Judul: BAHASA BESEMAH Penulis: Dr. Sutiono Mahdi, Drs., M.Hum
Pengantar Oleh: H. Djazuli Kuris (Walikota Pagar Alam) Prof. A. Chaedar Alwasilah, M.A., Ph.D
Desain Kaver dan Tata Letak: Putra Perdana Wiston, SE dan Dani R.H., SS.
ISBN 978-602-8795-82-82 Hak Cipta @ Uvula Press Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh uvUla Press Fakultas Sastra Unpad Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, JATINANGOR 45363 JAWA BARAT, Tlp/Faks: (022)7796482 E-mail:
[email protected]
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan Pertama, Oktober (Bulan Bahasa) 2011 Edisi Kedua, Januari 2012
Kata Pengantar Lembaga budaya Perserikan Bangsa-Bangsa UNESCO mendapati banyak bahasa di dunia hampir punah dan pada tahun 2100, antara 50%-90% bahasa di dunia itu akan punah. Bahasa terbanyak yang terancam punah berada di India, Amerika Serikat, dan Indonesia. Menurut UNESCO di Indonesia terdapat 147 bahasa yang terancam punah, yang salah satunya sangat terancam kepunahannya adalah bahasa Lengilu di Kalimantan Timur Laut, dengan pembicara yang hanya mencapai empat orang. Di Indonesia bahasa yang terancam punah kebanyakan berada di wilayah Indonesia Timur. Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia mengatakan bahwa dari 742 bahasa daerah di Indonesia, hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas satu juta orang. Artinya, terdapat 729 bahasa daerah lainnya yang berpenutur di bawah satu juta orang. Di antara 729 bahasa daerah, 169 di antaranya terancam punah, karena berpenutur kurang dari 500 orang (Kompas.com, 11/8/2010). Bahasa-bahasa yang tercancam punah itu tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Bahasa daerah yang terancam punah di Sumatera antara lain bahasa Lom dengan hanya 50 penutur; di Sulawesi bahasa Budong-Budong 70 penutur, Dampal 90 penutur, Bahonsuai 200 penutur, Baras 250 penutur; di Kalimantan bahasa Punan Merah 137 penutur, Kareho Uheng 200 penutur; di wilayah Maluku bahasa Hukumina 1 penutur, Kayeli 3 penutur, Nakaela 5 penutur, Hoti 10 penutur, Hulung 10 penutur, Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur; dan di Papua bahasa Mapia 1 penutur, Tandia 2 penutur, Bonerif 4 penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur. Bahasa Besemah ◊ iii
iv ◊ Bahasa Besemah Lebih jauh Multamia mengatakan bahasa yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang berpenutur sedikit namun masih mempunyai potensi untuk hidup, sebenarnya adalah bahasa-bahasa yang penutur sekurang-kurangnya 1.000 orang. Oleh karena itu, sebagai langkah awal diinterpretasikan bahasa-bahasa yang jumlah penuturnya 500 orang atau kurang, dapat dikategorikan sebagai bahasa yang cenderung dianggap memasuki ambang proses dan berpotensi terancam punah. Bila melihat parameter penutur 500 orang atau kurang, bahasa Besemah tidak termasuk ke dalam kategori bahasa yang terancam punah karena penuturnya diyakini jauh lebih daripada 1.000 orang; akan tetapi, melihat gejala atau fenomena yang muncul ke permukaan, tidak sedikit orang yang mengkhawatirkan bahasa Besemah akan segera punah, kemudian mengusulkan perlunya upaya untuk melestarikan berbagai seni dan budaya daerah Besemah melalui kurikulum sekolah dan sebagainya. Kebijakan Walikota Pagar Alam H Djazuli Kuris, MM dalam mengantisipasi pudarnya kekayaan budaya daerah, khususnya Bahasa Besemah, agar dapat tetap bertahan dari kepunahan patut dipuji dan didukung. Dalam setiap kesempatan berpidato dan memberikan kata sambutan, Beliau akan menggunakan bahasa Besemah di samping Bahasa Indonesia, serta akan mengupayakan Peraturan Daerah yang mewajibkan menggunakan bahasa Bahasa Besemah dalam setiap acara resmi pemerintah daerah. Terdorong oleh rasa memiliki dan kecintaan terhadap budaya dan bahasa Besemah serta mendukung kebijakan Walikota Pagar Alam itulah, sebagai penutur asli (native speaker) bahasa itu, penulis mencoba membuat karya nyata dengan menyusun buku Bahasa Besemah. Penitikberatan buku ini baru pada bidang morfologi (ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
Kata Pengantar ◊ v
kata) dan sedikit menyinggung bidang fonologi (ilmu tentang bunyi yang membentuk kata yang bermakna) pada Bagian 1 dan bidang sintaksis (ilmu tentang hubungan antarkata yang membentuk kalimat) pada Bagian 6 (secara khusus insya Allah akan dibahas pada buku yang berikutnya). Dalam perkembangan bahasa Indonesia selama ini, bahasa-bahasa daerah tertentu memberikan sumbangan yang tidak kecil, antara lain dalam hal pengayaan kosa kata umum, istilah, dan ungkapan. Bahasa-bahasa daerah, termasuk bahasa Besemah merupakan kekayaan budaya yang dapat dimanfaatkan, bukan saja untuk kepentingan pengembangan dan pembakuan bahasa nasional, tetapi juga untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah itu sendiri. Di samping bertujuan untuk menyelamatkan bahasa Besemah dari kepunahan, penulisan buku ini dimaksudkan juga untuk membantu pelaksanaan politik bahasa nasional, yakni menyelamatkan, membina, mengembangkan bahasa Indonesia dan bahasa Besemah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengajaran bahasa Indonesia dan bahasa Besemah serta mendorong penelitian-penelitian linguistik lain tentang bahasa Besemah yang akan berguna bagi perkembangan ilmu bahasa di Indonesia. Menurut Saleh (1977) penutur asli bahasa Besemah adalah penduduk yang bermukim di daerah-daerah di sekitar gunung Dempo, yaitu sebagian besar penduduk yang tinggal di Kabupaten Lahat, yaitu Kota Lahat, Kecamatan Kikim, Kecamatan Pulau Pinang, Kecamatan Kota Agung, Kota Pagar Alam, Kecamatan Tanjung Sakti, Kecamatan Jarai, dan Kecamatan Merapi. Dengan terbitnya buku ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Dadang Suganda, M. Hum, yang telah memberi-
vi ◊ Bahasa Besemah kan fasilitas sehingga buku ini dapat diterbitkan melalui Uvula Press Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 2. Walikota Pagar Alam, H Djazuli Kuris, yang mengilhami penulis untuk menyusun buku ini serta mendukung penerbitannya. 3. Prof. Dr. A Chaedar Alwasilah, MA., PhD., yang telah menelaah buku ini secara ilmiah dan mendalam. Kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak,” oleh karena itu penulis sangat menantikan kritik dan saran membangun dari para pembaca semuanya.
Bandung, 26 Juni 2011 Penulis,
Sutiono Mahdi
E-mail:
[email protected] [email protected] [email protected]
Kata Pengantar ◊ vii
HP: 08122383311
Sambutan Walikota Pagar Alam Assalamu'alaikum wr. wb. Puji nggak sukur kite tujukah kepade Allah SWT ye la ngenjukkah rahmat nggak karunianye serte berkate. Alhamdulillah kite masih dienjuk nikmat kesehatan nggak kekuatan dalam neruska kehidupan ini. Aku sangat menanggapi dan nggak setuju serte nyambut baek sutik agi buku ye dibuat li jeme besemah tentang bahase Besemah. Aku sebagai Walikota Pagar Alam, aku sangat ndukung pengguneghan nggak penyebaran tentang guritan (sejarah) bahase nggak kebudayaannye dalam bentuk tulisan sebagai bahan petunjuk tentang keberadaan (eksistensi) nggak jati diri jeme Besemah selaku suku bangsa yang harus terus dijage ditengah-tengah kencange peghubahan zaman mak ini aghi (arus globalisasi). Di umur ye ke-10 (sepuluh) tahun pembangunan negeri Pagar Alam yang kite nikmati mak ini adelah hasil jerih payah kite dan hasil perjuangan seluruh masyarakat Besemah, untuk itu palah kite selalu jage dan melihare serte kite lanjutka pembangunan tersebut demi keseBahasa Besemah ◊ vii
viii ◊ Bahasa Besemah jahteraan dan kemakmuran masyarakat Besemah. Semoge dengan mbace buku ini jeme Besemah akan lebih pacak nggak paham serte menjadi lebih bijak ngetahui sape jeme Besemah dan paham sandi mane asal jeme Besemah nggak kate-kate besemah. Sekian sambutan ini, nga penyusun bahase Besemah kuucapkah banyak terime kasih, diaghapkah juge ka ade gawean-gawean buku selanjutnye sandi penulis ye dapat bemanfaat nggaghi kemajuan bangse Indonesia, ngguk jadi perbandingan nggahi pihak-pihak ndek ingin nggak galak melajaghi base Besemah. Wassalamu'alaikum wr wb ***** Assalammualaikum, wr. wb. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta berkahNya. Alhamdulillah kita masih diberi nikmat kesehatan dan kekuatan dalam meneruskan kehidupan ini. Saya sangat mengapresiasi dan menyambut baik satu lagi buku tentang Bahasa Besemah karya putra Besemah. Sebagai Walikota Pagar Alam, saya sangat mendukung pelestarian dan pengembangan tentang sejarah, bahasa dan kebudayaan Besemah dalam bentuk tulisan sebagai bahan informasi tentang eksistensi dan jati diri sebagai satu suku bangsa yang harus terus dijaga di tengah kencangnya arus globalisasi sekarang ini. Di usia yang ke-10 (sepuluh) tahun, Pembangunan Kota Pagar Alam yang kita nikmati sekarang ini merupakan hasil jerih payah dan merupakan perjuangan seluruh lapisan masyarakat, untuk itu hendaknya selalu kita jaga dan pelihara, serta kita lanjutkan pembangunan tersebut demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Besemah. Semoga dengan membaca buku ini masyarakat Besemah akan lebih tahu dan paham serta menjadi lebih
Sambutan Walikota …◊ ix
bijak mengenal jati dirinya, juga memahami asal muasal dan tata Bahasa Besemah. Demikian sambutan ini, kepada penyusun buku Bahasa Besemah saya ucapkan banyak terima kasih, diharapkan juga akan lahir karya-karya buku selanjutnya dari penulis yang dapat bermanfaat bagi kemajuan Bangsa Indonesia, dan menjadi referensi bagi pihak-pihak yang ingin mempelajari lebih lanjut Bahasa Besemah. Wassalammualaikum, wr. wb
Pagar Alam, Juli 2011
H. Djazuli Kuris
Jangan Biarkan Bahasa Basemah Punah... Bahasa adalah representasi budaya penuturnya. Di dalamnya ada harta karun kultural yang tersembunyi. Orangtua mendidik anaknya pertama dan terutama melalui bahasa ibu. Semua manusia sesungguhnya berutang budi kepada bahasa ibu. Pasti banyak kearifan lokal yang tersembunyi dan mesti digali dalam bahasa Basemah ini. Durhakalah mereka yang tidak menghormati bahasa ibunya. Gejala durhaka linguistis ini kini menjadi-jadi. Banyak orang tidak mau lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibunya sehingga banyak bahasa daerah di Indonesia terancam punah. Seyogianya kita bangga dengan terbitnnya Bahasa Besemah karya intelektual seorang putera daerah bahasa itu yang merasa terpanggil untuk berperan serta dalam memperlambat kepunahannya, dan kalau mungkin menyelamatkannya dengan cara mendokumentasikannya melalui penerbitan seperti ini. Publik mencatat, Walikota Pagar Alam pada setiap kesempatan menyampaikan kata sambutan dengan menggunakan bahasa Besemah di samping Bahasa Indonesia. Dia pun mengupayakan adanya Peraturan Daerah yang mewajibkan penggunaan Bahasa Besemah dalam setiap acara resmi pemerintah daerah. Komitmen pemerintah seperti itu dan langkah nyata ilmuwan dengan penerbitan buku ini patut diapresiasi oleh semua pihak. ***** Bagi para peminat ilmu bahasa, buku ini akan memperkaya wawasan morfologi, khususnya sekitar bentuk, fungsi, dan makna kata, yang juga terdapat pada semua bahasa. Pembentukan kata dalam bahasa Besemah tidak Bahasa Besemah ◊ x
Kata pengantar Prof Chaedar…◊ xi
ubahnya seperti bahasa Indonesia, yaitu melalui afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Bila dilakukan kajian komparatif dengan bahasa Indonesia, ada sejumlah perbedaan sebagai berikut. 1. Ciri khas bahasa Besemah adalah banyaknya pemakaian fonem /e/ seperti dalam bahasa Indonesia pada kata /tempat, kepada, bentuk/. Masyarakat umum di sana memandang perbedaan bahasa Besemah dengan bahasa Indonesia terletak pada fonem /a/ dengan /e/, sehingga seolah-olah setiap kata bahasa Indonesia yang berakhir dengan vokal /a/, dalam bahasa Besemahnya tinggal mengganti vokal /a/ di akhir kata itu dengan vokal /e/. Pendapat itu tidak seluruhnya benar, tetapi memang banyak sekali kata yang seperti itu, misalnya /dimane/ ‘dimana’, /sape/ ‘siapa’, /ade/ ‘ada’, /rupe/ ‘rupa’, /rege/ ‘harga’, /ape, tuape/ ‘apa’, /surabaye/ ‘Surabaya’, tetapi Jakarta dan Purwakarta tidak menjadi /jakarte/ dan /purwakarte/. 2. Di dalam bahasa Besemah terdapat fonem yang tidak dimiliki bahasa Indonesia, yaitu fonem /ŕ/ di samping fonem /r/ seperti pada kata bahasa Arab astaghfirullah dan maghrib. Fonem ini sangat hidup pemakaiannya dan posisinya dalam kata bisa terdapat di depan, di tengah, maupun di akhir kata, dan banyak kata bahasa Indonesia dengan fonem /r/ dalam bahasa Besemah menjadi fonem /ŕ/, misalnya /ŕemas/ ’remas’, /peŕut/ ’perut’, dan /jemuŕ/ ‘jemur’. 3. Dalam bahasa Besemah tidak terdapat fonem vokal /o/, kalaupun ada biasanya hanya terdapat pada kata pinjaman dan sangat tidak produktif. Biasanya apabila vokal /o/ terdapat di depan atau di tengah katakata bahasa Indonesia, di dalam bahasa Besemah menjadi vokal /u/, misalnya /uŋkus/ ‘ongkos’, /umbak/ ‘ombak’, dan /utak/ ‘otak’
xii ◊ Bahasa Besemah 4.
5.
Dalam bahasa Besemah juga terdapat konsonan /?/ misalnya /pinta?/ ‘pinta’, /ba?/ ‘bapak’, /dudu?/ ‘duduk’, /kenda?/ ‘hendak’. Selain itu, di dalam bahasa Besemah terdapat tiga jenis kata ganti orang kedua, yaitu: a. kabah ’engkau’, orang kedua tunggal kapada yang sama jenis kelamin dengan pembicara dan sebaya atau usianya lebih muda’ b. dengah ’engkau’, orang kedua tunggal kapada yang berbeda jenis kelamin dengan pembicara dan sebaya atau usianya lebih muda’ c. kamu ’engkau, kalian’, orang kedua tunggal dan jamak yang dihormati dan tidak berdasarkan jenis kelamin’.
***** Bahasan morfologis sintaksis di atas itu hanya satu dimensi kecil dari bahasa Basemah. Sudut pandang sintaksis-morfologis ini menunjukkan kepakaran penulisnya. Ada dimensi lain yang menantang putera daerah lainnya, misalnya kajian sosiolinguistik dan antropologisnya. Kita berharap ada pakar sosiolinguistik atau antropologi yang mau menunjukkan bakti intelektual agar terhindar dari kedurhakaan kultural ini. Selamat membaca! Bandung, Agustus 2011 Prof. A Chaedar Alwasilah, MA., PhD.
Guru Besar di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Daftar Isi Kata Pengantar iii Sambutan Walikota Pagar Alam vii Kata Pengantar (Jangan Biarkan Bahasa Basemah Punah...) Prof. A Chaedar Alwasilah, MA., PhD. Daftar isi xiii 1 Fonem dan Ejaan 1.1 Fonem 1 1.2 Ejaan 6 2 Morfologi 9 2.1 Morfem 9 2.2 Jenis Morfem
x
1
10
3 Proses Morfologis 3.1 Afiksasi 24 3.2 Reduplikasi 3.3 Pemajemukan
23 67 84
4 Proses Morfofonologis 91 4.1 Penambahan Fonem 91 4.2 Asimilasi Fonem 105 4.3 Penghilangan Fonem 108 4.4 Perubahan Fonem 109 4.5 Pergeseran Fonem 119 5 Fungsi dan Arti Morfem 5.1 Fungsi dan Arti Afiksasi 5.2 Fungsi dan Arti Reduplikasi 6 Jenis Kata 6.1 Kata Benda
127 127 189
197 197 Bahasa Besemah ◊ xiii
xiv ◊ Bahasa Besemah 6.2 Kata Kerja 210 6.3 Kata Sifat 217 6.4 Kata Keterangan 232 Daftar Pustaka Indeks 239
237