BURNOUT DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA PADA POLISI LALU LINTAS POLRESTABES SEMARANG (Burnout Reviewed By Workload Perception of Traffic Police Officers of Polrestabes Semarang) Jones Martogi Pasaribu Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi terhadap beban kerja pada Polisi Lalu Lintas dengan burnout. Hipotesis dalam penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada anggota Polisi Lalu Lintas. Responden terdiri atas 96 anggota Polantas, yang mencakup 57 orang anggota Patroli I, 19 orang anggota Patroli II, dan 20 orang anggota Patroli III di Sat Lantas Polrestabes Semarang. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Burnout pada Polisi lalu Lintas dan Skala Persepsi terhadap Beban Kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada Polisi Lalu Lintas yang ditunjukkan dengan nilai rxy = - 0,372 p = 0,000 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: burnout pada anggota Polisi Lalu Lintas, persepsi terhadap beban kerja.
Abstract The purpose of this study was to empirically test on the relationship between workload perception of the traffic police and burnout. The hypothesis in this study says that there is a negative relationship between workload perceptions and burnout of the traffic police officers. Respondents consisted of 96 police officers, covering 57 police patrol I, 19 police patrol II, and 20 police patrol III officers of Polantas Polrestabes Semarang. The data of this study were collected by using two scales, the first scale was burnout of the traffic police officers and the second one was workload perceptions. Data analysis was conducted by using Product Moment Correlation techniques. The result shows that there is a negative relationship between workload perceptions and burnout of the traffic police, indicated by r xy = - 0,372 p = 0.000 (p < 0.01) so the hypothesis in this study was received. Key words: burnout of the traffic police officers, workload perceptions.
153
tidak jarang mengalami pusing secara tiba-tiba
Pendahuluan Polisi adalah aparat negara Republik
ketika sedang bertugas. Keadaan tersebut
Indonesia yang tugas pokoknya ditetapkan
sesuai dengan hasil wawancara terhadap lima
dalam pasal 13 Undang-Undang No 2 Tahun
anggota Kepolisian lalu lintas Polrestabes
2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Semarang pada tanggal 22 Februari 2012,
Indonesia yaitu POLRI selaku pemelihara
menunjukkan bahwa adanya permasalahan
keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibnas),
yang
penegak hukum, pelindung, pengayom, serta
bertugas di lapangan, secara umum disebabkan
pelayan masyarakat. Polisi merupakan salah
tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas
satu aparat penegak hukum, yang melakukan
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dan
tindakan preventif dan represif terhadap
kesadaran hukum dari pemakai jalan atau
masyarakat. Tindakan preventif merupakan
pengemudi
upaya dari aparat polisi untuk memotivasi
ketidaksadaran akan rambu lalu lintas tersebut
anggota
bersama-sama
cenderung menimbulkan kemacetan maupun
membina suasana kehidupan yang aman dan
kecelakaan. Ketika permasalahan terjadi, hal
tertib. Tindakan represif merupakan upaya
ini cenderung memberikan tekanan bagi
yang
untuk
anggota polisi lalu lintas yang nantinya bisa
memberantas kejahatan yang mengganggu
mengakibatkan perasaan tidak berdaya atau
keamanan dan ketertiban hidup masyarakat.
tidak mampu, kelelahan fisik maupun psikis
Pekerjaan polisi begitu kompleks dan selalu
serta tidak jarang mengalami pusing secara
dihadapkan
tiba-tiba
ketika
sedang
bertugas.
Reaksi
tersebut
adalah
reaksi
seseorang
dalam
masyarakat
dilakukan
agar
aparat
dengan
polisi
berbagai
tantangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan
bernegara secara khusus polisi lalu lintas. Berdasarkan
hasil
kuesioner
dihadapi
anggota
Polantas
masih
ketika
memprihatinkan,
menghadapi tugas ketika muncul bermacamyang
macam
masalah
yang
berkaitan
karirnya.
dengan
diberikan pada anggota Polantas Polrestabes
perkembangan
Semarang pada tanggal 13 April 2012
menangani
menunjukkan bahwa 56,6% dari 30 orang
terbelenggu dalam situasi yang memperburuk
anggota Polantas mengalami burnout yang
kondisi fisik dan mentalnya. Keadaan stres
cukup tinggi atau di atas rata-rata. Tingginya
yang
burnout yang dialami tentu bisa merugikan
memunculkan gejala yang dikenal sebagai
bagi anggota Polantas yang mengalami.
burnout.
masalah
berkelanjutan
Ketidakmampuan
membuat
ini
seseorang
akan
dapat
Adanya perasaan tidak berdaya atau tidak
Andarika (2004: 3) menyatakan bahwa
mampu, kelelahan fisik maupun psikis serta
burnout merupakan gejala kelelahan emosional
154
yang disebabkan oleh tingginya tuntutan
variabel-variabel yang tidak tercakup dalam
pekerjaan, yang sering dialami individu yang
penelitian ini. Penelitian lain juga terkait
bekerja pada situasi dimana ia harus melayani
dengan burnout ditinjau dari persepsi terhadap
kebutuhan
Burnout
lingkungan kerja psikologis dan jenis kelamin
digambarkan sebagi suatu keadaan yang
(Sihotang, 2004: 14) menunjukkan bahwa ada
mencerminkan reaksi emosional pada individu
hubungan negatif antara persepsi karyawan
yang bekerja
terhadap
orang
pada
banyak.
bidang kemanusiaan
lingkungan
kerja
psikologisnya
(human service), atau bekerja erat dengan
dengan burnout. Hal ini berarti bahwa semakin
masyarakat. Penderitanya banyak dijumpai
baik persepsi karyawan terhadap lingkungan
pada polisi, perawat di rumah sakit, pekerja
kerja psikologisnya maka akan semakin rendah
sosial, dan guru.
gejala burnout yang diperlihatkan karyawan.
Mursi (1997: 84) menyatakan bahwa salah
Hal serupa juga diteliti oleh Jaya dan Rahmat
satu faktor yang memengaruhi terjadinya
(2005) terkait burnout ditinjau dari locus of
burnout adalah persepsi terhadap pekerjaan.
control internal dan eksternal menunjukkan
Persepsi individu terhadap pekerjaan dapat
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
menyebabkan terjadinya burnout. Pekerjaan
burnout ditinjau dari locus of control internal
yang
merupakan
dengan burnout ditinjau dari locus of control
pekerjaan yang dianggap sebagai beban. Jones
eksternal. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
dan Bartlett (1994: 8) menyatakan bahwa
subyek dengan locus of control eksternal lebih
beban kerja yang berlebihan merupakan
tinggi burnout-nya daripada subyek dengan
penyebab umum kejenuhan kerja, kebosanan
locus of control internal.
menimbulkan
burnout
dan berpotensi menyebabkan keletihan kerja. Hasil relevan
penelitian berkaitan lain yang dengan
individu,
timbulnya
burnout yang dialami oleh anggota polisi lalu lintas juga dipengaruhi oleh persepsi anggota
karakteristik pekerjaan, dan dukungan sosial
Polantas terhadap beban kerja yang dihadapi.
non human service corporation (Farhati dan
Persepsi merupakan proses yang didahului
Rosyid, 1996) menunjukkan korelasi negatif
oleh proses pengindraan, yaitu merupakan
yang signifikan antara karakteristik pekerjaan,
proses diterimanya stimulus oleh individu
dukungan sosial dengan tingkat burnout.
melalui alat indera atau juga disebut proses
Variansi terjadinya burnout hanya dapat
sensoris. Namun proses itu tidak berhenti
dijelaskan
karakteristik
begitu saja, melainkan stimulus tersebut
pekerjaan dan dukungan sosial (35%) saja,
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan
sedang 65% lainnya masih disebabkan oleh
proses persepsi. Karena itu proses persepsi
variabel
ditinjau
bersifat
dari
oleh
burnout
Persepsi
155
tidak lepas dari proses pengindraan, dan
bagi
proses
proses
Tanggung jawab sebagai anggota Polantas
pendahulu dari proses persepsi (Walgito,
bukan halangan melainkan tantangan karena
2004: 87). Berdasarkan uraian di atas, persepsi
semua itu sudah menjadi komitmen mereka
tersebut dapat disimpulkan sebagai proses
sejak sebelum diterima sebagai anggota di
awal
kepolisian. Namun demikian, anggota Polantas
pengindraan
dalam
merupakan
penginterpretasian
terhadap
subyek
sebagai
Polrestabes
menggunakan
telah
burnout yang ditandai dengan adanya perasaan
disimpan dala ingatan sebelumnya guna
tidak berdaya atau tidak mampu, kelelahan
memberi arti bagi lingkungan sekitar. Dalam
fisik
hal ini, beban kerja yang dialami oleh seorang
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
polisi tergantung bagaimana seorang polisi
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
tersebut memberi arti terhadap pekerjaan
burnout ditinjau dari persepsi terhadap beban
tersebut. Semakin positif persepsi seorang
kerja pada Polisi Lalu Lintas.
anggota
polisi
lalu
yang
lintas
burnout yang akan mereka hadapi ketika bekerja. Sebaliknya, semakin negatif persepsi seorang anggota polisi lalu lintas terhadap beban kerja yang mereka hadapi, maka akan semakin tinggi tingkat burnout yang mereka
wawancara
juga
menunjukkan
bahwa secara keseluruhan persepsi anggota Polantas terhadap beban pekerjaannya sebagai anggota Polantas cukup positif. Hal ini dimana
subyek
sercara
umum
memaknai pekerjaan atau tugas yang mereka emban tersebut adalah tugas mulia yakni salah satu
dalam
bekerja.
Burnout pada Polisi Lalu Lintas Menurut Bakker, dkk (dalam Gunarsa, 2009: 367-368) menjabarkan burnout sebagai suatu bentuk reaksi stres kerja yang spesifik pada orang-orang dalam bidang pelayanan sosial, sebagai hasil dari tuntutan emosional dalam hubungan antara karyawan dan orang-
hadapi.
terbukti
psikis
mengalami
terhadap
pekerjaannya, maka semakin rendah tingkat
Hasil
maupun
masih
Polantas.
stimulus yang diterima oleh alat indera pengetahuan
Semarang
anggota
bentuk
pengabdian
polisi
terhadap
masyarakat atau pelayan masyarakat. Apapun karakteristik tugas yang anggota Polantas terima itu sudah menjadi tantangan tersendiri
orang yang harus dilayani. Burnout dikatakan sebagai fenomena yang sifatnya spesifik karena hanya dialami oleh mereka yang berprofesi sebagai karyawan dalam bidang sosial
(melayani
atau mengurusi
orang).
Santrock (2003: 560) menyatakan bahwa burnout merupakan istilah yang digunakan untuk beban yang terlalu berat, perasaan tidak berdaya,
tidak
memiliki
harapan,
yang
disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa sangat kelelahan secara fisik dan 156
emosional. Ivancevich, dkk (2006: 307)
Cynicism mencerminkan adanya sikap
menyatakan bahwa burnout telah berpusat
yang sinis terhadap orang-orang yang
pada apa yang disebut “profesi membantu”,
berada
seperti guru, perawat, dokter, pekerja sosial,
kecenderungan untuk menarik diri serta
ahli terapi, polisi dan petugas pengawasan
mengurangi
pembebasan bersyarat. Lebih lanjut Pangkalan
bekerja.
dalam
lingkup pekerjaan dan
keterlibatan
diri
dalam
(2008: 8) menyatakan bahwa burnout atau
c. Ineffectiveness
kejenuhan kerja adalah semacam stres atau
Ineffectiveness
kebosanan atau rasa frustrasi yang dapat
perasaan tidak berdaya, tidak mampu lagi
menyebabkan individu merasa letih, mudah
melakukan tugas dan menghadapi tugas-
tersinggung, nyeri di sana-sini dan merasa tua.
tugas yang dibebankan terlalu berlebihan
Burnout akan menguras tenaga cadangan baik
sehingga tidak sanggup lagi menerima
mental maupun fisik.
tugas yang barus.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
burnout
ketegangan
atau
berhubungan
adalah
suatu
tekanan
dengan
stres
bentuk
mencerminkan
Maslach (dalam Pangkalan, 2008: ix) memberikan gambaran adanya tiga gejala
psikis
yang
burnout yaitu:
yang
dapat
a. Kelelahan emosional
menyebabkan individu merasa letih, mudah tersinggung, nyeri di sana-sini dan merasa tua. Freudenberg (dalam Gunarsa, 2009: 367) mengemukakan ada dua gejala burnout yaitu keletihan fisik dan mental.
adanya
b. Menurunnya harkat manusia dari individu yang semula dikenal (Depersonalisasi). c. Rendahnya keyakinan diri untuk melakukan tugasnya dengan baik Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
Maslach dan Leiter (dalam Gunarsa, 2009:
dapat disimpulkan bahwa ada lima gejala
368) menyatakan bahwa gejala-gejala burnout
burnout
yaitu
kelelahan
dapat dikategorikan dalam tiga dimensi, yaitu:
mental,
kelelahan
a. Exhaustion
penghargaan
fisik,
emosional,
terhadap
rendahnya sendiri
dipersonalisasi.
yang
dijadikan sebagai dasar pembuatan alat ukur
perasaan
letih
berkepanjangan baik secara fisik, mental
gejala
dan
Exhaustion merupakan dimensi burnout ditandai
Kelima
diri
kelelahan
tersebut
penelitian untuk mengungkapkan burnout.
dan emosional.
b. Cynicism Persepsi terhadap beban kerja
157
Suharnan (2005: 23) menyatakan bahwa
atau lebih tugas-tugas yang harus dikerjakan
persepsi merupakan tahap paling awal dari
secara
serangkaian
permintaan untuk melaksanakan tugas-tugas
merupakan
proses proses
informasi.
Persepsi
menginterpretasi
bersamaan.
Semakin
banyaknya
atau
tersebut maka semakin berkurangnya performa
menafsirkan informasi yang diperoleh melalui
dalam bekerja. Schultz dan Schultz (2006:
sistem alat indera manusia. Suharnan (2005:
366)
23) menambahkan bahwa persepsi mencakup
merupakan gambaran yang lazim terhadap
dua proses yang berlangsung secara serempak
kondisi pekerjaan yang berlebihan.
antara keterlibatan aspek-aspek dunia luar
mengatakan
Dalam
bahwa
penelitian ini
beban
kerja
yang dimaksud
dengan dunia dalam diri. Proses tersebut
dengan persepsi terhadap beban kerja adalah
disebut bottom-up atau data driven prosessing
proses awal pengamatan, penginterpretasian
(aspek
dan tanggapan individu terhadap tugas dan
stimulus)
conseptually
dan
driven
top-down
prosessing
atau (aspek
pengetahuan seseorang). Persepsi di sisi lain adalah
sebagai
proses
psokologis
kewajiban
yang
harus
dikerjakan
sesuai
dengan tanggung jawabnya.
yang
Menurut Walgito (2004: 86) persepsi
memaknai pengalaman masa lalu/ingatan dan
memuat tiga aspek penggolongan yang besar,
penilaian. Lebih lanjut Robbins (2008: 175)
yaitu:
berpendapat bahwa persepsi adalah proses
a. Aspek Kognisi
yang digunakan individu mengelola dan
Berhubungan
menafsirkan kesan indera individu dalam
Pandangan seseorang terhadap sesuatu
rangka
berdasarkan keinginan dan pengharapan
memberikan
makna
hidup
lingkungannya. Beban kerja merupakan satu kunci dimensi dalam kehidupan organisasi. Dari sudut pandang organisasi, beban kerja merupakan
dengan
pengenalan.
atau berdasarkan pengalaman yang pernah didengar atau dilihat dalam kehidupan sehari-hari. b. Aspek Emosi
produktivitas sedangkan dari sudut pandang
Berhubungan dengan perasaan. Seseorang
individual beban kerja adalah waktu dan
mempersepsikan sesuatu kadang-kadang
energi (Masclach dan Leither, 1997: 38).
dilandasi oleh keadaan emosinya yang
Munandar (2001: 383) menjelaskan bahwa beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu
terbentuk karena adanya pendidikan moral dan etika yang diperoleh.
sedikit adalah pembangkit stres. Salah satu penyebab menurunnya performa dari beban
c. Aspek Konasi
kerja adalah keharusan untuk mengambil dua 158
Berhubungan dengan motif pandangan
keterampilan dan/atau potensi dari tenaga
seseorang
kerja.
terhadap
sesuatu
dalam
hubungan dengan motof atau tujuan timbulnya suatu perilaku yang terjadi di
Metode Penelitian Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah anggota satuan lalu lintas Polrestabes
sekitarnya. Suharnan (2005: 24) menerangkan
Semarang. Dari jumlah keseluruhan 225
bahwa ada tiga aspek dalam persepsi yang
personil
dinggap
terdapat 126 orang yang bertugas di bagian
sangat
relevan
dengan
kognisi
operasional
manusia yaitu: a. Pencatatan
Satlantas
indera,
merupakan
sistem
Polrestabes
(berdasarkan
data
Semarang
Bagian
Administrasi dan Operasional Lalu Lintas
ingatan yang dirancang untuk menyimpan
Polrestabes
sebuah rekaman mengenai informasi yang
berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa
diterima oleh sel-sel reseptor.
yang cenderung mengalami burnout adalah
b. Pengenalan
pola,
transformasi
dan
didukung
petugas di lapangan. Teknik pengambilan
mengorganisasikan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki makna atau arti tertentu. adalah
2012)
proses
merupakan
informasi yang masih kasar sehingga
c. Perhatian,
Semarang,
proses
yaitu cluster random sampling Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
konsentrasi
pikiran atau pemusatan aktivitas mental.
data penelitian berupa pernyataan subjek adalah skala. Skala merupakan suatu prosedur
Lebih lanjut Schultz dan Schultz (2006:
yang menempatkan atribut atau karakteristik
366) menyatakan jenis-jenis beban kerja,
pada titik tertentu sepanjang suatu kontinum.
adalah sebagai berikut:
Skala yang digunakan adalah Skala Burnout
a. Beban
kerja
berlebih/terlalu
sedikit
dan Skala Persepsi terhadap Beban Kerja.
kuantitatif. Beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu
menguji hipotesis adalah teknik Korelasi Product Moment dari Pearson. Korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
tertentu. b. Beban
Teknik statistik yang digunakan untuk
kerja
berlebih/terlalu
sedikit
kualitatif. Terjadi jika seseorang merasa
persepsi terhadap beban kerja dengan burnout. Hasil dan Pembahasan
tidak mampu untuk melakukan suatu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tugas, atau tugas tidak menggunakan
ada hubungan negatif antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout pada Polisi Lalu Lintas terbukti dengan nilai rxy = - 0,372 159
p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti semakin
sendiri, medium dan rangsang proksimal.
positif persepsi terhadap beban kerja maka
Tugas
burnout semakin rendah, demikian pula
memberikan pelayanan dalam bidang lalu
sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung
lintas
pendapat yang diutarakan oleh Mursi (1997:
dianggap sebagai tanggung jawab mulia oleh
84) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
anggota
yang memengaruhi terjadinya burnout adalah
individu yang memiliki penilaian bahwa tugas
persepsi terhadap pekerjaan. Persepsi individu
sebagai Polantas harus terselesaikan dengan
terhadap
maksimal demi tercapainya tujuan yang telah
pekerjaan
terjadinya
burnout.
dapat
menyebabkan
Pekerjaan
sebagai
Polantas
terhadap
yang
masyarakat
Polantas
sendiri.
harus
tidak
Bagi
selalu
sebagian
yang
ditetapkan organisasi akan mempersepsikan
menimbulkan burnout merupakan pekerjaan
beban kerja secara positif pula dan merasa
yang dianggap sebagai beban.
bertanggung jawab atas kesuksesan tugas
Persepsi adalah proses pengorganisasian,
tersebut. Polantas Polrestabes akan tetap
penginterpretasian, terhadap stimulus yang
menunjukkan kegairahan di dalam bekerja,
diterima
individu
tanpa harus mengalami burnout yang dapat
sehingga merupakan suatu yang berarti, dan
merugikan diri sendiri, masyarakat, maupun
merupakan aktivitas yang integrated dalam
organisasi kepolisian.
oleh
organisme
atau
diri individu (Walgito, 2004: 87). Persepsi
Hasil penelitian yang dilakukan (Hariyono,
yang positif terhadap beban kerja akan
dkk, 2009: 191-192) menunjukkan bahwa
menjadikan anggota
Polantas Polrestabes
terdapat hubungan yang signifikan antara
Semarang menyadari bahwa tugas yang
beban kerja dengan kelelahan kerja. Beban
diterima adalah sebuah tanggung jawab yang
kerja
harus terselesaikan dengan maksimal. Persepsi
aktivitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan
positif terhadap beban kerja akan dapat
dan kapasitas kerja yang bersangkutan tanpa
menjadikan anggota
Polantas Polrestabes
menunjukkan tanda kelelahan. Beban kerja erat
Semarang mampu mengelola penilaian yang
kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan
menganggap pekerjaan adalah sesuatu yang
pula dengan performanya. Apabila beban kerja
melelahkan, sehingga dapat terhindar dari
berlebih akan berpengaruh dengan kinerjanya,
burnout.
dimana hal ini berkaitan dengan tingkat
Scheerer (dalam Sarwono, 2004: 88) menyatakan
bahwa
persepsi
adalah
kelelahan
lama
karyawan.
seseorang
Beban
melakukan
kerja
yang
adalah
diterima individu akan berpengaruh terhadap
representasi fenomenal tentang objek distal
terjadinya burnout tergantung pada persepsi
sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu
masing-masing
individu.
Persepsi
positif
160
terhadap
beban
kerja
akan
menjadikan
burnout,
seperti
faktor
dukungan
sosial,
individu menerima dengan sepenuh hati setiap
kurangnya orientasi kerja, kurangnya prosedur
pekerjaan yang diterima tanpa harus merasa
dan
tertekan dan mengalami burnout.
kurangnya otonomi dalam bekerja, tuntutan
Simpulan
pekerjaan, kecerdasan, keterampilan, keahlian,
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
aturan-aturan,
gaya
kepemimpinan,
kepandaian, dan usia.
simpulan ada hubungan negatif antara persepsi
Daftar Pustaka
terhadap beban kerja dengan burnout pada
Andarika, R. 2004. Burnout pada Perawat RS. St. Elisabeth Semarang ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga. Jurnal Psyche. Vol 1. No. 1 Juli (1-6).
Polisi Lalu Lintas. Semakin positif persepsi terhadap beban kerja maka burnout semakin rendah, demikian pula sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Saran 1. Bagi
anggota
Polantas
Polrestabes
Semarang Anggota Polantas Polrestabes Semarang agar
dapat
semakin
mempertahankan
pemahaman dan penerimaan terhadap tugas sebagai seorang anggota Polri yang harus senantiasa
siap
ketika
ada
tugas
yang
memanggil, sehingga dapat terhindar dari burnout. Persepsi positif terhadap beban kerja
Farhati, F & Rosyid, H.F. 1996. Karakteristik Pekerjaan Dukungan Sosial dan Tingkat Burnout pada Non Human Service Cooporation. Jurnal Psikologi. No. 1. Hal. 18-29. Bandung: Fakultas Universitas Padjadjaran. Gunarsa, D. S. 2009. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Dari Anak Sampai Lanjut Usia. Cet. 3. Jakarta: Gunung Mulia. Hariyono, W., Suryani, D., Wulandari, Y. 2009. Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. KES MAS Vol. 3, No. 3, September 2009 : 162-232. Yogyakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.
pada anggota Polantas Polrestabes Semarang akan dapat menumbuhkan penerimaan dan kesediaan untuk memberikan segenap tenaga dan pikiran demi terselesaikannya tugas yang diemban tanpa mengalami burnout yang dapat mencoreng nama baik organisasi kepolisian. 2. Bagi peneliti lain Peneliti melanjutkan melihat
lain
yang
penelitian
faktor
lain
tertarik diharapkan
yang
untuk
Ivancevich, J. M., Konopaske, R., dan Matteson, M. T. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Alih Bahasa: Gina Gania. Surabaya: Erlangga. Jaya, E. D. G., dan Rahmat, I. 2005. Burnout ditinjau dari Locus of Control Internal dan Eksternal. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol. 38. No. 3. Hal. 213-218. Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
dapat
memengaruhi 161
Jones dan Bartlett. 1994. Manajemen Stres. Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC. Maslach dan Leiter. 1997. The Truth About Burnout; How OrganizationCause Personal Stress and What to Do About It. Jossey-Bass: San Francisco. Munandar, A.S. 2001 Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Mursi, A. H. 1997. SDM yang Produktif. Jakarta: Gema Insani Press. Pangkalan, I. 2008. Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Robbins, S. P. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi ke-10. PT. Indeks: Jakarta. Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Edisi Satu. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Schultz, D. P dan Schultz, S. E. 2006. Pychology In Work Today; Introduction and Organisation Psychology (6 th e. d). New York. Macmillan Publishing Company. Sihotang, I. N. Burnout pada Karyawan Ditinjau dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Jurnal Pshyche. Vol. 1, No. 1. Hal 9-17. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma. Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif. Penerbit Srikandi: Surabaya. Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
162