JUJUR BERMAIN ANGKA DAN KATA = TERAMPIL BERBAHASA Daeng Nurjamal Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Abstrak Keterampilan berbahasa dapat dibentuk melalui jujur bermain angka dan kata. ada enam nilai filosofis yang bisa dipetik dari rutinitas bermain-main dengan angka dan kata itu, yakni keteraturan, keindahan, kejujuran, kerja sama, dan kreativitas, universalitas, serta keindahan pesan bahasa. nilai-nilai itu wajib kita ajarkan melalui pembelajran bahasa mauli TK/SD sampai dengan perguruan tinggi. Kedua, perlu dicatat-diingat dengan cermat, bahwa, sebagai keterampilan, berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu, akan dikuasai semua orang asal melalui proses, mau menjalani proses persiapan dan perlatihan dengan tekun dan terus-menerus. Bahwa setiap kegiatan kita berbahasa dengan memainkan kata dan angka itu semua menuntut tanggung jawab Kata kunci: kata, angka, keterampilan berbahasa Siapa cerdas dan jujur dalam bermain angka dan kata niscaya akan sukses dan bahagia. Hingga suatu saat...milyaran kata memburu tuannya,.. datang meminta pertanggungjawaban atas dirinya. Satu kata meminta satu pertanggungjawaban. Siapkah sang tuan menghadapinya( Tafakur, M. Agung Wibowo, 2008) A. FUNGSIONALITAS ANGKA-KATA Sudah berapa lama Anda belajar, bahasa dan berapa bahasa yang Anda pelajari selain, Bahasa Indonesia? Hal penting apa yang Anda dapatkan dari pelajaran atau proses pembelajaran bahasa selama belasan tahun itu? Angka Rapor, nilai IPK? Ketika Anda duduk di bangku SMP dan SMU selalukah Anda mendapatkan nilai tertinggi: sepuluh atau sembilan, untuk setiap pelajaran, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia? Berapa pun nilai Anda untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia ketika SMP atau SMU atau bahkan ketika kuliah itu tidak lagi penting. Itu sudah menjadi kenangan Indah masa lalu Anda. Pastinya sekarang, siapa pun Anda sudah sangat terampil berbahasa. Bahkan, Anda sudah biasa berbicara dan menulis di
berbagai kesempatan, forum ilmiah, dan media cetaka dan atau elektronik. Bisa jadi, orang lain mengenal Anda atau Anda bisa terkenal seperti sekarang ini, itu semata karena keterampilan berbahasa Anda. Benarkah keterampilan berbahasa seseorang itu yang mengantarkan seseorang menduduki posisi dan status sosial yang disandangnya saat ini? Meskipun demikian, ada pertanyaan sederhana yang barangkali layak menggelitik hati nurani kita saat ini, saat usia kita tak lagi muda. Selalukah nilai atau angka-angka itu didapatkan-diperoleh dengan cara-cara terbaik dan terpuji? Alias apakah setiap nilai itu merupakan hasil belajar keras, cerdas, dan ikhlas kita? Ataukah sebaliknya, angka dan nilai IPK itu ada yang diperoleh dengan cara yang tidak terpuji, hasil nyontek atau perilaku tidak jujur lainnya? Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 245
Tulisan singkat dan sederhana ini akan-ingin mengajak para pembaca, sambil mengingatkan diri penulis sendiri, melakukan instrospeksi. Mari kita melakukan kilas balik proses pembelajaran bahasa atau berbahasa sambil bermain angka-kata untuk menemukenali betapa, dan sejatinya angka dan kata yang merupakan unsur utama-penting dalam bahasaberbahasa yang kita pelajari itu memiliki fungsionalitas-kemanfaatan yang dahsyat dan sekaligus mengajarkan nilai filosofis yang bisa kita petik dan terus kita ajarkan kepada anak didik kita. Paling tidak ada enam nilai filosofis yang bisa dipetik dari rutinitas bermainmain dengan angka dan kata itu, yakni keteraturan, keindahan, kejujuran, kerja sama, dan kreativitas, universalitas, serta keindahan pesan bahasa. 1.Keteraturan Angka. Mari kita temukan keteraturan dengan cara bermain sepuluh angka dan angka sepuluh. Kita telusuri angka sepuluh yang merupakan jumlahan beberapa angka itu. Sepuluh itu merupakan jumlahan angka berapa dengan angka berapa? Ayo, mari bermain angka dan kata dengan cerdas dan tulus, sambil mengenang masa kecil, masa ketika kita pertama kali berkenalan dengan angka. Lihat dengan cermat tabel beriku ini. Bukankah penjumlahan angka-angka itu menunjukkanmengajarkan sebuah keteraturan-keserasian yang mengagumkan?
angka-kata kepada kita. Subhanalloh, Mahasuci Allah yang telah menciptakan manusia dengan kelengkapan kemampuan berbahasa luar biasa. Itu bukanlah kebetulan, melainkan kenyataan. Kenyataan yang teratur, sekaligus keteraturan yang nyata. Keteraturan sekaligus sebuah kenyataan. Dia mengajari kita agar berbahasa-bermain angka dan kata dengan teratur, tidak sembarangan, tidak asalasalan. 2. Fungsionalitas Angka. Sejenak mari kita berenung, ternyata angka-angka yang kita gunakan dan kita perlukan dalam hidup dan selama hidup ini, sejatinya hanya berjumlah sepuluh angka saja, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Tetapi sungguh dengan sepuluh angka itu, sudah cukup untuk mengaturmemenuhi segala keperluan-kebutuhan hidup kita yang bertalian dengan angka. Lihatlah nomor HP yang Anda koleksi, dari seratus nomor yang Anda punya, adakah nomor HP yang persis sama? Lihat pula buku telefon, yang memuat seluruh nomor telefon di kota dan negara Anda? Adakah momor telefon yang persis sama? Adakah nomor-nomor HP dan telefon kembar? Adakah nomor itu yang di luar rangkaian variasi posisi angka 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8 - 9? Tidak ada! Sungguh luar biasa bukan? Itulah fungsionalitas angka itu. Bermula dengan sepuluh angka itu, milyaran angka bisa kita hasilkan dan kita gunakan selama hidup kita.
Perhatikan huruf awal setiap kata penjumlah itu. Bukankah kelima jumlahan itu berhuruf awal yang sama? Sepuluh = sembilan tambah satu. Sembilan dan satu, huruf awalnya sama yaitu huruf S. Demkian juga delapan + dua, huruf awalnya sama yaitu D. Demikianlah seterusnya (Tujuh + Tiga = T), (Enam + Empat = E), (Lima + Lima = L). Inilah pesan sekaligus pelajaran pertama, keteraturan bahasa yang diajarkan
10
=9 + 1
Sembilan
S
Satu
10
=8 + 2
Delapan
D
Dua
10
=7 + 3
Tujuh
T
Tiga
10
=6 + 4
Enam
E
Empat
10
=5 + 5
Lima
L
Lima
3. Kecermatan. Selain teratur dan fungsional, sungguhnya masih ada pesan moral-spiritual dari angka dan kata yang layak kita renungi bersama, yaitu kecermatan dan kejujuran. Anda, misalnya, Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 246
mengirimkan SMS ke nomor HP teman Anda dengan nomor 022 915 94 165. Tetapi Anda salah pijit, yang seharusnya angka ujungnya 165, tetapi yang Anda pijit 156, akan sampaikah pesan SMS itu kepada teman Anda? Tentu tidak akan sampai bukan! Di sinilah angka mengajari kita kecermatan! Angka dan kata mesti diperlakukan dengan cermat. 4. Kejujuran. Sejatinya angka dan kata itu mengajarkan kepada kita kejujuran. dan tanggung jawab, serta disiplin kepada kita, manusia para pemakai bahasa. Contoh kasus. Anda, selaku atasan menyuruh staf bagian pembelian untuk membeli beberapa mobil dinas. Salah satunya mobil Avanza G seharga 156 juta rupiah. Staf Anda ternyata cerdas, dia membawa kuitansi bertuliskan angka harga Avanza itu 165 juta rupiah, dan Anda diminta menandatangani kuitansi itu, dengan iming-iming akan kebagian lima juta rupiah? Apa reaksi Anda? Apa yang terjadi bila manipulasi angka dan kata dianggap biasa? Bayangkan dan saksikan juga kalau angka dan kata itu digunakan seenakenaknya, atau dimanipulasikan, maka apa yang akan terjadi? Bukankah keterpurukan yang melanda bangsa kita saat ini, bermula dari ketidakjujuran sebagian bangsa kita dalam bermain angka-kata. Prahara Century, kasus Gayus, Malinda Dee mencuat, misalnya, apakah karena mereka bodoh? Bukan, tetapi justru karena mereka cerdas bermain angka dan kata tapi mereka tidak jujur. Mereka bermain-main angka semaumau hawa nafsunya, alias bersengajabekerja sama memanipulasi angka-angka dan kata-kata itu, sekalipun harus merugikan dirinya, orang lain, dan negara. Seorang penyanyi-penyair, mengingatkan kita, “Jangan ada dusta di antara kita!” Dusta, meski hanya satu angka atau satu kata, bahkan satu tanda koma tetap saja dusta dan akan berakibat malapetaka
dalam hidup kita. Itulah artinya, manakala angka dan kata dimainkan dengan tidak jujur, tidak bertanggung jawab, dimanipulasi, direkayasa, diputar-balikkan untuk sebuah kepentingan kecil-sesaat. Kalimat bijak di awal tulisan ini layak kita sadari-renungi bahwa, ”Siapa cerdas dan jujur bermain angka dan kata, niscaya akan sukses dan bahagia”. Singkatnya, kita selaku manusia, akan mulia atau hina karena ulah tangan dan lisan kita. Bukankah semua kejahatan-kerusakan itu diakibatkan oleh ulah salah lisan dan tangan manusia? Apa yang dimainkan oleh lisan dan tangan kita? Itu tak lain dan tak bukan adalah angka dan kata itu! Singkatnya angka dan kata alias aktivitas berbahasa itu bisa memuliakan atau menghinakan kita. ”Kerusakan telah tampak di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia” (Alquran) . 5. Keuniversalan. Apakah bahasa itu mengajarkan juga pesan keuniversalan pesan dalam kehidupan? Kita akan kembali mengenang masa kecil yang bahagia, kita belajar berhitung, bermain angka dan kata, dalam enam bahasa. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas, betapa sederhana tetapi luar biasa, fungsional, dan universalnya bahasa yang diwakili unsur kata dan angka dalam kehidupan mari kita berhitung, menggunakan angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dalam tujuh bahasa: Sunda, Indonesia, Arab, Inggris, Jepang, dan Perancis, serta bahasa Jawa. Sunda: hiji, dua, tilu, opat, lima, genep, tujuh, dalapan, salapan, sapuluh. Indonesia: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Kesepuluh angka yang dituliskan dalam dua bahasa itu, huruf-huruf yang digunakannya tidak ada yang keluar dari rangkaian-variasi huruf A-B-C-D-E-F-G-H-
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 247
I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U-V-W-X-YZ? Untuk lebih meyakin-sadarkan, kita perhatikan tabel berikut dan mari kita
berhitung alias mengulangucapkan angka satu sampai dengan sepuluh dalam tujuh bahasa.
Angka
Sunda
Indonesia
Arab
Inggris
Jepang
Perancis
1
Hiji
Satu
Wahid
One
Ichi
Un
2
dua
Dua
Isnain
Two
Ni
Deux
3
Tilu
Tiga
tsalasa
Three
San
Trois
4
opat
Empat
Arba
Four
Yon
Quatre
5
lima
Lima
khomsa
Five
Go
Cinq
6
genep
Enam
Sit’ah
Six
Roku
Six
7
tujuh
Tujuh
Sab’ah
Seven
Nana
Sept
8
dalapan
Delapan
samani’ah
Eight
hachi
Huit
9
salapan
Sembilan
Tis’ah
Nine
Kyu
Neuf
10
sapuluh
Sepuluh
asyaro
Ten
Ju
Dix
Berbahasa itu, secara sederhana bisa dikatakan hanya “bermain angka dan kata”. Siapa saja yang terampil-cerdas bermain angka dan kata dengan baik, benar, dan jujur mengikuti suara hati, maka niscaya dia akan sukses dan bahagia, serta akan mendapatkan penghargaan yang baik, pengakuan sosial positif dari masyarakat seputarnya. Tetapi sebaliknya, siapa saja yang tidak pandai bermain angka dan kata dengan baik dan benar, apa lagi bila dia gemar memutarbalikkan fakta, memanipulasi angka dan kata secara tidak jujur, dan tidak bertanggung jawab, maka niscaya akan celaka, dan mendapat pengakuan yang tidak baik, reputasinya akan hancur. Benarlah kata pepatah bahwa, baik budi karena bahasa. Alah bisa karena biasa. Artinya, sikap santun berbahasa seseorang akan mendapatkan pengakuan-penghargaan positif dari lingkungannya dan hal iu merupakan buah kebiasaan yang dibangun secara sadar dan terus-menerus, anatara lain melalui pendidikan dan pengjaran.
Jawa
Demikain pula dalam konteks yang lebih luas ada pepatah, “Bahasa menujukkan bangsa!” Bahasa Indonesialah yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa Jepang. Bahasa Jepanglah yang membedakan bangsa Jepang dari bangsa lain. Perbedaannya, konon, orang Jepang sangat bangga dengan bahasa Jepangnya, sementara kita, orang Indonesia ...konon sebuah hasik survei menunjukkan sebagian besar warga masyarakat kita, lebih banyak yang merasa bangga berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. 6. Kreativitas. Perhatikan kata KERTAS yang masing-masing terbentuk dari enam huruf K-E-R-T-A-S. Pernahkah Anda mencoba, mengotak-atik variasi posisi keenam huruf itu sehingga melahirkan puluhan kata baru? Kalau belum, dan pasti mayoritas Anda belum pernah mencobanya, mari kita tunjukkan kreativitas kita bermain kata. Lakukanlah dalam tiga menit, berapa kata yang bisa Anda hasilkan dengan mereposisi keenam huruf itu sehingga menghasilkan kata-kata baru. Kata baru itu Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 248
boleh berupa kata yang terdiri dari hanya satu huruf, dua huruf sampai dengan kata yang terbentuk dengan keenam huruf itu. Lihatlah variasi posisi kata-kata yang berasal dari enam huruf pembentuk kata kertas di atas: a, as, sa, esa, ase, tas, ras, eat, tea, sare, kera, keras, kesat, sekat, serak, tasrek, satker, satrek, retas, kerta, kerat, erat,.. seterusnya masih bisa lahir belasan kata baru Perhatikan juga kata-kata berikut ini: KITA – KIAT, RAHIM - RAHMI apakah Anda anggap sama saja? Apakah Anda akan menganggap hal sepele perbedaan posisi huruf T–A -- A–T pada kata KITA dan KIAT atau posisi I – M — M – I pada kata RAHIM–RAHMI itu? Dia punya utang kepada saya sebesar 1,2 juta rupiah (bertanda koma) Dia punya tunggakan kartu kredit 12 juta rupiah (tanpa tanda koma) Nomor Rekening saya 0005 211 234 400 ( 234 tidak sama dengan 243) Nomor rekening saya 0005 211 243 400 Apakah dianggap sepele dan tak berartikah variasi posisi satu angka atau huruf itu dan arti sebuah tanda koma itu? Perbedaan posisi satu huruf, satu angka, dan satu tanda koma itu, terbukti membawa perubahan makna! 7. Keindahan pesan. Bahasa, selain mengajarkan keteraturan, kejujuran, dan lain-lain yang telah dipaparkan di atas, juga mengajarkan-mengajari keindahan perilaku dan kehalusan budi pemakainya. Untuk memahami maksud-pesan mulia dari aspek
bahasa, mari kita belajar membaca dan memetik pelajaran dari semua buku yang berkualitas, termasuk karya cipta berupa puisi dan lirik lagu yang kita baca. Dari hasil membaca aneka karya keilmuan dan kesastraan yang berkualitas nan sarat pesan moral kita akan mendapatkan pencerahan. Sekadar contoh saya akan mengajak Anda memetik pesan dari sebuah pusi ”Cantik” dan lagu ”Bunda” yang insaalloh sudah Anda hafal, berikut ini. Semoga Anda beroleh gambaran dan jawaban betapa bahasa itu sederhana, teratur, indah, dan fungsional, serta sarat pesan keindahan moral. Dari kegiatan dankajian kita yang mengakrabi aneka karya cipta manusia buah karya bermain angka dan kata, saya bisa menyimpulkan bahwa, tanpa bahasa, hidup kita hampa. Tanpa kemampuan-keterampilan-kesantunan berbahasa hidup kita tidaklah bermakna. Siapa orang yang telah berjasa mengajari kita berbahasa, sehingga kita bisa seperti sekarang ini? Di belakang kita ada dua figur manusia mulia yang telah mendidik kita sedari kecil. Itulah ayah bunda kita. Merekalah yang mengajari kita berbicara, berjalan, berpakaian, bersopan santun, dan berbahasa pertama kali. Untuk mengenang jasa bunda sekaligus mendapatkan pesan mendalam tentang betapa indah dan fungsionalnya bahasa alias fungsionalitas angka dan kata itu, saya ajak Anda untuk menangkap pesan keindahan dari sebuah puisi “Cantik” karya M. Agung Wibowo dan lirik lagu “Bunda” karya emas Melly Goeslaw. Mari kita petik pesan indah dari puisi “cantik” dari dan untuk “bunda”.
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 249
Cantik, karya M. Agung Wibowo Di suatu pagi nan cerah seorang gadis berkata kepada ibunya Ibu, engkau selalu terlihat cantik aku ingin sepertimu, beri tahulah aku sesuatu Dengan tatapan dan senyum haru sang ibu memeluk sang gadis dan berkata Anakku, untuk bibir nan menarik ucapkanlah perkataan yang baik untuk pipi nan lesung tebarkan senyum ikhlasmu di muka bumi untuk mata indah menawan lihatlah selalu kebaikan orang lain untuk tubuh yang langsing sisihkan makananmu bagi fakir miskin untuk jemari tangan nan lentik menawan hitunglah pujianmu dan doa dengannya untuk wajah putih bercahaya basuhlah mukamu di setiap pergantian waktu Anakku,.. kecantikan fisik akan pudar oleh waktu tetapi kecantikan perliaku-kemuliaan ahlak takkan pudar meski dengan kematian
Puisi “Cantik” benar-benar membawa pesan yang cantik dan indah setiap Ibu untuk kita semua. Berpuisi bukan monopoli penyair profesional. Semua orang silakan berpuisi dan bersenandung. Karena puisi, lagu, dan prosa itu merupakan curahan jiwa dengan media ungkap bahasa, maka setiap orang yang berjiwa dan berbahasa akan bisa menikmati pesan keindahan bahasa sebagi media ungkap. Baik sebagai pencipta karya maupun sebagai penikmat karya. Bila larik-baris puisi ”Cantik” menggambarkan betapa strategisnya peran
Ibu sebagai mahaguru dalam membangun perilaku santun, berahlak mulia, maka peran ibu sebagai penabur cinta kasih sayang sejati digambarkan dengan sangat indah oleh Melly Goeslaw dan Sakha dalam lirik lagu ”Bunda” dan “IBU” berikut ini. BUNDA Kubuka album biru penuh debu dan usang Kupandangi semua gambar diri kecil bersih belum ternoda Pikirku pun melayang dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang tentang riwayatku Kata mereka diriku slalu dimanja kata mereka slalu ditimang Nada-nada yang indah slalu terurai darinya Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya Tangan halus dan suci tlah mangangkat tubuh ini Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan Kata mereka diriku slalu dimanja kata mereka diriku slalu ditimang Oh bunda ada dan tiada dirimu Kan slalu ada di dalam hatiku
Subhanallah Mahasuci Allah, yang telah memberi kemampuan berbahasa, bermain kata dan angka kepada hamba-Nya. Kita layak memberi apresiasi kepada Melly Goeslaw yang dengan sangat menawan menggambarkan-menghadirkan kehebatan cinta kasih sayang seorang-setiap ibu. Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 250
Rangkaian kata itu menjelma menjadi sebuah lagu yang merdu setelah dipadupadankan dengan angka-angka /1-23-4-5-6-7/ yang menghadirkan tangga nada do, re, mi, fa, sol, la, si, du. Setelah menikmati lagu “Bunda”, karya Melly, silakan Anda ulang senandungkan larik-larik lagu “IBU” karya Sakha berikit ini dengan sepenuh hati ”IBU”, karya Sakha Sebening tetesan embun pagi / secerah sinarnya mentari Bila kutatap wajahmu ibu / ada kehangatan di dalam hatiku// Air wudhu selalu membasahimu / ayat suci selalu dikumandangkan/ Suara lembut penuh dengan keluh dan kesah / berdoa untuk putera-puerinya// Oh, ibuku engkaulah wanita / yang kucinta selama hidupku Maafkan anakmu bila ada salah/ pengorbananmu tanpa balasa jasa// Ya, Allah sayangilah dia / seperti menyayangiku / Bahagiakanlah dia di dunia / Juga di akhirat //
sepenuh cinta. Kita akan membenarkan, bukan hanya ”Kata mereka diriku selalu dimanja”, tapi ”Kata mereka diriku selalu ditimang” dengan kasih sayang, dengan cinta, dan doa. Kita merasakan kasih sayang dan doa Bunda setiap saat selalu hadir dalam setiap gerak langkah dan pada setiap hirupan nafas kita. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam menjalani kehidupan. Jadi, suatu proses pendidikan dan pembelajaran dikatakan berhasil apabila para peserta didik beroleh perubahan ke arah yang lebih baik dalam penambahan pengetahuan, perubahan-pengusaan keterampilan, dan perubahan positif menuju pendewasaan sikap-perilaku. Demikian pula halnya dengan proses pendidikan-pembelajaran bahasa dan berbahasa itu harus mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa yang meliputi ketiga aspek utama ranah pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan bahasaberbahasa, meningkatkan keteram-pilan berbahasa, dan membangun sikap positif serta santun berbahasa.
Lagu itu lahir sebagai curahan setiap jiwa dengan media ungkap bahasa dengan unsur terkecilnya kata dan angka. Lagu yang merdu terlahir lewat untaian kata yang indah dan komposisi nada yang indah yang disimbolkan dengan angka nada. Bernyanyi dan berlagu bukan monopoli penyanyi profesional. Bernyanyi dan berpuisi adalah hak manusia yang berjiwa dan berbahasa.
Bahasan ini tidak akan berbicara tentang aspek pengetahuan dan sikap bahasa-berbahasa dalam pengertian teoretis, melainkan hanya akan secara praktikaplikatif mengingatkan seputar pentingnya keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang merupakan langkah awal sekaligus ciri kesuksesan seseorang atau setiap orang.
B. TERAMPILAN BERBAHASA
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut pada kenyata-annya berkaitan erat satu sama lain. Artinya, aspek yang satu ber-hubungan erat dan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membina anak-peserta didik agar
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 251
memerlukan keterlibatan aspek yang lain, tidak bisa tidak. Karena hubungannya yang berkelindan alias sangat erat itulah, maka keempat aspek keterampilan berbahasa itu lazim disebut catur-tunggal keterampilan berbahasa atau empat serangkai keterampilan berbahasa. Aspek yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat, saling bergantung, saling berhubunganmenentukan, tidak dapat dipisahkan. Singkatnya seseorang dapat dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu menguasai keempat aspek itu dengan sama baiknya. Artinya, dia itu terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. Agar diperoleh gambaran lengkap, berikut ini ulasan satu per satu secara ringkas. 1.
Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari-dikuasai manusia. Sejak manusia bayi, bahkan sejak dalam kandungan sang ibu, kita sudah mulai belajar menyimak. Dilanjutkan ketika kita terlahir ke muka bumi, proses-belajar menyimak atau mendengarkan itu terusmenerus kita lakukan, dengan mendengarkan-merekam terus-menerus setiap kata-kata merdu dari ayahbunda kita, orang-orang trdekat sang anak, sampai akhirnya kita bisa untuk pertama kali berbicara, tepatnya mengulang ucapkan sebuah kata-bermakna yang sederhana. Seiring dengan perjalanan waktu dan proses menyimak yang terus-menerus, akhirnya kita mulai bisa meniru berbicara. Kalimatkalimat sederhana bisa kita ulang ucapkan dan orang-orang di sekitar kita mulai paham-mengerti bahwa kita sudah bisa
berbicara. Pada usia prasekolah, dan kemudian pada jenjang sekolah dasar, barulah kita diperkenalkan pada aspek keterampilan lain yaitu berbiacara, membaca, dan menulis. Jadi, proses pembelajaran berbahasa, mulai dari menyimak sampai dengan bicara awal, itu merupakan proses alamiahuniversal. Artinya, semua manusia di mana pun mengalami proses pembelajaran menyimak-berbicara dengan bimbingan sang bunda dan orang-orang terdekat yang sangat mencintai kita, sejak masih janin, bayi,ana -anak. Pada tahapan pembelajaran selanjutnya, menyimak merupakan prasyarat mutlak untuk kita menguasai informasi, bahkan penguasaan ilmu pengetahuan itu pun diawali dengan kemauan-kemampuan menyi-mak secara sungguh-sungguh. Semakin banyak kita menyimak hal-hal baik dan positif, semakin banyak informasi yang kita simak, maka akan semakin banyak hal positif, semakin banyak pengetahuan yang kita kuasai yang akan menjadikan pemudah untuk kita membaca, berbicara dan/ atau menulis. Apa dan bagaimana ukuran seseorang bisa dikatakan terampil menyimak? Dia atau seseorang itu dapat dikatakan terampil menyimak apabila dia dapat menyerap-menangkap gagasanpikiran yang disimak-nya atau yang disampaikan orang lain kepadanya secara lisan, dengan tepat: benar, akurat, dan lengkap. Hernowo (2004:47) dengan ringkastegas mengingatkan kita tentang pentingnya menyimak bahwa,
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 252
Menurut pakar komunikasi ’mendengarkan-menyimak’ listening ini menjadi pilar utama dalam berkomunikasi dan kepen-tingannya, kadang, melebihi berbicara, membaca, dan menulis ... Dalam konteks mendengarkan ada aspek empati— meskipun ber-bicara, membaca, dan menulis juga ada. ... dan dewasa ini kegiatan mendengarkan ini malah dipertinggi menjadi kegiatan ‘mendengarkan aktif’ – active listening. Mendengarkan aktif – yang dalam Al Quran disebut ”yastami’una” (maka dengarkanlah, penerjemah) adalah kegiatan mendengarkan yang melibatkan komponen fisik dan nonfisik. 2.
Berbicara
Secara alamiah-ilmiah kegiatanketerampilan berbicara itu meru-pakan keterampilan berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proses latihan-belajar menyimak. Berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan-pikiran-perasaan secara lisan kepada orang lain. Sejatinya berbicara itu, bisa dikatakan gampanggampang mudah. Prinsipnya, asal kita menguasai apa yang akan kita bicarakan. Syarat mudah berbicara lainnya perbanyaklah aktivitas menyimak dan membaca. Jadi, Anda termasuk orang yang terampil berbicara, apabila Anda mampu menyampaikan gagasan–pikiran-perasaan secara lisan kepada orang lain-mitra bicara Anda atau pendengar Anda dengan benar, akurat, dan lengkap, sehingga orang lain paham betul apa yang Anda sampaikan.
3.
Membaca
Membaca dan menyimak merupakan aktivitas kunci kita mendapatkan-menguasai informasi. Semakin banyak informasi kita simak-baca, semakin banyak informasi kita kuasai. Dengan banyak membaca-menyimak yang berarti kita akan mengetahuimenguasai informasi, maka akan memudahkan kita atau siapa pun untuk mudah berbicara dan / atau menulis. Terampil membacakah adik Anda itu? Ya, adik Anda dapat dikatakan orang yang terampil membaca apabila dia mampu dengan benar, akurat, dan lengkap menyerap-menangkap-mengusai informasi dari suatu bacaan, apakah itu surat kabar, majalah, atau buku. “Buku menurut Kuntowijoyo adalah kumpulan pengalaman batin seseorang yang sudah distrukturkan. Dengan membaca buku berarti, kita sedang membaca diri sendiri lewat pengalaman orang lain. Jika kita rajin membaca buku, itu berarti kita rajin belajar dari pengalaman orang lain. Itu termasuk belajar dari diri sendiri”. (Hernowo, 2004:59). 4.
Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa aktif. Menulis meru-pakan kemampuan puncak seseorang untuk dikatakan terampil berba-hasa. Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks. Menulis-tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan. Baca saja buku-buku yang Anda milki, bukankah tidak semua merupakan buku terbaru? Bahkan mungkin ada buku-buku yang usianya lebih tua dari Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 253
Anda. Mengapa Anda masih menyimpannya? Tentu saja karena nilaikandungan isi-pesan yang terkandung pada buku itu masih relevan dan bermafaat. Apa kriteria seseorang, atau katakanlah teman Anda, itu tergo-long orang yang terampil menulis? Mungkin Anda bertanya. Teman Anda, dapat dikatakan terampil menulis apabila ia mampu menyampai-kan gagasan: pikiran, pendapat, perasaan, maksudnya kepada orang lain melalui media tulisan, sehingga orang lain yang membacanya dapat menangkap gagasan-pikiran yang dituliskannya itu secara benar, akurat, dan lengkap. Tentang keterampilan menulis ini ada nasihat sehat-hebat dari Hernowo (2004:89) untuk kita renungi bersama. Meracik teks tidak semudah meracik ucapan. Meracik teks perlu keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan menyusun kalimat. Teks tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin dikeluarkan seseorang. Teks itu punya keterbatasan. Jika kamu mengeluarkan gagasan kamu lewat ucapan atau secara lisan, ada kemungkinan kamu dibantu dengan dialog atau interaksi positif (dengan pendengar kamu) yang akhirnya bisa memperjelas gagasan yang ingin kamu komunikasikan. Namun jika lewat tulisan?
sebagai dialog internal. Dialog internal adalah dialog batin, dialog dengan diri sendiri sehingga teks yang dia keluarkan itu benar-benar dapat dipahami oleh dirinya lebih dahulu. Bagaimana mungkin teks itu dapat dipahami orang lain jika dirinya sendiri belum mampu memahaminya? Pada kenyataannya, tidak semua orang dapat menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa itu dengan sama baiknya. Kita menyaksikan, ada orang yang produktif menghasilkan tulisan yang enak dan menarik untuk dibaca, tetapi kalau berbicara tidak menarik untuk diikuti, caragaya dia berbicara tak seenak menikmati tulisannya. Ada juga orang yang apabila berbicara sangat lancar, kata-katanya tersusun rapi, gaya bicaranya memukau, tetapi manakala menulis tidak sehebat ketika berbicara. Ada juga seseorang yang punya kemampuan berbicara dan menulis dengan sama baiknya. Pokok dan gaya pembicaraannya enak, menarik, dan mudah dipahami oleh para pendengarnya; Demikian juga untaian kalimat dalam berbagai tulisannya, sama enaknya untuk diikuti, mudah dipahami. Singkatnya baik tuturan lisannya maupun rangkaian kalimat tulisannya sama baik-menariknya. Alias cukup mudah-menyenangkan untuk dibacadisimak.
Jika seseorang ingin menyampaikan gagasan secara tertulis, dia tidak akan dibantu secara efektif oleh dialog eksternal, melainkan dia harus meminta tolong kepada dirinya sendiri dalam menjalani secara sangat intens dan intim apa yang saya sebut Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 254
cendderung mengghindar bila dimintai ataau dibeeri kesempattan berbicaraa. C. Sebuah S Simp pulan. Pertaama, kita suddah lamaa dan teramppil bermain-m main dengann angkka dan kata sejak s kita keecil, tetapi taanpa pesaan pemaham man bahwa seetiap kata daan angkka yang kita ucap-tuliskaan itu membbawa pesaan indah baggi kesuksesann dan kebaahagiaan hiddup kita di duunia dan akhhirat, bila kita memainnkannya denngan jujur daan bertanggung jaw wab. Karena itu, nilai-nillai w kita ajaarkan melaluui pembelajrran itu wajib bahaasa mulai TK K/SD sampaai dengan pergguruan tinggi. Kedua, peerlu dicatatdiinggat dengan cermat, c bahw wa, sebagai keteerampilan, beerbahasa: meenyimak, berbbicara, membbaca, dan meenulis itu, akkan dikuuasai semua orang asal melalui m prosees, mauu menjalani proses p persiaapan dan perlatihan dengaan tekun dann terus-meneerus. Orang yang memiliki O m keterampilan berbicaraa dan menuliis lazim dinaamakan terampil berbahasa ak ktif. Sedanggkan orang yang hannya terampil--mampu mennyimak informasi simakan daan membacaa suatu bacaan, kita k biasa meenamakannyya keteramppilan atau keemampuan beerbahasa pasif. Arttinya, orang itu dapat meenyerapmenangkkap infor-maasi gagasan-ppikiran orang lain dengan baaik dari apa yang y dibaca dan disim maknya. Jadii, orang yangg menguasaii keteramppilan berbahaasa pasif itu,, dia dengan baik dapaat memaham mi pembicaraaan orang lain dan memahami m suatu s bacaann-tulisan dengan baik. b Akan teetapi manakaala dia diminta atau a diberi kesempatan k b berbicara atau mennuliskan sesu uatu gagasannnya kepada orang lain, dia mengaalami hambaatan, dan diaa
mpilan berbahhasa aktif yaang Ketiiga, keteram lazim m disebut deengan berbiccara dan mennulis itu sejatinya s adaalah keteram mpilankem mampuan setiiap orang daalam menngungkapkann gagasaanyaa secara lisann dan tulisan kepaada orang laiin itu melaluui seraangkaian anggka dan kata yang harus dikeemasnya secaara kreatif, cermat, c teratur, dan bernalar serrta dilandasi niat dan carra yangg baik, benarr, jujur, sertaa bertanggunng jawaab, karena seetiap kata daan kalimat yaang kita tulis dan ucapkan itu akkan menjadi K pertanggungjwaaban besar. Keempat, keteerampilan beerbahasa pasiif yang terdiiri dari aktivitas meembaca dan menyimak itu i haruus dimaknai sebagai kesaanggupan krritis sem mua orang dallam menyikaapi setiap infomasi yang diterimanya d a apakah itu d simakan yang berisi sebuuah bacaan dan Jurnall Artikulasi Vo.6 V No.2 Aggustus 2008 | 255
kebenaran buah kreativitas kejujuran dan tanggung jawab penulisnya. Artinya baik pembicara maupun penyimak, baik pembaca maupun penulis harus sama-sama memiliki paradigma yang sama. Bahwa setiap kegiatan kita berbahasa dengan memainkan kata dan angka itu semua menuntut tanggung jawab, tidak asbun alias asal bunyi. Hingga suatu saat...milyaran kata memburu tuannya,.. datang meminta pertanggungjawaban atas dirinya. Satu kata meminta satu pertanggungjawaban. Siapkah sang tuan menghadapinya ( Tafakur, M. Agung Wibowo, 2008)
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 256
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2008. ESQ Power. Arga: Jakarta. ----------2008. ”ESQ Parenting”. Dalam Pikiran Rakyat. 11 Juli. Bandung Departemen Agama. 2006. Al Quran dan Terjemahanya. Bandung: Diponegoro Nurjamal, Daeng dan Warta Sumirat. 2010. Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta. Hernowo. 2005. Vitamin T: Kiat Mengikat Makna Lewat Membaca dan Menulis. Bandung: MLC Wibowo, M. Agung. 2008. Tafakur, Gado-gado Simpang Lima. Cetakan kedua. Solo: Kahfi Publishing.
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 257