HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG PERILAKU SEKS AMAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI LOKALISASI GAMBILANGU KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
Jumiatun Akbid Uniska Kendal Email:
[email protected]
ABSTRAK Infeksi Menular Seksual sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. KasusInfeksi Menular Seksual (IMS) pada WPS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dan akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Wanita Pekerja Seks adalah kelompok yang beresiko untuk terkena penyakit IMS. Di Indonesia diperkirakan terdapat 190 ribu hingga 270 ribu WPS, 30% diantaranya usia anak-anak. Tujuan penelitian mengetahui hubungan pengetahuan WPS tentang perilaku seks aman dengan kejadian penyakit IMS Di Lokalisasi Gambilangu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik, populasi dalam penelitian ini yaitu semua WPS yang berada di lokalisasi GambilanguKecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, sampel diambil secaraaccidental sampling.Data dianalisis denganuji chi-square. Analisis hasil penelitian menunjukkan mayoritas memiliki pengetahuan cukup (52,5%), pengetahuan kurang 40,0% dan pengetahuan baik 7,5%, responden yang terjangkit IMS sebanyak 72,2%. Ada hubungan antara pengetahuan tentang perilaku seks aman dengan kejadian penyakit IMS (p value 0,015). WPS perlu diberikan pendidikan dan mencari informasi tentang penyakit-penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual serta berperilaku seks yang aman dengan menggunakan kondom untuk meminimalisir penularan penyakit IMS. Harus ada peraturan yang tegas yang mengharuskan WPS untuk menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Kata kunci
: Pengetahuan, Perilaku Seks Aman, Infeksi Menular Seksual
PENDAHULUAN IMS/STD (Infeksi Menular Seksual = Sexually Transmitted Diseses) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik negara maju maupun berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya diberbagai negara tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO, setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes genetalis, dan jumlah tersebut menurut analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu (Djuanda A. dkk,2010). Infeksi Menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.Infeksi tersebut akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,oral maupun anal.Infeksi ini dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit kepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian (Nugroho T. dkk,2011).
18
Pada dasarnya, setiap orang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual dapat tertular. Orang yang suka berganti pasangan seksual harusnya mewaspadai penyakit ini, terutama mereka yang bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial. Biasanya orang yang terjangkit penyakit ini pada usia 20-34 tahun pada laki-laki dan 16-24 pada wanita.Mereka mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit (Iswanti E,2010). Berdasarkan data WHO yang dikutip Jain (2008) negara dengan prevalensi IMS tertinggi di dunia yaitu Papua New Guinea, dimana kurang lebih 1 juta infeksi menular seksual (IMS) didiagnosis setiap tahun. Dengan gonoroe sebanyak 21%, klamidia 19%, sifilis 24% dan trichomoniasis 51%. Dengan 74% orang mempunyai sedikitnya satu jenis IMS dan 43% mempunyai lebih dari satu tetapi kurang dari 1% yang menerima pengobatan (Anonim,2012). Sedangkan dari tahun ketahun kasus HIV maupun AIDS di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Menurut jaringan Epidemologi Nasional ada beberapa kondisi yang membuat penyebaran AIDS di Indonesia menjadi cepat. Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es yang nampak hanyalah Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja....(Jumiatun)
permukaan belaka namun kasus yang sebenarnya jauh lebih besar dari pada kasus yang nampak, maka terjadi apa yang disebut sebagai “fenomena gunung es”(Jumaris,2008). Wanita Pekerja Seks (WPS) adalah suatu pekerjaan atau profesi dengan melacurkan diri, penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran, dengan alasan komersial mereka siap melakukan apa saja untuk kepuasan pelanggan sampai pada perilaku seks yang tidak sehat, sehingga kelompok ini beresiko untuk terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS) (Anonim, 2012). Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada 40.000-70.000 anak-anak yang dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di Indonesia. UNDP (United Nation Development Program) mengestimasikan tahun 2003 diIndonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu PSK dengan 7 hingga 10 juta pelanggan (Anonim,2012). Dahulu bahaya utama dari hubungan seks adalah kehamilan yang tidak dikehendaki, alias ” kecelakaan”. Sekarang bahaya yang paling pokok adalah berbagai jenis penyakit yang menular melalui hubungan seks, termasuk IMS dan HIV/AIDS yang mengancam nyawa siapa saja yang terkena. Cara terbaik untuk menghindari penularan penyakit seperti itu adalah menghindari kontak (sentuhan) langsung dengan alat kelamin laki-laki yang mengidapnya, dengan air maninya, dan dengan darahnya. Bukan berarti dilarang mengadakan hubungan seksual, hanya harus waspada dan mengusahakan perlindungan, misalnya dengan kondom. Inilah yang dinamakan hubungan seks yang lebih aman (Lovich.R dkk, 2005). Kasus Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) pada WPS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil estimasi tahun 2006 menunjukkan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK) sebesar 221.000 orang dan pelanggan 3.160.000 orang dengan prevalensi penyakit IMS sangat tinggi di wilayah Bandung yaitu : gonore 37,4%, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Selanjutnya diikuti kota Surabaya yaitu : klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan gonoroe 19,8%. Lalu kota Jakarta yaitu : gonore 29,8%, sifilis 25,2% dan klamidia 22,7% dan Medan 5,3% klamidia dan 2,4% sifilis (Anonim, 2012). Berdasarkan data Departemen Kesehatan pada tahun 2006 secara komulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air telah tercapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Diprovinsi Jawa Tengah kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1993. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan bulan J. Ilmu Kesh. Vol. 7 No. 1, Juli 2016
Desember 2008 secara komulatif jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 1.915 kasus dengan rincian infeksi sebanyak 1.375 kasus, sedangkan kasus AIDS sebanyak 540 kasus dan 215 orang diantaranya sudah meninggal. Jumlah kasus terinfeksi HIV yang dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 287 kasus dengan proporsi kasus berdasarkan sumber laporan 96,45 berasal dari klinik VCT Rumah Sakit dan 3,55% dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Sementara kasus AIDS sebanyak 170 kasus baru dimana 76,42% berasal dari laporan Rumah Sakit dan 23,38% dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Data yang didapat dari survei Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal pada tanggal 6 Februari 2012 didapat 76 penderita Penyakit IMS seperti Servisitis, Sifilis, Bubo Kondilomata dengan wanita yang berumur 15-19 tahun sebanyak 6 orang, umur 20-24 tahun sebanyak 30 orang, pada umur 2549 tahun sebanyak 39 orang,dan pada umur lebih dari 50 tahun sebanyak 1 orang.Jumlah kasus HIV pada tahun 2000 – Januari 2012 di Kota Kendal sebanyak 141 kasus HIV dan jumlah kasus AIDS sebanyak 75 kasus. Untuk kasus HIV/AIDS ditemukan kematian sebanyak 53 orang. Rumusan masalah “Adakah hubungan pengetahuan Wanita Pekerja Seks tentang perilaku seks aman dengan kejadian Infeksi Menular Seksual di Lokalisasi Gambilangu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal?” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan Wanita Pekerja Seks tentang perilaku seks aman dengan kejadian Infeksi Menular Seksual di lokalisasi Gambilangu kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang(Notoatmodjo,2003) Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan (WawandanDewi, 2010) yaitu: 1. Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2. Pekerjaan 3. Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 4. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia yang dapat 19
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 5. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi Perilaku seks yang aman Merupakan aktivitas seks yang melibatkan pencegahan sederhana dan praktis. Model seks ini nyaris tidak beresiko tertular atau menulari ( Miron A ,2006). Hubungan sekstanpa menggunakan kondom merupakan perilaku seks tidak aman daripenularan penyakit menular seksual(Hartono, A. 2009). KatagoriSeks yang Aman (Lovich R, 2005) 1. Selalu menggunakan kondom untuk seks vaginal (hubungan seks melalui/ dengan vagina/ liang sanggama, anal (melalui dubur) dan oral (dengan mulut). 2. Tidak berganti-gantipasanganseksual 3. Jika tertular penyakit IMS, berhenti melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan telah sembuh. Infeksi Menular Seksual (IMS) IMS merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi mikroorganisme patogen di area kelamin. Seseorang dapat terjangkit jika berhubungan seksual dengan orang yang telah terjangkit penyakit ini, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi di daerah genitalia. Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan pada stadium dini dapat memberikan komplikasi serius atau berat dan berbagai gejala sisa lainnya, antara lain kemandulan (infertilitas), akibat buruk pada bayi, kecacatan, kehamilan di luar rahim (ectopic pregnancy), kematian dini, kanker di daerah anogenital, serta infeksi baik neonatus (setelah melahirkan) maupun pada bayi (Iswati, 2010). Gejala dan tanda umum IMS a. Pada perempuan : 1) Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya kekuningan-kuningan, berbau tidak sedap. 2) Menstruasi atau haid tidak teratur. 3) Rasa sakit di perut bagian bawah. 4) Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin. b. Pada laki-laki: 1) Rasa sakit atau panas saat kencing. 2) Keluarnya darah saat kencing. 3) Keluarnya nanah dari penis. 20
4) 5)
Adanya luka pada alat kelamin. Rasa gatal pada penis atau dubur
Herpes Genetalis Penyebabnya virus Herpes simplex tipe 1 dan 2. Masa inkubasi hari ke 3-14 setekah virus masuk ke tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk (Jumaris, 2008) Gejala-gejala yang muncul : a. Bintil-bintil (vesikel) berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan, kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang sendiri. b. Kelenjar getah bening di daerah selangkangan membesar. Kondiloma akuminata Berupa kutil kelamin yang terletak disekitar kemaluan, bahkan sampai kebagian dalam liang kemaluan dan leher Rahim (Iswati, 2010). Penyebabnya Human Papiloma Virus (HPV). Kondiloma memiliki bentuk seperti penyakit kutil lain yang biasa tumbuh pada bagian tubuh. Keadaannya kering, memiliki tekstur yang keras, dan berwarna keunguan atau merah muda. Masa inkubasi penyakit ini berkisar mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan. Gejala a. Adanya kelainan, yaitu berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit. b. Pada perempuan, penyakit ini dapat mengenai kulit didaerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan,sampai leher rahim. c. Pada laki-laki, mengenai penis dan saluran kencing bagian dalam. d. Pada wanita hamil kutil dapat tumbuh sampai besar sekali. Cara mengatasi : a. Menggunakan krim imiquimod sebagai obat penyakit kulit. b. Perawatan tradisional untuk kutil kelamin lebih difokus pada upaya untuk menghentikan perkembangannya dengan menggunakan sinar laser. c. Obat penyakit kutil dapat digunakan untuk perawatan rumah. Pengobatan kutil harus dilakukan 3kali seminggu menjelang tidur dan dilakukan terus selama 4 bulan.
Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja....(Jumiatun)
HIV/AIDS AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya sarcoma Kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak (DjuandaA.dkk, 2010). HIV adalah retrovirus yang disebut Lympha denopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-cell Leukemia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T- cell Lymphotropic Virus (retrovirus). Partikel HIV terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes.Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat diseluruh tubuh. Bila sel CD4 turun dibawah 100/µl, infeksi oportunistik dan keganasan meningkat. Dimensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak. Pembagian tingkat klinis : a. Tingkat klinis 1 (asimptomatik/limfadenopati Generalisata persisten (LGP) Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal. b. Tingkat klinis 2 (dini) 1) Penurunan berat badan <10% 2) Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis 3) Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir 4) Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis. Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap normal. c. Tingkat Klinis 3 (menengah) 1) Penurunan berat badan lebih dari 10%. 2) Diare kronis lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya. 3) Deman yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun terus menerus. 4) Kandidosis mulut. 5) Bercak putih berambut dimulut (hairy leukoplakia) 6) Tuberkulosis paru setahun terakhir. J. Ilmu Kesh. Vol. 7 No. 1, Juli 2016
7) Infeksi bakterial pneumoni.
berat,
misalnya
Tahapan perubahan HIV &AIDS a. Fase 1 : Masajendela (window periode) 1) Umur infeksi 1-6 bulan sejak terinfeksi HIV. 2) Individu sudah terpapar dan terinfeksi. 3) Pemeriksaan dan tes serologis masih menunjuk kan hasil negatif sementara virus sudah ada dalam jumlah banyak dalam darah penderita. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. 4) Sudah dapat menularkan orang lain. 5) Bisa terlihat/mengalami gejala-gejala ringan,seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri). b. Fase 2 1) Umur infeksi 2-8 tahun setelah terinfeksi HIV. 2) individu sudah positif HIV tetapi bisa belum menampakkan gejala sakit. 3) Dapat menularkan pada orang lain. 4) Kemungkinan mengalami gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh dengan sendirinya) c. Fase 3 1) Mulai muncul gejala awal penyakit. 2) Belum disebut sebagai gejala AIDS. 3) Gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang, dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. 4) sistem kekebalan tubuh mulai menurun. d. Fase 4 1) Sudahmasukfase AIDS. 2) AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang. 3) Timbul penyakit ertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik seperti TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, sariawan yang berat dll (Jumaris,2008). Cara penularan HIV a. Hubunganseksual. b. Transfusi darah, transplantasi jaringan atau organ tubuh yang tercemar HIV. 21
c.
Penggunaan secara bersamaan alat tajam yang dapat menimbulkan luka seperti jarum suntuk, tindik, tato,pisau cukur dll. d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya. Pengobatan Sampai saat ini belum ada obat-obat yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Obat yang selam ini digunakan berfungsi menahan perkembang biakan virus HIV dalam tubuh bukan menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan ARV (Anti Retro Vital) seperti AZT, Didanoisme, Zaecitabine, stavudine(Jumaris,2008) Gonore atau Kencing Nanah Gonore merupakan penyakit mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit IMS. Disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah diresisten terhadap penisilin (Djuanda A. Dkk, 2010). Gejala-gejala Pada Laki-laki: a. Gatal-gatal di sekitar dubur. b. Keluar nanah dari saluran kencing terutama pagi hari. c. Radang (gatal-gatal) pada bagian keradut zakar. d. Radang pada kelenjar prostat (ditentukan oleh pemeriksaan dokter). Tanda-tanda ini tampak pada hari kedua sampai ketujuh selepas terjangkit pada laki-laki (Iswanti, 2010). Pada Perempuan a. Sering tanpa gejala apa pun atau gejalanya sulit dilihat. b. Nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap. c. Alat kelamin terasa sakit atau gatal. d. Rasa sakit atau panas pada waktu kencing dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual. e. Peningkatan jumlah cairan yang keluar dari alat kelamin. f. Terasa sakit saat bersetubuh. g. Demam. h. Sembelit. i. Keluar lendir berwarna kekuningan atau hijau dari dubur. j. Gatal di bagian dubur. k. Sakit ketika buang air besar dan darah keluar bersama tinja.
Sifilis Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh Treponema Pallidium, sangat kronis dan bersifat sistematik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditukarkan dari ibu ke anak (Djuanda A. dkk,2010). Gejala-gejala a. Timbul benjolan di sekitar alat kelamin. b. Kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan menghilang dengan sendirinya tanpa diobati. c. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seksual. d. Selama 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukan gejala apapun. Namun, setelah 5-10 tahun akan menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah dan jantung. e. Pada perempuan hamil, dapat menular kepada bayi yang dikandungnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental (sifilis kongenital). Infeksi dapat terjadi setelah umur kehamilan melewati 18-20 minggu. Kandidosis Vulvovaginal/kandidiasis Jamur Candida albicans merupakan penyebab yang sering dijumpai pada genetalia dan daerah perigenetal wanita. Penyakit yang timbul oleh jamur tersebut dikenal denga nama kandidiasis(Irianto,2010). Gejaladan tanda: a. Asimtomatikpada 20-50% wanita. b. Rasa panas. c. Sekret berwarna keputihan, tidak berbau tapi kadang berbau masam atau asam. d. Iritasipada vulva. e. Rasa gatal (itching). f. Disuria. g. Dispareuni. h. Karakteristik duh vagina berbentuk seperti keju, berwarna putih susu, mungkin bergumpal, dan tidak berbau Trichomoniasis Trokomoniasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh protozoa, umumnya akibat hubungan seksual dan sering menyerang saluran urogenitalis bagian bawah wanita maupun lakilaki (Djuanda A. dkk,2010). Gambaran klinis sekret vagina seropurules berwarna kekuningkuningan, kuning hijau, berbau tidak enak,dan
22
Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja....(Jumiatun)
berbusa.Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai dengan gejala dispareuria. Wanita Pekerja Seks (WPS) Wanita Pekerja Seks adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksplorasi tubuhnya untuk mendapatkan uang (Widyastutidkk, 2009) Faktor yang penyebab : a. Kemiskinan b. KekerasanSeksual c. Penipuan d. Pornografi METODOLOGI Sampel, dan teknik sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh WPS yang berada dilokalisasi Gambilangu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.Sampeldiambil secara Accidental Sampling Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer, diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan kuesioner. Analisa Data Analisa data bivariate menggunakan ujistatistik chi squaredengan taraf signifikans 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahun tentang perilaku seks yang aman Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan WPS tentang perilaku seks aman No Pengetahuan Frekuensi % 1. Baik 3 7,5% 2. Cukup 21 52,5% 3. Kurang 16 40,0% Total
40
100%
Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas WPS mempunyai pengetahuan cukup tentang perilaku seks aman (52,5%). Kejadian Infeksi Menular Seksual Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian IMS No Kejadian Frekuensi Persentase
J. Ilmu Kesh. Vol. 7 No. 1, Juli 2016
1. 2.
Terjangkit Tidak terjangkit Total
29 11
72,5% 27,5%
40
100%
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas WPS terjangkit IMS sebanyak 29 orang (72,5%). Hubungan Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Aman Dengan Kejadian IMS Tabel 3 Hubungan pengetahuan WPS tentang perilaku seks aman dengan kejadian IMS Kejadian Penget ahuan
Kurang Cukup+b aik Total
Terjang kit
Tidak terjang kit
F
%
f
%
F
%
1 5 1 4 2 9
93, 8 53, 3 72, 5
1 1 0
6,3 41, 7
40 60
1 1
27, 5
1 6 2 4 4 0
Total
Ρ valu e
0,01 5
100
Berdasarkan 3 menunjuk kan bahwa responden pengetahuan cukup & baik ada 24 (60%) diantaranya 14 orang (53,3%) terjangkit penyakit IMS dan 10 orang (41,7%) tidak terjangkit penyakit IMS. Hasil analisa ujifisherdidapat p= 0,015, berarti Ha diterima, sehinggadapatdisimpulkanbahwaadahubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang perilaku seks aman dengan kejadian IMS di lokalisasi Gambilangu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Aman Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup (52,5%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tentang perilaku seks yang aman dapat diperoleh dari pengindraan dengan cara melihat serta mendengar informasi – informasi yang dapat diperoleh dari berbagai 23
media baik cetak maupun elektronik misalnya koran, majalah, tv, radio, poster dan sebagainya. Pengetahuan tersebut juga dapat diperoleh dari adanya penyuluhan maupun pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengamatan dengan panca indra manusia, yakni : penglihatan, pendengar, pencium, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaliu mata dan telinga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Semakin tinggi pendidikan orang maka semakin mudah menerima informasi begitu juga dengan umur, karena semakin dewasaumur seseorang maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh sedangkan pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman. Kejadian Penyakit IMS Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menderita IMS (72,5%). Menurut Iswanti (2010) IMS merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi mikroorganisme patogendiarea kelamin. Seseorang dapat terjangkit jika berhubungan seksual dengan orang yang telah terjangkit penyakit ini, dengan cirri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi didaerah genetal. Tanda–tanda dari gejala IMS seperti bintil-bintil disekitar alat kelamin, iritasi pada vulva, benjolan disekitar kelamin, vagina tampak merah, bercak-bercak disekitar tubuh. Kejadian ini bisa bersifat positif maupun negatif hal itu dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan (skrining) (Anonim, 2012). Kejadian penyakit IMS dapat disebabkan karena perilaku seks yang tidak aman. Perilaku seks aman maksudnya selalu menggunakan kondom untuk seks vaginal (hubungan seks melalui/ dengan vagina/ liang sanggama, anal (melalui dubur) dan oral (dengan mulut). Sebagai tindakan anti-IMS, khususnya pada seks vagina dan anal, kondom harus dipasang sebelum aktivitas seksual dimulai. Karena meskipun sering disebut tidak dapat menjamin 100%, tetapi kondom banyak terbukti/ cukup efektif untuk mencegah IMS, maupun HIV/AIDS (Lovich R , 2005). Hubungan Pengetahuan Tentang Perilaku Seks Aman Dengan Kejadian IMS 24
Green dalam Notoatmodjo (2005) menguraikan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh 3 faktor. Pertama, faktor predisposisi antara lain pengetahuan, tingkat pendidikan, kepercayaan, keyakinan, sikap dan presepsi. Kedua, faktor pendukung yang meliputi lingkungan keluarga, ketersediaan fasilitas, dan ketersediaan waktu. Ketiga faktor pendorong berupa dukungan petugas dan dukungan orang tua. Lawrence Green yang mengatakan bahwa tidak selamanya pengetahuan itu dapat menghasilkan perubahan dalam segala hal. Sehingga dengan adanya pengetahuan yang tinggi maka, seseorang dapat mewujudkan suatu tindakan yang positif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks aman dengan kejadian penyakit IMS. Perilaku WPS disini dilihat dari kejadian penyakit IMS sehingga WPS dengan perilaku seks aman dapat mempengaruhi kejadian penyakit IMS.Dalam arti WPS yang berpengetahuan baik maka perilaku seks yang dilakukan adalah perilaku seks yang aman sehingga terhindar dari penyakit IMS. Seperti survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2004/2005 yang diselenggarakan atas kerjasama Badan Pusat Statistik dengan program Stop AIDS yang didukung oleh FHI ( Family Health International) menyatakan bahwa pengetahuan akan keampuhan kondom merupakan salah satu materi yang sering diberikan oleh para penyuluh atau petugas lapangan, dengan harapan kelompok sasaran yang dijangkau mengetahui, memahami dan menindak lanjuti dalam perilaku seksnya sudah sangat baik. Namun faktanya tidak semua WPS dan pembeli seks menggunakan kondom ketika berhubungan seks. Perilaku WPS yang berkaitan dengan HIV sangat heterogen. Hal serupa terjadi pada beberapa negara Asia seperti China dan Vietnam. Lama kerja sebagai pekerja seks, lingkungan kerja yang kurang berkualitas, dan pasangan seks yang berganti-ganti, merupakan faktor risiko terjadinya penularan IMS pada WPS. Penelitian kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa perilaku berisiko WPS bukan hanya dibawah kontrol WPS itu sendiri, yang biasanya mempunyai motivasi rendah dan keterbatasan dalam melakukan negosiasi penggunaan kondom, tetapi praktik seks WPS juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, lingkungan kerja dan sikap mucikari. WPS merupakan salah satu populasi berisiko tinggi terinfeksi HIV dan IMS lainnya Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja....(Jumiatun)
akibat seringnya berhubungan seks bergantiganti pasangan dan seringkali hubungan seks tersebut dilakukan secara tidak aman, seperti tidak menggunakan kondom ketika melayani klien. Data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Semarang pada tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penularan HIV tertinggi berdasar risikopekerjaanadalahpelanggan WPS dan WPS. SIMPULAN 1. Pengetahuan WPS tentang perilaku seks aman mayoritas dalam kategori cukup (52,5%). 2. Mayoritas responden terjangkit IMS (72,5). 3. Ada hubungan pengetahuan WPS tentang perilaku seks aman dengan kejadian IMS di lokalisasi Gambilangu Kecamatan Kaliwungu kecamatan Kendaldengan p value 0,015. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Pengetahuan dan Sikap pekerja Seks Komersial Tentang IMS. Djuanda,A. dkk. 2010. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. Hartono,A.2009. faktor Resiko Kejadian PMS Pada Komunitas Gay Mitra Strategis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Yogyakarta. Iswanti, E. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin!. Yogjakarta; Diva Press. Jumaris. 2008. Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta; BKKBN. Lovich R, dkk. 2005. Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Metode KB yang Tepat Untuk Anda. Yogyakarta; InsisPress. Miron A. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks Kepada Remaja. Jakarta; Erlangga. Notoatmodjo,S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Notoatmodjo,S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Nugroho,T. 2011. Mengungkap Tuntas 9 Jenis Penyakit. Yogyakarta; Muha Media. Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta; Fitramaya. Widyastuti, Y. dkk.2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta; Fitramaya.
J. Ilmu Kesh. Vol. 7 No. 1, Juli 2016
25