Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016
Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Indonesia dan Singapura Mengenai Keterampilan Akuntansi dan Bahasa Inggris dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Varlin Vernanda, Luky Patricia Widianingsih, Vierly Ananta Upa, Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia
[email protected] [email protected] vierly.ananta@ uph.edu ABSTRACT Abstract - The process of integration and competition caused by globalization led Southeast Asian countries decided to establish regional cooperation, known as ASEAN. ASEAN makes an agreement to form AEC in 2015 to improve global competence in order to compete with other countries. Jobs requiring high skills like accounting profession will be challenges in the era of the AEC. Students must have sufficient skills to compete in the era of AEC. The aim of this research is to examine the differences in the perception of accounting students in Indonesia and Singapore regarding accounting and English language skills in the AEC. This research is a quantitative research. Data collection methods used is literature study, questionnaires and interviews. Analyses are performing using Independent T-Test. The populations in this research are all students in East Java and Singapore. The samples used are students in Surabaya, Malang and Singapore who have already taken most of the accounting subjects. The results show that there is no difference in the perception of students in Indonesia and Singapore regarding accounting skills, while there is a difference regarding English language skills. Keywords: Accounting Skills, English Language Skills, AEC.
A. PENDAHULUAN
(MEA). Salah satu alasan ASEAN membentuk MEA didorong oleh adanya persaingan yang terbentuk oleh globalisasi. MEA memiliki beberapa karakteristik, yaitu pasar tunggal dan basis produksi, wilayah ekonomi yang memiliki kompetisi tinggi, wilayah yang memiliki pengembangan ekonomi, dan wilayah yang berintegrasi secara penuh dalam ekonomi global. MEA akan mempermudah perpindahan tenaga kerja dari negara ASEAN yang satu ke negara ASEAN lainnya (ASEAN Secretariat, 2008). Perpindahan tenaga kerja di antara negaranegara ASEAN membutuhkan sistem pendidikan yang lebih tinggi dan dapat merespon permintaan dari perusahaan, pekerja yang dapat dipercaya dan strategi pelatihan yang dapat disejajarkan untuk mencapai tingkat keterampilan yang diperlukan dalam menyesuaikan tujuan ekonomi negara dengan perkembangan sumber daya manusia (ILO, 2014). Negara harus memastikan bahwa pendidikan dan sistem pelatihan di negaranya dapat memenuhi kualifikasi keterampilan yang dibutuhkan dan mempersiapkan pekerja dengan keterampilan yang dapat membekali mereka agar dapat beroleh kesempatan kerja yang lebih tinggi (ILO, 2014).
Globalisasi adalah sebuah proses integrasi diantara orang-orang, perusahaan, barang, maupun ide dari berbagai negara. Globalisasi seringkali mengarah ke proses dimana terjadi integrasi diantara perekonomian dan masyarakat di seluruh dunia (Nilson, 2010). Globalisasi memungkinkan terjadinya kolaborasi atau kerjasama diantara berbagai institusi di berbagai negara (Ishizuka, 2006). Globalisasi dan proses integrasi di seluruh dunia mendorong negara-negara di bagian Asia Tenggara untuk melakukan kerjasama regional. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) atau di Indonesia dikenal dengan Asosiasi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN (ASEAN Secretariat, 1967). Setelah membentuk AFTA, ASEAN memutuskan untuk membuat pasar bersama dengan aliran produk, jasa, modal dan pekerja yang terampil yang bebas dan berinisiatif untuk membentuk AEC (ASEAN Economic Community) atau di Indonesia dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Asean
41
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 Pasar bebas MEA akan melihat keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Terdapat sepuluh negara di ASEAN dan terdapat ketidakseragaman peraturan, sehingga keterampilan pekerja akan ditentukan oleh pasar (Loungrath, 2013). Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang tinggi akan ditantang untuk berkolaborasi dalam negara mereka sendiri maupun dalam wilayah ASEAN di era MEA (ILO, 2014). Salah satu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang tinggi adalah akuntan. Akuntan membutuhkan keterampilan tinggi untuk menghitung, melaporkan dan menganalisis laporan keuangan, laporan internal perusahaan, perpajakan, audit, maupun sistem informasi akuntansi. Akuntan membutuhkan program sertifikasi, seperti CA untuk mempersiapkan akuntan memiliki keterampilan professional dalam melakukan pekerjaan (Wakhyudi, 2015). Akuntan memiliki peranan penting dalam dunia bisnis, karena setiap perusahaan membutuhkan pencatatan akuntansi dalam perusahaan (Andriani & Adam, 2013). Dengan adanya pemberlakuan MEA 2015, profesi akuntansi akan semakin kompetitif. Akuntan professional harus memenuhi standar kualifikasi untuk dapat bersaing dengan negara lain (Wakhyudi, 2015). Standar kualifikasi ini dapat diperoleh dari pendidikan dan keterampilan akuntansi yang diperoleh di universitas. Pendidikan dan keterampilan di era MEA harus bertaraf internasional dan menggunakan bahasa Inggris untuk memperoleh kesuksesan (Louangrath, 2013). Salah satu calon tenaga kerja terdidik yang memperoleh pendidikan di universitas adalah mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki keterampilan yang dapat bersaing dengan negara lain di era MEA (Abda’I, 2015). Penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan pendidikan akuntansi di dua negara dapat bermanfaat agar kedua negara tersebut dapat belajar satu sama lain sehingga dapat meningkatkan pendidikan dan keterampilan agar dapat bersaing di era MEA. Penelitian mengenai perbedaan pendidikan akuntansi di Rusia dan di Amerika menemukan bahwa terdapat perbedaan antara pendidikan akuntansi di Rusia dan di Amerika, sehingga dari perbedaan ini, kedua negara dapat belajar satu sama lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan akuntansi di masing-masing negara (McGee & Preobragenskaya, 2004). Penelitian lain yang meneliti mengenai keterampilan akuntan di Indonesia juga telah dilakukan agar dapat memberikan informasi mengenai keterampilan akuntansi yang dibutuhkan dalam menghadapi MEA (Steelyana, 2012). Menurut website Edudemic, sistem pendidikan di Singapura berada pada posisi ke tiga di Asia Timur (Lepi, 2014). Berdasarkan OECD, pendidikan matematika dan ilmu alam Singapura
berada pada posisi pertama di Asia (Coughlan, 2015). Singapura juga termasuk dalam urutan pertama negara dengan pendidikan terbaik di Asia berdasarkan OECD (Mohamad, 2015). SAA memperoleh penghargaan “Most ACCA Prize Winners and Best Passing Rate” (SAAGE, 2015). SIM memperoleh penghargaan “Best Private Institute” dari AsiaOne People’s Choice Awards 2015 (SIMGE, 2015). Menurut website Top Universities (2015), NTU (Nanyang Technological University) berada pada posisi 13th, NUS (National University of Singapore) berada pada posisi 12 th dalam QS World University Rankings 2015 dan pada posisi pertama dalam QS University Rankings: Asia 2015. Singapura dipilih dalam penelitian sebagai negara komparasi dengan Indonesia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang harus meningkatkan kualitas pendidikan melalui keterampilan yang diberikan oleh institusi pendidikan. Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya pada dua negara, yaitu dari negara Indonesia dan Singapura. Selain itu, sangat sedikit penelitian di bidang akuntansi yang membahas mengenai negara Indonesia dan Singapura. Indonesia dan Singapura adalah dua negara yang akan diamati dalam penelitian ini. Karakteristik yang digunakan untuk membandingkan Indonesia dan Singapura adalah menggunakan mahasiswa akuntansi dalam penelitian agar dapat melakukan perbandingan keterampilan akuntansi. Selain itu, aspek lain yang diamati adalah keterampilan bahasa, yaitu bahasa Inggris karena merupakan bahasa internasional yang akan digunakan di era MEA. Mahasiswa akuntansi membutuhkan keterampilan bahasa Inggris yang memadai dalam menghadapi MEA (Aring, 2015). Keterampilan bahasa Inggris dapat dijadikan perbandingan karena yang dinilai dalam penelitian ini adalah keterampilan bahasa Inggris yang diberikan oleh institusi pendidikan di Indonesia dan Singapura. Sistem pembelajaran bahasa Inggris di Singapura lebih banyak melakukan praktek untuk berbicara, sedangkan di Indonesia lebih memfokuskan pada grammar atau vocabulary. Singapura memiliki karakteristik warga negara yang berasal dari berbagai bangsa. Meskipun bahasa Inggris menjadi bahasa kedua (second language) di Indonesia, sedangkan menjadi bahasa pertama (first language) di Singapura, tetapi terdapat kenyataan bahwa Singapura juga memiliki mahasiswa yang berasal dari negara Asia lain, seperti China, Korea Selatan, Vietnam atau Thailand yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (second language) yang memperoleh pendidikan di Singapura (Rini, 2014; Pryke, 2012). Hal ini dapat menjadi karaketeristik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan keterampilan bahasa Inggris yang diberikan oleh institusi pendidikan di Singapura.
42
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 Dalam menghadapi MEA 2015, institusi pendidikan harus bersiap dan memberikan keterampilan yang terbaik bagi mahasiswa agar dapat menghadapi persaingan yang semakin kompetitif di Indonesia dan Singapura. Dengan adanya kompetisi yang harus dihadapi di era MEA, maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi di Indonesia dan di Singapura mengenai keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Pendidikan di universitas dapat berperan dalam menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan serta dapat berkontribusi dalam MEA dan memperkuat komunitas ASEAN (Pyakurel, 2014). Penelitian ini bertujuan agar universitas dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa akuntansi untuk menghadapi kompetisi di bidang pendidikan akuntansi setelah implementasi MEA. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi dalam menghadapi MEA? (2) Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA? Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitian untuk menjawab rumusan masalah adalah (1) Menguji dan menganalisis perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi dalam menghadapi MEA. (2) Menguji dan menganalisis perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA.
oleh Menteri Ekonomi dari negara-negara ASEAN. AFAS menyetujui untuk menghapuskan hambatan perdagangan jasa di wilayah ASEAN yang mencakup jasa bisnis, profesional, konstruksi, distribusi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, transportasi, komunikasi dan pariwisata (Pambagyo, 2013). Terdapat MRA (Mutual Recognition Arrangements) di sektor jasa, yang merupakan kesepakatan untuk saling mengakui produk-produk tertentu antar dua atau beberapa negara untuk mempermudah kegiatan perdagangan. MRA memberikan pengakuan atas kualifikasi pendidikan dan pengalaman seorang professional dari negaranegara ASEAN sehingga memudahkan pemindahan tenaga kerja professional di era MEA. ASEAN telah melakukan kesepakatan MRA di bidang jasa, salah satu diantaranya adalah kesepakatan mengenai akuntan, yang dilakukan pada tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am. ASEAN MRA framework on Accountancy Services atau kerangka konseptual MRA ASEAN di bidang Jasa Akuntansi menjelaskan secara detail mengenai kesepakatan yang disetujui oleh negara-negara ASEAN (ASEAN Secretariat, 2013). Pendidikan Akuntansi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pendidikan merupakan proses pembelajaran yang lebih tinggi bagi masing-masing orang dalam mencapai pengetahuan dan pemahaman mengenai suatu obyek tertentu secara spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang mengakibatkan masing-masing orang memiliki pola pikir dan perilaku yang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh. Pendidikan dapat memenuhi kebutuhan manusia mengenai perubahan dan perkembangan hidup. Dengan adanya pendidikan, manusia belajar untuk menghadapi permasalahan sesuai dengan pendidikan yang diperoleh (Suhartono, 2008). Pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan terhadap perkembangan suatu negara. Pendidikan merupakan proses belajar yang menghasilkan manfaat di masa depan untuk membangun masyarakat dalam pembangunan ekonomi maupun sosial. Pendidikan adalah sarana untuk mentransfer sikap, pengetahuan, keterampilan untuk generasi muda untuk menghasilkan kehidupan yang lebih baik dalam masyarakat (Abdulkadir, 2011). Pendidikan Akuntansi adalah program pembelajaran yang telah direncanakan secara teratur di suatu lembaga terkait ilmu akuntansi (Andriani & Adam, 2013). Proses belajar mengajar dalam pendidikan tinggi akuntansi harus dapat mempersiapkan lulusan untuk memperoleh keterampilan akuntansi yang memadai dan menjadi lulusan yang utuh sebagai manusia (Hamzah, 2007). Pendidikan akuntansi sangat penting untuk
B. TINJAUAN PUSTAKA Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Pada tahun 1997, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk membuat ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan menjadi daerah memiliki kompetensi tinggi dengan memiliki perkembangan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan perbedaan sosial-ekonomi. Pada tahun 2003, pemimpin ASEAN mendeklarasikan MEA yang akan menjadi integrasi ekonomi wilayah ASEAN yang akan dilakukan pada tahun 2020. Pada tahun 2006, ASEAN mengembangkan perencanaan MEA dengan mengidentifikasi karakteristik MEA pada tahun 2015 dengan target yang jelas. Pada tahun 2007, pemimpin ASEAN memberikan komitmen yang kuat untuk membentuk MEA pada tahun 2015 yang akan mengubah ASEAN menjadi wilayah yang memiliki pergerakan bebas bagi produk, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal (ASEAN Secretariat, 2008). Pada tanggal 15 Desember 1995, ASEAN membentuk kerjasama di bidang perdagangan jasa, yaitu AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services) di Bangkok
43
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 dipelajari karena akuntansi memiliki peranan penting dalam dunia bisnis. Setiap organisasi membutuhkan akuntansi (Andriani & Adam, 2013).
6.
7. Keterampilan Akuntansi Dunnette (1976), keterampilan adalah kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diperoleh dari pengalaman dan dikembangkan dari hasil training. Keterampilan Akuntansi sangat diperlukan oleh mahasiswa akuntansi untuk dapat bersaing di era MEA. Keterampilan akuntansi ini ditentukan oleh keterampilan utama, pendukung, dan lainnya yang dikemukakan oleh Wahyudi (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Kesiapan Sarjana Akuntansi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, yaitu kompetensi utama, pendukung dan lainnya. Kompetensi utama adalah keterampilan esensial di bidang akuntansi yang harus dimiliki oleh mahasiswa akuntansi. Keterampilan utama tersebut, yaitu: 1. Mampu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur sesuai dengan standar akuntansi 2. Mampu menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal perusahaan 3. Mampu mendesain sistem akuntansi manual dan berbasis teknologi informasi 4. Mampu mendesain Kertas Kerja Audit dan melakukan pengauditan laporan keuangan 5. Mampu menyusun dan menganalisis laporan keuangan sektor publik 6. Mampu menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai peraturan perpajakan 7. Mampu melakukan riset/menulis karya ilmiah
Terampil dalam mengaplikasi berbagai teknologi dalam penyelesaian masalah akuntansi
pada berbagai entitas Menghayati dan mengamalkan tujuan hidup untuk kesejahteraan bersama yang
berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan (ethical skill)
Kompetensi lainnya adalah kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh program studi akuntansi sebagai ciri lulusannya untuk memberi bekal agar mempunyai kesempatan yang lebih luas. Keterampilan lainnya adalah sebagai berikut: 1. Mampu berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar 2. Berkemampuan mengendalikan diri, memiliki intergritas dan disiplin tinggi 3. Beriman, berakhlak mulia dan cinta tanah air 4. Memahami estetika, etika sosial dan akademik 5. Adaptif dan cepat tanggap/peduli terhadap lingkungan 6. Mampu membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi Keterampilan Bahasa Inggris Keterampilan bahasa Inggris, indikatornya diambil dari standar kompetensi TOEFL (Test of English as a Foreign Language) yang diselenggarakan oleh ETS (Educational Testing Service). TOEFL digunakan sebagai indikator karena TOEFL adalah tes bahasa Inggris yang paling banyak digunakan secara umum di seluruh dunia (Zareva, 2005). TOEFL adalah tes bahasa Inggris yang sangat direkomendasikan bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan secara umum digunakan di Indonesia (Mahmud, 2014). Menurut website Nikkei Asian Review (2014), Singapura menggunakan TOEFL secara umum dan memiliki nilai TOEFL tertinggi di Asia. Singapura telah mengubah bahasa Inggris British menjadi bahasa Inggris US sejak Mr. Lee mengemukakan bahwa bahasa Inggris Amerika sudah mendominasi media, sehingga guru di Singapura hasus mengajar muridmuridnya untuk berbahasa Inggris dengan menggunakan aksen Amerika agar dapat lebih dimengerti oleh negara lain yang mengunakan bahasa Inggris (Rongchen, 2011). Menurut Boston et al. (2009), keterampilan berbahasa Inggris yang dibutuhkan terbagi menjadi empat, yaitu keterampilan membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis. Keterampilan membaca adalah kemampuan untuk memahami kalimat atau bacaan dalam bahasa Inggris. Keterampilan membaca tersebut, yaitu: 1. Membaca untuk menemukan informasi
Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang ditambahkan dalam program studi akuntansi untuk memperkuat kompetensi utama dan memberi ciri keunggulan bagi program studi akuntansi. Keterampilan pendukung tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan (longlife learner) 2. Mampu menganalisis studi kasus akuntansi dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif 3. Mampu menyampaikan pendapat secara jelas baik secara lisan maupun tulisan serta
menghargai pendapat orang lain (communication skills) 4. Mampu bekerja dalam tim untuk menyelesaikan kasus (working in team skills) 5. Kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap studi kasus (problem solving and
creative skills)
44
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 a.
2.
3.
Dapat menyeleksi kata-kata penting atau informasi penting dalam sebuah bacaan b. Meningkatkan kelancaran membaca Pemahaman dasar a. Memahami topik umum atau gagasan utama, poin utama, fakta-fakta penting dan rincian, kosakata dalam konteks, dan penggunaan kata ganti b. Membuat kesimpulan mengenai makna dalam sebuah bagian bacaan Membaca untuk Belajar a. Mengetahui struktur dan tujuan dari suatu bagian b. Memahami hubungan antara ide-ide dalam suatu bacaan c. Mengorganisasikan informasi ke dalam sebuah kategori atau ringkasan untuk mengingat kembali poin utama dan rincian penting d. Menyimpulkan bagaimana ide dalam kalimat menghubungkan seluruh bagian
c.
Meringkas apa yang dibaca dan dengar d. Mengekspresikan pandangan tentang topik yang sedang dibahas Keterampilan menulis adalah kemampuan produktif dalam menggunakan kata-kata untuk membentuk tulisan dalam bahasa Inggris. Keterampilan menulis adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi ide utama dan beberapa poin utama yang mendukungnya b. Merencanakan bagaimana menyusun esai c. Mengembangkan esai menggunakan alasan, contoh, dan rincian d. Mengekspresikan informasi dalam cara yang terorganisasi e. Menggunakan kata-kata yang efektif untuk menghubungkan ide-ide antar kalimat f. Menggunakan berbagai tata bahasa dan kosa kata secara akurat g. Menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan dalam bahasa Inggris dengan baik. Keterampilan mendengarkan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasar Pemahaman Mendengarkan a. Memahami gagasan utama, poin utama dan rincian penting yang terkait dengan gagasan utama 2. Mendengarkan Pengertian Pragmatis 1 a. Mengenali sikap pembicara b. Mengenali tujuan pembicara 3. Menghubungkan dua informasi yang didengarkan a. Mengenali struktur informasi yang disajikan b. Memahami hubungan antara ide-ide yang disajikan (misalnya: membandingkan / kontras, penyebab / efek atau langkah-langkah dalam proses) c. Membuat kesimpulan dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang tersirat dalam materi d. Mengetahui hubungan antara sebuah bagian dari informasi dalam percakapan atau kuliah e. Mengenali perubahan topik dalam kuliah dan percakapan
Persepsi Mahasiswa Persepsi adalah tanggapan secara langsung dari sesuatu yang diserap oleh pengindraan (Purwodarminto, 1990). Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses dalam diri seseorang yang memungkinkannya untuk memilih atau menafsirkan rangsangan dari luar dirinya yang mempengaruhi perilaku orang tersebut (Mulyana, 2004). Faktorfaktor yang berperan dalam persepsi terbagi menjadi faktor-faktor yang bersifat fungsional, strukrural, dan kultural. Faktor-faktor yang bersifat fungsional adalah kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati. Faktorfaktor yang bersifat struktural adalah intensitas rangsangan atau perubahan rangsangan. Faktorfaktor yang bersifat kultural adalah norma yang dianut oleh individu (Rahmat, 2011). Proses belajar didahului oleh persepsi. Mahasiswa menerima rangsangan dari lingkungannya. Persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Mahasiswa harus memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang dipelajari. Persepsi mahasiswa terhadap sesuatu yang dipelajari dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam kegiatan pembelajaran yang ditempuh (Danim, 2010).
Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan jelas bagi pendengarnya. Keterampilan membaca tersebut, yaitu: a. Menanggapi pertanyaan b. Berpartisipasi dalam diskusi akademik
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Terdapat penelitian oleh Evi Steelyana, dari Binus University, yang memiliki penelitian dengan judul “Preparing Indonesia skilled labor in the field of Accounting, Finance, and Capital Market for ASEAN Economic Community 2015”, yang menggunakan data statistik. Steelyana (2012)
45
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 menyimpulkan bahwa Indonesia harus meningkatkan tenaga kerja yang terampil dan profesional, baik dalam kuantitas dan kualitas, terutama untuk dapat bersaing di era MEA, sistem pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahunan tentang teknologi informasi dan kasus bisnis yang dapat teraplikasi dapat meningkatkan keterampilan di bidang akuntansi dan keuangan, dan pemerintah harus membuat peraturan agar dapat meningkatkan lulusan dari universitas dalam hal biaya maupun akses, sehingga Indonesia memiliki tenaga kerja yang terampil di era MEA. Dalam jurnal Asia Pasifik Akuntansi dan Finance, berjudul Ikatan Akuntan Indonesia towards AEC 2015, Kusumasari (2014), menjelaskan bahwa Indonesia telah bekerjasama dengan negara lain dan berusaha untuk menjadi lebih baik. IAI telah membuat program Chartered Accountant untuk dapat bersaing dengan akuntan di negara lain. Terdapat perbedaan level pendidikan akuntansi di negara yang berbeda, mengikuti perkembangan ekonomi di negara tersebut (Sharma, 2004). Penelitian Wijewardena dan Cooray (1993) menunjukkan bahwa globalisasi mengakibatkan metode pengajaran akuntansi di suatu negara dapat berbeda dengan negara lain. Penelitian Preobragenskaya dan McGee (2004) menjelaskan bahwa pendidikan akuntansi di Rusia berbeda dengan pendidikan akuntansi di USA. Hasil yang sama diperoleh oleh McGee (2005) ketika melakukan penelitian di Ukraina dan di USA mengenai perbedaan sistem pendidikan akuntansi. Singapura memiliki adaptasi sistem akuntansi yang cepat, menyesuaikan dengan kebutuhan di negaranya tetapi di saat yang sama juga mengikuti perkembangan di dunia. Indonesia memiliki adaptasi sistem akuntansi dengan lebih lambat dari Singapura tetapi juga menyesuaikan kebutuhan di negaranya (Liang, 1998). Saat ini Indonesia juga telah mengikuti perkembangan dunia dalam bidang akuntansi dengan mengubah standar akuntansi menjadi IFRS. Singapura dan Indonesia saat ini memiliki sistem akuntansi yang sama (Yapa, 2014). Pendidikan akuntansi di universitas berperan penting dalam memberikan keterampilan akuntansi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Pendidikan akuntansi di setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan negara masing-masing, tetapi dalam perkembangan selanjutnya pendidikan akuntansi ini menjadi serupa (Sharma, 2004). Dari teori yang ada, peneliti ingin mengetahui apakah pendidikan akuntansi dengan menggunakan indikator keterampilan akuntansi, di negara Indonesia dan Singapura memiliki perbedaan atau serupa, sehingga mengembangkan hipotesis:
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan dimulai pada tahun 2015, yang akan memungkinkan perpindahan tenaga kerja. Bahasa Inggris akan sangat dibutuhkan sebagai bahasa internasional untuk berkomunikasi di negara-negara ASEAN (Aring, 2015). Penelitian komparasi mengenai keterampilan menulis dalam bahasa Inggris pada sekolah negeri di China dan Amerika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara keterampilan murid di China dan di Amerika (Liu, 2010). Penelitian komparasi mengenai keterampilan berbicara di Taiwan dan di Amerika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan di antara keterampilan murid di Taiwan dan di Amerika. Taiwan harus lebih ditingkatkan (Wu & Hsieh, 2008). Penelitian yang membandingkan keterampilan bahasa Inggris di Jepang dan di Singapura menemukan bahwa murid Singapura memiliki nilai TOEFL yang sangat tinggi dan memerankan peran yang penting dalam perekonomian, sedangkan di Jepang mayoritas penduduknya tidak menggunakan bahasa Inggris dan memiliki peran yang sangat kecil dalam perekonomian (Morita, 2014). Penelitian yang membandingkan kurikulum bahasa Inggris di Indonesia dan Filipina menyimpulkan bahwa kurikulumnya memiliki persamaan, tetapi dengan sedikit perbedaan. Persamaannya adalah prosedur dalam menentukan kurikulum. Pertama-tama, menentukan tujuan yang akan dicapai, keterampilan yang akan dicapai, cara untuk mengorganisasikannya dan mengevaluasi bagaimana tujuan tersebut dicapai. Perbedaannya adalah pendekatan yang digunakan dalam mengajarkan. Filipina mendesain instruksi yang berfokus pada pengertian dan partisipasi siswa dengan proses berulang. Filipina fokus pada keterampilan komunikatif dan literatur. Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa Inggis, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Suarman, 2011). Persamaan dan perbedaan keterampilan bahasa Inggris diantara dua negara membuat peneliti ingin mengetahui apakah keterampilan berbahasa Inggris di Indonesia dan Singapore memiliki perbedaan atau serupa, sehingga mengembangkan hipotesis sebagai berikut: H2: Terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang meneliti populasi atau sampel tertentu, menggunakan data penelitian yang berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Sugiono,
H1: Terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi dalam menghadapi MEA.
46
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi di Surabaya, Malang dan Singapura. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu telah menempuh sebagian besar mata kuliah akuntansi, dalam hal ini adalah angkatan 2011, 2012 dan 2013 di Indonesia dan year 3 dan year 2 di Singapura. Metode pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner yang didukung oleh wawancara, dan studi kepustakaan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan pilot test, pengujian validitas, reliabilitas, normalitas, statistik deskriptif dan Independent T-Test.
untuk indikator keterampilan lainnya. Nilai maksimum memiliki proporsi yang sama antara Indonesia dan Singapura, yaitu empat. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif variabel keterampilan akuntansi pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Keterampilan Akuntansi Indikator
Keterampilan Utama
Keterampilan Pendukung
Keterampilan Lainnya
D. HASIL PENELITIAN Profil Responden Jumlah responden di Indonesia adalah 101 dan 102 di Singapura. Responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Usia terbanyak adalah usia 20-25 tahun. Universitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah UPHS, UKP, UBAYA dan Ma Chung di Indonesia, serta SAA, SIM, NTU, EASB, NUS, LSBF, Kaplan, SMU di Singapura. Angkatan yang terbanyak di Indonesia adalah angkatan 2013, sedangkan year three adalah angkatan yang terbanyak di Singapura.
Variabel Keterampilan Akuntansi
Keterangan
1.00 - < 1.75
1
Sangat Rendah
1.75 - < 2.5
2
Rendah
2.5 - < 3.25
3
Tinggi
3.25 - < 4
4
Sangat Tinggi
Min
Max
Mean
Kat
101
1
4
2.79
3
102
1
4
2.83
3
101
1
4
3.02
3
102
1
4
3.16
3
101
2
4
3.11
3
102
1
4
3.26
4
101
1
4
2.94
3
102
1
4
3.03
3
Singapura Indonesia Singapura Indonesia Singapura Indonesia Singapura
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Singapura memiliki persepsi mengenai keterampilan utama yang lebih tinggi dari pada Indonesia dengan nilai rata-rata 2.83. Hasil tersebut serupa dengan keterampilan pendukung yang menunjukan nilai rata-rata di Indonesia 3.02 dan di Singapura 3.16. Pada indikator keterampilan lainnya, responden Singapura memiliki persepsi yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata 3.26 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Nilai ratarata responden pada persepsi terhadap variabel keterampilan akuntansi di Singapura adalah 3.03 dan di Indonesia adalah 2.94. Hal tersebut menunjukan bahwa Singapura memiliki persepsi yang lebih tinggi dari pada Indonesia dalam hal keterampilan akuntansi. Variabel keterampilan bahasa Inggris diukur dengan empat indikator, yaitu keterampilan membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden dari Indonesia dan Singapura memiliki nilai minimum yang sama, yaitu satu untuk indikator keterampilan membaca dan menulis serta nilai minimum dua untuk keterampilan berbicara. Indonesia memiliki nilai minimum yang lebih tinggi dari Singapura untuk indikator keterampilan mendengarkan. Nilai maksimum memiliki proporsi yang sama antara Indonesia dan Singapura, yaitu empat. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif variabel keterampilan bahasa Inggris pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Nilai Kategori Interval Kategori
Jumlah
Indonesia
Sumber: Data Diolah (2015)
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran suatu data penelitian sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat (Ghozali, 2006). Setiap variabel memiliki nilai rata-rata atau mean yang dikategorikan berdasarkan interval kelas dan keterangan dari masing-masing kelas. Batasan interval kelas adalah dari satu sampai empat diperoleh dari nilai skala Likert yang ditambahkan dengan hasil interval kelas. Berikut ini adalah nilai interval beserta kategorinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Interval
Negara
Sumber: Data Diolah (2015)
Variabel keterampilan akuntansi diukur dengan tiga indikator, yaitu keterampilan utama, pendukung dan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dari Indonesia dan Singapura memiliki nilai minimum yang sama untuk indikator keterampilan utama dan keterampilan pendukung, tetapi Indonesia memiliki nilai minimum yang lebih tinggi dari Singapura
47
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Keterampilan Bahasa Inggris Indikator Keterampilan Membaca
Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan Berbicara
Keterampilan Menulis
Variabel Keterampilan Bahasa Inggris
Negara
Jumlah
Min
Max
Mean
Kat
Indonesia
101
1
4
3.00
3
Singapura
102
1
4
3.22
3
Indonesia
101
2
4
2.97
3
Singapura
102
1
4
3.27
4
Indonesia
101
2
4
2.95
3
Singapura
102
2
4
3.23
3
Indonesia
101
1
4
2.88
3
Singapura
102
1
4
3.15
3
Indonesia
101
1
4
2.96
3
Singapura
102
1
4
3.22
3
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data Penelitian Jumlah Cronbac Keputusa Negara Variabel Pertany n h Alpha aan Keterampilan 15 0.862 Reliabel Akuntansi Indonesia Keterampilan 15 0.937 Reliabel Bahasa Inggris Keterampilan 15 0.934 Reliabel Akuntansi Singapura Keterampilan 15 0.963 Reliabel Bahasa Inggris Sumber: Data Diolah (2015)
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha negara Indonesia pada variabel keterampilan akuntansi sebesar 0.862 dan keterampilan bahasa Inggris sebesar 0.937. Nilai Cronbach Alpha negara Singapura pada variabel keterampilan akuntansi sebesar 0.937 dan keterampilan bahasa Inggris sebesar 0.963. Semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0.6 dan dinyatakan reliabel.
Sumber: Data Diolah (2015)
Berdasarkan tabel diatas, keterampilan membaca Indonesia memiliki nilai rata-rata sebesar 3.00, sedangkan Singapura memiliki rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 3.22. Keterampilan mendengarkan Singapura lebih tinggi dari pada Indonesia yaitu sebesar 3.27 yang tergolong sangat tinggi. Keterampilan berbicara Singapura memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi, sebesar 3.23, sedangkan Indonsia memiliki nilai rata-rata 2.95. Keterampilan menulis Indonesia memiliki nilai rata-rata 2.88, sedangkan Singapura sebesar 3.15. Berdasarkan empat keterampilan tersebut, nilai rata-rata variabel keterampilan berbahasa Inggris di Singapura lebih tinggi, yaitu sebesar 3.22, sedangkan Indonesia sebesar 2.96.
Normalitas Pengujian normalitas dilakukan setelah melakukan pengujian kualitas data. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan dengan bantuan program SPSS. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan ρ value yang diperoleh dengan tingkat signifikasi 0.05. Jika ρ value < (α) 0.05 maka data tidak terdistribusi normal, sedangkan jika ρ value > (α) 0.05, maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2006).
Validitas Hasil uji validitas untuk setiap pertanyaan dari semua variabel yang digunakan dalam penelitan terdapat pada lampiran B. Semua pernyataan dari variabel pada hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti semua butir pernyataan yang berjumlah 30 pertanyaan dari 101 dan 102 responden dapat dinyatakan valid. Data yang valid dapat digunakan pada pengujian selanjutnya dalam penelitian ini.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian Asymp. Taraf Sig. Variabel Sig Keputusan (α) (2-tailed) Keterampilan Data terdistribusi 0.200 0.05 Akuntansi normal Keterampilan Data terdistribusi Bahasa 0.071 0.05 normal Inggris Sumber: Data Diolah (2015)
Hasil uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi keterampilan akuntansi sebesar 0.200, sedangkan keterampilan bahasa Inggris sebesar 0.071. Nilai signifikansi pada semua variabel lebih besar dari pada taraf signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal dan H0 tidak dapat ditolak.
Reliabilitas Pengujian reliabilitas ditentukan dengan koefiensien Cronbach Alpha. Pengujian reliabilitas digunakan untuk menentukan konsistensi jawaban responden atas kuesioner (Ikhsan, 2008). Variabel dapat dikatakan handal atau reliable jika nilai cronbach’s alpha lebih dari 0.6 (Ghozali, 2006). Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas data penelitian dari setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pengujian Hipotesis Pengujian terakhir dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menggunakan Independent Sample T-Test. Penelitian ini menguji tentang perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris
48
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 antara Indonesia sebanyak 101 orang dan Singapura sebanyak 102 orang. Pengujian hipotesis dengan Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji signifikasi beda rata-rata dua kelompok independen yang tidak berhubungan satu sama lain terkait variabel-variabel tersebut (Kelley, 1999). Pengambilan kesimpulan hasil analisis dilihat dari hasil tingkat signifikansi.
tinggi. Hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berkaitan dengan adanya perbedaan persepsi mengenai keterampilan akuntansi antara Indonesia dan Singapura ditolak. Indonesia dan Singapura memiliki persepsi terhadap kererampilan akuntansi yang tinggi. Indonesia dan Singapura dapat mengembangkan pendidikan akuntansi di masingmasing negara untuk menghasilkan mahasiswa yang memiliki keterampilan tinggi untuk bersaing di era MEA. Singapura memiliki adaptasi sistem akuntansi yang cepat dan menyesuaikan dengan kebutuhan akuntansi di negaranya, tetapi di saat yang sama juga mengikuti perkembangan di dunia. Indonesia memiliki adaptasi sistem akuntansi dengan lebih lambat dari Singapura, tetapi juga menyesuaikan kebutuhan akuntansi di negaranya (Liang, 1998). Saat ini Indonesia juga telah mengikuti perkembangan dunia dalam bidang akuntansi dengan mengubah standar akuntansi menjadi IFRS. Singapura dan Indonesia memiliki sistem akuntansi yang sama saat ini, yaitu IFRS. Indonesia mulai mengadopsi IFRS sejak 2012, sedangkan Singapura mengadopsi IFRS sejak 2005 (Yapa, 2014). Keterampilan utama akuntansi, yaitu akuntansi keuangan, akuntansi manajerial, sistem informasi akuntansi, audit, pajak, riset atau karya ilmiah. Keterampilan pendukung akuntansi adalah sebagai berikut belajar secara mandiri dan berkelanjutan (longlife learner), menganalisis studi kasus akuntansi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, Kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi, keterampilan teknologi dan informasi, kemampuan etika. Keterampilan lainnya adalah keterampilan berbahasa Indonesia dan Inggris, mengendalikan diri, memiliki intergritas dan disiplin tinggi, beriman, berakhlak mulia dan cinta tanah air, memahami estetika, etika sosial dan akademik, peduli terhadap lingkungan, membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi (Wakhyudi, 2014). Persamaan mata kuliah yang dimiliki Indonesia dan Singapura, yaitu mata kuliah yang berisi keterampilan utama akuntansi dapat menjadi alasan terjadi persamaan persepsi mahasiswa akuntansi mengenai keterampilan akuntansi. Persamaan yang terjadi juga dapat dikarenakan oleh standar akuntansi yang sama, yaitu sama-sama mengadopsi IFRS. Selain itu, keterampilan akuntansi pada umumnya adalah sama, sehingga walaupun di negara yang berbeda, mahasiswa dapat memperoleh keterampilan yang sama. Pendidikan akuntansi memiliki kesamaan karena kualifikasi akuntansi adalah kualifikasi universal. Hanya terdapat sedikit perbedaan pada sisi peraturan perpajakan, tetapi pada dasarnya keterampilan akuntansi yang diberikan adalah sama. Pada dasarnya pendidikan akuntansi di Indonesia dan Singapura adalah sama. Isi textbook dan sumber
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Independent Sample T-Test Sig. Sig (2Taraf Variabel Levene's tailed) Sig. Keputusan Test T(α) Test Keterampilan 0.666 0.165 0.05 H1 ditolak Akuntansi H2 tidak Keterampilan 0.529 0.000 0.05 dapat Bahasa Inggris ditolak Sumber: Data Diolah (2015)
Levene’s Test bertujuan untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan varians data antara responden Indonesia dan Singapura. Variabel keterampilan akuntansi memiliki nilai signifikasi Levene’s Test lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 yaitu sebesar 0.666. Ini menunjukkan bahwa data keterampilan akuntansi antara Indonesia dan Singapura memiliki varians yang sama. Nilai signifikasi T-Test pada baris pertama menunjukkan nilai lebih besar dari taraf signifikasi 0.05, yaitu sebesar 0.165. Hasil analisis T-Test pada variable keterampilan akuntansi menyatakan bahwa hipotesis pertama ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi di Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi. Variabel keterampilan bahasa Inggris juga memiliki nilai signifikasi Levene’s Test yang lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, yaitu sebesar 0.529. Hasil Levene’s Test ini menunjukkan bahwa data keterampilan bahasa Inggris memiliki varians yang sama antara responden Indonesia dan Singapura. T-Test pada variabel bahasa Inggris memberikan nilai signifikasi yang lebih kecil dari taraf signifikasi 0.05. Nilai signifikasi T-Test pada baris pertama sebesar 0.000. Nilai T-Test yang lebih kecil dari taraf signifikansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis kedua tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi di Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris. Pembahasan Keterampilan Akuntansi Jumlah responden Singapura yang lebih banyak dari Indonesia tidak mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap keterampilan akuntansi di antara kedua negara tersebut. Hasil rata-rata dari statistik deskriptif menunjukkan nilai yang tinggi pada kedua negara. Dapat disimpulkan bahwa responden dari Indonesia dan Singapura memiliki persepsi terhadap keterampilan akuntansi yang
49
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 literatur yang digunakan di Indonesia dan Singapura dan standar yang digunakan adalah sama.
Indonesia masih menerima pekerja yang tidak menguasai bahasa Inggris saat ini, tetapi ketika MEA dimulai, bahasa Inggris akan menjadi sangat penting. Bahasa Inggris akan menjadi bahasa internasional untuk wilayah ASEAN di era MEA. Berlatih untuk menggunakan berbahasa Inggris sangat penting dalam pendidikan bahasa Inggris. Belajar bahasa Inggris tidak boleh hanya dilakukan di sekolah atau universitas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa harus mempelajari bahasa Inggris dengan sungguhsungguh agar siap dalam menghadapi MEA. Kesadaran mahasiswa mengenai pentingnya bahasa Inggris di era MEA dapat dilakukan dengan memberikan seminar-seminar untuk memotivasi mahasiswa agar lebih bersemangat dalam mempelajari bahasa Inggris. Singapura memiliki kurikulum bahasa Inggris dengan empat prinsip, yaitu kontekstualisasi, berpusat pada mahasiswa, integrasi dan kemajuan spiral. Kontekstualisasi dilakukan dengan menempatkan pembelajaran dalam konteks nyata dengan menggunakan keterampilan berbicara, menulis, presentasi dalam situasi yang berbeda. Berpusat pada mahasiswa memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan menggunakan pendekatan, materi dan tugas yang berbeda-beda. Aktivitas belajar harus direncanakan dengan mempertimbangkan perbedaan minat, kemampuan dan pengetahuan dari mahasiswa, serta memberikan ruang untuk membentuk berbagai perspektif dan interpretasi. Integrasi dilakukan dengan menghubungkan konsep bahasa dengan alat pembelajaran dan penggunaan bahasa. Kemajuan spiral yang dimaksud adalah mengajarkan bahasa dengan konsep dan alat pembelajaran agar mahasiswa dapat meningkatkan level pengetahuan berbahasa yang dimiliki (Ministry of Education Singapore, 2015). Singapura juga memiliki tiga proses mengajar, yaitu mempromosikan kegiatan pembelajaran yang aktif, memfasilitasi kolaborasi dan scaffolding metacognition. Kegiatan pembelajaran yang aktif dilakukan dengan memberikan mahasiswa kebebasan untuk memilih apa dan bagaimana mereka belajar. Aktivitas belajar harus didesain untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa, melibatkan mahasiswa dalam dialog dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan jawabannya. Memfasilitasi kolaborasi dilakukan dengan membuat lingkungan kelas yang menekankan interaksi, kolaborasi dan pertukaran pengetahuan. Scaffolding metacognition yang dimaksud adalah memperkuat kesadaran mahasiswa mengenai pembelajaran yang mereka butuhkan bagi diri mereka sendiri, mengarahkan mahasiswa untuk membuat perencanaan belajar, memonitor dan mengevaluasi pembelajaran mahasiswa melalui refleksi, pertanyaan serta dialog. Ketika mahasiswa
Pembahasan Keterampilan Bahasa Inggris Hasil rata-rata dari statistik deskriptif menunjukkan nilai yang tinggi pada kedua negara, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa responden dari Indonesia dan Singapura memiliki persepsi terhadap keterampilan bahasa Inggris yang tinggi. Hipotesis kedua dalam penelitian ini yang berkaitan dengan adanya perbedaan persepsi mengenai keterampilan bahasa Inggris antara Indonesia dan Singapura tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Persepsi mahasiswa dapat membantu untuk mengetahui perlunya meningkatkan keterampilan bahasa Inggris karena mahasiswa harus yakin akan keterampilanya dan siap untuk menghadapi MEA. Jika mahasiswa telah mengetahui tingkat keterampilannya, mereka dapat meningkatkannya bila perlu ditingkatkan dan memiliki kepercayaan diri jika telah memiliki keterampilan yang tepat agar dapat bersaing di era MEA. Indonesia perlu meningkatkan keterampilan bahasa Inggrisnya agar dapat bersaing di era MEA. MEA yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 akan memudahkan perpindahan tenaga kerja di negara-negara ASEAN, sehingga bahasa Inggris akan sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi (Aring, 2015). Perbedaan persepsi mengenai keterampilan bahasa Inggris di Indonesia dan Singapura dapat terjadi karena perberbedaan sudut pandang dan keputusan pemerintah dalam penggunaan bahasa Inggris. Perdana menteri Singapura menekankan pentingnya bahasa Inggris pada kemerdekaan Singapura di tahun 1965 untuk dapat bertahan, berkembang dan bersaing dengan negara lain, sehingga dapat memiliki kedudukan di dunia. Hal ini menyebabkan Singapura memiliki nilai TOEFL yang sangat tinggi dan mahasiswanya tidak memiliki kesulitan ketika ingin melanjutkan kuliah di universitas terkenal di negara yang menggunakan bahasa Inggris. Ketika ingin mencari pekerjaan di Singapura, pekerja harus mampu menggunakan bahasa Inggris. Mahasiswa termotivasi untuk menguasai bahasa Inggris untuk dapat memperoleh pekerjaan dan menjalani hidup di Singapura (Morita, 2014). Di negara berkembang seperti Indonesia, seringkali mahasiswa tidak menyadari pentingnya bahasa Inggris. Pemerintah juga kurang menekankan pentingnya bahasa Inggris kepada mahasiswa. Mahasiswa kurang berinisiatif untuk mempelajari bahasa Inggris. Mahasiswa Indonesia harus mengerti pentingnya bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Beberapa perusahaan di
50
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 telah mampu untuk melakukan belajar mandiri, mahasiswa akan memiliki peningkatan dalam pembelajaran bahasa Inggris (Ministry of Education Singapore, 2015). Indonesia mengajarkan bahasa Inggris dengan empat prinsip, yaitu mengajarkan bahasa Inggris melalui pembentukan kebiasaan, mengutamakan bahasa lisan daripada tulisan, analogi dan makna kata. Kebiasaan dilakukan dengan mengikuti contoh yang diberikan oleh guru dengan cara menghafal dan melakukan latihan. Bahasa lisan didahulukan daripada bahasa tulisan, karena bahasa lisan menjadi landasan bagi pengembangan keterampilan setelah mahasiswa menguasai unsur-unsur bahasa. Analogi sangat bermanfaat untuk mengajarkan tata bahasa secara induktif walaupun tidak dijelaskan secara rinci dan eksplisit. Pembelajaran makna kata melibatkan aspek-aspek budaya yang mendasarinya (Purwaningsih, 2013). Indonesia juga memiliki empat proses pembelajaran, yaitu mahasiswa harus mengetahui apa yang dilakukan, keseluruhan lebih penting daripada gabungan berbagai bagian terpisah, mempelajari sesuatu dengan melakukannya dan belajar dari kesalahan. Mengetahui apa yang dilakukan sangat penting, karena sebelum mempelajari sesuatu, mahasiswa harus mengetahui tujuan pembelajaran. Kegiatan berkomunikasi harus dipelajari secara keseluruhan, karena hal tersebut berkaitan satu sama lain, contohnya ketika berkomunikasi secara langsung dalam bahasa Inggris, mahasiswa harus dapat mendengarkan dan berbicara dalam bahasa Inggris, serta mengetahui berbagai kosa kata atau kalimat yang digunakan. Keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca atau menulis dapat dikuasai apabila mahasiswa melakukan latihan untuk meningkatkan keterampilannya. Belajar dari kesalahan sangat penting karena kesalahan dipandang sebagai proses belajar. Mahasiswa dapat belajar dari kesalahan yang dilakukan, sehingga memperoleh keterampilan yang lebih tinggi (Purwaningsih, 2013). Institusi pendidikan berperan penting untuk memberikan keterampilan bahasa Inggris kepada mahasiswa, tetapi jika mahasiswanya kurang berinisiatif untuk mengasah keterampilan bahasa Inggrisnya, maka keterampilan mahasiswa tersebut akan sulit untuk meningkat. Pemberian keterampilan bahasa Inggris dari institusi pendidikan yang diimbangi dengan inisiatif dan motivasi mahasiswa akan mengingkatkan keterampilan bahasa Inggris mahasiswa. Meningkatkan keterampilan bahasa Inggris memerlukan partisipasi aktif dari kedua pihak, yaitu institusi pendidikan atau tenaga pengajar untuk memberikan keterampilan dengan melibatkan partisipasi mahasiswa, serta mahasiswa yang
merespon dengan aktif dan berpartisipasi untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggrisnya. E. KESIMPULAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi dan keterampilan bahasa Inggris. Hasil pengujian hipotesis dan analisis yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini mengenai keterampilan akuntansi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keterampilan akuntansi antara mahasiswa akuntansi di Indonesia dan Singapura. Indonesia dan Singapura memiliki standar akuntansi yang sama, yaitu IFRS. Singapura dan Indonesia memiliki kurikulum yang merupakan keterampilan utama akuntansi. Hal ini dapat menjadi penyebab persepsi mahasiswa di Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi adalah sama. Selain itu, isi textbook atau sumber literatur yang digunakan di universitas di Indonesia dan Singapura adalah sama, pada dasarnya pelajaran akuntansi di Indonesia dan akuntansi adalah sama. Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari hasil pengujian hipotesis dan analisis yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini mengenai keterampilan bahasa Inggris tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan bahasa Inggris antara mahasiswa akuntansi di Indonesia dan Singapura. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan pandangan pemerintah mengenai bahasa Inggris. Selain itu, proses pembelajaran dan prinsip pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia dan Singapura berbeda. Bahasa Inggris akan menjadi bahasa internasional untuk wilayah ASEAN di era MEA. Persepsi mahasiswa di Indonesia mengenai keterampilan bahasa Inggris lebih rendah dari Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi seperti Singapura dalam keterampilan bahasa Inggris, sehingga Indonesia harus lebih giat untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Implikasi Perbedaan hasil penelitian terdahulu mengakibatkan pentingnya dilakukan penelitian mengenai perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi mengenai keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris di Indonesia dan Singapura. Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi di Indonesia dan di Singapura mengenai keterampilan akuntansi, karena persamaan kurikulum dan standar. Terdapat perbedaan antara persepsi
51
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 mahasiswa akuntansi di Indonesia dan di Singapura mengenai keterampilan bahasa Inggris, karena perbedaan intensitas penggunaan bahasa Inggris di kedua negara. Informasi ini dapat menambah bukti empiris dan mengembangkan teori terkait ilmu akuntansi pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada para akademisi mengenai metode pembelajaran dan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada institusi pendidikan dan para pendidik di Indonesia bahwa tidak ada perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi mengenai keterampilan akuntansi, yang berada dalam kategori tinggi. Keterampilan akuntansi Indonesia dapat bersaing dengan Singapura, tetapi dapat dikembangkan dengan memberikan lebih banyak praktek dan pelatihan agar persepsinya berada pada tingkat yang sangat tinggi dan mahasiswa dapat memiliki keyakinan yang sangat tinggi untuk dapat bersaing di era MEA. Keterampilan utama yang perlu ditingkatkan di Indonesia dan Singapura terutama pada keterampilan audit. Institusi pendidikan dan para pendidik sebagai fasilitator dan pendukung mahasiswa akuntansi dalam meningkatkan keterampilannya dengan meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa, untuk meningkatkan keterampilan lainnya yang memiliki selisih terbanyak dari keterampilan akuntansi. Keterampilan bahasa Inggris Indonesia memiliki rata-rata yang lebih rendah dari Singapura, sehingga Indonesia harus meningkatkan latihan dan pelajaran dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris. Keterampilan bahasa Inggris di Indonesia dapat ditingkatkan dengan mengajarkan lebih banyak praktek, seperti berbicara, pidato atau debat dalam bahasa Inggris, bukan hanya mengajarkan grammar atau vocabulary. Keterampilan bahasa Inggris di Singapura sudah baik, tetapi perlu ditingkatkan dengan menggunakan bahasa Inggris formal, bukan bahasa Inggris seperti Singlish. Institusi pendidikan dan para pendidik dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dan memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri dalam meningkatkan keterampilan akuntansi dan keterampilan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pemerintah Indonesia dan Singapura mengenai perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi Indonesia dan Singapura mengenai keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris, agar pemerintah dapat mendukung institusi pendidikan secara material maupun non-material untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil yang dalam menghadapi MEA. Pemerintah dapat mendukung kelas internasional, menggunakan textbook international edition, menggunakan pengantar pembelajaran dalam bahasa Inggris dan memberikan seminar untuk memotivasi mahasiswa. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa agar dapat termotivasi untuk belajar lebih giat untuk berkompetisi di era MEA. Mahasiswa di Indonesia harus meningkatkan soft skill, seperti disiplin dan manajemen waktu, serta meningkatkan kesadaran diri untuk meningkatkan keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Mahasiswa harus memiliki inisiatif untuk meningkatkan keterampilannya. Mahasiswa di Indonesia juga harus mengurangi penggunaan social media dan berfokus untuk mengingkatkan keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris dalam menghadapi MEA. Mahasiswa di Singapura juga dapat mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan keterampilan akuntansinya. Rekomendasi Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan agar penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih komprehensif. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat diberikan, yaitu penelitian ini hanya menggunakan metode pengumpulan data primer melalui kuesioner yang didukung dengan wawancara. Pada penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pula metode pengumpulan data yang lain, seperti metode eksperimen atau observasi sehingga dapat menilai keterampilan akuntansi dan bahasa Inggris mahasiswa akuntansi melalui kompetensi yang dimiliki, serta memberikan hasil yang lebih akurat dan obyektif. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tidak hanya didasarkan pada negara, tetapi juga dapat menambahkan perbedaan gender, usia atau universitas negeri dan swasta. Penelitian selanjutnya hendaknya lebih memperluas sampel penelitian, tidak hanya pada mahasiswa akuntansi saja, tetapi juga bisa memasukkan kelompok sampel lain, seperti mahasiswa lulusan akuntansi, sehingga topik penelitian ini dapat menjadi lebih komprehensif dalam melihat kompetensi seorang akuntan. Penelitian selanjutnya hendaknya juga dapat menambah jumlah sampel penelitian dan menggunakan negara ASEAN lain. Rekomendasi ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA [1] Abda’I, Yusfane. (2015). Kesiapan Perguruan Tinggi dalam MEnghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Statistika Universitas Islam Indonesia, 284-293. [2] Abdulkadir. A. A. (2011). The role of entrepreneurship education in empowering Nigerian youths. Business Education Journal, 8(1), 14-22.
52
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 [3] Andriani, E. & Adam, H. (2013). Pengaruh Biaya Pendidikan, Latar Belakang Sosial Ekonomi, Motivasi dan Reputasi terhadap Minat Mahasiswa dalam Memilih Profi S1 Akuntansi Perguruan Tinggi di Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 1-18.
[17] Kelley, D. L. (1999). A Research Approach using Qualitative, Quantitativey & Quality Improvement Methods. California : SAGE. [18] Kusumasari, Lita. (2014). IAI towards AEC 2015. Asia Pasific Journal of Accounting and Finance. Yogyakarta. Page 1-30.
[4] Aring, Monika ILO. (2015). ASEAN Economic Community 2015: Enhancing competitiveness and employability through skill development. ILO Asia-Pasific Working Paper, 1-36.
[19] Lepi, K. (2014). The Top 10 (and Counting) Education Systems in the World. Edudemic. Diakses tanggal 20 Desember 2015 dari website: http://www.edudemic.com/learningcurve-report-education/
[5] ASEAN Secretariat. (1967). The ASEAN Declaration. Bangkok: Association of Southeast Asian Nations.
[20] Liang, F. S. (1988). A Comparative Study of Accounting Systems in Indonesia and Singapore. University of Hull, 1-477.
[6] ASEAN Secretariat. (2008). ASEAN Economic Community Blueprint. Indonesia: Association of Southeast Asian Nations.
[21] Liu, J. J. (2010). English Writing in Public High Schools in China and America: A Comparison Analysis. The International Journal of Language Society and Culture, 30, 54-62.
[7] ASEAN Secretariat (2013). ASEAN Mutual Recognition Arrangement Framework on Accountancy Services. ASEAN. Diakses tanggal 14 November 2015 dari website: http://www.asean.org/index.php/communities/ asean-economic-community/item/aseanmutual-recognition-arrangement-frameworkon-accountancy-services-3
[22] Louangrath, P. T. I. (2013). ASEAN Economic Community 2015: Economic Competitiveness for Sustained Growth and The Implication for Education Market. 38.
[8] Boston, et. Al. (2009). The Official Guide to the TOEFL Test Third Edition. McGraw Hill: Singapore.
[23] Mahmud, M. (2014). The EFL Students’ Problems in Answering the TOEFL: A Study in Indonesian Context. Theory and Practice in Language Studies, Academy Publisher, 4 (12), 2581-2587.
[9] Coughlan, Sean. (2015). Asia Tops Biggest Global School Rankings. Rangking Based on Math and Science at age 15. BBC. Diakses tanggal 20 Desember 2015 dari website: http://www.bbc.com/news/business-32608772
[24] Mc.Gee. (2005). A Comparative Study of Accounting Education in Ukraine and the USA. Andreas School of Business Working Paper Series Barry University, Miami Shores, USA.
[10] Danim, S. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Alfabeta. [11] Dunnette, Marvin D. (1976). Handbook of industrial and organizational psychology. Chicago: Rand McNally College Pub. Co.
[25]
[12] Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Mc.Gee & Preobragenskaya. (2004). Accounting education in Russia and the USA: A comparative study. Andreas School of Business Working Paper Series Barry University, Miami Shores, USA.
[26] Ministry of Education Singapore. (2015). English Language and Literature. Diakses tanggal 6 Januari 2016 dari website: http://www.moe.gov.sg/education/syllabuses/e nglish-language-and-literature/
[13] Hamzah, B. U. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
[27] Morita, L. (2014). Comparing Japan and Singapore in some aspects of English. Social Sciences, 3 (2), 44-52.
[14] Ikhsan, A. (2008). Metodologi Penelitian Akuntansi Keprilakuan. Yogyakarta: Graha Ilmu
[28] Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[15] ILO-Emerging Market Consulting. (2014). Survey of ASEAN employers on skills and competitiveness. ILO Asia-Pacific Working Paper Series, 1-63.
[29] Nikkei Asian Review. (2014). Singapore has some seriously good English speakers. Diakses tanggal 13 November 2015 dari website:
[16] Ishizuka, Takae. (2006). Study Abroad and the New Student Identity in a Time of Globalization. University of Oslo.
53
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 5 No. 1, Juni 2016 http://asia.nikkei.com/magazine/20141113Fast-and-Furious/DATA-in-theNews/Singapore-has-some-seriously-goodEnglish-speakers
[42] Steelyana, Evi. (2012). Preparing Indonesia skilled labor in the field of Accounting, Finance, and Capital Market for ASEAN Economic Community 2015. Journal from Bina Nusantara University, Jakarta.
[30] Nilson, Theresse. (2010). Good for Living? On the Relationship between Globalization and Life Expectancy, World Development, 38 (9), 1191–1203.
[43] Suarman, A. (2011). The Comparison of English Curriculum of Indonesian and Philiphine. Research Based Paper, 1-18.
[31] Pambagyo, I. (2013). Informasi Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN. Indonesia: Kementerian Perdagangan.
[44] Sugiono. (2012). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. [45] Suhartono, S. (2008). Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: ar-Ruzzmedia.
[32] Pryke, Wai Yin. (2012). Singapore’s Journey: Bilingualism and Role of English Language in our development. Diakses tanggal 5 September 2015 dari website: http://www.britishcouncil.cl/sites/default/files/ escrito-way-yin-pryke.pdf [33]
[46] Tim Penyusun Pusat Kamus. (2007). KBBI. Indonesia: Balai Pustaka. [47]
Top Universities. (2015). Nanyang Technological University. Diakses tanggal 29 Desember 2015 dari website: http://www.topuniversities.com/universities/n anyang-technological-university-singaporentu/undergrad
[48]
Top Universities. (2015). Singapore University. Diakses tanggal 29 Desember 2015 dari website: http://www.topuniversities.com/where-tostudy/asia/singapore/singapore/guide
[49]
Wakhyudi. (2014). Kesiapan Sarjana Akuntansi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP, 114.
Purwaningsih, Siti. (2013). Analisis Perkembangan Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia. Makalah Perkembangan Kurikulum Bahasa, 1-20.
[34] Purwodarminto. (1990). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [35] Pyakurel, Shilpa. 2014. ASEAN Economic Community and its Effects on University Education and Job Market: A Case Study of Skill Verification by the Means of Professional Certification Examination. Bangkok University Journal, 1-12. [36] Rahmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya. [37] Rini, Julia Eka. (2014) English in Indonesia: Its Position among other Languages in Indonesia. Beyond words. Vol.2 no.2. Widya Mandala Catholic University Surabaya.
[50] Wu, M. P. & Hsieh, S. W. (2008). The Comparison of Oral Language Acquisition for Grade 1-3 in Taiwan and America. International Journal of Instruction, 1 (2), 324.
[38] Rongchen, Zhou. (2011). Switching from British to American English in Singapore. Institute of Policy Studies. NUS.
[51] Yapa, P. W. S., Joshi, M. & Kraal, D. (2011). The Socio-Economic Impacts of the Adoption of IFRS: A Comparative Study between the ASEAN countries of Singapore, Malaysia and Indonesia. RMIT University, 1-26.
[39] Sharma, K.R. (2004). Accounting Education in South Asia. Concept Publishing Company: India.
[52] Zareva, A. (2005). What is New in the New TOEFL-iBT 2006 Test Format? Electronic Journal of Foreign Language Teaching, 2 (2), 45-57.
[40] SIMGE. (2015). Best private institute by AsiaOne People’s Choice Awards 2015. Diakses tanggal 29 Desember 2015 dari website: http://www.simge.edu.sg/gePortalWeb/appma nager/web/default?_nfpb=true&_st=&_pageL abel=pgDetailedPage&fid=Discover_Awards [41] Singpore Accountancy Academy. (2015). Course Synopsis. University of Plymouth. Diakses tanggal 9 Desember 2015 dari website: http://www.saage.edu.sg/CourseSynopsis/731/714/page.html
54