J.N.B. TAIRAS TOKOH KATALOGISASI DAN KLASIFIKASI INDONESIA: KAJIAN SINGKAT DARI SISI KEPUSTAKAWANANNYA JONNER HASUGIAN Staf Pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra USU 1. Pendahuluan Semua pustakawan yang pernah bekerja pada bagian atau unit pengatalogan dan klasifikasi (pengolahan bahan pustaka), pasti pernah membaca nama J.N.B. Tairas, karena nama itu selalu tertera pada peralatan pengatalogan (cataloguing tolls) seperti halnya Peraturan Katalogisasi Indonsia, Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan dan Klasifikasi Bahan Pustaka Tentang Indonesia Menurut DDC. Tulisan ini mencoba mengkaji dan mengungkap biografi ringkas J.N.B. Tairas khusus dari sisi kepustakawanannya. Peran dan pengabdian beliau untuk bidang perpustakaan, teristimewa untuk hal pengatalogan dan klasifikasi tidak diragukan lagi. Selain memiliki segudang pengalaman secara nasional dan internasional untuk bidangnya, J.N.B. Tairas adalah pustakawan pertama yang pernah menjadi wakil Negara Indonesia dan sekaligus sebagai pemakalah pada International Conference on Cataloguing Principles (ICCP) di Paris pada bulan Oktober 1961, yang sangat terkenal dengan sebutan Paris Principles. Konferensi ini dipandang sebagai tonggak bersejarah dalam evolusi peraturan pengatalogan di bidang perpustakaan. Pada konferensi itu, J.N.B. Tairas membawakan dan menyajikan makalah dengan judul “Cataloguing of Indonesian Names”. Tulisan ini merupakan hasil wawancara langsung yang dilakukan penulis kepada beliau, dan data yang ada selanjutnya dibandingkan dengan data yang tertera pada buku Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia (1973- 1978), karya bersama Basyral Hamidy Harahap dengan J.N.B. Tairas. 2. Putra Seorang Guru dari Minahasa J.N.B. Tairas dilahirkan pada tanggal 19 Januari 1929 di sebuah desa yang saat ini menjadi kota, yaitu Kotamobagu di Sulawesi Utara. J.N.B. Tairas putra Minahasa ini dilahirkan, diasuh dan dibesarkan di tengah- tengah keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang guru sekolah rakyat, dan sekaligus menjadi guru zending, yang mendidiknya dengan disipilin yang ketat. Nama lengkap yang sekaligus nama Babtisnya adalah Jan Ngion Benyamin Tairas, disingkat J.N.B. Tairas. Namanya mempunyai arti tersendiri, Jan adalah singkatan yang sekaligus menunjukkan beliau lahir pada bulan Januari. Ngion adalah nama keluarga atau marga dari ibu yang diberikan kepadanya, sedangkan Benyamin adalah nama panggilan, yang sejak dari masa kecil sampai pemuda selalu dipanggil dengan singkatan “ Ben”, dan Tairas adalah nama keluarga atau marga dari ayahnya. Pustakawan senior yang semenjak tahun 1952 sampai sekarang terus mengabdikan hidupnya dalam dunia perpustakaan ini, menikah dengan Els Singal pada tahun 1961 di Jakarta. Mereka dikaruniai 3 orang anak, 1 laki-laki dan dua wanita, serta 2 orang cucu. Sebagai seorang yang taat beragama dan bermasyarakat, saat ini di masa tuanya beliau aktif pada berbagai pelayanan kegamaan dan kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya. Beliau tinggal di kompleks Bukit Pamulang Indah Blok A4, Nomor 3 Pamulang Jakarta Selatan, Telepon (021) 7404395
3. Semula Ingin Menjadi Ekonom Sistem dan jenjang pendidikan yang dialaminya sampai ke pendidikan menengah, masih mengikuti sistem dan jenjang pendidikan ala Belanda. J.N.B. Tairas ©2003 Digitized by USU digital library
1
menyelesaikan pendidikan pada jenjang MULO B tahun 1948 di Tomohon Sulawesi Utara. Kemudian pada tahun 1949 - 1950 melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu AMS B, akan tetapi kemudian AMS dilebur menjadi SMA, dan beliau akhirnya tamat dari SMA Negeri bagian B di Tomohon, Sulawesi Utara tahun 1952. Pada tahun yang sama (1952), beliau berangkat ke Makasar dengan tujuan ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bidang ilmu yang akan ditekuni ialah ekonomi, ini sesuai dengan cita- citanya yang sejak tamat dari SMA ingin menjadi ahli ekonomi. Untuk itu ia mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta, tepatnya pada Fakultas Ekonomi, Universitas Saweri Gading Makasar. Akan tetapi karena biaya yang diperoleh dari orang tua tidak mencukupi untuk biaya studi dan hidup di Makasar, akhirnya pada tahun yang sama, beliau melamar pekerjaan dan diterima bekerja di Perpustakaan Rakyat Makasar, Jawatan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Tahun 1952 inilah titik awal J.N.B. Tairas menggeluti profesi pustakawan, yang sampai sekarang tetap ditekuninya. J.N.B. Tairas pustakawan muda di Perpustakaan Rakyat Makasar akhirnya harus membagi waktunya agar tetap dapat mengikuti perkuliahan, dan bekerja di perpustakaan. Pagi sampai siang hari, beliau bekerja di perpustakaan dan sore hari mengikuti perkuliahan. Pada tahun 1954 beliau mendapat tugas untuk mengikuti Pendidikan Khusus Pegawai Perpustakaan di Jakarta. Karena pada tahun itu, beliau sudah akan menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar sarjana muda di bidang ekonomi (sedang menyusun karya tulis dan menunggu ujian), maka beliau mencoba untuk menghindar dengan berbagai alasan, bahkan meminta cuti agar tidak dikirim ke Jakarta untuk mengikuti pendid ikan dimaksud. Akan tetapi karena ancaman diberhentikan dari pegawai perpustakaan, maka akhirnya beliau memutuskan untuk memenuhi panggilan belajar itu, dan berangkat ke Jakarta pada tahun itu juga. Dengan kepergiannya mengikuti pendidikan ke Jakarta itu, akhirnya gagallah beliau memperoleh gelar sarjana muda di bidang ekonomi, yang sudah diambang mata itu. Pendidikan khusus pegawai perpustakaan yang akan diikutinya itu bernama Kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan (KPAP), yang diselenggarakan oleh Biro Perp ustakaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, bertempat di Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta. Lama pendidikan adalah 2 tahun, dan beliau tamat pada tahun 1956. Setelah tamat, semestinya beliau harus pulang untuk selanjutnya bertugas kembali di Perpustakaan Rakyat Makasar, akan tetapi Biro Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan meminta agar beliau tetap tinggal di Jakarta. Akhirnya Biro Perpustakaan menempatkannya bekerja di Perpustakaan Rakyat Pusat di Jalam Salemba dekat kampus Universitas Indonesia. Tahun 1958 beliau mendapat kesempatan untuk belajar pada Librabry School, National Library Service, Wellington, di New Zealand atau Selandia Baru. Beliau tinggal di sana selama 2 tahun (1958- 1960). Bentuk pendidikan yang diikuti adalah pendidikan profesional di bidang perpustakaan. Untuk dapat mengikuti pendidikan tersebut, sebenarnya diperlukan syarat akademis yaitu sarjana pada bidang lain, atau sarjana muda (BA) pada bidang perpustakaan. Sekalipun beliau tidak memiliki syarat itu, namun tetap diperkenankan bisa mengikuti pendidikan dimaksud karena pertimbangan hasil testing yang diperolehnya adalah baik, dan memperhatikan prestasi belajar yang diperolehnya sebelumnya sewaktu belajar di KPAP. Beliau harus mengikuti kursus awal terlebih dahulu, sebelum mengikuti pendidikan dimaksud, yang pelaksanaannya langsung dilakukan Library School itu sendiri. Kursus awal itu juga dimaksudkan untuk melatih kemampuan dan penguasaan bahasa Inggris. Lama pendidikan formalnya adalah 10 bulan, sedangkan waktu lainnya, selain digunakan untuk kursus awal, juga untuk mengikuti praktek lapangan di berbagai perpustakaan di Selandia Baru. ©2003 Digitized by USU digital library
2
Untuk mengakhiri studi di sekolah tersebut, setiap mahasiswa diharuskan untuk menyusun sebuah skripsi atau karya tulis ilmiah. J.N.B. Tairas dalam mengakhiri studinya menulis skripsi dengan judul “Toward a National Library for Indonesia”. 4. Pemikiran Perlunya Perpustakaan Nasional di Indonesia. Setelah mengikuti praktek lapangan di National Library Service, Wellington New Zealand dan beberapa perpustakaan lainnya di Selandia Baru, muncul pemikiran dalam dirinya agar Indonesia dapat memiliki suatu perpustakaan Nasional. Ide itu pulalah yang melatarbelakangi dan mendorong beliau untuk memilih judul skripsinya “Toward a National Library for Indonesia” pada tahun 1960. Skripsi itu akhirnya terpilih sebagai salah satu tulisan yang di muat pada majalah yang diterbitkan oleh National Library Servicel. Karya ilmiah itu merupakan salah satu tulisan yang berupa pemikiran awal dan ide, mengenai pentinggnya Perpustakaan Nasional di Indonesia. 5. Mengabdi Sebagai Tenaga Pendidik dan “Korban Gelar” Karena mendapat prestasi yang baik selama mengikuti pendidikan di Kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan (KPAP), dimana beliau lulus dengan prestasi terbaik pada angkatannya, maka pada tahun 1957 kepala KPAP meminta beliau melalui Biro Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan agar dipindahkan dari Perpustakaan Rakyat Pusat menjadi tenaga pengajar tetap (dosen) di KPAP. Permintaan itu akhirnya dipenuhi, maka semenjak tahun 1957, J.N.B. Tairas menjadi tenaga pengajar tetap di KPAP. Pada tahun 1959 nama KPAP diganti menjadi Sekolah Perpustakaan dengan lama pendidikan menjadi 3 tahun, kemudian pada tahun 1961 KPAP dialihkan menjadi Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeristas Indonesia (FKIP UI). Sekalipun J.N.B. Tairas tidak sempat ikut mengajar di Sekolah Perpustakaan tersebut karena sedang belajar di Selandia Baru, namun beliau tetap terdaftar sebagai tenaga dosen. Kemudian pada tahun 1962, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beralih status menjadi Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta (IKIP Jakarta) dan terpisah dari Universitas Indonesia. Sedangkan Jurusan Ilmu Perpustakaan tidak ikut dilebur ke IKIP Jakarta, akan tetapi tetap dipertahankan berada di lingkungan Universitas Indonesia. Jurusan Ilmu Perpustakaan pada saat itu ditempatkan pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, hingga sekarang jurusan tersebut tetap pada Fakultas Sastra UI. Berkenan dengan peralihan itu, J.N.B. Tairas pun menjadi dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Univeristas Indonesia mulai tahun 1962 itu juga. Beliau aktif mengajar di jurusan tersebut sampai tahun 1970. Akan tetapi karena sesuatu hal yang kurang berkenan dihati, sehubungan dengan tugas rangkap beliau sebagai Chief Cataloger pada The Library of Congress Acquisition Office Jakarta, sehingga muncul konflik yang mengarah kepada fitnah, dengan tuduhan tidak layak menjadi sebagai seorang dosen karena tidak memiliki gelar sarjana, sehingga Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra UI pada saat itu tidak memberi hak mengajar kepada beliau, dan ini yang membuat beliau berhenti atas permintaan sendiri sebagai dosen dari Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Univeristas Indonesia. Beliau menyebut hal ini, korban gelar.
6. Menguji Sarjana, Sekalipun Belum Sarjana Pengalamannya yang menarik selama mengajar di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia ialah ketika terbit Surat Keputusan dari Dekan Fakultas Sastra yang mengangkat beliau sebagai anggota penguji ujian sarjana pada tahun 1966. Pada waktu itu calon sarjana yang akan diuji ialah SoekarmanKartosedono, Payungan Dalimunte, Budi S. Maswan dan Djumena Martanegara. Akan ©2003 Digitized by USU digital library
3
tetapi karena J.N.B. Tairas bukanlah seorang sarjana maka muncullah pro dan kontra diantara sesama dosen atas surat keputusan itu, termasuk beliau sendiri yang ingin mempertanyakan keabsahan surat keputusan itu. Maka sebelum ujian itu berlangsung, J.N.B. Tairas membuat surat kepada Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia untuk mempertanyakan hal itu dan menyatakan bahwa dirinya bukanlah orang yang layak untuk duduk sebagai tim penguji pada ujian sarjana itu, karena merasa dirinya belum memperoleh gelar kesarjanaan. Surat itu disampaikan kepada Dekan Fakultas Sastra UI melalui ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. Akan tetapi ketika surat itu sampai dan dibaca oleh Dekan, maka Dekan mengatakan secara langsung kepada ketua jurusan: “dimata saya, saudara Tairas telah melebihi pendidikan sarjana”. Dengan demikian jadilah J.N.B. Tairas sebagai anggota tim penguji untuk menguji Soekarman dan kawan- kawannya, sehingga lulus menjadi Sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dari Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1966, yang merupakan lulusan sarjana angkatan pertama sejak jurusan tersebut dibuka. Pada tahun 1975 sampai sekarang, J.N.B. Tairas mengajar di Lembaga Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi di Jakarta, yang hingga tahun 1997, telah menghasilkan 62 angkatan. Selain mengajar di lembaga pendidikan formal, beliau juga sering menjadi tenaga pengajar pada berbagai penataran dan diklat antara lain pada Departemen Penerangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Departemen Keuangan, Departemen Kehakiman, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Pemda DKI Jakarta, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Ikatan Pustakawan Indonesia, BPK. Gunung Mulia, Perpustakaan Nasional Indonesia di Jakarta, maupun di berbagai daerah lainnya. 7. Pustakawan Praktisi dengan Keuletan yang Tinggi Sekalipun J.N.B. Tairas memiliki pengalaman bekerja yang cukup lama pada dunia pendidikan, namun kegiatannya di luar mengajar tersebut, tidak pernah terputus dari dunia kepustakawanan sampai saat ini. J.N.B. Tairas mulai menekuni dunia perpustakaan adalah tahun 1952- 1954, dengan bekerja sebagai pegawai di Perpustakaan Rakyat Makasar, dan tahun 1956- 1957 bekerja di Perpustakaan Rakyat Pusat di Jakarta. Selain bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan rakyat, J.N.B. Tairas pernah bekerja sebagai pustakawan pada The Library of Congress Acquisition Office Jakarta, tahun 1964-1975 dengan jabatan sebagai Chief Cataloger, dan editor dari Library of Congress Accession List, yang salah satu tugas utamanya adalah membuat bibliografi dari bahan pustaka terbitan Indonesia yang dikumpulkan atau dibeli oleh The Library of Congress Acquisition Office Jakarta, yang selanjutnya dikirim ke Amerika, lengkap dengan anotasinya dalam bahasa Inggris. Selain itu, beliau pernah bekerja sebagai pustakawan di Perpustakaan Lemhanas selama 2 tahun, yaitu tahun 19651967. Kemudian, sejak tahun 1976- 1980, bekerja sebagai pustakawan freelance di berbagai perpustakawan swasta maupun instansi pemerintah. Pada tahun 1981, bekerja sebagai Administrator Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia.Beliau pensiun dari BPK Gunung Mulia pada tahun 1987, karena sesuai ketentuan dan peraturan yayasan bahwa usia maksimum karyawan adalah 56 tahun, dan mendapat tunjangan pensiun penuh yang diterimanya sekaligus. Dari tahun 1991 sampai sekarang, J.N.B. Tairas bekerja sebagai konsultan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan ada kalanya dilibatkan untuk menangani berbagai proyek- proyek tertentu di perpustakaan tersebut. 8. Pengalaman Internasional di Bidang Kepustakawanan Selain pernah memperdalam ilmu perpustakaan pada Library School, National Library Service, Wellington, New Zealand tahun 1958- 1960, J.N.B. Tairas pernah ©2003 Digitized by USU digital library
4
menjadi wakil Negara Indonesia dan sekaligus sebagai pemakalah pada International Conference on Cataloguing Principles (ICCP) di Paris pada bulan Oktober 1961, yang sangat terkenal dengan sebutan Paris Principles. Konferensi ini dipandang sebagai tonggak bersejarah dalam evolusi peraturan pengatalogan di bidang perpustakaan. Keberangkatan J.N.B. Tairas mengikuti konferensi tersebut bermula dari undangan International Federation of Library Association (IFLA) yang ditujukan kepada Asosiasi Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Indonesia (APADI) agar dapat mengirimkan wakilnya pada konferensi itu, dimana wakil yang diminta diharapakan dapat sebagai pembicara, lengkap dengan makalahnya. Rapat pengurus APADI pada waktu itu memutuskan bahwa orang yang paling tepat sebagai wakil Negara Indonesia pada konferensi itu ialah J.N.B. Tairas. Konferensi itu dihadiri lebih 50 negara dan 12 organisasi perpustakaan internasional. Pada konferensi itu, J.N.B. Tairas membawakan dan menyajikan makalah dengan judul “Cataloguing of Indonesian Names”. Banyak ide dan pemikiran beliau yang tertuang dalam makalah itu diadopsi dalam berbagai peraturan katalogisasi internasional. Salah satu ide dan pemikiran beliau akhirnya tertuang pada salah satu butir dari 12 fasal “Statement of Principles ICCP”, dalam fasal 8.2 yaitu mengenai tajuk seragam pengarang. Dalam fasal itu dinyatakan, untuk mengatalog nama pengarang, sedapat mungkin dipedomani ketentuan yang dibuat oleh negara yang bersangkutan, karena hal itu menyangkut abjad, bahasa, ejaan, dan kebiasaan- kebiasaan yang berlaku di suatu negara. Oleh karena itu diminta supaya masing- masing negara membuat daftar tajuk nama -nama pengarang. Dengan mengacu kepada Statement of Principles ICCP itu, pada tahun 1972 dalam rangka peringatan tahun buku Internasional, J.N.B. Tairas mencoba menyusun Daftar Tajuk Nama - Nama Pengarang Indonesia,)1 yang diterbitkan pada tahun 1973. Bahan- bahan yang diperlukan untuk penyusunan daftar tajuk ini, pertama dari hasil pengalaman beliau mengatalog buku- buku Indonesia di Library of Congress, Jakarta Office sejak tahun 1964. Kedua, berdasarkan penelitian dari buku- buku tentang kesusastraan Indonesia dan majalah-majalah sastra baik yang lama dan yang baru, serta dari berita- berita biografis dan surat kabar. Terakhir bahan- bahan diperoleh juga dari hasil kuesioner yang dikirimkan kepada pengarang- pengarang buku. J.N.B. Tairas menyatakan bahwa daftar tajuk nama - nama pengarang ini sangat baik digunakan untuk mengetahui pengarang yang dalam karyanya sering memakai nama samaran, misalnya Rosihan Anwar pada zaman orde lama pernah menulis di bawah nama samaran Pranoto. Prof. Prijono (almaruhum), bila menulis buku- buku cerita bahasa Jawa selalu menggunakan nama Pryana Windu Winata, dan banyak pengarang lain yang melakukan hal yang sama. Selain itu, banyak pengarang Indonesia yang menyatakan nama mereka dalam beberapa bentuk, pada karya yang satu berbeda dengan karya yang lain, ada yang menggunakan nama kependekan, bahkan ada yang hanya memakai nama tengah sedangkan nama depan dan belakang dihilangkan misalnya, Siti Aminah Hartini disingkat menjadi S. Aminah. H. Pembuatan tajuk nama pengarang atas nama singkatan tersebut dapat menimbulkan berbagai bentuk, jika kataloger tidak mengetahui dengan jelas nama lengkapnya. Perubahan ejaan juga menjadi hal yang merepotkan kataloger dalam penentuan tajuk nama pengarang. Dengan menyusun daftar tajuk nama pengarang ini, diharapkan kataloger akan terbantu bila mengalami kesulitan dalam penentuan tajuk nama pengarang. Dikemudian hari, daftar tajuk nama pengarang yang disusun oleh J.N.B. Tairas ini diperbaharui oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada bulan Januari tahun 1971, The Library of Congress menugaskan J.N.B. Tairas untuk menghadiri Library Seminar, 28 th International Congress of Orientalist di 1
J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar Daftar Tajuk tersebut kepada penulis
©2003 Digitized by USU digital library
5
Canberra, pada kongres tersebut Beliau membawakan dan mempresentasikan makalah dengan judul “Some Aspects of Descriptive Cataloguing Standardization in Indonesia ” Kemudian pada tahun 1977 diundang oleh UNESCO untuk membawakan dan menyajikan makalah pada Congress on National Bibliography di Paris. Pada kongres tersebut J.N.B. Tairas membawakan makalah dengan judul “Indonesian National Bibliography”. 9. Pakar Katalogisasi dan Klasifikasi Indonesia. Kemauan yang luar biasa dari J.N.B. Tairas untuk mendalami Katalogisasi dan Klasifikasi sebenarnya sudah nampak sejak bekerja di Perpustakaan Rakyat di Makasar, ketika itu beliau mendalami Universal Decimal Classification, karena sistem itu digunakan untuk mengklasifikasi bahan pustaka di perpustakaan tersebut. Beliau sangat menyukai mata pelajaran katalogisasi dan klasifikasi selama belajar pada KPAP dan di Library School di Selandia Baru. Selain mengajarkan kedua hal tersebut secara teori dan praktek, beliaupun sangat menguasai dan memperoleh pengalaman yang sangat luas pada bidang itu secara praktis, terutama saat menjabat sebagai Chief Cataloger pada The Library of Congress Acquisition Office Jakarta, dan juga sewaktu bekerja di perpustakaan Lemhanas. Untuk bidang katalogiasasi, sebenarnya J.N.B. Tairas telah pernah menyusun Daftar Tajuk Subjek bersama - sama dengan Royani pada tahun 1960, sekalipun daftar itu tidak sempat diterbitkan. Setelah kembali dari Paris tahun 1961, keinginan beliau untuk mendalami katalogisasi dan klasifikasi semakin kuat. Pada Kongres Pustakawan Seluruh Indonesia yang berlangsung di Ciawi Bogor tanggal 5- 7 Juli tahun 1973, J.N.B. Tairas membawakan dan menyajikan makalah dengan judul “Tinjauan Katalogisasi dan Klasifikasi Dewasa ini di Indonesia”. Dalam makalah ini beliau menyatakan bahwa walaupun pendidikan perpustakaan di Indonesia sudah berusia 20 tahun, namun masih sangat sedikit yang dicapai dalam bidang katalogisasi dan klasifikasi. Menurut beliau, keadaan itu erat kaitannya dengan besarnya perhatian pustakawan Indonesia pada pembentukan sistem-sistem perpustakaan, sehingga katalogisasi dan klasifikasi yang dipandang sebagai masalah yang sekunder menjadi terabaikan. Padahal masalah katalogisasi dan klasifikasi tidak kurang pentingnya jika kita menghendaki suatu sistem pelayanan perpustakaan yang dapat diandalkan. Sebab, katalog dalam perpustakaan merupakan kunci koleksi, sebagai alat yang terpenting dalam pelayanan pepustakaan. Klasifikasi mutlak perlu untuk mengatur koleksi perpustakaan seefisien mungkin agar mudah digunakan Pada tahun yang sama (1973), J.N.B. Tairas menghasilkan suatu karya bibliogarfi dengan judul “Daftar Karya Bibliografi Indonesia”,)2 yang diterbitkan oleh Lembaga Perpustakaan Departemen P dan K. Bibliografi ini memuat 369 cantuman ditambah dengan indeks. Bibliogarafi ini dicetak dalam bentuk buku ukuran folio, teridiri dari 71 halaman. Pada tahun 1976, beliau bersama tim dari Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan atau mengeluarkan Peraturan Katalogisasi Nama - nama Indonesia. Menurut beliau, peraturan ini baru merupakan satu aspek dari peraturan katalogisasi keseluruhan. Kemudian pada tahun 1977, J.N.B. Tairas menerjemahkan International Standard Bibliographic Description for Monographic Publication atau yang lebih dikenal dengan singkatan ISBD(M), ke dalam bahasa Indonesia, dan setahun kemudian tepatnya pada tahun 1978, Beliau berhasil menyusun buku dengan judul “Peraturan Mengkatalog Terbitan Berseri : peraturan menentukan tajuk entri utama untuk majalah, surat kabar [termasuk terjemahan ISBD (S)]”, yang diterbitkan oleh Lembaga Perpustakaan Dokmentasi dan Informasi Jakarta. Upaya yang dilakukan ini, menjadi titik awal untuk menyingkap salah satu aspek yang paling penting dalam sejarah pengatalogan bahan pustaka di Indonesia.. 2
J.N.B. Tairas memberi 1(satu) eksemplar bibliografi tersebut kepada penulis
©2003 Digitized by USU digital library
6
Pada tahun 1980, J.N.B. Tairas dan Soekarman, melalui Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Peraturan Katalogisasi Indonesia, yang berisi peraturan tentang Deskripsi Bibliografis (ISBD), dan Penentuan Tajuk Untuk Entri dan Judul Seragam, kemudian pada tahun 1982 buku ini dicetak ulang.)3. Peraturan katalogisasi Indonesia ini, sangat luas digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan di Indonesia. Boleh dikatakan hampir seluruh perpustakaan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan peraturan katalogisasi tersebut dalam kegiatan pengatalogannya. Pada tahun 1981, J.N.B. Tairas bersama tim Proyek Pengembangan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan Daftar Tajuk Seragam Untuk Nama -nama Geografi dan Badan Korporasi Indonesia : pedoman untuk katalogisasi.)4 Tahun 1985, J.N.B. Tairas bersama Soekarman melalui Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen P dan K menerbitkan “Pedoman Tajuk Subjek Untuk Perpustakaan”. Pedoman ini banyak digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan, baik yang berada di lingkungan Departemen P dan K, maupun perpustakaan lainnya di luar departeme n tersebut. Pada tahun 1990, J.N.B. Tairas dan Soekarman melalui penerbit BPK. Gunung Mulia menerbitkan “Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, edisi Ringkas”. Penerbitan ini didasari oleh banyaknya permintaan terutama dari perpustakaan- perpustakaan kecil, baik yang berada pada instansi swasta maupun yang berada pada instansi pemerintah. Masukan ini diperoleh, ketika beliau melakukan penataran dan penyuluhan perpustakaan dalam rangka pengaswasan pendistribusian buku- buku terbitan BPK. Gunung Mulia ke berbagai Ibu Kota Propinsi di Indonesia. Dalam kenyataannya, Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan edisi Ringkas ini sangat laku, sehinga telah mengalami cetak ulang sampai beberapa kali, dan saat ini beliau sedang mempersiapkan edisi revisi. Setelah menjadi konsultan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sejak tahun 1991, maka tahun 1992, J.N.B. Tairas ditunjuk sebagai Koordinator Tim untuk menerbitkan “Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan edisi ke 4”, melalui Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan pada Perpustakaan Nasional Indonesia Daftar ini merupakan edisi revisi dari daftar tajuk subyek yang sudah ada sebelumnya. Banyak perpustakaan yang menggunakannya, sehingga daftar tajuk ini kembali dicetak ulang pada tahun 1994. Pada Kongres Ketujuh Ikatan Pustakawan Indonesia yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 20- 23 Nopember 1995, kembali J.N.B. Tairas membawakan dan menyajikan makalah dengan judul “ Simplikasi Katalog Perpustakaan Suatu Trend Katalogisasi Masa Kini”. Melalui makalah ini, beliau membahas tentang, Levels of detail in the description, mengatalog tanpa entri utama atau entri selalu di bawah judul (Title Unit Entry) dan perbedaan penerapan ACCR2 untuk kedua hal di atas di berbagai perpustakaan. Beliau mengemukakan dalam makalahnya, bahwa sering terjadi perbedaan dalam penentuan entri utama oleh dua Perpustakaan Nasional, seperti Library of Congress dan British Library yang notabene adalah pencipta bersama AACR2. Ini menunjukkan bahwa perbedaan penafsiran akan peraturan pengatalogan itu sangat terbuka, untuk itu diperlukan pembahasan bersama dalam forum resmi untuk memperoleh keseragaman. Selain dalam bidang katalogisasi, J.N.B. Tairas juga menekuni dan mendalami bidang klasifikasi. Memang kedua bidang itu selalu menyatu dalam kegiatan pengatalogan, sekalipun aspek pembahasannya berbeda. Pada tahun 1978, J.N.B. Tairas dengan suatu tim dalam Badan Pembinaan Hukum Nasional menerbitka suatu pedoman klasifikasi yang diberi judul “Universal Decimal Classification” (UDC) Pedoman Pemakian”.)5 Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi para petugas 3
J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar Peraturan Katalogisasi tersebut kepada penulis J.N.B. Tairas juga memberi 1 (satu) eksemplar Dafrar Tajuk Seragam tersebut kepada penulis 5 J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar buku tersebut kepada penulis 4
©2003 Digitized by USU digital library
7
Dokumentasi atau Perpustakaan Hukum dalam melaksanakan pekerjaannya, terutama dengan hal yang berkaitan dengan sistem penemuan kembali peraturan perundangundangan. Pada tahun 1980, J.N.B. Tairas berhasil menerjemahkan Universal Decimal Classification (UDC ) dalam edisi singkat. Terjemahan itu diterbitkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) pada tahun yang sama (1980), yang diberi judul : “Klasifiaksi Desimal Universal”, edisi singkat )6 . Terjemahan ini memuat petunjuk atau pendoman penggunaan dan Struktur UDC yang terdiri dari: Tabel Angka - Angka Utama, Simbol dan Angka Pembantu, Pembalikan Bagian- Bagian Komponen Angka-Angka UDC, Pengelompokan Khusus, Penggunaan Titik Empat, Peraturan Penyusunan Angkaangka UDC. Terjemahan ini juga memuat Indeks UDC, Revisi dan Prosedur Perubahan, serta lampiran tentang Angka Pembantu Geografis untuk Indonesia. Terjemahan ini dicetak dalam bentuk buku berukuran folio, terdiri dari 320 halaman. Tahun 1977, Beliau menyusun sebuah buku pedoman yang diberi judul “Pedoman Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan Umum dan Sekolah”, yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sampai saat ini buku pedoman ini masih banyak dipergunakan oleh berbagai perpustakaan sekolah dalam kegiatan pengatalogannya. Pada tahun 1978, bersama Towa P. Hamakonda, J.N.B. Tairas mengarang buku degan judul “Pengantar Klasifiaksi Persepuluhan Dewey”, edisi pertama, yang terbit tahun 1978. Kemudian pada tahun 1982 dilakukan revisi tehadap buku tersebut, tetapi tetap dengan judul “Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey”, edisi kedua)7, yang diterbitkan oleh penerbit BPK. Gunung Mulia tahun 1983. Buku ini banyak dipergunakan oleh para mahasiswa perpustakaan sebagai bacaan teks, dan banyak juga digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan sebagai penuntun dalam melakukan kegiatan klasifikasi. Sebelum almaruhum Towa P. Hamakonda, meninggal, ada pesan melalui keluarga agar J.N.B. Tairas meneruskan revisi dari buku tersebut. Pada tahun 1997 telah terbit kembali dalam edisi ke lima. Pada tahun 1993, J.N.B. Tairas bersama Soekarman, melalui Ikatan Pustakawan Indonesia menerbitkan “Klasifikasi Bahan Pustaka Tentang Indonesia Menurut DDC”.)8. Kemudian buku ini diterbitkan kembali dengan revisi pada tahun 1996. Pada tahun 1997, kembali J.N.B. Tairas diberi kepercayaan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman R.I. sebagai ketua untuk memimpin suatu tim yang diberi nama Panitia Pengembangan Sistim Klasifikasi Bahan Hukum. Hasil kerja tim ini menghasilkan suatu karya yang diberi judul “Pengembangan Sistem Klasifikasi Bahan Hukum Menurut UDC”.)9 10. Aktivis dan Organisator Pustakawan yang Handal J.N.B. Tairas adalah sosok pustakawan yang tak pernah lupa akan organisasi profesinya, bahkan beliau adalah tokoh dan pelaku dalam perjalanan sejarah organisasi itu. Sejak tahun 1953, beliau telah aktif sebagai anggota Asosiasi Pustakawan Indonesia (API) di Makasar. Pada tahun 1954, J.N.B. Tairas telah tampil sebagai ketua Ikatan Siswa Pendidikan Ahli Perpustakaan (ISPAP) di Jakarta. Dengan jabatan sebagai ketua ISPAP itu, sekaligus menjadikannya menjadi utusan untuk mengikuti Kongres Perhimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) yang pertama di Jakarta pada tanggal 5- 7 April 1956, bertempat di Gedung Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, Jl. Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat. Sidang pleno kongres itu dihadiri 60 orang peserta, diantaranya 27 orang pengurus pusat, cabang dan para koresponden dari berbagai daerah. Kehadiran J.N.B. Tairas sebagai ketua ISPAP pada waktu itu, sama dengan utusan cabang lainnya. Salah satu hasil dari Kongres ini ialah merubah 6
J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar terjemahan tersebut kepada penulis J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar buku tersebut kepada penulis. 8 J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar buku tersebut kepada penulis. 9 J.N.B. Tairas memberi 1 (satu) eksemplar buku tersebut kepada penulis. 7
©2003 Digitized by USU digital library
8
nama PAPSI menjadi Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (PAPADI). Pada Kongres PAPADI ke 2 (dua) yang berlangsung di Jakarta tangal 19- 22 Oktober 1957, J.N.B. Tairas terpilih sebagai sekretaris II pengurus pusat PAPADI yang dipimpin oleh ketuanya, Nn. Soemarni Kartadiredja. Kemudian melalui Kongres Darurat PAPADI pada tanggal 15 Juli 1962, nama organisasi itu dirubah menjadi Asosiasi Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Indonesia (APADI), yang diketuai oleh Rustam Sutan Palindih, dan J.N.B. Tairas tetap duduk dalam kepengurusan pusat sebagai wakil ketua, yang tetap aktif mengikuti dan menggerakkan roda kegiatan organisasi itu. Pada tanggal 5 Desember 1969, di Jakarta didirikan Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia (HPCI). J.N.B. Tairas tetap ikut mengikuti kegiatan organisasi ini, sekalipun beliau tidak duduk dalam kepengurusan, maupun keanggotaannya. Didasari oleh keinginan untuk membentuk dan membina perpustakaan yang kuat, maka tokoh- tohoh dari APADI, HPCI dan Himpunan Pustakawan Daerah Istimewa Yogyakarta (HPDIY) ingin mengadakan pertemuan untuk duduk bersama membahas sesuatu hal. Pada mulanya ketiga organisasi ini tidak mempunyai hubungan, sekalipun sama - sama bergerak di bidang yang sama, namun mereka tidak pernah menjalin hubungan kerjasama. J.N.B. Tairas ikut berperan menggagasi rencana pertemuan yang dimaksud. Akhirnya pertemuan itu terselengara pada tanggal 21 Januari 1973, bertempat di Gedung Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Taman Sari 124 Bandung. Pertemuan ini terkenal dengan sebutan Pertemuan Bandung. Pertemuan itu menghasilkan dua kepanitiaan, pertama yaitu Panitia Kerja Kongres yang diketuai oleh Soekarman- Kartosedono. Dalam panitia kerja kongres ini J.N.B. Tairas duduk sebagai koordinator seminar. Kedua, Panitia Perumus Konsep Organisasi yang dipimpin oleh J.N.B. Tairas sebagai ketua. Kedua kepanitiaan ini juga mempersiapkan pelaksanaan kongres yang di tetapkan akan berlangsung pada bulan Juli 1973. Sesuai dengan kesepakatan pertemuan Bandung tanggal 21 Januari 1973 tentang penyelenggaraan Kongres Perpustakaan Indonesia, maka pada tanggal 5- 7 Juli 1973 diselenggarakanlah Kongres Pustakawan Seluruh Indonesia di Ciawi Bogor, dan pada kongres J.N.B. Tairas tampil sebagai pemakalah utama. Sehari sebelum kongres, tepatnya pada tanggal 4 Juli 1973, masing- masing organisasi APADI dan HPCI menyatakan kesediaannya untuk meleburkan diri (fusi) ke suatu wadah organisasi yang akan disetujui oleh kongres nantinya. J.N.B. Tairas sebagai pengurus pusat APADI ikut sebagai penandatangan pernyataan fusi itu. Kongres Ciawi berhasil membentuk wadah pustakawan Indonesia tepatnya, pada tanggal 6 Juli 1973 malam harinya, yang diberi nama Ikatan Pustkawan Indonesia (IPI), dengan ketua yang terpilih adalah Soekarman- Kartosedono dan Sekretarisnya J.P. Rompas. Sekembalinya dari kongres, maka pada tahun yang sama Pengurus Cabang Jakarta periode 1973- 1975 dibentuk. Pengurus cabang ini adalah cabang IPI yang paling awal dibentuk, dan kedudukannya sesuai struktur pada waktu itu sama dengan status pengurus daerah, karena pada saat itu pengurus daerah belum terbentuk. Artinya, bahwa pengurus cabang inilah embrio pengurus daerah yang sekarang ini. J.N.B. Tairas terpilih sebagai ketua untuk memimpin IPI cabang Jakarta, dengan sekretaris Zulkifli Hamzah. Kemudian melalui rapat cabang IPI Ibu Kota Jakarta terbentuklah pengurus IPI Daerah Khusus Ibukota Jakarta periode 1980- 1983, dimana J.N.B. Tairas duduk sebagai Ketua I., dengan Ketuanya adalah Ny. Murtini S. Pendit. Kongres demi kongres IPI berlalu, J.N.B. Tairas tetap setia menghadiri dan mengikuti perkembangannya. Pada Susunan Pengurus Besar IPI periode 1989- 1992, sebagai hasil keputusan Kongres IPI kelima di Banjarmasin Kalimantan Selatan, J.N.B. Tairas duduk sebagai Anggota Badan Pembina, yang diketuai oleh Mastini Hardjoprakoso, sedangkan Ketua Umum Pengurus Besar IPI yang terpilih dalam kongres tersebut adalah Soekarman- Kartosedono dengan Sekretaris Mudjito. ©2003 Digitized by USU digital library
9
Pada Kongres IPI ketujuh yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 20- 23 November 1995, J.N.B. Tairas kembali ikut berperan sebagai pemakalah utama dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Selain aktif dalam organisasi profesi itu, J.N.B. Tairas juga menjadi motor penerbitan majalah yang diasuh organisasi profesi tersebut. Beliau pernah menjadi Ketua Redaksi dari Buletin Perpustakaan dan Dokumentasi, yang diterbitkan oleh APADI pada tahun 1970- 1973. Beliau juga merupakan Ketua Dewan Redaksi Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia yang diterbitkan oleh Ikatan Majalah Pustakawan Indonesia. Daftar Bacaan: Harahap, Hamidy dan Tairas, J.N.B. 2000. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan Indonesia (1973- 1978). Jakarta. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)
©2003 Digitized by USU digital library
10