Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI GREEN CANYON, KABUPATEN PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT
ECOTOURISM DEVELOPMENT POTENTION IN GREEN CANYON, PANGANDARAN DISTRICT, WEST JAVA 1)
Retna Kartikasari 1) Mahasiswa Program Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan & Pembangunan Universitas Brawijaya Malang Email :
[email protected] ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat meningkat pesat melalui sub-sektor pariwisata. Pengembangan sub-sektor ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraannya meningkat. Salah satu alternatif destinasi wisata alam di Provinsi Jawa Barat adalah Green Canyon di Pangandaran. Destinasi ini terkenal dengan keunikan alamnya berupa aliran Sungai Cijulang yang berwarna hijau tosca dengan tebing bebatuan di tepian sungai dan gua karst di hulu sungai serta tebing tinggi yang membentuk jembatan di atas aliran sungai. Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan terhadap kawasan Green Canyon, dapat diketahui bahwa pengelolaan destinasi wisata ini belum mengarah pada ekowisata. Pengelola lebih berfokus pada kegiatan promosi untuk menarik minat kunjungan ke obyek wisata Green Canyon. Partisipasi masyarakat belum dilakukan secara optimal sehingga belum semua lapisan masyarakat menerima manfaat dari adanya destinasi wisata ini. Untuk itu, diperlukan upaya memperkenalkan ekowisata kepada pengelola guna menerapkan prinsip dasar ekowisata, yaitu pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan konservasi, sehingga akan terwujud keberlanjutan destinasi wisata “Green Canyon” ini. Kata kunci : green canyon, ekowisata, pengembangan, keberlanjutan
ABSTRACT The economic growth of a region can be improved greatly through tourism. The development of tourism has increased people's income and cause increasing of their welfare. An alternative of natural tourist destinations in West Java is the Green Canyon in Pangandaran District. This destination is the most famous of its natural uniqueness, which is a green stream of Cijulang River with rock cliffs on the banks of the river and karst caves in the upstream as well as a high cliff that forms a bridge over the river. Based on the studies that had been done to the Green Canyon area, it can be seen that the management of tis destinations have not yet led to ecotourism. Business more focus on promotional activities to attract visitors to Green Canyon. Community participation is not optimal being managed, so not all of society take benefit from the existence of this tourist destination. For that, we need an effort to introduce ecotourism to the management in order to apply basic principles of ecotourism, those are education, public welfare, and conservation. Thus, it will be realized sustainability of tourist destinations "Green Canyon". Keywords : green canyon, ecotourism, development, sustainability 41
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 PENDAHULUAN
Canyon atau Cukang Taneuh. Daya
Pariwisata
merupakan
tarik obyek wisata ini adalah aliran
sub-sektor dan
sungai berwarna hijau tosca yang diapit
berkembang pesat di berbagai daerah. Dari
tebing tinggi dari bebatuan karst dan
pengembangan sub-sektor ini, pendapatan
ditumbuhi pohon-pohon yang rimbun.
ekonomi
yang
saat
ini
tumbuh
suatu daerah melaju pesat dan masyarakat
Sebagai obyek wisata
yang
setempat juga dapat memperoleh manfaat
menawarkan keindahan alam
yang
dengan
kesejahteraan.
dapat dinikmati oleh pengunjung, ada
Menurut Nizar (2011), pariwisata telah
berbagai macam aktivitas utdoor yang
memberikan
dapat
meningkatkannya
kontribusi
positif
terhadap
dilakukan
oleh
pengunjung,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pengaruh
seperti
atau kontribusi tersebut dapat dilihat pada
berenang,
rentang waktu 3 – 6 bulan setelah sub-sektor
Kegiatan semacam ini menambah daya
pariwisata
stakeholders.
tarik pengunjung untuk memilih Green
Sebagaimana studi yang dilakukan oleh
Canyon sebagai alternatif berwisata.
Fayissa, Nsiah, & Tadasse (2007) dalam
Secara keseluruhan, kawasan Green
Nizar
Canyon merupakan kawasan wisata
digarap
(2011)
oleh
periode
1995–2004
memancing, menyelam
alam
pariwisata secara signifikan memberikan
menjadi destinasi ekowisata.
terhadap
tingkat
PDB
dan
dapat
dan
menunjukkan bahwa penerimaan dari industri
kontribusi
yang
berperahu, rafting.
dikembangkan
Fennell (2003) dalam Tanaya
pertumbuhan ekonomi 42 -negara Afrika.
dan Rudiarto (2014) menyimpulkan pengertian ekowisata sebagai sebuah
Pangandaran adalah sebuah kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat sebagai hasil
bentuk
pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Lokasi
berbasis sumberdaya alam yang fokus
Kabupaten Pangandaran yang terletak di selatan
utamanya adalah pada pengalaman dan
Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung
pembelajaran mengenai alam, yang
dengan
menyebabkan
dikelola
dengan
kabupaten ini mempunyai beragam potensi
dampak,
non
pariwisata, baik wisata pantai maupun wisata
berorientasi lokal (kontrol, keuntungan
sungai. Salah satu obyek wisata sungai yang
dan skala). Menurut World Tourism
terkenal adalah Green
Organization/WTO (2002) dalam
Samudera
Hindia
42
berkelanjutan
dari
wisata
meminimalisir konsumtif,
dan
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
Fahriansyah dan Yoswaty (2102), ekowisata
47.96" LS, disebut juga dengan Cukang
merupakan
yang
Taneuh (Bahasa Sunda) yang berarti
memprioritaskan berbagai produk pariwisata
Jembatan Tanah. Nama ini diberikan
berdasarkan sumberdaya alam, pengelolaan
karena adanya tebing tinggi yang saling
ekowisata
dampak
terhubung membentuk bangunan seperti
terhadap lingkungan hidup, pendidikan yang
jembatan dengan aliran Sungai Cijulang
berasaskan lingkungan hidup, sumbangan
mengalir di bawahnya.
salah
untuk
satu
usaha
meminimalkan
Jarak tempuh perjalanan ke
kepada upaya konservasi dan meningkatkan kesejahteraan
untuk
masyarakat
lokal.
Green
Canyon
dari
pusat
kota
Dengan demikian, ada 3 aspek yang harus
Pangandaran ± 130 Km. Jika ditempuh
dipenuhi dalam pengembangan ekowisata di
dengan perjalanan darat dari Jakarta
suatu daerah wisata,
memakan waktu sekitar 11 jam menuju
kesejahteraan
yaitu: pendidikan,
masyarakat
lokal,
Bandung – Tasik – Ciamis – Banjar –
dan
konservasi lingkungan.
Pangandaran. Untuk lebih jelasnya, adalah sebagai berikut :
Tujuan dari studi ini adalah untuk
Rute untuk kendaraan pribadi :
mendeskripsikan tata laksana yang sudah dipakai dalam pengelolaan Green Canyon
Dari
Bandung:
Nagreg
-
sehingga bisa diketahui apakah pengelolaan
Limbangan - Malangbong - Ciawi -
tersebut
prinsip
Rajapolah - Cihaurbeuti - Ciamis - Banjar
Apabila
- Banjarsari - Padaherang - Kalipucang -
pengelolaannya masih secara konvensional,
Pangandaran - Parigi - Cijulang - Lokasi
maka
tentang
Green Canyon. Lama perjalanan rute ini
bagaimana mengarahkan tata kelola obyek
sekitar 4 - 6 jam. Dari arah Jawa Timur
wisata
dan Jawa Tengah: masuk Jawa Tengah
sudah
ekowisata
sesuai
atau
diperlukan ini
menuju
dengan
belum. pemikiran kawasan
berbasis
menuju Purworejo - Kebumen – Wangon
ekowisata.
– Banjar – Pangandaran – Ciamis.
METODE PENELITIAN
Perjalanan juga dapat ditempuh dengan
Deskripsi Umum Obyek Studi
kendaraan umum seperti bis dari Jakarta,
Desa
Bandung, Yogyakarta dengan tujuan
Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten
Banjar atau langsung ke Pangandaran.
Pangandaran pada 108 26 53.12 BT dan 7 43'
Dari
Green
Canyon
terletak
di
43
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 Pangandaran, perjalanan dilanjutkan ke lokasi Green Canyon.
Metode Studi Metode yang digunakan dalam
Perjalanan udara
tulisan ini adalah studi literatur atau memilih
pustaka. Studi ini dilakukan dengan cara
penerbangan menuju Bandara Nusawiru di
mencari dokumen tertulis yang sudah
Pangandaran.
dipublikasikan
Pengunjung
dapat
sebelumnya
untuk
Destinasi ini dapat ditempuh dengan
diinterpretasikan dan dianalisis sehingga
perahu mesin tradisional (perahu tempel) atau
dapat menjelaskan dan memberi solusi
perahu kayuh dari dermaga Ciseureuh yang
atas permasalahan pada obyek studi.
berjarak 3 Km atau kurang lebih selama 30 -
Data yang diperoleh pada studi
45 menit. Di sepanjang perjalanan, hijaunya
literatur adalah data sekunder yang
air sungai dan rimbunnya tumbuhan dapat
didapatkan dari dokumentasi di majalah,
dinikmati
berkunjung.
internet, dan/atau surat kabar serta media
Apabila alur yang dilalui sudah semakin
lainnya. Sebagai bahan acuan, digunakan
sempit, berarti perahu sudah sampai di mulut
juga publikasi ilmiah pada jurnal-jurnal
Green Canyon dan perjalanan dilanjutkan
yang berkaitan dengan ekowisata dan
dengan berenang atau merayapi bebatuan di
pengembangannya
tebing sungai. Pemandangan alam yang
penelitian yang sudah pernah dilakukan.
wisatawan
yang
serta
penelitian-
dijumpai di obyek wisata ini adalah cekungan yang berdinding terjal di sepanjang aliran
HASIL DAN PEMBAHASAN
sungai. Dinding-dinding tersebut ada yang
Green Canyon sebagai Destinasi
menyerupai gua yang atapnya sudah runtuh,
Wisata
beberapa stalaktit masih dialiri tetesan air
Green Canyon sebagai obyek
tanah, dan pada jarak beberapa ratus meter
atau destinasi wisata alam, mempunyai
dari mulut Green Canyon akan terlihat
beragam atraksi wisata yang menarik
beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan
bagi wisatawan. Soedarso, et al. (2015),
sungai. Jika pengunjung sampai di ujung
membagi atraksi wisata yang terdapat di
perjalanan, terdapat gua yang dihuni oleh
Green Canyon, yaitu sebagai berikut:
banyak kelelawar dan di mulut gua terdapat
(1) Wisata alam
Air Terjun Palatar. 44
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
Kekhasan obyek wisata ini berupa
oleh
Dinas
Pariwisata
setempat.
aliran Sungai Cijulang yang menembus goa
Masyarakat setempat sudah membentuk
dengan stalaktit dan stalakmit serta diapit oleh
KOMPEPAR (Kelompok Masyarakat
dua
Peduli
bukit
dengan
bebatuan
karst
dan
Pariwisata),
yang
kemudian
rimbunnya pepohonan. Vegetasi yang tumbuh
menjadi pemandu bagi wisatawan yang
di sepanjang sungai didominasi kelapa, bambu,
berkunjung
dan nipah. Pada tebing sungai ditumbuhi paku-
KOMPEPAR secara berkala melakukan
pakuan dan jenis semak. Satwa yang sudah
pengecekan terhadap debit air sungai
teridentifikasi
untuk
adalah
kelelawar
yang
menghuni gua di Green Canyon.
ke
memastikan
Green
Canyon.
keamanan
dan
keselamatan pengunjung.
Green Canyon merupakan lembah Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Green Canyon
yang terbentuk dari erosi tanah yang terkikis aliran Sungai Cijulang selama berjuta-juta
Tahun
Jumlah (orang)
mengapit aliran sungai dengan bebatuan karst
2007
14.951
dan pepohonan yang besar dan rimbun. Air
2008 2009 2010
35.316 57.025 62.293
tahun
lamanya.
Aliran
sungai
tersebut
menembus gua yang terdiri dari stalaktit dan
Persentase Pertumbuhan (%)
stalakmit. Selain itu, terdapat dua bukit yang
yang mengalir diantara tebing sungai berwarna hijau tosca saat cuaca cerah Hijaunya aliran
Sumber:
sungai yang diapit bebatuan dan tumbuhan
136,21 61,47 9,24
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, 2011 dalam Trigantiarsyah dan Mulyadi (2016).
yang rimbun menciptakan pesona alam yang khas.
Dari
tabel
atas,
setiap
dapat
(2) Wisata Petualangan (adventure tourism): Atraksi wisata yang dirancang untuk
diketahui
membangkitkan
Canyon meningkat dengan persentase
semangat
bahwa
di
tahunnya,
pengunjung yang datang ke Green
berpetualang
pengunjung dengan suasana gembira, di
pertumbuhan
yang
semakin
turun,
antaranya trekking, mendaki tebing, dan
terutama 2 tahun terakhir, yaitu pada
rafting.
tahun 2009 ke 2010. Berdasarkan hasil
Berdasarkan hasil penelitian Soedarso (2015), pengelolaan Green Canyon dilakukan
studi Risanti (2010) dalam Trigantiarsyah dan Mulyadi (2016), 45
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 pertumbuhan
berkunjung wisatawan di suatu kawasan
kunjungan wisatawan domestik disinyalir
wisata (studi kasus di Pangandaran),
disebabkan oleh tidak adanya pengembangan
yaitu informasi awal tentang obyek
produk wisata yang dilakukan oleh pihak
wisata, pemandu wisata, hotel, tipe
pengelola sehingga menimbulkan kebosanan
wisata,
wisatawan untuk
Informasi
penurunan
persentase
berkunjung ke
Green
dan
sarana
tersebut
dapat
Canyon serta minimnya sarana dan prasarana
dengan
penunjang yang tersedia.
khususnya
Green
promosi
dilakukan
Soedarso
(2016)
melakukan
promosi.
toilet
Di
umum. dilakukan
Pangandaran,
Canyon,
kegiatan
oleh
Dinas
wawancara dengan KOMPEPAR mengenai
Kebudayaan dan Pariwisata bekerja sama
perkembangan atraksi wisata yang dikelola di
dengan
Green
Promosi
Canyon.
Dari
hasil
wawancara
biro-biro
perjalanan
wisata.
bertujuan
untuk
tersebut
tersebut, diketahui bahwa sejak tahun 1996
pemperkenalkan
atraksi yang bisa dinikmati pengunjung,
kembali suatu objek wisata. Dengan
hanya menyusuri hutan dengan berperahu
demikian, destinasi yang dipromosikan
dayung.
akan menarik minat pengunjung untuk
Pada
perkembangannya
perahu
perahu mesin berbahan serat fiber. Atraksi ini menimbulkan
wisatawan
domestik,
kebosanan meskipun
mempopulerkan
memilih obyek wisata tersebut.
dayung tersebut kemudian diganti dengan
akhirnya
dan
Dalam penelitian Trigantiarsyah
bagi
dan Mulyadi (2016), ada beberapa
banyak
kelemahan dalam pengelolaan Green
wisatawan asing yang berkunjung. Pada tahun
Canyon, yaitu:
2010, diperkenalkan atraksi body rafting oleh
1.
Kurangnya
fasilitas
umum
dan
salah seorang pengunjung dengan aktivitas
penunjang lainnya, seperti kamar
berenang dan menyusuri sungai sampai ke
mandi yang bersih dan memadai.
hulu Green Canyon. Aktivitas ini kemudian
2. Pemanfaatan aliran sungai yang
dikelola
secara
professional
menyediakan pemandu keselamatan
olahraga
beserta air
dengan
belum optimal dan berkelanjutan
peralatan
sehingga menimbulkan ancaman
seperti
jaket
pada ekosistem sungai. Hal ini
pelampung dan helm.
dipengaruhi oleh adanya industri
Rianto (2014) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat
hilir yang pengelolaan limbahnya kurang tepat sehingga mencemari 46
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
sungai. Lokasi Green Canyon yang berupa tebing bebatuan rawan erosi dan longsor
sehingga
membahayakan
keamanan pengunjung. 3. Kurangnya
atraksi
ditawarkan
oleh
wisata
pengelola
yang Gambar 5. Struktur Ekowisata (Fennell, 2014)
sehingga
menurunkan minat pengunjung untuk Dari gambar di atas, kriteria
mendatangi destainasi tersebut. 4. Tidak
adanya
pengunjung terjadinya
pembatasan
utama dalam ekowisata terdiri atas 4 hal,
jumlah
seringkali
menyebabkan
penumpukan
pengunjung.
yaitu: (1) Berdasarkan obyek yang alami, (2) Adanya partisipasi dan manfaat kepada
Kondisi yang demikian akan berpengaruh
secara
(3) Pendidikan dan (4) Kewajiban moral.
sekitarnya.
Menurut
Analisis Kesesuaian Green Canyon sebagai Destinasi Ekowisata
ekowisata
daerah-daerah
menurut Masyarakat Ekowisata Internasional
melestarikan
di Amerika, ekowisata didefinisikan sebagai bertanggung lingkungan
jawab dan
TIES
(2015),
didefinisikan
sebagai
perjalanan yang bertanggung jawab ke
Fennell (2014) menyatakan bahwa
melestarikan
lokal
berkelanjutan serta upaya konservasi,
pada penurunan kualitas lingkungan di
perjalanan
masyarakat
alami lingkungan,
sekaligus menopang
kesejahteraan masyarakat setempat, dan
yang
melibatkan interpretasi dan pendidikan.
menopang
Lebih lanjut, TIES menjelaskan bahwa
kesejahteraan masyarakat lokal.
ekowisata
merupakan
kegiatan
menyatukan konservasi, masyarakat, dan perjalanan yang berkelanjutan. Hal ini
berarti
bahwa
stakeholders
ekowisata harus berpartisipasi dalam kegiatan pasar ekowisata dengan
47
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 mengadopsi prinsip-prinsip ekowisata, sebagai berikut: a. Meminimalkan dampak fisik, perilaku, dan psikologis.
iklim politik, lingkungan, dan sosial negara-negara yang menjadi tuan rumah. sosial,
g. Merancang,
membangun
dan
mengoperasikan fasilitas yang berdampak negatif rendah kepada lingkungan
b. Membangun kesadaran dan rasa hormat kepada lingkungan dan budaya.
h. Mengakui
hak-hak
dan
keyakinan
c. \Memberikan pengalaman positif bagi pengunjung dan tuan rumah.
spiritual di masyarakat setempat dan
d. Memberikan manfaat keuangan langsung untuk konservasi.
dalam bentuk kemitraan.
menciptakan pemberdayaan masyarakat Di Indonesia, Masyarakat Ekowisata
e. Menghasilkan keuntungan finansial bagi masyarakat lokal dan industri swasta.
Indonesia telah menetapkan 4 dimensi, 4
f. Memberikan
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah
pengalaman
prinsip dan 13 kriteria ekowisata di Indonesia
interpretatif
ini.
yang mengesankan bagi pengunjung guna membantu meningkatkan sensitivitas
Tabel 2. Dimensi, Prinsip dan Kriteria Ekowisata di Indonesia Dimensi
Prinsip
Manusia (ekowisatawan dan operator wisata)
Ekowisatawan adalah mereka yang memiliki kepedulian terhadap alam dan manusia yang tinggal didalamnya
Kriteria
1. Menghargai keanekaragaman hayati dan budaya yang ada. 2. Bersedia memahami dan mengikuti cara hidup yang berlaku pada masyarakat setempat. 3. Hubungan antara operator wisata dengan masyarakat dibangun atas komunikasi yang terbuka dan transparan. 4. Menghargai hak/kepunyaan masyarakat setempat, termasuk hak untuk tidak bersedia menerima wisatawan.
48
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
Dimensi
Prinsip
Kriteria
Obyek dan daya tarik Ekowisata mempunyai wisata makna pendidikan yang dapat menumbuhkan minat melaksanakan kegiatan yang bersahabat dengan alam dan budadaya setempat
5. Obyek wisata memiliki alam (flora dan fauna) dan
Manfaat kepada masyarakat
8. Masyarakat setempat terlibat dalam perencanaan,
Manfaat kepada lingkungan
Ekowisata merangsang pertumbuhan ekonomi setempat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara lebih merata Kegiatan ekowisata mampu menjaga dana tau menaikkan mutu lingkungan setempat.
atraksi budaya yang khas.
6. Kegiatan yang ditawar-kan memiliki dimensi budaya dan kepekaan kepada budaya lokal. 7. Sarana dan prasarna disusun berdasarkan kaidah dan budaya setempat.
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan ekowisata. 9. Sejauh mungkin mempergunakan produk setempat. 10. Keuntungan yang diberikan kepada kelompok masyarakat dan bukan kelompok perorangan.
11. Kegiatan dilakukan dalam zona yang telah ditetapkan untuk itu. 12. Jumlah ekowisatawan disesuaikan dengan daya dukung kawasan. 13. Kegiatan yang ditawarkan langsung berhubungan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup setempat.
Sumber : Karizal, Edy (2013)
Kriteria pertama yaitu nature-based terpenuhi
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pengelolaan Green Canyon masih
karena
belum
Pengelolaan
pemandangan alam yang khas. Kriteria kedua,
destinasi wisata ini, masih mengedepankan
sustainability on local participation/benefit
aspek perekonomian dan bersifat mass
juga sudah dipenuhi dengan adanya beragam
tourism. Aspek pendidikan dan konservasi
kegiatan
belum tersentuh sama sekali. Promosi wisata
melibatkan masyarakat setempat. Saat ini,
pun lebih menonjolkan atraksi wisata yang
masyarakat setempat sudah dilibatkan dalam
akan dinikmati wisatawan yang berkunjung.
usaha persewaan perahu, menjadi pemandu
berbasis
ekowisata.
Green
yang
Canyon
menyajikan
dikembangkan
dengan
Sesuai kriteria yang dijelaskan Fennell
wisatawan, dan menyediakan akomodasi yang
(2014), obyek wisata Green Canyon hanya
memadai bagi pengunjung melalui homestay
memenuhi kriteria 1 dan 2, tanpa adanya unsur
serta
pendidikan dan upaya konservasi.
perlengkapan untuk wisata air.
49
menyediakan
persewaan
alat-alat
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 Unsur
konservasi
belum
Berdasarkan hasil penelitian yang
terlihat nyata dilakukan di obyek wisata ini.
disampaikan oleh peneliti ekowisata dari
Pengelola
Puslitbang
masih
masih
membolehkan
semua
Konservasi
dan
pengunjung masuk selama masih ada perahu
Kementerian
yang dapat mengantar ke lokasi Green
Kehutanan,
Canyon. Kondisi ini dapat menyebabkan
Indonesia bukan terletak dari potensinya,
terjadinya penumpukan pengunjung sehingga
namun lebih karena masalah pengembangan
secara tidak langsung akan berdampak pada
potensi yang dimiliki. Dalam pengembangan
gangguan ekosistem di areal Green Canyon.
ekowisata, terdapat empat aspek yang perlu
Di sekitar aliran sungai menuju Green
diperhatikan, yaitu: (1) tumpang tindih
Canyon, terlihat adanya pemancing dengan
peraturan, (2) kesadaran masyarakat dalam
menggunakan
pemanfaatan
cara
tradisional
sehingga
Lingkungan
Rehabilitasi
permasalahan
sumber
Hidup
dan
ekowisata
daya
alam,
di
(3)
diperlukan juga upaya konservasi guna
dukungan lembaga terkait, dan (4) motivasi
menjaga stabilitas kehidupan ikan atau
masyarakat baik setempat maupun nasional.
dengan menyediakan habitat bagi ikan.
Green Canyon berpotensi besar untuk
Kegiatan yang bernuansa pendidikan di
dikembangkan menjadi salah satu destinasi
Green Canyon juga belum diperhatikan.
ekowisata. Setelah memenuhi kriteria sebagai
Pemandu hanya mengajak pengunjung untuk
obyek wisata alam serta adanya partisipasi
menelusuri aliran sungai sampai ke ujung
dan pemberdayaan ekonomi
Green
memberikan
lokal, dengan manajemen yang lebih baik,
pemahaman asal usul obyek wisata ini atau
unsur pendidikan dapat ditambahkan untuk
mengajak
menumbuhkan kesadaran moral terhadap
Canyon
tanpa
pengunjung
untuk
mengenali
aneka flora dan fauna yang berada di sekitar
upaya
Green Canyon. Budaya masyarakat setempat,
keindahan alamnya, pengunjung dapat diajak
yaitu budaya Sunda juga belum dilakukan
untuk mempelajari sejarah pembentukannya
eksplorasi.
dan mengidentifikasi jenis flora dan fauna di
Pengembangan
atraksi-atraksi
wisata bernuansa budaya belum ada.
konservasi
masyarakat
lingkungan.
Selain
areal tesebut sehingga ada unsur pendidikan di dalamnya. Partisipasi masyarakat sudah diwadahi dalam suatu kelompok, yaitu
Strategi Pengembangan Ekowisata di Green Canyon
Kelompok Peduli Pariwisata (KOMPEPAR). Kedua hal ini, dapat dijadikan modal dasar 50
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
undangan, antara lain Peraturan Menteri
untuk pengembangan ekowisata di Green Canyon. Unesco
(2009),
telah
Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
mengiden-
Pengembangan
Ekowisata
di
tifikasikan prinsip pengembangan eko-wisata
Daerah dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
di Indonesia ke dalam 5 prinsip dasar seperti
Dan
pada Tabel 3.
61/MEN/III/2009 tentang Penetapan Standar
Di Indonesia, pengembangan suatu destinasi
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
wisata menjadi destinasi ekowisata telah
Pariwisata Bidang Kepemanduan Ekowisata.
Transmigrasi
No.
Kep.
didukung oleh peraturan perundang-
Tabel 3. Prinsip Pengembangan Ekowisata di Indonesia (versi UNESCO) Prinsip Dasar 1. Kelestarian/konservasi
2. Pendidikan/edukasi
3. Aktivitas pariwisata
4. Ekonomi
Keterangan Konservasi merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan obyek wisata agar tidak merusak lingkungan dan budaya setempat. Penggunaan sumber daya lokal, hemat energi, dan pengelolaan diserahkan kepada masyarakat setempat, dapat dilakukan sebagai salah satu upaya menerapkan prinsip kelestarian. Wisatawan yang berkunjung juga diberikan pengertian untuk menghargai dan berpartisipasi dalam konservasi alam dan budaya setempat. Pendidikan dapat dilakukan antara lain dengan memberikan informasi menarik seputar obyek wisata misalnya identifikasi flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut, memperkenalkan tanaman herba yang dapat dipergunakan, kegiatan budaya atau adat istiadat masyarakat setempat. Upaya edukasi lamban laun akan menumbuhkan kesadaran untuk melakukan konservasi alam maupun budaya. Sarana yang dapat dipakai dalam upaya edukasi berupa brosur, leaflet, buklet, video atau papan informasi. Kegiatan atau aktivitas pariwisata merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan perasaan senang bagi wisatawan dengan berbagai motif untuk berkunjung ke suatu obyek wisata. Untuk itu, produk dan jasa pariwisata di suatu daerah juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak untuk dijual dan diterima oleh pasar. Aspek ekonomi sangatlah perlu untuk diperhatikan dalam mengembangkan ekowisata di suatu daerah. Dengan adanya ekowisata, diharapkan ada peluang peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Produk dan jasa ekowisata harus memberikan 51
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 Prinsip Dasar
Keterangan pendapatan dan keuntungan bagi masyarakat setempat sehingga keberlanjutannya dapat terjamin. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyisihkan sebagian pendapatan dari pariwisata untuk mengembangkan kemampuan masyarakat melalui pelatihan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau pemberian modal meningkatkan jenis usaha/atraksi yang disajikan di tingkat desa. Faktor yang sangat mendukung dalam pengembangan ekowsisata adalah partisipasi masyarakat setempat. Faktor ini akan muncul pada saat sumber daya alam dan budaya yang ada di di daerah tersebut dapat memberikan manfaat secara langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain, masyarakat menggantungkan kehidupan atau mata pencahariannya dari sumber daya tersebut. Hubungan timbal balik akan tercipta, sumber daya menjadi sumber mata pencaharian sehingga masyarakat akan terdorong untuk mengelola dan menjaga sumber daya tersebut dengan baik.
5. Partisipasi masyarakat setem-pat
Sesuai
Peraturan
Menteri
Dalam
pelestarian lingkungan dan budaya, (5)
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
memberikan
Pedoman
Pengembangan
kepada
Daerah,
dinyatakan
pengembangan
Ekowisata bahwa
ekowisata,
di
dan
pengalaman
pengunjung,
(6)
partisipasi
masyarakat, yaitu peran serta masyarakat
prinsip
meliputi:
kepuasan
dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
(1)
kesesuaian antara jenis dan karakteristik
dan
ekowisata, (2) konservasi, yaitu : melindungi,
menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan
mengawetkan, dan memanfaatkan secara
keagamaan masyarakat di sekitar kawasan,
lestari sumberdaya alam yang digunakan
dan (7) menampung kearifan lokal.
untuk
ekowisata,
memberikan setempat
(3)
manfaat dan
ekonomis, untuk
menjadi
pengendalian
ekowisata
dengan
yaitu
Di Green Canyon, telah terbentuk unit
masyarakat
manajemen yang dikelola secara swadaya oleh
penggerak
masyarakat
melalui
Kelompok
Peduli
pembangunan ekonomi di wilayahnya serta
Pariwisata. Jika selama ini, kelompok tersebut
memastikan
hanya
usaha
ekowisata
dapat
mengelola
atraksi
wisata,
maka
berkelanjutan, (4) edukasi, yaitu mengandung
diperlukan suatu upaya membentuk kesadaran
unsur pendidikan untuk mengubah persepsi
bagi kelompok untuk melakukan kegiatan
seseorang
secara ramah lingkungan sehingga mengarah
agar
memiliki
kepedulian,
tanggung jawab, dan komitmen terhadap
pada upaya konservasi alam. Selain itu, perlu
52
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016
dilakukan
penggalian
terhadap
menjadi aspek yang perlu dilaksanakan
budaya
masyarakat lokal atau ada usaha menciptakan
dengan baik agar komitmen dan fungsi
event-event kebudayaan oleh pemerintah
intrinsik dari pemberdayaan masyarakat yang
daerah
dapat diterapkan secara menyeluruh.
setempat.
Untuk
meningkatkan
partisipasi masyarakat, pengelolaan Green KESIMPULAN DAN SARAN
Canyon dapat diserahkan ke masyarakat
Green Canyon atau Cukang Taneuh
setempat melalui badan usaha atau koperasi. Koperasi ini yang menjalankan pemeliharaan
merupakan obyek wisata alam di Kabupaten
sarana
Pangandaran Provinsi Jawa Barat yang dapat
dan
prasarana
bagi
pengunjung
sehingga manfaat secara ekonomi tidak
dikembangkan dengan konsep ekowisata.
hanya dinikmati perseorangan.
Jenis atraksi wisata yang terdapat di destinasi wisata ini adalah wisata alam dan wisata
Dari sisi konservasi, perlu dibuka
petualangan.
pemahaman akan keberlanjutan obyek wisata
Pengelolaan Green Canyon masih
ini dengan mewacanakan carrying capacity sehingga
tidak
lagi
ada
penumpukan
belum berbasis ekowisata. Upaya pengelolaan
dapat
mengganggu
kawasan Green Canyon dapat diarahkan
pengunjung
yang
ekosistem.
Aspek
pendidikan
belum
menjadi salah satu alternatif destinasi
atau
dimasukkan
dalam
eksowisata, yaitu dengan menerapkan 5
dimunculkan
pengelolaan obyek wisata ini. Pengelola,
prinsip pengembangan ekowisata, yaitu: 1)
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
kegiatan pariwisata; 2) pendidikan; 3)
Pariwisata, saat ini belum sampai pada tahap
ekonomi; 4) Partisipasi masyarakat; dan 5)
memberi
konservasi. Kesemua prinsip tersebut dapat
pelatihan
dan
pendidikan
konservasi, baik kepada pemandu maupun
diterapkan melalui manajemen yang lebih
wisatawan yang berkunjung.
terstruktur.
Berkaitan
dengan
partisipasi
masyarakat setempat, studi yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
oleh Rakhman, et al. (2014) menyatakan
Fahriansyah dan Yoswaty, Dessy. 2012. Pembangunan Ekowisata di Kecamatan Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara: Faktor Ekologis Hutan Mangrove. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Volume 4 Nomor 2, Halaman 35 - 46. Fennell,
bahwa pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten
Pangandaran
telah
mampu
mewujudkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat pada tingkat ekonomi. Pembinaan
53
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA” , Volume 10, Nomor 1, Mei 2016 th
Sahidah, Didah. 2012. Green Canyon – Indonesia. http://www.tempatwisata dijawabarat.com/2012/09/greencanyon-indonesia.html. (15 April 2016).
David A. 2014. Ecotourism, 4 Edition. New York : Routledge.
Karizal, Edy. Konsep Ecotorism Yang Berbasis Masyarakat. Melalui http://www.rhino resourcecenter.com/pdf_files/129/129 1706092.pdf. (17 April 2016)
Soedarso, A. S., Natadjaja, L., & Erandaru, E. (2015). Perancangan Promosi Objek Wisata Green Canyon Pangandaran. Jurnal DKV Adiwarna, Volume 1, Nomor 12, halaman -.
Kominfo Kabupaten Pangandaran. 2015. Profil Pangandaran. Melalui http://www.pangandarankab.go.id/pro fil-pangandaran. (10 April 2016).
Tanaya, Dhayita Rukti dan Rudiarto, Iwan. 2014. Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik PWK, Volume 3 Nomor 1, Halaman 71-81.
Nizar, Muhamad Afdi. 2011. Pengaruh Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, Volume 6 Nomor 2, Halaman 195-211.
The International Ecotourism Society. 2015. What is Ecotourism? https://www.ecotourism.org/what-isecotourism (17 April 2016)
Priherdityo, Endro. 2015. Ekowisata Indonesia, Besar Potensi Minim Optimalisasi. Melalui http://www.cnnindonesia.com. (17 April 2016)
Trigantiarsyah, R., & Mulyadi, H. 2016. Pengembangan Produk Wisata Dengan Menggunakan Teknik Tourism Opportunity Spectrum Terhadap Keputusan Berkunjung (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon Kabupaten Ciamis). Tourism & Hospitality Essentials Journal, Volume 2 Nomor 1, Halaman 157-178.
Rakhman, Cecep Ucu, et al. 2014. Community-Based Tourism Development Model in the District of Pangandaran. International Journal of Culture and History ,Volume 1 Nomor 1 Halaman 34 - 50. Rianto, T. 2014. Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Unesco. 2009. Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan. http://unesdoc. unesco.org/images/0018/001855/1855 06ind.pdf. (15 April 2016)
54