Laporan Bulanan
SYAMINA
XII/Juni 2014
DAFTAR ISI Adu Strategi Al-Qaidah & Amerika Serikat di Suriah Membentuk Negara
1 15
____________________________ ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian SYAMINA (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:
[email protected]. Seluruh laporan kami bisa diunduh di website:
www.syamina.org
ADU STRATEGI AL-QAIDAH & AMERIKA SERIKAT DI SURIAH Suriah di sini merupakan kunci perubahan di Syam seluruhnya; yang mencakup Palestina yang terjajah. Syam di sini merupakan kunci perubahan bagi Dunia Arab dan selanjutnya bagi dunia Islam. Dengan izin Allah Ta’ala. (Abdullah bin Muhammad) Setelah melewati lebih dari tiga tahun konflik bersenjata, krisis Suriah belum juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. Bahkan dilihat dari aspek kemanusiaannya, krisis Suriah dapat dikatakan sebagai krisis terburuk selama beberapa dekade terakhir. Tidak seperti negara-negara Arab yang mengalami gejolak revolusi, Arab Spring di Suriah telah mencatat ‘rekor’ terlama dalam gelombang Revolusi Arab (Arab Spring). Banyak analis yang berusaha menjelaskan mengapa hal ini terjadi. 1
Laporan Bulanan
SYAMINA
Dari berbagai analisis tersebut dapat dirangkum suatu benang merah, yaitu karena banyak aktor yang bermain di Suriah, baik aktor negara maupun non-negara. Masing-masing memiliki, merencanakan, dan mengimplementasikan strategi mereka sendiri. Dari sini, Suriah dapat dapat dikatakan sebagai ‘ajang kompetisi berbagai strategi’.
XII/Juni 2014
Posisi strategis Suriah ini juga dikuatkan oleh seorang pemikir strategis jihadi yang menggunakan nama pena Abdullah bin Muhammad. Dalam kumpulan catatan strategisnya yang sebenarnya ingin dihadiahkan kepada Usamah bin Laden, Amir Al-Qaidah Pusat, Abdullah bin Muhammad berpendapat bahwa salah satu dari dua negara yang memungkinkan untuk ditegakkannya lagi khilafah adalah Syam (yang mencakup Yordania, Libanon, Palestina, Isreal, dan yang paling penting Suriah dengan Damaskus sebagai ibukotanya yang juga merupakan ibukota Syam pada era kekhalifahan Islam.
Tulisan ini berusaha mengkaji strategi Al-Qaidah dan Amerika Serikat (AS) di Suriah. Strategi ini mencakup yang telah, sedang, atau akan diimplementasikan, atau bahkan strategi baru pada tahap sekadar wacana, yangmana penerapannya berada di tangan penentu kebijakan yang akan memutuskan untuk mengindahkan atau mengabaikannya.
Ada lima alasan yang dikemukakan Abdullah bin Muhammad mengenai posisi stratejiknya: Pertama, Suriah (Syam) tidak berada pada daerah gersang dan tandus serta tidak terletak pada wilayah yang ‘mati’ secara politik, seperti Sudan, Somalia, Mauritania, dan dataran-dataran tinggi di Mesir atau tempat lain yang tidak memiliki faktorfaktor ‘kehormatan’ yang menjadikannya sebagai sentral perhatian untuk proyek-proyek Islam.
Letak Stratejik Suriah bagi Al-Qaidah dan AS Suriah memiliki posisi yang begitu strategis bagi AlQaidah. Posisi stratejik itu bahwa Suriah merupakan gerbang menegakkan kembali khilafah serta untuk membebaskan Palestina dari tangan bangsa Yahudi. Posisi stratejik ini dapat ditangkap dalam salah satu pesan audio Aiman AzhZhawahiri. Aiman menegaskan bahwa jika eksprimen jihad Suriah berhasil menuaikan hasil dan berdiri Daulah Islamiyah di sana maka rezimrezim yang berkuasa di Syam (mencakup Suriah, Yordania, Libanon, Palestina, dan Israel) akan segera tumbang.
Jika dibandingkan dengan perang AS terhadap Afghanistan dan Irak, meski keduanya sama-sama digempur dengan persenjataan dan tingkat serangan yang sama, namun perang Irak mampu menggerakkan dan mendorong proyek-proyek Islam untuk berada di belakang jihadi disebabkan wilayahnya yang ‘hidup’ (subur; tidak keringkerontang) dan juga lantaran peran besar Irak dalam sejarah Islam. Selain juga dikarenakan kemudahan akses bagi sampainya bantuan personil dan logistik, serta terpenuhinya sarana dan prasarana media untuk mem-backup jalannya peperangan.
Aiman juga yakin bahwa jika Daulah Islamiyah bisa tegak di Syam (Suriah) maka pintu untuk mengembalikan khilafah dan pembebasan Baitul Maqdis (Palestina) akan terbuka lebar. Selain itu Aiman juga menyeru umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk memfokuskan dukungan mereka pada jihad Syam dengan semaksimal mungkin; baik berupa dukungan personil, finansial, ide, serta berbagai keterampilan dan keahlian yang mereka miliki.
Kedua, Suriah termasuk wilayah yang dekat dengan daerah-daerah yang memiliki pengaruh religius, yaitu Arab Saudi (Mekah dan Madinah) dan Palestina (Al-Quds). 2
Laporan Bulanan
SYAMINA
Sejarah Islam mencatat bahwa khilafah senantiasa terkait dengan penguasaan terhadap Mekah yang merupakan kiblat umat Islam dan simbol daya magnet wilayah-wilayah di sekitarnya. Untuk itu, para khalifah sepanjang sejarah Islam senantiasa bersikeras agar bisa menyampaikan pidato pada hari perdana kekuasaannya di hadapan umat Islam dari atas mimbar Masjidil Haram.
XII/Juni 2014
Fakta menunjukkan bahwa para jihadi yang ikut terlibat dalam perang Irak melawan AS kebanyakan dari wilayah Syam. Selain itu, Syam—termasuk di dalamnya Suriah— merupakan wilayah yang memiliki beberapa keistimewaan sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Hawalah, Nabi bersabda, “Kelak kalian akan menemukan pasukan-pasukan; pasukan di Syam, pasukan di Irak, dan pasukan di Yaman.”
Demikian halnya dengan dua tempat suci keagamaan lainnya, yaitu Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil Aqsha (Al-Quds). Pusat khilafah dimulai dari Madinah, kemudian berpindah ke Mekah pada masa Abdullah bin AzZubair, dan Nabi mengabarkan bahwa pusat khilafah akan berpindah ke Baitul Maqdis (AlQuds).
Abdullah bin Hawalah—perawi hadits ini—lalu berdiri dan berkata, “Pilihkanlah (di antara pasukan tersebut) untuk saya, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Hendaknya engkau bergabung dengan (pasukan) Syam, dan barang siapa yang tidak mau maka hendaknya dia bergabung dengan (pasukan) Yaman dan berusaha meminum dari air sungainya. Sungguh Allah telah memberikan jaminan kepadaku mengenai Syam dan penduduknya.”
Ketiga, Suriah memiliki daerah-daerah yang kontur geografinya bisa membantu upaya pertahanan militer yang berfungsi sebagai benteng-benteng alam, seperti: perbukitan dan pegunungan, hutanhutan, rawa-rawa, semak-semak, dan sebagainya, yang bisa digunakan untuk menghambat pergerakan pasukan-pasukan musuh, atau menonfungsikan beberapa persenjataan canggih seperti pesawat dan tank. Empat, Suriah memiliki ketahanan pangan yang memadai. Maksudnya, Suriah memiliki wilayah yang cocok untuk pertanian dan memiliki sungaisungai alami yang bisa dijadikan pasokan yang memadai untuk persediaan air dan pangan. Wilayah-wilayah yang memiliki pasokan air dan pangan yang memadai akan lebih tegar dalam menghadapi boikot atau hukuman ekonomi dalam bentuk apa pun.
Sementara bagi Amerika Serikat sendiri, Suriah merupakan ‘ajang’ yang mempertaruhkan kredibilitas mereka di mata dunia internasional, terkhusus menyangkut permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi. Dalam pidatonya pada akhir Agustus 2013, Presiden AS Barrack Obama menamakan serangan senjata kimia yang dilancarkan oleh rezim Basyar Asad pada Agustus 2013 sebagai “sebuah serangan terhadap martabat umat manusia”. “Secara total, lebih dari 1,000 orang telah dibunuh. Ratusan dari mereka adalah anak-anak. Anak-anak perempuan dan laki-laki yang digas hingga mati oleh pemerintah mereka sendiri,” lanjut Obama.
Lima, karakteristik penduduknya yang mendukung. Penduduk Syam, dari sisi kereligiusan bisa diterima, memiliki keberanian, sabar dalam menghadapi beban hidup yang berat dan kehidupan yang sempit, berjiwa aktivis, serta bersifat terbuka.
Selain mengancam kredibilitas AS, krisis Suriah secara tidak langsung akan menjadi ancaman keamanan serius bagi AS di masa mendatang. Ancaman itu akan muncul dari migrasi lebih dari 10.000 pejuang asing yang berasal dari berbagai 3
Laporan Bulanan
SYAMINA
negara yang berjihad di Suriah. Untuk alasan inilah mengapa tampaknya banyak analis Barat yang meneliti para pejuang asing di setiap negara.
XII/Juni 2014
negara-negara Teluk di pihak yang lainnya; kepentingan internasional antara Rusia, Cina, dan Iran dengan AS dan negara-negara Eropa pada umumnya; dan juga kepentingan jihadi yang berhadapan dengan kepentingan bangsa Yahudi.
Beberapa analis tersebut yakin bahwa mereka yang berangkat ke Suriah akan lebih radikal dari sisi ideologis dan dari sisi militer akan lebih terlatih, dan pulang ke negara mereka masing-masing dengan sentimen jihadi. Sebagian lagi memprediksikan bahwa pejuang asing tersebut memiliki kemampuan untuk merekrut anggota baru ke dalam gerakan jihad, menggabungkan diri sebagai bagian dari gerakan jihad global untuk menyerang Barat, terkhusus AS.
Masih menurut Abdullah bin Muhammad, Jihad Suriah akan membuahkan hasilnya jika berhasil mengatasi dua hal: (1) berhasil mengatasi usaha-usaha rezim dalam menjinakkan revolusi atau menghancurkan pilihanpilihan mereka dan mencukupkan pada berpartisipasi dalam politik sebagai ganti dari menjatuhkan rezim;
Dan tampaknya yang terpenting dari semua itu adalah untuk menjamin keamanan bagi kolega penting AS, yaitu bangsa Yahudi. Ini mengingat bahwa Suriah berbatasan langsung dengan Israel dan dapat dipastikan bahwa jika Suriah jatuh ke tangan jihadi maka Israel akan menjadi target utama, seperti yang sering dipropagandakan oleh jihadi di berbagai media.
(2) selain juga bahwa strategi ini akan berhasil jika mampu mengatasi usaha-usaha kekuatan regional dan internasional untuk menggagalkan pilihan militer sebagai solusi tepat dan terbaik untuk keberhasilan revolusi. Untuk mencapai kesuksesan dari semua itu maka setiap usaha-usaha harus difokuskan pada tiga pilar utama dalam beratraksi di ‘panggung’ Syam. Ketiga pilar tersebut, yaitu:
Plan of Action Al-Qaidah di Suriah
(1) strategi bergerak yang fleksibel,
Menurut Abdullah bin Muhammad dan juga banyak pengamat lainnya, konflik Suriah akan berlangsung dalam rentang waktu yang lama dan juga berpengaruh dalam arena yang luas. Tidak hanya berhenti di Suriah yang merupakan jantung Syam, namun juga di Syam secara keseluruhan, bahkan bisa berpengaruh di Hijaz (Arab Saudi) dan Yaman. Konflik Suriah akan berlangsung lama.
(2) penetapan peran tugas yang tepat, dan (3) memelihara konflik. Strategi bergerak yang fleksibel yang selaras dengan aktivitas apapun yang diarahkan untuk menghadapi kondisi apapun yang dikondisikan oleh kekuatan besar akan sangat diperlukan dalam Suriah. Wilayah Syam, khususnya Suriah, berada pada daerah stratejik di mana garis-garis konflik internasional saling berbenturan di sisi Barat dan Timur wilayahnya dengan konflik regional antara Sunni dan Syiah bersamaan dengan konflik setempat antara umat Islam dan Nushairiyah.
Banyak kepentingan yang diharapkan di sana, mulai dari kepentingan nasional sendiri antara rezim dan rakyat; kepentingan sektarian antara Syiah yang didukung penuh oleh Iran dan afiliasiafiliasinya di Libanon, Irak, Bahrain, Pakistan, Yaman dan negara lainnya di satu pihak dengan Sunni yang didukung oleh Turki, Arab Saudi dan 4
Laporan Bulanan
SYAMINA
Medan pertempuran yang di sana bertemu setiap jenis dan bentuk konflik akan menyebabkan peperangan yang panjang dan pengaruhnya yang luas. Kondisi seperti ini mengharuskan adanya kekuatan yang mampu mandiri dan diuntungkan dengan fleksibilitas dalam memilih pusat tempat berlindung dan dalam pergerakan sehingga ia mampu bertahan dalam kondisi berimbang, dan mampu untuk beroperasi secara aktif sesuai dengan sifat fleksibilitas itu.
XII/Juni 2014
Wacana pemerintahan pada era dewasa ini telah berubah signifikan dibanding pada masa dahulu. Dengan dimasukkannya kekuatan ‘masyarakat sipil’ pada garis pemerintahan negara kontemporer menjadikan kekuatan kekuatan militer lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan masyarakat sipil, bahkan diposisikan sebagai pelengkap kekuatan masyarakat sipil. Dengan adanya perang dengan sifat yang lebih spesifik ini akan kembali menempatkan kekuatan militer pada posisinya semula sebagai kekuatan yang memerintah hanya dengan keberadaan dan kontrolnya atas suatu wilayah tanpa ada satu pun dari aliran politik, atau partai, atau lainnya yang menyangkalnya. Kekuatan jihadi harus diposisikan untuk membangun kekuatan yang mampu melindungi Ahlus Sunnah di Syam.
Prinsip utama Perang Syam yang akan datang adalah “Bertahan untuk terus melanjutkan perang”, bukan “Bertahan untuk menyelesaikan perang” seperti yang diperkirakan oleh sebagian pengamat. Contoh kesuksesan dalam fleksibilitas ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Hizbullah Libanon dalam Perang Libanon. Inilah yang membantunya untuk mampu bertahan dan berkembang hingga berakhir dan setelah perang sampai mampu sampai pada apa yang diraihnya hari ini di Libanon.
Dan terakhir, pilar ketiga, yaitu terus memelihara konflik. Kekuatan politik-militer manapun yang bertujuan untuk sampai pada tampuk kekuasaan penuh pada sebuah negara dengan prinsip-prinsip, sistem-sistem, dan pandangan yang berbeda dengan prinsip-prinsip, sistem, dan pandangan mayoritas penduduk negara sebelumnya maka harus siap untuk terjun dalam kancah konflik dan perang yang berkesinambungan sehingga proses pengondisian penduduk terhadap proyek baru mereka sukses dijalankan.
Adapun mengenai penetapan peran tugas yang tepat, pada waktu yang akan datang kemungkinan besar jihadi memiliki kesempatan untuk menguasai desa-desa, kota-kota, dan banyak wilayah. Pada kondisi perang revolusi, hal ini merupakan kesempatan untuk latihan untuk menjalankan pemerintahan dan administrasi karena hal ini merupakan tujuan dari revolusi. Namun, dalam kondisi jihadi saat ini, hal itu merupakan motif terpecahnya kemampuan jihadi pada waktu yang masih terlalu awal dan dalam tujuan yang masih memungkinkan untuk memenejnya dengan metode yang tepat sesuai dengan kemampuan jihadi. Latihan menggerakkan masyarakat dan administrasi memang penting selain gerakan militer, namun tabiat perang akan datang dipersiapkan untuk kembalinya jihadi pada ketentuan-ketentuan dasar pemerintahan yang tidak menentu pada waktu sekarang ini.
Sebaliknya, jika proses ini terhenti sebelum pengondisian penduduk sukses dijalankan maka hal itu akan berujung pada kegagalan, sementara kekuatan-kekuatan rival baik dari dalam maupun luar yang senantiasa berdenyut masih menunggu momentum yang tepat. Terhentinya proses tersebut bisa berupa kesepakatan-kesepakatan yang diprakarsai dunia internasional yang biasanya merupakan pintu bagi Barat untuk menjalankan hegemoni mereka berupa demokrasi, partai-partai dan parlemen. Untuk itu, terus memelihara konflik hingga pengondisian masyarakat membuahkan 5
Laporan Bulanan
SYAMINA
hasilnya merupakan strategi umum yang tidak kalah pentingnya.
XII/Juni 2014
tidak ikut terlibat memerangi mujahidin, dan jika mereka ikut terlibat maka cukup dilawan dengan seperlunya saja. Perlawanan tersebut disertai dengan memberikan penjelasan bahwa hal itu hanya bentuk pembelaan diri. Sibuk mengatasi konflik dengan kelompok sesat dan agama lain akan menguras tenaga dan memecah fokus kekuatan mujahidin yang memang terbatas.
Detail Strategi Al-Qaidah Secara lebih detail mengenai strategi Al-Qaidah adalah sebagai berikut: a. Berikan penyadaran dan kondisikan masyarakat untuk hanya tunduk pada syariat Islam dan menolak prinsip, ideologi, dan undang-undang apa pun selain Islam. Prinsip, ideologi, dan undangundang tersebut mencakup: demokrasi yang menjadikan suara mayoritas sebagai kedaulatan tertinggi; dan tatanan dan sistem internasional dalam menyelesaikan konflik suatu negara yang sedang bergejolak baik gejolak internal negara tersebut maupun dengan negara lainnya. Dengan pengondisian ini diharapkan secara otomatis akan menutup pintu rapat-rapat bagi Barat untuk menemukan celah guna menjalankan sistem mereka dan menggagalkan sistem dan proyek Daulah Islam dan selanjutnya Khilafah Islamiyah. Kondisi seperti inilah yang dikhawatirkan oleh Barat, hingga salah seorang di antara mereka mengatakan bahwa “keberadaan organisasi AlQaidah bukan suatu yang ditakutkan, namun yang ditakutkan adalah tersebarnya pemikiran AlQaidah.”
d. Bentuk mahkamah syariat independen dengan para qadhi (hakim) yang disetujui oleh semua faksi, sehingga keputusan yang berasal darinya bersifat mengikat (ilzam) bagi seluruh faksi. Fungsi utama mahkamah ini adalah untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan di antara faksi, sekaligus sebagai rujukan dalam permasalahan-permasalahan syariat, seperti hukuman terhadap para tawanan, hukuman bagi pencuri dan pembegal dalam suasana perang, cara pembagian ghanimah, dan semisalnya. Posisi strategis mahkamah syariat terletak pada posisinya yang menjalankan peran pemerintahan dalam tatanan sebuah negara yang memiliki legalitas lantaran disetujui oleh semua faksi. Selain juga ke depan, jika kemenangan di Suriah berhasil dipetik maka mahkamah syariat inilah yang bertindak sebagai ahlul halli wal ‘aqdi yang akan memilih pemimpin (amir) untuk semuanya. Ini sekaligus mengantisipasi campur tangan Barat dalam politik internal Suriah, terkhusus dalam implementasi nilai dan sistem mereka, yaitu demokrasi.
b. Satukan seluruh faksi perlawanan di atas kalimat tauhid. Dengan ini, diharapkan loyalitas seluruh faksi perlawanan hanya kepada Islam, bukan lagi kelompok, suku, atau kepentingan sesaat. Dalam waktu yang bersamaan hal ini akan mengantisipasi jual-beli loyalitas yang biasa dilakukan Barat untuk memecah belah dan mengadu domba mujahidin.
Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Luar Negeri AS
Barat
terhadap
Sejak awal meletusnya krisis di Suriah yang dimulai dengan aksi protes besar-besaran dan dilanjutkan dengan perang sipil, pemerintah AS belum tampak mengambil tindakan yang berarti. Selama tiga tahun, AS hanya mengusahakan upaya diplomasi
c. Fokuskan serangan pada rezim dengan menghindari sebisa mungkin konflik dengan agama lain atau kelompok-kelompok sesat selama mereka 6
Laporan Bulanan
SYAMINA
dan kemanusiaan untuk menyelesaikan krisis Suriah. Memang pada pidato yang disampaikannya pada akhir Agustus, Obama sempat memberikan sinyal bahwa AS akan mengambil tindakan militer terhadap rezim Asad yang dia anggap sebagai seorang penguasa diktator dan meminta kongres melakukan voting mengenai usulan tersebut. Namun, pada awal September Obama meminta kepada para pimpinan Kongres untuk menunda pemungutan suara yang akan memberikan wewenang penggunaan kekuatan senjata atas Suriah dan memilih untuk terus menempuh jalur diplomatik.
XII/Juni 2014
antara sikap yang diambil Obama terhadap krisis Libia, Mesir dan krisis Suriah. Ross mengatakan bahwa saat Obama menyeru kepada presiden Mesir, Husni Mubarak, untuk mengundurkan diri karena dalam pandangannya bahwa Mubarak telah berada pada pihak yang salah, saat itu dia adalah seorang idealis. Demikian juga dengan keputusannya untuk mengambil tindakan intervensi militer terhadap Libia yang didorong oleh naluri kemanusiaan. Pada pidato kenegaraannya pada Maret 2011, Obama mengatakan: “Selama lebih dari empat dekade, rakyat Libia telah dipimpin oleh seorang tiran, Muammar Qadzafi. Dia telah merampas kebebasan rakyatnya, mengeksploitasi kekayaan mereka, membunuh orang-orang yang menentangnya baik di dalam maupun di luar Libia, dan meneror orang-orang yang tidak bersalah di seluruh dunia – termasuk warga-warga Amerika yang telah dibunuh oleh agen-agen Libia ... cengkeraman rasa takut yang dimiliki Qadzafi atas rakyatnya mulai memudar seiring munculnya harapan kebebasan. Di kotakota besar dan kecil di seluruh Libia, rakyat turun ke jalan untuk menuntut hak-hak asasi manusia yang mendasar. Dengan satu suara para warga Libia menyatakan, ‘Untuk pertama kalinya kita memiliki harapan bahwa mimpi buruk selama 40 tahun yang kita alami sebentar lagi akan berakhir’.”
Pada pidatonya saat itu, Obama menjelaskan bahwa selama beberapa hari terakhir, terlihat adanya tanda-tanda kemajuan. Sebagian karena ancaman aksi militer AS sekaligus karena adanya perbincangan antara dia dan Presiden Putin di mana Pemerintah Rusia menunjukkan kesediaannya untuk bergabung dengan komunitas internasional dalam menekan Asad untuk menyerahkan senjata kimianya. Selain juga rezim Asad telah mengakui bahwa mereka memiliki senjata yang dimaksud dan bahkan menyatakan akan patuh terhadap Konvensi Senjata Kimia yang mengatur pelarangan penggunaannya. Jalur diplomatik yang dimaksud Obama adalah Perjanjian Jenewa II yang dilangsungkan awal 2014 yang tujuan utamanya untuk mencari solusi politik bersama untuk krisis Suriah, selain juga mengenai solusi kemanusiaan tentunya. Sayangnya, pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan, jika tidak dianggap sebagai sebuah kegagalan, kecuali kesepakatan untuk memerangi Al-Qaidah di Suriah.
“Qadzafi telah menyatakan bahwa ‘ia tidak akan menunjukkan belas kasihan’ kepada rakyatnya sendiri. Ia menyamakan mereka dengan tikus-tikus, dan mengancam akan datang dari pintu ke pintu untuk menghukum mereka. Di masa lalu kita semua telah menyaksikan bagaimana ia menggantung warga-warga sipil di jalanan, dan membunuh lebih dari seribu orang dalam jangka waktu satu hari saja. Sekarang kita melihat bahwa kekuatan-kekuatan rezimnya telah tiba di perbatasan kota. Kami sadar jika kami menunggu
Lantaran sikap politik Obama yang masih ragu-ragu untuk melakukan intervensi militer secara langsung inilah lantas kemudian dia disebut oleh Dennis Ross sebagai seorang pragmatis. Kesimpulan tersebut muncul setelah Ross membandingkan 7
Laporan Bulanan
SYAMINA
satu hari saja lebih lama maka Benghazi—kota yang ukurannya hampir sama dengan kota Charlotte di AS— bisa dihabisi dalam sebuah pembantaian yang bisa mengguncang seluruh kawasan tersebut serta menodai hati nurani dunia,” lanjut Obama.
XII/Juni 2014
berbeda. Sebagai Presiden, saya menolak untuk menunggu hingga adegan-adegan pembantaian dan kuburan massal terjadi sebelum mengambil tindakan.” Sementara mengenai krisis Suriah yang telah menyebabkan 100.000 lebih korban jiwa dan jutaan pengungsi serta penggunaan senjata kimia oleh rezim untuk menyerang kota-kota yang diduduki pihak oposisi, Obama belum juga menggelar aksi militer meski hanya terbatas untuk melindungi rakyat sipil. Obama beralasan bahwa “kita tidak bisa menyelesaikan perang saudara orang lain dengan kekuatan [militer].” Sementara mengenai penggunan senjata kimia di Suriah seolah-olah Obama memakluminya dan menyatakan hal itu bukanlah suatu yang baru dalam sejarah dunia, terkhusus pada Perang Dunia I dan II, meski Obama sendiri menyebut tindakan itu sebagai ‘pembantaian yang sangat mengenaskan’.
Lalu Obama menjelaskan sikapnya terhadap Libia: “Membiarkan hal itu terjadi tidaklah sesuai dengan kepentingan nasional kita. Saya menolak untuk membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya sembilan hari yang lalu, setelah berkonsultasi dengan pimpinan kedua partai di Kongres, saya mengotorisasikan sebuah aksi militer untuk menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dan untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973. Kami menyerang pasukan-pasukan Rezim yang bergerak mendekati Benghazi untuk melindungi kota tersebut dan menyelamatkan penduduknya. Kami menyerang pasukan Qadzafi di kota Ajdabiya yang bertetangga, sehingga kekuatan oposisi dapat memukul mundur pasukan tersebut. Kami juga menyerang alat-alat pertahanan udara miliknya demi membuka jalan untuk ditegakannya Zona Larangan Terbang. Sasaran kami adalah tank-tank dan aset-aset militer yang telah mengepung dan mencekik kehidupan di berbagai kota. Dan malam ini, saya bisa laporkan bahwa kami telah berhasil menghentikan gerakan maut dari kekuatan Qadzafi.”
Pertanyaannya adalah di mana pernyataan “Sebagian negara mungkin bisa saja tutup mata terhadap kekacauan yang terjadi di negara lain. Namun, Amerika Serikat itu berbeda. Sebagai Presiden, saya menolak untuk menunggu hingga adegan-adegan pembantaian dan kuburan massal terjadi sebelum mengambil tindakan”?. Krisis Suriah bukan sekedar ‘adegan-adegan pembantaian dan kuburan massal’ yang ‘akan terjadi’ namun ‘sudah terjadi’ dengan menelan korban lebih dari 100.000 jiwa.
Dan dalam menjelaskan alasan moral mengapa AS melakukan intervensi terbatas pada Libia, Obama menjelaskan, “Mengabaikan tanggung jawab Amerika sebagai pemimpin dan–lebih dalam lagi– tanggung jawab kita terhadap sesama manusia dalam situasi ini merupakan suatu pengkhianatan terhadap jati diri kita. Sebagian negara mungkin bisa saja tutup mata terhadap kekacauan yang terjadi di negara lain. Namun, Amerika Serikat itu
AS tidak hanya “menunggu satu hari saja lebih lama”, namun menunggu selama lebih dari tiga tahun. Bahkan lebih dari itu, AS ‘menolak’ untuk menggelar aksi militer meski hanya terbatas demi menyelamatkan ratusan ribu bahkan jutaan rakyat Suriah. Dengan membandingkan antara Libia dan Suriah dan sikap Obama terhadap keduanya maka pernyataan bahwa Obama adalah seorang 8
Laporan Bulanan
SYAMINA
pragmatis sebagaimana yang disebutkan Ross memiliki argumentasi yang kuat.
XII/Juni 2014
Konvensi Senjata Kimia sebagai pengaruh untuk mendapatkan kepatuhan Asad terhadap transisi di Suriah seperti yang tertera dalam Komunike Jenewa 2012.
Namun, akhir-akhir ini pemerintah Obama mulai mengubah kebijakan politik luar negerinya. Terkhusus dalam aspek militer secara aktif, banyak politikus dan peneliti AS yang mengusulkan agar AS menggelar aksi militernya -meski hanya terbatasdi Suriah, dengan tetap menjalankan aspek diplomasi politik dan kemanusiaan. Tidak ketinggalan bahwa penyelesaian konflik Suriah diselaraskan dengan program besar Perang Melawan Terorisme AS mengingat bahwa kelompok yang beraliansi kepada Al-Qaidah cukup berperan dalam pihak oposisi dan rakyat Suriah.
Untungnya, bagi Amerika Serikat dan Kanada, baik kepatuhan Suriah dengan aturan yang ditetapkan oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan Komunike Jenewa sudah diabadikan dalam satu resolusi Dewan Keamanan PBB (2118) yang tercantum pada Bab VII, langkah-langkah tersebut sebagai sanksi dan penggunaan kekuatan setelah berlalunya resolusi Bab VII berikutnya. Dalam hal kemungkinan veto oleh Rusia atau Cina, ancaman kredibel sanksi tambahan dan penggunaan kekuatan harus digunakan untuk memastikan Asad mengikutinya melalui kewajibannya untuk menyerahkan gudang senjata kimia Suriah.
Langkah-Langkah Stratejik AS untuk Suriah
b.
a. Bebaskan Suriah dari penggunaan senjata kimia dan laksanakan Komunike Jenewa 2012
Dorong akses dan evakuasi kemanusiaan
Situasi kemanusiaan di Suriah memburuk dengan cepat, dan rezim Asad terus menggunakan kampanye ‘melaparkan’ yang melanggar tidak hanya Konvensi Jenewa tetapi juga hukum humaniter internasional. Oleh karena itu, dukungan terhadap resolusi Dewan Keamanan saat ini yang mengusulkan mengenai akses kemanusiaan di Suriah (yang juga menekankan pelaksanaan Komunike Jenewa) harus terus dilakukan.
Menurut Andrew Tabler, salah seorang peneliti senior Washington Institute, rasa keprihatinan akan tumbuh dalam pemerintah AS bahwa upaya untuk menghancurkan pemegang saham senjata kimia Suriah "telah serius mogok dan terhenti," bukan hanya karena Suriah diduga berada di belakang layar, tetapi juga karena Damaskus kini menuntut situs senjata kimianya berstatus "tidak aktif" bukan "fisik hancur" seperti yang tertera dalam Konvensi Pelarangan Senjata Kimia.
c.
Perkembangan ini, terutama setelah konsolidasi kontrol rezim di bagian barat Suriah, menunjukkan bahwa rezim Asad menyeret kakinya pada pemenuhan kewajiban negara dalam rangka mencapai konsesi dari Amerika Serikat dan London serta 11 negara lain mengenai pembentukan badan transisi di Suriah. Dalam rangka untuk melawan tekanan seperti itu, Barat harus membalikkan keadaan pada langkah pertama Asad dan menggunakan kepatuhan Suriah terhadap
Perangi terorisme
Memerangi terorisme harus terjadi pada beberapa tingkat, termasuk rencana dalam hubungannya dengan sekutu regional untuk mendukung unsurunsur oposisi moderat dengan mengorbankan ekstremis. Tetapi, itu saja tidak akan cukup. Rencana juga harus dikembangkan menggunakan aset offset (misalnya, rudal) dan drone untuk memukul semua faksi yang ditunjuk sebagai kelompok teroris yang beroperasi di Suriah, tanpa 9
Laporan Bulanan
SYAMINA
memedulikan tujuan mereka berjuang, baik yang menargetkan Kanada dan AS, atau target internasional lainnya.
XII/Juni 2014
mengembangkan operasi mereka sendiri tanpa menghambat tindakan mereka; terutama ketika situasi musuh sangat dinamis seperti lanskap terorisme Barat yang ditemui hari ini.
Pendekatan seperti itu akan menahan dan menghambat Asad untuk menggunakan senjata kimia, kemungkinan beralihnya senjata kimia tersebut pada aktor-aktor non-negara dan kelompok-kelompok teroris, dan penggunaan kelaparan dan pengepungan oleh sebagai bentuk peperangan. Hal ini juga akan memuat, mengasingkan, dan membantu menghilangkan kelompok teroris yang beroperasi di Suriah antara kedua oposisi dan konstelasi kekuatan membantu untuk menopang Asad.
Kemudian Watts mengajukan empat rekomendasi untuk apa yang mungkin dimasukkan AS dan Barat ke dalam tujuan kontraterorisme: (1) Biarkan kelompok jihad saling berkompetisi. Jika Al-Qaidah dan afiliasinya atau mantan yang ingin bersaing dan saling membunuh, Barat tidak boleh menghalangi mereka. Jika ada tindakan yang dapat diambil untuk mendorong persaingan kelompok teroris, dengan segala cara kita harus menempuh cara itu. Namun, maksud umum ini hanya bekerja dalam jangka panjang jika Barat dan khususnya AS mempertahankan kemampuan intelijen yang cukup untuk benar-benar memahami bagaimana kelompok-kelompok tersebut saling bersaing dan kapan kelompok-kelompok ini satu sama lain mungkin melakukan serangan terhadap Barat.
Secara lebih detail, Clint Watts telah menjelaskan bagaimana perang terhadap terorisme ini dijalankan. Berikut saran-saran dan rekomendasi dari Watts : Mengembangkan rencana kontraterorisme secara eksplisit yang dirancang untuk melakukan beberapa tugas dengan baik. Menetapkan tujuan umum bagi masyarakat kontraterorisme untuk mencapai misinya dengan tanpa manajemen mikro atas setiap tindakan atau membatasi lembaga untuk membuat suatu grand strategy kontraterorisme yang berbelit-belit dan yang sudah usang saat diterbitkan. Melakukan enam tindakan untuk mengganggu dan mencegah ancaman terorisme saat ini dan masa depan.
Selain itu, AS tidak boleh menipu diri sendiri dengan percaya bahwa tidak akan ada gunanya bagi tindakan kontraterorisme. Untuk masa mendatang, Barat harus mengganggu kelompokkelompok teror yang akan terus merencanakan serangan; yaitu cabang-cabang operasi eksternal "Garda Tua” Al-Qaidah. (2) Siapkan untuk skenario terburuk. AS dan Barat harus mempersiapkan diri sekarang untuk menghadapi dua skenario "paling berbahaya" yang mungkin timbul.
(i) Kontraterorisme Umum yang dimaksud adalah: Dalam militer, tujuan operasi menyediakan sense (kepekaan) keseluruhan arah bagi unit-unit untuk mengejar target negara yang diinginkan. Tujuan operasi dapat menggambarkan program aksi, keterbatasan metode, dan tugas utama untuk mencapai misi. Ia juga bisa bertindak sebagai pedoman bagi instansi bawahan dan praktisi untuk
Pertama, apa yang akan AS dan mitra-mitranya lakukan jika dua sumber utama jihad, "Garda Tua" Al-Qaidah dan tim ISIS, bersaing sedemikian rupa sehingga mereka saling mengejar secara paralel, meningkatkan serangan-serangan terhadap sasaran-sasaran Barat? 10
Laporan Bulanan
SYAMINA
Kedua, apa yang akan AS dan mitra-mitranya lakukan jika proksi "Garda Tua" Al-Qaidah di Suriah bertemu untuk memfokuskan energi mereka untuk menyerang Israel?. Barat seharusnya tidak duduk kembali dan berharap bahwa skenario paling berbahaya ini tidak muncul. Daripada terjebak dalam situasi tersebut, AS sekarang harus membuat rencana untuk bagaimana kita akan melakukan intervensi untuk menggagalkan skenario yang paling berbahaya ini.
XII/Juni 2014
adalah untuk memanfaatkan keunggulan kita dalam pengawasan teknis. Amerika, untuk membuat Anda aman, pemerintah AS mungkin berakhir belajar sedikit tentang kehidupan elektronik Anda. Keamanan adalah suatu yang saling tarik-menarik, maka berhadapanlah dengan hal itu. (ii) Kontraterorisme yang spesifik adalah: Sebuah keseimbangan halus antara tindakan kontraterorisme harus diusahakan bergerak maju dari tahun 2014.
(3) Hindari intervensi asing dan pembangunan bangsa.
Beberapa orang yang telah lelah dari Perang Global Melawan Teror selama beberapa tahun mungkin percaya kita harus melakukan sedikit dari pada tidak melakukan apa-apa pun di bidang kontraterorisme. Ini akan tampak bodoh karena ancaman terorisme belum menguap, tapi agak berubah.
Barat telah menyadari pada dekade terakhir, bahwa intervensi asing skala besar yang diikuti oleh pembangunan bangsa umumnya telah gagal untuk membasmi teroris. Intervensi asing menegaskan pembenaran ideologis jihad untuk melawan Barat, hal itu sangat mahal dan akhirnya menghasilkan pengelola negara yang lemah sehingga menciptakan tempat operasional yang aman bagi teroris.
Beda lagi dengan yang berpendapat sebaliknya, bahwa Al-Qaidah (apa pun bentuknya) lebih kuat dari sebelumnya dan memerlukan tindakan militer yang lebih cepat untuk menghentikan mereka. Ini akan sama-sama bodohnya dengan pandangan bahwa Jihadis (yang ditulis dengan huruf besar) tidak akan pernah merusak diri sendiri seperti itu. Secara agresif memajukan arah kontraterorisme militer kemungkinan akan menggembleng faksi jihad yang berbeda secara bersama-sama daripada menjaga mereka untuk saling bersaing.
Watts yakin bahwa Barat telah belajar dari pelajaran ini. Pendekatan kontraterorisme yang lebih baik atas cakrawala saat ini sedang berlangsung di Tanduk Afrika, di mana dukungan militer dan intelijen terbatas diberikan kepada pasukan kontraterorisme yang mengejar tujuantujuan yang terbatas. (4) Mempertahankan kemampuan intelijen di semua bidang.
Untuk secara efektif keseimbangan antara dua kutub ini, Watts menyarankan hanya melakukan beberapa tindakan kontraterorisme. Banyak tindakan pemerintah AS ini yang sudah cukup baik, (di antaranya); perbaikan besar-besaran atas bagaimana kontraterorisme dilakukan satu dekade yang lalu dan pemberian penghargaan pada mereka yang gesit mengejar Al-Qaidah hari ini.
Mempertahankan kemampuan intelijen AS untuk memahami kebanyakan ancaman teroris yang AS hadapi tidak pernah lebih penting. Namun, pemerintah AS telah berusaha keras untuk memegang kemampuan ini karena pembelotan Edward Snowden. Pemerintah AS harus terus berjuang untuk kemampuan ini, dan publik Amerika harus memahami bahwa cara terbaik untuk melindungi orang Amerika di era digital 11
Laporan Bulanan
SYAMINA
Menumpas Para Pendonor Teror.
XII/Juni 2014
Watts percaya bahwa strategi kontraterorisme AS harus fokus pada "Garda Tua" al-Qaeda yang elemen operasi eksternalnya masih tetap berkomitmen untuk menyerang AS dan Barat. Unsur-unsur kinetik kontraterorisme, operasi militer yang didukung oleh intelijen yang kuat dan bila mungkin penegakan hukum, harus terus dijalankan karena mereka dalam beberapa tahun terakhir, gesit menargetkan elemen yang paling berbahaya Al-Qaidah di manapun mereka berada.
Tidak ada tindakan yang mungkin lebih penting saat ini daripada mendapatkan kontrol dari uang dan sumber daya yang mengalir ke Suriah dan tempat berlindung yang aman bagi teroris lainnya. Meski jihadi bertengkar satu sama lain, namun asalkan sumber daya tetap konstan, kelompokkelompok ini (yaitu "Garda Tua" Al-Qaidah, Tim ISIS, dan pemain baru lainnya di daerah lain) pada akhirnya akan membangun kapasitas yang cukup untuk melakukan serangan terhadap Barat.
Jika memungkinkan, Barat harus menangkap dan mencoba menyeret operator Al-Qaidah ini ke meja pengadilan. Ketika ancaman bagi Barat sudah dekat dan upaya penangkapan tidak memungkinkan, operasi militer harus dijalankan. AS telah meningkatkan proses triase kontraterorisme ini secara dramatis dalam dekade terakhir dan hal itu perlu untuk dipertahankan pada tingkat intensitasnya saat ini di masa mendatang.
Ideologi ekstrem yang kekurangan sumber daya akan menjadi lebih kecil dari sebuah sekte dari waktu ke waktu. Namun, Al-Qaidah dan varian jihad saat ini bertahan karena mereka mempertahankan pasokan sumber daya dari Timur Tengah. Hari ini, siapa saja bisa mendapatkan pada media sosial orang yang tersedia secara terbuka dan menyumbangkan uang ke jihadi di Suriah atau menonton donor uang besar di Arab Saudi, Kuwait, dan arak-arakan dukungan Qatar untuk faksi jihad favorit mereka. Pemerintah AS telah berusaha mengupayakan untuk mengganggu aliran ini dan Arab Saudi tampaknya sadar akan bahaya pukulan balik dukungan keuangan dan materiil warga mereka untuk jihad Suriah.
Transisi Rusia dan Iran sebagai musuh jauh. Ke depan, kampanye informasi AS dalam kontraterorisme harus mempertimbangkan untuk mengarahkan kembali narasi Al-Qaidah dari 'musuh jauh'. Hari ini, musuh-musuh jauh nyata jihadi di Suriah adalah Rusia dan Iran. Rusia telah memprakarsai kembali cara dan tindakan kekaisaran sebagai penyangga intervensi Barat di Suriah. Iran menyediakan sumber daya, pasukan, dan kemampuan teknologi untuk rezim Suriah.
Salah satu alternatif yang tampaknya bisa diupayakan adalah dengan memanfaatkan uang mengalir untuk memilih kelompok-kelompok Islam untuk melawan kelompok jihadi. Apapun yang akan menjadi akhir tindakan spesifik itu, Watts berpendapat bahwa melawan pembiayaan teror belum pernah menjadi elemen penting dari strategi kontraterorisme AS.
Untuk sikap sektarian ISIS, Iran adalah musuh alami jauh. Untuk "Garda Tua" Al-Qaidah, Rusia adalah musuh jauh pertama mereka di Afghanistan; mari kita dorong mereka untuk kembali menggemakan kampanye tersebut. Apakah AS suka atau tidak, Rusia dan Iran terus menargetkan AS dalam kampanye informasi yang disengaja. Mengapa tidak seharusnya AS mengarahkan beberapa kebencian jihad kepada orang-orang yang
Eliminasi (hapuskan) "Garda Tua" Al-Qaidah dan sel operasi eksternalnya.
12
Laporan Bulanan
SYAMINA
bertangan kotor (tangannya berlumuran darah) dalam konflik Suriah, yaitu: Rusia dan Iran?
XII/Juni 2014
Suriah, mengapa AS tidak menggunakan informasi yang sama untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi banjir pejuang asing ketiga pasca Suriah?
Perpanjang Pelacakan Pejuang Asing. Kebangkitan cepat jaringan pejuang asing ke Suriah sebagian besar datang dari migrasi pejuang asing besar kedua ke Irak sekitar tahun 2004-2010. Mereka yang selamat dari medan perang Irak saat ini membantu memfasilitasi anggota baru ke Suriah dan telah menyediakan bahan bakar untuk ISIS yang merupakan pecahan dari inti Al-Qaeda. Perkiraan umum dari jumlah keseluruhan dari pejuang asing di Suriah yang digembar-gemborkan di media adalah 10.000.
Pilihan untuk mengeliminasi Wuhayshi dan AzhZhawahiri. Salah satu dilema yang lebih membingungkan pada periode pascahegemoni Al-Qaidah adalah untuk memfokuskan upaya untuk mengeliminasi pemimpin kunci Al-Qaidah. Orang akan berharap Aiman Azh-Zhawahiri menjadi target paling penting bagi upaya kontraterorisme Barat, tetapi ISIS menolak Azh-Zhawahiri dan rekam jejaknya sejak kematian Bin Laden. Ini menunjukkan bahwa kematian Azh-Zhawahiri atau penangkapannya mungkin benar-benar membantu dan lebih menyakiti kesatuan jihad global.
Thomas Hegghammer memperkirakan bahwa 1% sampai 10% dari pejuang asing kembali ke rumah untuk melakukan kekerasan. Sulit untuk mengetahui berapa banyak dari 10.000 pejuang asing hari ini akan bertahan dan kembali ke rumah, tapi Watts harapkan di suatu tempat antara 7501000 anggota pasukan tempur asing hari ini akan berkomitmen untuk melakukan kekerasan terhadap Barat pasca-Suriah. Selama jihad Afghanistan, sedikit tidak ditemukan cara untuk melacak di mana akan datangnya sumber pejuang asing di masa depan.
Pernyataan Azh-Zhawahiri beberapa pekan terakhir ini menggambarkan betapa terbatasnya kekuasaannya adalah faksi yang bersaing jihad itu. Sementara itu, Watts yakin Barat dan mitranya di Pakistan akan menangkap atau mengeliminasi AzhZawahiri pada setiap titik yang memungkinkan, karena dia pasti sudah mempersiapkan plot serangan terhadap Barat atau Israel, pemimpin yang paling penting bagi "Garda Tua" Al-Qaidah dan jihad secara keseluruhan.
Enam tahun yang lalu, AS bisa melihat di mana suplai pejuang asing hari ini akan terjadi berdasarkan data Al Qaidah dalam database sumber daya manusia Irak yang berhasil ditemukan oleh Pasukan AS di Sinjar, Irak. Hari ini, bagaimanapun, merupakan bagian penting dari seorang pejuang asing Suriah adalah menjaga halaman Facebook dan akun Twitter.
Selanjutnya adalah Nasir Wuhayshi, pemimpin AQAP di Yaman dan Wakil Komandan Umum AlQaidah. Wuhayshi tetap berkomitmen untuk menyerang AS, dia akan lebih efektif sebagai pemimpin Al-Qaidah global dan sangat dihormati oleh semua pangkat dan elemen jihadi sejak dari Sahil (Afrika) hingga ke Asia Selatan. Jika seseorang memiliki kemampuan untuk menyatukan semua jihadis, ISIS dan faksi independen lainnya, maka orang itu adalah Wuhayshi.
Jika negara-negara Barat tidak menggunakan informasi yang tersedia secara terbuka ini untuk melacak dan memperkirakan risiko kekerasan sekembalinya jihadi, mereka adalah bodoh. Hari ini media sosial telah membantu memberdayakan rekrutmen pejuang asing untuk berperang di
Jadi, Watts merekomendasikan memfokuskan upaya ‘pemenggalan 13
untuk kepala’
Laporan Bulanan
SYAMINA
kepemimpinan pada Wuhayshi dahulu demi mencegah munculnya potensi Al-Qaidah yang lebih kuat di masa depan. Menghilangkan Wuhayshi kemungkinan akan lebih melepaskan gerakan jihad yang sudah merambah dalam berbagai arah.
XII/Juni 2014
Jadi, mengapa tidak membiarkan penduduk lokal, mitra, atau bahkan musuh seperti Iran berurusan dengan kelompok naik ini? Munculnya ISIS harus terus dipantau dan jika mereka bergeser target mereka terhadap Barat maka Barat harus bergerak untuk mencegah mereka. Untuk sementara ini, fokus memukul keras Jabhah Nushrah afiliasi yang berkomitmen untuk mewujudkan tujuan "Garda Tua" Al Qaeda.
Di Suriah, fokus terlebih dahulu pada Jabhah Nushrah, baru kemudian ISIS. Jabhah Nushrah dan jaringan "Garda Tua" yang merupakan penghubung antara Al-Qaidah antara Jabhah Islamiyah harus menjadi fokus kontraterorisme di Suriah. Jabhah Nushrah di masa depan akan menjadi kendaraan untuk melakukan serangan terhadap Barat dan Israel setelah konflik Suriah. Dengan langsung menyasar Jabhah Nushrah pertama kali, AS akan menegaskan bahwa dukungan untuk doktrin Al-Qaidah yang menargetkan AS sebagai musuh jauh akan menghasilkan tindakan kontraterorisme langsung.
Tindakan Kontraterorisme Direduksi
Barat yang Bisa
Ke depan, menurut Watts, ada dua wilayah di mana AS bisa mengurangi upaya kontraterorismenya. Pesan untuk melemahkan ideologi Al Qaeda. Amerika Serikat telah dengan bijaksana menolak untuk menantang “pembenaran agama” AlQaidah atas tindakannya. Dan, mengapa repotrepot?
Secara keseluruhan, dalam hal afiliasi Al-Qaidah, Watts menyarankan prioritas usaha kontraterorisme, yaitu: (1) AQAP di Yaman, (2) Jabhah Nushrah di Suriah, dan (3) Al-Qaidah di Pakistan Tengah. Karena sejumlah alasan, Watts mungkin berpikir mengabaikan ancaman kemunculan ISIS.
Ideologi jihad, seperti komunisme selama tahun 1980, sekarang ini telah mengalami kegagalan karena kelemahan dan kekurangan ideologi itu sendiri. Pemerintah AS harus terus menyangkal informasi Al-Qaidah yang salah tentang Amerika Serikat dan menyebarkan contoh kemunafikan AlQaidah dan pertikaian dalam jajarannya, tapi menghindari upaya untuk menantang ideologi AlQaidah atas dasar agama.
Jika Barat cukup beruntung untuk melihat secara lengkap runtuhnya "Garda Tua" Al-Qaidah, ISIS kemungkinan besar masih merupakan ancaman terhadap Barat dari waktu ke waktu jika diizinkan untuk membuat tempat berlindung yang aman dan berkelanjutan di Irak Barat. Namun, Watts percaya ISIS mungkin menyadari bahwa selama ini mereka menghindar untuk masuk dan berhadapan langsung dengan AS dalam waktu dekat, mereka dapat menghindari menerima seteguk rudal yang mungkin menyalip ambisi mereka mendirikan sebuah Negara Islam. Selain itu, penargetan ISIS jelas lebih sektarian,
Hindari mengenai pemerintahan dan Pengembangan(negara) sebagai bagian dari strategi kontraterorisme. Satu dekade yang lalu, menurut pengakuannya, Watts termasuk mendukung gagasan yang menggunakan bantuan dan pembangunan ekonomi dan pemerintahan sebagai bagian dari strategi kontraterorisme AS. Namun, lebih dari sepuluh 14
Laporan Bulanan tahun kontraterorisme, hal membuktikan bahwa dia salah.
SYAMINA ini
telah
XII/Juni 2014
perselisihan tersebut berada di tangan Aiman AzhZhawahiri, karena muara itu semua berawal dari perselisihan antara ISIS dan JN.
Upaya pengembangan ini sangat mahal dan— sepengetahuan Watts—tidak menunjukkan efek yang bisa diukur dalam merusak Al-Qaidah dan kelompok-kelompok jihad lainnya. Sebaiknya mencurahkan sumberdaya pembangunan yang terbatas di lokasi yang pada akhirnya dapat berbagi nilai-nilai Barat dan tuan rumah dasardasar ekonomi yang diperlukan dan komponen masyarakat sipil yang demokrasi bisa berkembang; tidak pada tempat berlindung yang aman bagi teroris yang merasa aneh dengan prinsip-prinsip demokrasi, tidak berlanjutannya pertumbuhan dan nilai di masa depan dan berkiblat ke Barat hanya melalui lensa kontraterorisme.
Anggapan mereka salah. Setelah Azh-Zhawahiri menjelaskan hal itu semua pada audio wawancara eksklusif pada April yang diduga sempat bocor sebelum resmi dirilis oleh As-Sahab Media, dan juga pesan audionya dalam menanggapi permintaan klarifikasi Dr. Hani As-Siba’i mengenai fakta seputar perselisihan antara ISIS dan JN. Pada audio wawancara tersebut, Azh-Zhawahiri menjelaskan dua alasan mengapa Al-Qaidah mengeluarkan ISIS dari afiliasi resminya. Dua alasan pokok tersebut yaitu: (1) perbedaan manhaj (pendekatan) antara Al-Qaidah dan ISIS, dan (2) ISIS tidak iltizam (konsisten) terhadap dasar-dasar amal jama’i.
Kadang-kadang, mungkin ada alasan yang baik untuk mengejar proyek-proyek pembangunan yang terbatas dalam mendukung tujuan kontraterorisme di lingkungan lokal yang merupakan titik panas untuk perekrutan teroris. Tapi, skalanya harus kecil dan ruang lingkup terfokus. Misalnya, proyek pembangunan di Nairobi, Kenya untuk menggagalkan perekrutan Asy-Syabab (Somalia) yang mungkin masuk akal jika diintegrasikan dengan upaya pemerintahan yang demokratis dan mitra pendukung nilai-nilai demokrasi AS. Namun, berusaha untuk mereformasi sistem peradilan negara-negara Afrika Utara untuk melemahkan simpati Al-Qaidah, sebuah ide yang pernah saya dengar dalam konteks kontraterorisme, hal itu tidak bisa diterima.
Dalam penjelasannya, Azh-Zhawahiri menyebutkan bahwa manhaj Al-Qaidah dalam menuju tujuannya di antaranya adalah: memfokuskan perlawanan terhadap AS, Yahudi, dan Zionis serta mengajak umat Islam untuk berjihad melawan mereka: sebisa mungkin menjauhi pertumpahan darah dengan umat Islam; berusaha menyatukan umat di bawah kalimat tauhid; dan bekerja mengembalikan khilafah islamiyah ke pangkuan umat dengan khalifah yang mereka ridhai. Sementara tidak komitmennya ISIS yang dimaksud adalah seperti: mendirikan Daulah Islam Irak dan Syam tanpa izin dari qiyadah; masih melanjutkan proyek tersebut meski telah diminta untuk menundanya; dan tidak patuh pada qiyadah atas keputusan-keputusan yang telah ditetapkannya seperti keputusan perintah untuk menghentikan perang fitnah antara internal jihadi. Adapun dalam klarifikasi permintaan Dr. Hani As-Siba’i, AzhZhawahiri lebih menonjolkan bukti-bukti bahwa ISIS memang bagian dari afiliasi resmi Al-Qaidah.
4. Pil pahit ketika saudara memerangi 'saudara'nya Perselisihan dan pertikaian antara sesama faksi jihad, terkhusus antara Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) dan Jabhah Nushrah (JN) serta faksi jihad lainnya dianggap sebagai permasalahan internal utama mujahidin Suriah. Beberapa pengamat beranggapan bahwa kunci untuk menyelesaikan 15
Laporan Bulanan
SYAMINA
Dengan adanya dua pernyataan Azh-Zhawahiri tersebut, pihak ISIS juga turut menanggapi. Pada pernyataan resmi melalui juru bicaranya, Abu Muhammad Al-Adnani, sehari sebelum wawancara dengan Azh-Zhawahiri dipublikasikan, dengan tidak melalui media resminya, ISIS menegaskan bahwa ketidakpatuhannya kepada Al-Qaidah Pusat disebabkan manhaj pemimpinnya sekarang (AzhZhawahiri) yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya (Usamah bin Ladin).
XII/Juni 2014
berhasil dikalahkan telah berhasil merangsek masuk ke Fallujah, dan kini telah menguasai Mosul yang jarak hanya tinggal beberapa kilometer lagi dari Baghdad, ibu kota Irak. Kota-kota yang sekitar tujuh tahun mereka pertahankan ternyata sedemikian mudah direbut oleh afiliasi Al-Qaidah. Warga AS yang keluarganya menjadi korban di Irak merasa terpukul, sementara para veterannya histeris agar pengorbanan mereka tidak dibiarkan sia-sia dan meminta kota-kota tersebut direbut kembali. Inilah riil perang yang dikehendaki AlQaidah.
Dari sini, harapan agar kedua faksi ini untuk berdamai belum dapat terwujud hingga hari ini. Bahkan pada wilayah di mana kedua faksi jihadi ini memiliki kekuatan seimbang, bentrok senjata antara kedua faksi tak terelakkan.
Al-Qaidah beranggapan bahwa perang sejati mereka adalah ketika mereka berhadapan dengan AS, sementara selainnya merupakan batu loncatan mereka untuk menarik AS terjun ke dalam pusaran perang. Untuk itu, selama AS masih mampu untuk mengirimkan pasukannya, Al-Qaidah tidak mau latah mengontrol penuh suatu wilayah atau negara yang menguras potensi dan finansial mereka, dengan tetap menyosialisasikan ide-ide perlawanan mereka kepada umat Islam.
Epilog Pada awal Mei 2013, Aiman Azh-Zhawahiri dalam sebuah pesan audio yang berjudul Syahaadatu liHaqni Dimaa`i l-Mujaahidiina bi sy-Syaam (Kesaksian Demi Meredam Tumpahnya Darah Mujahidin Syam) menasehati dan meminta agar Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) untuk memfokuskan diri di Irak untuk melawan musuh Islam dan Ahlus Sunnah (rezim Irak) di sana.
Sepertinya Al-Qaidah cukup sadar—sebagaimana yang disebutkan Abdullah bin Muhammad—bahwa perang sekarang ini bukan sekedar memperebutkan suatu wilayah dan mendeklarasikan bahwa perang telah usai. Namun, titik tekannya lebih pada kemampuan untuk survive (bertahan) agar mampu melanjutkan perang hingga musuh utama mampu dilumpuhkan. Wallahu a’lam. (Ali Sadikin)
Seruan dan harapan Azh-Zhawahiri kepada ISIS tersebut barangkali masih banyak dipahami dalam konteks perselisihan antara Al-Qaidah Pusat dan ISIS. Sebenarnya, Azh-Zhawahiri telah menawarkan suatu strategi brilian untuk mempermalukan AS di Irak dan menarik mereka kembali ke pusaran perang berkepanjangan. Bagaimana tidak? AS keluar dari Irak dengan mengklaim sebagai pemenang perang dengan rivalnya, Al-Qaidah. Namun, tidak lama setelah penarikan mundur pasukan AS, musuh yang dulu mereka klaim
16
Laporan Bulanan
SYAMINA
XII/Juni 2014
Membentuk Negara “Perang sepanjang sejarah telah dilancarkan untuk penaklukan dan penjarahan.... Singkat kata, itulah perang. Kelas ‘tuan’ (yang kuat) selalu yang menyatakan perang; sedangkan kelas ‘sasaran’ selalu melawan dalam pertempuran.” (Eugene Debs)
Dalam konsep negara modern, negara dipandang dalam perspektif yang materialistik, yaitu terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang disepakati.
Tulisan ini mencoba mengkaji ulang tentang konsep negara, bagaimana teori terbentuknya, dan bagaimana suatu negara yang established (mapan) terbentuk atau dibangun melalui peperangan. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori politik dan administrasi negara.
Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan tentang negara:
Negara dalam bahasa asing disebut daulah (Arab), de staat (Belanda), state (Inggris), dan le’etat (Prancis). Dalam teori tata negara umum, negara biasanya didefinisikan sebagai berikut:
a. Robert M. MacIver (R.M. Mac Iver: 1926) Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang direalisasikan oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dalam satu kehidupan yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir yang umum dari ketertiban sosial.
- Negara dalam arti luas adalah kesatuan sosial yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama. - Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.1
- Negara adalah pengorganisasian masyarakat suatu wilayah tersebut dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
b. Logeman (Solly Lubis: 2007)
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau citacitanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai konstitusi, termasuk di dalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat—secara terpaksa maupun sukarela—sebagai anggota negara, yang kemudian dikenal sebagai dasar negara.
Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan mengurus masyarakat tertentu. c. Hoge de Groot (Solly Lubis: 2007) Negara adalah ikatan-ikatan manusia yang insaf akan arti dan panggilan hukum kodrat.
1
R.M. MacIver, The Modern State, London: Oxford University Press, 1926, h. 22.
17
Laporan Bulanan
SYAMINA
d. George Jellinek (George Jellinek, Algemeine Staatsleh.re)
ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasiasosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.”3
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
k. W.L.G. Lemaire (Kurmiaty: 2003) Negara tampak sebagai suatu masyarakat manusia teritorial yang diorganisasikan.
e. George Wilhelm Friedrich Hegel Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
l. Max Weber (Max Weber: 1958) Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah).
f. Krannenburg (Krannenburg: 1951) Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
m. Bellefroid Negara adalah suatu persekutuan hukum yang menempati suatu wilayah untuk selama-lamanya dan dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.
g. Roger H. Soltau (Roger H. Soltau: 1961) Negara adalah alat (agency) atau kewenangan (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama 2 masyarakat.
n. Thomas Hobbes (Deddy Ismatullah: 2007) Negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang banyak beramai-ramai, masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan bagi mereka.
h. Aristoteles (Solly Lubis: 2007) Asosiasi yang setinggi-tingginya dan yang sempurna-sempurnanya yang dapat dicapai oleh manusia untuk keperluan hidup bersama.
o. J.J. Rousseau (Solly Lubis: 2007)
i. Benedictus de Spinoza
Negara adalah perserikatan dari rakyat bersamasama yang melindungi dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggotaanggota yang tetap hidup dengan bebas merdeka.
Negara adalah susunan masyarakat yang integral (kesatuan) antara semua golongan dan bagian dari seluruh anggota masyarakat (persatuan masyarakat organis).
p. Karl Marx
j. Harold J. Laski (Harold J. Laski: 1947)
Negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia (penguasa) untuk menindas kelas manusia lainnya.
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus 2
XII/Juni 2014
q. Max Weber Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah.4 3
Harold J. Laski, The State in Theory and Practice, New York: The Viking Press, 1947, h. 8-9. 4 H.H. Gerth and C. Wright Mills, terj., editorial dan pengantar dari buku Max Weber, Essays in Sociology, New York: Oxford University Press, 1958, h. 78.
Robert M. Soltau, An Introduction to Politics, h. 1.
18
Laporan Bulanan
SYAMINA
XII/Juni 2014
r. Ibnu Abi Ar-Rabi’
Sifat-Sifat Negara
Ibn Abi Ar-Rabi’ berpendapat bahwa untuk mendirikan negara diperlukan beberapa dua unsur dan sendi. Pertama, harus ada wilayah di dalamnya, terdapat terdapat air bersih, tempat mata pencarian, terhindar dari serangan musuh, jalan-jalan raya, tempat shalat di tengah kota, dan pasar-pasar. Kedua, harus ada raja atau penguasa sebagai pengelola negara yang akan menyelenggarakan segala urusan negara dan rakyat.5
Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya. Berikut adalah sifat-sifat negara : 1. Sifat memaksa Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian terjadi sebuah penertiban. 2. Sifat monopoli Negara mempunyai tujuan dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
Ringkasnya, negara (state) adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubunganhubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
3. Sifat mencakup semua (all—encompassing, allembracing) Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua tanpa terkecuali.
Unsur-Unsur Negara Unsur negara sebagai syarat berdirinya suatu negara rakyat, wilayah, pemerintahan dan pengakuan suatu negara apabila ingin diakui sebagai negara yang berdaulat secara internasional harus memenuhi empat persyaratan unsur negara berikut ini :
Manusia hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari dari kehidupan bersama itu.
1. Memiliki Wilayah Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan fungsinya.
Jadi sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundangundangannya melalui penguasa (kontrol) monopolisitik terhadap kekuasaan yang sah.
2. Memiliki Rakyat Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di negara tersebut dan dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak
5
Ibnu Abi Ar-Rabi’, Suluk Al-Malik fi Tadbir Al-Mamalik, Kairo: Dar Asy-Sya’bah, 1970.
19
Laporan Bulanan
SYAMINA
akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
4. Menegakkan keadilan Charles E. Merriam menyebutkan lima fungsi negara,8 yaitu:
3. Pemerintahan yang Berdaulat Pemerintahan yang baik terdiri atas penyelengara negara seperti lembaga lembaga legislatif, lembaga eksekutif, sebagainya untuk menyelengarakan pemerintahan yang berkedaulatan.
XII/Juni 2014
1. Keamanan ekstern susunan yudikatif, dan lain kegiatan
2. Ketertiban intern 3. Keadilan 4. Kesejahteraan umum 5. Kebebasan
4. Pengakuan dari Negara Lain
Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara lain baik secara de facto (nyata) maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan, namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah ada.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa negara merupakan lembaga tertinggi dalam masyarakat atau bangsa yang merupakan wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan secara utuh. Sebuah negara harus memiliki unsur pokok yaitu wilayah, rakyat, pemerintahan yang berdaulat baik keluar maupun ke dalam, kemudian mendapat pengakuan internasional.
Tujuan dan Fungsi Negara
Di dalam sebuah negara juga terdapat sebuah pemerintahan (government) dan tata pemerintahan (governance) yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa dengan menciptakan tata pemerintahan yang baik, maka pemerintah (government) yang baik juga akan tercipta. Di dalam suatu negara juga terdapat sebuah bentukbentuk pemerintahan yang sangat mempengaruhi perkembangan negara itu sendiri. Dan bentukbentuk pemerintahan di dalam suatu negara sangat identik dengan kekuasaan. 9
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah “Memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas 6 mungkin.” Adapun menurut Harold J. Laski, “Menciptakan keadaan di mana rakyat dapat mencapai keinginankeinginan mereka secara maksimal.”7 Namun, setiap negara—terlepas dari apa ideologinya—menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang mutlak diperlukan, yaitu: 1. Melaksanakan penertiban (Law and Order) 2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat 3. Pertahanan 6
Soltau, An Introduction to Politics, h. 253.
7
Laski, The State in Theory and Practice, h. 12.
8
Charles E. Merriam, Systematic Politics , Chicago: University of Chicago Press, 1947. 9 Herry Wahyudi, “Konsep Negara”, 18 April 2011, http://politik.kompasiana.com/2011/04/17/konsep-negara356405.html
20
Laporan Bulanan
SYAMINA
Bentuk Negara
tidak semua urusan diserahkan kepada pemerintah gabungannya (pemerintah federal), tetapi masih ada beberapa urusan yang diserahkan oleh pemerintah negara-negara bagian kepada pemerintah federal, yaitu urusan-urusan yang menyangkut kepentingan bersama misalnya urusan keuangan, pertahanan, angkatan bersenjata, hubungan luar negeri, dan sebagainya. Adapun ciriciri Negara serikat yakni.
Bentuk negara terbagi sebagai berikut. a.
Negara Konfederasi
Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang berdaulat. Persatuan tersebut diantaranya dilakukan guna mempertahankan kedaulatan dari negara-negara yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut. b.
1) Tiap negara bagian mempunyai satu UUD dan satu Lembaga Legislatif.
Negara Kesatuan
Negara ini disebut juga negara unitaris. Ditinjau dari segi susunannya, negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, sifatnya tunggal. Artinya, hanya ada satu negara, tidak seperti negara federal dimana ada negara di dalam negara. Dengan demikian, di dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Ciri-ciri Negara kesatuan anta lain. 1)
Mempunyai 1 UUD
2)
Mempunyai 1 presiden
3)
Hanya pusat yang berhak membuat UU
2) Masing-masing negara bagian masih memegang kedaulatan ke dalam, kedaulatan keluar dipegang pusat. 3) Aturan yang dibuat pusat tidak lgs bisa dilaksanakan daerah, harus dengan persetujuan parlemen negara bagian. d.
Negara Khilafah
Bentuk negara ini dikenal dalam sistem politik Islam, di mana negara ini berbentuk negara global yang meliputi seluruh wilayah di dunia dengan kekuasaan yang terpusat, namun bukan tanpa batas, pada diri seorang kepala negara, yaitu khalifah.
Negara kesatuan ini terbagi 2 macam, yaitu: 1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yaitu urusan Negara langsung diatur oleh pemerintah pusat.
Teori Terbentuknya Negara Dari tulisan di atas, kita dapat meringkas apa saja yang termasuk unsur-unsur suatu negara, di mana tanpa unsur-unsur tersebut suatu negara tidak akan bisa disebut dengan negara. Unsur-unsur yang dimaksud adalah wilayah, penduduk, pemerintah yang berdaulat, dan juga pengakuan dari negara lain. Dari unsur-unsur yang sudah disebutkan di atas, suatu negara dapat terjadi melalui beberapa proses dan proses-proses itu dapat kita lihat dari berbagai teori tentang terbentuknya suatu negara.
2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah yang diberikan hak otonomi yakni diberikan kekuasaan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. c.
XII/Juni 2014
Negara Serikat (Federal)
Negara Serikat (Federal) adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendiri-sendiri dan kemudian negara-negara tersebut mengadakan ikatan kerjasama yang efektif, tetapi disamping itu, Negara-negara tersebut masih ingin mempunyai wewenangwewenang yang dapat diurus sendiri. Jadi disini
Teori terbentuknya suatu negara dibedakan menjadi empat bagian, yang pertama berdasarkan teori riwayat pembentukannya, kedua berdasarkan 21
Laporan Bulanan
SYAMINA
kenyataan apa adanya, ketiga berdasarkan teori terjadinya, dan terakhir berdasarkan teori riwayat pertumbuhannya (secara sosiologis).
XII/Juni 2014
Agustinus, F.J. Stahl, Thomas Aquinas, Ludwig Von Halfer, serta F. Hegel. 3) Teori perjanjian (perjanjian masyarakat)/teori kontrak sosial
Berikut macam-macam teori tentang asal mula terbentuknya negara.
Menurut teori ini, kehidupan manusia dipisahkan dalam dua zaman, yakni zaman sebelum ada negara serta zaman sesudahnya. Keadaan tidak bernegara (pranegara) disebut keadaan alamiah. Di sini individu hidup tanpa organisasi serta pimpinan, tanpa hukum, dan tanpa negara serta pemerintah yang mengatur hidup mereka. Keadaan alamiah itu harus diakhiri dengan jalan mengadakan perjanjian bersama. Dibentuklah negara melalui suatu perjanjian di mana individu-individu merupakan pesertanya. Negara berdaulat merupakan tujuannya sehingga dapat melindungi serta menjamin kehidupan mereka. Perjanjian ini disebut perjanjian masyarakat atau kontrak sosial. Pelopor teori perjanjian ini adalah Plato, Aristoteles, Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau.
a. Asal mula negara berdasarkan teori riwayat pembentukannya 1) Teori hukum alam Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran yang paling awal. Berdasarkan teori hukum alam, terjadinya negara ialah sesuatu yang alamiah. Negara terjadi secara alamiah dengan bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Tokoh-tokoh teori ini adalah Plato dan Aristoteles. Negara menurut Plato (429–347 SM) ialah suatu keluarga besar yang setiap anggotanya saling berhubungan, bekerja sama, serta memiliki tugas sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Adapun negara menurut Aristoteles (384–322 SM) bermula dari keluarga, sekelompok keluarga, kemudian bergabung menjadi lebih besar, dan terbentuklah desa, masyarakat luas, serta akhirnya terbentuk negara.
4) Teori kekuasaan/kekuatan Teori ini berpendapat bahwa negara timbul karena orang-orang kuat menaklukkan orang-orang lemah. Untuk dapat menguasai orang-orang lemah, maka didirikanlah organisasi, yaitu negara. Teori ini dikemukakan oleh Karl Marx (1818–1883), Frederick Engels, Harold J. Laski (1893–1950), F. Oppenheimer, dan Leon Duguit.
2) Teori ketuhanan (teokrasi)
Keempat teori di atas sering disebut juga dengan teori Klasik Tradisional. Sejak zaman dahulu, teori ini sudah ada dan hingga kini masih tetap selalu dipelajari oleh mereka yang ingin mempelajari negara serta hukum. Namun, pada masa sekarang, ajaran dari keempat teori tersebut tidak memberikan kepuasan. Itulah sebabnya timbul berbagai reaksi terhadap teori-teori tersebut.
Teori ini juga dikenal sebagai doktrin teokrasi tentang asal mula negara. Pada abad pertengahan, teori ini dipakai untuk membenarkan kekuasaan raja yang mutlak. Berdasarkan teori ini, raja bertakhta karena kehendak Tuhan. Kekuasaan dan hak-hak raja untuk memerintah dan bertakhta berasal dari Tuhan. Pelanggaran terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Raja serta pemimpin-pemimpin negara hanya bertanggung jawab kepada Tuhan, tidak kepada siapa pun. Penganjur teori ini adalah 22
Laporan Bulanan
SYAMINA
b. Asal mula negara menurut kenyataan apa adanya
Misalnya, Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak negro yang telah dimerdekakan orang Amerika. Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
Ahli-ahli tata negara modern tidak menyetujui adanya usaha untuk menyelidiki asal mula negara serta hakiki historis dari negara. Mereka bersikap skeptis serta menganggap tidak perlu lagi untuk mengetahui dan menyelidiki tentang asal mula negara itu, yang penting kita terima saja negara itu sebagaimana adanya sebagai suatu kenyataan. Menurut kejadian yang nyata, negara terbentuk, antara lain, karena hal-hal berikut.
XII/Juni 2014
5) Pendudukan, yaitu ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu. Contohnya Liberia, yang didirikan oleh para bekas budak kulit hitam dari Amerika.
itu
6) Penguasaan terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun belum berpemerintahan sebelumnya. Misalnya, Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin untuk selanjutnya dibuat koloni. Penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Australia dimerdekakan tahun 1901 oleh Inggris.
1) Peleburan (fusi), merupakan penggabungan antara dua atau lebih negara menjadi suatu negara baru. Misalnya, pembentukan Kerajaan Jerman tahun 1871 dan peleburan Jerman Barat serta Jerman Timur pada tanggal 3 Oktober 1990. 2) Pemisahan diri, yaitu memisahnya suatu bagian wilayah negara untuk menciptakan suatu negara baru. Pemisahan diri tidak dapat dikatakan sama dengan pemecahan karena negara yang lama masih ada. Contohnya, Belgia terhadap Belanda tahun 1839, Bangladesh terhadap Pakistan tahun 1971, dan Timor Timur (Timor Leste) dari Indonesia tanggal 30 Agustus 1999.
7) Penyerahan, yaitu ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan perjanjian tertentu. Penyerahan ini juga dapat diikatakan pemberian kemerdekakaan kepada suatu koloni oleh negara lain yang umumnya adalah bekas jajahannya. Contohnya, Kongo dimerdekakan oleh Prancis dan dan Brunei Darussalam dimerdekakan oleh Inggris.
3) Pemecahan, yaitu terpecahnya suatu negara yang menimbulkan negara-negara baru sehingga negara sebelumnya menjadi hilang (lenyap). Misalnya, negara Columbia pecah menjadi negaranegara baru (Venezuela, Equador, dan Columbia Baru) pada tahun 1832; Uni Soviet terpecah-pecah menjadi Rusia, Lithuania (11 Maret 1990), Estonia (20 Agustus 1991), Latvia (21 Agustus 1991), Belarusia, Kazakhstan, Ukraina, Azerbaijan, Kirgiztan, Uzbekistan, dan Armenia; Yugoslavia terpecah menjadi negara-negara SerbiaMontenegro, Kroasia (25 Juni 1991), Slovenia (25 Juni 1991), Bosnia- Herzegovina (15 Oktober 1991), dan Macedonia (9 September 1991).
8) Penarikan, di mana Awalnya suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai/ timbul dari dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh sekelompok orang sehingga akhirnya membentuk negara. Contohnya Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil. 9) Pencaplokan (penguasaan), yaitu suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contohnya Israel mencaplok Palestina (1947). 10) Pembentukan Baru, di mana suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal kemudian lenyap. Contohnya Columbia lenyap, kemudian menjadi Venezuela dan Columbia yang baru, atau Cekoslowakia menjadi Ceko dan Slowakia.
4) Penaklukan, yaitu suatu daerah yang telah diduduki seseorang atau bangsa yang kemudian diambil alih untuk didirikan negara di wilayah itu. 23
Laporan Bulanan
SYAMINA
11) Perjuangan (proklamasi), yaitu suatu daerah yang pada awalnya merupakan tanah jajahan dari negara lain, suatu saat menyatakan kemerdekaannya. Misalnya, Indonesia menyatakan kemerdekaannya atas penjajahan Jepang dan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945. Di samping itu, kebanyakan negara di Asia dan Afrika yang merdeka setelah Perang Dunia II merupakan hasil perjuangan rakyatnya.
perhubungan darah yang sama serta telah mempunyai kesadaran dalam berorganisasi kemudian membentuk suku. Apabila suku telah menempati suatu daerah tertentu, mempunyai cita-cita untuk bersama, serta bertekad teguh memperjuangkan cita-cita mereka karena perasaan senasib dalam sejarah, maka terbentuklah bangsa. Akhirnya, apabila bangsa dalam mengejar cita-citanya telah berada pada suatu organisasi kekuasaan yang kuat serta teratur yang disebut pemerintah yang berdaulat, maka terbentuklah negara.
c. Asal mula negara menurut teori terjadinya 1) Teori organis Negara dipersamakan dengan organisme hidup manusia atau binatang. Individu yang merupakan komponen-komponen negara dipandang sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan korporal dari negara dapat disamakan dengan tulangbelulang manusia. Undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala, serta para individu sebagai dagingnya. Penganut teori ini ialah Nicholas dan J.W. Schelling.
Bagaimana Perang Membentuk Negara dan Sebaliknya Konsep negara yang dimiliki saat ini memang memiliki masalah. Masalah yang sangat mendasar adalah melihat kembali atau merevisi konsep negara sendiri yang menjadi problematik, serta bahasa konseptual dan politik negara yang menutup proses kreatif pencarian alternatif bentuk dan konsep negara.
2) Teori historis Lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, melainkan tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia merupakan penjelasan teori historis atau teori evolusionistis. Lembaga-lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat, waktu, serta tuntutan-tuntutan zaman guna memenuhi kebutuhan manusia. Negara akhirnya dibentuk dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan zaman.
d. Asal mula negara berdasarkan pertumbuhannya (secara sosiologis)
XII/Juni 2014
Problem yang sistemik yang saat ini tengah melanda banyak negara kebangsaan (nation-state) di dunia menunjukkan bahwa fenomena negara sebagai instrumen kekuasaan dan kontrol masyarakat dalam sebuah bangsa mulai dipertanyakan legitimasinya. Selama ini, ketika berbicara tentang konsep negara modern, lebih banyak orang berbicara bahwa negara dibentuk karena “proses demokratis”, padahal ada teori lain bahwa negara bisa dibentuk oleh proses lain, misalnya perang. Michael Bakunin menyatakan, “Kekuasaan dan kemuliaan suatu negara kebangsaan selalu diukur dengan kerusakan yang ditimbulkan pada bangsa lain.”
riwayat
Terjadinya negara adalah melalui suatu proses, yakni pertama-tama lahir sebuah rumah tangga baru yang kemudian berkembang hingga akhirnya membentuk suatu kesatuan yang lebih besar yang disebut keluarga. Biasanya keluarga diurus oleh orang yang dipandang tertua. Perasaan
Charles Tilly pernah mengungkapkan, "Bagaimana Perang Membentuk Negara, dan Sebaliknya, Bagaimana Negara Menentukan Perang". Maksudnya adalah bahwa sepanjang sejarah— 24
Laporan Bulanan
SYAMINA
sejak sistem berbentuk pre-nation-state maupun post-nation-state—negara terbentuk di atas dasar kekuatan (force) dan muslihat (fraud). Yang sering kali pula tidak disadari adalah bahwa sistem negara modern hari ini banyak didirikan dengan kekuatan ekstrem, melalui peperangan yang berdarah-darah selama berabad-abad.
XII/Juni 2014
Sistem negara kebangsaan bukanlah suatu entitas organik, bertentangan dengan yang selama ini banyak dipercayai dari pakar seperti Hegel. Sistem negara kebangsaan belum tentu merupakan bentuk alami dari organisasi sosial atau manusia. Jika demikian, hukum alam akan membenarkannya sehingga tidak perlu menggunakan kekerasan untuk mempertahankan diri sebagai ideologi yang dibangun oleh entitas atau kekuatan, sementara kenyataannya justru sebaliknya.
Ketika meneliti perubahan politik, sosial, dan teknologi di Eropa dari abad pertengahan hingga saat ini, Tilly berusaha untuk menjelaskan keberhasilan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara kebangsaan (nation-state) sebagai negara yang dominan di Bumi. Menurut teorinya, inovasi militer di pra-Eropa modern (terutama mesiu dan tentara massa) membuat perang sangat mahal. Konsekuensinya, hanya negara dengan jumlah modal yang cukup serta populasi yang besar yang mampu ‘membayar’ untuk keamanan mereka, dan akhirnya bertahan di lingkungan yang tidak bersahabat. Lembaga negara modern (seperti pajak) diciptakan untuk memungkinkan keputusan perang (war making).10
Noam Chomsky mengatakan: "Pada dasarnya, sistem modern negara-bangsa yang dikembangkan di Eropa sejak periode abad pertengahan, dan itu sangat sulit untuk dibangun: Eropa memiliki sejarah yang sangat berdarah, sejarah yang sangat buas dan berdarah, dengan perang, konstan, besar, dan sebagainya. Itu semua bagian dari upaya untuk membangun sistem negara-bangsa. Ini hampir tidak ada kaitannya dengan cara orang hidup, atau asosiasi mereka, atau apa pun secara khusus, sehingga sistem ini harus didirikan atas dasar kekuatan, dan didirikan melalui berabad-abad perang berdarah.
Bagaimana keadaan menjadi lebih buruk bisa dilihat dari sistem negara kebangsaan yang cukup banyak ditemukan di Eropa. Sistem ini telah diekspor ke seluruh dunia melalui penjajahan Eropa secara ekstrem dengan kekuatan, yang menyebabkan kerusakan yang tak terhitung dan penderitaan. Di Afrika saja, misalnya, puluhan juta jiwa terbunuh oleh pemukim Eropa selama periode kolonial. Karena alasan inilah, Randolph Bourne mengatakan, "Perang adalah kesehatan suatu bangsa."11
Peperangan yang berakhir pada tahun 1945—dan satu-satunya alasan mengapa perang itu berakhir—karena perang berikutnya akan menghancurkan segalanya. Jadi itu berakhir pada tahun 1945. Itu yang kita harapkan; jika tidak, itu akan menghancurkan segalanya.12 Jadi, "kegiatan utama [di Eropa] adalah membantai satu sama lain sampai 1945." Kemudian ia memberikan contoh lebih lanjut, bagaimana Perjanjian Westphalia tidak banyak berkutik untuk mencegah perang di dalam atau di Eropa atau antara negara-negara Barat, demikian pula Liga Bangsa-Bangsa atau Pakta Kelogg-Briand. PBB Perserikatan Bangsa-bangsa memang berkontribusi bagi perdamaian di Barat, tetapi hanya karena "apa yang ada di kepala orang Eropa
10
Charles Tilly. 1990. Coercion, Capital, and European States, AD 990–1990. Cambridge, Mass., USA: B. Blackwell 11 Untuk diskusi yang mencerahkan tentang bagaimana perang memberikan keuntungan kepada penguasa, lihat: Major General Smedley D. Butler, War is a Racket, www.ratical.org/ratville/CAH/warisaracket.pdf, dan Ed Rippy, War is Still a Racket, http://erippy.home.mindspring.com/ War_Is_Still_a_Racket.html
12
25
Noam Chomsky, Understanding Power, h. 314.
Laporan Bulanan
SYAMINA
adalah pada waktu berikutnya mereka akan pergi ke perang yang akan menghapus seluruh dunia, karena tingkat teknologi militer telah mencapai titik bahwa berikutnya kita akan memainkan permainan ini yang akan mengakhiri ‘semuanya’. 13
XII/Juni 2014
Hal ini penting untuk memahami bahwa "setiap negara, setiap negara, memiliki musuh utama: penduduk sendiri. Jika politik mulai keluar di dalam negeri sendiri dan penduduk mulai semakin aktif,16 orang-orang dengan kekuasaan tidak dapat mempertahankan kekuasaan, sehingga menjadi sangat rapuh.
Seperti yang diperkirakan, ini berarti penyaluran secara tradisional-brutal melalui berbagai cara di mana yang menjadikan Dunia Ketiga sebagai targetnya sebagai "penjahat". Ada banyak mekanisme di mana budaya mendalam terorisme yang berlaku di peradaban Barat menyasar pada populasi Dunia Ketiga: serangan militer langsung, perang perantara (proxy war), perdagangan senjata (yang dalam beberapa hal adalah legal tanpa sah, karena itu bertanggung jawab atas sejumlah besar represi, kematian, dan penderitaan di Selatan),14 sanksi perdagangan, dan pencekikan ekonomi (termasuk program penyesuaian struktural IMF), ketika negara Dunia Ketiga menolak untuk mematuhi perintah Barat, dengan mencoba untuk menyerang aspek kemandirian.
Segala hal yang ‘mengerikan’ bisa terjadi jika rakyat mulai mempertanyakan dan menantang pusatpusat kekuasaan, ketika mereka berhenti membiarkan diri mereka—yang selama ini dipukuli —tetap tunduk. Karena itu, dari sudut pandang pemegang kekuasaan, penduduk harus tetap diam dan patuh serta pasif. Di Dunia Ketiga, melalui regu pembantai, di rumah, melalui cara halus dan tidak langsung seperti propaganda. Selanjutnya, Tilly menunjukkan bahwa terorisme negara Barat (pilihan istilahnya adalah "pemaksaan") itu terkait erat dengan properti kapitalistik; dan itu memiliki banyak hubungannya dengan akumulasi modal, yang menurutnya, berkonsekuensi pada pemaksaan untuk bekerja. Jika Anda ingin menaklukkan orang, apakah Anda sendiri atau penduduk asing, atau keduanya, cara untuk mewujudkannya adalah dengan tindakan koersif. Tentu saja, karena "Masalah kontrol sosial meningkat sejauh negara terbatas dalam kapasitasnya untuk memaksa...."17
Logikanya sederhana dan mudah: Karena negara kapitalis berbasis militer adalah permainan kosongkosong (zero-sum game),15 sejak Masyarakat Eropa (dan kemudian cabang Amerika Utara) selalu sangat hierarkis, tidak setara, dan brutal, karena kekayaan dari beberapa selalu dibayar oleh punggung mayoritas yang miskin. Konsekuensinya, Anda harus berperang, dari satu bentuk ke bentuk lain, terhadap kemanusiaan, baik domestik dan internasional.
Hubungan negara-perusahaan yang telah menggunakan propaganda untuk dapat mengontrol domestik populasi. Propaganda adalah sebuah formalitas demokrasi, sementara kekerasan adalah pendekatan negara totaliter, meski sebenarnya masih berlangsung sistem terorisme domestik melawan Afro-Amerika, Latin, penduduk asli Amerika, dan pembangkang umumnya di Amerika Serikat, di bawah FBI
13
Chomsky, The New Cold War, Red Pepper, http://www.redpepper.org.uk/cularch/xalmeida.html 14 Untuk menyingkap lebih dalam soal perdagangan senjata, lihat: Gideon Burrows, The No-Nonsense Guide to the Arms Trade. 15 Sampai-sampai, figur pro-kapitalis terkenal seperti John. M Keynes pernah mengatakan, “Kapitalisme adalah keyakinan tidak biasa yang meyakini bahwa laki-laki yang menjijikkan, untuk alasan yang menjijikkan, entah bagaimana caranya, akan bekerja untuk kepentingan kita semua.”
16
Chomsky, Understanding Power, h. 70. Lihat: Chomsky, Deterring Democracy, http://www.zmag.org/Chomsky/dd/dd-c04-s01.html 17
26
Laporan Bulanan
SYAMINA
Cointelpro). Namun, seperti yang dinyatakan di atas, negara-negara Barat sering melakukan kekerasan pada skala yang signifikan secara internasional, baik secara langsung maupun dengan perantara (proxy), untuk melindungi dan memajukan kepentingan swasta.
XII/Juni 2014
Dalam studi besar tentang pembentukan negara Eropa, Tilly secara akurat mengamati bahwa selama terakhir milenium, keputusan perang (war making) menjadi proyek elite dominan negaranegara Eropa. Alasannya: "Secara terpusat, faktanya tragis sederhana: pemaksaan bekerja; mereka yang menerapkan gaya besar untuk rekanrekan mereka untuk mendapatkan kepatuhan, dan dari kepatuhan mereka menarik beberapa keuntungan uang, barang, rasa hormat [dan] akses ke kesenangan yang tidak dapat diraih oleh orang yang kurang kuat." (Tilly, 1993: 70).
Untuk alasan ini, salah satu penggagas ilmu politik modern, Harold Lasswell, mengatakan, "Peristiwa modern telah secara tajam mengingatkan kita bahwa distribusi tergantung pada mitos dan kekerasan (iman dan perampokan) serta tawarmenawar."18
Sebagai kesimpulan, mengingat semua fakta yang diulas di atas, kita harus bertanya: Apakah kekuasaan negara sah? Mari kita gunakan analogi: Misalkan X berdiri dengan sepatu botnya di leher Y dan mengeluh bahwa Y (korban X) tidak mengakui legitimasi X sebagai kekuatan yang dominan. Dalam kasus seperti itu, bisa jadi Y mengakui dengan enggan dan takut, sehingga akankah induksi legitimasi X sebagai kekuatan yang dominan benar-benar dianggap serius?
Sebelumnya, Winston Churchill mengakui hal yang sama, meskipun lebih deskriptif, "Kami bukanlah orang-orang muda dengan tidak bersalah merekam dan warisan langka. Kami telah asyik untuk diri kita sendiri... dan sama sekali bagian yang tidak proporsional dari kekayaan dan lalu lintas dunia. Kita sudah mendapat semua yang kita inginkan dalam wilayah, dan klaim kita dibiarkan dalam menikmati tanpa gangguan dari harta yang luas dan indah, terutama diakuisisi oleh kekerasan, sebagian besar dikelola oleh kekerasan, sering tampak kurang masuk akal untuk orang lain daripada kita." 19 Tidaklah mengherankan, jika kemudian ditemukan bahwa asal-mula perang terletak pada ‘pencurian’, dan ini masih saja berlaku.20
Implikasinya adalah cukup jelas: Jika negara benarbenar struktur yang sah, negara tidak perlu menjalankan perang dan melakukan tindakan untuk memaksa serta merekayasa untuk mengabadikan dirinya sebagai sebuah institusi, atau apakah perlu untuk menggunakan propaganda, atau bersembunyi di balik produk hukum undang-undang. Ini akan berdampingan dengan lainnya menyatakan harmonis; itu akan mendorong, memproduksi dan merangkul kesetaraan substantif, kebebasan, keragaman, solidaritas, kerjasama, manajemen diri, non-
18
Harold Lasswell, Politics: Who Gets What,When, How, h. 8. Clive, Churchill, h. 132. Kata-kata yang dicetak miring merupakan ungkapan Churchill sendiri. 20 “Inti kesimpulannya—dan ini tidak begitu mengejutkan— bahwa dokumenter dan catatan sejarah menujukkan bahwa kebijakan internasional dan keamanan AS berakar dalam struktur kekuasaan dalam masyarakat domestik, yang memiliki tujuan utama untuk melestarikan apa yang kita sebut sebagai 'kelima kebebasan', yang bisa dipahami secara kasar—namun cukup akurat—sebagai kebebasan untuk merampok, mengeksploitasi, dan mendominasi, yaitu untuk melakukan tindakan apa pun guna memastikan bahwa ‘keistimewaan yang ada’ terlindungi dan meningkat.” Chomsky, The Culture of Terrorism: 19
http://www.thirdworldtraveler.com/Chomsky/Culture%20of %20Terrorism.html Meskipun Tilly tampak menyadarinya, namun ia menungkapkan secara diplomatis bahwa: “perang telah menjadi […] suatu alat pemuas kepentingan ekonomi dari koalisi yang berkuasa dengan cara meraih akses ke sumberdaya dari negara-negara lain.” (Coercion, Capital and European States, h. 30)
27
Laporan Bulanan
SYAMINA
hegemonik, berbasis keadilan, perdamaian, dan eco-balance.
XII/Juni 2014
ketidakjujuran, meskipun ada hal yang perlu dikritisi dari karyanya, terutama gagasan bahwa manusia secara inheren jahat. Gagasan ini tanpa pengamatan empiris, karena pertanyaan tentang sifat manusia (dalam konteks biasanya istilah ini digunakan) berada di luar cakupan penyelidikan ilmiah.
Itu tidak akan membutuhkan kepolisian—baik secara terbuka maupun tertutup—atau aparat militer berteknologi maju, atau peradilan, atau sistem penjara atau instrumen koersif lainnya yang melaluinya orang miskin dan kelas pekerja secara sinis disubordinasi dan ditindas, sementara orang kaya dan kuat menikmati impunitas yang lengkap untuk semua jenis kejahatan yang menakutkan, untuk kejahatan-kejahatan ekonomi, 21 untuk kejahatan terhadap perdamaian dan 22 23 kemanusiaan, untuk degradasi lingkungan, dll., karena ada kejahatan yang tidak dilakukan oleh nexus perusahaan negara.
Namun—menurut Hagos (2010: 4)—ada alasan yang baik untuk percaya bahwa kebanyakan orang pada dasarnya baik sehingga tantangannya adalah untuk membantu mereka agar bisa membebaskan diri dari efek berbahaya dari propaganda. Mengingat jumlah yang sangat tidak proporsional kekuatan destruktif yang terkonsentrasi di Barat relatif terhadap seluruh dunia dikombinasikan, itu merupakan kewajiban warga di Barat untuk membebaskan diri dari perbudakan mental dalam layanan industri dan ekonomi demokrasi.
Penghinaan untuk Demokrasi adalah sikap tradisional yang turut serta dalam kuasa dan hak istimewa. Sikap dapat ini dapat ditelusuri kembali ke bentuk Republik Plato, yang merupakan sebuah saluran totaliter, tetapi biasanya dihaluskan oleh para elite Barat sebagai tempat tidur bersalin demokrasi.
Pada akhirnya, menekankan kesimpulan bahwa tidak ada alasan untuk memuji negara sebagai bentuk tertinggi organisasi sosial, apalagi sebagai kekuatan kreatif besar, karena sebagian besar kemelaratan dan penderitaan di dunia ini secara artifisial dipaksakan oleh kekuatan pribadi melalui kekuasaan negara modern. Dan itu bukan lagi hukum alam, tetapi hukum fisika.
Orang langka yang terus terang dipandang jahat, yaitu Hitler, bahkan tidak melakukan hal itu. Dalam hal ini, Machiavelli juga layak mendapatkan kredit, karena ia setidaknya jujur tentang politik
Jika orang dapat dibantu dalam mengidentifikasi penyebab penderitaan mereka, maka harapannya adalah bahwa mereka akan bersedia dan mampu mengubah realitas sosial yang dibangun selama ini—dalam bentuk negara modern yang kapitalistik—kemudian menggantikannya dengan pengaturan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan batin mereka. Itulah yang sering dikatakan oleh aktivisme libertarian sebagai ‘seruan tertinggi’ di bawah pengaturan otoriter.24
21
Dalam konteks ini, kejahatan ekonomi tidak hanya dilakukan dan didukung, tetapi juga dibutuhkan secara hukum. Justifikasi atas hal ini bahkan diajarkan di hampir setiap Jurusan Ekonomika di berbagai universitas dan dicitrakan lewat pers sebagai capaian peradaban. 22 Untuk memverifikasi klaim ini, lihat artikel-artikel sbb.: William Blum, Killing Hope and Rogue State; Michael Mandel, How America Gets Away with Murder; Edward Herman, Real Terror Network; Michael McClintock, Instruments of Statecraft, dan Alexander George, Western State Terrorism. 23 Bagaimana relasi merkantilisme antara negara dan perusahaan berperan dalam kerusakan lingkungan bisa dilihat dalam tulisan Chomsky, Hegemony or Survival, h. 3, 234-35, 236; juga karyanya, Understanding Power, h. 24, 58, 60-1, 66-7, 68, 281, 316-17, 386-7, 388-89, 392, 4001, crucially with corresponding endnotes, available at http://www.understandingpower.com/AllChaps.pdf
24
Michael Hagos, “How War Made States, and Vice Versa”, sebuah tinjauan terhadap tulisan Tilly, http://www.lovefreedomorquestionwhoyouare.com/wpcontent/uploads/2011/09/How-War-Made-States.pdf
28
Laporan Bulanan
SYAMINA
PRA-NEGARA: Proses dan Kriteria Pengakuan
XII/Juni 2014
(Recognition) dan Kedaulatan (Sovereignity)
29
Laporan Bulanan
SYAMINA
Kriteria Pengakuan Kedaulatan
Dari Insurgensi (Pemberontakan) Menuju ProtoState
Selanjutnya, bagan pada halaman sebelum ini dapat membantu untuk memahami proses transformasi organisasi sosial pra-negara menjadi negara berdaulat yang diakui (recognized state). Berdasarkan kedaulatannya, dibedakan menjadi dua:
suatu
XII/Juni 2014
Ketika strategi politik luar negeri AS untuk Afghanistan menghajatkan negosiasi dengan pihak Taliban, maka Pemerintah AS pun mulai mempertimbangkan untuk menghapus status organisasi teroris atas Emirat Islam Afghanistan. Alasannya, negosiasi tidak bisa dilakukan mengingat Pemerintah AS terikat aturan yang melarang pemerintah untuk bernegoisasi dengan organisasi teroris. Karenanya, status Taliban (Emirat Islam Afghanistan) harus diubah dari organisasi teroris menjadi kelompok pemberontak (insurgent).
negara
a. negara de jure Negara ini adalah negara yang eksis secara hukum. b. negara de facto negara ini belum diakui secara luas, namun memenuhi kriteria dari banyak segi untuk menjadi sebuah negara. Negara ini ada dalam realitas, namun tidak memiliki otoritas hukum secara penuh.
Sejak 11 September, gerakan Taliban di Afghanistan dinyatakan oleh Pemerintah AS sebagai organisasi teroris karena hubungannya dengan Al-Qa’idah. Yang pasti, Taliban—atau Emirat Islam Afghanistan—secara de facto pernah menguasai 90% wilayah Afghanistan dan pernah diakui oleh setidaknya tiga negara: Arab Saudi, Pakistan, dan Yaman.
Untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain, suatu negara biasanya harus memenuhi dua prinsip: a. Memiliki batas-batas negara yang tidak dilanggar
Kelompok ini menarik diri ke daerah pinggiran dan pedalaman setelah invasi pasukan Sekutu untuk menjalankan taktik perang gerilya karena kekuatan tempur yang tidak seimbang dan dalam rangka mengurangi jatuhnya korban. Namun, selama satu dekade Taliban mampu menjalankan peran sebagai negara bayangan (shadow-state).
Dalam hal ini, negara berusaha untuk mempertahankan batas-batas negara seperti semula yang diklaim. b. Memiliki hak untuk mandiri (memilih nasib) Dalam hal ini, negara diakui haknya untuk mengklaim status negara. Selanjutnya, dalam konteks negara modern, negara yang telah mendapatkan pengakuan penuh biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki kursi di PBB.
Terkait negara bayangan, Reno mengemukakan argumen yang menyediakan seperangkat kriteria untuk menentukan kriteria bagi satu satu kelompok dapat disebut sebagai shadow state:
b. Mengontrol perbatasan.
1. sentralisasi kekuasaan ekonomi pada penguasa
c. Memiliki hubungan diplomatik, yang ditandai dengan adanya kedutaan besar di berbagai negara.
a. latihan kontrol regulasi untuk membatasi akses ke pasar internal
d. Memegang aturan perjanjian dengan negara lain.
b. kontrol aset lancar nasional c. memiliki aset tidak cair nasional
e. Memiliki paspor yang diakui dan diterima. 30
Laporan Bulanan
SYAMINA
2. penguasa bertindak terkait utang penduduk a. menghilangkan barang publik keamanan atau stabilitas ekonomi)
antaranya sangat berkorelasi dengan atribut negara-bangsa. Kriteria tersebut adalah:
(contoh:
1. wilayah: area yang dikontrol oleh proto-state.
b. pemuka bersaing untuk mendukung pribadi penguasa, sering pada harga konstituen kesejahteraan
2. kegiatan koersif: sejauh mana proto-state terlibat dalam penentuan perang (war making), pembentukan negara (state making), proteksi, dan kegiatan ekstraksi.
3. penguasa memobilisasi pemuda untuk tujuantujuan politik tabanan dengan menghilangkan kompetisi 4. lembaga pengendalian
klandestin
sebagai
XII/Juni 2014
3. identitas dan legitimasi: bagaimana penduduk melihat proto-state dan diri mereka sendiri di dalamnya.
metode
4. Tujuan politik: tujuan kepemimpinan dan motivasi
a. metode pengendalian tersembunyi secara de jure dalam instrumen kekuasaan
5. Organisasi dan struktur: bagaimana mendefinisikan aspek administrasi dan birokrasi di dalam proto-state.
b. membatasi tindakan kriminal yang berkomitmen secara terbatas atau tanpa pengawasan
Kriteria-kriteria tadi masih bisa didiskusikan lagi agar pembaca dapat lebih memahami bagaimana masing-masing kriteria saling berhubungan. Berdasarkan kriteria di atas, kita bisa memandang bagaimana ketika sebuah organisasi mencoba untuk memainkan peran sebagai sebagai negara.
Sementara itu, Merz mengemukakan teori tentang proto-state. Merz menggunakan sebuah kombinasi yang impresif dari sejumlah teori untuk menentukan kriteria dalam mengklasifikasikan sebuah organisasi sebagai proto-state. Mengutip Tilly, Merz menjelaskan bahwa proto-state merupakan sebuah “bentuk antara” (somewhere between) dan “penampungan dan paguyuban” (household and kinship) dari beberapa kelompok dalam usaha membentuk negara bangsa (nation state).”25
Namun, masih saja terdapat keterbatasan pada "berapa derajat" kriteria tadi dipenuhi oleh aktor pranegara. Kriteria dari keduanya, baik Reno maupun Merz memang mendudukan tema ini dengan kuat, tetap perlu modifikasi kriteria untuk menciptakan keterbatasan penerapan yang paling sedikit.
Merz, bertolak belakang dengan Reno, mengonsentrasikan diri pada aparatus eksternal dari penguasa individu dan bagaimana aparatus berinteraksi dengan dunia luar. Dia mengemukakan teorinya dalam konteks perbandingan jaringan peredaran narkotika dan pemberontakan, dengan menggunakan metode campuran berupa pendekatan sejarah/antropologi. Kerangkanya meliputi lima kriteria, empat di
Kriteria Negara Bayangan (Shadow State) Sekarang bahwa teori latar belakang telah dibahas, kriteria untuk menentukan apakah sebuah organisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah negara bayangan dapat dikembangkan. Setelah menguraikan dan membandingkan kriteria Reno dan Merz, Lovell (2012) menawarkan kriteria
25
Andrew A. Merz, "Coercion, Cash-Crops and Culture: From Insurgency to Proto-State in Asia’s Opium Belt", h. 27, tesis, Naval Postgraduate School, 2008.
31
Laporan Bulanan
SYAMINA
sendiri yang mengakomodasi keduanya.26 Kriteria Lovell menjadi model ketiga untuk menentukan apakah sebuah organisasi atau aktor non-negara dapat disebut sebagai negara bayangan, dengan memadukan kriteria Merz dan Reno:
4. mengontrol wilayah 5. identitas nasional atau budaya yang redefinisi dan mewujudkan legitimasi tindakan negara bayangan 6. tujuan kebijakan jelas, baik secara politik, ekonomi, militer, dan hubungan luar negeri.
1. pemimpin individu yang mengendalikan, melalui metode klandestin, sumberdaya mentah dalam organisasi yang mengklaim wilayah
Kesimpulan
2. kerja klandestin dan koersif sebagai metode kontrol, termasuk:
Meskipun indikator penentuan sebuah entitas sosial sebagai negara telah dirumuskan oleh para ilmuwan. Namun, pada praktiknya, keputusan penentuan negara tersebut lebih bersifat politik dibandingkan secara akademik. Ini bisa dilihat pada kasus Taiwan; yang memenuhi kriteria sebagai sebuah negara. Hanya saja, karena pertimbangan kepentingan tertentu, banyak negara lain mengklaim bahwa Taiwan adalah negara yang memiliki kedaulatan sendiri, tetapi tidak memperoleh kursi perwakilan di PBB karena faktor “One China Framework”.27
a. hasutan konflik, terutama sektarian atau etnis b. mobilisasi pemuda sebagai ‘bahan bakar’ untuk konflik kekerasan c. ekstraksi dari penduduk dan mendukung diaspora d. melakukan kegiatan perang (war making) untuk memperluas wilayah dikontrol e. menyelenggarakan kegiatan kenegaraan (state making) untuk memonopoli kontrol atas penduduk 3. pembangunan negara bangsa seperti badan administratif a. pengambilan pemimpin individu
keputusan
eksekutif
XII/Juni 2014
Dalam konteks bagaimana eksistensi satu negara bisa terjamin, riset-riset dari para pakar tata negara modern di atas menunjukkan “pengakuan” menjadi faktor penting, baik pengakuan itu berasal dari “masyarakat” yang ada, baik itu masyarakat lokal maupun pengakuan luar negeri.
oleh
b. memeriksa saldo mekanisme pengambilan keputusan oleh Komite atau kelompok dan individu
Selanjutnya, bagaimana kita tahu apa itu negara pada abad ke-21 ini? Sayangnya, para akademisi dan analisis belum bisa memberikan jawaban. Namun, ketika “negara” cukup legitimate untuk ‘membanjiri’ Washington sebagai pemilik hegemoni saat ini dengan brosur-brosur tentang “peluang bisnis yang inovatif” dan “eksotisnya pasar” di wilayah mereka, maka mereka cukup dekat untuk menjadi negara (yang diakui). (Ferry Irawan)
c. mengembangkan kekuatan militer atau pseudomiliter d. kelompok individu bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik internal dan menegakkan hukum negara bayangan e. hierarki piramida dari badan-badan administratif 26
Alexander G. Lovell, Differentiating the Shadow State from the Non-State: Explanation and Policy Implications: sebuah paper pelengkap dari riset utama yang disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat yang dibutuhkan untuk meraih gelar Master of Arts di bidang Kajian Keamanan Nasional.
27
War on the Rock, “The State of the State”, Adam Elkus, 16/6/2014.
32