JULAK ACAI & SUSTER MARIA Sebuah Kumpulan Tulisan untuk 115 Tahun Balikpapan
Oleh :
Penulis Balikpapan
2012
JULAK ACAI & SUSTER MARIA Sebuah Kumpulan Tulisan untuk 115 Tahun Balikpapan Karya: Penulis Balikpapan
Editor: Arif Er Rachman Lukisan Sampul Depan-Belakang: Paul E. Siregar Pengolah Sampul: Allianda Pelukis Ilustrasi: Paul E. Siregar, Gus Noy Tata Letak isi: Annisa F. Viramisyah, Krismila Ming, Allianda Wira-wiri: Riswan Laha, Hendy Lazuardy Hendrawan, Sri Widyawati
Cetakan I, Pebruari 2012
Diterbitkan oleh : Balikpapan Art Foundation & Nulis Buku Club Balikpapan Lamin Pohon Jl. PU III No. 38 Kompleks V&W Balikpapan Kalimantan Timur
Katalog Dalam Terbitan
© Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-undang All Rights Reserved
2
3
Beramal Lewat Tulisan
Membaca judul di atas mungkin membuat beberapa orang mengerutkan dahi, atau mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa tulisan dijadikan ladang amal. Konteks amal bagi kebanyakan orang saat ini adalah memberikan sebagian hartanya, atau hal yang dihitung secara materi kepada orang lain, baik yang tulus ikhlas ataupun sekadar mencari sensasi. Konteks tersebut ingin sedikit kami geser. Menurut kami, beramal itu bisa lewat jalan apa pun. Ide beramal lewat tulisan ini sendiri tergagas secara tidak sengaja, dan berawal dari obrolan iseng beberapa penulis yang tergabung dalam NBC (Nulis Buku Club) Balikpapan, yang kemudian disambut oleh teman-teman dari BAF (Balikpapan Art Foundation) yang memang sudah berpengalaman dalam bidang seni, termasuk tulistulisan, serta kegiatan amal dan sosial. Setelah obrolan panjang, yang akhirnya tidak lagi sekadar iseng namun telah menjadi serius, alhasil tercetuslah kegiatan menulis amal “115 Tulisan untuk Balikpapan” dalam rangka memperingati HUT Kota Balikpapan ke115. Dalam kegiatan ini kami berupaya mengajak siapa saja, baik warga Balikpapan atau di luar Balikpapan yang punya ketertarikan kepada kota ini, untuk menyumbangkan tulisannya. Karya yang dihimpun berupa puisi, cerita pendek, dan esai.
4
Mengabadikan Hal yang Kelak Sirna Arif Er Rachman
SETIAP orang memiliki kota tempat menambatkan kenangannya masing-masing. Kalau kota itu bernama Balikpapan, maka sebagian kenangan itu adalah kisah-kisah yang terdapat dalam buku kumpulan tulisan (cerpen, puisi, dan esai) ini. Kenangan-kenangan itu bisa berupa senja di sebuh pantai, malam gemerlap di sebuah pub, romansa singkat di sebuah kamar, peristiwa masa kecil, urban legend, sudutsudut kota yang punya arti tersendiri, dan tentu saja seseorang. Selalu ada seseorang dalam kenangan seseorang. Mengapa kenangan menjadi begitu penting untuk diceritakan? Tiap orang punya jawaban masing-masing. Namun yang jelas kenangan adalah soal keberadaan: kita pernah berada di suatu tempat pada suatu waktu. Dan itu menjadi penting karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita tetap ada pada masa datang Memang pada gilirannya semua akan sirna: peristiwa pasti berakhir dan manusia pasti lenyap. Namun dalam kenangan seseorang, peristiwa akan bisa terus berlangsung dan manusia akan tetap hidup. Begitulah, kenangan mengabadikan segala hal yang kelak sirna.
5
DAFTAR ISI
Beramal Lewat Tulisan Mengabadikan Hal yang Kelak Sirna Daftar Isi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 6
Janji – Annisa F. Viramisyah Sebungkus Nasi Kuning – Annisa F. Viramisyah Cerita Senja di Balikpapan – Dewi Liliane Chandra Jangan Panggil Aku Pelacur – Didiek E. Susanto Bukan Monumen Perjuangan Rakyat Lagi – Gus Noy Sayap Rindu Rian – Ila Rizky Nidiana Mencari Dia – Kaka H Y Yang Terakhir – Krismila Ming Menjemput Matahari – Mariatul Kibtiah Sepasang Merpati Tak Pernah Muncul Lagi – Petrik Matanasi Suster Maria – Petrik Matanasi Di Antara Debu Mesiu – Rosalinda Tumbelaka Dalam Cengkraman Tentara Matahari Terbit – Rosalinda Tumbelaka Julak Acai – Thomas Wirya Teluk Balikpapan – Allianda Tanah Kelahiran – Annisa F. Viramisyah Balikpapan 115 – Chita Wijaya Serpihan Malam – Chita Wijaya
v ix xv 3 11 19 25 31 39 45 53 59 65 73 79 85 91 103 107 109 111
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Bunda Mathilda – Gus Noy Balikpapan 115, Ketika Rasa Cinta Menghanguskanku – Helena Adriany Kemana Perginya Hutanku – Hendy Lazuardy Hendrawan Senja di Melawai - Hendy Lazuardy Hendrawan Siluet Harap – Ila Rizky Nidiana Sudut Buaian Ranah Tercinta – Khusnul Khotimah Prolog Tentang Aku – Norhayati Balikpapan Tinggal Kenangan – Nyi Penengah Dewanti Balikpapan yang Permai – Paul E. Siregar Di Balik Papan – Paul E. Siregar Alam Yang Kurindukan – Rachmadika Prihandanu Yuanizar Balikpapan nan Permai – Subur Mutram Kota Aku – Subur Mutram Lembah Harapan – Subur Mutram Marbo – Subur Mutram Sari di Manggar – Subur Mutram Tentang Balikpapan – Mudhalifana Haruddin Balikpapan, Dalam Catatan Imaji – Muhammad Wahdini Balikpapan Kota Seperti Apakah – Noviyanti Mawardiyani Keadilan dan Cinta – Raihanah Rahmah Membangun, Menjaga, Membela Balikpapan dengan Media Sosial – Rijal Fadilah
115
Editor Penulis
193 194
121 127 129 131 133 135 141 143 145 147 153 155 157 159 161 165 169 173 181 185
7
CERITA PENDEK
8
Suster Maria Petrik Matanasi
Bermula dari kebut-kebutan Jeep. Tiga serdadu yang sedang teler melaju dari arah Manggar menuju kota. Hingga jeep mereka masuk paret dan seorang kopral terlempar keluar Jeep. Mereka terluka meski tidak parah. Beruntung ada Jeep lain di belakang mereka yang langsung bawa mereka ke BPM Hoospital. 1 Karwur, satu dari tiga serdadu itu adalah yang memiliki luka paling parah. Dia agak lama di rumah sakit. Sementara itu, dua kawannya sudah boleh kembali ke barak. Karwur harus menginap beberapa malam. Bermalam di rumah sakit bukan hal menyenangkan baginya. Tanpa kawan dan tanpa bir adalah mimpi buruk baginya. Beberapa kawan dan komandan, yang semuanya Belanda totok, menjenguknya siang hari. Karwur hanya tidur seharian agar tidak tersiksa oleh lukanya. Hingga satu siang, beberapa kawan dan seorang sersan membezuknya.
BPM Hoospiltal sekarang adalah Rumahsakit Pertamina Balikpapan. BPM singkatan dari Bataafsch Petroleum Maatschappij (perusahaan minyak Belanda). 1
9
Julak Acai Thomas Wirya
Nisan-nisan dari marmer tersusun rapi di bawah kaki gunung Prapatan. Di ujung bawah sebelah kiri berdiri gerbang dengan ornamen bergaya khas Eropa. Ada dua patung perempuan yang sedang bersandar di atas sana. Pintunya yang berkarat mengeluarkan derit saat digerakkan. Rumput di taman juga menjulang tinggi, dan sebagian nisan tertutupi ilalang. Saat zaman kolonial masih berlaku, taman makam sangat dihargai sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi para menir dan keluarganya. Setelah ramainya permukiman warga di sekitarnya, taman makam menjadi tempat favorit bermain bagi anakanak kampung. Bidah adalah salah satunya. Ia sangat gemar sekali mengumpulkan bunga dan buah karamunting yang tumbuh di hutan dekat kuburan. “Bidah ngapain kamu main dekat kuburan?” “Enggak apa, Mak. Cuma nyari buah karamunting,” jawab Bidah kepada Utik, ibunya, lugu. “Hati-hati sering ada ular di sana. Sebelum gelap kau sudah harus di rumah.” 10
PUISI
11
Teluk Balikpapan Allianda
Masih belum kutemukan tukang dongeng itu
LAUTMU di derasnya arus lautmu diantara bau lantung tak kutemukan botol botol pesanmu (hanya kutemukan pipa pipa panjang Yang tak seperti berujung)
PANTAIMU botol botol itu terserak tanpa pesan kosong haruskah kuisi pasir? (pasir penyampai cerita yang setia bukan?)
12
ESAI
13
Tentang Balikpapan Mudhalifana Haruddin
Saya menulis ini dengan sebuah keberanian, nekat lebih tepatnya. Saya belum pernah ke kota tersebut, melintasinya saja belum. Tapi, melihat pengumuman nbcbalikpapan di twitter membuat saya tergoda untuk mencoba, menulis tentang kota yang tak pernah saya datangi sebelumnya. Mendengar kata Balikpapan, saya teringat kota Samarinda, mengapa? Karena sepengetahuan saya (dan memang kenyataannya kayak begitu), Samarinda adalah ibukota Kalimantan Timur tapi entah mengapa kota Balikpapanlah yang lebih terkenal. Mendengar kata Balikpapan, saya juga langsung teringat PERSIBA, klub bekas Gaston Castano, hehe. Mendengar kata Balikpapan, juga teringat kepiting empuk, kepiting soka, yang katanya enak sekali. Kata Balikpapan terdengar aneh di telinga, dan sering menjadi bahan candaan. Kenapa ada kota namanya Balikpapan, di balik papan? Ternyata, eh ternyata nama itu sejarahnya panjang. Bahkan berbagai legenda menceritakan asal nama tersebut. Ada cerita putri yang diikat di papan dan ditemukan terbalik, ada upeti papan yang dikembalikan, dan macam-macam lagi. 14