i:wt'!!e
7
JURHf,L AGROTEKHOS l$SH:2087-770S Dit*rhit*m olehlumsf,nAgrutelinola$, FrkulrncPeftanirn ltnisrrnifes Halnoleo, FerhimPunen Agronnmi lndone$ia {PERAGI} Cabang $ulawe*i Tenggere Alnms : Gedung furusln Agrotu*nologl, FnlrutDas Fertflrlrn Unlversitas Haluoleo ll. HJ.A. Moko donrpit 8-nrail i*
[email protected]
$USUIIAI{ D[t{IAilI NEDAKSI
Pelinduug/Pena*ehtf D*,karr Fakuhas Pertnnian Universitar Halunleo
Peranggurylcweb: l{etun furnsan Alfsteknologi Falnrltas Fertanian Unlrersttns Haluuls$ Kefila D+wtn Redalrlui: Dr. Andi l{tneruni &
Wnkill(etua: Dr.Ilirvamena Ensr Sekretarls: Dr. La Orle Afp
RedalsiAhli: Ptuf, Dr. Salfiff Giuting {Iteruburan Tanah-UHHA[UJ
Frof. Dr. $ylvia Siam (Entonrologi-lliltl.A$|
Prof. Dr. Stka Wakib $]nm'un fFl-c|.]logl Tnnnman-UItHA$]
Frof, Iir. Andi Bahnrn {tgrohldrolugi.UlrtHAtu}
Prol. Ilr. $Iuhemrnad Tsu fl k [Fitopatotogi.UH[IALU] Dr. I Gustl Ray $a dimantnra [Pemuliaan Tanamnn-UN HAIU] Dr. Fransiscus $. Rembon {Pengelolann Tanlh-ilI{HAtUI Dr. $uaib [Pemuliaan Tauamsn -UNHALUI Dr. Teguh liliiayauto fEiorelmulogt T*narnau.UHIIAtII]
tredsksiFelaksrnn: Ilr. GustiAyul(ade $utrrlsti, Dr. Lr Ode Huhammad Harioni lltlorruaeld Aenbh, Itl.Si, $5ranrsuAlern" ltl.Sc
Esndrhsrd: Tr**fla C. Bakif,n, lll,F
ArryiyryahAq
Admiuisitmfi: Arif $tdarrono,llt.$i
Iurtral Agruleknrr diterbitkan sebagai medla komunikasi dan forum pemb*hasan ilrni
ah
masalah pertanlan, khususnya rllbldang ilmu dan teknnlogt budi daya tanEffiafir Feng€ndatian qrganisme penggsnggu tumbuhan, dan pengelolaan surnberdaya alem p€rtanian. nrtikel yang dipertimbangkan pemuatanfiya berupa haril penelitian rtau tetaah (rcun:rv) yang befum pdrnjfr
diterbltkan atau tidak sedqg menunggu diterbitkln pada pr:blila :i tain. netian penyunting berhak memperbaiki naskahlang akaliOimuat tenFa menguhah maksu d dan isinya. Jurnal_ Agrateknos t€rtfttiga kEli setahun yaknl parlr hrrlan M#et, lr.d i dan Nopernber,
Daftar Isi
Keterangan gambar sampuh
rnR$$Ae AGROTEKT{OS Vol. 3 No.l Maret 2013
Karakter Morfologi Tanaman |ahe Lokal Sulawesi Tenggara (lihat artikel halaman 53J
.[rtikelr Pertumbuhan dan Produksi fagung (Zea maysL.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Melalui Pemberian Nutrisi Organik dan Waktu Tanam dalam Sistem Tumpangsari
Malanur faya Arm4 Uli Fermin, Laode Sabaruddin
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Aminuddin Mane Kandari, La Ode Safuan L. M.Amsil
Tanaman Kopi Robusta (Cofea canephora) Berdasarkan Analisis Data lklim Menggunakan
1-7
8-13
Aplikasi Sistem Informasi Geografi
IGii Tindak Pengendalian Hama Penggerek Buah Ikkao {Conopomorpha cramerella Snellen}
Nuriadi, Gusnawaty
L4.L8
HS,
dengan Pestisida Nabati
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi fBrassica juncea LJ pada Berbagai Dosls PupukUrea
Dedi Erawan,Wa Ode Yani, Andi
Aplikasi Rizobakteri pada Cover Crop dalam Mempengaruhi Sifat Kimia Tanah Bekas
Sitti Leomo, La Mudi, Syamsu AIam
26-33
Amin Nur, Neny R lriany, A Takdir M.
34-40
Teguh Wijayanto
4t-47
Gusti Ray Sadimantara Asih Widarsih,
48-52
L9-25
Bahrun
Tambang Nikel
Variabilias Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomis Galur ]agung dengan Tester MR 14
Prospek Penerapan Bioteknologi
dalam
Pemanfaatan dan Pengembangan Biodiversitas Padi Lokal Sulawesi Tenggara
Seleksi Beberapa Progeni Hasil Persilangan Padi
Gogo (Oryza sativa
L)
Berdasarkan Karakter
Muhidin
Pertumbuhan Tanaman
Eksplorasi Keragaman Genetik Tanaman fahe
Lokal Sulawesi Tenggara dan
Dirvamena Boer, La lGrimuna
53-59
Kasutiianingati, Dirvamena Boer
60-64
Upaya Pemanfaatannya dalam Program Pemuliaan
Milcopropagasi Pisang Mas Kirana {Musa
Acuminata LJ Memanfaatkan Bap dan Naasecara In-Vitro
DITERBITKtrN OIfiE: JURITSTN IIGROTETNOIIOGI rIpm,TI ItNHf,rilt PERtrGI CIBf,NG SITI.if,\IIESI TENGG.f,Nf, TERBIT 3 Kf,I.I Sf,TTEIIN
tssN 2087-7706
,luluJlutlutlil[il
IURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal S-13
ISSN:2087-7706
EVAIUASI KESESUAIAN TAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) BERDASARKAN ANATISIS DATA IKLIM MENGGUNAKAN APTIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Land Suitability Evaluation for Development of Coffee Robusta (Coffea canephora) Based on Climate Data Analysis Using Geographic Information Systems Applications AMINUDDTN MANE KANDARI*), LA oDE SAFUAN, L. M.AMSIL Jurusan Agrotelmologi Folultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari 93232
* u","*tlff:rl-"."
rhe aim of the srudy was trpe, spatiauy crimate distribution and climate suitability class for robusta coffee crop in the district of Buton. The research was
conducted in March to Agsuhts 2013 by using Thiessen polygon approach throngh GIS spatial analpt and climate unlt obtalned from overlay dimate elements, namely temperaturr, precipitation, humidity, and dry mont'hs. Research found that, in Buton, climate type according to tbe classtffcadon Schmidth - Fergusson climate type C in the coverage area of the station rainfrll Lawele and Betoambari, and the tyrye climate in the region of l(apontori and lhisabu rainfall stations based on. Thiessen polygon, the widest distribudon was 4 months dry climate, i.e. z !24.257,29 hectares or 59,16 9o of the rainfall stadons lhpontori, Ihisabu, and Betoambari. While the widest climatologl element (tempera$re, humidity, radiation, and evaporation) were in the climatologgl $,ation Ikpontori z t23.24O,42 ha or 5&68 06 of the total study area, Actual climadc suitability classes in the strrdy site for the coffee plants were class 32 ( quite appropriate ) area of 69.581,56 hectares or 61,46 96 and marginally suitable { 53 ) area of 43.632,03 hectares or 38,54 o/o with the toughest obstacles werr temperature (t) and humidity (w3). While the
potendal cllmatic suitability remained on climate spesiffc class 32 (quite appropriate) and 53 (naryinally suitable]. With the resulG of the enaluation of the climadc suitability, coffee plants can be developed in the researel area. Keywords: climate, coffee, land suitability
PENDAHULUAN
Di Indonesia tanaman kopi termasuk tanaman perdagangan karena dapat menghasilkan devisa negara dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan memberikan peluang bagi masyarakat sebagai lapangan keria. Menurut Muljodiharjo (L996), kopi
berada pada urutan ke-empat sebagai
penghasil devisa setelah kyu, karet dan kelapa sawit Kabupaten Buton merupakan daerah kepuluan yang secara umum masyarakatrya mengusahakan tanaman kopi robusta (Coffea 'l Alamat korespondensi: Email :
[email protected]
canephora) berdasarkan data Badan Pusat Sbtistik (201U, jumlah produksi kopi di Kabupaten Buton adalah 118 ton dari 549 ha lahan yang produktif. Bila di lihat dari luas lahan produktifrrya , maka produksi kopi robusta di Kabupaten Buton masih tergolong rendah. Rendahnya produksi kopi tersebut disebabkan karena petani dalam membudidayakan kopi masih dilakukan secara sederhana, berbagai faktor tumbuh belum diperhatikan secara serius oleh petani, termasuk faktor iklim sementara diketahui bahwa dalam mengembangkan salah situ
komoditas pada suatu daerah h,"*t mempertimbangkan faltor iklim dalam hal ini
harus memperhatikan kesesuaian iklim karena iklim berkaitan erat dengan proses
Vol.3 No.1,2013
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
fotosintesis yang akan menentukan tingkat pertumbuhan dan produktivitas. Salah satu faktor iHim adalah suhu yang sangat penting ddam iertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu udara merupakan falnor penting dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu dari pusat pusat produksi tanaman, misalnya ada ienis tanaman yang membutuhkan suhu rendah tapi ada juga yang tumbuh baik pada suhu tinggr. Perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografi [SIG) saat telah mengalami
ini
perkembangan yang sangat pesat dengan
kemampuannya
untuk
menyimpan, memperbaiki,
memperoleh, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan semua bentuk data dan informasi ke dalam sistem yang
bereferensi geografi, sehingga
dengan
kemampuan tersebut sebuah data maupun informasi dapat disaiikan secara efisien dan efektif kedalam benilk peta. Dengan adanya
informasi tersebut dapat dijadikan sebuah
kebiiakan dalam pengambilan suatu keputusan dalam perencanaan maupun pengelolaan dalam pemanfaatannya.
Berdasarkan uraian diatas, analisis data iklim utamanya suhu dengan bantuan sistem informasi geografi sangat penting dilakukan dalam upaya memperoleh informasi spasial tentang kesesuaian tanaman kopi robusta (Coffea canephora) berdasarkan kesesuaian suhu di wilayah Kabupaten Buton.
Berdasarkan uraian diatas, analisis data dengan banhran sistem informasi geografi sangat penting dilakukan dalam upaya memperoleh informasi spasial tentang kesesuaian tanaman kopi berdasarkan kesesuaian iklimnya di wilayah Kabupaten Buton Daratan.
iklim
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Citra SRTM (Shuttle Radar Topography MlbsronJ resolusi 90 meter, Peta Administrasi Kabupaten Buton Skala 1:500.00O Data iklim dari stasiun Lawele, KaisabU Kapontori, Ngkari-ngkari, dan stasiun klimatologi Betoambari selama 10 fsepuluh) tahun teralirhir (2002- 20 1 1).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan untuk analisis data seperti perangkat lunak (softruare) ATcGIS 9.3 beserA
extensions spasial Analyst, trtlicrosofi Office Excel 2A03, dan seperangkat Laptop.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi metode tumpang susun (overlay) antara peta administrasi dan peta polygon Thiessen dari rata-rata unsur iklim dari setiap stasiun yang berada di wilayah penelitian. Data iklim tersebut akan diiadikan sebagai dasar untuk evaluasi kesesuaian agroklimat Selanjutnya evaluasi kesesuaian iklim dilakukan dengan metode pembandingan {matching') antara karakteristik iHim dengan persyaratan agroklimat tanaman kopi robusta (Coffea canephora).
HASIT DAN PEMBAHASAN
Keadaan iklim di l(abupaten Buton didasarkan pada 4 (empat) stasiun curah hujan yang terdiri dari Stasiun Lawele, Betoambari, Kapontori, dan Stasiun KaisabU fempat) stasiun klimatologi yang
serta
4
terdiri dari sasiun klimatologi lhisabu Betoambari, Ngkari-ngkari,
dan
stasiun
Idimatologi lkpontori selama 10 (sepuluhJ tahun (2002-2OIL). Cakupan wilayah dari
stasiun (curah hujan) dilakukan dengan menggunakan metode poligon Thiessen fGambar 1].
Stasiun Curah Hufan Lawele. Berdasarkan pembagian poligon Thiessen, cakupan Stasiun Curah Hujan Lawele mewakili beberapa kecamatan, yang terdiri dari
Kecamatan Lasalimu, Lasalimu Selatan, Siotapin4 dan sebagian wilayah Kecamatan
Wolowa. Menurut sistem klasifikasi SchmidthFergusson IBB = CH >100 mm Bulan r; BK =
CH
< 60 mm Bulan-r bahwa di
wilayah
cakupan stasiun curah hujan Lawele tergolong
tipe iklim C, yaitu terdapat 5,3 Bulan basah [BB), dan 2,6 Bulan kering (BK) dengan nilai Quotient (al = 49,2 o/o. Kenyataan ini berindikasi bahwa di wilayah cakupan stasiun
curah hujan Lawele tergolong tipe iklim
daerah Agak Basah.
Stasiun Curah Huian Betoambari. Menurut sistem klasifikasi SchmidthFergusson IBB = CH >100 mm Bulan r; lK =
CH < 60 mm Bulan lbahwa diwilayah cakupan stasiun curah hujan Betoambari tergolong tipe iklim C, yaitu terdapat 5,2 Bulan basah [BB),
10
KANDARI ETAL
J.AGROTEKNAS
dan 2,8 Bulan kering IBKJ dengan nilai Quotient tal = 54,8 o/o. Kenyataan ini
bunga. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikud oleh peningkatan
daerah Agak Basah
titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia. Pengaruh
berindikasi bahwa di wilayah cakupan stasiun curah hujan Betoambari tergolong tipe iklim
Stasiun Curah Huian l(apontori. Menurut sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson (BB = CH >100 mm Bulan-ri BK= CH < 60 mm Bulanr bahwa di wilayah cakupan stasiun curah huian Kapontori tergolong tipe iklim D, yaihr terdapat 4,8 Bulan basah (BB), dan 3,1 Bulan kering [BK) dengan nilai Quotient (Q) = 6a,9 o/0. Kenyataan ini berindikasi bahwa di wilayah calmpan stasiun curah huian Kapontori tergolong tipe iklim sedang. untuk penyinaran rata-rata tahunan di wilayah cakupan stasiun klimatologi Ngkari-ngkari yaitu 4.543,90Callanz, penyinaran rata-rata bulanan tertinggi teriadi pada Bulan Agustus yaitu S50Calfemz, dan penyinaran rata-rata bulanan terendah teriadi pada Bulan Desember yaitu ZBLCal/ crnz. Stasiun l(imatologi Betoambari. untuk penyinaran rata-rata tahunan di wilayah cakupan stasiun klimatologi Betoambari yaitu 4.845 Cal/cm2, penyinaran rata-rata bulanan tertinggi teriadi pada Bulan Oktober yaitu 486Cal/cmz, dan penyinaran rata-rata bulanan terendah terjadi pada Bulan fanuari dan Maret yaitu 348 Cal/cmz. Stasiun Klimatologi l(aisabu. Penguapan rata-rata tahunan di wilayah cakupan stasiun
klimatologi lbisabu yaitu 859,0 rlrl,
penguapan rata-rata bulanan tertinggi teriadi pada Bulan September yaift 95,0 mm, dan penguapan rata-rata bulanan terendah terjadi
pada Bulan Februari yaitu 57,0
mm. Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 5., untuk
penyinaran rata-rata tahunan di wilayah cakupan stasiun klimatologi l(aisabu yaitu 5,092,2Ca1 /crnz, penyinaran rab-rata bulanan tertinggi terjadi pada Bulan September yaitu 563Cal/cmz, dan penyinaran rata-rata bulanan
terendah terjadi pada Bulan Maret yaitu sebesar 323Callarl,:.
Pembahasan. Suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting yaihr seperti pada proses pembukaan dan menututupnya stomata, transpirasi, penyerapan air dan nutrisi (unsur hara), fotosintesis, respirasi, Hneria enzim, cita rasa tanaman, pembentukan primordia
proses-proses tersebut dan setelah melewati
temperafirr terhadap pertumbuhan kopi erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-falrtor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat erat kaitanya terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun. Kelas kesesuaian iklim di lokasi penelitian jika ditinjau dari aspek suhu diperoleh kelas kesesuaian iklim 52 dan 53. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa aspek suhu di lokasi penelitian tidak meniadi
kendala berarti untuk
pengembangan
komoditas kopi.
Bulan Kering. Bulan kering merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 75 mm. Pertumbuhan dan produksi kopi akan maksimum apabila dibudidayakan pada tempat dengan kondisi bulan kering yang rendah. Bulan kering yang terdapat di lokasi penelitian adalah 4 sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual 52. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut baik atau tidak menjadi masaalah penting untuk pengembangan kopi. Sementara itu input teknologi untuk perbaikan kondisi bulan kering merupakan sesuatu yang suliq oleh karena itu kelas kesesuan lahan potensial ditetapkan 52. Curah Hufan. Unhrk tanaman kopt, distribusi curah hujan lebih mutlak dari pada jumlah huian per tahun. tanaman kopi menginginkan periode agak kering sepanjang 3 bulan untuk pembentukan primordia bunga, florasi, serta penyerbukan. Periode kering lebih mutlak unhrk kopi robusta yang menyerbuk silang namun kopi arabika lebih toleran pada periode kering dikarenakan t)rye kopi ini menyerbuk sendiri. Tanaman kopi tumbuh optimum di tempat dengan curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun dengan 3 bulan kering namun memperoleh huian kiriman yang cukup. tanaman kopi tetap tumbuh baik di tempat dengan curah huian 1.300-2.000 mm/tahun, seandainya tanaman kopi diberi mulsa serta irigasi intensif, Curah hujan merupakan unsur iklim terpenting. Kondisi curah huian yang terdapat dilokasi
Vol.3 No.1,2013
penelitian berkisar
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk
t.552,43-L989,67
mm/tahun. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang paling cocok untuk kopi sehingga termasuk dalam kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial 51. Dapatdilihatpada peta : Kelembaptn. Keadaan kelembapan yang tinggr dapat mengurangi evantranspirasi dan mengkompensasi curah hujan yang rendah
(Soemartono, 1955), Namun perlu diingat bahwa keadaan dengan kelembapan tinggi yang terus menerus iuga memungkinkan teriadinya serangan penyaHt yang disebabkan oleh jamur. Kondisi kelembaban yang ada di lokasi penelitian yalmi berkisar 92-98. Hal tersebut merupakan kelembapan yang tinggi untuk tanaman kopi dan kemungkinan kopi tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik Oleh karena itu kelas kesesuain lahan aktual di lokasi penelitian jika ditinjau dari aspek kelembapan diperoleh 53 fsesuai marginalJ, kemudian kelas keseuaian lahan potensial iuga termasuk 53 karena kondisi kelembaban sangat sulit dirubah meskipun dengan input teknologi (membutuhkan tenaga dan biayayangtinggi).
SIMPUIIIN Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : L. Tipe iklim di l(abupaten Buton menurut klasifikasi Schmidth-Fergusson diperoleh tipe iHim C (agak basah) pada cakupan wilayah Kecamatan Lasalimu Lasalimu Selatan, Siotapina, dan Bataug4 dan tipe iklim D (sedang) pada wilayah Kecamatan Ihpontori, Pasarwajo, Wabula,
Lapandew4 Sampolaw4 dan sebagian
Z,
Kecamatan Wolowa, Lasalimu.
Berdasarkan polygon Thiessen untuk
unsur iklim, iumlah 4 bulan kering menempati sebaran terluas, yaitu 124.257,29 ha atau 59,L6o/o yakni Kecamatan Batauga (12.493,39 ha), Ihpontori (38.481,43 ha), Pasarwajo (25.192,03 ha), Sampolawa (20.789,05J,
Lapandewa t9.245,92 ha), Wabula (9.466,34 ha), Wolowa (6.475,20 ha), Lasalimu (2.138,22 ha] dan Soitapina (75,7L ha). Sedangkan unsur klimatologi kelembaban, penyinaran, dan penguapan terdapat pada stasiun Klimatologi Kapontori yaitu seluas L23.240,42 ha atau 58,68 o/o dari total luas
terluas baik suhu,
Kelas Kesesuaian Akhral dan Potensial. Kelas kesesuaian iklim aktual dan potensial di lokasi penelitian ditetapkan secara keseluruhan dari beberapa faktor iklim yang menjadi parameter/syarat tumbuh kopi yang terdiri atas suhu, jumlah bulan kering temperatur dan kelembapan. Kelas kesesuaian iklim di lokasi penelitian ditentukan pada kelas kesesuaian iHim yang paling rendah sebagai faktor pembatas dari parameter iklim. Hasil analisis diperoleh kelas kesesuaian iklim akanl S2tw1,3; S2tw3; S3t, dan S3w3, yakni termasuk kelas kesesuaian iklim 52 fcukup sesuai) dan 53 fsesuai marginal) atau mempunyai faktor pembatas yang berat yakni suhu dan kelembaban. Sedangkan kelas kesesuaian iklim potensial diperoleh 2 [dua] kelas kesesuaian yaitu kelas 52 (cukup sesuai) dan 53 fsesuai marginal) dengan faktor penghambat terberat adalah faktor suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sulit dimodivikasi atau sulit untuk dilakukan dengan tindakan pengelolaan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengembangan komuditas kopi di lokasi penelitian hanya berada pada kelas cukup sesuai [S2) dan sesuai marginal {S3).
Pengembangan 11
wilayah penelitian meliputi Kecamatan Kapontori (30.82L,17 ha], Lasalimu
(33.L37,57
3.
ha), Lasalimu
Selatan
(L7.096,20 ha), Siotapina {24.689,44 ha), Wolowa (17.288,42 ha), dan sebagian Pasarwajo (207,09 haJ. Kelas kesesuaian iklim aktual di lokasi penelitian untuk tanaman kopi berada pada kelas kesesuaian 52 [cukup sesuaiJ seluas 59.581,56 ha atau 6t,46o/o yalmi
Kecamatan Batauga [8.223,83 ha), Kapontori (L7.622,24 ha), Lasalimu
(L5.429,44
ha), Lasalimu
Selatan
(L5.245,72 ha), Siotapina [9.108,15 ha), Wolowa [3.880,39 ha), Sampolawa [44,80 hal dan Pasarwaio (26,97 ha) serta sesuai marginal [S3) seluas 43.632,03 ha atau
38,54oh
yaitu meliputi Kecamatan
IGpontori (4.159,70 ha) dan Pasarwajo (38,92 ha) dengan faktor penghambat terberat adalah suhu (t) dan Kecamatan
Batauga (2.650,23
ha),
Lapandewa
[8.306,97 HaJ, Pasarwajo [11.515,44 ha),
haJ, Wabula (5.842,36 Ha), Wolowa (L.097,65 ha) dan
Sampolawa (9.944,40
L2
KANDARIETAL
J.AGROTEKNOS
Siotapina (76,37 ha) dengan faktor penghambat terberat adalah kelembaban
(w3). Sedangkan kesesuaian iklim potensial tetap berada pada kelas kesesuain iklim 52 fcukup sesuaiJ dan 53 fsesuai marginal). Dengan hasil evaluasi kesesuaian iklim tersebut maka tanaman
kopi dapat dikembangkan
di wilayah
penelitian. Saran, Perlu penelitian lebih laniut tentang evaluasi kesesuaian dari segl kesesuaian biofisik yang lain seperti kesesuaian tanahnya.
DAFTAR PUSTAKA
AAK 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yoryakarta. As-Syakua A. R, Suarna I, W., Rusna I. W. dan I. N. Dibia 20O1'L. Pemetaan Kesesuaian Iklim Tanaman Pakan Serta Kerentanannya Terhadap Perubahan lklim Dengan Sistem Informasi Geografi {SIG) di Provinsi Bali, UI Press. |akarta.
Badan Pusat Statistik, 201I.
Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2011. Badan Pusat
Statisik
Barry, R. G dan R. I. Chorley., 2010. Atmosphere Weather and Climate. Methuen and Co. Ltd. London. Eight Edition.
R W. Arief dan Slameto, 2006. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai
Ernawa[
Besar Pengkaiian dan Pengembangan Telicrologi Pertanian. IPB. Bogor.
Habibie, F., 2011. Analisis Data lklim dan Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Pengembangan Tanaman lagung di
I(abupaten Buton Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari. Sulawesi Tenggara
Handoko. 1993. Klimatologo Dasar-Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan UnsurUnsur lklim. Program Studi Agroklimatologi furusan Geofisika dan Meteorologi IPB. Bandung. Hardjowigeno, S. dan Widiatrnaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. furusan Tanah IPB. Bogor. 381p. Karim, AL, L999. Evaluasi Kesesuain Kopi yang Dikelola Secara Organik Disertasi Doktor. Program Pasca sariana IPB. Bogor. Kartosapoetra, A.G., 2008. Klimatologi: Pengaruh lklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara fakarta Muljodihariq S. 1996. Kebiiaksanaan Pengembangan Kopi di Indonesia Universibs Indonesia. f akarta. Nasriati, 2006. Analisis Usahatani Kopi pada Sistem Usahatani Konservasi Lahan Kering Berbasis Tanaman Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Laporan Tahunan BPTP Lampung. Bandar l.ampung. Prahasta, E. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistim Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
2006. Pengolah Produk Primer
dan
Sekunder Kopi. fember. Rozan, M. B. 1992. Bahan Kuliah Klimatologi
Dasar. Program Studi
Agroklimatologi furusan Geofisika dan Meteorologi IPB. Bandung.
Sabaruddin,
L,
2012. Agroklimatologi Aspek-
Aspek Klimatik untuk Sistem Budidaya Tanaman. Alfabeta. Bandung.
Sitorus, S.RP., 1996. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung. Tjokrokusumo, S. W,2002, Kelas Kesesuaian
Lahan Sebagai Dasar
Pengembangan
Pertanian Ramah Lingkungan di Daerah Aliran Sungai. Jurn al Teknologi Linghng an, Vol.3, No. 2, Mei 2002: L36-L43.
Vol.3 No.1,2013
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan