.-
JURNAL ILMU·ILMU PERAIRAN DAN PERI KANAN INDONESIA Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian dan kajian analitis-kritis dalam ilmu-ilmu perairan dan perikanan. JSSN 0854-3194.
Ketua Penyunting Mennofatria Boer Penyunting Pelaksana
Kadarwan Soewardi Kiagus Abdul Aziz Ridwan Affandi
Penelaab (Mitra Bestari) Daniel Djokosetianto D.xIi Socdha.rrna
Djamar F. Lumbanbatu Etty Riani
Fredinan Yulianda Kiagus Abdul Aziz M. F. Rahardjo
Majariana Krisanti M. Mukhlis Kamal Nudisa A. Butet Ridwan Affandi Sigid Hariyadi Unggul Aktani
Yusli Wardiatno Zairion Pelaksana Rahmat Kurnia Nurlisa A. Butet Ari Maria Dedi Alamsyah Administrasi dan Iklan Wahju Widijati
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan lImu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - JI. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga. Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 Telepon (0251) 622912, Fax. (0251) 622932. E-mail:
[email protected] JURNAL ILMU-ILMU PERAlRAN DAN PERIKANAN INDONESIA diterbitkan sejak Juni 1994 oleh Departernen Manajemen Sumberdaya Perairao, Fakultas Perikanan dan lImu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penyunting menerima surnbangan tulisan yang belum pemab diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi ganda sepanjang lebih kurang 10 balaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam-belakang (Persyaratan Naskah untuk JIPPl). Naskah yang m.suk dievaluasi dan disunting untuk
keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Dicetak di Percetakan Intra Media, Bogor.lsi di luar tanggungjawab Percetakan.
,
IJI~
pc,
JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERI KANAN INDONESIA
ISSN 0854-3194 Desember 2007, Jilid 14, Nomor 2 Halaman 87 - 182
Bute!, N. A. Temporal Distribution of Quahog Larvae Along a North-South Transect in Narragansett Bay, Rhode Island - USA. (Distribusi Temporal Larva Quabog di Narragansett Bay, ............. .................. .............. Rhode Island- USA). ........ ........................
87-95
Redjeki, S. Perbenihan Ikan Kancra Bodas (Labeobarbus Douronensis) Di Kolam Petani Kabupaten Kuningan J awa Bara!. (The Rearing of White Kancra (Labeobarbus douronensis) in .................. the Farm Pond at Kuningan, West Java) ............. ..............
97-102
Sulistiono, M. F. Rahardjo, S. Wirjoatmodjo dan R. K. Hadiati. Fauna Ikan Endemik di Kompleks Danau Malili, Sulawesi Selatan. (Endemic Fish in the System of Lake Malili, South Sulawesi) ...... .. ... . ... .... .. ..... .... ................ ........................................................... ............................
103-108
Kawaroe, M. dan E. Faiqoh. Pertumbuhan dan Produksi Daun Lamun Enhalus acoroides pada Vegetasi Tunggal dan Campuran di Pulau Burung, Kepulauan Seribu, Jakarta. (Growth and Production of Enhalus acoroides Leaf on Mono Specific and Mixed Species Meadows at .... ... ....... .................. ...... ........... Burung Island, Seribu Islands, Jakarta) ...
109-113
Yusuf, M. , S. Sukimin dan L. Adrianto. Analisis Pengelolaan Sumberdaya Ikan Merah (Luijanus spp.) di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. (Resources Management Analysis of Red Snapper (Lutjanus spp.) in Spermonde Islands, South of Sulawesi) ...........................
115-124
Susilo, S. B., D. S. Sjafei and M. F. Rahardjo. Plankton Diversity in Cimanuk River, West Java. (Keanekaragaman Plankton di Sungai Cimanuk, Jawa Barat).. ........ .
129-135
Adrim, M. dan Fahmi. Characteristics of Chondrichthyan Diversity in Western Indonesia. .............. (Karakteristik Keanekaragaman Jenis Ikan Bertulang Rawan di Indonesia) .......
137-150
Rabmah, Y., M. M. Kamal, Y. Ernawati, dan F. D. Hukom. Variabilitas Ukuran Tangkap, Kepenuhan Lambung, Kebiasaan Makanan dan Pertumbuhan Ikan Kekakapan Laut Dalam (Subfamili Etelinae) di Teluk Palabuhan Ratu, Jawa Barat. (Variability in Catch Size, Stomach Fullness, Food Habits and Growth of Deep-sea Snappers (Subfamily Etelinae) .................... .................................................... in Palabuhan Ratu Bay, West Java)...
151-157
Effendi, H. Surantiningsih, M. Krisanti, N. T. M. Pratiwi, and T. Apriadi. Combination of Bacteria (Bacillus sp. and Chromobacterium sp.) and Duckweed (Lemna perpusil/a) as Bioremediator of Liquid Organic Waste. (Kombinasi Bakteri (Bacillus sp. Dan Chromobacterium sp.) dan Gulrna Itik (Lemna perpusilla) sebagai Bioremediator Limbah Cair Organik) ........................ .................. ..............
159-165
Boer, M. dan K. A. Aziz. Gejala Tangkap Lebih Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Selat Sunda. (A Symptom of Over Fishing was Detected at the Small Pelagic Fisheries in Sunda Straits).......
167-172
Wardiatno, Y. dan A. Tamaki. Studi Morphometri Chela Udang Hantu, Nihonotrypaeajaponica Ortmann 1891 (Decapoda: Thalassinidea: Callianassidae). (Chela Morphometry Study of Ghost Shrimp, Nihonotrypaeajaponica Ortrnann 1891 (Decapoda: Thalassinidea: ....... .... Callianassidae)....
173-180
Indeks Jurnal lImu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia (JIPPI), Jilid 14, Tahun 2007 ................. ..
181-182
Berdasarkan Keputusan Direktur l enderal Pcndidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 55/DIKTIIKep.l20 tanggal 17 November 2005 tentang Hasil AkreditaSi Jurnalllmiah Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2005, Jurna! Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jumal naslonal temkrcditasi. .
VARIABILITAS UKURAN TANGKAP, KEPENUHAN LAMBUNG, KEBIASAAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN lKAN KEKAKAPAN LAUT DALAM (SUBFAMILI ETELINAE) DI TELUK PALABUHAN RATU, JAWA BARATI (Variability in Catch Size, Stomach Fullness, Food Habits and Growth of Deep-sea Snappers (Subfamily Etelinae) in Palabuhan Ratu Bay, West Java)
Y. Rahmah" M. M. Kamal 2 , Y. Ernawati 2, dan F.D. H ukom 3 ABSTRAK Pcnelitian ini bertujuan untuk menclaah ientang variasi ukuran tangkap, kepenuhan Jambung, kebiasaan makanan dan pertumbuhan empatjenis ikan kekakapan laut dalam di Teluk Palabuhan Ratu selama Bulan Jun; 2005 hi ngga Februtlri 2006. Penang kapan ikan dilakukan pada 19 titik p engamatan dengan menggunakan panci ng ulur, yang diopcrasikan dari atas pera hu " kincang". Sctclah penanganan ikan contah di lapangan dan di iaboratorium, ikan-ikan tersebut diidentifikasi, diukur panjang dan ditimbang beratnya. Analisis isi Jambung dil akukan dengan metoda gravimetrik untuk mengetahui kep enuhan lambung dan jenis makanan i~ kan kckakapan laut dalam . A nali sis pertumbuhan dan fakor kond isi Fulton dilakukan sctclah perhitungan hu~ bungan panjang ~ berat ikan. Hasil pcnclitian menunjukkan beragamnya ukuran ikan keka kapan laut yang te r~ tangkap, sehingga diduga bahwa tingkat eksp loitasi masih rendah. Tingkat kepenuhan lambung ikan dipe ~ ngaruhi olch kondisi tck anan hi drostatik dan waktu pengambilan contoh. Berdasarkan analisis k.ebiasaan ma~ kanan, ikan kekakapan laut dalam ada lah karnivo ra dan diduga te rmasuk kelompok top predator, mes kipun sccara anatomi s perbandingan panjang usus: panjang tubuh tidak selalu < 1. Pertumbuhan alamiah menun~ jukkan baik pola allomctrik dan isometri k, yang mana species P. filamentoslls memiliki laju pertumbuhan yang pali ng lambat dib andi ngkan spesies lainnya.
Kata kunci : ibm kekakapan laut dalam , ukuran tangkap, tekanall hidrostatik, kcbiasaan makanan, pertu mbuhan.
ABSTRACT This research was aimed to assess the variability in catch size, sto mach fullness, food habits and growth of four groups of the deep-sea snappers in Palabuhan Ratu Bay. Samp ling was conducted at 19 sta ~ tions fr om June 2005 to February 2006. Deep~ sea snappers are collected by using handlines operated from the " kincang" boat. Foll owi ng the sample collection, llie fish were identifi ed and their dimensions such as to~ ta l length and weight were measured as well. Stomach contcnt was analyzed by using mean gravimetric method to determine ty pe of food and stomach fu llness. L ength~ we i ght relationship was applied to analyze g rowth. The result showed variation of catch composition in length size, thus, it is suggested that the p op ula~ tion remains under exploited. Stomach fullness was strongly influenced by hydrostatic pressure and posi~ tively correlated with depths. Hydrostatic pressure and sampling time have an effect on the stomach fullness. The deep- sea snapper~ are carnivores which eat mainly on aquatic fauna sueh as fish , shrimp, cephalopods, and gastropods. As the fi sh reach consi derabl e size, they are co nsidered to be to p predator, although the proportion of length intestine to total length is not always less than 1. The growth of fi s h showed variations b et~ ween isometric and all ometric pattern. Key words: deep-sea snappers, catch size, hydrostatic pressure, food habits, and growth.
(Kalyaningsih et aI, 1993), memiliki nilai ekonom is penting karena edibility rating-nya yang tinggi (Allen, 2000) serta harganya cukup mahal (Rahmah, 2006). Ikan-ikan tersebut umumnya ditemukan pada kisaran kedalaman antar 40 hingga400 m (Anderson dan Allen, 2001).
PENDAHULUAN Ikan-ikan submarga Etelinae, marga Lutjanidae, dikenal dengan nama umum deep-sea snappers (Nel son, 1984; Anderson and Allen, 2001) atau nama lokalnya kekakapan laut dalam I
1
J
Diterima 29 l anuari 2007/ Disetujui 16 Maret 2007. Departemen Manaj emen Sumberdaya Pcrairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogar, Bogar. Pusal Penelirian Oseanografi. Lembaga I1mu Pcngctahuan Indonesia, Aneol, Jakarta.
Teluk Palabuhan Ratu yang merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IX, adaIall salah satu daerah penangkapan ikan kekakapan laut dalam diantaranya ikan tajuk (Apha151
152
Jurnal !I»m· ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2007, Jilid 14, Nomor 2: 151-157
reliS rllfllan.~), panakol bedug (Aprion vireseens), tajuk emas (Pristipomoides mliitidens), dan tunisi (P. filamentoslIs). Ikan-ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan pancing ulur (handlines), dengan produksi tangkapan yang masih relatif rendah. Oleh sebab itu diduga bahwa potensi ikan kekakapan laut dalam di perairan ini masih under exploited. Junus dan Asro in Karyaningsih et af. (1993) mengatakan bahwa ikan kekakapan laut dalam mendiami habitat dengan ciri-ciri dasar perairan yang berkarang dan kemiringan yang curam . Karakteri stik habitat seperti ini dimiliki perairan Teluk Pelabuhan Ratu yang mempakan bagi an dari Samudera Hindia, sehingga diduga sebagai salah satu habitat yang sesuai bagi species kekakapan untuk tumbuh dan berkembang . Informas i bioekologis dan dinamika populasi ikan kekakapan laut dalam di Indonesia masih relatif terbatas. Publikasi sebelumnya dari submarga Eteli nae diantaranya adal ah tentang biologi reproduksi (Karyaningsih et a1., 1993 ) dan potensi sumberdaya (Hukom et ai"~ 2004). Kete rbatasan infonnasi tersebut diduga berkaitan dengan keterbatasan akses, teknis, dan dana dalam penelitian ikan-ikan laut dalam sehingga kurang mendapatkan perhatian yang sehamsnya. Di lain pihak info rmasi -info rmasi tersebut sangat di butuhkan bagi pengelolaan sumberdaya perikanan laut dalam. Tulisan ini menelaah variasi ukuran tangkap, kepenuhan lam bung, kebiasaan makanan, dan pertumbuhan 4 spes ies kekakapan laut dalam tersebut di atas. Diharapkan infonnasi yang diperoleh dapat diarahkan untuk mendeskripsikan tentang ti ngkat pemanfaatan populasi, pengaruh kondisi fis ik Iingkungan laut terhadap daya adaptasi, preferensi dan variasi makanan, serta pertumbuhan alamiah ikan . Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi upaya eksplorasi dan pengelolaan ikan-ikan laut dalam di Indonesia yang relatif belum banyak diteliti. BAHAN DAN METODA PENELITIAN Pen gumpulan d an Penanganan Ikan Contoh Lokasi pengambilan ikan ke kakapan laut dalam dilakukan pad a 19 titik di perairan Teluk Palabuhan Ratu pada ki saran kcdalanlan 62 180 m (Gambar I), yang dilakukan pada malam hingga pagi hari , dcngan frekuensi sekali setiap
bulan dalam kumn waktu Juni 2005 - Febmari 2006. Penangkapan dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan pancing ulur yang dioperasikan dari perahu kincang. Pancing UIUf ini tefdiri dari beberapa mata pancing (Sudinnan dan Mallawa, 2004) yang bem omor antara 6 - 9, tali pancing serta umpan bempa ikan . Ikan contoh yang tertangkap diawetkan dengan es, selanjutnya saat mendarat di pelelangan segera ditransportasikan ke Laboratorium Fisiologi H ewan Air di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor. Pengawetan ikan contoh dilakukan dengan lamtan fonnalin 10%. P rosedur Ke rj a di L abo ratorium Ikan yang sudah diawetkan, diidentifikasi dengan buku referensi yang relevan (Nelson, 1984; Allen, 2000; Anderson dan Allen, 2001). Selanjutnya, pengukuran panjang total dan penimbangan berat ikan dilakukan dengan menggunakan penggaris yang berketelitian 0,1 cm dan timbangan digital yang berketelitian I gram . Pembedahan dilakukan untuk memisahkan lambung dari tubuh ikan. Untuk menganalisa kebiasaan makanan, material yang terdapat di dalam lambung ikan dikeluarkan dan diidentifikasi jenisnya (Allen, 1997; Anderson dan Allen, 200 1), serta ditimbang beratnya. Se1ain lambung, usus ikan juga diambil dan diukur panj angnya untuk dibandingkan dengan panjang tubuh total. Analisa Data Karena jenis . makanan mudah dikenali dan bemkuran makroskopis, maka penghitungan proporsi jenis makanan dilakukan menumt metoda gravimetrik (Effendie, 1979), yakni proporsi j enis makanan ke-i (%) = (berat makanan ke-i (g)/berat tnbuh ikan (g» x 100%. Pertumbuhan alamiah ikan dihitung berdasarkan nilai b yang diperoleh dari analisa hubungan panjang-berat (Hile, 1936 in Effendie, 1979), W = aL b, yang mana, Wadalah bobot ikan (g), L adalah panjang total ikan (mm), serta a dan b adalah konstanta. Jika nilai b of 3 (allometrik) , maka pertumbuhan panjang lebih cepat (b<3, allometrik negatif) atau lebih lamb at (b >3, alometrik positif) daripada berat. Jika pertumbuhan panjang dan berat proporsional maka b = 3 (isometrik) . Uji Ho b=3 dan H, b of 3 dilakukan dengan uji-t pada a = 0.05 (Steel dan Torrie, 1993).
Rahmah, Y. , M. M. Kamal, Y. Ernawati, dan F. D. Hukom, Variabilitas Ukuran Tangkap , Kepenuhan .
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran Tangkap
Selarna penelitian terkumpul 462 ekor ikan kekakapan, yang terdiri dari 98 ekor, masing-masing dengan kisaran panjang dan berat: Aprion virescens (548,56±125,07 mm; 2067.81 ± 1381.28 g), 151 ekor A. rutilans (399.54 ± 129.10 mm; 712.55 ± 879.87 g), 108 P. Multidens (335.67 ± 120.86 mm; 599.51 ± 989.81 g),
Gambar 1.
153
dan 105 ekor P. fi lamenosus (372.30 ± 94.03 mm; 760.70 ± 579.67 g) ekor. Berdasarkan nilai rata-rata dan simpangan baku.di atas, variasi panj ang dan berat ikan sangat tinggi (nilai koefisien variasi masing-masing > 20% dan> 66%). Selanjutnya, hasil analisa distribusi ukuran panjang, diperoleh nilai median panjang tubuh A. virescens paling besar dibandingkan jenis lainnya, sementara P. filamentosus ukurannya paling kecil (Garnbar 2).
Peta lokasi penelitian ikan kekakapan laut dalam di Teluk Palabuhan Ratu, Jawa Bara!. Tanda Iingkaran hitam adalah lokasi penangkapan kan pada kisaran kedalaman 62 - 180 m.
Salah satn penduga kriteria stok ikan masih under exploited adalah masih ditemukannya ikan-ikan berukuran besar. Berdasarkan data yang dikumpulkan Grimes (1987) dari berbagai sumber (Karyaningsih et at. 1993), P. Multidens dan P. filamentosus memiliki ukuran saat bereproduksi antara 375 - 550 mm. Seperti terlihat pada Garnbar 2, populasi kedua ikan tersebut masih ada yang berukuran melebihi 500 mm. Berdasarkan Senta dan Min (1975) in Karyaningsih
(1987), diperoleh data bahwa ukuran ikan kekakapan laut dalarn yang tertangkap di Laut eina Selatan dan Andarnan yang ditangkap dengan trawl dan handlines relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang tertangkap di perairan Teluk Palabuhan Ratu. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tingkat pemanfaatan ikan-ikan submarga Etelinae di perairan Teluk Palabuhan Ratn masih lebih rendah dibandingkan dengan di kedua perairan tersebut.
Jllrnai Ilmu-ilmu Permian dan Perikanan Indonesia, Desember 2007, Jilid 14, Nomor 2: 151-157
154 ,."
0
~
0
."
I "" ~
~
.~+
•" "'" a
~
'" A, \/j'Mc.ns
A.
n.11~ns
P. muJ;d'ms
P. fiJ,m.ftWUI
Jenls lkan ke\(akaplln .!lUI dalam
Gambar 2.
Box plot memperlihatkan sebaran ukuran panjang ikan kekakapan laut dalam yang tertangkap periode Juni 2005 - Februari 2006 di Teluk Palabuhan Ratu, Jawa Barat.
Pengaruh Tekanan dan Waktu Makan Terhadap Tingkat Kepenuhan Lambung Dari semua ikan yang terkumpul, masing-masing hanya 036, 0. 12, 0. 10, dan 0.07 % untuk ikan Aprion virescens, P. multidens, P. jilamentosus dan Aphareus rutilans yang lambungnya berisi sehingga memungkinkan untuk analisa kebiasaan makanan. Dengan menggunakan anal isis box plot sederhana diperoleh data babwa antara ikan yang lambungnya berisi dengan yang lambungnya kosong tidak dipengaruhi ukuran panjang total, kecuali untuk spesies P jilamentosus (hasil analisa tidak ditampilkan). Sedikitnyajumlab lambung ikan yang terisi makanan diduga diakibatkan oleh 2 faktor, yaitu pengamh perubahan tekanan yang drastis dan sampling yang tidak bertepatan dengan waktu makan (feeding time) ikan-ikan tersebut.
Faktor pertama terlihat dari kondisi lambung ikan yang terbalik keluar hingga bagian rongga mulut ikan saat sampai di kapal (on board). Seperti diketabui setiap pertambahan kedalaman 10 m tekanan hidrostatik bertambah sekitar I atm . Pengangkatan ikan yang tiba-tiba saat terkena mata pancing mengakibatkan ikan berhadapan pada kondi si penurunan tekanan yang drastis sehingga saluran pencemaan dan organ dal am lainnya akan mengembang . Akibatnya isi makanan yang ada di dalanl lambung akan dimuntahkan . Fenomena seperti ini ditemukan juga pada ikan-ikan Clupeidae (Fox et al., 1999). Selanjutnya Haight et al. (1993) menyatakan babwa ikan yang tertangkap diangkat dari perairan dengan cepat memperlihatkan tanda traumatis, termasuk pembalikan lambung
yang mencapai kerongkongan. Tingginya tingkat kepenuhan {ambung dari A. virescens dibandingkan dengan ketiga jenis lainnya dapat dij elaskan dari pengamh perbedaan tekanan hidrostatik yang dialami spesies ini lebih kecil. Menurut Anderson dan Allen (2001), ikan ini mendiami habitat mulai permukaan hingga kedalaman 120 m, sedangkan jenis lai1lllya berkisar antara 40 - 400 m. Jika ikan ini tertangkap dekat permukaan air, diduga pengaruh tekanan terhadap kepenuhan lambung menjadi tereduksi secara signifikan . Namun fenomena ini tidak didukung data kedalaman di mana ikan tertangkap, sehingga distribusi vertikal ikan-ikan tersebut pada malam hari masih menj adi pertanyaan. Faktor kedua adalah waktu sampling dilakukan saat ikan tidak aktif makan, maka saluran pencemaan kosong karena ikan belum makan atau sudab terisi tetapi sulit diidentifikasi karena proses pencemaan sudab berjalan. 0leh sebab itu, sangat dianjurkan untuk melakukan preliminary sampling dengan melakukan sampling setiap 2 jam dalam 24 jam, sehingga waktu makan (feeding periodicity) dapat diketahui . Namun demikian, menumt Djamali et al. (1986) kondisi ini mungkin tidak berlaku bagi ikan-ikan yang sedang matang gonad yang umumnya mengalokasikan aktifitasnya sebagian besar untuk pematangan gonad dan pemijaban. Komposisi Makanan Ikan Kekakapan Laut Dalam
Komposisi makanan ikan kekakapan laut dalam memperlihatkan sedikit variasi (Gam bar 3). Makanan ikan-ikan tersebut temtama adalah ikan (>40%), temtama ikan A. virescens dan P. jilamentosus yang dalam lambungnya ditemukan ikan > 70%, sementara A. ruti/ans dan P. multidens persentase ikan dalam lambungnya relatif sama. Jenis makanan berikutnya adalah moluska yang didominasi oleh cumi-cumi, sedangkan gastropoda dalam jumlah kecil « I %). A. Rutilans memperlihatkan preferensi yang tertinggi terhadap moluska dibandingkan ikan lainnya. Kmstase juga mempakan makanan pilihan ikan kekakapan laut dalam kecuali P. filamentosus. Kelompok makanan ini diwakili temtama oleh udang, kepiting, sementara copepoda hanya < 1%. Selain gastropoda dan copepoda, item lainnya yang ditemukan dalam fraksi < I % adalah karang . Diduga keberadaan 3 j enis makanan dalam lambung karena termakan saat ikan tersebut
Rahmah, Y. , M. A1. Kamal, 1'. ErnalVati, dall F. D. Hllkom, Val'iabilitas Ukuran Tangkap , Kep enllhan ...
memakan man gsa lain, misalnya tennakannya karang saat ikan memangsa udang atau kepiting yang hidup di sekitar karang atau makanan tersebut menempel pada mangsanya. Ini merupakan petunjuk bahwa umumnya ikan karnivora yang memakan ikan memakan mangsanya dengan menggigit (Veri gina, 1990; Gerking, 1994) . Makanan yang tidak teridentifikasi hanya terdapat pada P. fi/amentosus yang juga merupakan fragmentasi hari jenis hewan, yang kemungkinan besar berasal dari ikan dan moluska.
Jenis ikan kekakapan laut dalam
Gamba .. 3.
Komposisi Makanan I1,,,n Kcl,,,lmpan Laut Dal;un di Teluk Palabuhan Ratu.
Berdasarkan data di atas, sesuai dengan kriteria Nikol sky (1963), maka makanan utama ikan kekakapan laut dalam adalah ikan. Adapun makanan pelengkapnya adalah moluska dan krustase. Karena sduruh jenis makanan ikan kekakapan laut dalam berupa hewan, maka ikan-ikan ini digolongkan sebagai pemakan he wan atau kall1ivora. Kondisi keutuhan jenis makanan, pada Aprion virescens lebih baik dibandingkan dengan spesies lainnya. Makanan yang berupa ikan pada jenis ini masih dapat diidentifikasi seperti Lactoria diaphana (Famili Ostraciidae), Apolemichthy.I' trimaculatus (Famili POll1acanthidae), dan Acreichthys sp . (Famili Monacanthidae) Sedangkan pada ketiga jenis lainnya kondisinya sudah tidak dapat dikenali dan umumnya berupa fragmen-fragmen. Hal ini terkait dengan pengaruh tekanan (lihat bagian sebelumnya tentang pengaruh tekanan) dan mungkin juga fakor kecell1aan makanan . Jenis avertebrata yang ukurannya lebih kecil dan struktumya lebih lemah seperti udang dan cumi-cumi lebih cepat hancur dan tercell1a, sehingga sulit untuk diidentifikasi hingga tingkat jenis.
155
Dengan melihat adanya kesamaan jenis makanan antar spesies ikan kekakapan laut dalam, maka potensi untuk terjadinya persaingan makanan cukup tinggi. Pada saat ketersediaan ll1akanan menjadi faktor pembatas, maka populasi ikan-ikan ini dapat dikendalikan oleh dinamika yang terjadi pada mangsanya yang terkait dengan perubahan lingkungan. Sebagai analogi, Mollmann et al. (2000) menerangkan bahwa populasi ikan cod (Gadus morhua) di Laut Bal tik dikontrol oleh mangsanya yaitu populasi ikan sprat (Spratt!1S sprattus). Kelimpahan mangsa ini sangat ditentukan oleh kelimpahan zooplankton yang menjadi makanan ikan sprat. Selama kurun waktu 1980-1990, pertukaran massa air Laut Utara dengan Laut Baltik relatif kecil sehingga salinitas di Laut Baltik menurun. Sebagai akibatnya, populasi zooplankton yang tumbuh pada kisaran salinitas tetentu menjadi terganggu, kemudian stok ikan sprat menurun diikuti oleh penurunan stok ikan cod dan pada gilirannya penurunan produksi perikanan di Laut Baltik. Terkait dengan kekakapan laut dalam, infonnasi yang akurat tentang distribusi dan relung keempat jenis ikan-ikan tersebut sangat diperlukan sehingga persaingan antar spesies dapat dijelaskan dengan baik. Berdasarkan jenis makanan serta kenyataan bahwa ikan kekakapan laut dalam dapat mencapai ukuran yang besar (mendekati 1m), maka diduga ikan ini berperan sebagai konsumen tingkat IV dalam jaring-jaring makanan . Predator ikan kekakapan laut dalam diantaranya adalah jenis lumba-Iumba spinner dolphins (Sfenella longirosfris) seperti yang dilaporkan oleh Psarakos ef al. (2003) di lepas pantai Oahuu, Hawai. Disebutkan bahwa dalam diet hewan ordo Cetacea tersebut ditemukan P. Multidens dan P. filamentosus. Umumnya yang menjadi pemangsa ikan besar adalall kelompok Cetacea, namun untuk perairan Teluk Palabuhan Ratu belum ada data spesifik mengenai itu. Huet (197 1) mengatakan bahwa panjang usus ikan kamivora ull1umnya dicirikan oleh rasio panjang usus dengan panjang tubuh (PUI PT) < I . Dengan melihat nilai rata-rata proporsi tersebut, terlihat bahwa semua jenis kecuali P. filamentosus memiliki nilai < 1. Namun demikian, jika melihat nilai kisaran, masih ada, dari ikan A. virescens dan P. multidens yang PU IPT> I. Variasi proporsi PU/PT dapat merupakan salah satu petunjuk tingkat efisiensi proses
156
Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2007, Jilid 14, Nomor 2: 151-157
pencemaan makanan pada saluran pencemaan, yang mana ikan dengan usus yang lebih panj ang dari tubuhnya seperti kebanyakan herbivora, mencema makanannya lebih lama. Namun efektifitas pencemaan makanan juga ditentukan oleh adanya organ lain seperti halnya pyloric caeca. Pada ikan P. filamentosus, organ tersebut berjumlah 8 sementara pada ketiga jenis lainnya hanya ada 5, sehingga diduga kekurang efektifan peneemaan karena ukuran usus yang lebih panjang dikompensasi oleh jumlah pyloric caeca yang lebih banyak. Hal ini memjuk kepada pemyataan Buddington dan Diamond (1986), bailWa organ ini bertindak sebagai suatu adaptasi untuk meningkatkan area permukaan dan dapat meningkatkan kapasitas nutrien uptake dari saluran peneemaan ikan .
masuk ketersedian makanan, umur dan stadia ikan (Effendie, 1979).
,.,..
o A. v,-rue"". - - - - N=102 • A. ,ulila". - - N" I54
,. " ,.
'" P. mutid/!1ll$ - - N =112
o
' .2
~
2.B
~ 2.6 ~ 2.4
•
2.2
20
"
v
'"
"
-<{
0.0 ~.",,-~-_-~-~-~_~_ _
0.0
2.2
Bg'
Gambar 5.
" 1.0
~
O.S
rn
c
2 o.e [
i e
Il.
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
Regresi Linear (HasH Transformasi) Memperlihatkan Hubungan PanOjang-Beral Ikan Kekakapan Laut Dalam. Nilai Pcrbcdaan Slope dan Koefisien Korelasi 'Yang Relatif Ke-
,.L
~ ~
2.3
log L
H ~-------------_~
E
P. (Dil me n/oSI}$
- - - N"1 0S
0, 4
0.<
... A. vire scens
A. rutilan.
P. muitideM
P,Ii/amen/o./J.
cil Membuat Sebaran Panjang-Berat Bertumpuk. Persamaan Regresi untuk Keempat Jenis Kekakapan Laut Dalam tersebut adalab sebagai berikut: A. virescens: Log W = - 5,06 + 3,03 Log L A. ruti/ans: Log W = - 4,28 + 2,92 Log L P. multidens: Log W = - 5,59 + 3,08 Log L P. jilamentosus: Log W = - 6,60 + 3,64 Log L
Jenis ikan kekakapan lautdalam
Gambar 4.
Hislogram dengan Siandar Deviasi Memperlihalkan Perbandingan anlara Panjang Usus dengan Panjang Tubuh Ikan.
Hubungan Panjang-Berat dan Pertumbuhan Hasil analisis regresi transformasi terhadap panjang-berat, diperoleh variasi nilai b untuk keempat jenis ikan kekakapan laut dalam (Gambar 5). Hubungan panjang-berat memperlihatkan koefisien korelasi yang tinggi (r2 > 0.89) . Pertnmbnhan isometrik ditemukan pada ikan Aprion virescens dan P. multidens. Sedangkan pertnmbuhan allomerik diperoleh pada ikan A. rutilans (allometrik negatif), dan P. filamentosus (allometrik positif). Seperti tedihat pada Gambar 5, spesies A. rutilans memiliki pertambahan bobot yang lebih rendah pada panjang yang sama, sedangkan pertambahan berat tereepat ditemukan pada spesies P. filamentsus. Variasi perbedaan laju pertumbuhan alamiah ini tergantung kepada beberapa faktor ter-
UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini terselenggara berkat program sensus biota laut - sub program kakap laut dalam. Terimakasih kami sampaikan kepada LIPI dan Bapak Frensly D. Hukom sebagai koordinator proyek kompetitif LIPI.
PUSTAKA Allen, G. R. 1997. Marine fish of Tropical Australia and South-East Asia. Western Australian Museum. 220p. Allen, G. R. 2000. A field guide for anglers and divers: Marine fish of Southeast Asia. Peri pius, Singapore. 292p. Anderson, W. D. Jr dan G. R. Allen. 2001. FAD Spesies Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pasifie. Volume 5. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome . 3379p. Buddington, R. K. dan J. M. Diamond. 1986. Aristotle revisited: The function of pyloric caeca in fish. Physiological Sciences . Proc. Natl. Acad. Sci. USA. Vol. 83. p. 8012·8014.
Rahmah, Y . M. M. Kalllal, Y Emawati, dal1 F D. flllkom, Variabilitas UkllralJ Tallgkap, KepellulwlI Djamali, A, M. Hutomo, Burha nudd in, S. Marto~e\Vojo. 1986, Sum her daya ikan Kakap (Lates calcarifer) dan Bamhangan (Lutjmws spp.) di I ndonesia . Proyck Studi Potcnsi Sumbcr Daya Alam Indonesia. Lembaga Oseunologi Nasional, Lembaga I1mu Pengetahuan Indonesia. Jakarta . p.19-26. EtTendie. M . L 1979. Metodc hiologi pcrikanan. YayasHn Dewi Sri. Bogor. 112p . Fox, C. L S. P. Milligan, A. 1. I-Ialmes . 1999. Spring plankton surveys in thl' Blackwatcr' EstuaI J ': 19931997. Science Series Technical Report No . 109. Centre for Environment Fisheries & Aquaculture Science. Lowestoft, UK. 54p. Oerking , S. D. 1994. Fe cding ecology of fish . Academic Press. San Diego. 4 15p. Haight, W. R., 1. D. Parrish , T. A. Hayes. 1993. Fecding ecology of deepwater Lutjanid snappcrs ~,t Penguin Bank, Hawaii. Trans. Alii. Fish Soc. 122(3): 328 347. Huet, M. 1971. Text book of fish culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing Ncws (Books) Ltd . London. 436p. Hukorn, F. D. , S. Dody , T . Peristiwadi , H. Malikusworo , I. S. Hermana, S. B. A. Omar. 2004. Penelitian Sumberdaya Perikanan Kakap L aut Da lam (Suhfamily Ete linac) di Sclat Makassa!' dan Laut Sulawesi. Pu:jat Pcnc!itian Oscanografi-LIPL JakClrta. 82p. Karyaningsih, S., S. Marzuki, R Djama1. 1993. Bebcn,p~l aspck hiologi jcnis kt'kakapan laut dalam (Prisfipomoides typus) di pcrairan Timor Timur dan seki-
157
tarnya. Jurnal Pcnc1itian Pcrikanan Laut, No. 78: 1825. M6i!mann, c., O. Kornilovs , and L. Sidrcvics. 2000. Long-term dynamics of main mesolOoplankton species in the Cl'ntral Ba ltic Sea. J O llrl/O/ of Plankt01l Research .. 22: 2015 - 2038. Nebon . J. S. 1984. Fis h of the world 2 nd edition. New York : A Wiley Interseicncc Publication. 521p. Nikolsky. G. V 1963. The ecology of fish. Translated by L. Birkett. Academic Press. London and New York. 352p. Psarakos, S., D. L . Herzing, K. Marten. 2003. M ixed-specil's associations between Pantropical spotted dolphins (Stenella attenuata) and Hawaiian spinner dolphins (Stenella longirostris) oV Oahu, Hawaii. Aquatic Mammals, 29.3 , 390-395 Rahmah, Y. 2006. Kebiasa~1Il makanan dan struktur anatomi ikan kelolkapan laut dalam (Aprion virescens, Ap/wreu'I ruti/alls, Pristimopoides muliidells dan P filamellto.ms). Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kdautall IPB. Tidak dipublikasikan . Steel. R. G. D. dan 1. I--l. Tonic. 1993. P rinsip dan ProscdUI" Statistik 'l Suatu Pc-lldekatan Biomctr ik. Ed ke2. 13. Sumantri, pene~iemah: Jakarta: PT. Oramedia Pustaka Utama. 74Xp . Sudirman chm A. Mall,nva. 2004 . Te knik pcnangkapan ikan. Rincka Cipta. Jakarta . 168p. Vcrigina , 1. A. 1990. Bas ic adaptations of the digestive systl'm in hony fish as a function of dicts. Voprosy ikhriologi. 30«(i), 897-907.