1
JURNAL ANALISIS NILAI TAMBAH AKARWANGI PADA INDUSTRI MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN MINAHASA UTARA
Analysis Value Added of Akarwangi in Essential Oil Industry in North Minahasa Regency Grace A. Kairupan (1), Caroline B. D. Pakasi (2), Celcius Talumingan (2) 1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi, Universitas sam Ratulangi, Manado. 2 Dosen Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi, Universitas Sam Ratulangi, Manado. . ABSTRACT This study aims to determine the advantages and value added received by the processing business akarwangi became essential oil.This research has been conducted since December of 2015 until January of 2016 at the X company , located in North Minahasa Regency. Retrieval and data collection included primary data and secondary data. Primary data was obtained from akarwangi crop production effort using questionnaires. Secondary data were obtained from various print and online media as well as from journals and literature relating to this study. Data analysis methods applied in this study, in order to see how the value-added processing of akarwangi into essential oils is the first to use the analysis of business profits and subsequently used analasis value added. The results showed that business processing akarwangi becomes essential oil provides a great advantage, by using the main raw material of akarwangi were harvested from plantation company itself as many as 24. 375 kg can produce 243,75 kg essential oils of akarwangi and the price of essential oil per kilogram is equal Rp. 3,000,000. For the price of akarwangi crops on the market in 2007 approximately Rp. 500 / kg (Indrawanto, 2007) and in 2008 the price reached Rp. 800 / kg (Yuhono 2008), Assuming the price of plant akarwangi rise 67% annually then in 2015 the average price of akarwangi plants is Rp. 3000 / kg. Gross revenues derived from the company amounting to Rp. 731 250 000, after deducting expenses totaling Rp. 126.155.000, then the net profit processing business akarwangi in Essential Oils Industry Company X in North Minahasa Regency is Rp. 605.095.000. The biggest cost component is the raw material of Rp. 73.125.000. followed by auxiliary materials costs Rp. 19.750.000. then the depreciation tool cost Rp 16.560.000. and labor costs are determined based on the level of wages that have been agreed, length of work and the number of working days Rp. 12,000,000. as well as a rental fee of Rp. 4,000,000. The lowest cost incurred for cost of electricity is Rp. 720,000. By doing the calculation of value-added analysis, the obtained results of the added value of this business is Rp. 621.905.000 and for the value that is added to the raw material of akarwangi is Rp. 25.514/kg. The amount of added value is derived from the total value added of Rp. 621.905.000 divided by 24. 375 kg amount of raw material akarwangi used and the results is Rp. 25.514/ kg, meaning that for every one kilogram of raw materials akarwangi used can provide additional value of Rp. 25.514. in the production of akarwangi into Essential Oils. Keywords: Value Added, Akarwangi, Essential Oils. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan serta nilai tambah yang diterima usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri akarwangi. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan desember 2015 sampai bulan januari 2016 pada perusahaan X yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara. Pengambilan dan pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari produsen usaha tanaman Akarwangi dengan menggunakan kuisener atau daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh berbagai media cetak dan media online serta dari jurnal-jurnal dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini,
2
guna melihat berapa besarnya nilai tambah dari pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri adalah pertama menggunakan analisis keuntungan usaha dan selanjutnya digunakan analasis nilai tambah. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri memberikan keuntungan yang besar, dengan menggunakan bahan baku utama akarwangi yang di panen dari perkebunan perusahan itu sendiri sebanyak 24.375 kg dapat menghasilkan 243,75kg minyak atsiri akarwangi dan harga minyak atsiri akarwangi per kilogram adalah sebesar Rp. 3.000.000. Untuk harga tanaman akarwangi dipasaran tahun 2007 sekitar Rp. 500/kg(Indrawanto, 2007) dan pada tahun 2008 harganya mencapai sekitar Rp. 800/kg(Yuhono, 2008), asumsi harga tanaman akarwangi dengan kenaikan 6-7% setiap tahunnya maka pada tahun 2015 rata-rata harga tanaman akarwangi adalah Rp. 3000/kg. Penerimaan kotor yang diperoleh perusahaan sebesar Rp.731.250.000, setelah dikurangi biayabiaya yang totalnya Rp. 126.155.000 maka keuntungan bersih usaha pengolahan akarwangi pada Industri Minyak Atsiri Perusahaan X di Kabupaten Minahasa Utara adalah sebesar Rp.605.095.000. Komponen biaya yang paling besar terletak pada bahan baku sebesar Rp.73.125.000, diikuti dengan biaya bahan penolong Rp.19.750.000 kemudian biaya penyusutan alat Rp. 16.560.000 dan biaya tenaga kerja yang ditentukan berdasar pada tingkat upah yang telah disepakati bersama, lama kerja dan jumlah hari kerja Rp. 12.000.000 serta biaya sewa tempat Rp. 4.000.000. Biaya terendah dikeluarkan untuk biaya listrik yaitu sebesar Rp. 720.000. Dengan dilakukannya perhitungan analisis nilai tambah, maka diperoleh hasil nilai tambah dari usaha ini yaitu sebesar Rp. 621.905.000 dan untuk besarnya nilai yang ditambahkan pada bahan baku akarwangi per kilogramnya adalah Rp 25.514. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari jumlah nilai tambah Rp. 621.905.000 dibagi dengan 24.375 kg jumlah bahan baku akarwangi yang dipakai dan hasilnya Rp. 25.514/kg, artinya untuk setiap satu kilogram bahan baku akarwangi yang digunakan dapat memberikan penambahan nilai sebesar Rp.25.514 dalam produksi Akarwangi menjadi Minyak Atsiri. Kata Kunci: Nilai Tambah, Akarwangi, Minyak Atsiri PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peran besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terlebih pada negara agraris dan Indonesia termasuk negara agraris. Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang didalamnya terdapat banyak jenis tanaman yang tumbuh berkembang di tanah Indonesia. Jenis tanaman yang ada di Indonesia seperti tanaman pangan yang merupakan tanaman penghasil karbohidrat dan protein contohnya padi dan jagung, tanaman holtikultura yang dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun contohnya buahbuahan dan tanaman obat, tanaman tahunan yang berumur lebih dari satu tahun contohnya kelapa dan coklat serta tanaman musiman yang merupakan tanaman berumur kurang dari 1 tahun seperti tebu, pandan dan akar wangi. Agribisnis menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis terbentuk dengan adanya berbagai subsistem termasuk didalamnya adalah Agroindustri. Berikut ini merupakan bagian dari sistem agribisnis yaitu subsistem input(agroindustri hulu), usahatani (pertanian), sistem output (agroindustri hilir) dan pemasaran. Agroindustri akan selalu terikat dan terkait dalam pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Salah satu produk pertanian yang berkembang saat ini adalah minyak atsiri, yang dapat dihasilkan oleh berbagai jenis tanaman antara lain cengkeh, pala, nilam dan masih banyak lagi tanaman penghasil minyak atsiri termasuk didalamnya adalah akarwangi. Akarwangi merupakan contoh tanaman yang berpotensial untuk dijadikan barang atau produk pertanian bernilai tinggi dan akar wangi adalah salah satu komoditas eksport unggulan indonesia yang berpotensial. Tanaman Akarwangi (Vetiveriazizanoides) merupakan jenis rerumputan yang dapat menghasilkan minyak atsiri atau Java vetiver oil melalui proses destilasi atau proses penyulingan akar. Luas tanaman akarwangi di Indonesia mencapai 3.200 ha, dengan pangsa pasar dunia
3
termasuk dalam lima besar. Indonesia pernah sukses menjadi negara produsen satu dunia, namun sejak tahun 1993 hanya mampu berada pa urutan ke lima (Emmyzar, 2006). Minyak akarwangi merupakan bahan baku untuk pembuatan kosmetik, parfum, pewangi sabun dan sebagai bahan baku obatobatan/pembasmi serangga. Selain sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman akarwangi juga merupakan tanaman konservasi tanah dan air yang baik atau tanaman yang dapat mencegah kerusakan tanah oleh erosi karena dilihat dari bentuk dan struktur akar, daun dan rumpunnya yang tebal dapat dengan efektif menahan erosi dan juga banyak lagi kegunaan tanaman akarwangi seperti untuk bahan dasar kerajinan tangan seperti tas, karpet, gantungan kunci, hiasan dinding dan lain-lain. Tujuan dari setiap usaha atau bisnis serta perusahaan adalah mendatangkan laba atau mendapatkan keuntungan. Tujuan dari usaha akarwangi ini sendiri adalah menciptakan produk minyak atsiri yang siap di pasarkan dengan mutu dan kualitas yang baik serta mampu bersaing dalam pasar dunia. Semakin bertambah pengolahan dan penanganan pada produk pertanian khususnya tanaman akarwangi maka semakin besar nilai tambah yang akan diperoleh dari tanaman penghasil minyak ini. Pada Perusahan pengolahan Akarwangi di Kabupaten Minahasa Utara memiliki Luas tanam yaitu mencapai 300 ha dan umur panen dari tanaman Akarwangi ini adalah 8 bulan. Nilai tambah suatu dalam penelitian ini adalah perbedaan nilai serta pertambahan nilai suatu produk setelah mengalami proses pengolahan dalam suatu proses produksi, dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya tidak termasuk tenaga kerja. Masyarakat pada saat-saat ini harus memiliki pemikiran dan tujuan yang sama yaitu untuk memikul tanggung jawab bersama agar produk pertanian yang di jual atau di eksport tidak hanya secara langsung dijual melainkan dilakukan pengelolahan produk terlebih dahulu sehingga memiliki nilai tambah(Anonim 1, 2012). Tanaman akarwangi mempunyai prospek yang baik, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apa saja keuntungan dan nilai tambah yang dihasilkan dari tanaman ini.
Perumusan Masalah Berdasar uraian latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini: 1. Berapa besar keuntungan dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara. 2. Berapa besar nilai tambah dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara.
1.
2.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : Menganalisis keuntungan dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara. Menganalisis nilai tambah dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara.
Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Diharapkan dapat menambah wawasan tentang Tanaman Akarwangi 2. Menambah informasi dalam mencari besarnya keuntungan dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara. 3. Menambah pengetahuan tentang besarnya nilai tambah dari usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri di Kabupaten Minahasa Utara. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan diperusahaan X yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara dalam waktu 3 minggu. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Metode Analisis Data 1. Analisis Keuntungan Usaha Pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri
π = TR – TC Keterangan : π = Keuntungan usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) TR = Penerimaan usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp)
4
TC = Biaya total usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) Untuk biaya total dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Biaya total usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) TFC = Biaya tetap usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) TVC = Biaya variabel usaha Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = Q x P Keterangan : TR = Penerimaan total usaha pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri (Rp) Q = Jumlah produk Minyak Atsiri Akarwangi P = Harga produk Minyak Atsiri Akarwangi (Rp)
2. Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri
NTp = Na – (Bb+Bp+Bbp) = Na – Ba
Ba = Biaya antara (Rp) Bb = Biaya bahan baku Rp) Bp = Biaya penyusutan alat (Rp) Bbp = Biaya bahan penolong (Rp) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usaha Minyak Atsiri Usaha Pengolahan Akarwangi di Perusahan X berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara. Usaha yang dijalankan awal mula bergerak tahun 2013. Perusahaan ini bukan hanya mengusahakan tanaman Akarwangi, ada beberapa macam tanaman yang dikelolah oleh Perusahaan ini. Khusus pengolahan tanaman Akarwangi menjadi minyak atsiri, karyawan atau tenaga kerja yang digunakan sebanyak 5 orang, sistem pembayaran perhari. Tenaga kerja dibayar perhari Rp.80.000/orang. Bahan baku untuk pembuatan Minyak Atsiri Akarwangi diambil dari perkebunan yang dikelolah sendiri. Asumsi harga jual per kilogram minyak atsiri sebesar Rp. 3.000.000 (Anonim 2, 2012) harga ini yang rata-rata dipakai pada pasar perdagangan minyak atsiri akarwangi. Penggunaan Peralatan Pengadaan peralatan yang tepat dapat membantu melancarkan proses kegiatan produksi serta dapat memberikan keuntungan bagi usaha minyak atsiri akarwangi. Biaya penggunaan peralatan pada usaha minyak atsiri akarwangi selama proses produksi, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini
Keterangan : NTp = Nilai tambah produk (Rp) Na = Nilai produk akhir Minyak Atsiri Tanaman Akarwangi (Rp) Tabel 1. Biaya Penggunaan Peralatan Usaha Minyak Atsiri Akarwangi pada perusahaan X di Kabupaten Minahasa Utara. Umur Ekonomis (tahun)
Nilai sisa (Rp)
Nilai Penyusutan (Rp/tahun)
500.000.000 500.000.000
5
100.000.000
80.000.000
1
10.000.000
10.000.000
5
2.000.000
1.600.000
1
7.500.000
7.500.000
5
1.500.000
1.200.000
Nama Alat
Jumla h
Boiler Steam
1
Pompa air Genset
Harga perunit (Rp)
Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Jumlah biaya (Rp)
517.500.000
82.800.000
5
Tabel 1 memperlihatkan total biaya pengunaan peralatan yang dikeluarkan oleh usaha pengolahan Akarwangi menjadi minyak atsiri pada perusahaan X di Kabupaten Minahasa Utara. Nilai Penyusutan untuk alat boiler steam pertahun Rp. 80.000.000 dan pompa air sebesar Rp. 1.600.000 serta nilai penyusutan untuk alat genset sebesar Rp. 1.200.000 pertahun. Selain digunakan untuk pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri, alat-alat yang ada pada perusahaan X juga dipakai untuk proses pengolahan minyak atsiri lainnya salah satu contoh pengolahan nilam menjadi minyak atsiri nilam. Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Bahan baku utama yang di gunakan dalam proses pengolahan usaha Minyak Atsiri Akarwangi adalah akar dari tanaman Akarwangi. Bahan baku merupakan bahan mentah yang diolah untuk menghasilkan produk
pertanian dengan nilai yang lebih tinggi. Ketersediaan bahan baku secara stabil dan berkelanjutan dapat membantu proses produksi suatu perusahaan berjalan lancar dan perusahaan dapat beroperasi dalam waktu yang relatif lama. Selain bahan baku tentunya ada bahan penunjang atau bahan penolong lain yang dipakai dalam meproduksi Minyak Atsiri, dan bahan penolong yang dipakai adalah solar, dan toples. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi minyak akarwangi adalah menggunakan akarwangi yang di panen dari perkebunan perusahan itu sendiri. Untuk harga tanaman akarwangi dipasaran tahun 2007 sekitar Rp.500/kg(Indrawanto, 2007) dan pada tahun 2008 harganya mencapai sekitar Rp. 800/kg(Yuhono, 2008), asumsi harga tanaman akarwangi dengan kenaikan 6-7% setiap tahunnya maka pada tahun 2015 harga tanaman akarwangi adalah Rp.3000/kg.
Tabel 2. Rincian Biaya Bahan Baku & Bahan Penolong dalam proses produksi Akarwangi menjadi minyak atsiri untuk 1 ha No.
Jenis Bahan
A. Bahan Baku Utama 1. Akarwangi
Jumlah
Satuan
Harga(rp/satuan)
975
Kg
3.000
Jumlah
Jumlah Biaya(Rp)
2.925.000 2.925..000
B. Bahan Penolong 1. Solar
40
Liter
6.000
240.000
2.
Toples
3
Buah
20.000
60.000
3.
Karung
195
Buah
2.000
390.000
4.
Food Container
1
Buah
100.000
100.000
Jumlah Total Sumber : Data Primer (diolah), 2016. Tabel 2 merupakan rinician biaya penggunaan bahan baku dan bahan penolong yang di perlukan dalam proses produksi minyak atsiri akarwangi, dimana biaya bahan baku yaitu Akarwangi menjadi biaya terbesar dalam proses produksi dengan jumlah Rp. 2.925.000 dan untuk biaya terendah yang dikeluarkan adalah untuk bahan penolong yaitu toples sebesar Rp. 60.000. Jumlah biaya bahan penolong sebesar
790.000 3.715.000
790.000. Keseluruhan biaya bahan baku dan bahan penolong yang dikeluarkan sebesar Rp 3.715.000. Biaya Produksi Biaya yang tergolong dalam biaya tetap dari usaha ini adalah biaya penyusutan alat yang digunakan dalam proses produksi, biaya sewa listrik serta biaya sewa lahan. Biaya listrik pertahun Rp. 3.600.000. Biaya sewa tempat
6
pertahun Rp. 20.000.000. Sedangkan biaya variabel yaitu biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja.
Tabel 3. Rincian Pengeluaran Biaya Bahan Baku & Bahan Penolong dalam pengelolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri untuk 25 ha dalam 1 kali produksi Jenis Bahan No. Volume Satuan Harga(rp/satuan) Jumlah Biaya(Rp) Baku A. Bahan Baku Utama: 1. Akarwangi 24.375 Kg 3000 73.125.000 Jumlah
73.125.000
B. Bahan Penolong : 1. Solar
1000
Liter
6.000
6.000.000
2. 3.
Toples Karung
75 4.875
Buah Buah
20.000 2.000
1.500.000 9.750.000
4.
Food Container
25
Buah
100.000
2.500.000
Jumlah Total Sumber : Data Primer(diolah), 2016 Pada tabel 3 dapat dilihat jumlah keseluruhan biaya bahan baku dan biaya bahan penolong yang dikeluarkan dalam proses produksi akarwangi menjadi minyak atsiri pada perusahaan X di Kabupaten Minahasa Utara sebesar Rp.92.875.000.
Tabel 4.
19.750.000 92.875.000
Penerimaan dan Keuntungan Usaha Minyak Atsiri Akarwangi Tujuan dari setiap usaha adalah mendapatkan keuntungan yang besar dan berkelanjutan. Keuntungan usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak atsiri akarwangi adalah selesih antara total penerimaan dengan total biaya yang ada dalam usaha ini. Besarnya keuntungan dari usaha pengolahan akarwangi pada perusahaan X di Kabupaten Minahasa Utara dapat dilihat pada tabel 4.
Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pengolahan Akarwangi menjadi Minyak Atsiri di Kabupaten Minahasa Utara. No. Keterangan Jumlah (Rp) 1. Penerimaan TR = 243,75kg x 3.000.000 731.250.000 2. Biaya-biaya 1. Biaya Penyusutan Peralatan 16.560.000 2. Biaya Listrik 720.000 3. Biaya Sewa Tempat 4.000.000 4. Biaya Bahan Baku 73.125.000 5. Biaya Bahan Penolong 19.750.000 6. Biaya Tenaga Kerja 12.000.000 3. Keuntungan (TR-TC) 605.095.000 Sumber : Data Primer (diolah), 2016
7
Keseluruhan jumlah biaya yang dipakai adalah sebesar Rp. 126.155.000 dengan menggunakan bahan baku utama akarwangi sebanyak 24.375 kg dapat menghasilkan 243,75 kg minyak atsiri akarwangi dengan rendeman 1%. Usaha pengolahan akarwangi di perusahaan X memperoleh penerimaan kotor sebesar Rp. 731.250.000, setelah dikurangi biaya-biaya maka keuntungan bersih yang didapat adalah Rp. 605.095.000. Analisis Nilai Tambah Minyak Atsiri Akarwangi Perhitungan analisis nilai tambah usaha pengolahan akarwangi menjadi minyak akarwangi pada perusahaan X dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai yang tambahkan pada bahan baku yang digunakan yaitu akarwangi dan perhitungan analisis nilai tambah akarwangi adalah sebagai berikut: Perhitungan Analisis Nilai Tambah(Rp) NTp = Na – Ba =731.250.000 – 109.435.000 = 621.905.000 Berdasarkan perhitungan tersebut nilai tambah yang didapat dari usaha ini adalah Rp. 621.905.000 dan untuk besarnya nilai yang ditambahkan pada bahan baku akarwangi per satu kilogram bahan baku, maka 621.905.000 dibagi dengan 24.375 jumlah bahan baku akarwangi yang dipakai dan hasilnya Rp. 25.514/kg, artinya untuk setiap satu kilogram bahan baku akarwangi yang terpakai dapat memberikan penambahan nilai sebesar Rp. 25.514.
1. Usaha pengolahan Akarwangi menjadi minyak atsiri menghasilkan 243,75 kg minyak Atsiri Akarwangi dengan keuntungan Rp. 605.095.000 pada tingkat harga Rp. 3.000.000/kg minyak atsiri akarwangi 2. Usaha pengolahan akarwangi di Kabupaten Minahasa Utara menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 621.905.000 dan nilai tambah dalam satu kilogram bahan baku akarwangi nilainya sebesar Rp. 25.514/kg. Artinya untuk setiap satu kilogram bahan baku akarwangi yang dipakai memberikan penambahan nilai sebesar Rp. 25.514 dalam produksi minyak atsiri akarwangi. Saran Perlu adanya sosialisasi untuk pengembangan tanaman akarwangi didaerahdaerah lain di Provinsi Sulawesi Utara dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat dan mengetahui nilai tambah dari limbah yang dihasilkan dari proses produksi Akarwangi menjadi Minyka Atsiri. DAFTAR PUSTAKA Anonimous 1, 2012. Kajian Nilai Tambah Produk Pertanian. Kementrian Keuangan Republik Indonesia Badan Kebijakan Fiskal. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Jakarta. Anonimous 2, 2015. Economi, dna/rilmobile. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tanaman akarwangi memiliki prospek yang baik karena selain produk unggulannya yaitu minyak Akarwangi yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan parfum dan kosmetik, ternyata limbahnya juga dapat dimanfaatkan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Perusahaan X yang mengolah Akarwangi menjadi Minyak Atsiri di Kabupaten Minahasa Utara, kesimpulan yang diperoleh adalah :
Emmyzar, 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Akarwangi. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bandar Lampung. Indrawanto, C. 2007. Analisis finansial Agroindustri Penyulingan akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Sjarkowi, Sufri 2004. Definisi dan pengertian Agribisnis. http://wordpress.com. Diakses tanggal 25 oktober 2015.
8
Yuhono, JT. 2008. Analisis Pendapatan dan Daya Saing Usahatani Akar Wangi di Kabupaten Garut. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Bul. Litro. Vol. XIX No. 2, 2008, 197-215.