrick adalah pembunuh Luca (Fungsi 57 dan 58). Jon keluar dari dunia cerita, kemudian melakukan pembacaan dan mengalahkan organisasi bayangan (Fungsi 59 dan 60). 2. Analisis Paradigmatik 133
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
2.1 Analisis Tokoh Analisis tokoh dalam novel Libri di luca dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori tokoh utama, tokoh pendukung, dan tokoh tambahan, kemudian diurutkan sesuai jumlah kemunculan tokoh dalam novel. Frekuensi kemunculan tokoh dapat dilihat dari satuan isi cerita yaitu tokoh utama Jon Campelli 446 sekuen dan Katherina 337 sekuen; tokoh pendukung Svend Iversen 136 sekuen, Remer 105 sekuen, Pau/Brian Hansen 76 sekuen, Muhammad Azlan 74 sekuen, William Kortmann 70 sekuen, Luca Campelli 63 sekuen, Henning Petersen 43 sekuen, Tom Norreskov/Tom Klausen 42 sekuen, Clara 28 sekuen, Patrick Vedel 22 sekuen, dan Poul Holt 17 sekuen; tokoh lainnya Lee 12 sekuen, Ole 12 sekuen, Marianne 8 sekuen, Frank Halbech 7 sekuen, Grethe 7 sekuen, Gerly 6 sekuen, Line 2 sekuen, Sonja dan Thor 2 sekuen. Analisis tokoh menunjukkan bagaimana tokohtokoh memilih untuk menggunakan perpustakaan umum sebagai tempat suatu peristiwa. Muhammad yang diceritakan sebagai seorang yang waspada memilih untuk perpustakaan umum yang merupakan fasilitas umum sehingga organisasi bayangan tidak dapat menemukannya lagi saat ia menyelidiki sekolah demetrius. Remer yang ingin menguasai dunia dengan mengembalikan kejayaan Alexandria sehingga ia membangun perpustakaan Bibliotheca Alexandrina kembali dan digunakan sebagai pusat kegiatan organisasi bayangan. 2.2 Analisis Latar Ruang Latar ruang dalam novel Libri di Luca berjumlah 21. Kedua puluh satu ruang tersebut bila diurutkan berdasarkan penggunaan sesuai alur cerita adalah sebagai berikut: Libri di Luca, rumah Muhammad, gedung pengadilan, pemakaman, Pub Clean Glass, rumah sakit Katherina, pusat untuk penelitian dyslexia, kantor hukum Hanning, Jensen & Halbech, rumah sakit Iversen, rumah Kortmann, perpustakaan umum Osterbro, rumah Tom, rumah Jon, sekolah demetrius, bar Gerly, tempat tinggal Jon di Alexandria, Bibliotheca Alexandrina, perpustakaan umum Krystalgade, pasar Alexandria, hotel organisasi bayangan di Alexandria, dan dunia cerita. 3. Representasi Perpustakaan Umum dan Fungsinya dalam Novel 3.1 Perpustakaan Umum Osterbro Menurut Brophy (2001), dalam menjalankan fungsi informasi, perpustakaan menyediakan akses menuju sumber-sumber informasi mengenai semua subjek yang terorganisir. Perpustakaan umum Osterbro memiliki koleksi majalah dan surat kabar di dalam lemari kaca yang terletak tepat di sebelah meja pustakawati di depan pintu masuk gedung perpustakaan. Di antara lemari kaca berisikan majalah dan surat kabar terdapat kursi dan meja yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin membaca surat kabar atau majalah. Fungsi informasi perpustakaan umum Osterbro dapat terlihat saat Birthe menyampaikan pendapatnya terkait pembunuhan Luca dan bagaimana rahasia Lector dapat terjaga selama berabad-abad. Dengan pengetahuan yang dimiliki dan dibagikan oleh Birthe; Jon, Katherina dan kelompok pemancar mendapatkan fungsi informasi dari 134
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
perpustakaan umum Osterbro. Fungsi informasi perpustakaan umum Osterbro dapat dilihat dalam cuplikan adegan saat Birthe memberikan penjelasan kepada Jon berikut. “Oh, jauh lebih lama dari itu,” seru Birthe. “Kita membicarakan berabad-abad lamanya. Dugaan kami adalah Lector pertama sudah menangani perpustakaan barang-barang purbakala lama sebelum kelahiran Kristus. Saat itu jabatan pustakawan dianggap sebagai tugas bergengsi,” ujarnya menambahkan dengan nada pahit dalam suaranya. “Mereka dianggap sebagai pejabat dan cendekiawan. Orang-orang yang memiliki pengaruh atas perkembangan masyarakat, opininya sangat diperhatikan, dan selalu dimintai pendapat atas berbagai macam masalah. Seperti yang mungkin kamu sadari, semua itu akan menjadi posisi penting bagi seorang Lector yang tahu cara menggunakan kekuatannya.” (Hlm. 173) Selain menjalankan fungsi informasi, perpustakaan umum Osterbro juga menjalankan fungsi rekreasi. Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan bacaan ini disediakan oleh perpustakaan (Sulistyo, 1991). Perpustakaan umum Osterbro memiliki koleksi bagian anak-anak dan di dalam koleksi bagian anak-anak terdapat beberapa buku komik. Kemudian beberapa bagian koleksi perpustakaan lainnya adalah bagian fiksi dan non-fiksi. Perpustakaan umum yang berfungsi sebagai suatu tempat pertemuan terlihat pada saat Jon, Katherina, dan seluruh anggota kelompok pemancar melakukan pertemuan di perpustakaan umum Osterbro. Mereka menggunakan perpustakaan umum Osterbro sebagai tempat diskusi mengenai kemungkinan pembunuhan yang dilakukan terhadap Luca. 3.2 Perpustakaan Umum Krystalgade Perpustakaan umum Krystalgade memiliki nuansa berwarna putih dari lantai pertama hingga lantai teratas jika dilihat dari luar. Di atap bangunan terdapat kaca jendela yang mengizinkan sinar matahari masuk ke ruangan besar di bawahnya dan meneranginya. Perpustakaan digambarkan telah buka sejak satu jam yang lalu, namun tidak banyak orang yang ada di perpustakaan tersebut. Seorang pustakawan terlihat sedang menganggur sedangkan seorang petugas lainnya terlihat mendorong kereta berisikan tumpukan buku yang akan dikembalikan ke raknya masing-masing. Terlihat seorang wanita tampak duduk di hadapan salah satu layar komputer yang berjejer di lantai dasar. Tidak lama kemudian, masuk sekelompok murid yang berjalan menuju bagian buku komik. Di lantai selanjutnya, pengunjung dapat berdiri di depan pagar sehingga dapat melihat ke seluruh ruangan di bawahnya. Terdapat eskalator menuju lantai-lantai selanjutnya. Lantai dua merupakan tempat koleksi bagian fiksi. Terdapat sebuah komputer yang tersembunyi di balik rak-rak buku. Komputer tersebut diceritakan dapat digunakan untuk mengakses rekaman kejadian yang terjadi di rumah Muhammad melalui CCTV yang dipasang oleh Muhammad di rumahnya. Di lantai empat, Muhammad mengatakan bahwa ia bisa menembus server perpustakaan dan mengakses apa saja yang diinginkannya. Terdapat dua buah komputer yang letaknya berseberangan di lantai empat. Dalam novel Libri di Luca, perpustakaan umum Krystalgade terlihat menjalankan fungsi informasi dengan memberikan akses menuju informasi melalui komputer dalam jumlah yang banyak. Brophy (2001) mengatakan bahwa dalam menjalankan fungsi informasi, perpustakaan menyediakan akses menuju sumber-sumber informasi mengenai semua subjek yang terorganisir. Brophy (2001) mengatakan bahwa dalam menjalankan 135
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
fungsi rekreasi, perpustakaan menyediakan koleksi fiksi yang dapat dipinjam dan dinikmati oleh siapa saja. Fungsi rekreasi perpustakaan umum Krystalgade terlihat saat sekelompok murid berjalan masuk ke perpustakaan dan menuju ke bagian buku komik. Perpustakaan umum Krystalgade juga terlihat menjalankan fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan. Hal ini terlihat pada saat Muhammad memerintahkan Katherina untuk menemuinya di perpustakaan umum Krystalgade untuk menyampaikan informasi yang telah didapatkan Muhammad. 3.3 Perpustakaan Umum Bibliotheca Alexandrina Bibliotheca Alexandrina dibangun kembali oleh pemerintah Mesir, bekerja sama dengan UNESCO dengan menghabiskan biaya 400 juta dolar. Perpustakaan ini dibangun dengan tujuan agar organisasi bayangan dapat memanfaatkan perpustakaan ini sebagai pusat aktivitas mereka. Perpustakaan yang baru ini terlihat bagaikan monumen raksasa. Terdapat bangunan berbentuk bulatan di plaza di bagian depan yang menjadi tempat planetarium. Terdapatnya planetarium di perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina menunjukkan bahwa perpustakaan umum digambarkan tidak hanya berfungsi sebagai sarana simpan karya manusia seperti yang disebutkan oleh Sulistyo (1991). Sulistyo menyebutkan bahwa “sebagai sarana simpan karya manusia, perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya. Perpustakaan berfungsi sebagai arsip umum bagi produk masyarakat berupa buku dalam arti luas.” Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina tidak hanya menyimpan berbagai karya manusia, tetapi juga menyajikannya dalam bentuk yang lebih mirip seperti yang terdapat dalam sebuah museum. Di belakang perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina, tampak sebuah perpustakaan sekolah berbentuk piramida. Pada malam hari atap perpustakaan tampak diterangi lampu sorot, seluruh permukaan kacanya berkilat putih. Di depan pintu masuk perpustakaan, terdapat aula yang memiliki langit-langit setinggi sepuluh meter dan pilarpilar raksasa dari batu pasir yang berwarna terang. Terdapat ruang baca yang besar di bawah atap yang terbuat dari kaca di dalam perpustakaan. Ruang baca tersebut memiliki tujuh lantai dan di dalamnya terdapat barisan kursi dan meja yang terbuat dari kayu berwarna terang. Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina dalam novel Libri di Luca digambarkan menjalankan fungsi rekreasi. Hal ini terlihat ketika Muhammad memberikan buku Pinokio sebagai buku yang pertama kali dilihanya saat Katherina menyuruhnya membawa buku dari perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina. Buku Pinokio adalah sebuah buku berjenis fiksi sehingga fungsi rekreasi yang dijalankan perpustakaan ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Brophy (2001) yang mengatakan bahwa dalam menjalankan fungsi rekreasi, perpustakaan menyediakan koleksi fiksi yang dapat dipinjam dan dinikmati oleh siapa saja. Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina juga menjalankan fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan bersama oleh organisasi bayangan. Organisasi bayangan melaporkan acara pertemuan bersama mereka sebagai sebuah acara amal secara resmi agar tidak mengundang kecurigaan atas ritual pengaktifan ulang yang 136
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
akan mereka lakukan. Berikut adalah cuplikan adegan yang menunjukkan fungsi perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina sebagai tempat pertemuan yang terjadi pada saat Remer menjelaskan caranya dalam mendapatkan izin untuk menggunakan perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina. “Resminya kami melaporkannya sebagai acara amal dan kami juga memberikan sumbangan yang cukup besar untuk dana operasi perpustakaan.” (Hlm. 530) Kesimpulan Secara keseluruhan, novel Libri di Luca merepresentasikan fungsi perpustakaan umum sebagai perpustakaan umum yang memiliki fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan, fungsi rekreasi, dan fungsi informasi. Representasi fungsi perpustakaan umum dalam novel Libri di Luca ditunjukkan dalam tiga perpustakaan umum. Ketiga perpustakaan umum tersebut adalah perpustakaan umum Osterbro, perpustakaan umum Krystalgade, dan perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina. Representasi fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pertemuan merupakan fungsi yang paling terlihat dalam novel Libri di Luca. Perpustakaan umum Osterbro menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat Jon, Katherina, dan kelompok Lector pemancar berdiskusi mengenai berbagai kemungkinan penyebab kematian Luca. Perpustakaan umum Krystalgade menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat Muhammad dan Katherina bertemu di perpustakaan untuk membicarakan informasi yang didapatkan Muhammad mengenai sekolah Demetrius. Perpustakaan umum Bibliotheca Alexandrina menunjukkan fungsinya sebagai tempat pertemuan saat organisasi bayangan melakukan ritual pengaktifan ulang kekuatan Lector mereka di perpustakaan. Novel Libri di Luca sebenarnya dapat menjadi sarana untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat awam mengenai perpustakaan umum dan fungsi perpustakaan umum. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui perpustakaan umum, fungsi perpustakaan umum, dan bahkan lokasi dari perpustakaan umum di daerahnya sendiri. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan perpustakaan umum bisa jadi karena sedikitnya karya yang membahas perpustakaan umum, sehingga akan lebih baik apabila kajian mengenai representasi perpustakaan umum dalam karya novel lebih diperbanyak. Novel yang masih sangat digemari masyarakat dan merupakan media populer, diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat sasaran pada masyarakat awam sehingga perpustakaan umum dapat lebih dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
137
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Daftar Acuan Aabø, Svanhild et al. (2010). How do Public Libraries Function as Meeting Places. Norway: ELSEVIER. diakses pada 29 Juni 2015 http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S074081880900139X Aziez, Furqonul & Abdul Hasim. (2010). Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Birkegaard, Mikkel. (2009). Libri di Luca. Jakarta: Serambi. Brophy, Peter. (2001). The Library in the Twenty-First Century: New Services for the Information Age. London: Library Association Publishing. Fiske, Jon. (2011). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. Hawtorn, Jeremy. (1985). Studying the Novel. London: Hodder Arnold. International Federation of Library Associations and Institutions. (1994). IFLA/UNESCO Public Library Manifesto. diakses pada 05 April 2015 http://archive.ifla.org/VII/s8/unesco/eng.htm Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Reader, Eric dan Pamela Woods. (1987). Introducing the Novel. London: Bell & Heyman. Rees, R. J. (1973). English Literature. London: Macmillan Education Limited. Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. (2014). Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. Depok: Komodo Book.
138
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
STRATEGI PROMOSI TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KAMPUNG BUKU, CIBUBUR Ery Meirani Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang strategi promosi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kampung Buku di Cibubur, Jakarta Timur. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan strategi promosi apa saja yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi TBM Kampung Buku Cibubur dalam mempromosikan jasa, layanan, kegiatan dan fasilitas yang ada di dalamnya.Penelitian ini tersebut meliputi rencana, tujuan, strategi dan taktik yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, juga sedikit menambahkan teori bauran promosi yang meliputi periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan dan interactive/internet marketing. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan berasal dari kegiatan observasi dan wawancara dengan lima informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBM Kampung Buku telah melakukan strategi promosi yang unik dan berbeda dengan yang lainnya guna menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui keberadaan dari TBM Kampung Buku ini, selain menggunakan strategi promosi mereka juga melakukan bauran promosi periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan dan pemasaran media interaktif. Waktu, desain, dana dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi di TBM Kampung Buku. Kata Kunci : Taman Bacaan Masyarakat, Promosi, Strategi Promosi, Promosi Perpustakaan
Abstract This research discusses about the promotion strategy of Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kampung Buku, Cibubur. The purpose of this research is to described promotion strategy in services, activities and facilities that TBM Kampung Buku provided. This research analyze plan, objectives, strategy and tactics as well as what factors are affected, also promotion mix theory used is advertising, sales promotion, personal selling and interactive marketing. The method used in this research is case study method with qualitative approaches. Data collection is done through observation and interviews with five informants. The results showed that TBM Kampung Buku have been doing promotion strategy which is unique and different from the other in order to attract the attention of the public to know the existence of TBM Kampung Buku, besides using the promotion strategy they also do a promotion mix which are advertising, sales promotion, personal selling and marketing of interactive media. Time, design, funding and human resources (HR) is a factors affecting promotion activities at TBM Kampung Buku. Keywords : Taman Bacaan Masyarakat, Promotion, Promotion Strategy, Library Promotion
139
V O L U M E
I.
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Pendahuluan Taman Bacaan Masyarakat merupakan sebuah lembaga masyarakat yang menyediakan jasa, layanan, serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan ilmu pengetahuan serta membantu meningkatkan minat masyarakat untuk membaca. Agar masyarakat bisa mengenal serta memanfaatkan jasa, layanan, dan fasilitas yang terdapat di dalam perpustakaan ini, dibutuhkan kegiatan promosi.Kegiatan promosi ini menjadi salah satu hal yang penting di dalam perpustakaan untuk memberikan informasi mengenai perpustakaan tersebut. Untuk dapat mencapai tujuan dari kegiatan ini diperlukan strategi promosi yang tepat dan unik agar membuat masyarakat tertarik dan ingin mengunjungi perpustakaan. Promosi TBM ini dapat dilakukan dengan cara memasang poster dan leaflet, pameran, media dan video, ceramah, dan juga iklan (Sulistyo Basuki, 1991, p.286). TBM Kampung Buku merupakan TBM yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku terbilang unik karena mereka menggunakan langkah-langkah yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain, sehingga TBM Kampung Buku dapat dengan cepat dan mudah dikenali oleh masyarakat bahkan sudah sampai beberapa kali diwawancarai oleh stasiun tv dan majalah. Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku, yang meliputi : a. Strategi dan taktik khusus b. Promosi umumnya 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan promosi dari TBM Kampung Buku. Ada pun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan strategi promosi apa saja yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi TBM Kampung Buku Cibubur dalam mempromosikan jasa, layanan, kegiatan dan fasilitas yang ada di dalamnya. Subjek penelitian dari penelitian ini adalahsatu orang ketua umum pengurus TBM, dua orang masing-masing pelatih klub yoyo dan tari, serta dua orang pengguna yang mengunjungi TBM. Objek penelitian ini adalah strategi promosi TBM Kampung Buku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dipilih dan digunakan karena dirasa lebih cocok sebagai pendekatan untuk penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti dapat mengetahui gambaran strategi promosi yang digunakan dalam TBM Kampung Buku, langkah-langkah apa yang dilakukan, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
II. Tinjauan Literatur Perpustakaan Umum Pengertian Perpustakaan Umum menurut Sutarno NS (2006, p.43) perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan
140
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Perpustakaan Masyarakat atau Taman Bacaan Masyarakat Perpustakaan Umum dibagi kembali menjadi beberapa perpustakaan, salah satunya adalah Perpustakaan Masyarakat atau ada yang disebut dengan Taman Bacaan Masyarakat. Menurut Pedoman Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat (2003, p.1) Taman Bacaan Masyarakat adalah suatu lembaga/tempat yang mengelola bahan kepustakaan (buku dan bahan-bahan bacaan lainnya) yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca dan belajar, dan sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Promosi Promosi menjadi salah satu bagian yang penting dalam memasarkan dan mengenalkan suatu lembaga contohnya seperti perpustakaan kepada masyarakat luas dengan tujuan masyarakat menjadi tertarik untuk mengunjungi perpustakaan tersebut dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya jasa, layanan, dan fasilitas yang ada didalamnya, dengan kata lain promosi adalah elemen atau bagian dari pemasaran yang digunakan suatu perusahaan atau lembaga untuk dapat berkomunikasi dengan konsumennya. Rencana Promosi Untuk menjalani kegiatan promosi, diperlukan untuk membuat rencana terlebih dahulu agar kegiatan dapat dilakukan dengan lebih terarah dan tepat sehingga hasil yang akan didapatkan bisa sesuai dengan target dan apa yang ingin dicapai.Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.358) pelaksanaan promosi akan melibatkan beberapa tahap, yaitu : 1. Menentukan tujuan Sungguh tidak mungkin merencanakan program promosi tanpa menejer mengetahui tentang tujuan atau apa yang ingin dicapainya. Jika perusahaan menetapkan beberapa tujuan sekaligus, maka hendaknya dibuat skala prioritas atau posisi tujuan mana yang hendak dicapai lebih dulu. 2. Mengidentifikasi pasar yang dituju Pasar yang dituju harus terdiri atas individu-individu yang sekiranya bersedia membeli produk tersebut selama periode yang bersangkutan. Untuk produk baru, tes pemasaran sangat bermanfaat untuk mengetahui pembeli-pembeli potensial. 3. Menyusun anggaran Ini bukanlah tugas yang sederhana dan mudah. Sering menejer utama ikut mengambil bagian dalam keputusan tentang promosi sebagai bagian dari marketing. 4. Memilih berita Selanjutnya mempersiapkan berita yang tepat untuk mencapai pasar yang dituju tersebut. Tentu saja, sifat berita itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan promosinya. Jika suatu produk itu masih berada pada tahap perkenalan dalam siklus kehidupannya, maka informasi produk akan menjadi topik utama. 5. Menentukan strategi promosi
141
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Perusahaan dapat menggunakan tema berita yang berbeda pada masing-masing kegiatan promosinya. Misalnya, hubungan masyarakat dapat dilakukan untuk menciptakan kesan positif terhadap perusahaan di antara para pembeli. 6. Memilih media Dalam hal ini kita harus mengetahui bahwa jenis media yang berbeda akan cenderung ditujukan pada kelompok yang berbeda. 7. Mengukur efektivitas Tanpa dilakukannya pengukuran, efektivitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan perusahaan dapat dicapai atau tidak. 8. Mengendalikan dan memodifikasikan kampanye promosi Setelah dilakukan pengukuran efektivitas, ada kemungkinan diadakan perubahan rencana promosi. Perubahan dapat terjadi strategi promosi, media promosi, berita, anggaran promosi, atau cara pengalokasian anggaran tersebut. Yang penting, perusahaan harus memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat untuk menghindari kesalahan yang sama di masa mendatang. Tujuan Promosi Untuk melakukan kegiatan promosi, diperlukan tujuan promosi untuk dapat mengetahui apa yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga tertentu. Tujuan promosi menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.353) adalah : 1. Modifikasi Tingkah-Laku Berusaha merubah tingkah laku tingkah-laku dan pendapat, dan memperkuat tingkah-laku yang ada. Penjual (sebagai sumber) selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang dirinya atau mendorong pembelian barang dan jasa perusahaan. 2. Memberitahu Ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang penawaran perusahaan. 3. Membujuk Diarahkan untuk mendorong pembelian. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. 4. Mengingatkan Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk. Strategi dan Taktik Promosi Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p.67) strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi, strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan. Sementara taktik adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik. Faktor yang Mempengaruhi Promosi Setiap kegiatan promosi tentu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berjalannya kegiatan promosi tersebut. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008, p. 354) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi promosi, yaitu :
142
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
1. Besarnya dana yang digunakan untuk promosi Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor penting yang mempengaruhi promosi. Perusahaan yang memiliki dana lebih besar, kegiatan promosinya akan lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang hanya mempunyai sumber dana lebih terbatas. 2. Sifat pasar Beberapa macam sifat pasar yang mempengaruhi promosi ini meliputi : a. Luas pasar secara geografis Perusahaan yang hanya memiliki pasar lokal sering mengadakan kegiatan promosi yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pasar nasional atau internasional. Bagi perusahaan yang mempunyai pasar lokal mungkin sudah cukup menggunakan personal selling saja, tetapi bagi perusahaan yang mempunyai pasar nasional paling tidak harus menggunakan periklanan. b. Konsentrasi pasar Konsentrasi pasar ini dapat mempengaruhi strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap : jumlah calon pembeli, jumlah pembeli potensial yang macamnya berbeda-beda, dan konsentrasi secara nasional. c. Macam pembeli Strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh objek atau sasaran dalam kampanye penjualannya, apakah pembeli industri, konsumen rumah tangga, atau pembeli lainnya. 3. Jenis produk yang dipromosikan Faktor lain yang turut mempengaruhi strategi promosi perusahaan adalah jenis produknya, apakah barang konsumsi atau barang industri. 4. Tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang Untuk mempromosikan produk baru dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang tersebut. a. Tahap perkenalan Perusahaan harus menjual kepada pembeli dengan mempromosikan produk tersebut secara umum sebelum mempromosikan satu merk tertentu. b. Tahap pertumbuhan, kedewasaan, dan kejenuhan Perusahaan dapat menitik-beratkan periklanan dalam kegiatan promosinya. c. Tahap kemunduran/penurunan Perusahaan sudah harus membuat produk baru atau produk yang lebih baik, ini disebabkan karena produk yang lama penjualannya sudah tidak menentu dan tingkat labanya sudah semakin menurun, bahkan usaha-usaha promosinya sudah tidak menguntungkan lagi. III. Pembahasan Profil TBM Kampung Buku Berdiri pada tanggal 23 Januari 2010 dan bertempat di Jalan Abdul Rahman, Gang Rukun RT.15/RW.05 Cibubur, Jakarta Timur 13720 Indonesia TBM Kampung Buku didirikan. Edi Dimyati atau yang akrab dipanggil dengan Kang Edi adalah pendiri TBM Kampung Buku yang berpendidikan Sarjana (S1) Ilmu Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung. Ia mendirikan TBM Kampung Buku yang berawal dari minat dan kecintaan, lalu berlanjut menformat saku idealisme untuk terus berkembang di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Kampung Buku diharapkan dapat menjadi sarana tempat
143
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
berkumpulnya komunitas baca di lingkungan masyarakat, terus membaca dan tetap berkreatifitas. Promosi TBM Kampung Buku TBM Kampung Buku melakukan 4 langkah dalam melakukan menjalankan strategi promosi yang akan dilakukan yaitu mencakup rencana, tujuan, strategi dan taktik. Pembahasan mengenai promosi diperoleh dengan mewawancarai para informan yang mengetahui persis bagaimana kegiatan promosi TBM Kampung Buku berlangsung. Rencana Promosi Langkah pertama yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku ialah membuat rencana yang juga merupakan strategi mengenai promosi yang akan dijalankan agar menjadi lebih terarah. Berikut merupakan rencana promosi TBM Kampung Buku : 1. Menentukan tujuan Tujuan dari TBM Kampung Buku melakukan kegiatan promosi adalah agar masyarakat luas dapat mengetahui TBM Kampung Buku. 2. Mengidentifikasi pasar yang dituju Pasar yang dituju dari kegiatan promosi ini adalah masyarakat umum yaitu untuk semua jenis kalangan, tidak memandang usia, jenis kelamin, status dan pendidikan. 3. Menyusun anggaran TBM Kampung Buku tidak menyusun anggaran dalam melakukan kegiatan promosi, apabila ingin membuat spanduk, poster atau semacamnya dan belum mempunyai anggaran yang cukup, mereka akan menabung sampai anggarannya cukup. 4. Memilih konten TBM Kampung Buku memasukkan informasi berupa nama TBM Kampung Buku, kegiatan yang sudah dilakukan maupun yang belum atau akan dilakukan, karya serta nomor telepon pengelola. 5. Menentukan strategi promosi TBM Kampung Buku tidak menentukan strategi apa yang dijalankan untuk promosi, sebab ide tersebut sering muncul dimana saja dan kapan saja, sehingga mereka pun melakukannya dengan spontanitas tanpa merencanakannya terlebih dahulu. 6. Memilih media Selain menentukan strategi, TBM Kampung Buku juga memilih media apa saja yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan promosinya. TBM Kampung Buku memilih media sosial dan periklanan dalam melakukan kegiatan promosi mereka. 7. Mengukur efektivitas Sebelum strategi dijalankan, TBM Kampung Buku akan memperkirakan terlebih dahulu apakah strategi yang didapat akan efektif atau tidak. 8. Mengendalikan dan memodifikasikan kampanye promosi Di TBM Kampung Buku, strategi promosi tetap dikendalikan dan dimodifikasi, seperti contohnya dengan membuat kartu donasi yang bertujuan untuk mendanai segala aktifitas yang ada di TBM Kampung Buku.
144
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Taktik Promosi Taktik atau juga bisa dikatakan sebagai promosi alternatif atau promosi khusus dari TBM Kampung Buku bisa dikatakan cukup unik dan mungkin bahkan tidak terpikirkan oleh TBM lainnya. TBM Kampung Buku memiliki cara unik dan tersendiri dalam mempromosikan TBM mereka, ide-ide ini muncul dari pengelola, pengurus, teman-teman bahkan dari anak-anak TBM Kampung Buku juga ikut memberikan ide untuk melakukan promosi yang terbilang unik ini. Berikut adalah taktik yang dijalankan oleh TBM Kampung Buku : 1. Mengirimkan kartu pos pada hari raya. “Kadang kita ngirimin kartu pos kalo lebaran atau tahun baru ke siapapun yang kira-kira haha ke perusahaan, sebenernya sih kita ga minta ya tapi tujuannya kesana gitu haha pengen diperhatiin gitu kan, jadi kita ngirim kartu pos. Sebenernya biar si perusahaan itu inget gitu, gitu aja sih udah dan ga bikin proposal, ngirimnya juga ke pemimpinnya, gatau dibaca apa engga, kadang ke bagian pimpinannya kadang ke bagian humasnya” (Informan 1/Edi Dimyati) TBM Kampung Buku mengirimkan kartu pos pada hari raya (Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lain-lain) kepada pimpinan perusahaan agar paling tidak perusahaan ini mengetahui dan selalu mengingat keberadaan dari TBM Kampung Buku 2. Membuat merchandise/pernak-pernik.
“Bikin kaos, stiker dan bordir” (Informan 1/Edi Dimyati) TBM Kampung Buku membuat merchandise/pernak-pernik yaitu berupa kaus, stiker dan border yang bertuliskan Kampung Buku. 3. Menarik perhatian masyarakat. “Ada nih, lucunya anak-anak waktu datang ke acara ya ke pameran buku nih, ke pameran buku kita dateng gerombolan, terus kan suka ada informasi di depan kan ya, kalo misalkan kehilangan apa atau nyari temen gitu, nah kita lucu-lucuan haha pura-pura “ditunggu Syaiful dari Kampung Buku” kan orang-
145
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
orang pada nyari-nyari kan haha kita ketawa-tawa aja di bagian informasi kan pura-pura nungguin haha ditunggu Kang Edi dari Kampung Buku, kan orang-orang pada denger kan haha minimal nanyalah Kampung Buku itu apa, ya cukup segitu aja gapapa” (Informan 1/Edi Dimyati) TBM Kampung Buku pada saat sedang membuka stand pameran di suatu tempat, mereka berusaha menarik perhatian pengunjung lainnya dengan memanfaatkan pusat informasi yang ada disana. Tujuannya agar di pengeras suara/loudspeaker nama TBM Kampung Buku bisa terdengar oleh para pengunjung dan membuat mereka menjadi penasaran dan ingin tahu apa itu TBM Kampung Buku lalu mengunjungi stand mereka. 4. Menambahkan nama “Kampung Buku” di akun pribadi.
“Oh iya, buat avatar di profile sendiri di akun chat pribadi gitu kaya di BBM, Line dan WhatsApp pake nama Kampung Buku, di statusnya gitu sih” (Informan 1/Edi Dimyati) TBM Kampung Buku menambahkan nama “Kampung Buku” di akun pribadi mereka masing-masing seperti di akun WhatsApp, BBM, Line dan lain-lain. 5. Menyebarkan pesan/broadcast message “Nyebarin broadcast message gitu sih tapi sama yang ada hubungan dengan buku, gaenak sih kalo diluar tema kan, kecuali kalo ngadain acara kan, Kampung Buku nih, sebar, di BBM gitu di sebar” (Informan 1/Edi Dimyati) TBM Kampung Buku menyebarkan informasi apabila mereka akan mengadakan suatu acara dan mengundang masyarakat. 6. Aktif di sosial media. “Kalo bisa sih sering komen gitu, komen di taman bacaan yang lain, di facebook, komen-komen dikit, paling mention-mention, mancing-mancing aja sih haha. Ngupload ngupload foto terus mention ke penerbit juga haha biar inget terus, di mention lagi di mention lagi” (Informan 1/Edi Dimyati)
146
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
TBM Kampung Buku sebisa mungkin sering berkomentar di sosial media seperti contohnya di Facebook agar nama dari TBM Kampung Buku selalu terlihat orang lain dengan harapan orang-orang akan tahu tentang TBM Kampung Buku. 7. Kegiatan di sekolah. TBM Kampung Buku juga mempromosikan diri mereka melalui anak-anak yang biasanya datang berkunjung dan mempunyai kegiatan di sekolah mereka masing masing dan menunjukkan kebolehan mereka didepan teman-temannya dengan tujuan teman-steman mereka akan menanyakan dimana dapat berlatih seperti itu. 8. Mengadakan acara di luar. Jika ada kesempatan, TBM Kampung Buku menggelar buku-buku koleksi mereka dengan beralaskan tikar di pasar kaget yang ramai dengan orang-orang dengan tujuan anak-anak yang lewat akan datang dan berkunjung untuk membaca buku. Strategi Promosi Lain Selain taktik diatas, TBM Kampung Buku melakukan 4 langkah dalam melakukan kegiatan promosi yaitu mencakup periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan, dan interactive/internet marketing. 1. Periklanan a. Media Cetak TBM Kampung Buku menggunakan media cetak dalam melakukan promosi dengan menggunakan poster,brosur dan kartu nama. b. Media Luar Ruang TBM Kampung Buku menempelkan stiker mereka yang bertuliskan TBM Kampung Buku di warteg atau tempat makan dan sebelumnya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya. 2. Promosi Penjualan a. Perlombaan Perlombaaan adalah salah satu kegiatan promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku agar masyarakat menjadi tahu dan lebih mengenali TBM Kampung Buku serta dapat menjalin silaturahmi yang baik dan menjalin keakraban lebih dalam dengan masyarakat sekitar. Perlombaannya yaitu seperti menari, gebuk bantal, 17 Agustus-an, bulutangkis dan lain-lain.TBM Kampung Buku mengadakan acara perlombaan tidak hanya pada saat Agustus-an tetapi juga pada hari-hari biasa ketika mereka sedang bosan dan ingin memainkan suatu permainan yang berbeda dari biasanya. b. Produk Kreatifitas Kegiatan promosi lainnya yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku adalah melahirkan produk kreatifitas anak. Beberapa di antaranya adalah : 1. Kelompok Tari Tradisional dan Tari Modern. 2. Kelompok Rebana dan Marawis. 3. Situs resensi www.wisata-buku.com.
147
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
4. Emergency Library. Tim pustakawan yang memberikan konsultasi kepada perpustakaan yang sedang atau akan melakukan setup. 5. Yoyo Mania. 6. Pada tahun 2012, obsesi selanjutnya adalah membuat situs tempattempat wisata di Indonesia. www.panduansangpetualang.com yang saat ini masih dalam proses persiapan khusus dicipta untuk dijadikan rujukan para pelancong dan dijadikan sebagai media pengetahuan wisata. c. Pertunjukkan TBM Kampung Buku juga mengadakan pertunjukkan untuk mengundang masyarakat sekitar. Pertunjukkan yang sudah pernah ditampilkan adalah tari Betawi, tari Tor Tor, Tari Jaipong dan Tari Modern serta parodi atau teater drama yang berjudulkan “Parodi Roma Merana”. Anak-anak dari TBM Kampung Buku itu sendirilah yang melakoninya dengan semangat dan percaya diri. d. Kegiatan Kreatifitas Anak Sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2014 TBM Kampung Buku sudah banyak melakukan kegiatan kreatifitas anak sebagai salah satu kegiatan promosi TBM mereka, dan hal ini terbukti efektif untuk mengundang anakanak dan masyarakat sekitar untuk datang dan bergabung ke dalam kegiatan ini. Kegiatan tersebut adalah : Kegiatan Kreatifitas : 1. Belajar Menjadi Arsitek 2. Membuat Layang-layang 3. Membuat Wayang Botol 4. Kerajinan Flanel 5. Kerajinan Tanah Liat 6. Membuat perahu-perahuan dari bathtub bekas 7. Sabtu Masak (SAMSAK) yaitu membuat donat Kegiatan Luar Ruang : 1. Perang Air 2. Bazar 3. Silat 4. Berkunjung ke Museum Kegiatan Sosial : 1. Sunatan Masal 2. Buka Bersama Puasa 3. Berbagi di Panti Asuhan 4. Nonton Bareng Film Edukasi 3. Penjualan perorangan b. Pameran TBM Kampung Buku pernah membuka pameran yaitu di Museum Bank Mandiri sebanyak dua kali dan di Universitas Gunadarma. c. Word of Mouth (WOM) TBM Kampung Buku pada awalnya mempromosikan diri mereka melalui omongan atau ajakan ke anak-anak dan menyuguhkan berbagai macam permainan kepada mereka agar anak-anak tersebut akan datang kembali dan membawa serta teman-teman mereka.
148
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
4. Interactive/Internet Marketing Pemanfaatan internet sebagai salah satu sarana promosi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku adalah dengan pembuatan fanpage, twitter, dan website TBM Kampung Buku. Situs website, twitter dan fanpage TBM Kampung Buku yang dapat diakses oleh masyarakat adalah : 1. Website (http://kampungbuku.org/) 2. Twitter (https://twitter.com/kampungbuku) 3. Fanpage (https://www.facebook.com/kampung.buku?fref=ts)
Melalui website ini, pengunjung mendapatkan berbagai informasi mengenai TBM Kampung Buku, contohnya seperti awal dibangunnya TBM Kampung Buku, misi dari TBM Kampung Buku, agenda kegiatan, divisi hobi (yoyo, tari, marawis, badminton, line dance), galeri yang berisikan foto-foto yang berkaitan dengan TBM Kampung Buku, kontak, kabar, tips dan berbagai macam kegiatan apa saja dilakukan di TBM Kampung Buku. Faktor yang Mempengaruhi Promosi Dalam menjalani kegiatan promosi tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi berjalannya kegiatan promosi dari TBM Kampung Buku ini. Faktor-faktornya adalah : 1. Waktu Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya kegiatan promosi dari TBM Kampung Buku, sebab pendiri yang merupakan sekaligus pengelola mempunyai pekerjaan lain selain mengelola TBM Kampung ini, yaitu bekerja di Majalah Hai Kompas sehingga tidak bisa total dalam menjalankan kegiatan promosi, seperti selalu meng-update akun sosial seperti website dan fanpage. 2. Desain Untuk melakukan desain, informan 1 meminta bantuan kepada temannya untuk dibuatkan desain (poster, brosur, kartu nama dan spanduk), tetapi hal itu juga bergantung kepada temannya apakah sedang ada waktu untuk membuatkan desain atau tidak. 3. Dana Dana tentu saja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kegiatan promosi di lembaga manapun, hal ini juga terjadi di TBM Kampung Buku. Selama ini TBM Kampung Buku menggunakan dana pribadi dan dana iuran kelompok tari yang dikenakan Rp 10.000/bulan dalam melakukan kegiatan promosi. Hal ini dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan TBM Kampung Buku untuk menjalankan kegiatan promosinya, karena pengelola harus menabung terlebih dahulu agar dapat memenuhi anggaran yang sudah direncanakan. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya kegiatan promosi untuk menyebarkan informasi mengenai TBM Kampung Buku.
149
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Dampak Promosi Dengan melakukan kegiatan promosi, TBM Kampung Buku tentu mendapatkan dampak atau efek dari kegiatan tersebut. Contohnya adalah: a. TBM Kampung Buku banyak mendapatkan sumbangan dari berbagai pihak seperti dari perusahaan, komunitas dan juga masyarakat lingkungan sekitar dalam bentuk fisik maupun material. b. Sudah banyak yang mengetahui keberadaan dari TBM Kampung Buku ini, dari masyarakat, perusahaan, dan juga stasiun TV contohnya. c. TBM Kampung Buku menjadi lebih ramai karena banyak yang datang untuk mampir berkunjung untuk melihat-lihat perpustakaan dan juga melihat kegiatan yang ada atau sedang dilakukan disana.
Standar Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sebagai taman bacaan masyarakat, TBM Kampung Buku sudah menjadi perpustakaan atau taman bacaan masyarakat yang ideal, karena TBM Kampung Buku ini telah memiliki koleksi yang memadai, tersedianya ruangan untuk koleksi, tempat untuk kegiatan TBM, dan juga fasilitas yang cukup. Selain itu, ada beberapa hal yang juga mendukung TBM Kampung Buku menjadi taman bacaan masyarakat yang ideal, yaitu : 1. Pemilihan buku Pemilihan buku untuk pengunjung dari taman bacaan ini sudah pas karena pengunjung TBM Kampung Buku kebanyakan adalah anak-anak, dan mereka disuguhkan dengan berbagai macam buku fiksi seperti contohnya buku cerita dan dongeng. 2. Program kegiatan lain Selain perpustakaan, TBM Kampung Buku juga menyediakan berbagai macam kegiatan sebagai kegiatan lain penunjang kegiatan utama membaca, kegiatan itu antara lain seperti yoyo, menari, marawis, dan juga line dance. 3. Pendanaan yang memadai Dalam pendanaan, TBM Kampung Buku memiliki dana yang cukup dan memadai demi kelangsungan dari taman bacaan ini, dana tersebut diperoleh dari sumbangan, donasi, dan juga iuran yang berasal dari kegiatan tari menari. Kesimpulan dan Saran Strategi yang dilakukan oleh TBM Kampung Buku adalah dengan menggunakan beberapa taktik atau promosi khusus yaitu contohnya seperti mengirimkan kartu pos pada hari raya (Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lain-lain) kepada pimpinan perusahaan atau ke bagian Humas, membuat merchandise/pernak-pernik yaitu berupa kaus, stiker dan border, menarik perhatian masyarakat ditempat umum, menambahkan nama “Kampung Buku” di akun pribadi masing-masing seperti di akun WhatsApp, Blackberry Messanger/BBM, Line dan lain-lain, menyebarkan pesan/broadcast messageapabila mereka akan mengadakan suatu acara, sering muncul di sosial media, melalui kegiatan anakanak TBM Kampung Buku di sekolah mereka masing-masing, dan juga mengadakan acara di luar lokasi Kampung Buku.Selain itu TBM Kampung juga melakukan kegiatan promosinya melalui periklanan (media cetak dan media luar ruang), promosi penjualan (perlombaan, produk kreatifitas, pertunjukkan, kegiatan
150
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
kreatifitas anak), penjualan perorangan (seminar dan diskusi, pameran, word of mouth/WOM), media interaktif. Namun yang disayangkan adalah TBM Kampung Buku belum optimal dalam melakukan kegiatan promosi, karena belum melibatkan organisasi di lingkungan sekitar, seperti contohnya adalah karang taruna atau remaja masjid. Selain itu TBM Kampung Buku masih terlihat lebih menonjolkan kegiatannya saja, seperti contohnya yoyo dan tari dibandingkan dengan mempromosikan mengenai jasa, layanan, koleksi, fasilitas dari taman bacaan Kampung Buku itu sendiri. Saran untuk TBM Kampung Buku adalah lebih ditingkatkan kembali strategi promosi unik yang telah dilakukan oleh TBM Kampung Buku, contohnya dengan mengajak dan melibatkan organisasi-organisasi yang ada di lingkungan sekitar, menciptakan kembali ide-ide unik lainnya seperti contohnya yaitu dengan selalu mengucapkan kata “Kampung Buku” di tiap akhir kalimat pada saat mengobrol di tempat umum dan dilakukan dengan volume yang agak cukup besar di bagian “Kampung Buku” dengan tujuan orang-orang akan mendengarnya, kegiatan seperti ini bertujuan agar TBM Kampung Buku dicap sebagai TBM yang mempunyai segala macam atau seribu ide unik dalam mempromosikan perpustakaan mereka dengan harapan masyarakat akan datang untuk memanfaatkan segala jasa, fasilitas dan layanan yang ada serta memberikan sumbangan berupa koleksi atau dana kepada TBM Kampung Buku agar fasilitas yang ada bisa semakin berkembang, semakin mempererat komunikasi dan promosi terhadap masyarakat sekitar agar masyarakat mau membantu memberikan dana bantuan dan relawan untuk dapat mengembangkan TBM Kampung Buku lebih baik lagi, memasang pengumuman mengenai dibutuhkan tenaga relawan atau volunteer yang bertujuan agar kegiatan promosi dapat berjalan dengan lancar dan baik, melakukan kegiatan promosi jangan hanya mempromosikan kegiatan saja tetapi juga mengenai taman bacaan Kampung Buku itu sendiri seperti contohnya mengenai jasa, layanan, koleksi dan fasilitas yang ada sehingga bisa seimbang di antara keduanya, selain itu agar tidak monoton dan lebih bervariasi, dalam menarik minat anak-anak tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan seperti yoyo dan menari saja tetapi juga dapat dilakukan pula dengan cara mendongeng. Daftar Acuan Arifin, Ali. (2005). Seni Menjual : Perspektif Bisnis, Ide-ide Penjualan serta Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI. Basu Swastha, Irawan. (2008). Menejemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. Basuki, Sulistyo. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. .... (2009). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. (2003). Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta : Bumi Aksara. Hendrayana Haris, Heri. (2015, 21 Juni). Wawancara Pribadi. In, Charlie. (2004). Mengukir Strategi Pemasaran : Untuk Meningkatkan Bisnis dan Profit Anda. Jakarta: Gramedia.
151
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI. Monle Lee, Carla Johnson. (2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Morrisan. (2010). Periklanan : Komunikasi Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Priharmoko, Patria. (2003). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Word Of Mouth Pada Konsumen. Jakarta : Universitas Indonesia. Sabarguna, Boy S. (2004). Analisis Data pada Penelitian Kualititaif. Jakarta: Universitas Indonesia. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukarman, Rachmat Natadjumen. (2000). Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sutarno. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. .... (2006). Mengenal Perpustakaan. Jakarta: Jala Permata Pasar Minggu. .... (2004). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra Media Utama. .... (2006). Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.
152
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
D A N
K E A R S I P A N
Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan Berikut merupakan kelengakan untuk format penulisan Jurnal llmu lnformasi, Perpustakaan, dan Kearsipan yang terstruktur mulai dari awal, berupa judul artikel hingga cara penulisan daftar acuan di akhir tulisan. 1. Format tulisan dalam microsoft word Times New Roman. 2. JUDUL ARTIKEL ( all caps, 14 point, bold, centered ) (kosong satu spasi tunggal) Nama Penulis, gelar (12pt) (kosong satu spasi tunggal) Nama Program Studi, Fakultas, Nama Universitas, Alamat Kota, Kode pos atau (J Opt) Nama Lembaga, Alamat Kota, Kode Pos (J Opt) (kosong satu spasi tunggal) E-mail:
[email protected] (J Opt, italic) (kosong dua spasi tunggal) 3. Abstrak (J 2pt, bold) (kosong satu spasi tunggal) Abstrak harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris. Abstrak Bahasa Indonesia ditulis terlebih dahulu lalu diikuti abstrak dalam bahasa lnggris. Jenis huruf yang digunakan Times New Roman, ukuran l O pt, spasi tunggal. Abstrak sebaiknya meringkas isi yang mencakup tujuan penelitian, metode penel itian, serta hasil analisis yang disampaikan tidak lebih dari 250 kata. (kosong satu spasi tunggal) 4. Kata Kunci : Maksimum 5 kata kunci ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jnggris . (10 pt italic) (kosong dua spasi tunggal) Abstract {12pt, bold) 153
V O L U M E
1 7 ,
N O M O R
2 ,
O K T O B E R
2 0 1 5
Key words: (10 pt italic) (kosong tiga spasi tunggal) 5. Bentuk Naskah
-Judul -Nama Penulis Pedoman Penulisan Jurnal -Disertai afiliasi (alamat institusi, bila sudah bekerja di institusi atau organisasi/ misalnya bisa ditulis pemerhati ilmu perpustakaan dan informasi dst . .. Iihat contoh) -alamat email
- Abstrak (bahasa Tnggris dan bahasa Indonesia) dan kata kunci -Pendahuluan (12 pt, bold) (satu spasi tunggal kosong) yang mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan literatur dan studi sebelumnya,
-Metode Penelitian (satu spasi tunggal kosong)
rnencakup partisipan penelitjan, metode pengumpulan data, dan proses pengumpulan data -Analisis dan Interpretasi Data (satu spasi tunggal kosong)
-Kesimpulan (satu spasi tunggal kosong)
-Daftar Acuan (mengikuti format AP A (American Psychological Association) (satu spasi tunggal kosong)
-Lampiran (satu spasi tunggal kosong) 6. Jumlah ha la man 10 -15, termasuk abstrak dan daftar acuan dan lampiran 7. Format tulisan dalam Microsoft Word (doc) 8. Naskah yang sudah masuk akan diseleksi untuk diterbitkan di jurnal DIPI (penerbitan di jurnal DIPI dipilih berdasarkan kesesuaian topik yang akan diterbikan)oleh Dewan Redaksi dan bila diperlukan akan dilakukan penyempurnaan tanpa mengubah isi naskah 9. Batas akhir pengiriman naskah paling lambat untuk semester ganap t ahun 2012/2013 adalah 2 minggu setelah sidang pada bu Ian Juni - Juli 2013 10. Artikel dikirim ke www.jipi-ui.web.id dengan aplikasi Jurnal Online. 11. Biografi singkat penulis dalam file yang berbeda
154
J U R N A L
I L M U
I N F O R M A S I ,
P E R P U S T A K A A N ,
155
D A N
K E A R S I P A N