JIEP Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan Jurnal Berkala Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
ISSN: 1412-2200 Pengaruh Interpretasi Pelaksana Kebijakan Terhadap Efektivitas Pelestarian Cendana (Santalum Album L) Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur Strategi Pengembangan Usahatani Kedelai Di Kabupaten Grobogan Dengan Pendekatan Analysis
Hierarchy Process (AHP) Dampak Kawasan Industri Di Desa Butuh Terhadap Perekonomian Dan Keinginan Berwirausaha Di Kecamatan Mojosongo, Boyolali Suara Akar Rumput: Kebudayaan yang Mendasari Perilaku Ekonomi Blue Economy : Keseimbangan Perspektif Ekonomi dan Lingkungan
JIEP
Vol 14
No 1
Surakarta ISSN 1412-2200 Nov 2014
Vol 14 No 1 November 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan (JIEP) Jurnal Berkala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret ISSN 1412-2200 Diterbitkan oleh Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Pada bulan Maret dan November Vol 14 No 1 November 2014
Tim pengelola dari jurnal ini adalah: Pimpinan Redaksi : Bhimo Rizky Samudro, M.Si, Ph.D. Pembina : Drs. Hari Murti, M.Si Dewan Editor : Dr. A.M. Soesilo, M.Sc (Universitas Sebelas Maret) Dr. Asfi Manzilati (Universitas Brawijaya Malang) Firmansyah, M.Si, Ph.D (Universitas Diponegoro) Wahyu Widodo, M.Si, Ph.D (Universitas Diponegoro) Losina Purnastuti M.Ec.Dev, Ph.D (Universitas Negeri Yogyakarta) Dr. Muhammad Nasir (Universitas Syah Kuala) Drs Hari Murti, M.Si (Universitas Sebelas Maret) Drs Sutomo, MS (Universitas Sebelas Maret)
Editor Pelaksana: Yogi Pasca Pratama, SE, ME. Hery Sulistio Jati N S, SE, M.SE
Pengelola Promosi: Nurul Istiqomah, SE, M.Si. Izza Mafruhah, S.E., M.Si. Alamat Sekretariat: Jurusan Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl Ir Sutami 36A, Kentingan Surakarta 55361. Telepon: 0271 647381. Email:
[email protected]
Editorial Salam kawan kolega semua, Rangkaian Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan edisi November 2014 menghadirkan beberapa artikel terpilih. Nursalam dari Universitas Nusa Cendana, Kupang Nusa Tenggara Timur memaparkan penelitian sosioekonomi tentang evaluasi kebijakan pelestarian kayu Cendana. Dilanjutkan dengan penelitian strategi pengembangan usaha tani dengan metode Analysis Hierarchy Process (AHP) oleh Avi Budi Setiawan dan Fafurida dari Universitas Negeri Semarang. Penelitian kuantitatif dilakukan juga oleh Nurul Istiqomah, Dwi Prasetyani dan Amina Sukma Dewi dari FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di sisi lain, sebuah penelitian kualitatif disajikan oleh Yogi Pasca Pratama dan Asfi Manzilati dari FEB Universitas Sebelas Maret dan FEB Universitas Brawijaya Malang. Pada artikel terakhir, Ajeng Faiza melakukan kajian tentang Blue Economy serta penerapannya di Indonesia. Pihak redaksi mengucapkan selamat membaca dan mohon maaf apabila dalam penyajian masih terdapat beberapa kekurangan. Akhirnya, redaksi juga mengundang partisipasi para peneliti, penulis dan pengkaji sosioekonomi untuk mengirimkan artikel/karya tulis/hasil kajian ke redaksi kami.
Surakarta
November 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan (JIEP) Jurnal Berkala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret ISSN 1412-2200 Vol 14 No 1 November 2014
Daftar Isi Pengaruh Interpretasi Pelaksana Kebijakan Terhadap Efektivitas Pelestarian Cendana (Santalum Album L) Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur Nursalam
1-22
Strategi Pengembangan Usahatani Kedelai Di Kabupaten Grobogan Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy Process (AHP) Avi Budi Setiawan dan Fafurida
23-38
39-55 Dampak Kawasan Industri Di Desa Butuh Terhadap Perekonomian Dan Keinginan Berwirausaha Di Kecamatan Mojosongo, Boyolali Nurul Istiqomah, Dwi Prasetyani dan Amina Sukma Dewi 56-69 Suara Akar Rumput: Kebudayaan yang Mendasari Perilaku Ekonomi Yogi Pasca Pratama 70-79 Blue Economy : Keseimbangan Perspektif Ekonomi dan Lingkungan Ajeng Faiza N I
PENGARUH INTERPRETASI PELAKSANA KEBIJAKAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELESTARIAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L) DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Nursalam Fisip Undana / Jl.Adisucipto Penfui Kupang-NTT Email:
[email protected] Abstract This article aims to provide an overview of factors influence the interpretation of the effectiveness of conservation policy implementers Sandalwood (Santalum album L) in the district of South Central Timor (TTS) East Nusa Tenggara (NTT). Explanatory research design using survey. Sampling technique is stratified sampling, with a size of 145 respondents. Researchers also determined several key persons from various community groups and also from the head of the forest service, the head of the planning department at Sub forestry service, and chief of the office of South Central Timor regency service plan (Bappeda). While the techniques of data collection techniques include questionnaires, observations, interviews, and documentation. Influence the interpretation of the effectiveness of the conservation of sandalwood tested using path analysis. Research conclusion is, the interpretation of policy implementers sandalwood is not maximized in enhancing the effectiveness of conservation Sandalwood. The results also show that there are other factors that need attention if the effectiveness of conservation the of Sandalwood to be improved, the factors of community participation and the factor values are valid, both executive officers and the community. Keywords: Interpretation, Implementation, Effectiveness, Conservation, Sandalwood (santalum album L). Pemanfaatan
A. Pendahuluan Cendana
(santalum
album
L)
menyebabkan
yang
populasi
terus
menerus
pohon
cendana
merupakan tanaman penting di Provinsi Nusa
menyusut dengan cepat, karena tidak ada
Tenggara Timur yang merupakan tanaman
keseimbangan
yang diprioritaskan
pengurangan areal hutan cendana dengan
kehutanan
karena
dalam nilai
pembangunan ekonomi
dan
jumlah
antara
pohon
yang
laju
kecepatan
ditanam
kembali
berdasarkan pertimbangan keanekaragaman
ditambah kecepatan reproduksi alamiah dari
hayati. Tanaman Cendana juga merupakan
tegakan.
tanaman
hutan
yang
dahulu
menjadi
Pengembangan
pembudidayaan/
penyumbang pendapatan asli daerah (PAD),
pelestarian
sampai dengan tahun 1997/1998 masih
bermacam-macam,
memberikan
melibatkan tindakan yang dapat mempengaruhi
kontribusi
terhadap
PAD
Kabupaten TTS sebanyak Rp.797.000.000.atau 9,48 % dari total PAD (Dispenda Kab.TTS, 2008).
pohon
cendana yang
bentuknya kesemuanya
populasi cendana, salah satunya
adalah
dengan artificial (campur tangan), melalui silvikultur
yang
dilakukan
oleh
pihak 1
pemerintah maupun oleh pihak swasta (Sinlae
adat untuk memelihara dan mengamankan
dan Lango, 2002:5).
pohon-pohon
Menurut Rohadi et al (2002: 170) menyatakan
bahwa
cendana
mempunyai
cendana
yang
ada
dan
melakukan upacara ritual jika akan dilakukan pengambilan cendana. Hasilnya kemudian adalah akar cendana diberikan kepada Raja,
banyak manfaat ekonomis antara lain:
batang kepada Tuan Tanah, dan ranting 1. Dalam
bentuk
gelondongan
dapat
dimanfaatkan untuk membuat mobiler
kepada pemilik pohon cendana (Ormeling dalam Rohadi, 2002:196).
(kursi, meja, lemari dan berbagai asesoris) 2. Karena baunya sangat wangi, maka minyak
cendana
digunakan
sebagai
minyak cendana dan bahan baku parfun.
(biasanya digunakan jika ada upacara kematian. Dan banyak lagi kegunaan lainnya, sehingga cendana memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Saat ini harga cendana bisa mencapai 50 ribu rupiah perkilogram.
tersebut,
cendana
kemudian
dieksploitasi secara besar-besaran baik oleh maupun
oleh
rakyat
secara
keseluruhan. Praktik
lama
memberikan
hasil
yang
menggembirakan, diantara kebijakan tersebut adalah: (1) Peraraturan Nusa
Daerah
Tenggara
(Perda)
Timur
Provinsi
nomor
6
tahun1996 tentang Perubahan Pertama Peraturan
Daerah
Propinsi
Nusa
Timur nomor 16 tentang
cendana. (2) Intruksi
Gubernur
Provinsi
Nusa
Tenggara Timur Nomor 12 tahun 1997 Tentang Larangan Penebangan Pohon Cendana.
eksploitasi
Cendana
di
Kabupaten Timor Tengah selatan (TTS) sudah
cendana, namun kebijakan tersebut belum
Tenggara
Mengingat nilai ekonomis yang cukup
pemerintah
kebijakan bertujuan untuk membudidayakan
dapat
3. Serbuk cendana dipakai sebagai dupa
tinggi
Berbagai upaya yang ditempuh melalui
berlangsung,
Seperti
yang
disampaikan oleh Widiyatmika yang dikutip dari Rohadi et al (2002:195) disebutkan bahwa pada awalnya seluruh cendana yang ada di pulau Timor dimiliki oleh Raja, selanjutnya Raja menunjuk “Tuan Tanah” (fetor atau uis pah) untuk mengawasi produksi cendana yang ada di daerah. Tuan tanah ini kemudian ditunjuk menjadi ketua
(3) Peraturan
Daerah
Kabupaten
Timor
Tengah Selatan Nomor 25 tahun 2001 tentang cendana. Salah satu perubahan yang sangat mendasar dari Perda Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 25 tahun 2001 tentang cendana adalah menyangkut kepemilikan pohon, dimana dalam perda 25/2001 ini telah mengakui kepemilikan pohon cendana yang dimiliki
oleh
para
petani/masyarakat.
Disebutkan bahwa tanaman cendana yang 2
tumbuh di lahan pemerintah dimiliki oleh
akan melaksanakan kebijakan harus tahu apa
pemerintah, tanaman cendana yang tumbuh
yang
pada lahan swasta dimiliki oleh swasta, dan
kebijakan ingin dilaksanakan secara tepat,
pohon cendana yang tumbuh pada lahan
maka arahan dan petunjuk pelaksanaan tidak
masyarakat dimiliki oleh masyarakat. Hal ini
hanya diterima tetapi juga harus dipahami
merupakan langkah maju dalam pengelolaan
secara jelas oleh implementor (Jones and
cendana
persoalannya
McBeth, 2010). Jika syarat ini tidak dipenuhi,
kemudian terletak pada kemampuan aparat
maka mereka akan mengalami kebingungan,
pelaksana kebijakan dalam menindaklanjuti
bahkan
Perda No.25/2001 kedalam program upaya
keputusan pada tingkat diatasnya. Menurut
pelestarian.
Allin (2008); Matheson (2009); Kochtcheeva
di
masa
depan,
Menafsirkan kebijakan yang bersifat
seharusnya
bisa
mereka
berbeda
lakukan.
pendapat
Jika
dengan
(2009); Marsh and Mc Connell (2010),
strategis menjadi kebijakan yang bersifat
masalah
operasional dalam bentuk program/proyek
penerapan
yang
dapat
memindahkan suatu keputusan ke dalam
dilaksanakan merupakan tugas yang sulit bagi
kegiatan yang dapat dioperasikan. Kejelasan
implementor
kebijakan.
pesan dapat menjembatangi jurang pemisah
melakukan
diantara keputusan dan kegiatan yang dapat
interpretasi Peraturan Daerah (Perda) menjadi
dikerjakan. Interpretasi merupakan tindakan
program/proyek yang dibuat oleh satuan kerja
dalam
pemerintah daerah (SKPD). Tugas utama
kebijakan
seorang implementor kebijakan sesungguhnya
operasional. Beranjak dari kebijakan turunan
adalah melakukan
ini, maka akan menjadi petunjuk bagi
konkrit
Sebagaimana
dan
jelas
(pelaksana) halnya
dalam
serta
menginterpretasi sesuai
yang
paling
mendasar
kebijakan
kebijakan
adalah
akan
turunan
bagaimana
menghasilkan
(derivation)
pelaksana
dibuat oleh mereka menjadi lebih operasional
tindakan-tindakan
dan
Pentingnya
terlaksananya program sesuai dengan tujuan
interpretasi dalam implementasi, dinyatakan
implementasi kebijakan. Pemahaman, arahan,
oleh White et al (2008); Besley (2010), yang
dan petunjuk secara lengkap, tepat dan jelas
menyatakan
terhadap kebijakan merupakan unsur-unsur
dilaksanakan.
Keberhasilan
implementsi
untuk
yang
dengan tujuan kebijakan agar program yang
siap
kebijakan
dalam
yang
melakukan
diperlukan
kebijakan kemungkinan jarang bisa terwujud
penting yang harus
jika kebijakan belum jelas dipahami oleh
menginterpreasi suatu kebijakan.
aparat pelaksana, oleh karena itu syarat utama adalah memahami kejelasan kebijakan. Kebutuhan utama bagi keberhasilan pelaksanaan kebijakan adalah mereka yang
diperhatikan
bagi
dalam
Berdasarkan pandangan di atas jelas menunjukkan salah satu dimensi penting dalam kegiatan
implementasi
kebijakan
menginterpretasi.
adalah
Interpretation 3
(menafsirkan)
bertujuan
agar
program
kapan waktunya.
Pertanyaan-pertanyaan
menjadi rencana yang konkrit dan jelas serta
tersebut
dapat dilaksanakan. Birokrasi pemerintah
melakukan interpretasi secara jelas, teliti,
yang berperan sebagai organisasi pelaksana
konsisten sehingga memberikan dampak pada
perlu menginterpretasikan kebijakan agar
penyusunan program.
membantu
implementor
untuk
lebih operasional dan siap dilaksanakan, dalam hal ini kebijakan dirumuskan sebagai program/proyek kemudian proyek dijabarkan menjadi kegiatan, sehingga para pelaksana di lapangan dapat bertindak sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Kenyataan yang sering ditemui adalah terjadinya inkonsistensi dalam
menginterpretasi
sehingga
menyebabkan masalah tidak bisa dipecahkan. Kadangkala terdapat telah
program yang
diimplementasikan, namun program
tersebut mengalami kegagalan, karena para pelaksana tidak belajar dari pengalaman kegagalan program sebelumnya, otomatis
implementasi
mengalami
kegagalan.
sehingga
kebijakan Salah
juga satu
B. Perumusan Masalah Berkaitan dengan interpretasi pelaksana kebijakan terhadap kebijakan pelestarian pohon Cendana pada kenyataannya belum dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Implementasi kebijakan pelestarian pohon Cendana belum menggembirakan,
terbukti dari program-
program pelestarian masih bersifat rutinitas sehingga
belum
mampu
menyelesaikan
permasalahan dalam meningkatkan populasi Cendana. Masalah utama artikel ini adalah sejauhmana pelaksana kebijakan (implementor) melakukan interpretasi peraturan daerah (Perda) kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 25 Tahun 2001 Tentang Cendana.
penyebabnya adalah program tersebut lebih mencerminkan suatu konsensus saja dan tidak mengindahkan keyakinan yang sesungguhnya
C. Tujuan Penelitian Studi ini bertujuan untuk mengetahui
akan keberhasilan program artinya proses
pengaruh
interpretasi dari tujuan kebijakan tidak terkait
kebijakan
langsung dengan tujuan yang sesungguhnya
pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah
dari kebijakan.
Selatan (TTS).
Interpretasi
juga
perlu
melibatkan
lembaga antar pemerintah (intergovernmental)
faktor
interpretasi pelaksana
terhadap efektivitas
pelestarian
D. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian
dan partisipasi publik, sehingga memungkinkan
Penelitian ini menggunakan eksplanatory
kebijakan yang diambil benar-benar dapat
survey, sesuai dengan tujuan penelitian yang
diaplikasikan. Implementor kebijakan harus
akan menjelaskan hubungan antar variabel,
merespon pertanyan tentang apa yang dapat
yaitu Pengaruh faktor interpretasi pelaksana
dilakukann saat ini, bagaimana melakukannya,
kebijakan
cendana
terhadap
efektivitas 4
pelestarian
pohon
cendana.
Peneliti
Pengaruh
Interpretasi
terhadap
menggunakan desain tersebut karena tidak
efektivitas pelestarian pohon cendana di
hanya menggambarkan dan menjelaskan fakta
Kabupaten
empirik yang ditemui dilapangan, tetapi juga
menggunakan analisis jalur (Path Analysis.
melakukan analisis pengaruh variabel bebas
Untuk mendapatkan ukuran sampel minimum
(interpretasi)
(n) dalam populasi, digunakan rumus Slovin
dengan
variabel
terikat
(efektivitas pelestarian).
tersebut,
pendekatan
yaitu
akan
diuji
dengan
(Bungin, 2005), sebagai berikut:
Penelitian yang merujuk pada desain eksplanasi
TTS
menggunakan
pendekatan
n=
satu
kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif secara sederhana lebih merujuk kepada pengumpulan data dan
N 1 + Ne 2
Dimana: n = Ukuran sampel minimum yang akan diambil
penganalisaan informasi secara statistikal
N = Ukuran Populasi
dengan menggunakan uji statistik. Melalui
e = Persentase kelonggaran ketelitian yang
pendekatan ini, data yang dikumpulkan
digunakan
karena
kesalahan
bersifat
menjelaskan
pengambilan sampel yang masih dapat
kuantitatif
dapat
pengaruh
faktor
interpretasi
pelaksana
ditolerir (error). Tingkat error yang
kebijakan
cendana
terhadap
efektivitas
dipakai adalah 7,5 % Dari Rumus tersebut dapat diketahui
pelestarian pohon cendana.
besaran sampel yaitu: 2. Populasi dan Sampel Berdasarkan unit analisis dari penelitian
n=
794 = 145 1 + 794(7,5%) 2
ini yaitu penyelenggara pelestarian pohon
Peneliti juga menentukan beberapa key
Cendana, sehingga yang menjadi populasi
person dari berbagai kelompok masyarakat
adalah semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pelestarian pohon Cendana yang meliputi : aparat dinas kehutanan kabupaten TTS, aparat kantor kecamatan di kabupaten TTS, aparat kantor kepala desa di kabupaten
TTS,
kelompok
lembaga
pemangku hutan. Jumlah populasi sebanyak 794. Pemilihan Sampel dari masing-masing strata dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak (simple random sampling).
dan juga dari kepala dinas kehutanan, kepala Sub dinas perencanaan pada dinas kehutanan, dan kepala bidang pada kantor Bappeda kabupaten Timor Tengah Selatan yang akan dijadikan sebagai pembanding informasi dari responden. 3. Skala Penilaian hasil indikator
Berdasarkan jumlah sampel selanjutnya dibuat pengkategorian hasil yang dicapai oleh setiap indikator/dimensi dengan menggunakan rumus: 5
RS=
Berdasarkan
n(m − 1) m
perhitungan
seluruh
indikator yang berkaitan dengan dimensi
dimana,
interpretasi, maka dapat ditentukan skor dan
n = Jumlah sampel (dalam penelitian ini
kategori seperti terlihat pada tabel 2.
145)
Tabel 2. Skor Dimensi Interpretasi
m = Jumlah alternatif jawaban tiap item (5 alternatif) Berdasarkan analisis data kuesioner dengan menggunakan rumus diatas diperoleh rentang kategori indikator/dimensi penelitian dalam tabel 1
No 1
Skor 380
Kategori sedang
2
Indikator Komitmen mengenai keberhasilan pelestarian Kejelasan program
386
sedang
3
Konsistensi program
381
sedang
4
Penetapan prioritas
379
sedang
381.5 Rata-rata Dimensi Interpretasi Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2008
sedang
Tabel 1. Kategori indikator/dimensi
Data pada tabel 2 di atas menunjukkan Tingkat No Kategori Pencapaian 1 613----729 Sangat Tinggi 2 496----612 Tinggi 3 379----495 Sedang 4 262----378 Rendah 5 145----261 Sangat Rendah Sumber: Husain Umar (2003)
bahwa dimensi interpretasi dari implemetasi kebijakan pelestarian pohon cendana masih berada
interpretasi
pengumpulan
kategori aparat
sedang,
dalam
artinya
menjabarkan
kebijakan tentang pelestarian pohon cendana
4. Teknik Pengumpulan data
Teknik
pada
data
yang
masih perlu ditingkatkan.
digunakan adalah: 1) Observasi, 2) Wawancara, 2. Pengujian Hipotesis
3) Angket, 4) Dokumentasi.
Penelitian ini akan menguji apakah E. Analisis dan Pembahasan
faktor interpretasi
Analisis pengaruh faktor interpretasi pelaksana efektivitas
kebijakan pohon
cendana
terhadap
pelestarian
cendana
dilakukan menggunakan analisis jalur.
berpengaruh terhadap
efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setelah prosedur pengujian simultan H0
1. Deskripsi Hasil Pengukuran Indikator Interpretasi
ditolak, dan disimpulkan terdapat pengaruh faktor
Dimensi interpretasi diukur dengan 4
interpretasi
cendana
terhadap
pelaksana
kebijakan
efektivitas
pelestarian
indikator yang meliputi komitmen mengenai
pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah
keberhasilan pelestarian, kejelasan program,
Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
konsistensi
pelaksanaan
penetapan prioritas.
program
dan
Pengukuran pengaruh
kebermaknaan (signifikansi) variabel
independen
(faktor
6
interpretasi) (efektivitas
terhadap
variabel
dependen
Tabel 3. Uji Hipotesis Pengaruh X terhadap Y
maka
dilakukan
Koefisien Kesimpulan t hitung p-value t tabel Jalur Statistik Faktor 0,488 9,251 0,000 1,977 H0 ditolak, interpretasi terdapat mempunyai pengaruh pengaruh faktor terhadap interpretasi efektivitas terhadap pelestarian efektivitas pohon pelestarian Cendana pohon Cendana Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2008 (diolah)
pelestarian),
pengujian dengan uji t. Hipotesis yang diajukan adalah faktor interpretasi berpengaruh terhadap efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor
Tengah
Selatan
Provinsi
Nusa
Tenggara Timur”.
Hipotesis
Statistik uji yang digunakan adalah uji t,
Hasil pengujian hipotesis untuk melihat
dimana thitung dapat dihitung melalui formula
pengaruh parsial dapat diuraikan sebagai
berikut:
berikut
t1 =
0,319 = 5, 478 (1- 0,7946) × 2,332 145 - 3 -1
Pengaruh faktor
interpretasi secara
parsial terhadap efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
t2 =
0,488 = 9, 251 (1- 0,7946) ×1,913 145 - 3 -1
Provinsi Nusa Tenggara Timur ditunjukkan oleh koefisien jalur pYX2 sebesar 0,488. Hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 9,251 dan
t3 =
0,199 = 3,182 (1- 0,7946) × 2,694 145 - 3 -1
nilai ttabel untuk α=0,05 dan derajat bebas 145-3-1= 141 sebesar 1,977. Hipotesis :
Keterangan:
Angka 3 menunjukkan 3 dimensi penelitian, namun dalam tulisan ini penulis hanya menampilkan 1 dimensi/faktor yaitu faktor interpretasi. Selanjutnya
nilai
dengan nilai t
tabel
tersebut
H0 : ρYX2 = 0 Tidak terdapat pengaruh faktor interpretasi terhadap efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
dibandingkan
untuk n = 145 dengan taraf
kesalahan 5% dan dk = n–k–1 = 145-3-1 = 141 adalah 1,977. Hasil perbandingan antara t hitung dengan t tabel dapat dilihat pada tabel berikut :
H1 : ρYX2 ≠ 0 Terdapat pengaruh faktor interpretasi terhadap efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Hasil uji empiris menyatakan penolakan terhadap H0 atau dengan kata lain menerima H1 karena diperoleh thitung = 9,251 > ttabel = 1,977 dan nilai signifikan (p-value) untuk X2
7
lebih kecil dari α =
0,05. Diperoleh hasil
pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang bermakna
pengaruh faktor
terhadap
efektivitas
interpretasi
pelestarian
pohon
Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
terhadap Y langsung
= 0,488 x 0,488
Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1
= Pyx2 . rx1x2 . Pyx1
Pengaruh X2 terhadap Y melalui X3
= Pyx2 . rx2x3 . Pyx3
= 0,488 x 0,606 x 0,319 = 0,0945
= 0,488 x 0,672 x 0,199 = 0,0655
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Total Pengaruh = 0,3985
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien menunjukkan bahwa faktor interpretasi pada implementasi
kebijakan
= 0,2386
tentang
cendana
secara signifikan mempengaruhi efektivitas
Besar
Pengaruh
Terhadap
Dimensi
Efektivitas
interpretasi
pelestarian
pohon
Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
pelestarian pohon cendana di kabupaten Timor
Tengah
Selatan
provinsi
Nusa
Hasil bahwa
Tenggara Timur.
Dimensi 3. Besar Pengaruh faktor interpretasi Terhadap Efektivitas pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
perhitungan
kontribusi interpretasi
memperlihatkan
(pengaruh)
langsung
terhadap
efektivitas
pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor
Tengah
Selatan
Provinsi
Nusa
Tenggara Timur adalah sebesar 23,86%. Sementara itu adanya dua sub variabel implementasi kebijakan tentang Cendana
Dari hasil pengujian pada bagian di atas
lainnya yang saling berhubungan dengan
diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh yang
Dimensi interpretasi memperbesar pengaruh
signifikan (nyata) secara bersama-sama dan
Dimensi
secara
pelestarian pohon Cendana di Kabupaten
parsial
variabel
implementasi
interpretasi
Timor
Dimensi organisasi, Dimensi interpretasi dan
Tenggara Timur yang ditunjukkan oleh
Dimensi
efektivitas
pengaruh tidak langsung melalui dimensi
pelestarian pohon Cendana di Kabupaten
organisasi sebesar 9,45% serta yang melalui
Timor
dimensi aplikasi sebesar 6,55%. Hasil yang
Tengah
terhadap
Selatan
Provinsi
Nusa
Besar pengaruh faktor interpretasi efektivitas
Provinsi
diperoleh menunjukan pengaruh
Tenggara Timur
terhadap
Selatan
efektivitas
kebijakan tentang Cendana yang terdiri atas
aplikasi
Tengah
terhadap
pelestarian
adalah sebagai berikut :
cendana
interpretasi tentang
Nusa
Dimensi
dari
implementasi
kebijakan
Cendana
terhadap
efektivitas
pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor
Tengah
Selatan
Provinsi
Nusa
Tenggara Timur semakin besar ditunjang oleh Pengaruh X2
= Pyx2 . Pyx2
8
sub-variabel implementasi kebijakan tentang
Tabel 4. Populasi Pohon cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Cendana yang lain. Secara total pengaruh total pengaruh Dimensi
interpretasi
terhadap
efektivitas
pelestarian pohon Cendana di Kabupaten Timor
Tengah
Selatan
Provinsi
Nusa
Tenggara Timur adalah 39,85% dengan arah yang positif, yang berarti semakin baik Dimensi
interpretasi
akan
menjadikan
Diamter Diameter > 30 Cm < 30 Cm Tahun Total (pohon (pohon yang tua) yang muda) 2001 71.652 260.550 332.202 2002 41.427 209.513 250.940 2003 21.052 91.658 112.710 2004 15.745 60.975 76.720 2005 14.253 56.367 70.620 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten TTS, 2010
Hasil
Penelitian
menunjukkan
semakin tinggi efektivitas pelestarian pohon
interpretasi (X) dengan indikator: komitmen
Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
mengenai keberhasilan program pelestarian,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
kejelasan program, konsistensi program, dan
Dengan
menunjukkan
penetapan prioritas program pelestarian. Hasil
bahwa baik secara langsung maupun tidak
uji statistik diperoleh angka koefisien jalur
langsung, yaitu melalui dimensi lain dari
0,488 dengan pengaruh total X ke Y adalah
implemementsi
dimensi
39,85 % arah positif. Dari hasil penelitian
interpretasi berpengaruh terhadap efektivitas
dimensi interpretasi ini memperjelas bahwa
pelestarian pohon cendana di kabupaten
interpretasi
Timor
terhadap
Tengah
demikian
kebijakan,
Selatan
provinsi
Nusa
Tenggara Timur.
Artinya
suatu
kebijakan
implementasi semakin
berpengaruh
kebijakan
publik.
baik interpretasi yang
dilakukan oleh aparatur maka akan semakin 4. Pembahasan:
efektif pula pelestarian pohon cendana di
Sehubungan
dengan
menafsirkan kebijakan
kegiatan
pelestarian pohon
cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan ini, teori implementasi kebijakan publik dari Jones (1984) belum diterapkan secara baik oleh para implementor kebijakan Cendana sehingga
efektivitas
pelestarian
pohon
Cendana belum berjalan sebagaimana yang diinginkan, kondisi tersebut berimplikasi pada tingkat
populasi
pohon
Cendana
di
Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mengalami penurunan yang cukup berarti, sebagaimana terlihat pada tabel 4.
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pentingnya
interpretasi
terhadap
kebijakan publik oleh aparatur sejalan dengan pendapat Edward III (1980:17); Besley (2010), yang menyatakan bahwa kebutuhan utama bagi efektivitas pelaksanaan kebijakan adalah bahwa implementor harus mengetahui secara jelas apa yang seharusnya dilakukan. Jika kebijakan ingin dilaksanakan dengan tepat, arahan, dan petunjuk pelaksanaan tidak hanya diterima tetapi juga harus jelas. Ketidakjelasan seharusnya
mengenai dilakukan
apa
yang
implementor 9
menyebabkan kebingungan bagi mereka,
Para pelaksana kurang mampu mengambil
sehingga pada akhirnya mereka bertindak
tindakan diluar dari petunjuk yang ada.
berbeda
dengan
pandangan
padahal seringkali mereka dihadapkan
mereka.
Sejalan
dengan
dari
atasan
pandangan
ini
ditegaskan pula bahwa:
interpretasi
ketiadaan
petunjuk-petunjuk
tersebut, misalnya dalam kasus pelestarian
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh faktor
pada
terhadap
efektivitas
pohon cendana ini belum ada semacam juklak dan juknis yang bersifat baku.
pelestarian pohon cendana di Kabupaten
2. Umumnya para pengambil kebijakan dan
Timor Tengah Selatan menunjukkan bahwa
pelaksana kebijakan memiliki komitmen
jawaban responden umumnya berada pada
yang relatif
kategori kurang sesuai. Untuk indikator
pelestarian pohon cendana.
tentang komitmen untuk pelestarian 47,6 %
komitmen mereka diidikasikan dari (1)
responden
menyatakan
komitmen.
Indikator
rendah terhadap upaya Rendahnya
kurang
memiliki
program-program
kejelasan
program,
cendana bukan program prioritas bidang
bahwa
pelestarian, masih ada program yang lain
program-program pelestarian adalah tidak
yang lebih utama misalnya penanaman
jelas. Indikator konsistensi program 38,6 %
pohon jati dan pohon kemiri (2) alokasi
responden menyatakan program yang ada
anggaran yang disediakan untuk proyek
kurang
mengenai
pelestarian pohon cendana relatif sangat
38,6
%
sedikit (3) penerbitan Keputusan Bupati
implementor
Timor Tengah Selatan No.8 Tahun 2002
kebijakan kurang menyusun prioritas untuk
tentang penetapan harga dasar jual kayu
program pelestarian.
cendana, padahal sebenarnya tidak perlu
51,7
%
responden
konsisten.
penetapan
Indikator
prioritas,
responden
menyatakan
terdapat
menyatakan
pelestarian
pohon
Fenomena ini kemudian dikaji lebih
ada surat keputusan ini, karena akan
jauh kepada responden dan informan kunci
semakin menghabiskan populasi pohon
yang
cendana di Kabupaten Timor Tengah
memahami
secara
jelas
kondisi
pelestarian pohon cendana di Kabupaten
Selatan.
Timor Tengah Selatan, berdasarkan hasil
3. Motivasi dari para implementor untuk
wawancara diketahui beberapa hambatan
melestarikan pohon cendana menjadi
menyangkut
menurun disebabkan oleh karena pohon
interpretasi
dari
kebijakan
cendana ini adalah merupakan tanaman
pelestarian, yaitu: 1. Interpretasi
sulit
oleh
yang membutuhkan perlakuan istimewa/
implementor oleh karena implementor
khusus yang berbeda dari tanaman lain,
sudah
tugas
sebagaimana diketahui bahwa keberhasilan
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada.
tumbuh cendana dari anakan menjadi pohon
terbiasa
dilakukan
melaksanakan
10
yang tegakannya berumur 2 tahun adalah
menjadi
maksimal
melakukan
20
%.
Selain
itu
juga
modal
bagi
mereka
interpretasi
untuk
dengan
baik
dipengaruhi oleh minat masyarakat untuk
terhadap kebijakan pelestarian pohon
menanam pohon cendana sangat rendah
cendana.
akibat dari perlakuan pemerintah kepada masyarakat yang mengabaikan hak-hak mereka.
5. Faktor lain yang berpengaruh 1. Partisipasi Masyarakat
4. Menonjolnya
pengaruh
interpretasi
terhadap efektivitas pelestarian pohon cendana karena interpretasi dari para
Menurut Holden (2010), dan Thomas et al (2012) partisipasi masyarakat meliputi berbagai bentuk :
pelaksana kebijakan memegang peranan utama untuk menterjemahkan substansi kebijakan tentang Cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan. Keberhasilan para pelaksana tersebut untuk menginterpretasi secara benar kebijakan tentang cendana akan mempengaruhi komitmen mereka dalam menyukseskan program-program pelestarian yang dicanangkan, dan juga memahami
dengan
jelas
pelestarian
sehingga
program
mengarahkan
tindakan
mereka
untuk
konsisten
dalam
menyusun
berikutnya prioritas.
sebagai
senantiasa program
program
Dimensi
ini
yang
menonjol
a. Participation
in
decision
making,
adalah partisipasi masyarakat dalam pembuatan
keputusan
dan
kebijaksanaan organisasi. b. Participation in implementation, adalah partisipasi dalam kegiatan pelaksanaan putusan yang ditetapkan. c. Participation
in
adalah
benefit,
partisipasi dalam pemanfaatan hasilhasil pembangunan yang telah dicapai. d. Participation in evaluation, adalah partisipasi dalam bentuk keikutsertaan menilai
serta
mengawasi
kegiatan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
pengaruhnya dalam kegiatan pelestarian
Sejalan dengan itu Mohan (2007)
pohon cendana di kabupaten Timor
membagi jenis partisipasi dalam pembangunan
Tengah Selatan karena didukung oleh
sebagai berikut :
beberapa tenaga teknis yang dimiliki oleh Dinas Tengah
Kehutanan Selatan
kabupaten yang
Timor
berkualifikasi
sarjana kehutanan dan berbagai kegiatan pelatihan yang pernah mereka ikuti yang berhubungan
dengan
manajemen
pelestarian dan teknik kultivasi sehingga
a. Participation (partisipasi
in
decesion
dalam
making
pengambilan
keputusan) b. Participation
in
implementation
of
development programmers and projects (partisipasi dalam pelaksanaan program dan pembangunan) 11
c. Participation in sharing the benefits of development (partisipasi dalam berbagai
ini sangat menentukan masa depan pohon cendana. Pengelolaan
manfaat pembangunan). d. Participation
in
monitoring
and
pelestarian
tanaman cendana perlu didasarkan pada prinsip
evaluation of development programmers
partisipatif,
transparan,
and projects (partisipasi dalam bentuk
akuntabilitas serta efisiendan efektif. Sistem
pengawasan dan evaluasi program serta
rehabilitasi merupakan sistem yang terbuka,
proyek pembangunan).
yang
melibatkan
berkepentingan. Dengan demikian partisipasi atau peran serta mengandung arti (1) turut memikul “tanggung Jawab” tertentu secara proporsional, kemampuan, peran masing-
prinsipnya
dihadapi sehingga (2) memberi manfaat dalam pencapaian tujuan bersama secara optimal.
tanaman cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), maka ada 3 aspek penting menurut
Gunawan
(2002)
yang
perlu
mendapat perhatian yaitu law enforcement (pelaksanaan hukum), conservation campaign (penyuluhan tentang pentingnya pelestarian) prosperity
approach
(pendekatan
kemakmuran), ketiga aspek tersebut saling menunjang untuk mencapai keberhasilan pelestarian cendana. Tanaman cendana yang merupakan unggulan bagi masyarakat dan pemerintah
daerah
yang
memiliki
nilai
historis dan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat dan daerah Kabupaten TTS akan mengalami kepunahan manakala pelestarian tidak berhasil, oleh karena upaya pelestarian
para
Dengan
rehabilitasi
pihak,
Dengan
pihak
yang
demikian
pada
tanaman
cendana
kata
lain
rehabilitasi
dilaksanakan melalui partisipasi masyarakat. Pengalaman
menunjukkan
bahwa
masyarakat kurang berpartisipasi dalam upaya pelestarian
tanaman
kebijaksanaan
Berkaitan dengan upaya melestarikan
berkesinambungan,
diselenggarakan atas inisiatif bersama para
masing, serta tantangan pembangunan yang
dan
kegiatan
cendana
yang
karena
ditempuh
oleh
pemerintah cenderung mengabaikan nilai keadilan sosial dan
hak-hak masyarakat
untuk mendapatkan manfaat dari pengelolaan cendana (Rohadi et al, 2002). Bagaimana dapat dikatakan adil tindakan pemerintah jika pohon Cendana yang tumbuh pada lahan milik
masyarakat/petani
diwajibkan
diregistrasi
dan
untuk dipelihara sampai besar.
Selanjutnya masyakat tidak berhak atas kepemilikannya, atau bila terjadi kematian atas pohon tersebut masyarakat mendapatkan sanksi berupa denda atau kerja bakti di kantor desa. Kebanyakan
pendekatan
yang
digunakan adalah sistem “top down” yang cenderung memberikan suara dan wewenang kepada kepentingan penguasa, sedangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat lokal 12
diajarkan kepada para anggota sebagai pedoman berperilaku”.
kurang diperhatikan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya akses penduduk lokal terhadap
Dari pandangan diatas, maka sistem
sumber daya bagi kesejahteraannya, suara mereka
kurang
terwakili
dalam
proses
nilai dapat dinyatakan sebagai suatu susunan prinsip dan aturan untuk membantu seseorang
pengambilan keputusan. lebih
memilih alternatif, mengatasi konflik, dan
mudah dan konsisten, sehingga lembaga-
membuat keputusan, nilai terwujud menjadi
lembaga yang berkepentingan dalam rangka
budaya.
pelestarian
mengemukakan bahwa:
Diperlukan
perannya
kebijakan
cendana dan
yang
dapat
menerapkan
memainkan sistem
pengelolaan Cendana oleh pemerintah daerah tidak efisien dan tidak adil karena hasil dan dari
dinikmati
pengelolaan
oleh
merupakan
lebih
pemerintah
suatu
banyak
daerah,
ujian
(2006),
lebih
jauh
“Norma-norma perilaku dan pola sikap merupakan seperangkat nilai dari adanya kebersamaan pengertian (shared meaning) para anggota organisasi dalam kepercayaan, asumsi, persepsi, preferensi, pandangan dan sikapnya dalam mengatasi masalah. Shared meaning, shared understanding, atau collective mind, adalah kebersamaan pengertian para anggota organisasi dalam memiliki dan menggunakan nilai-nilai sebagai ciri khas, berlaku lama, berbeda dari organiasi lain, dan dapat diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya”.
yang
efektif. Menurut temuan Marks (2002) bahwa
manfaat
Tachjan
ini
kebijakan
desentralisasi politik ekonomi. 2. Nilai-nilai (Values)
Menurut Colebatch (2010), bahwa keberhasilan ditentukan
suatu oleh
kebijakan
Sejauhmana
Nilai-nilai
sangat kebijakan
ini
yang
menciptakan
artifak yang berupa teknologi, seni, pola
yang
perilaku. Nilai-nilai ini timbul disebabkan
dianut, baik dari pelaksana kebijakan maupun
oleh adanya asumsi dasar yang berkaitan
nilai yang berlaku di masyarakat dimana
dengan
kebijakan tersebut diterapkan.
lingkungannya, sifat dari realitas waktu dan
tersebut
memperhatikan
nilai-nilai
saling
hubungan
dengan
pada
tempat; sifat dari alam manusia; sifat dari
hakekatnya sesuatu yang dianggap penting
aktivitas manusia; dan sifat dari hubungan
untuk dijadikan pedoman dalam mencapai
manusia.
suatu tujuan bersama. Schein (1985) nilai
Nilai-nilai bersama akan menjadi pegangan
dinyatakan sebagai:
anggota
Nilai
dalam
organisasi
“Asumsi dasar, yang ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok orang ketika mereka belajar mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah berhasil baik sehingga dianggap absah untuk
kewajiban
organisasi
dalam
dan
merupakan
menjalankan landasan
berperilaku, serta menjadi pedoman untuk menghadapi persoalan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi
13
sehingga
mereka
mengetahui
bagaimana
dipengaruhi oleh penerapan kebijakan, dapat berupa kondisi budaya, sosial, politik, dan
mereka harus bertindak. Dari sisi organisasi, secara strategis
ekonomi. Pemahaman atas pengaruh faktor
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya
lingkungan memang sangat penting karena
menurut Thompson (1999), tergantung pada
kebijakan publik tidak mungkin terlepas dari
kesesuaian beberapa dimensi yang ada pada
pengaruh lingkungan dimana kebijakan itu
organisasi
dibuat dan dilaksanakan, termasuk dalam
yaitu,
(environment),
dimensi dimensi
lingkungan
Sumber
daya
faktor lingkungan adalah kultur politik, opini
(resources), dan dimensi nilai (values),
masyarakat,
Thompson (1999:280) mengemukakan:
perekonomian.
“How effective strategic management implies a congruence between an organization’s environment, its resources and its values and culture. The environment is the source of opportunities and threats-external key success factors. Resources constitute strengths and weaknesses. Strategic compentencies and capabilities which either match, or fail to match, environmental needs…. the values of E-V-R analysis is fact that it provide a straightforward framework for assessing the organisation’s existing strategic and strategic needs”. Nilai-nilai
yang
terdapat
pada
sistem
sosial,
dan
sistem
F. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: Faktor kebijakan
interpretasi
Cendana
secara
pelaksana signifikan
berpengaruh terhadap efektivitas pelestarian pohon Cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini menunjukkan bahwa peranan interpretasi merupakan
media
pendekatan
dalam
organisasi mendukung keberhasilan tujuan
meningkatkan efektivitas pelestarian pohon
organisasi
kepada
Cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan
kepemimpinan yang kuat dengan kejelasan
provinsi Nusa Tenggara Timur. Interpretasi
misi, tujuan, dan nilai-nilai itu sendiri.
para
sangat
Persoalan
bergantung
tentang
pentingnya
dimensi nilai atau faktor lingkungan dalam implementasi
kebijakan
publik
telah
dimasukkan oleh beberapa penulis antara lain, Smith (2004); Rhodes and Wanna (2007). Sedangkan Preuss dan Dixon (2012), mengemukakan faktor lingkungan sebagai salah dimensi untuk melihat implemetasi kebijakan publik. Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atau
pelaksanan
kebijakan
cendana
seharusnya diingkatkan lagi agar efektivitas pelestarian pohon cendana tercapai. Selain itu terdapat faktor lain yang perlu mendapat perhatian jika efektivitas pelestarian pohon cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ingin ditingkatkan. Faktor lain tersebut adalah faktor partisipasi masyarakat
dan
faktor
nilai-nilai
yang
14
berlaku, baik nilai pada aparat pelaksana
dapat menjelaskan
maupun pada masyarakat yang menjadi
secara utuh.
target/sasaran pelestarian.
dimensi interpretasi
3. Dalam penelitian ini ditemukan faktor lain yang berpengaruh dalam implementasi
2. Saran-saran
kebijakan
a. Bagi aspek keilmuan
Saran-saran
bersifat
penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Hasil temuan penelitian menunjukkan dukungan
terhadap
teori
implementasi kebijakan dari Jones (1984) yang berdimensi organisasi, interpretasi, dan aplikasi dengan efektivitas pelestarian pohon
cendana.
Karena
adanya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka diperlukan tindak lanjut melalui penelitian berikutnya, agar teori dari Jones(1984) yang didukung oleh hasil penelitian ini menjadi lebih teruji lagi. Urgensi penelitian lanjutan tersebut karena kenyataannya penelitian ini hanya memfokuskan kepada pengujian kebermaknaan dan pengukuran terhadap efektivitas
pelestarian
pohon
Cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 2. Penelitian eksplanatori
ini
karena
itu
dalam rangka memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang ilmu administrasi publik, khususnya tentang implementasi kebijakan. b. Bagi aspek guna laksana (praktis)
Saran-saran yang bersifat guna
laksana
(praktis) yang penulis dapat kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelestarian pohon Cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur, maka diharapkan pula upaya peningkatan efektivitas interpretasi oleh para pelaksana kebijakan pelestarian Cendana. 2. Peningkatan efektivitas interpretasi dalam implementasi kebijakan tentang Cendana dapat dilakukan melalui cara merubah pola pikir (mindset) penentu kebijakan dan implementor dari sekedar menjalankan rutinitas tugas menjadi tugas mulia bagi
menggunakan
metode
dalam
desain
survey
kuantitatif. Untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang proses implementasi kebijakan
Oleh
diharapkan dilakukan penelitian lanjutan yang
pengembangan aspek keilmuan yang dapat
adanya
publik.
Cendana
khususnya
faktor
interpretasi, maka diperlukan model yang lebih komprehensif dan baku sehingga
kepentingan generasi kini dan generasi mendatang; dari berpikir jangka pendek menjadi berpikir jangka panjang sehingga membentuk pola pikir yang berkomitmen mewujudkan pohon
keberhasilan
Cendana
di
pelestarian
kabupaten
Timor
Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur. 15
3. Untuk membantu proses kebijakan
berikutnya
operasional
pengambilan
yang
dalam
bersifat
meningkatkan
efektivitas pelestarian pohon Cendana, maka diperlukan pendataan ulang (up date) data-data
dasar
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Prenada Media, Jakarta.
(date
base)
yang
Colebath, Hal. 2010. ”Valuing Public Value: Recognizing and Applying Knowledge about the Policy Process”, Australian Journal of Public Policy, 66. 66-78
menyangkut luas areal/lahan yang sudah dan yang belum ditanami, jumlah yang pasti dari populasi pohon Cendana, data sertifikasi areal baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun oleh pihak swasta. 4. Peningkatan faktor lainnya yang turut berpengaruh pelestarian
terhadap pohon
efektivitas
Cendana
adalah
perhatian pada faktor nilai-nilai. Perhatian pada faktor ini dapat dilakukan melalui
Edward
III, George.1980. Implementing Public Policy. Congresional Quartely Press, Washinton DC Gunawan, Rimbo. 2002. Power, Meaning, And Forest Conservation: The Dynamics of State-Society Relation.Tidak dipublikasi, Bandung. Holden, Meg. 2010. “Public Participation and Local Sustainability: Questioning a common Agenda in Urban Governance”, International Journal of Urban and Regional Research, 35. 312-329.
sosialisasi Peraturan Daerah nomor 25 tahun 2001 agar masyarakat memahami mengenai adanya perubahan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat dari kegiatan pembudidayaan pohon cendana; melaksanakan hukum secara konsekwen dari berbagai pelanggaran menyangkut Cendana dan terakhir perlu dilakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkungan
lokasi
pelestarian
pohon
Cendana. Daftar Pustaka
Allin, Craig W. 2008. The Politics of Wilderness Preservation. University of Alaska Press, Fairbanks. Besley, J.C. 2010. “Public Engagement and Impact of Fairness Perception on Decision Favorability and Acceptance”, Science Communication, 32. 256-280.
Jones, C. O, 1984. An Introduction to the Study of Public Policy. Third Edition. Wadsworth, Inc, California. Jones, Michael D., and Mark K. McBeth. 2010. "A Narrative Policy Framework: Clear Enough to be Wrong?" Policy Studies Journal 38. 329-353. Kochtcheeva, Lada.V. 2009. “Administrative Discretion and Environmental Regulation: Agency Substantive Rules and Court Decisions in U.S. Air and Water Quality Policies”, Review of Policy Research, 26. 241– 265. Marks S.V. 2002. “NTT Sandalwood: Roots of Disaster”, Bulletin of Indonesia Economic Studies, 38. 223-240. Marsh, D. And McConnel, A. 2010. ” Toward A Framework for Establishing Policy Success”, Public Administration, 88. 564-583.
16
Matheson, Craig. 2009. ”Understanding the Policy Process: The Work of Henry Mintzberg”, The American Society for Public Administration, 69. 11481161.
Sinlae, Yonatan,.A.N.P.Lango. 2002. Kajian Program Regenerasi Cendana (santalum Album, L) di Daerah Nusa Tenggara Timur. Kupang: Laporan Hasil Penelitian. Faperta Undana
Mohan,
Smith, R.F.I. 2004. ”Focusing on Public Value: Something New and Something old”, Australian Journal of Public Administration, 66. 406421.
Gile. 2007. ”Participatory Development: Fraom Epistemological Reversals to Active Citizenship”. Geography Compass, 1. 779-796.
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2001. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 25 Tahun 2001 Tentang Cendana. Preuss, Karissa., and Madeline Dixon. 2012. “Looking after Coutry Two-Ways: Insights into Indigenous CommunityBased Conservation from the Southern Tannami”, Ecological Management & Restoration, 13. 2-15 Rhodes, R.A.W., and John Wanna. 2007. “The Limit to Public Value, or Rescuing Responsible Government from the Platonic Guardians”, The Australian Journal of Public Administration, 66. 406-421. Rohadi,
Dede. Retno Maryani.,Made Widyana.,dan Irdez Azhar. 2002. A Case Study of The Production-toConsumtion System of Sandalwood (Santalum Album) in South Central Timor, Indonesia. http://www.cifor.cgior.org/scrip/new scripts/publication. Diakses tanggal 23/5/2006.
Schein, Edgar H. 1985, Organization Culture and Leadership: A Dynamic View. Jossey Bass, San Fransisco.
Tachjan.
2006. Implementasi Kebijakan Publik. AIPI Bandung-Puslit KP2W Lemlit Unpad, Bandung.
Thomas, Ruth., Katherine Whybrow., and Cassandra Scharber. 2012. “A Conceptual Exploration of Participation Section III: Utilitarian Perspective and Conclution”, Educational Philosophy and Theory, 44. 801-817. Thompson, J. L. 1999. “A Strategic Perspective of Entrepreneurship” International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 5. 279-296. Umar, Husain,. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia, Jakarta. White, Dave D., Elizabeth A.Corley., and Margareth S.White. 2008. “Water Managers Perceptions of The Science-Policy Interface in Phoenix, Arizona: Implications for an Emerging Boudary Organization”, Society&Natural Resources, 21. 230243.
17
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) Avi Budi Setiawan; Fafurida Universitas Negeri Semarang Email:
[email protected] Abstract
Soybean is one of the agricultural commodity Grobogan. Soybean commodity is widely cultivated by farmers because the topography is consistent with the characteristics of the soil in Grobogan. In 2010 soybean production Grobogan is most widely in Central Java. However, Indonesia is still dependent on imported soybeans, especially in times of shortages of soybeans. This is partly also due to soybean production in soybean-producing region is very volatile while soybean demand in the market tends to increase. So, we need a strategy development of soybean farming in Grobogan. The goals to be achieved from the preparation of this study was to analyze the condition of soybean farming in Grobogan and obtain soybean farming development strategy in Grobogan based approach Analysis of Hierarchy Process. Alternative measures a priority to develop soybean are: Provision of continuous production factors and affordable, production factor subsidies, assistance to farmers, extension and education on effective post-harvest handling, Counseling institutional strengthening of farmer groups, and technical assistance (equipment, factors of production, training) to farmers. sedagkan least priority are: Incentives for active farmer organizations, cooperatives Revitalization and extension services and farmer partnerships with major employers Keywords: Soybean, Analysis of Hierarchy Process
Sektor pertanian di Indonesia merupakan
A. Pendahuluan
Pada era globalisasi dewasa ini dengan
salah
satu
sektor
utama
penggerak
salah satu isu utamanya adalah ketahanan
perekonomian hal ini dibuktikan dengan
pangan maka sektor pertanian merupakan
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
salah satu sektor utama yang memegang
Indonesia merupakan yang terbesar kedua
peranan
setelah
penting
dalam
pembangunan
sektor
industri.
ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan
pengembangannya
salah
mengingat
terkonsentrasi di pulau jawa terutama untuk
kebutuhan konsumen akan pangan sangatlah
komoditas tanaman pangan sehingga pulau
besar, mata pencaharian sebagian besar
jawa dapat dikatakan merupakan penopang
penduduk Indonesia juga berasal dari sektor
sektor pertanian di Indonesia. Dimana dalam
agraris.
kontribusinya
satu
faktor
Pada
abad
penting
modernisasi
ini
sektor
Dalam
terhadap
pertanian
peta
masih
pertanian
harus
nasional provinsi Jawa Tengah merupakan
dilakukan mengingat komoditas pertanian
salah satu wilayah agraris utama di pulau
tidak hanya menjadi barang konsumsi namun
jawa.
pengembangan
sektor
pertanian
juga komoditas industri baik sebagai bahan baku, maupun barang siap konsumsi.
Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi utama komoditi tanaman pangan
dan
hortikultura
di
Indonesia 18
(Sucihatiningsih: 2010). Beberapa komoditi
Hingga
palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau,
Kabupaten Grobogan adalah salah satu paling
dan kacang tanah merupakan potensi yang
banyak di Jawa Tengah, bahkan telah
cukup besar sebagai pangan alternatif, sumber
dipatenkan
zat gizi dan pengembangan agroindustri,
dikembangkan
sedangkan beberapa komoditi hortikultura
dengan nama kedelai Varietas Grobogan.
(bawang merah, bawang putih, cabe, kubis,
Selain itu, Kabupaten Grobogan merupakan
kentang, mangga, durian, rambutan, salak,
salah satu sentra komoditas kedelai utama di
kelengkeng) merupakan komoditi agribisnis
Indonesia. Produksi kedelai dari Grobogan
serta menjadi unggulan regional Provinsi ini.
merupakan
Kabupaten Grobogan adalah Kabupaten dengan luas wilayah terluas ke 3 di Jawa Tengah terdiri dari 18 kecamatan. Dengan potensi luas wilayah yang besar menjadikan Kabupaten Grobogan sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah bahkan Indonesia, mayoritas penduduk Kabupaten Grobogan juga bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB Kabupaten Grobogan dari tahun ke tahun. Dengan luas lahan pertanian
yang
besar
serta
ketersedian
berbagai faktor produksi dan output sektor pertanian yang besar serta terdapat berbagai macam komoditas pertanian unggulan (padi, jagung, kedelai) maka pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Grobogan perlu dilakukan guna peningkatan daya saing sektor pertanian
dan
peningkatan
kesejahteraan
Kedelai
merupakan
salah
petani komoditas
andalan
pertanian
satu
Kabupaten
Grobogan. Komoditas kedelai ini banyak diusahakan
oleh
petani
karena
secara
topografi memang sesuai dengan karakteristik tanah di Kabupaten Grobogan, oleh karena itu kedelai
dapat
menguntungkan
tumbuh ketika
subur
dan
tahun
2011
benih di
salah
produksi
unggul
kedelai
Kabupaten
satu
kedelai
yang
Grobogan
penopang
utama
terhadap total produksi kedelai nasional. Tabel 1 Produksi, Kedelai Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (dirinci per Kabupaten) Kabupaten Luas Produksi Produktivitas (Ton) (Ku/ Ha) Panen (Ha) Cilacap 3.233 3.693 11,42 Banyumas 4.051 7.14 17,63 Purbalingga 204 306 15,00 Banjarnegara 491 522 10,63 Kebumen 8.403 11.562 13,76 Purworejo 3.062 1.526 4,98 Wonosobo 12 15 12,51 Magelang Boyolali 2.478 4.082 16,47 Klaten 4.228 6.266 14,82 Sukoharjo 2.722 4.325 15,89 Wonogiri 18718 22.359 11,95 Karanganyar 617 846 13,71 Sragen 3140 4.166 13,27 Grobogan 7350 14.582 19,84 Blora 3.548 4.004 11,29 Rembang 4.256 3.732 8,77 Pati 2.801 3.335 11,91 Kudus 169 144 8,52 Jepara 61 48 7,88 Demak 2.99 7.24 24,21 Semarang 326 411 12,61 Temanggung 8 16 20,31 Kendal 3.746 5.614 14,99 Batang 77 88 11,41 Pekalongan 59 60 10,15 Pemalang 29 37 12,69 Tegal 297 283 9,53 Brebes 4.912 5.871 11,95 Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah 2013
dibudidayakan. 19
Akan tetapi selama ini Indonesia masih
bergantung
pada
kedelai
komoditas kedelai di Kabupaten Grobogan
impor
merupakan sesuatu yang memiliki dimensi
terutama pada saat terjadi kekurangan stok
yang luas terutama terkait dengan aspek
kedelai. Hal ini antara lain disebabkan juga
ekonomi serta potensi sumber daya.
karena produksi kedelai di wilayah penghasil kedelai permintaan
sangat
fluktuatif
kedelai
di
pasar
Kebijakan
pengembangan
usahatani
sedangkan
kedelai yang telah dilaksanakan baik oleh
cenderung
Pemerintah
maupun
dianggap
kedelai umumnya dilakukan pada musim
kemampuan usahatani kedelai di Kabupaten
kemarau, hal ini dikarenakan karakteristik
Grobogan dalam menyangga perekonomian
kedelai bertipe tanaman kering.
terutama di komoditas kedelai, serangkaian
kontribusi
mampu
lain
mengalami peningkatan. Kegiatan penanaman
Tingginya
belum
pihak-pihak
meningkatkan
Kabupaten
kebijakan yang telah diprogramkan dan
Grobogan terhadap total produksi komoditas
dilaksanakan juga dirasa belum menyentuh
pertanian di Jawa Tengah khususnya kedelai
hingga level petani di tingkat bawah. Oleh
membuat Kabupaten Grobogan menjadi salah
karena itu berdasarkan rumusan permasalahan
satu sentra kedelai di Provinsi Jawa Tengah
diatas
terlebih dengan luas wilayah Kabupaten
penelitian adalah sebagai berikut:
Grobogan adalah yang terbesar ketiga di Jawa
1. Bagaimana kondisi usahatani kedelai di
Tengah tentu saja akan berdampak pada semakin besarnya lahan usahatani potensial
maka
yang
menjadi
pertanyaan
Kabupaten Grobogan? 2. Bagaimana
yang digarap. Akan tetapi nilai PDRB
strategi
pengembangan
usahatani kedelai di Kabupaten Grobogan?
Kabupaten Grobogan justru rendah bila dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lain (Jawa Tengah Dalam Angka: 2012) Pengembangan usahatani kedelai di Kabupaten Grobogan tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan kajian kebijakan dan perumusan strategi yang komprehensif mengingat kegiatan usahatani kedelai akan melibatkan sub sistem-sub sistem yang ada didalamnya. Kabupaten Grobogan merupakan salah satu penyangga utama akan komoditaskomoditas
pertanian
terutama
tanaman
pangan di Jawa Tengah dan Indonesia sehingga kajian akan strategi pengembangan
B.
Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan
perusahaan,
serta
merancang
strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu: Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai 20
visi yang dicita-citakan dalam lingkungan
catatan-catatan laporan pertanian Kabupaten
tersebut.
Grobogan.
internal
Melakukan dan
analisis
eksternal
lingkungan
untuk
mengukur
Dalam
penyusunan
peneliti
ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan
kuantitatif dan deskriptif kualitatif, analisis
dalam menjalankan misinya. Merumuskan
deskriptif sendiri diartikan sebagai proses
faktor-faktor
(key
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
success factors) dari strategi-strategi yang
melukiskan keadaan subyek dan obyek
dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
penelitian pada saat sekarang berdasarkan
Menentukan
keberhasilan
analisis
ini
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ukuran
menggunakan
penelitian
deskriptif
target
terukur,
fakta-fakta yang tampak atau bagaimana
alternatif
strategi
adanya. Denzin (1978) dalam Sucihatiningsih
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
(2010) menggunakan istilah triangulasi untuk
dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
mengkonsepkan
Memilih strategi yang paling sesuai untuk
gabungan dalam satu penelitian dimaksud.
mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
Metode gabungan dalam penelitian ini adalah
panjang. (Hariadi, 2005).
pendekatan kuantitatif sebagai metode utama
mengevaluasi
tujuan
dan
berbagai
dan
penggunaan
pendekatan
metode
kualitatif
sebagai
pengkayaannya. Setelah mendapat gambaran
C. Metode Penelitian
Dalam penyusunan penelitian jenis data
dari analisis deskriptif maka dilanjutkan
yang digunakan oleh peneliti adalah data
dengan
primer dan data sekunder. Data primer
usahatani
diperoleh dari hasil wawancara langsung
Model Analitycal Hierarchy Proses (AHP)
dengan para key person dalam usahatani
untuk menentukan strategi pengembangan
kedelai
daftar
komoditas kedelai di Kabupaten Grobogan.
pedoman
Seperti telah dijelaskan diatas metode AHP
dengan
pertanyaan
menggunakan
(kuesioner)
dan
wawancara.
analisis
strategi
kedelai
pengembangan
melalui
penggunaan
digunakan untuk memilih kriteria
Sedangkan data sekunder adalah data
dan
alternatif guna mencapai tujuan/ goal yaitu
yang diperoleh dari catatan atau sumber lain
pengembangan
yang telah ada sebelumnya dan diolah
Kabupaten Grobogan. Adapun yang menjadi
kemudian disajikan dalam bentuk teks, karya
kriteria
tulis, laporan penelitian, buku dan lain
pengembangan
sebagainya. Data sekunder yang dibutuhkan
Kabupaten
diperoleh dari catatan BPS Jawa Tengah,
berikut.
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
usahatani
alternatif
dari
usahatani
Grobogan
kedelai
strategi
kedelai
adalah
di
di
sebagai
dan
Holtikultura Kabupaten Grobogan serta dari 21
Tabel 2 Kriteria dan alternatif dalam metode AHP Kriteria Aspek Faktor Produksi (penyediaan Input)
Aspek Budidaya
• • •
• • •
Aspek Kebijakan Pemerintah
•
• •
Aspek Kelembagaan
• • •
Aspek Pasca Panen
• •
Sumber: Data primer
Alternatif Subsidi faktor produksi Investasi pihak swasta dalam penyediaan faktor produksi Penyediaan faktor produksi secara kontinyu dan terjangkau Pendampingan kepada petani Merangsang pupuk organik dan pestisida organik Merangsang menggunakan benih unggul dan berlabel. Dukungan kebijakan penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) Kebijakan pembangunan infrastruktur Bantuan teknis (peralatan, faktor produksi, pelatihan) kepada petani Penyuluhan penguatan kelembagaan kelompok tani Insentif bagi lembaga tani yang aktif Revitalisasi KUD serta lembaga penyuluhan Kemitraan petani dengan pengusaha besar Penyuluhan dan edukasi tentang penanganan pasca panen yang efektif. diolah
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. D. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Petani di Kabupaten Grobogan
Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi
mata
kebanyakan Grobogan.
pencaharian
masyarakat Umumnya
utama
di
bagi
Kabupaten
petani-petani
di
Kabupaten Grobogan mengusahakan padi sebagai komoditas utama yang ditanam. Akan tetapi, intensitas penanamanya bergantung kepada
kondisi
lahan.
Apabila
lahan
sawahnya adalah sawah irigasi maka padi dapat ditanam dua kali dalam satu tahun, tetapi apabila sawah merupakan tadah hujan maka padi hanya dapat ditanam selama satu kali dalam setahun. Petani di Kabupaten Grobogan
merupakan
masyarakat
yang
kebanyakan tinggal di daerah perdesaan
Pendekatan analisis deskriptif kualitatif
mengingat sektor pertanian adalah sektor
digunakan untuk melengkapi dan mendukung
yang tumbuh dan menjadi penopang utama di
kekayaan data pada analisis kuantitatif. Untuk
wilayah perdesaan.
mendapatkan deskriptif
informasi
kualitatif
dalam
analisis
dilakukan
melalui
wawancara dan pengamatan Wawancara
dan
mendalam.
pengamatan
dilakukan
kepada petani Analisis ini digunakan untuk mempertajam deskripsi tentang: (1) gambaran umum
kondisi
usahatani,
(3)
pertanian, strategi
(2)
metode kebijakan
2. Gambaran Umum Komoditas Kedelai di Kabupaten Grobogan
Untuk jenis komoditas kedelai petani kedelai di Kabupaten Grobogan biasanya menggunakan jenis benih kedelai varietas grobogan. Varietas kedelai ini merupakan
pengembangan komoditas pertanian. Seperti
pengembangan dari kedelai varietas Malabar
yang telah disebutkan diatas bahwa analisis
yang dikembangkan di Kabupaten Grobogan
deskriptif sendiri diartikan sebagai proses
sehingga
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menanam kedelai ini. Petani kedelai lebih
melukiskan keadaan subyek dan obyek
memilih jenis kedelai varietas grobogan
sekarang
petani
lebih
banyak
22
karena secara teknis lebih tahan penyakit,
tanaman pangan kedelai dengan persentasi
waktu panen cepat dan kualitas biji yang
prioritas sebesar 25,1%. Selanjutnya alternatif
dihasilkan sangat bagus. Selain juga karena
yang paling penting kedua adalah subsidi
merupakan
faktor produksi dengan persentase 16,3%.
varietas
yang
dibuat
dan
Alternatif yang menjadi prioritas ketiga
dikembangkan di daerah sendiri. Kedelai
varietas
sangat
grobogan
mudah didapat, sehingga apabila petani ingin menanam kedelai maka tinggal mencari di
dengan persentase prioritas sebesar 12,5% adalah pendampingan kepada petani. Sedangkan alternatif yang paling tidak
toko pertanian. Kedelai ini dikembangkan
proritas dalam pengembangan komoditas
oleh pemerintah berkerja sama dengan pihak
tanaman pangan kedelai adalah kemitraan
swasta dan melibatkan petani.
petani dan pengusaha besar di peringkat 12 dengan persentase prioritas 2,1%. Prioritas ketiga belas adalah revitalisasi KUD serta
3. Prioritas Kebijakan Alihfungsi Lahan
Dalam
penyusunan
strategi
lembaga
penyuluhan
dengan
persentase
pengembangan komoditas tanaman pangan
2,0%.dan alternatif yang menjadi prioritas
kedelai di Kabupaten Grobogan terdapat dari
terakhir adalah insentif bagi lembaga tani
5 kriteria dan 14 alternatif atau sama dengan
yang aktif dengan persentase 0,9%.
komoditas padi dan jagung. Untuk keempat
Tabel 3 Urutan Alternatif Strategi Pengembangan Komoditas Kedelai dari yang Paling Prioritas Prioritas Alternatif Persentase 1 Penyediaan faktor produksi 25,1% secara kontinyu dan terjangkau 2 Subsidi faktor produksi 16,3% 3 Pendampingan kepada petani 12,5% 4 Penyuluhan dan edukasi 9,6% tentang penanganan pasca panen yang efektif 5 Penyuluhan penguatan 6,8% kelembagaan kelompok tani 6 Bantuan teknis (peralatan, 6,6% faktor produksi, pelatihan) kepada petani 7 Kebijakan pembangunan 5,0% infrastruktur 8 Dukungan kebijakan 3,8% penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) 9 Investasi pihak swasta dalam 3,2% penyediaan faktor produksi 10 Merangsang menggunakan 3,0% benih unggul dan berlabel 11 Merangsang pupuk organik 2,9% dan pestisida organik 12 Kemitraan petani dengan 2,1% pengusaha besar 13 Revitalisasi KUD serta 2,0% lembaga penyuluhan 14 Insentif bagi lembaga tani 0,9% yang aktif Total 100% Sumber: Data primer diolah
belas alternatif ini dapat diketahui secara berurutan mulai dari alternatif yang paling prioritas hingga yang paling tidak prioritas. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai alternatif-alternatif
yang
paling
prioritas
secara keseluruhan. Jadi akan disajikan urutan 14 alternatif dari yang paling prioritas hingga yang paling tidak prioritas berdasarkan analisis AHP. Berikut disajikan gambar tentang alternatif komoditas
strategi
tanaman
pengembangan
pangan
kedelai
di
Kabupaten Grobogan sebagai berikut: Berdasarkan hasil olah data diatas maka dapat diketahui bahwa dari keempatbelas alternatif
yang
ada
tenyata
alternatif
penyediaan faktor produksi secara kontinyu dan terjangkau merupakan alternatif yang terpenting guna mengembangkan komoditas
23
contoh, petani sering ketinggalan informasi
4. Pembahasan
Analisis merumuskan
AHP
digunakan
untuk
tentang jenis varietas bibit unggul yang
strategi
prioritas
dalam
dikembangkan oleh lembaga riset. Memang
mengembangkan
komoditas
di
sekarang ini di era globalisasi, banyak
Kabupaten Grobogan. Perumusan alternatif
perusahaan benih yang telah bekerja sama
dan prioritas ini dibuat sekomprehensif
dengan petani untuk menanam benih yang
mungkin
semua
diproduksi dari pabrik-pabrik mereka. Hal ini
kemungkinan yang dimungkinkan berperan
merupakan sebuah fakta dan fenomena
dalam pengembangan komoditas kedelai.
empiris yang sebenarnya menguntungkan jika
Apabila diurutkan dan dijadikan satu kedalam
dilihat secara parsial. Namun, apabila dikaji
satu tabel yang komprehensif. Maka kriteria
lagi secara mendalam hal ini lebih bersifat
dan alternatif yang menjadi prioritas untuk
destruktif
masing-masing komoditas adalah sebagai
diberikan produk hasil inovasi baru, akan
berikut.
tetapi itu merupakan strategi dari perusahaan
untuk
Apabila
kedelai
menyentuh
dilihat
maka
untuk membangun kemitraan kepada petani
terdapat beberapa aspek yang menjadi kriteria
tetapi hanya menguntungkan satu pihak saja.
utama. Aspek-aspek yang paling menjadi
Setelah
prioritas antara lain aspek faktor produksi.
pemasaran
Pengembangan komoditas kedelai dianggap
menaikan harga benih karena perusahaan
memerlukan sebuah strategi pengembangan
mengejar keuntungan yang besar. Benih hasil
yang terkait aspek faktor produksi. Petani di
pengembangan dari lembaga riset, universitas
Kabupaten Grobogan membutuhkan sesuatu
yang concern pada pengembangan pertanian
yang sifatnya teknis dan aplikatif. Aspek
tidak berkembang karena kurang mendapat
faktor
dukungan untuk dibudidayakan oleh para
produksi
lebih lanjut
bagi petani. Petani memang
sangat
terkait
dengan
penyediaan input yang seperti diketahui
perusahaan benih
menguasai maka
pasar
mereka
akan
petani lokal.
bersama penggunaan input ini sangatlah
Perlu pendampingan kepada petani oleh
penting bagi petani karena apabila tanpa
penyuluh pertanian untuk menjamin petani
faktor produksi yang tersedia secara kontinyu
diayomi oleh pemerintah. Peran penyuluh
maka usahatani tidak akan maksimal.
secara
Aspek budidaya juga merupakan aspek
psikologis
oleh
petani
dianggap
mampu memberikan rasa tentram kepada
yang penting bagi pengembangan komoditas
mereka
kedelai. Petani di Kabupaten Grobogan
mendapat dukungan dari wakil pemerintah
sebagaimana
bersama
yang dalam hal ini penyuluh pertanian. Petani
memiliki update pengetahuan yang rendah
akan mendapatkan informasi baru tentang
mengenai usahatani yang digeluti. Sebagai
usahatani, peralatan pertanian yang modern,
telah
diketahui
karena
petani
merasakan
telah
24
faktor produksi yang efisien serta informasi
diperoleh petani menurun karena harga jual
pasar
tentang
kedelai basah jauh di bawah harga beras.
penanggulangan hama penyakit. Memang
Kondisi ini disebabkan karena penanganan
benar apabila banyak petani masih berpikiran
pasca panen untuk komoditas pertanian
sederhana dan sulit untuk menerima hal baru
terutama kedelai masih kurang optimal, bisa
bahkan
disebabkan karena keterbatasan teknologi dan
dan
juga
hanya
pengetahuan
treatment
informasi
update
saja
sering
tidak
dan pernah
pengetahuan
namun
juga
bisa
karena
dilakukan oleh petani. Sedang disisi lain,
dorongan untuk mrndapatkan uang cepat.
petani kadangkala membutuhkan bantuan
Bulog juga tidak menjalankan tugas lagi
penyuluh pertanian apabila tanaman mereka
untuk menyerap kedelai dari petani.
terserang
hama
pendekatan kondisi
ini.
penyakit.
yang arif Penyuluh
Perlu
dalam
sebuah
Kemudian aspek kebijakan pemerintah
menyikapi
walaupun menjadi prioritas terakhir namun
pertanian
perlu
juga memerlukan kajian yang lebih cermat.
mengerti kondisi petani yang dibinanya,
Petani
memahami
serta
dukungan kebijakan perlindungan berupa
menyampaikan pengetahuan kepada petani
penetapan harga pokok penjualan atau harga
dengan model pembelajaran yang dibangun
jual terendah untuk komoditas mereka. Jadi
berdasarkan basis komunikasi dan kesetaraan.
petani
Petani pun juga harus mampu membuka diri
dukungan berupa perlindungan harga jual
dengan pengetahuan baru, jangan sekedar
produk pertanian karena aspek harga jual ini
mentoleransi ketidaktahuan mereka dengan
selalu dikaitkan dengan posisi tawar petani
ketidak pedulian. Harus ada upaya merubah
yang rendah.
kearifan
lokal
mindset petani dalam memandang usahatani sebagai mata pencaharian. Sedangkan
aspek
dirasakan
sangat
dianggap
lebih
membutuhkan
membutuhkan
Aspek budidaya juga menjadi aspek prioritas terlebih dalam teknis usahatani
prioritas
yang
kedelai.
Petani
perlu
selanjutnya dalam pengembangan komoditas
pendampingan
kedelai adalah aspek pasca panen. Aspek ini
menjalankan kegiatan usahtani kedelai, hal itu
dianggap cukup urgent dalam peta upaya
juga didorong dengan upaya menggunakan
pengembangan komoditas tanaman kedelai.
benih
Pasca panen sebenarnya merupakan sebuah
dikembangkan
aspek yang penting. Sebagai contoh, ketika
Pengembangan benih kedelai unggulan dan
pada saat panen raya kedelai tiba banyak
produk lokal ini perlu ditingkatkan. Selain itu,
petani menjual panen mereka dengan sistem
untuk
tengkulak.
Hal
ini
dukungan
varietas di
mengurangi
grobogan
Kabupaten
dalam
yang
Grobogan.
ketergantungan
akan
akan
faktor-faktor produksi konvensional yang
mengakibatkan keuntungan potensial yang
tinggi perlu dimulai usaha untuk mulai
ijon
kepada
kedelai
dan
mendapatkan
25
menggunakan pupuk organik dari kotoran
kedelai
binatang dan pestisida organik.
menghindari terjadinya praktek spekulasi
Aspek elemen
infrastruktur
harga.
Hal
ini
petani
dilakukan
sehingga
mengingat
berdasarkan pengalaman petani komoditas
komoditas kedelai di Kabupaten Grobogan.
kedelai ini sangat rawan spekulasi. Harga jual
Selama ini, perhatian pemerintah dan pihak-
kedelai dapat dengan mudah berubah drastis
pihak terkait yang bertanggung jawab masih
dalam waktu yang sangat singkat. Kondisi ini
terfokus pada komoditas padi dan jagung
tentu saja sangat merugikan petani kedelai
yang lebih banyak ditanam petani. Padahal,
karena mereka tidak dapat mempengaruhi
komoditas kedelai merupakan komoditas
harga.
sangat
Grobogan
bagi
menjadi
level
pengembangan
yang
penting
juga
pada
penting
merupakan
karena
Kabupaten
penyedia
kedelai
Subsidi faktor produksi seperti pupuk, benih unggul dan obat-obatan juga perlu
terbesar di Jawa Tengah bahkan Indonesia
ditingkatkan
oleh karena itu infrastruktur kedelai harus
komoditas kedelai di Kabupaten Grobogan.
diperhatikan.
Subsidi yang ada selama ini masing kurang
Infrastruktur yang dimaksud penting dalam
pengembangan
komoditas
kedelai
untuk
mengembangkan
dalam memenuhi kebutuhan petani akan faktor produksi yang penting seperti pupuk
antara lain jaringan pengairan untuk lahan
dan
tanam kedelai. Tanaman kedelai memang
merupakan salah satu faktor produksi yang
tidak memerlukan banyak air akan tetapi
penyediaanya diharapkan dapat ditambah
ketersediaan
seiring dengan upaya peningkatan produksi.
air
melalui
pembangunan
benih
embung-embung di sawah , sumur-sumur di
Namun,
tengah
diimbangi
sawah
harus
ditambah
untuk
unggul.
Pupuk
penambahannya dengan
upaya
bersubsidi
juga
harus
pendampingan
memastikan ketersediaan air bagi tanaman
kepada petani agar dapat menggunakan
kedelai terjamin. Selain itu, perlu dibangun
dengan efisien dan tidak berlebihan. Petani
pusat pasar kedelai di sentra-sentra kedelai
memang
agar
lagi
perlindungan dari pemerintah. Sedangkan
komoditas yang diperebutkan tengkulak dan
salah satu mekanisme perlindungan kepada
spekulan
petani adalah
menjadikan
namun
kedelai
sebagai
bukan
tempat
untuk
memerlukan
dengan
mekanisme
diberikan
subsidi
mempertemukan pembeli besar dan pembeli
kepada mereka. Dengan subsidi setidaknya
akhir dengan petani kedelai atau gabungan
akan mengurangi biaya produksi petani dan
petani kedelai sebagai penjual kolektif di
membuat mereka meningkat daya saingnya
pasar. Pasar pemasaran pada sentra-sentra
karena harga yang bersaing dan kualitas
kedelai ini juga dapat digunakan sebagai
panen yang baik sebab faktor produksinya
sarana untuk menetapkan harga standar jual
diberikan secara optimal. 26
Penyuluh pertanian juga perlu untuk
kedelai dan peralatan lain namun setelah
memberikan dorongan kepada petani supaya
bantuan peralatan tersebut sampai kepada
menggunakan benil lokal yaitu benih kedelai
petani alat tersebut tidak digunakan lagi oleh
varietas
grobogan
untuk
petani
Kedelai
varietas
grobogan
dibudidayakan. merupakan
varietas benih kedelai yang telah disertifikasi
karena
ketidakmampuan
dalam
pengorerasian dan ketidak sesuaian antara kebutuhan dan bantuan yang datang.
dan termasuk jenis benih kedelai unggul sehingga perlu untuk terus dibudidayakan. Selain sebagai perwujudan rasa bangga kepada
produk
penggunaan
benih
benih
lokal.
diperoleh beberapa kesimpulan antara lain bahwa kondisi petani komoditas kedelai di
karena
Kabupaten Grobogan kebanyakan didominasi
umumnya dijual dengan harga yang lebih
oleh petani dengan struktur umur yang telah
murah bahkan bisa dikembangkan sendiri
tua, berlatar belakang pendidikan rendah dan
oleh petani dengan cara menyisihkan kedelai
masih menjalankan kegiatan pertanian secara
hasil panen untuk dipersiapkan sebagai benih
tradisional secara turun-temurun. Strategi
dengan maksud ditanam pada periode masa
pengembangan kedelai berdasarkan urutan
tanam berikutnya.
prioritas
biaya
lokal
Dari penelitian yang telah dilakukan ini
lebih
meminimumkan
kedelai
Terlebih
E. Kesimpulan dan Saran
produksi
kriteria
pengembangan
adalah
Bantuan teknis kepada petani kedelai
sebagai berikut: aspek yang menjadi prioritas
merupakan salah satu instrumen teknis yang
utama adalah aspek faktor produksi, aspek
perlu
budidaya,
dilaksanakan.
Petani
kedelai
aspek
memerlukan banyak sekali bantuan dari
kelembagaan
pemerintah maupun pihak terkait. Misalnya
pemerintah.
pasca
dan
panen,
aspek
aspek
kebijakan
bantuan pompa air, alat pengering benih
Adapun rekomendasi berdasarkan hasil
kedelai, dan lain sebagainya. Bantuan ini
penelitian ini adalah perlunya Pemerintah
harus diberikan dengan terlebih dahulu
Kabupaten
melakukan pemetaan mengenai kelompok
mengaplikasikan
tani mana saja yang membutuhkan bantuan
komoditas
peralatan
tertentu.
berdasarkan prioritas kriteria dan alternatif
mengingat
azas
Hal
ini
dilakukan
kebermanfaatan
Grobogan
disarankan
strategi
tanaman
untuk
pengembangan
pangan
kedelai
dan
yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
kesesuaian bantuan yang dibutuhkan dengan
penelitian. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
realisasi bantuan. Sebab, sering ditemui
pemerintah Kabupaten Grobogan disarankan
kejadian di lapangan bahwa banyak kelompok
untuk lebih memfokuskan pengembangan
tani yang mendapatkan bantuan peralatan
komoditas unggulan tanaman pangan kedelai
pertanian seperti mesin pengering benih
di sentra daerah pengembangan. Pemerintah 27
daerah juga disarankan untuk mendorong upaya
intensifikasi
dan
peningkatan
produktivitas lahan melalui program-program peningkatan kemampuan petani, peningkatan dan
perbaikan
sarana
dan
prasarana
penunjang produksi tanaman pangan. Perlu ada sebuah kebijakan mempengaruhi harga yang aplikatif menyentuh kepada petani untuk meningkatkan
kesejahteraan
mereka.
Penetapan kebijakan harga pokok penjualan (HPP) untuk komoditas padi perlu dilakukan dengan berkerjasama dengan petani melalui kelompok tani, sehingga kelompok tani dapat memenuhi standar kualitas produk yang diminta oleh BULOG.
Sebab selama ini
permasalahan yang timbul adalah petani tidak mampu mengolah hasil panen mereka karena ketiadaan sarana pengolah padahal standar gabah untuk masuk ke BULOG mensyaratkan standar terkait kualitas produk yang dikirim. Perlu juga kebijakan selling price dan floor price untuk komoditas jagung dan kedelai untuk meningkatkan posisi tawar petani.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN Baehaqi, Achmad. 2007. Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Tesis, Institut Pertanian Bogor
Budi Setiawan, Avi. 2008. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Jagung Di Kabupaten Grobogan tahun 2008, Skripsi, UNNES Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2001. Rencana Strategis dan Program Kerja Pemantapan Ketahanan Pangan 2001-2004. Badan Bimas Ketahanan Pangan. Jakarta. BPS Provinsi Jawa Tengah. 2007. Jawa Tengah Dalam Angka: Jawa Tengah. BPS Provinsi Jawa Tengah. 2009. Jawa Tengah Dalam Angka: Jawa Tengah. BPS Kabupaten Grobogan 2007. Grobogan Dalam Angka: Grobogan BPS Kabupaten Grobogan 2008. Grobogan Dalam Angka: Grobogan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Grobogan, 2007, Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Tahun 2002-2007: Grobogan. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Grobogan. 2006, Petunjuk Pelaksanaan Program intensifikasi Tanaman pangan dan perkebunan. Grobogan. Mason, R.D.,1996, Teknik Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga Mosher, A.T., 1978, An Introduction to Agricultural Extension, Agricultural Development Council, New York Mosher, A.T, 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian Saduran Krisnandhi C.V. Yasaguna, Jakarta. Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : LPES. Nicholson, Walter. 2002, Mikro Ekonomi Intermediate. Jakarta. Erlangga
28
Permadi, Bambang. 1992. Analysis Hierarchy Process. Jakarta. PAU EK Universitas Indonesia
Kabupaten dan Kota Pekalongan. RUKK Kantor Menneg Ristek dan LIPI. Jakarta.
Saaly, TL. 1987. The Analytic Hierarchy Process- What it is and How it is used, Math Modelling, Pergamon Journals Ltd. Great Britain
Susilowati, Indah. 2009. Penguatan Kinerja Agribisnis Tanaman Pangan Unggulan Provinsi Jawa Tengah dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Kerjasama UNDIP dan Badan Litbang. Deptan.
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Grobogan. http://www.grobogankab.go.id. Situs
Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. http://www.jawatengah.go.id.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas (Theory of Production Economics with Special Discussion on Cobb-Douglas Production Function). 3rd Edition, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno,Sadono, 2005, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Raja Grafindo Persada: Jakarta Sucihatiningsih, DWP, 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluh Pertanian dalam Meningkatkan Kinerja Usaha Tani: Studi Empiris di Provinsi Jawa Tengah . Disertasi. UNDIP Suryana, Sawa, 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora). Tesis. UNDIP Susilowati, Indah, Mudjahirin T, Waridin, Tri Winarni A, Agung S. 2004. Pengembangan Model Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan di
Syahyuti. 1995. Pendekatan Kelompok dalam Pelaksanaan Program/Proyek Pembangunan Pertanian. Majalah Forum Agro Ekonomi. Vol. 13. No. 2 Desember 1995. Syahyuti. 2002. Pembentukan Struktur Agraria pada Masyarakat Pinggiran Hutan. Tesis pada Jurusan Sosiologi Pedesaan. IPB, Bogor Syahyuti. 2003. Pembangunan pertanian indonesia dalam pengaruh kapitalisme dunia: analisis ekonomi politik perberasan. Pusat penelitian dan pembangunan sosial ekonomi pertanian. Vu. Linh H. 2004. Efficiency of Rice Farming Households in Vietnam :A DEA with Bootstrap and Stochastic Frontier Application. University of Minnesota. USA Yotopoulos, Pan A and JB Nugget. 1976, Economic of Development: Empirical Investigation, Harper International. USA Yulianik, Siswi. 2006. Analisis Efisiensi penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus di Desa larangan). Skripsi. UNDIP
29
DAMPAK KAWASAN INDUSTRI DI DESA BUTUH TERHADAP PEREKONOMIAN DAN KEINGINAN BERWIRAUSAHA DI KECAMATAN MOJOSONGO, BOYOLALI Nurul Istiqomah1), Dwi Prasetyani2), Amina Sukma Dewi3) 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Email :
[email protected] 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Email :
[email protected] 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Email :
[email protected]
ABSTRACT
This background of this research is the establishment of several factories in Butuh Village, Mojosongo Sub-District, Boyolali Regency, which forms an industrial area. In the past, the residents of Butuh Village worked by cultivating land and breeding livestock because the soil in this area is barren and water sources are difficult to find. Because of the establishment of industrial area, the economic activity of this area increases significantly. This research uses descriptive-quantitative research method. Qualitative analysis is used to discover the increase of economic activity and the level of health and education of the surrounding community. Whereas quantitative analysis was conducted by using Paired Samples T test. This test is used to discover the presence of average difference between two paired (corresponding) sample groups. In this case, it is about community’s income and expenditure in the surroundings of industrial area. Whereas regression analysis, specifically Ordinary Least Square (OLS) Logit, is used to discover community’s entrepreneurship desire after the existence of industrial area. The impact of industrial area in Butuh Village, Mojosongo Sub-district can reduce unemployment rate. However,most people in Butuh Village prefer becoming entrepreneurs around the industrial area to factory workers. Additional income earned shifts the way of thinking of people around industrial area in the field of education and health. In addition, there were differences of income and expenditure between the times before and after the existence of industrial area in Butuh Village. The last, education, income and expenditure influence the entrepreneurial decision. Keywords: Industrial Area, Income, Expenditure, Paired Samples T-test, Logit.
sebesar
A. Pendahuluan
49,3 %
dan
semakin
lama
Struktur perekonomian di Indonesia
kontribusinya mengalami penurunan. Pada
sudah mulai mengalami pergeseran. Hal
tahun 1979 sumbangsih sektor pertanian
tersebut merupakan suatu yang wajar yang
menjadi 28,1 % dan terus menurun hingga
dialami
data
oleh
setiap
negara
di
seluruh
yang
diperoleh pada
2011
dunia. Data mengenai kontribusi masing-
kontribusinya
masing
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
sektor
terhadap
PDB
bisa
hanya
tahun
14,7%. Penurunan
memberikan gambaran, bahwa pada tahun
disebabkan
pengurangan
1969 struktur perekonomian di Indonesia
pertanian yang ada di Pulau Jawa, adanya
masih didominasi oleh sektor pertanian ,
kegagalan
dimana kontribusi sektor pertanian adalah
membuka lahan pertanian baru di luar
panen,
lahan-lahan
kegagalan
untuk
30
Pulau
Jawa
kesuburan
yang
tanah
disebabkan
yang
tingkat
berbeda
dengan
Pulau Jawa.
merupakan
salah
satu
kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang pertumbuhan ekonominya mempunyai potensi
Ketika sektor pertanian mengalami penurunan, sektor mengalami
Boyolali
industri
kenaikan. Pada
cenderung tahun
1969,
untuk terus meningkat. Berdasarkan data dari BPS, pertumbuhan
ekonomi
Boyolali pada tahun 2008
Kabupaten adalah 4,04%
kontribusi sektor industri pengolahan hanya
sedangkan
9,2 %, masih kalah jauh jika dibandingkan
menjadi 5,16 %. Ada empat sektor yang
dengan sektor pertanian dan perdagangan
memberikan kontribusi di atas 10% terhadap
yang
30%. Sektor
PDRB Kabupaten Boyolali pada tahun 2010,
tahun
1979
yaitu sektor pertanian sebesar 37,18%; sektor
angkanya sudah naik menjadi 10,3% dan
perdagangan sebesar 23,93%; sektor industri
satu dekade berikutnya menjadi 18,4%.
pengolahan sebesar 14,15 %; dan sektor jasa-
Pada tahun 2008, kontribusinya mencapai
jasa
27,8 %
industri, perkembangannya
kala
industri
itu
mencapai
pengolahan
dan
pada
hingga
data
tahun
2012
Semester I diperoleh data kontribusi sektor
sektor
industri
2009
sebesar 11 % . Khusus
Kecamatan di
tahun
meningkat
untuk sektor
begitu pesat di
Kabupaten Boyolali.
industrI pengolahan sebesar 23,6 %. Pertumbuhan
pada
salah
satu
Mojosongo
kecamatan
merupakan
yang
ada
di
Indonesia masih ditopang oleh 3 sektor
Kabupaten Boyolali dan termasuk kecamatan
industri, yaitu industri makanan, alat angkut
yang perekonomiannya mengalami kemajuan
dan tekstil. Ketiga sektor industri tersebut
yang pesat. Hal ini dilatarbelakangi karena
berkontribusi
munculnya
hampir
70 %
terhadap
banyak perusahaan
tekstil
di
pertumbuhan industri di Indonesia. Menurut
kawasan
Dedi Mulyadi, Dirjen Pengembangan dan
masyarakat yang bermata pencaharian di
Perwilayahan
sektor
Kementrian
Perindustrian,
tersebut, sehingga
menyebabkan
industri sebanyak 17 %, dan posisi
berpendapat bahwa peningkatan daya saing
pertama masih ditempati petani sebanyak 52
industri merupakan salah satu kebijakan
%. Kecamatan Mojosongo terdiri dari 13
yang dilakukan untuk meningkatkan daya
desa, dan salah satunya adalah Desa Butuh.
saing industri baik di dalam maupun di
Di Desa Butuh terdapat beberapa perusahaan
luar negeri. Untuk menjadi industri yang
yaitu PT Tosalina Furniture di Desa Butuh,
mempunyai daya saing yang bagus, maka
Bengawan Solo Garment, PT Panca Prima Eka
pembangunan
Brothers,
sektor
industri
harus
memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah.
CV
Cahaya
Nugraha
Jati.
(www.boyolalikab.go.id). Perkembangan mengalami
kemajuan
Desa yang
Butuh pesat, salah 31
satunya
disebabkan
yang
mulai
banyaknya
membangun
industri kawasan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis dampak keberadaan kawasan
produksinya di daerah tersebut, misalnya PT
industri
Pan Brothers Tbk, Pilar Sejati Sejahtera, dll.
Mojosongo Kabupaten Boyolali terhadap
Dampak dari berdirinya pabrik-pabrikbaru
peningkatan
begitu
Butuh
keinginan berwirausaha masyarakat di Desa
merupakan salah satu desa yang tanahnya
Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten
kering dan tandus serta kurang produktif,
Boyolali.
signifikan, dahulu
Desa
di Desa
Butuh
aktivitas
Kecamatan
perekonomi dan
bahkan untuk irigasi maupun kebutuhan air sehari-hari mengalami kesulitan sehingga menyebabkan harga jual tanah di daerah tersebut
rendah
dan
perekonomiannya
hanya berladang dan berternak sapi perah. Pembangunan
pabrik-pabrik
tersebut
diharapkan dapat meningkatkan lapangan pekerjaan
di
Kabupaten
khususnya, sehingga bisa
angka
dikurangi. Pada
mengenai
jumlah
Boyolali pada pengangguran
tahun
pencari
2010, data kerja
adalah
sebanyak 234.797 orang yang mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2008 yang sejumlah 155.134 orang. Timbulnya kawasan
industri
di
Desa
Butuh
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tersebut perekonomian kawasan
meningkatkan
aktivitas
masyarakat
di sekitar
industri
tersebut. Rizki (2007)
dalam penelitiannya mengambil kesimpulan bahwa
perkembangan
industri
secara
langsung maupun tidak akan berdampak pada perkembangan suatu wilayah. Lokasi industri akan menarik aktivitas perumahan dan perdagangan, karena melibatkan tenaga kerja dan bahan baku dari luar wilayah.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah kawasan
dampak
industri
Kecamatan
keberadaan
di Desa
Mojosongo
Butuh
Kabupaten
Boyolali terhadap peningkatan aktivitas perekonomomian
masyarakat
di
sekitarnya ? b. Apakah keberadaan kawasan industri di Desa
Butuh
Kabupaten
Kecamatan
Boyolali
dapat
Mojosongo mengurangi
jumlah pengangguran, serta meningkatkan tingkat pendidikan dan kesehatan di sekitar kawasan industri tersebut ? c. Apakah
terdapat
perbedaan
terhadap
pendapatan dan pengeluaran masyarakat di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten
Boyolali
sesudah
adanya
kawasan industri tekstil tersebut ? d. Bagaimanakah
dampak
keberadaan
kawasan industri tekstil di Desa Butuh Kecamatan Boyolali
Mojosongo
terhadap
keputusan
Kabupaten untuk
berwirausaha di sekitar kawasan industri tersebut ? 32
C. Tinjauan Pustaka
besar. Industri
1. Teori Industri
industri
Industri perusahaan sama
merupakan yang
atau
produk
menjual
yang
tersebut.
sekumpulan produk
yang
antara
rumah
yang
tangga
mempunyai
tenaga
1-4 orang. Industri
mikro
industri
yang
dengan
antara
5-19 orang. Industri
Industri adalah suatu
adalah
industri
berhubungan
jumlah
adalah
tenaga
yang
kerja adalah
kerjanya menengah
jumlah
tenaga
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
kerjanya antara 20-99 orang dan industri
mengubah suatu barang dasar secara mekanis,
besar adalah industri yang jumlah tenaga
kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi
kerjanya lebih dari 100 orang.
barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang
2. Pengertian Kewirausahaan
lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat
Wirausaha berasal dari kata wira dan
kepada pemakaian terakhir (Indra, 2010:52).
usaha, wira berarti gagah berani. Apabila
Pengertian
digabungkan
suatu
lain
usaha
tentang
atau
industri
kegiatan
adalah
pengolahan
dengan
kata
usaha berarti
wirausaha adalah orang yang gagah berani
bahan mentah atau setengah jadi menjadi
untuk
barang jadi yang mempunyai nilai tambah
mengartikan
untuk memperoleh keuntungan.
semangat, kemampuan,sikap dan perilaku
Pengertian
industri
(www.bps.go.id) adalah
menurut cabang
BPS
kegiatan
melakukan
kewirausahaan
yang mengarah menciptakan,
usaha sejenisnya dimana tempat seseorang
teknologi,
bekerja.
meningkatkan
ini
diklasifikasikan
sebagai
individu dalam menangani usaha (kegiatan)
ekonomi, sebuah perusahaan atau badan
Kegiatan
usaha. Drucker (1985)
pada
menerapkan
dan
upaya mencari, cara
kerja,
produk
baru
dengan
efisiensi
dalam
rangka
berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha
memberikan pelayanan yang lebih baik dan
Indonesia (KLUI).
atau memperoleh keuntungan yang lebih
Sedangkan
industri
pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi
besar.
yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar
(bahan
luas, kewirausahaan
adalah padanan kata dari entrepreneurship
jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang
dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam
kurang nilainya menjadi barang yang lebih
bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa
tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi
Belanda. Dala bahasa Perancis, entrepende
dengan mesin ataupun dengan tangan.
mempunyai arti peuang, pengambil resiko,
menurut
menjadi
lebih
barang
Industri
mentah)
Secara
jumlah
tenaga
kontraktor, pengusaha dan pencipta yang
kerjanya dapat dibedakan menjadi industri
menjual
rumah tangga, industri kecil, menengah dan
29).
hasil
ciptaannya (Hendro, 2011:
33
Kewirausahaan
adalah
kemampuan
kewirausahaan.
Salah
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
lingkungan
yang
kiat
membentuk
jiwa
dan
sumber
daya
untuk
mencari
satu
berperan
factor
besar
dalam
kewirausahaan
adalah
peluang menuju sukses. Dengan kata lain,
budaya. Apabila
kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
mulia atau mempunyai derajat yang tinggi
dalam menciptakan nilai tambah di pasar
dalam
melalui proses pengelolaan sumber daya
seorang
wirausahawan
dengan
kedudukan
yang
cara-cara
baru
dan
berbeda
(Suryana, 2003: 1-2).
dan inovatif bisa dikategorikan sebagai
diawali
Proses
dengan
sebuah
budaya, maka mempunyai
terhormat
di
suatu
proses
imitasi
terus
melalui
pengembangan
dan
akhirnya
sesuatu
akan menghasilkan banyak wirausahawan baru.
kewirausahaan
duplikasi, yang
menciptakan
system
dianggap
masyarakat. Dan dengan budaya tersebut
Setiap orang yang berfikir kreatif
wirausahawan.
kewirausahaan
yang
dan proses
baru
kondisi sosial yang bisa mempengaruhi seseorang untuk
melakukan usaha
bisa
menjadi
wirausahawan. Beberapa
dan
sosial
tersebut
berbeda. Menjadi seorang wirausaha
Faktor sosiologis tergantung kepada
ternyata
adalah
kondisi
keterbatasan
pengembangan
karier, tanggung
keluarga,
lain-lain
dan
atau
yang
jawab bisa
dapat didorong oleh beberapa faktor, yaitu
memotivasi seseorang untuk memperoleh
faktor personal, faktor
kehidupan yang lebih baik dengan cara
lingkungan, faktor
sosiologis, dan faktor ketersediaan sumber daya.
menjadi wirausahawan. Faktor
ketersediaan
sumber
daya
Faktor personal sebagai salah satu
adalah hal yang sangat penting, termasuk
faktor yang mendorong berwirausaha, yang
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
menekankan
dengan pengalaman dan ketrampilan yang
merupakan
bahwa motif
independensi
yang
utama
dalam
sesuai.
mendirikan usahanya sendiri. Wirausahawan adalah orang-orang yang berani mengambil resiko,
D. Metode Penelitian
pandai
beradaptasi
dengan
perubahan, dan
membangun
kekuatan
penelitian ini adalah data primer dan data
pribadi. Wirausahawaan adalah orang-orang
sekunder baik untuk data kualitatif maupun
yang
kuantitatif.. Sampel dari penelitian ini adalah
optimis, ketika
melihat
masalah
menjadi peluang. Faktor lingkungan mempunyai peran yang signifikan dala pembentukan jiwa
Data
yang
dibutuhkan
masyarakat
di desa
Mojosongo
Kabupaten
dalam
Butuh Kecamatan Boyolali
yang
berada di sekitar kawasan industri tersebut. 34
Jumlah
penduduk Desa
Butuh
adalah
2007).
Sedangkan
sebanyak 3.138 jiwa. Dengan menggunakan
pengangguran
rumus
tidak
Slovin
untuk
mencari
jumlah
bekerja
menurut
adalah tetapi
BPS,
penduduk sedang
yang
mencari
sampel, maka diperoleh hasil perhitungan
pekerjaan atau sedang mempersiapkan
sebagai berikut :
suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin
(1)
mendapatkan
pekerjaan, dan
Dimana :
penduduk
yang
n = jumlah sampel
pekerjaan
dengan
N = jumlah populasi
mempunyai
e = batas toleransi kesalahan
mulai bekerja, yang dihitung dalam satuan
Berdasarkan
rumus
Slovin
perhitungan
sampelnya
diatas, maka
adalah
sebagai
aktif
alasan
pekerjaan
tetapi
encari sudah belum
orang. b. Pendapatan Adalah hasil dari aktivitas bisnis, seperti
berikut : 3138 n= = 96 1 + 3138(0,10) 2
pendapatan sewa atau penjualan (Albertus (2)
Ong), yang dihitung dalam satuan rupiah.
Jumlah responden yang akan dicari adalah sebanyak
tidak
96
orang, yang dibulatkan
c. Pengeluaran Adalah
semua
pengeluaran
yang
menjadi 100 orang responden untuk diminta
digunakan untuk membeli barang dan
mengisi kuesioner penelitian.
jasa, yang dihitung dalam satuan rupiah.
Dalam penelitian ini data kuantitatif dianalisis
secara
tabulasi
dan
statistik
deskriptif
dengan
menggunakan
uji dua
sampel berpasangan dan logit. sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran-penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap
fakta-fakta
yang
diperoleh
di
d. Pendidikan Pendidikan yang berhasil ditamatkan dihitung dengan tahun sukses, masa lama sekolah.
e. Tanggungan Keluarga Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan atau dibiayai oleh responden, yang dihitung dalam satuan orang. f. Status perkawinan Status perkawinan responden ditunjukkan
lapangan.
dengan status kawin atau tidak kawin g. Usia
1. Definisi Operasional
Usia responden, dihitung dengan tahun.
a. Penggangguran Adalah
penduduk
yang
bekerja
kurang dari 35 jam seminggu (Sakernas, 35
2.Teknik Analisa Data
X1 = Pendidikan
a. Uji Dua Sampel Berpasangan (Paired
X2 = Tanggungan Keluarga X3 = Status Perkawinan
Samples T Test)
Uji ini dipergunakan untuk mengetahui
X4 = Usia
ada tidak nya perbedaan rata-rata antara dua
X5 = Pengeluaran
kelompok
X6 = Pendapatan
sampel
yang
berpasangan
(berhubungan). Maksudnya di sini adalah
Βo = Konstanta
sebuah
β 1 β2, β3, β4= Koefisien regresi
sampel
tetapi
mengalami
dua
perlakukan yang berbeda (Priyatno, 2010;
ei = Variabel pengganggu
37), dan disini perlakuan yang berbeda
Model yang digunakan adalah Analisis Regresi
adalah sebelum dan sesudah ada kawasan
dengan menggunakan metode Ordinary Least
industri.
Square ( OLS ) Logit.
Dalam
pengujian
yang
dilakukan
peneliti membandingkan antara pendapatan
E. Hasil dan Pembahasan
sebelum
1. Dampak
dan
sesudah
adanya
kawasan
Keberadaan
Kawasan
industri tersebut dan juga membandingkan
Industri Di Desa
antara pengeluaran penduduk Desa Butuh
Peningkatan Aktivitas Perekonomian
sebelum dan sesudah adanya industri tersebut.
Masyarakat.
Dampak keberadaan kawasan industri Butuh
Terhadap
Keberadaan kawasan industri di Desa
b. Analisis Regresi Logit
di Desa
Butuh
menimbulkan
keinginan
Butuh, terutama setelah berdirinya pabrik PT. Pan Brothers Tbk, Pilar Sejati Sejahtera
untuk berwirausaha. Untuk melihat faktor-
Tbk
faktor
keinginan
perekonomiannya kian menggeliat. Daerah
berwirausaha masyarakat di sekitar kawasan
tersebut dipilih oleh para investor karena
industri
harga
yang
mempengaruhi
di Desa
Butuh Kecamatan
Mojosongo
Kabupaten
dijabarkan
dengan
Boyolali
persamaan
dapat sebagai
di
Desa
tanahnya
Butuh
yang
membuat
masih
lumayan
murah, dan oleh penduduk setempat hanya digunakan untuk berladang saja
karena
tekstur tanahnya yang cenderung tandus.
berikut : Y= βo+ β 1 X1 + β2 X2 + β3X3+ β4X4 + β5X5 + ei
Selain
(3)
karena
faktor tanah
yang
Dimana :
murah, ada hal lain yang menyebabkan
Y = merupakan variabel Dummy, setelah
para
adanya kawasan menjadi
industri dibedakan
investor
wilayah
mendirikan
Boyolali. Salah
pabriknya di satu
sebabnya
adalah tingkat UMR yang sudah begitu
D1 = Wirausaha
tinggi di wilayah Jakarta dan Jawa Barat
D2 = Tidak berwirausaha
sehingga mendorong investor untuk beralih 36
ke wilayah Jawa Tengah. Tingkat UMR di
yang produknya 100 % di ekspor ke luar
Jawa
negeri.
Tengah
jauh
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan tingkat UMR yang ada
di Jakarta
dan
Jawa
Barat. UMR
Perkembangan berdirinya
Desa
beberapa
setelah
industri
tersebut
perekonomiannya
lebih
Jakarta pada tahun 2013 sudah mencapai
membuat
Rp. 2.200.000,- juta, sedangkan
berkembang. Kawasan
UMR
Butuh
di pinggir
jalan
Semarang adalah Rp 1.209.100,- dan UMR
sudah mempunyai nilai jual yang tinggi,
di Boyolali adalah sebesar Rp. 895.000,-
karena tanah yang berada di sekitar pabrik
Di Desa Butuh Kabupaten Boyolali merupakan
salah
mendapatkan investor
satu
dampak
desa
dari
yang
perpindahan
tersebut. PT. Pan Brothers Tbk
merupakan pabrik yang pertama berdiri di
atau
kawasan
industri
tersebut sudah
fungsi
menjadi
kawasan
kios
sarana
lainnya
yang
beralih pertokoan
dan
menyediakan keperluan bagi pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik di Desa Butuh.
Tangerang semenjak tahun 1980 dan pada
Indikator kemajuan perekonomian di
tahun 2007 melakukan ekspansi ke daerah
suatu wilayah bisa dilihat dari beberapa
Sragen dan Boyolali. Kapasitas produksinya
hal, diantaranya adalah banyaknya aktivitas
lebih
ekonomi
besar
daripada
pabrik
di daerah
Tangerang. Pan
Boyolali
ekonomi
Tbk
muncul karena banyaknya permintaan baik
merupakan perusahaan yang bergerak pada
barang dan jasa di sekitar wilayah tersebut.
industri garment, dan mulai masuk dalam
Dibangunnya
pabrik-pabrik
industri
pasar saham semenjak tahun 1990.
menyebabkan
permintaan
terhadap
pangan,sandan
dan
Nilai dihasilkan
ekspor
dari
produk
yang
PT. Pan Brothers Tbk
tinggi, tingginya membuat
Brothers
masyarakat. Aktivitas
nilai
perusahaan
berproduksi. Jumlah
ekspor
cukup tersebut
tersebut
tenaga
dibutuhkan
pun
terus
Peningkatan
permintaan
tempat
tinggal
meningkat. Tenaga kerja yang bekerja di kawasan
industri
tersebut
tidak
hanya
terus
berasal dari daerah sekitar pabrik. Tetapi
yang
banyak yang berasal dari luar wilayah.
meningkat.
Kebutuhan akan tempat tinggal mengalami
kerja
tenaga
kerja
peningkatan, lahan-lahan kosong akhirnya
membuat daerah di Desa Butuh juga ikut
dijadikan rumah kos-kosan. Penduduk desa
bergeliat.
menangkap
peluang
dari
kelebihan
Selain PT. Pan Brothers Tbk, di Desa
permintaan akan tempat tinggal ini. Lahan
Butuh juga terdapat pabrik PT. Pilar Sejati
yang dahulu tandus sekarang sudah beralih
Sejahtera.
fungsi
Perusahaan
tersebut
juga
bergerak dalam bidang industri garment
menjadi
rumah
kos-kosan.
Penghasilan yang diperoleh dari berkebun yang jumlahnya tidak pasti sudah diganti 37
dengan penghasilan bulanan yang diperoleh oleh para pemilik rumah kos.
lain, yaitu
terhadap
terjadi
penyediaan
laundry
mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Desa
Permintaan tempat tinggal membawa efek
Jasa
peningkatan
makanan. Warung-
Butuh. Dahulu
sebelum
ada
kawasan
industri tersebut, belum ada jasa laundry di daerah
tersebut. Melihat
karakteristik
warung makan juga banyak bermunculan.
penduduk yang mempunyai banyak waktu
Banyak
senggang, biasanya
penduduk
tersebut
pakaiannya
data
yang
responden
yang
membuka
warung
Prospeks
diperoleh
dari
memutuskan atau
tempat
usaha
menguntungkan. Para
untuk makan.
tersebut
juga
karyawan
pabrik
mencuci
di daerah sendiri.
Setelah adanya kawasan industri, tenaga kerja
yang
tinggal
di rumah
kos
membutuhkan
jasa
industri memang memperoleh jatah makan
senggang
mereka
satu
para
karena apabila mereka bekerja dengan jam
karyawan tersebut yang memutuskan untuk
kerja normal maka upah yang mereka
membeli makan di sekitar wilayah industri.
peroleh
hanya
sebesar
UMR
Bagi tenaga kerja yang memilih tinggal di
Tetapi
apabila
mereka
mengambil
rumah kos-kosan, kebutuhan akan tempat
kerja
lembur, maka
makan
mereka
kali, tapi
begitu
tak
sedikit
pu;a
penting. Mereka
tidak
yang
peroleh
banyak mempunyai waktu untuk memasak
Konsekuensinya
masakan
yang
waktu
sendiri. Selain yang
relatif
membutuhkan
lama, mereka
juga
menginginkan kepraktisan.
mereka
waktu
Waktu
punyai
sedikit,
Boyolali.
penghasilan
jam yang
jauh
lebih
banyak.
adalah
waktu
senggang
punyai
senggang
lebih
sedikit, dan
tersebut
kebanyakan
digunakan untuk istirahat. Maka berawal
Kebutuhan akan perlengkapan sehari-
dari inilah, kebutuhan akan jasa laundry
hari bisa diperoleh di warung kelontong
mengalami
yang
signifikan.
bermunculan
laundry.
di daerah
tersebut.
Beberapa penduduk yang berada dikawasan
peningkatan
Counter pulsa/ HP
yang
sangat
juga
banyak
industri itu ada yang memutuskan untuk
bermunculan di sekitar kawasan tersebut. Di
membuka toko kelontong. Tidak dibutuhkan
era teknologi sekarang ini, kebutuhan akan
keahlian
pulsa
ketekunan,
spesifik, hanya ternyata
meningkatkan
modal
mampu
pendapatan
yang
dan untuk mereka
sudah
primer.
masuk
Para
mempermudah
dalam
penyedia akses
bagi
kebutuhan jasa
ini
tenaga
kerja
peroleh. Bahkan dikawasan tersebut, muncul
yang bekerja di kawasan industri di Desa
satu minimarket Alfamart yang menangkap
Butuh.
peluang untuk ekspansi usahanya.
Peluang di
bidang kesehatan
pun
ditangkap oleh penduduk di Desa Butuh, 38
dengan cara mendirikan apotik dan praktik
sarana transportasi utama yang dipilih oleh
dokter. Ada satu apotik dan juga satu
para
tempat praktik dokter umum dan dokter
kendaraan/bus jemputan, tapi rutenya belum
gigi. Jadi masyarakat di sekitar wilayah
mencakup semua asal/ tempat tinggal para
industri tersebut tidak perlu pergi jauh
pekerja
untuk membeli obat atau ketika ingin ke
sepeda motor yang lebih fleksibel, karena
dokter. Gambaran
adanya
kapanpun
mereka
tempat
doker
menambah
jam
praktik
mengandung masyarakat
arti di
apotik
tersebut juga
bahwa
sekitra
dan
daya
kawasan
beli
industri
juga mengalami peningkatan.
pekerja
pabrik. Disaping
pabrik. Pilihan
dilakukan. Kendala
adanya
menggunakan
berangkat kerja
atau
lembur
bisa
terhadap kerusakan
sepeda motor inilah yang ditangkap oleh para pelaku usaha dengan cara mendirikan
Lembaga keuangan pun juga ada di
bengkel
sepeda
motor. Usaha
untuk
sekitar kawasan industri, peluang-peluang
mendirikan bengkel sepeda motor memang
yang ada dengan segera ditangkap oleh
membutuhkan keahlian spesifik mengenai
para penyedia barang dan jasa. Jasa di
mesin
bidang
perbaikan,
keuangan
menfasilitasi
pun
antara
ada
untuk
masyarakat
yang
mempunyai kelebihan dana dan masyarakat yang
kekurangan
mempunyai
mengkonsumsi
juga
menawarkan jasa untuk mengganti oli dan perlengkapan sparepart lainnya.
untuk
sebagai salah satu alat transportasi utama
satu
meningkatkan permintaan terhadap tempat
mereka
untuk
yang
bersifat
Kawasan di dalam pabrik ternyata tempat
mewah.
penitipan sepeda motornya masih jauh dari
kebutuhan
sekunder
bahkan
Kebutuhan
sekunder
atau
mewah
itu
menitipkan
pekerja. Ini
Lembaga
tempat
menangkap
menimbulkan
penitipan
sepeda
banyaknya motor
yang
berada di luar kawasan pabrik. Dari lahan
pabrik
kosong, dengan modal adanya atap baik
tempatnya bekerja, maka dana pun bisa
yang terbuat dari seng atau asbes sudah
mereka dapatkan dari lembaga keuangan
menjadi tempat yang layak untuk penitipan
tersebut.
sepeda motor. Bahkan dari pendapatan jasa
mendapatkan
Jasa
lain
yang
gaji
ada
bahwa
tersebut.
para
pekerja
jaminan
peluang
kendaraan
kapasitas sepeda motor yang dibawa oleh
kadang mereka peroleh dengan cara kredit.
tersebut, dengan
tersebut
ketika
barang
keuangan
bengkel
menwarkan
Fenomena kendaraan sepeda motor
kepuasannya. Salah
diperoleh
motor. Selain
Manusia
keinginan
memaksimalkan kepuasan
dana.
sepeda
dari
di
sekitar
penitipan sepeda motor ini, para pelaku
kawasan industri tersebut adalah bengkel
usaha penitipan sepeda motor ini bisa
sepeda
melakukan ekspansi ke bisnis di bidang
motor. Sepeda motor merupakan
39
lain seperti membuka toko sepatu, toko
mendirikan
kelontong atau membuka usaha rumah kos.
penitipan
Berikut peningkatan
disajikan data aktivitas
mengenai
usaha
rumah
kos
kendaraan
dan
tempat
bermotor, membuka
laundry, bengkel
sepeda
motor
perekonomian
bahkan ada pula usaha salon di sekitar
masyarakat akibat adanya kawasan industri di
kawasan industri. Di bidang kesehatan, ada
Desa Butuh Kecamatan Mojosongo.
pula yang mendirikan apotik dan tempat praktik dokter umum dan dokter gigi, serta
Tabel 1. Data Jumlah Aktivitas Perekonomian Di Desa Butuh
Aktivitas Perekonomian Warung Makan Warung Kelontong Counter Pulsa/ HP Apotik Rumah Kos Bengkel Motor Lembaga Keuangan Salon Laundry Praktik Dokter
Jumlah 47 27 9 1 >20 3 2 2 4 2
Sumber : Survei Lapangan (2013)
ada pula yang lembaga keuangan yang ekspansi ke daerah tersebut. Dahulu, masyarakatnya hanya sebagai peternak saja. Kota Boyolali merupakan sentra penghasil susu,mereka mengandalkan produksi susu yang dihasilkan oleh sapi peliharaan mereka. Susu sapi itu diambil tiap sore letaknya
tidak
Mojosongo
yang
jauh
Desa
terlalu
dari
Butuh. Kualitas susu yang disetor harus sesuai
2. Dampak
oleh KUD
Keberadaan
dengan
kualitas
standar
Industri
Kawasan
Pengolahan Susu (IPS), dengan harga per
Industri di Desa Butuh Terhadap
liter berkisar antara Rp. 2.800 – 3.000. Ada
Pengurangan Jumlah Pengangguran,
beberapa permasalahan yang biasa dialami
serta
oleh
Peningkatan
Tingkat
peternak
sapi
perah,
yaitu
Pendidikan dan Kesehatan di Sekitar
ketidakstabilan harga pakan ternak. Harga
Kawasan Industri
pakan ternak pada musim-musim tertentu
Aktivitas perekonomian yang terjadi sebagai
dampak
keberadaan
sangat
fluktuatif, sehingga
membuat
kawasan
keuntungan yang diperoleh para peternak
industri di Desa Butuh membawa beberapa
itu pun berkurang. Atau ketika mereka
perubahan terhadap masyarakat di sekitar
beralih ke pakan ternak yang lainnya,
kawasan
maka produksi susu yang dihasilkan tidak
industri
tersebut. Beberapa
perubahan positif adalah kemampuan para
sesuai
penduduk di sekitar wilayah industri itu
ditetapkan oleh IPS sehingga tidak bisa
menangkap
diterima oleh KUD Mojosongo.
berbagai
peluang macam
lakukan, diantaranya warung
makan,
berwirausaha. Ada
usaha
yang
adalah warung
dengan
kualitas
standar
yang
mereka
Bagi yang dahulu hanya berladang
membuka
saja, dengan kondisi tanah yang tandus
kelontong,
maka
hasil
yang
diperoleh
tidak
bisa 40
dijadikan sebagai pemasukan yang utama
Kecamatan Mojosongo menyerap banyak
baginya. Ladang tersebut biasa ditanami
tenaga
dengan singkong dan pohon pepaya. Masa
maupun tenaga kerja yang berasal dari
panen singkong yang relatif lama, yaitu
luar
mencapai usia 9-10 bulan membuat ladang
diperoleh, penyerapan
tersebut tidak bisa dijadikan sebagai salah
penduduk yang berada di sekitar kawasan
satu
industri jumlahnya lebih sedikit apabila
sumber
utama
untuk
pemasukan
kerja, baik
tenaga
kerja
wilayah. Berdasarkan tenaga
lokal
data
yang
kerja
bagi
keluarga. Begitu pula dengan buah pepaya,
dibandingkan
baru bisa dipanen setelah usia 9-12 bulan
berasal
semenjak penanaman pertama kali. Boyolali
Kecenderungan
selain
perah, juga
kawasan industri adalah lebih suka untuk
sebagai daerah penghasil pepaya terbesar
berwirausaha memenuhi kebutuhan tenaga
di Jawa Tengah. Tetapi karena masa panen
kerja yang ada di kawasan industri tersebut
lama, dan buah yang dihasilkannya pun
dibandingkan menjadi tenaga kerja/ buruh
tidak bisa relatif lama maka para petani
pabrik.
sebagai
pepaya
sentra
susu
kebanyakan
tidak
bisa
menghasilkan keuntungan yang besar. Ketika
daerah
di sekitar
dengan
dari
luar
penduduk daerah
penduduk
yang
tersebut. di sekitar
Tambahan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat di sekitar kawasan industri
tempat
pun bisa mengubah cara berfikir mereka
tinggalnya didirikan industri, maka mereka
untuk
mencoba menangkap peluang lain yang
pendapatan yang dahulu mereka peroleh
lebih menjanjikan. Peluang yang mereka
adalah
tangkap inilah yang mendorong mereka
terhadap pelayanan kesehatan pun terbatas.
menjadi
Setelah adanya
wirausahawan, dengan
berbagai
menjadi
lebih
baik
pas-pasan, maka
lagi. Ketika
akses
industri, dan
mereka
kebanyakan
macam jenis. Ternyata penghasilan yang
dari
mereka peroleh dari usaha wiraswasta ini
maka tambahan pendapatan yang diperoleh
bisa
juga semakin besar. Ini yang mendorong
atau
menambah penghasilan sebelumnya menjadi
masukan
utama
bagi
keluarganya.
masyarakat
kemudahan
akses
melakukan
wirausaha
mereka
terhadap
pelayanan kesehatan.
Jumlah
pengangguran
di daerah
Pentingnya pendidikan ternyata sudah
Boyolali setiap tahun masih mengalami
menjadi
peningkatan terus. Hal ini salah satunya
meningkat
disebabkan oleh angka kelulusan sekolah
Memperoleh kehidupan yang lebih baik itu
yang
tidak
yang dicita-citakan setiap manusia di muka
lapangan
bumi ini. Begitu pula dengan masyarakat
Butuh
sekitar kawasan industri di Desa Butuh
terus
meningkat
diimbangi
dengan
pekerjaan.
Industri
tetapi
banyaknya di
Desa
prioritas
masyarakat
kesejahteraan
untuk mereka.
41
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.
tersebut
Berdasarkan kuesioner yang kami sebar,
kesehatannya
diperoleh hasil bahwa sebagian besar atau
Sebanyak
hampir 48 % responden bercita-cita atau
mempercayakan Puskesmas sebagai rujukan
mempunyai
tempat
harapan
sebenarnya
akses
relatif 29 %
terhadap
sudah
mudah.
responden
yang
untuk
bisa
hingga
jenjang
lebih murah tetapi dengan pelayanan yang
sebelum
maupun
memuaskan menjadi pertimbangan mereka.
setelah adanya industri. Sebanyak 16 %
Sebanyak 12 % responden memilih berobat
mempunyai harapan bisa menyekolahkan
ke
anaknya hingga jenjang perguruan tinggi
setelah adanya industri. Pertimbangan yang
sesudah adanya kawasan industri tersebut.
mereka ambil adalah karena kelengkapan
Karena pendapatan yang mereka dapatkan
dokter spesialis dan peralatan yang ada di
mengalami
rumah
menyekolahkan perguruan
anaknya
tinggi, baik
peningkatan, dahulu
sebelum
berobat. Biaya
rumah
sakit, baik
yang
cenderung
sebelum
sakit. Sebanyak 7%
maupun
responden
adanya kawasan industri harapan mereka
memilih pergi ke mantri kesehatan apabila
hanya bisa menyekolahkan anak hingga
mereka sakit, dengan alasan sudah terbiasa
jenjang
berobat ke mantri dan biasanya obat yang
SMA
saja. Sebanyak
7 %
responden juga mempunyai pengharapan
diberikan
bisa
Sisanya
menyekolahkan
anaknya
hingga
relatif
murah
sebanyak
tetapi
5 %
manjur.
respon
yang
jenjang perguruan tinggi dari sebelumnya
berubah tempat berobatnya, ketika sebelum
yang berharap anaknya sekolah sampai
adanya
dengan tingkat SMP
saja.
berobat
kebanyakan
mengharap
adanya
mereka
kawasan
memberikan
industri
dengan
tersebut
yang
masyarakat
ke
mereka
apabila
puskesmas, tetapi
sakit setelah
adanya industri mereka memilih pergi ke dokter. Sebanyak
3 %
responden
yang
untuk
berobat ke bidan ketika belum ada industri
bisa
di Desa Butuh, dan setelah adanya kawasan
dengan
industri mereka pindah berobat ke dokter.
tingkatan yang lebih tinggi dari harapan
Peningkatan pendapatan yang mengubah
sebelumnya
gaya
terus
peluang
Dan sisanya
industri
berwirausaha, maka
menyekolahkan
anaknya
ketika
mereka sampai
pendapatan
yang
mereka peroleh terbatas.
hidup
mereka, biasanya
untuk
mencari tempat berobat yang lebih baik.
Berdasarkan hasil 100 kuesioner yang sudah tersebar, terdapat hasil bahwa ada
3. Hubungan
Antara
Keberadaan
32% responden memilih ke dokter ketika
Kawasan
sakit baik sebelum atau sesudah adanya
Kecamatan
kawasan industri tersebut. Yang artinya,
Boyolali terhadap Pendapatan dan
masyarakat di sekitar
kawasan
Industri
di
Mojosongo
Desa
Butuh
Kabupaten
industri 42
Pengeluaran
Masyarakat
Sekitar
diterima, ada perbedaan tingkat pendapatan
Kawasan Industri
Keberadaan
nilai t tabel (1,980). Hal tersebut berarti H1
suatu
industri
akan
antara sebelum dan sesudah adanya kawasan
memberikan pengaruh terhadap pendapatan
industri
di Desa
Butuh
dan pengeluaran penduduk yang berada
Mojosongo Kabupaten Boyolali.
Kecamatan
diwilayah tersebut. Baik secara langsung maupun tidak langsung akan berkaitan dengan perekonomian dalam hal ini adalah pendapat dan pengeluaran dari masyarakat setempat. a. Uji Dua Sample Berpasangan Untuk Pendapatan
Uji ini dipergunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum
dan
industri
di
sesudah Desa
adanya Butuh
kawasan Kecamatan
Pengeluaran
Uji ini dipergunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan pengeluaran antara sebelum
dan
sesudah
industri
di Desa
adanya
Butuh
kawasan Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali. Hipotesis : H0 = Tidak terdapat perbedaan pengeluaran sebelum dan sesudah adanya kawasan
Mojosongo Kabupaten Boyolali.
industri di Desa Butuh Kecamatan
Hipotesis : H0 = Tidak terdapat perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adanya kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. H1 = Terdapat
b. Uji Dua Sample Berpasangan Untuk
perbedaan
pendapatan
sebelum dan sesudah adanya kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.
H1 = Terdapat
H0 = diterima jika nilai signifiknasi hasil
perbedaan
pengeluaran
sebelum dan sesudah adanya kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Hasil analisis menggunakan uji t terhadap pengeluaran sebelum dan sesudah
adanya
kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo
Kriteria hasil uji adalah :
Kabupaten
Boyolali
adalah
sebesar -4,769 dimana nilai ini < dari nilai t tabel (1,980). Hal tersebut berarti H1 diterima,
pengujian > 0,05. H1 = diterima jika nilai signifikansi hasil
ada perbedaan tingkat pengeluaran antara sebelum dan sesudah adanya
pengujian < 0,05. Hasil analisis menggunakan uji t terhadap pendapatan sebelum dan pendapatan setelah adanya kawasan industri
Mojosongo Kabupaten Boyolali.
di Desa
industri
di Desa Butuh
kawasan Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali.
Butuh
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali adalah sebesar -4,767 dimana nilai ini < dari
4. Analisis Faktor yang
Mempengaruhi
Keinginan Berwirausaha Masyarakat
43
Koefisien
di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo
tanggungan
Kabupaten Boyolali.
Hasil olahan data mengenai factorfaktor
yang
mempengaruhi
regresi keluarga
variabel
jumlah
adalah
sebesar
0.060194631, dengan probabilitas
sebesar
keinginan
0.7295 maka dapat disimpulkan bahwa
berwirausaha masyarakat yang berada di
variabel jumlah tanggungan keluarga tidak
sekitar
berpengaruh
kawasan
industri Desa
Butuh
terhadap
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali
berwirausaha
setelah dicari nilai odd rationya tersaji sebagai
Kecamatan
berikut :
signifikansi 10%.
keinginan
masyarakat di Desa Mojosongo
Hasil
olahan
data
pada
Butuh taraf
menunjukkan
Tabel 2. Nilai Odds Ratio Variabel Yang Mempengaruhi Keinginan Berwirausaha Variabel Odd Ratio Probabilitas
koefisien status pernikahan adalah sebesar
C
-39.537739 0.722878362
probabilitasnya aalah sebesar 0.2836, yang
Pendidikan
13.032753 0.083602557
berarti
Jumlah Keluarga
6.204323
variabel
Status
67.362132 0.283635169
mempengaruhi
Usia
-2.037810 0.328633498
berwirausaha
Pengeluaran
0.000076
kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan
Pendapatan
-0.000036 0.058911586
0.729449762
0.097335764
0.514989732.
Sedangkan
pada
taraf
status
tingkat
signifikansi pernikahan
terhadap dari
10 % tidak
keinginan
masyarakat
di sekitar
Mojosongo. Koefisen regresi dari variabel usia
Sumber : Data Primer diolah (2013)
adalah sebesar -0.020588601 dengan odds Berdasarkan tabel 2, maka bisa diambil
ratio
kesimpulan sebagai berikut :
variabel usia adalah sebesar 0.328633498.
Koefisien regresi
dari
variabel
sebesar
Maka
dapat
-2.037810. Probabilitas
disimpulkan
pada
taraf
10 %, variabel
usia
tidak
pendidikan adalah sebesar 0.12250, dengan
signifikasi
probablilitas sebesar 0.0836 maka variabel
berpengaruh
pendidikan pada taraf signifikansi 10%
berwirausaha masyarakat yang berada di
mempunyai pengaruh
sekitar
terhadap
keinginan
berwirausaha. Odds ratio yang diperoleh adalah
sebesar 13.032753
yang
kawasan
terhadap
keinginan
industri di Desa
Butuh
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.
berarti
Koefisien regresi variabel pengeluaran
apabila pendidikan meningkat satu tingkat
adalah
atau
probabilitas sebesar 0.097335764 dan odds
satu
jenjang, maka
probabilitas
sebesar
0.0000007
dengan
kemungkinan keinginan untuk berwirausaha
ratio
naik sebesar 13,03 %.
disimpulkan pada taraf signifikansi 10 %,
sebesar 0.000076 . Maka
dapat
variabel pengeluaran berpengaruh terhadap 44
keinginan masyarakat untuk berwirausaha.
di Desa
Adapun arti dari odds ratio tersebut adalah
mendorong masyarakat di sekitar wilayah
apabila
pengeluaran
adanya
tersebut untuk membuka warung makan,
industri
meningkat
maka
toko kelontong, rumah kos, jasa laundry,
untuk
bengkel sepeda motor, bahkan hingga ke
kemungkinan berwirausaha
sebelum 1
rupiah,
keputusan bagi masyarakat
di sekitar
kawasan industri akan meningkat sebesar
Koefisien regresi variabel pendapatan sebesar
probabilitas dapat
semakin
ramai, dan
apotik, praktik dokter dan salon. 2. Dampak keberadaan kawasan industri di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo bisa
0,000076 %.
adalah
Butuh
-0.0000003
sebesar
dengan
0.058911586. Maka
disimpulkan
bahwa
variabel
mengurangi angka pengangguran di desa tersebut. Tenaga
kerja
yang
terserap
berasal dari dalam dan luar wilayah Desa
Butuh.
Tetapi
kebanyakan
pendapatan berpengaruh signifikan terhadap
masyarakat di Desa Butuh memilih untuk
keputusan berwirausaha bagi masyarakat
berwirausaha di sekitar kawasan industri
yang ada di sekitar kawasan industri pada
tersebut daripada menjadi buruh pabrik.
taraf signifikansi sebesar 10 %. Odds ratio
Tambahan pendapatan yang diperoleh,
yang diperoleh sebesar
menggeser cara berfikir masyarakat di
mengandung
arti
apabila
masyarakat
sebelum
meningkat
sebesar
kemungkinan
-0.000036, yang pendapatan
adanya 1
industri
rupiah,
akan
turun
bidang
pendidikan
dan kesehatan. Di
maka
bidang pendidikan, mereka berharap bisa
untuk
menyekolahkan anaknya hingga jenjang
sebesar
yang paling tinggi sedangkan di bidang
keputusan
berwirausaha
sekitar kawasan industri tersebut dalam
0,000036%.
kesehatan,
dengan
adanya
tabahan
pendapatan dari berwirausaha membuat mereka
F. Kesimpulan
1. Perekonomian kawasan Kecamatan
masyarakat
di sekitar
semakin
mudah
untuk
mendapatkan akses kesehatan yang lebih
industri di Desa
Butuh
layak.
Mojosongo
dengan
3. Terdapat
perbedaan
pendapatan
dan
membuat
pengeluaran antara sebelum dan sesudah
semakin berkembang. Masyarakat yang
adanya kawasan industri di Desa Butuh
dahulu
Kecamatan
berdirinya
beberapa
pabrik
hanya bertani, beternak
dan
berladang sekarang sudah banyak yang
Boyolali.
menangkap peluang untuk berwirausaha.
4. Variabel
Mojosongo
Kabupaten
pendidikan, pengeluaran
Banyaknya permintaan akan kebutuhan
pendapatan
berpengaruh
barang dan jasa menyebabkan kawasan
keinginan
untuk
dan
terhadap berwirausaha. 45
Creative Industry in river County in 2010.
Sedangkan variabel jumlah tanggungan keluarga, status
dan
usia
tidak
berpengaruh terhadap keinginan untuk berwirausaha berada
bagi
masyarakat
yang
di sekitar kawasan industri di
Desa Butuh Kecamatan
Mojosongo
Indiana
Dandekar, C Hemalata, 1983, The Impact of Bombay’s Textile on Work of Women From Sugao Village, Third World Planning Review, Volume 5, Number 4/1982: November. Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta.
Kabupaten Boyolali.
yaitu PT. Pan Brothers dan Pilar Sejati
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/23570/3/Chapter%20II.pdf diakses pada 15 Desember 2012 pukul 22.00 WIB.
Sejatera hendaknya membuat program
Indra
G. SARAN
1. Perusahaan yang ada di Desa Butuh,
CSR
yang berupa
pelatihan
atau
pendampingan
untuk
meningkatkan
kemampuan
berwirausaha
bagi
masyarakat di sekitar wilayah
industri
tersebut. 2. Masyarakat
pendatang
hendaknya
diikutsertakan pada kegiatan sosial yang ada
di
daerah
menghilangkan
tersebut
adanya
batas
untuk antara
warga pendatang dan warga asli daerah Desa Butuh. 3. Pemerintah membuat
Boyolali kebijakan
untuk
ketrampilan, permodalan wirausaha
serta
hendaknya menambah
bagi
melakukan
pelaku penataan
sehingga tidak terkesan kumuh di sekitar wilayah industri tersebut. Daftar Pustaka
Alma,
Buchori, 2007, Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung.
Cultural Council of Indiana River County, 2012, The Economics Impact of
Setyo Nugroho, 2010, Dampak Keberadaan Industri Tekstile PT Delta Dunia Tekstil Terhadap Aktifitas Ekonomi Masyarakat Desa Brujul Kabupaten Karanganya, Skripsi, Tidak Untuk Dipublikasikan, UNS. Irawan dan M. Suparmoko, 1998, Ekonomika Pembangunan, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Nachrowi D. N & Hardius Usman, 2006, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, LP FE UI, Jakarta. Mubyarto, 1988, Ekonomi Jakarta.
Sistem dan Moral Indonesia, LP3ES,
Mudrajat Kuncoro, Artidiatun Adji, Rimawan Pradiptyo, 1997, Ekonomi Industri : Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Widya Sarana Informatika, Yogyakarta. Myles, Albert and Garen Evans, 2005, Measuring The Impact of New Industry in Town, Mississippi State University Publication. Publication. Nur Feriyanto, 2004, Profil Industri Kecil Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Kabupaten Klaten, Jurnal 46
Ekonomi Pembangunan , Vol 9 No 1, Juni 2004, Hal 91-104.
Priyatno, Duwi,. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. PT Buku Seru. Todaro,
Michael, 2006, Ekonomi Pembangunan, Erlangga. Jakarta.Viva Tjafura Ni’mah, 2012, Analisis Dampak Perusahaan
Rokok Alfi Putra Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Desa Gembleb Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek, diakses melalui www.um.library.ac.id pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 20.05 WIB. www.antaranews.com www.boyolalikab.go.id www.bps.go.id
47
SUARA AKAR RUMPUT: KEBUDAYAAN YANG MENDASARI PERILAKU EKONOMI Yogi Pasca Pratama
[email protected] Universitas Sebelas maret Asfi Manzilati
[email protected] Universitas Brawijaya Abstract
Social values that are believed to individuals are often more than just maximizing profit motive alone that ultimately basing all economic interactions carried out in accordance moral owned economy and believed. Geographical location Wonosari village located on the border of two different areas of cultural assimilation implications developed in the community. Tendency blend of Javanese and Islam reflected in the current market in Wonosari Village and patterns of behavior of individuals who sought not in conflict with prevailing social values. This study aims to determine the underlying culture of economic behavior faced with the rationalization of neoclassical economics. The method used to explore and explain the economic decisions through qualitative research methods with the paradigm of phenomenology, given the Wonosari Village believes strongly in the local social and cultural values that influence patterns of behavior in interaction. Results of the study found that there is some value in line with neoclassical economic rationalization, where all things in economic interactions must be for-profit, and there is also contrary to the values of economic rationalization. The conclusion to be drawn is the value of a good adherence to the parents and to the specific role turned out in line with the rationalization of the economy rests on the efficiency to obtain profit maximization. But there is also a value that is not in line with economic rationalization that is in adherence to religious values and local culture, which prefers good relations between people rather than the profit motive. Keywords: rationality economy, culture
merupakan sintesa teori ekonomi pasar
A. Pendahuluan
Kesadaran akan pentingnya motif non
persaingan bebas Klasik (Homo ekonomikus
ekonomi dalam mengambil penjelasan yang
dan invisible hand Adam Smith), dan ajaran
benar dari aspek ekonomi dan hukum-hukum
marginal utility dan keseimbangan umum
yang mengatur aspek-aspek non ekonomi
Neoklasik.
tersebut seringkali dilupakan, sehingga motif
Neoklasik adalah bahwa mekanisme pasar
non ekonomi dipandang sebagai faktor yang
persaingan bebas, dengan asumsi-asumsi
tidak masuk dalam operasi hukum ekonomi.
tertentu, selalu menuju keseimbangan dan
Mubyarto (2002:1) mengungkapkan bahwa
efisiensi optimal yang baik bagi semua orang.
ilmu ekonomi yang diterapkan kebanyakan
Artinya jika pasar dibiarkan bebas, tidak
saat ini dikenal sebagai teori ekonomi
diganggu oleh aturan-aturan pemerintah yang
Neoklasik.
bertujuan baik sekalipun, masyarakat secara
Ajaran
ekonomi
Neoklasik
Tekanan
ajaran
ekonomi
48
keseluruhan akan mencapai kesejahteraan
maupun
bersama yang optimal atau disebut pareto
2006:7). Seperti yang diungkapkan Suradi
optimal.
(2005:1) bahwa komunitas Osing termasuk
Oleh karena itu diperlukan suatu
dalam
perilaku
komunitas
ekonomi
yang
(Mariawati,
memiliki
pola
pendekatan yang bisa mencakup keputusan
komunikasi dan interaksi sosial horizontal-
ekonomi yang diciptakan akibat motif non
egaliter. Citra sebagai masyarakat terbuka
rasional. Witte (dalam Yustika, 2006:46)
tersebut berhubungan dengan aktualisasi diri
menyatakan bahwa ekonomi kelembagaan
setiap anggota masyarakat yang apa adanya,
tidak menfokuskan kepada apa yang disebut
terang-terangan, tanpa basa-basi, dan mudah
oleh beberapa ahli ekonomi sebagai motif-
akrab.
motif ekonomi (economic motives), yakni
budayanya bersifat terbuka terkesan kasar dari
konsentrasi untuk memperoleh pendapatan
sudut budaya yang mengenal kaidah kasar-
(gain), motif laba (profit motives) atau
halus atau kromo-ngoko, tetapi mereka dapat
memaksimalkan sesuatu yang memiliki nilai
mengaktualisasikan dirinya secara utuh dan
material.
dapat membicarakan realitas sosial secara apa
Ekonomi
kelembagaan
telah
mengenal pentingnya perilaku manusia non
Masyarakat
yang
nilai
sosial
adanya.
rasional (non rational human behaviour)
Begitupula dengan kebudayaan Jawa.
dalam pembuatan keputusan ekonomi pada
Berdasarkan
level motivasinya. Motivasi yang kuat dari
umumnya agama kaum Muslimin yang
perilaku individu dapat berupa perilaku haus
tinggal
terhadap kekuasaan dan petualangan, rasa
(Javanisme). Biasanya pemeluk agama ini
kemerdekaan, sifat mementingkan orang lain,
berkeyakinan bahwa segala sesuatu pada
keinginan tahu, serta adat dan kebiasaan
hakikatnya adalah Satu, merupakan kesatuan
(Yustika, 2006:85).
hidup. Selanjutnya Javanisme meliputi lebih
di
paradigma
Jawa
Barat,
adalah
dikatakan
agama
Jawa
Kasper dan Streit mengungkapkan
banyak bidang. Jika agama-agama formal
bahwa kebudayaan mempengaruhi perilaku
hanya mengenal adanya bidang sakral dan
sosial,
di
bidang profan, maka Javanisme memandang
dalamnya. Kebudayaan yang dimaksud terdiri
kehidupan manusia selalu terpaut dalam
dari bahasa, kumpulan ide atau pemikiran,
kosmos alam raya, dan dengan demikian
nilai-nilai, institusi internal dan eksternal.
hidup
Juga mencakup kesenian, ritual, simbol dan
pengalaman
pengalaman seseorang. Yang mana komponen
mengungkapkan bahwa “kehidupan manusia
yang ada di dalam kebudayaan tersebut
hendaklah dalam keadaan seimbang-tenang
terbentuk melalui proses dan menjadi pondasi
dengan
bagi perilaku manusia baik perilaku sosial
manusia itu ingin menaklukkan alam, jangan
termasuk
perilaku
ekonomi
manusia
merupakan
religius.
Jagat
Raya;
Mulder
jangan
semacam (1996:31)
sekali-kali
49
bersaing dan berambisi atau ingin mencapai sesuatu dengan jalan terlalu memperhatikan barang-barang materiil. Pendekatan terhadap
B. Pengaruh Budaya dan Perkembangan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi
akan
hidup dan kenyataan itu tak lain dan tak
menimbulkan dampak pada nilai budaya
bukan daripada sikap narimo dan sujud
seperti yang diidentifikasikan Inglehart dan
terhadap kehadiran Ilahi yang meliputi segala
Baker (2000:37).
sesuatu, terhadap Sang Hyang Maha Kuasa.”
golongan
Keyakinan ini terwujud dalam kebatinan dan
mengungkapkan bahwa level jaminan hidup
mistik Jawa.
(existensial security) adalah penyebab utama
Sejalan dengan Mulder, Soeratman (1989:99) menguraikan bahwa
“...agama
Penelitiannya pada 61
masyarakat
pada
tahun
1995
dari perubahan level nilai (intergenerational value change) dan perbedaan nilai dalam
Islam yang bersifat sinkretik, yang disebut
masyarakat
berhubungan
dengan istilah Agama Jawi atau Kejawen.
tingginya ekspektasi hidup (highest life
Agama ini merupakan Agama Islam yang
expectancies). Menurut Inglehart dan Baker,
bercampur dengan keyakinan dan konsep-
yang mengidentifikasi versi kebudayaan yang
konsep Hindu-Buddha yang cenderung ke
menjadi mainstream masyarakat pra-industri
arah mistik, serta unsur-unsur yang berasal
menunjukkan data bahwa terdapat tingkat
dari zaman pra-Hindu.”. Apabila paradigma
toleransi
Barat cenderung mengeliminasi apapun yang
perceraian, dan homoseksualitas; masyarakat
berbau Islam, tetapi dari pandangan lain
memiliki
Javanisme tidak dapat dilepaskan dari Islam
keagamaan; adanya tendensi penekanan atas
yang sebenarnya.
dominasi lelaki pada kehidupan ekonomi dan
yang
rendah
penekanan
erat
dengan
terhadap
yang
aborsi,
kuat
pada
Keunikan terjadi manakala keputusan
politik; rasa hormat pada otoritas keluarga,
ekonomi terjadi atas pengaruh dari nilai-nilai
dan pentingnya kehidupan berkeluarga; dan
lokal yang ada. Bagaimana seorang pelaku
politiknya relatif otoriter. Masyarakat industri
ekonomi melaksanakan kegiatan ekonomi
yang lebih maju memiliki karakteristik-
tanpa keinginan untuk mendapatkan laba,
karakteristik yang berbeda dari masyarakat
bahkan lebih menjunjung tinggi nilai yang
pra-industri.
diyakininya daripada motif-motif ekonomi
hidup diekspresikan dengan rasa saling
yang selalu menjadi kajian utama dalam teori
percaya,
ekonomi Neoklasik. Maka tulisan ini akan
subyektif, aktivitas politik, dan ekspresi diri
membahas
mana
yang timbul pada masyarakat post-industrial
keputusan ekonomi seringkali didasari oleh
dengan tingkat jaminan yang tinggi. Pada sisi
motif-motif non ekonomi.
ekstrim
realita
yang
ada
di
Dikotomi
toleransi,
yang
masyarakat
lain,
ekspresi
bertahan
kesejahteraan
orang-orang
terbentuk
oleh
yang
dalam tingkat 50
kesejahteraan yang rendah dan absennya
pemerintah India untuk mengakomodir sistem
jaminan, yang menekankan pada jaminan
tersebut
ekonomi dan fisik di atas segala tujuan,
perubahan sistem ekonomi di luar komunitas
merasa terancam oleh orang asing dan
tersebut.
walaupun
terdapat
perubahan-
keberbedaan etnis, dan menghindari resiko
Thomphson (2001:1) mengungkapkan
dalam perubahan. Kesemua hal tersebut
bahwa kelompok-kelompok masyarakat yang
menjadikan tidak adanya toleransi pada kaum
berbeda-beda juga mengikuti lintasan-lintasan
gay
luar
yang berbeda pula walaupun mereka memiliki
kelompoknya, adanya desakan atas aturan-
tujuan yang sama pada suatu pembangunan
aturan
ekonomi.
dan
komunitas-komunitas
gender
yang
di
tradisional,
dan
pandangan politik otoriter.
Pembangunan
kelompok
masyarakat yang khusus dapat pula dibentuk
Studi Osborne menemukan fakta yang
oleh satu atau lebih dari satu faktor situasi
berbeda dengan studi Inglehart dan Baker.
yang spesifik, seperti budaya, geografi,
Osborne
(2001:
668)
mengkaji
“kasta”
teknologi,
cuaca,
dengan
studi
kasus
India
sebagai
DiMaggio
juga
dan
lain
sebagainya.
mengungkapkan
bahwa
permasalahan budaya. Osborne menunjukkan
sebagian besar dari nilai-nilai tradisional dan
bahwa logika dari kekuatan pengelompokan
komponen dari kebudayaan tidak mempan
masyarakat India pada masa lampau sangatlah
terhadap perubahan ekonomi dan politik.
sederhana. Apabila muncul pemerintahan yang
Kasper dan Streit (dalam Mariawati,
secara agresif mengintervensi, maka pilihan
2006:7) mengungkapkan bahwa kebudayaan
masyarakat adalah mendapatkan rente dari
mempengaruhi
sistem kasta tersebut atau mendapatkan sesuatu
perilaku ekonomi di dalamnya. Kebudayaan
yang lain. Keanggotaan sistem kasta sangat
yang dimaksud terdiri dari bahasa, kumpulan
mudah diverifikasi dan memerlukan biaya yang
ide
kecil
internal
dalam
mengorganisasikannya,
jadi
atau
perilaku
pemikiran, dan
sosial,
termasuk
nilai-nilai,
eksternal,
juga
institusi mencakup
sangatlah sulit jika keanggotaan dari satu kasta
kesenian, ritual, simbol dan pengalaman
berpindah secara mudah pada kasta yang lain,
seseorang.
kontinuitas atas identitas ini menjadikan
kebudayaan tersebut terbentuk melalui proses
kekuatan kebudayaan yang powerful di
dan menjadi pondasi bagi perilaku manusia
masyarakat India. Pembuktian inilah yang
baik
membawa sistem kasta dan etnis lebih penting
ekonomi.
Komponen
perilaku
sosial
yang
ada
maupun
dalam
perilaku
daripada kepentingan ekonomi, spesifikasi
Keseluruhan dari aktivitas ekonomi telah
kelas, dan organisasi. Rendahnya biaya
termasuk dalam hubungan kemasyarakatan.
organisasi yang ditimbulkan akibat adanya
Pandangan yang berkembang dalam masyarakat
sistem
bahwa ekonomi di negara berkembang secara
kasta
menciptakan
intervensi
51
total adalah rasional, dengan pengertian perilaku
akan tercapai apabila petani Mayan Indian
ekonomi dipisahkan dari sosial, agama, muatan
tidak membuang waktu dengan berdoa kepada
politik, dan selalu sesuai dengan logika
Dewa
ekonomi; tetapi hal ini tidak sepenuhnya
perbandingan bahwa di Amerika Serikat akan
benar. Sebagai contoh, alasan Amerika serikat
mengalokasikan waktu libur untuk tetap
menghentikan impor gula pada Cuba pada
bekerja demi mencapai produktifitas yang
tahun 1960 adalah alasan politik, tidak secara
tinggi. Petani Mayan Indian akan merespon
ekonomi; contoh berikutnya adalah puncak
logika tersebut dengan petani Mayan Indian
aktivitas retail terjadi pada akhir bulan
bekerja untuk hidup, bukannya hidup untuk
Desember yang didasarkan pada alasan
bekerja (they are working to live, not living to
religius yang bertepatan dengan saat Natal
work).
yang
dirayakan
oleh
mayoritas
warga
Amerika serikat (Plattner, 1989:4).
Bumi
(Earth
Ekonomi
dengan
Gods),
antropologi
yang
menganalisa pilihan atas suatu produk dengan
Pemisahan dari perilaku inilah yang
keputusan yang rasional yang mencakup nilai
menciptakan permasalahan bagi ekonomi
marginal
antropologi, yang mana menganalisa sesuatu
formalis ini menekankan pada asumsi di mana
yang tampaknya seperti produksi “ekonomi”
setiap kebudayaan menerapkan pilihan yang
tetapi juga jelas muatan “religius”. Plattner
rasional pada pola pikir, batasan-batasan, dan
(1989:11) mengungkapkan sebuah contoh
pola pikir oportunitas. Kritik terhadap tipe
dalam kehidupan petani Mayan Indian di
ekonomi antropologi formalis memiliki suatu
mana memiliki anggaran tersendiri yang
argumen yang kuat di mana pendukung tipe
diperuntukkan bagi pelantun doa yang akan
substantif
mendoakan lading jagung yang akan digarap,
kelangkaan (scarcity) adalah termasuk bagian
karena para petani percaya jagung yang
dari kondisi seseorang. Kelangkaan pada
ditanam tidak akan tumbuh tanpa adanya si
masyarakat primitif didefinisikan sebagai
pelantun doa. Biaya yang dibayarkan kepada
kelangkaan kesejahteraan (scarcity of wealth),
si pelantun doa merupakan ongkos produksi
secara historis kebanyakan disebabkan oleh
yang secara nyata dikeluarkan oleh petani,
penetrasi
tetapi tidak ditujukan kepada para ahli
masyarakat
pertanian yang mengunjungi area tanam untuk
antropologi substantif memandang kasus
memberi pengetahuan cara tanam yang lebih
petani kecil (peasant) pada strategi produksi
baik agar jagung yang ditanam tumbuh
lebih
dengan baik.
(production for use) dalam artian subsisten
Rasionalisasi
ekonomi
yang
berhubungan dengan produktifitas yang tinggi
disebut
tidak
dari
pada
daripada
formalis.
Pendekatan
mempercayai
kapitalisme
setempat.
produksi
produksi
Tipe
untuk
untuk
bahwa
barat
pada
ekonomi
digunakan
pertukaran
(production for exchange). Petani yang tidak 52
memasuki
pasar
untuk
melaksanakan
dan personal tidak secara jelas terpisahkan.
pertukaran mengakibatkan nilai pasar dari
Korporasi
barang dan jasa menjadi tidak relevan dan
pekerjanya memiliki perasaan loyal kepada
disimpulkan
penggunaan
perusahaan selayaknya keluarga. Hal ini
model yang berbasis pilihan dalam suatu
berarti secara normal bahwa para pekerja
kelangkaan dikarenakan bersifat ethnosentris.
harus menempatkan tujuan-tujuan perusahaan
Pendukung
menolak
di atas kepentingan pribadi para pekerja
berhubungan
dalam jangka pendek, untuk menjadi bagian
tidak
substantif
penggunaan dengan
tepatnya
kosakata
pasar
juga yang
finansial
kapitalis
untuk
dalam
seringkali
mencapai
menginginkan
ekspektasi
para
kesuksesan
menjelaskan institusi dalam suatu kelompok
jangka panjang perusahaan. Keluarga para
atau masyarakat seperti “interest”, “credit”,
petani seringkali saling bertukar barang dan
dan “capital”.
jasa atas nama saling bertetangga dan
Perilaku berhubungan
ekonomi dengan
yang
pertemanan,
sambil
mereka
menyimpan
ekonomi
perhitungan atas nilai ekonomi barang dan
individu di pasar yang lebih terlihat “sosial”
jasa yang dipertukarkan “untuk menjaga
daripada “ekonomi”. Granovetter (dalam
segalanya berjalan lurus”. Salah satu teori
Plattner, 1989:210) mengungkapkan bahwa
organisasi yang disebutkan Ouchi (1980
pada dasarnya terdapat dua cara yang saling
dalam Pratama, 2007:18) mengatakan tentang
berlawanan dalam sebuah transaksi. Transaksi
“clan” dalam organisasi industri di mana
dapat berupa impersonal atau atomized dan di
perusahaan akan meraih produktivitas yang
sisi yang lain adalah personal atau dapat
tinggi dengan menerapkan bentuk hubungan
dikatakan
kerja
embedded.
perilaku
dibahas
Pelaku
transaksi
impersonal tidak memiliki hubungan yang lain di luar pertukaran dalam jangka pendek tersebut
dan
secara
organisasi
kekeluargaan
(kinship-type
role
expectation). Pada model ekonomi klasik dari
bersifat
persaingan sempurna, telah diprediksikan
atomized atau tidak terorganisasi dalam suatu
secara utuh informasi mengenai barang,
perkumpulan atau struktur sosial. Sedangkan
transaksi, dan aktor atau pelaku ekonominya.
pada pelaku transaksi personal, transaksi
Tetapi dalam kenyatannya untuk kepentingan
antara orang per orang memiliki hubungan
keamanan dan keputusan yang penting maka
yang tahan lama (endures) setelah adanya
informasi selalu dalam keadaan yang tidak
suatu pertukaran, selain itu pelaku transaksi
sempurna dan tidak lengkap.
ini tergabung dalam jaringan dari suatu hubungan sosial. Menurut
Nelson (dalam Plattner, 1989:214) mengungkapkan dua aspek dari barang, yaitu
Bennet
(dalam
Plattner,
“search” dan “experience quality”. Aspek
1989:212), realitasnya mode pasar impersonal
yang pertama berhubungan dengan atribut 53
yang jelas seperti contohnya bentuk, ukuran,
dan kebiasaan-kebiasaan dalam hidup sehari-
warna pada pakaian. Masalah yang dihadapi
hari yang dianut oleh sekelompok orang dan
konsumen
menempatkan
berfungsi sebagai pedoman tingkah laku.
preferensi pada atribut yang tersedia di pasar.
Menurut Bath (dalam Suparlan, 1986:1)
Sedangkan
quality”
setiap golongan suku bangsa atau etnik
berhubungan dengan atribut yang muncul
mempunyai seperangkat kebudayaan yang
setelah
dipergunakan,
melekat pada identitas suku bangsa atau etnik
misalnya kekuatan tahan lama dari suatu
tersebut, yang sewaktu-waktu bila diperlukan
pakaian. Masalah yang dihadapi konsumen
dapat diaktifkan sebagai simbol-simbol untuk
pada aspek barang ini adalah mengetahui
identifikasi dan untuk menunjukkan adanya
“experience
batas-batas sosial dengan golongan suku
adalah
pada
barang
ketika
“experience
tersebut
sebelum
quality”
membeli,
padahal kualitas dari suatu barang adalah
bangsa atau etnik lainnya dalam interaksi.
tidak terlihat. Aturan
Rahmani (1992:145) mengungkapkan dalam
pembayaran
pun
bahwa nilai adat budaya sangat berguna untuk
terdapat suatu spesifikasi dari apa yang
mengaktualkan
ditukarkan (tunai, barang lain, atau jasa) dan
kehidupan kita, dan sekaligus dapat dijadikan
jangka
segera,
sebagai instrumen penjaga identitas dan
pembayaran secara kredit, dan lain-lain).
perekat kesatuan bangsa. Dalam kehidupan
Sebagai contoh, adalah studi yang dilakukan
orang Melayu senantiasa ditekankan tentang
Plattner di Chiapas, Mexico. Pedagang dari
kehidupan yang saling menghormati, saling
Chiapas akan menjual barang lebih murah
memberi, rukun dan damai, rasa persaudaraan
pada konsumen Indian yang berada di
dan
waktu
mana
dalam
keramahtamahan
dan
keterbukaan, kesetiakawanan, tenggang rasa,
membeli kebutuhan pangan dan logistik. Di
kemauan untuk bekerja keras, hemat dan
dalam
prasaja
pemikiran
pedagang
kekeluargaan,
estetika
Chiapas
hinterland
di
(pembayaran
nilai-nilai
pedagang,
rendahnya
(Diah,
1988:1).
Rab
(dalam
pendapatan yang didapatkan dari penjualan
Syafriman, 2004:1) mengungkapkan bahwa
barang-barang akan menjamin keramahtamahan
orang suku bangsa Melayu yang baik selalu
(the assurance of hospitality) dari suku Indian.
merendahkan diri, tidak menonjolkan dirinya,
Sebaliknya dari sisi suku Indian, dengan
tidak mau memaksakan kemauannya jika
ditunjukkannya suatu sikap ramah maka akan
bertentangan dengan kemauan orang lain,
didapatkan barang-barang dengan harga yang
senantiasa sahaja dan sedia kompromi. Nilai-
lebih murah dan terciptanya perdagangan
nilai tersebut diperkenalkan dan ditanamkan
perantara dari sebuah kebudayaan.
sejak dini kepada anak-anak Melayu. Proses
Kebudayaan merupakan adat istiadat
perubahan sosial juga tidak akan berhenti dan
yang menyangkut nilai-nilai, norma-norma,
akan terus melanda masyarakat Melayu 54
sehingga mungkin telah berdampak pada telah
dan administrasi lokal. Beberapa agen akan
terjadinya berbagai perubahan nilai. Harahap
menjadi level administratif level ketiga, dan
(1986:24)
beberapa
level-level penambahan akan muncul di
sejumlah
atasnya.
daerah
mengatakan ternyata
mekanisme
bahwa
memiliki
kepemimpinan
dan
kearifan
Boeke
(1983:16)
mengungkapkan
sebagai bagian dari nilai adat budaya. Dalam
bahwa wilayah perdesaan di dunia ketiga
konsep adat budaya daerah terdapat beberapa
biasanya dideskripsikan sebagai tempat bagi
kearifan lokal dan sejumlah kepemimpinan
orang-orang untuk bekerja di sektor pertanian.
lokal yang kesemuanya potensial dalam
Sementara itu dalam pengertian yang sempit,
menata masyarakat damai dengan identitas
desa adalah suatu mayarakat petani yang
dan integritas bangsa yang kuat.
mencukupi hidup sendiri atau swasembada.
Wenke (1980:431) mengungkapkan
Ciri penting dari penduduk di perdesaan ini
ilustrasi penekanan pada level administratif,
adalah masalah kepemilikan tanah. Tanah
dimisalkan pada desa pertanian yang masih
masih
sederhana, banyak keputusan yang harus
kesejahteraan dan kekuatan politik di wilayah
dibuat sehubungan dengan tanaman-tanaman
perdesaan. Tetapi proses komersialisasi sektor
apa yang hendak ditanam, berapa banyak
pertanian yang mulai dipraktikkan pada tahun
hasil panen yang akan disimpan, siapa yang
1960-an, yakni melalui serangkaian kebijakan
menggarap lahan, keputusan untuk menikah,
yang berupaya meningkatkan pertumbuhan
dan
sektor pertanian, yakni revolusi hijau dan
lain
sebagainya.
Kebanyakan
dari
merupakan
dasar
utama
dari
keputusan-keputusan tersebut dibuat individu-
penciptaan
individu, tetapi beberapa yang lain terutama
semakin
keputusan yang berdampak pada masyarakat
Proses
diputuskan oleh kepala desa. Dapat dikatakan
tersebut malah kian menjepit posisi petani
kemudian,
desa
dari beberapa cara, antara lain: (i) kaum tani
merepresentasikan pembuat keputusan tingkat
menjadi tidak terlindungi dari ketidakpastian
pertama dalam suatu
baru yang disebabkan oleh ekonomi pasar
memerintahkan orang-orang
bahwa
kepala
hirarki, kepala desa
aktivitas-aktivitas untuk
dikerjakan.
petani
yang
mematikan
rasional
ekonomi
pertumbuhan pertanian
malah
perdesaan. komersial
kepada
yang memperbesar variasi penghasilannya;
Level
(ii) terjadinya erosi nilai-nilai yang hidup di
administratif kedua ada apabila ada orang-
desa
orang yang berhubungan dengan gugus tugas
perlindungan dan pemikul resiko secara
yang diperintahkan kepala desa, bisa berupa
bersama-sama;
membenarkan
pengaman”
atau
menindaklanjuti
dan
kekerabatan
(iii)
sebagai
pemberi
berbagai
subsistensi
tradisional
“katub atau
keputusan tersebut, bisa juga agen-agen
pekerjaan
pemerintah yang berhubungan dengan pajak
hidup menjadi berkurang atau hilang sama
tambahan
untuk
menyambung
55
sekali; (iv) pemilik tanah yang sebelumnya
(2005:1),
memikul sebagian resiko pertanian dapat
bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
mengutip lebih banyak lagi dari petani lewat
orang-orang yang sedang mereka teliti.
sewa dan memungut bagian penghasilan
Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam.
penggarap; (v) negara sering menaikkan
Diam merupakan tindakan untuk menangkap
penerimaan pajak melalui pungutan dari
pengertian yang sedang diteliti. Dalam hal ini
kegiatan pertanian (Scott, 1976:57).
manusia dianggap secara “aktif” menciptakan dunianya
C. Metode Penelitian
yang dibentuk oleh nilai-nilai sosial, politik, budaya, ekonomi, etik, dan gender yang terkristalisasi melalui proses perjalanan dan
dan
memiliki
berasumsi
kesadaran
dan
dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan dan lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota dan catatan lain-lain (Danim, 2002:61).
pengetahuannya.
Dengan
kata
lain
fenomenologi menolak beberapa asumsi yang memisahkan antara subyek (knower) dari obyek (known).
waktu. Pada pendekatan kualitatif, data yang
Penelitian kualitatif juga mengurangi semaksimal
mungkin
intervensi
peneliti
terhadap ungkapan yang dituturkan oleh responden penelitian. Pada saat penulisan hasil wawancara misalnya, peneliti diminta untuk menuliskan bentuk asli dari tuturan yang
diungkapkan
responden,
walaupun
struktur dan kosakata responden tersebut tidak
Suatu perilaku dipengaruhi oleh segi budaya yang di dalamnya tercakup segala pengalaman,
dan
tidak
mengkomunikasikan pengalaman sehari-hari
Penelitian ini didasarkan pada realitas
pengetahuan,
fenomenologi
kepercayan,
simbol, dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dengan perannya sebagai pelaku ekonomi. Dalam hal ini fokus perilaku adalah keputusan ekonomi yang didasari motif non rasional dari individu. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, di mana peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Seperti dalam Manzilati
bagus. Dengan menyalin tuturan asli tersebut diharapkan
pembaca
memiliki
ruang
tersendiri untuk memberikan interpretasi, tanpa harus setuju dengan tafsiran peneliti. Melalui prosedur tersebut,
subjektivikasi
penelitian kualitatif tetap dituntun oleh pagarpagar akademis sehingga dapat menjaga nilai keilmiahannya (Yustika, 2006:95). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang bertempat tinggal di Desa Wonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Tidak dibatasi dari strata sosial seperti apa, tetapi telah berdomisili tetap dalam jangka waktu yang 56
lama. Syarat tersebut ditentukan adalah untuk
ditemukan
mengetahui
dan
permasalahan yang diangkat dalam penelitian,
perilaku komunal sehingga diketahui kilasan
maka barulah diadakan suatu wawancara
sejarah dari tiap individu dalam lingkup
mendalam dengan informan yang terpilih.
pola
perilaku
individu
ekonominya.
informasi
yang
mendukung
Setelah ditemukan informan kunci,
Penentuan lokasi di Desa Wonosari
maka dimulailah proses penggalian data.
dikarenakan lokasi tersebut memiliki sifat
Informan rata-rata merupakan pedagang kecil
yang khas. Pertama dari segi geografisnya,
dengan modal yang terbatas pula. Beberapa
terletak di perbatasan antara Kabupaten
informan
Malang
yang
menetap dan sebagian lainnya menjalankan
diharapkan dapat mewakili dua kabupaten
usaha secara berkeliling. Perlakuan terhadap
dengan proporsi masyarakat yang heterogen
data yang telah ditemukan akan diseleksi,
sehingga dapat dipotret keunikan khas yang
disarikan, dan disubtemakan dalam sebuah
sangat berbeda dari daerah yang lain. Kedua,
konfigurasi yang lebih luas, yang kesemuanya
dari segi pengaruh kejawaan dan Islam yang
merupakan
sama-sama kuat, sehingga kegiatan budaya
pereduksian data tersebut. Analisis diarahkan
yang sinkretik dan pola perilaku yang telah
pada
berasimilasi
keunikan
kesamaan fenomena realitas nilai sosial yang
tersendiri. Ketiga, wilayah yang berbatasan
berhubungan dengan lingkup ekonomi di
dengan Tengger juga menciptakan dampak
mana ditemukan sebagai nilai-nilai yang
pada masyarakat setempat, baik dalam hal
tergeneralisir dalam konteks riset studi kasus
pola berdagang (hari pasaran, motif dalam
ini.
dan
Kabupaten
juga
Pasuruan
merupakan
berdagang) maupun dalam hal motivasi masyarakat
setempat
untuk
mencontoh
motivasi masyarakat Tengger.
menjalankan
sebuah
usahanya
bagian
secara
dari
proses
kecenderungan-kecenderungan
Untuk memperoleh temuan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka yang dapat dilakukan adalah dengan triangulasi, yaitu
Teknik pengumpulan data melalui
dengan
menggunakan
wawancara mendalam. Teknik ini dipilih
metode,
dan
dengan pertimbangan banyaknya keunikan
penelitian
nilai sosial yang akan berbeda dengan tataran
penelitian-penelitian
teori. Untuk menemukan informan yang tepat,
membahas topik yang kurang lebih sama pada
maka terlebih dahulu diadakan Focus Group
daerah yang berbeda jadi dapat diketahui
Discussion
di
antara
informan-informan
ini
teori. akan
beberapa Hasil
sumber,
temuan
diverifikasi terdahulu
dari
dengan yang
perbandingan antara hasil penelitian ini
kunci. Hal ini dilakukan untuk menyatukan
dengan
pikiran sehubungan dengan penggalian data
metode yang berbeda diharapkan semakin
dan informasi lokasi-lokasi penelitian. Setelah
mempertajam analisis penelitian ini. Teori
penelitian
sebelumnya.
Dengan
57
dari
kepatuhan pada kharisma seseorang yang
permasalahan. Dalam hal ini teori ekonomi
dianggap sebagai panutan, dan nilai-nilai
neoklasik diangkat sebagai titik tolak yang
religi yang mendasari pola perilaku individu.
dihadapkan pada interaksi yang sebenarnya
Sedangkan pada sub bagian kedua akan
dilakukan oleh individu di lapangan.
dibahas mengenai kebudayaan setempat yang
dipergunakan
sebagai
titik
tolak
berkembang dan diyakini sehingga terjadi D. Peran
Nilai
Kepatuhan
Kebudayaan
dan
Setempat
dalam
Keputusan Ekonomi Individu
oleh setiap individu, menurut cirinya dapat bahwa
setiap
dihadapi, yang merupakan falsafah dalam kebudayaan Jawa. Berikut ini dipaparkan
Di dalam klasifikasi nilai yang dianut
dibedakan
harmoni antara alam dan kenyataan yang
individu
akan
matriks yang menghubungkan antara peran nilai kepatuhan dan kebudayaan setempat dengan keputusan ekonomi yang muncul.
menganut dua nilai yaitu nilai dominan dan nilai yang mendarah daging (internalized value). Dalam nilai dominan, nilai yang dianut ini berhubungan dengan kondisi sosial kemasyarakatan
yang
berada
di
sekitar
individu tersebut. Sedangkan pada nilai yang mendarah
daging
(internalized
value)
cenderung telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga
ketika
seseorang
melakukannya terkadang tidak melalui proses berfikir atau pertimbangan terlebih dahulu
Tabel 1. Hubungan Antara Nilai Kepatuhan dan Kebudayaan Setempat dengan Keputusan Ekonomi Nilai Kepatuhan dan Kebudayaan Setempat 1. Kepatuhan terhadap orang tua 2. Kepatuhan terhadap panutan 3. Kepatuhan terhadap nilai religi
(dalam bawah sadar). Apabila seseorang menyalahi nilai yang diyakininya, umumnya akan timbul perasaan malu bahkan merasa sangat bersalah. Pola
pikir
yang
telah
menjadi
landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya sehari-hari.
4. Kebudayaan setempat
Keputusan Ekonomi Pemilihan dalam jenis dan lokasi usaha yang dipilih Pemilihan dalam jenis dan lokasi usaha yang dipilih Mengesampingkan orientasi keuntungan dan berkonsentrasi pada menjaga hubungan baik antar sesama Bekerja lebih keras, mendasarkan waktu berjualan pada kalender Jawa (hari pasaran) dan hari-hari besar adat setempat, melakukan jual beli hewan ternak dengan pertimbangan mitos yang berkembang
Sumber : Pratama, 2006
Pada bab ini nilai yang diyakini dikategorikan menjadi dua sub bagian, yaitu nilai kepatuhan
1. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
dan kebudayaan setempat. Di dalam nilai
Orang tua sebagai teladan kadangkala
kepatuhan terdapat pembahasan mengenai
mengambil porsinya dalam tataran yang
nilai kepatuhan terhadap orang tua, nilai
terlalu berlebihan. Nilai yang dianut oleh orang tua seringkali baik secara langsung atau 58
tidak “dipaksakan” kepada anak-anaknya.
Yu
Patemah
sangat
menghormati
Bisa saja yang terjadi adalah sintesa dari nilai
orang tuanya melebihi aturan adat yang
yang dianut oleh orang tua dengan nilai dari si
berlaku
anak, tetapi bisa juga akan menciptakan nilai
diwasiatkan bapaknya agar jangan sekali-kali
baru yang sama sekali jauh dari nilai yang
meninggalkan tanah leluhur apapun yang
dijunjung tinggi dari kedua belah pihak.
terjadi menjadi pedoman hidup bagi Yu
Terlepas dari fenomena yang ada, berikut ini
Patemah.
Ketika
mata
dipaparkan
dapat
masyarakat
beralih
menjadi
mempengaruhi pola perilaku individu dalam
peternakan
dan
menjalankan aktivitasnya.
Patemah memilih tetap tinggal di kawasan itu
bagaimana
nilai
di
Desa
Wonosari.
perusahaan
Apa
yang
pencaharian buruh jamur,
di Yu
Yu Patemah dapat dikatakan sebagai
dan menghindari pergi terlampau jauh. Pun
sahabat senasib dari Bu Siti. Nasibnya yang
ketika Yu Patemah terjerat hutang pada bank
sama-sama menjanda semakin mempererat
thitil‡ tidak sekalipun merubah pendirian
hubungan mereka, selain itu stigma negatif
untuk merubah mata pencahariannya menjadi
masyarakat membuat Yu Patemah sadar betul
buruh pabrik.
bahwa apa yang dinasehatkan kedua orang
Berbeda dengan Yu Patemah yang
tuanya harus tetap dilaksanakan karena semua
mendasarkan pola perilakunya pada nasehat
ini
adalah
cobaan
yang
menguji
orang tuanya, Bu Siti lebih berpegang teguh
Patemah
pernah
pada nasehat pemuka agama dari agama yang
berdagang di Pasar Wonosari lebih kurang
dianutnya. Riwayat Bu Siti berjualan buah di
selama dua puluh lima tahun, ini belum
Pasar Lawang adalah setelah mengikuti
terhitung ketika Yu Patemah dalam masa
sebuah pengajian. Bu Siti diwejang oleh
anak-anak dan sudah mencoba berjualan di
seorang Yai§ untuk menerima berapapun uang
Pasar Wonosari.
yang diberikan oleh seorang teman dan
kesungguhannya.
Yu
Weling* dari orang tuanya sangat
berapapun nilai uangnya harus digunakan
dijunjung tinggi, yang mengakibatkan Yu
untuk
Patemah terkesan hanya nrimo† pada kondisi
berikut ini:
berdagang,
seperti
penuturannya
yang ada. Selama kurun waktu itu, tidak “...Pun kulo sowan ten Yai kok diisyarohi ngoten. Nggih lajeng dhateng Nglawang niku.”(“...Lalu saya ke Kyai diperintahkan begitu. Ya terus ke Lawang itu.”)
pernah sekalipun Yu Patemah meninggalkan wilayah Wonosari. “...pun kulo manut mawon criosipun Bapak.” (“...sudah saya ikut saja apa yang dikatakan Bapak.”) * †
wasiat, nasehat pasrah
‡ §
renternir Kyai, alim ulama, pemuka agama Islam
59
Tidak berapa lama setelah mengikuti suatu pengajian, teman Bu Siti memberi uang sejumlah
Rp
25.000,00,
menghasilkan keuntungan.
dengan
Selain dari nilai yang diturunkan dari
berpedoman kepada wejangan tersebut Bu
orang tua maupun yang berasal dari orang
Siti memakai uang tersebut sebagai modal
yang dianggap sebagai panutan, nilai-nilai
berdagang
Lawang.
religi juga digunakan sebagai acuan dari
Penghargaan yang tinggi kepada kharisma
individu untuk menjalankan aktivitasnya.
alim ulama menciptakan suatu pola pikir yang
Seperti tergambar pada kehidupan keluarga
baru. Hal ini membuktikan bahwa sikap
Pak Giyo,
buah
di
maka
keterampilan kulakan yang tepat juga akan
Pasar
optimisme dan pantang menyerah bisa saja timbul dengan bantuan orang lain yaitu seorang Yai yang diyakini sebagai panutan oleh Bu Siti. Dengan mengacu pada nasehat yang diyakininya, Bu Siti “merambah” Pasar Lawang sedangkan usaha mlijo** di pelataran
“..mboten gadhah mas menawi damel tani, nggih ngaten niki. Menawi mboten klintu, kulo sadean niki milai taun sangang puluhan, saderenge niku nggih serabutan pun.” (“...tidak punya mas kalau untuk tani, ya seperti ini. Kalau tidak salah saya berjualan ini mulai tahun sembilan puluhan, sebelumnya itu ya bekerja serabutan.”)
rumahnya tetap dijalaninya. Siang hari Bu Siti menuju Pasar Lawang untuk berjualan buah
Pak Giyo memulai aktivitas berjualan
dan menyelesaikan proses berdagang sekitar
keliling
pukul 21.00, tanpa pulang ke rumah ia pun
menyelesaikannya pada 16.00. Menurutnya
beristirahat
atau
berjualan makanan itu sekaligus merupakan
bermalam di musolla pasar, pagi menjelang
ibadah, yaitu membuat orang yang membeli
saatnya berkulakan untuk mlijonya. Sekitar
merasa kenyang dan merasa puas adalah
pukul 06.00 Bu Siti sudah sampai di
kewajibannya
rumahnya untuk menjajakan sayur mayur.
adalah hasil dari kejujuran dalam mengolah
di
rumah
temannya
mulai
pukul
07.00
dan
sedangkan para langganan
Muatan psikologis yang disampaikan
barang dagangannya. Motif ibadah adalah
oleh Yai membuat Bu Siti mengesampingkan
suatu nilai yang dijunjung keluarga Pak Giyo,
stigma
di mana motif seseorang melakukan kegiatan
masyarakat
yang
menekannya.
Keinginan pembuktian atas harga diri telah
ekonomi
tidak
semata-mata
menjadi motif yang utama, baru setelahnya
keuntungan
terpikir bahwa berdagang di dua tempat yang
ternyata nilai kebaikan akan berbuah pahala
berbeda akan menciptakan keuntungan yang
dan keburukan akan terganjar siksa neraka
berlipat karena setiap wilayah memiliki
yang telah tertanam dan menyatu dengan
keunggulan yang berbeda-beda, yang dengan
kepribadian dari individu.
(profite
motives),
atas
dasar
melainkan
Sejalan dengan Pak Giyo, Yu Patemah **
juga menerapkan amal sebagai bagian dari berjualan sayur mayur
60
terjaganya
harmoni
dalam
siklus
hidup
tidak bisa mengukur kualitas dan ukuran baik dan buruk, bahkan terjadi pemiskinan realitas
seseorang. “senaoso kulo teksih ngeten, tapi wonten ingkang amrat ngluwihi kulo.” (“meskipun saya masih seperti ini, tetapi masih ada yang lebih berat melebihi saya.”) Yu Patemah memaknainya ketika
dan penghilangan makna kehidupan. Mungkin hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa
ilmu
ekonomi
konvensional
semakin jauh dari harapan semula sebagai alat mensejahterakan masyarakat seluruhnya.
mengalami puncak kejayaan dan masih mengingat teman atau orang yang kesusahan
2. Kebudayaan Setempat
Dalam
maka niscaya jika suatu saat berada dalam kesusahan
akan
ada
orang
yang
sudi
membantu. Secara logika sangat tidak masuk akal ketika Yu Patemah yang masih bergulat dengan rintisan usahanya, setiap sore hari memborong mangga dari pedagang yang barangnya belum laku untuk dibagi-bagikan bukan atas alasan kulakan, tetapi untuk dibagikan ke rekan pedagang yang lainnya. Kepercayaan yang sangat melekat bahwa amal tidak akan hilang dan dirinya akan semakin kaya dengan melakukan hal tersebut.
informan tidak sejalan dengan rasionalisasi ekonomi neoklasik yang telah dibahas pada tinjauan sebelumnya. Menjaga hubungan baik antara sesama manusia dipandang lebih berpahala daripada semata-mata memandang aktivitas ekonomi yang dilakukan yang berorientasi
keuntungan.
Menurut
Nasr
(dalam Harahap, 2006:1) mengemukakan beberapa hal yang tidak bisa dijangkau sains: Nilai tidak bisa dijangkau sains, sains selalu meninggalkan khasanah lama, sains tidak bisa memberikan warna dalam kehidupan, sains
Jawa,
mitos
merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh pada
hidup
dan
kehidupan
seseorang.
Berbagai kitab Jawa menjelaskan berbagai hal yang
mengatur
kehidupan
pribadi
dan
bermasyarakat. Mulai dari kelahiran bayi, hari baik, hari naas, weton, ilmu pengasihan, hingga ilmu pesugihan. Berbagai perhitungan Jawa sangat diugemi oleh masyarakat yang meyakininya. Begitu pula dengan ihwal mimpi, orang Jawa mengistilahkan mimpi sebagai perlambang. Pasar di Desa Wonosari memiliki dua
Nilai-nilai religi yang diaplikasikan dalam keputusan ekonomi dari beberapa
kebudayaan
hari pasaran pada setiap minggunya, sehingga muncul istilah Pasar Minggu dan Pasar Rebo. Pada kedua hari tersebut aktivitas warga dan pedagang lebih ramai dibandingkan dengan hari yang lain. Dalam satu tahun terdapat beberapa waktu yang merupakan konsentrasi masyarakat untuk mengunjungi pasar yang merupakan berkah bagi para pedagang. Adalah perpekan†† di mana pada saat itu masyarakat mempersiapkan datangnya hari istimewa dengan berbelanja aneka kebutuhan baik makanan ataupun kue sebagai hidangan. ††
7 hari sebelum Hari raya Idul Fitri
61
Pedagang sandhangani juga akan menuai
akan amoh††† sedangkan apabila dialokasikan
keuntungan. Waktu berikutnya adalah pada
pada slametan akan lebih bermanfaat karena
saat Riyaya Karo‡‡. Pada saat tersebut,
akan membuat kehidupan diberkahi. Budget
volume pembelian di pasar didominasi oleh
slametan bisa mencapai Rp 5.000.000,00
masyarakat
setiap
maka sangatlah logis jika hasil tabungan
individunya menginginkan bahan makanan
dialokasikan untuk hal tersebut. Menjalankan
dengan kualitas yang baik. Hal itu karena adat
ritual bagi masyarakat Tengger harus dipatuhi
yang berlaku di sana adalah setiap tamu yang
karena telah dilakukan secara turun-temurun.
berkunjung akan dipersilahkan masuk ke
Seperti penuturan Bu Petinggi:
Tengger
yang
mana
pawon§§ untuk menyantap hidangan langsung “...neng kono iku peralatane masak mewah. Pawone yo porselen. Soale saben tamu langsung diparakno nang pawon. Dadi yo kebanggaan pisan lek barang-barang e apik tho.” (“...di sana itu peralatan masaknya mewah. Dapurnya ya dilapis porselen. Soalnya tiap tamu langsung dipersilahkan ke dapur. Jadi ya merupakan suatu kebanggaan kalau barangnya bagus kan.”)
di depan perapian. Apabila tamu tersebut menolak walaupun dengan alasan merasa kenyang maka hal tersebut dianggap tuan rumah yang mengundang, seperti penuturan Bu Fa: “...wong Tengger uripe gawe slametan. Asil apel utowo kebon ditabung kadhang sih ditambahi kerjo satemune. Lah wes wayah e Karo, blanjane yo nang Pasar Wonosari. Bandingane lah wonge dhewe lek tuku ayam iso gawe rolas kadang rong puluh potong. Tapi wong Tengger pupu iku yo dadi loro.” (“...orang Tengger hidupnya untuk slametan. Hasil dari apel atau kebun ditabung terkadang ya ditambah kerja sedapatnya. Lah kalau tiba saatnya Karo, belanjanya ya di Pasar Wonosari. Perbandingannya orang sini kalau membeli ayam bisa dijadikan dua belas terkadang dua puluh potong. Tetapi orang tengger, paha itu ya menjadi dua potong.”) Selain
itu
orang
Tengger
juga
menganut pendapat bahwa tidak begitu mementingkan
sandhangan***
yang
disebutnya gombalan. Menurutnya pakaian
Motivasi untuk bekerja keras dan slametan, sebagai upaya agar hidup diberkahi mempengaruhi pola perilaku masyarakat Desa Wonosari. Sejalan dengan hal tersebut, Suradi (2005:1)
berkesimpulan
bahwa
unsur
kebudayaan yang khas adalah unsur nilai atau adat istiadat. Di mana nilai sosial budaya yang positif pada komunitas Osing seperti egaliter, diperlukan
kesetaraan, dalam
dan
keterbukaan
pembangunan
yang
berwawasan keswadayaan. Namun adanya sihir atau santet yang tanpa diduga membawa korban masyarakat adalah tidak mendukung pembangunan.
‡‡
Hari Raya Masyarakat Tengger dapur *** pakaian jadi §§
†††
lusuh
62
Warga Desa Wonosari juga mengakui kalender Jawa dan mendasarkan berbagai aktivitasnya tersebut.
dengan
Menurut
sistem
dan
kalender
Jawa
(2007:1)
tampak
dalam
penentuan pergantian tahun. Pergantian tahun Jawa yang jatuh pada tanggal 1 Sura bertepatan dengan Tahun Baru Hijriah yaitu pada bulan Muharam. Berkaitan dengan nilainilai spiritualis Islam dalam menyikapi bulan Muharam
atau
memandangnya
Sura,
orang
Jawa
sebagai
waktu
untuk
introspeksi diri. Memasuki bulan Sura atau pergantian tahun, utamanya saat menjelang pergantian
tahun
baru,
masyarakat
Jawa
akan
sebagian
dengan
falsafah
“tiyang niku kadhang klintu menawi masalah Gunung Kawi nika. Kulo kaliyan Ni nggih mrika. Dhateng mrika wonten kalih, Mbah Junggo kaliyan Putri Gunung Kawi. Ingkang pesugihan niku ingkang Putri Gunung Kawi nika, dados mboten sedanten. Dados usaha nika kersane aman. Lah dhateng mrika nggih kersane penggalih niki tentrem supados mboten iren dhateng lintu.” (“orang itu terkadang salah untuk masalah Gunung Kawi itu. Saya dengan Ni [istri Pak Kasan] ya kesana. Di sana ada dua, Mbah Junggo dan Putri Gunung Kawi. Yang pesugihan itu ya yang Putri Gunung Kawi itu, jadi tidak semuanya. Jadi usaha agar aman. Lah kesana itu ya biar hati ini tenteram biar tidak timbul rasa iri kepada orang lain.”)
pertemuan antara kebudayaan Jawa dan Islam dalam
sesuai
Kejawen.
penanggalan
Widarmanto
kehidupan
besar
melakukan laku
prihatin berupa berbagai laku tirakatan
Menurut ajaran Islam adalah dilarang
dengan berbagai cara. Misalnya tidak tidur
untuk memohon kepada selain Allah, tetapi
sepanjang
Pak kasan bersikukuh tidak meminta kepada
malam,
berpuasa,
tapa
bisu,
berendam di tempuran dua sungai, atau
selain
melakukan interospeksi diri di tempat-tempat
melaksanakan ritual memeluk salah satu
yang hening.
pohon yang dipercaya apabila kejatuhan daun
Berbagai
Allah.
Di
sisi
lain
Bu
Nima
tersebut
atau buahnya akan terkabul apapun yang
berpijak pada anggapan keseimbangan dunia
diinginkannya. Selain itu, apabila sewaktu ke
mikrokosmos dan makrokosmos (jagat gedhe
Gunung
jagat alit). Sehingga orang Jawa menganggap
merupakan perlambang yang baik. Sebuah
bulan Sura sebagai dimensi waktu yang
mitos yang dipercaya sehingga masuk ke
kurang baik untuk melakukan suatu hajatan
dalam logika berpikir.
laku
tirakatan
yang berkaitan dengan siklus kehidupan. Seperti keluarga
yang Pak
tergambar Kasan.
pada
perilaku
Informan
Kawi
disertai
hujan
konon
Masih dalam pembahasan pesugihan. Orang miskin seringkali dihadapkan pada
ini
jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan
mengistilahkan dirinya nasionalis, dengan
dengan instan dan jauh dari logika penalaran.
pengertian Islam adalah agama sebagai tuntunan hidupnya sekaligus memaknai hidup 63
Mitos pesugihan wedhus puteh‡‡‡ juga pernah
keuntungan
santer terdengar. Tanpa mengusahakan untuk
berprasangka,
mencarikan fakta untuk sebuah klenik, berikut
mengungkap fakta yang terdapat di lapangan
ini penuturan informan mengenai pesugihan
sebagai bukti bahwa berbagai mitos sangat
tersebut,
mempengaruhi pola perilaku individu dalam
yang
lebih
peneliti
besar.
Tanpa
hanya
ingin
berinteraksi. “Singen natih jamane niku, wedhuse tiyang-tiyang niku podho mati, getihe garing, mung ono bolong loro nang gulune..biyen podo-podo nguli nang Mediun. Saiki trek e pating jejer. Tapi yo ngono mas, perawan e umur rong puluh dek ingi mati, yo ora loro yo ora opo.” (“Dulu pernah pada saat itu, kambingnya orang-orang mati, darahnya kering, hanya ada dua lubang di lehernya..dulu sama-sama menjadi kuli di Madiun. Sekarang trucknya berjejer. tapi ya gitu mas, anak perawannya umur dua puluh tahun kemarin meninggal, ya tidak sakit tidak apa.”)
Menurut
Fraser
terdapat
kecenderungan yang tersebar dari suatu kebudayaan yang mana memiliki suatu mitologi hewan, mitologi ini digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara manusia dengan spesies yang lain. Mitologi hewan ini menurutnya
merupakan
suatu
seni
kebudayaan dan serita tentang kepercayaan seputar
nilai
mempengaruhi
yang
berlaku
pandangan
yang
orang
akan dalam
memandang hewan dan bagaimana menyikapi hewan. Seperti legenda orang Ojibwa, di
Salah satu informan menceritakan temannya yang sama-sama berasal dari Trenggalek
yang
pesugihan
tersebut.
pesugihan
tersebut
rupanya
menjalani
Modus adalah
operandi
orang
yang
melakukan ritual tersebut akan menjelma menjadi kambing putih yang mengambil uang tanpa diketahui si pemilik lalu menghisap darah kambing dengan menyisakan dua lubang kecil di leher. Biasanya apabila berhembus isu tersebut, maka harga kambing akan merosot karena para peternak segera menjual ke blantik daripada mati digigit “siluman kambing”. Mungkin ini adalah upaya blantik§§§ dengan menebar isu negatif untuk ‡‡‡ §§§
menjatuhkan
harga
pasar
demi
mana mempercayai manusia dapat hidup di bumi dikarenakan bantuan dan kerjasama dari binatang, yaitu dimulai dengan kura-kura yang menyumbangkan tempurungnya sebagai pondasi tanah dan dilanjutkan oleh katak yang membawa tanah dari kedalaman. Masyarakat Amerika Utara memiliki pandangan yang tradisional yang mana melihat pertanian keluarga sebagai gaya hidup yang khusus yang terdiri atas kebajikan, kesederhanaan, dan harmoni terhadap lahan. Binatang memiliki peran yang khusus dalam pandangan ini. Binatang menjadi bagian yang terintegrasi ekonomi
dalam sebuah
proses lahan.
ekologi
dan
Binatang
juga
berperan pada pendidikan moral, karena anak-
ritual menjelma menjadi kambing pedagang kambing dan sapi
64
anak selalu belajar rasa tanggung jawab
cinta,
dengan adanya binatang.
kedermawanan, dan kesabaran. Kerendahan
Terdapat pandangan yang berbeda ketika mitologi
hewan
(animal
mithology)
diperbandingkan antara budaya Jawa dengan budaya
Barat.
Adanya
berbagai
ekonomi
pengaruh
tetapi
terhadap
sayang,
rasa
kebersamaan,
hati akan hilang dan diganti dengan egoisme keserakahan, korupsi, dan tidak menghargai cita-cita mulia dan luhur.
bentuk
pesugihan dengan wujud hewan, meskipun menciptakan
kasih
E. Kesimpulan
interaksi
kecenderungannya
Terdapat
berbagai
nilai
dan
adalah
kebudayaan yang diyakini keberadaannya
bersifat saling merugikan antara satu dengan
oleh masyarakat dan dijadikan pedoman
yang lainnya (untung diperoleh blantik dan
hidup. Setiap individu akan berusaha untuk
kerugian diderita pemilik kambing). Sedangkan
menjalankan kesesuaian dengan apa yang
dalam kebudayaan Barat (Amerika Utara)
telah diatur dalam nilai komunal di mana ia
mitologi
sebagai
berada dan disesuaikan pula dengan nilai
contohnya hewan dapat dijadikan bagian dari
yang telah mendarah daging pada dirinya.
sebuah family farming. Tetapi harmoni dalam
Menurut
pengertian
dalam
2006:120) asumsi perilaku dari ekonomi
keseluruhan aspek kehidupan. Pesugihan
biaya transaksi adalah rasionalitas terbatas
hanyalah
(bounded rationality), yakni perilaku rasional
hewan berkesan positif,
Jawa
suatu
diwujudkan
bentuk
manifestasi
Williamson
(dalam
Yustika,
kebudayaan Jawa, yang tetap dipercaya dan
tetapi
menjadi suatu titik tolak bagi orang Jawa
(oportunism), yaitu perilaku mementingkan
yang tidak melakukan pesugihan untuk lebih
diri sendiri yang diperoleh dengan cara licik.
waspada dan menjaga keharmonisan antar sesama.
terbatas,
dan
perilaku
oportunis
Kepatuhan pada nasehat orang tua dapat menjadikan sebuah sikap nrimo pada
Menurut
Rosseau
2003:1)
pemujaan
bahkan
menjauhkan
(dalam
terhadap
Fink,
rasionalitas
yang
menciptakan
ada.
suatu
Tetapi kegigihan
sikap
ini
walaupun
dari
dengan adanya suatu batasan “tidak boleh
berbagai kebajikan moral yang sederhana
meninggalkan tanah leluhur”. Kepatuhan ini
seperti kerendahan hati, keakraban, dan
masih sejalan dengan rasionalisasi ekonomi.
kesediaan
pula
Meskipun terdapat “batasan” dalam hal lokasi
bahwa liberalisme yang merupakan hasil dari
usaha, tetapi menciptakan usaha informan
paradigma empirisme akan mengganti ikatan
untuk meraih interaksi ekonomi dengan
komunal
seefisien mungkin.
menolong.
tradisional.
orang-orang
keadaan
Ditambahkan
Idiologi
ini
akan dan
Muatan psikologis yang diberikan
penghisapan, melalaikan nilai solidaritas,
menjadikan stimulus untuk melaksanakan
menimbulkan
tindakan
penghisapan
65
suatu
interaksi.
Keberadaan
panutan
di
akan terjadi di waktu yang berbeda akan
kebudayaan jawa sangatlah penting. Segala
sama.
sikap dan tindakan haruslah sesuai dengan
diharapkan penelitian ini dapat ditindaklanjuti
apa
dan
yang
diperintahkan
orang
yang
“ditahbiskan” sebagai panutan. Posisi tawar
Dengan
menjadi
keterbatasan
masukan
bagi
yang
ada
penelitian
selanjutnya.
untuk menentukan suatu keputusan ekonomi seringkali berkurang bahkan tidak ada dan
Daftar Pustaka
semua akan disesuaikan dengan panutan yang dipercayai.Tetapi
pada
kenyataannya
kepatuhan pada panutan ini menghindarkan pada ketidakefisienan. Begitu pula dengan nilai-nilai religi yang diyakini, nilai ini akan menjadi dasar dalam berinteraksi pula. Ibadah dan amal adalah nilai yang kebanyakan diyakini oleh informan.
Nilai
kebaikan
yang
akan
Boeke, J.H. 1983. Prekapitalisme di Asia. Jakarta: Sinar Harapan Diah, M., Kasim, M., Afrizal, Muhammad, N. 1988. Tata Kelakuan di Lingkungan Pergaulan Keluarga dan Masyarakat Pekanbaru: di Daerah Riau. Depdikbud Fink, Hans. 2003. Filsafat Sosial, Dari Feodalisme hingga Pasar Bebas. Jakarta: Pustaka Pelajar
mendapatkan “imbalan surga”, dan sebaliknya mendapatkan “siksa neraka” menciptakan
Harahap. 1986. Adat Istiadat Tapanuli Selatan. Jakarta: Grafindo Utama
asumsi yang baru bagi para informan, dengan makna besarnya permintaan ataupun besarnya pendapatan yang akan diperoleh menjadi hal yang kurang penting. Harmoni itulah yang diaplikasikan oleh orang Desa Wonosari. Hubungan yang baik dengan sesama lebih diutamakan daripada maksimisasi laba. Secara objektif, penelitian ini masih perlu dikembangkan dan memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari keterangan para informan di lapangan. Penelitian ini bersifat lokal, terkini dan unik, sehingga tidak dapat digeneralisasikan. Perbedaan waktu sangat berpengaruh karena apa yang terjadi di lapangan pada saat penelitian berlangsung
Harahap, Sofyan S. 2006. Quo Vadis (Jurusan) Studi Ilmu Ekonomi. Paper pada Konferensi Nasional Jurusan Ekonomi Pembangunan 25-26 Januari 2006. Universitas Trisakti, tidak dipublikasikan Inglehart, Ronald. Baker, Wayne. 2000. Modernization, Cultural Change, and the persistence of Traditional Values. American Sociological Review, 65 (1), February: 19-21 Manzilati, Asfi. 2005. Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian Alternatif?. Workshop Penelitian Kuaantitatif dan Kualitatif Jurusan IESP 13-14 Mei 2005. Jurusan IESP Universitas Brawijaya, tidak dipublikasikan Mariawati, Dwiana. 2006. Perilaku Produksi Pada Pedagang Etnis Cina di KyaKya Kembang Jepun Surabaya.
tidak dapat dijadikan patokan bahwa yang 66
Skripsi Program Sarjana Universitas Brawijaya Malang
Subsistence in Southeast Asia. USA: Yale University Press
Mubyarto. 2002. Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan Melalui Gerakan Koperasi: Peran Perguruan Tinggi. Artikel-Th.I-No.6-Agustus 2002
Suparlan, P. 1986. Melayu dan Non Melayu: Kemajemukan dan Identitas Sosial Budaya dalam Masyarakat Melayu dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemda Tingkat I Riau
Mulder,Niels. 1996. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gadjahmada Un. Press Osborne, Evan. 2001. Culture, Development, and Government: Reservations in India. Development and Cultural Change. 49(3): 659-685 Plattner, Stuart. 1989. Economic Anthropology. Standford, California: Stanford University Press Pratama, Yogi Pasca. 2007. Nilai-Nilai Sosial dalam Keputusan Ekonomi (Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan). Skripsi Program Sarjana Universitas Brawijaya Rahmani, Astuti. 1992. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel Al-Quran dan Saint. Bandung: Mizan Scott, James C. 1976. The Moral Economy of the Peasant: Rebellion and
Suradi. 2005. Kehidupan Komunitas Adat Terpencil Studi Sosial Budaya Komunitas Osing di Banyuwangi. Jakarta: Balitbang Kesos, Depsos R.I Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. Yogya: Tamansiswa Syafriman dan Yapsir Gandi Wirawan. 2004. Perbedaan Orientasi Nilai dan Perilaku Prososial antara Suku Bangsa Melayu dan Suku Bangsa Tionghoa. Jakarta: Balitbang Kesos, Depsos. R.I Widarmanto, Tjahjono. 2007. Tradisi Suran dan Persepsi Orang Jawa. Artikel Kompas, 19 Januari 2007 Yustika, Ahmad Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, & Strategi. Malang: Bayumedia
67
BLUE ECONOMY: KESEIMBANGAN PERSPEKTIF EKONOMI DAN LINGKUNGAN 1.
Ajeng Faizah Nijma Ilma1) Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract
Blue economy is a process in which all the following raw materials derived from natural production process and follow the way nature works. Economic models of the future will take into account the advantages and strategy of innovation by following the natural conditions. Blue Economy is a tool that can be used to improve the unfavorable economic conditions and create more activity in the form of a sustainable model. Providing the best solution by transferring the economy and result in the community for the future so that it will be better. Indonesian nation has been indoctrinated to become the nation's agricultural and economic use of the land base oriented as its economic growth pattern. However, the strength of the domestic market consumption value indicates that there should be digging back potential economic growth potential there to be able to be a formidable nation. The contribution of fisheries and marine sector experienced an increasing trend. However, the welfare of the people residing in coastal areas is still very low, lower than the society that focuses on development in other sectors. Keywords: blue economy, marine sector, economic growth
yang terbukti menggerakkan sektor lain,
A. Pendahuluan
Seiring dengan waktu berbagai sektor
seperti : sektor perdagangan, sektor industri
yang terdapat dalam suatu negara, sudah
bahkan sektor pendidikan yang terkait dengan
seharusnya terus maju dan berkembang. Peran
berbagai riset-riset penelitian kampus dan
pemerintah
dan
serapan tenaga kerja terdidik. Perikanan
meningkatkan kualitas kegiatan setiap sektor
selalu diarahkan ke proses industrialisasi
sangat diperlukan sehingga kemajuannya
berbasis IT yang akan semakin memacu dan
dapat dirasakan oleh masyarakat. Sektor
menggerakan sektor-sektor lain untuk terlibat
perikanan merupakan salah satu sektor yang
dalam proses industrialisasi tersebut.
sejauh
ini
dalam
cukup
pembangunan Pembukaan
mengoptimalkan
berperan
ekonomi lapangan
kerja,
dalam
Perikanan sebagai kegiatan ekonomi
Indonesia.
memiliki peranan yang sangat penting dalam
peningkatan
kemajuan
negara
dan
kesejahteraan
produktivitas individu, peningkatan nafkah
masyarakat. Sebagai suatu kegiatan ekonomi,
dan pendapatan hidup, penambahan devisa
perikanan seharusnya terus dimajukan dan
melalui
adalah
dikembangkan serta menjadi prioritas agar
beberapa diantara peran sektor perikanan
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi
dalam pembangunan ekonomi. Perikanan juga
yang positif. Hal ini menuntut adanya inovasi
menciptakan multiple effect atau efek berantai
dan kreativitas serta optimalisasi peran stake
kegiatan
ekspor
impor
68
holder, dalam hal ini pemerintah, agar
bertujuan untuk meningkaktkan pertumbuhan
kegiatan perikanan tetap eksis dan bisa
ekonomi melalui berbagai kegiatan yang
berkontribusi untuk kesejahteraan negara.
inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin
Selain itu perikanan yang saat ini mengarah
keberlanjutan
ke
lingkungan.
proses
industrialisasi
harus
mampu
usaha
dan
Konsep
kelestarian
blue
ekonomi
menjaga keberlanjutan usaha dengan tetap
mengedepankan dan menitikberatkan pada
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
efisiensi.
perairan. Berdasarkan hal inilah maka muncul
pengembangan investasi dan bisnis perikanan
konsep blue economy yang digagas oleh Cicip
dengan tetap menjaga lingkungan tetap
Sutardjo menteri kelautan dan perikanan.
lestari. Inti utama dari blue economy ini
Efisiensi
mendorong
adanya
Blue ekonomi adalah proses dimana
adalah kegiatan yang pro ekosistem. Segala
bahan baku berikut proses produksi berasal
limbah keluaran dari kegiatan perikanan harus
dari alam semesta dan mengikuti cara alam
berada dalam kondisi yang tidak mencemari
bekerja. Ekonomi Biru merupakan suatu alat
tanah maupun perairan umum. Limbah, baik
yang dapat digunakan untuk memperbaiki
limbah kimia maupun limbah organik secara
kondisi ekonomi yang dewasa ini menjadi
langsung
kurang baik dan menciptakan lebih banyak
berpengaruh pada habitat dan kehidupan
kegiatan
ekosistem, oleh sebab itu, maka perlu ada
dalam
Sustainable. dengan
bentuk
Memberikan
cara
mentransfer
model solusi
yang terbaik
ekonomi
dan
mengahasilkan komunitas yang lebih baik
ilmu
maupun
dan
tidak
teknologi
langsung
dalam
akan
men-
treatment keluaran limbah. Blue
economy merupakan
integrasi
untuk masa yang akan datang. Konsep
dari program industrialisasi perikanan yang
Ekonomi
untuk
sebelumnya digagas oleh kementerian yang
menjawab tantangan sistem ekonomi dunia
sama. Industrialisasi perikanan merupakan
yang cenderung ekploitatif dan merusak
model kegiatan usaha yang dibangun secara
lingkunganyang disebabkan oleh eksploitasi
berkelanjutan (kontinyu) dengan berorientasi
melebihi kapasitas atau daya dukung alam.
pada pasar ekspor. Syarat utama produk yang
Inti dari Ekonomi Biru adalah Sustainable
dijual dipasar ekspor salahsatunya adalah
Development
koreksi
tracebility produk hasil perikanan harus terjaga
sekaligus perkayaan dari Ekonmi Hijau
dengan mengkedepankan biosekuritas dalam
denagan semboyan “Blue Sky – Blue
setiap proses kegiatan budidaya. Saat ini sudah
Ocean” dimana Ekonomi tumbuh, rakyat
ada semacam aturan yang dibuat dalam pasar
sejahtera, namun langit dan laut tetap Biru.
global dan merupakan hasil konsorsium negara-
Biru
yang
dikembangkan
merupakan
konsep
negara perikanan dunia bahwa suatu produk
optimalisasi sumber daya perairan yang
perikanan akan diterima di pasaran suatu
Blue
economy merupakan
69
negara bila input kegiatan budidaya (media
perilaku
air, sarana dan prasarana), proses budidaya
peluang untuk mencari informasi, belajar, dan
(pengobatan penyakit, pakan), dan output
bertindak demi mengelola dan melindungi
budidaya (ikan yang dihasilkan dan limbah
lingkungan
budidaya) dilakukan sesuai dengan standar
lingkungan menjadi lebih baik dan akibatnya
keamanan
kualitas hidup masyarakat juga semakin baik.
kegiatan
yang
telah
penangkapan
ditetapkan.
selalu
hidup,
mengambil
sehingga
setiap
kualitas
demikian,
Jika pada bulan Juni yang lalu kita
termasuk dalam kegiatan pengolahan hasil
masih berbicara perencanaan pembangunan
perikanan, prinsip HACCP (Hazard Analysis
Indonesia yang berorientasi pada green
Critical Control Point) harus diterapkan. Di
economy, lalu apa kaitannya dengan blue
Indonesia
membuat
Economi. Konsep blue economy menjadi satu
semacam standar (SNI) untuk menjamin
hal yang akan mendukung jalannya konsep
kualitas
proses
green economy yang selama ini menjadi
maupun output sesuai dengan kualitas standar
konsep dalam perencanaan pembangunan
yang ditetapkan.
Indonesia. Pengertian ekonomi hijau dalam
pemerintah
ikan baik
juga
Pada
yang
telah
dalam
input,
kalimat sederhana dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah karbon (tidak
B. Tinjauan Pustaka
Pada tanggal 5 Juni 2012 yang lalu
menghasilkan emisi dan polusi lingkungan),
kita memperingati hari lingkungan hidup
hemat sumber daya alam dan berkeadilan
sedunia (World Environment Day/WED).
sosial UNEP, dalam Alamendah’s blog, 3
Program Lingkungan PBB (United Nations
Juni
Environment Programe / UNEP) mengambil
resource
tema Green Economy: Does it Include You?
inclusiveness mulai dikembangkan, namun
Dalam konteks Indonesia, tema yang diambil
masih belum mampu mengatasi keserakahan
pada peringatan hari lingkungan hidup di
manusia untuk mengeksploitasi sumber daya
Indonesia tersebut adalah Ekonomi Hijau.
alam lebih banyak. Bahkan, implementasi
Ekonomi hijau adalah sistem ekonomi yang
pembangunan berkelanjutan dengan konsep
mampu meningkatkan kesejahteraan manusia
green products and services, yaitu produk-
dan sekaligus secara signifikan mengurangi
produk dan jasa ramah lingkungan harus
resiko lingkungan dan kerusakan ekologi
dibeli mahal dan makin tidak dapat dijangkau
melalui efisiensi sumber daya alam, rendah
masyarakat miskin.
karbon, dan kepedulian sosial. Ekonomi Hijau atau
green
economy:
Ubah
2012).
Walaupun
efficiency,
low
prinsip-prinsip carbon,
Sedangkan konsep blue
social
economy
perilaku,
pertama kali dilontarkan oleh Prof. Gunter
tingkatkan kualitas lingkungan. Jelas dari
Pauli dalam bukunya yang berjudul The Blue
tema tersebut kita dihimbau untuk merubah
Economy, 10 Years, 100 Innovations, 100 70
Million Jobs, yang menggambarkan potensi
ekosistem: ekosistem selalu bekerja menuju
manfaat
tingkat
teorinya
bagi
lingkungan
hidup
pelestarian
sumber
pengurangan
perlindungan
komunitas daya
biaya
alam,
industri
efisiensi
lebih
tinggiuntuk
dunia,
mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah
inisiatif
untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua
dengan
kontributor dalam suatu sistem.
pengalihan pada konsumsi energi hijau, bersih, hasil daur ulang atau terbarukan. Dalam
bukunya
tersebut,
Pauli
(2006)
Penerapan Blue (BGE) di Indonesia
Blue Economy memang tidak harus
menyebutkan bahwa Blue Economy is a collection of innovations contributing towards the creation of a global consciousness rooted in the search for practical solutions based on sustainable natural systems. Esensi blue
Ekonomi Kelautan tetapi konsep ini sangat cocok untuk pembangunan di sektor kelautan dan perikanan.
Menurut Jusuf (2012),
ekonomi biru dapat dilihat sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi
ekonomi: BELAJAR
DARI
ALAM:
Blue
Economy mencontoh alam, yaitu cara kerja ekosistem sesuai dengan apa yang disediakan alam dan cara bekerja dengan efisiensi tinggi. LOGIKA EKOSISTEM: Cara kerja ekosistem dijadikan model Blue Economy, yaitu seperti air mengalir dari gunung membawa
nutrien
memenuhi
kebutuhan
dan
energi
dasar
untuk
kehidupan
seluruh makhluk hidup dan tanaman yang berinteraksi dan saling menghidupi--limbah dari sesuatu menjadi makanan/energi bagi yang lain. Hanya dengan gravitas ienergi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa henti dan tanpa ekstraksi energi
rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan
kemiskinan),
pro-growth
(pertumbuhan), projob (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan lingkungan). Ketika daya dukung (sumber daya) alam dan daya tampung lingkungan sudah tidak seimbang dan tidak kuat lagi dalam
menampung
dan
memfasilitasi
kegiatan penduduk (kualitas, kuantitas, dan mobilitas
penduduk),
maka
otomatis
kehidupan kita dan kehidupan generasi mendatang akan terancam karena kesalahan
eksternal. INOVASI
DAN
KREATIVITAS:
Blue economy berkembang karena inovasi dan kreativitas. Ada 100 inovasi ekonomi praktis yang mengilhami Blue Economy dengan
and Green Economy
prinsip
mencontoh
cara
kerja
kita akibat kerusakan lingkungan. Agar tidak terjadi
hal
itu,
memang
dibutuhkan
pemahaman, kesadaran, dan pembelajaran (pemberdayaan)
kepada
sesama
akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. 71
Dan semoga program ekonomi hijau ini, juga
Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan,
bisa jadi model dan pedoman dalam setiap
prinsip ekonomi biru tidak bertentangan
langkah kegiatan manusia di Bumi ini. Inilah
dengan konsep ekonomi hijau Konsepsi
pentingnya perubahan paradigma dan perilaku
ekonomi biru dapat menjembatani ekonomi
manusia untuk selalu mengambil setiap
hijau yang selama ini diterapkan dalam
kesempatan dalam mencari informasi, belajar
perencanaan pembangunan di Indonesia.
dan melakukan tindakan demi melindungi dan
Menurut Sharif, kedua hal tersebut
mengelola lingkungan hidup. Dengan kualitas
saling melengkapi karena ekonomi biru
lingkungan hidup yang lebih baik akan
merupakan bagian integral dari ekonomi
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
hijau. Ia memaparkan, prinsip-prinsip yang
Prinsip-prinsip yang terkandung di
terkandung di dalam ekonomi biru dapat
dalam ekonomi biru dapat menjadi kunci
memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi
emas di dalam perencanaan pembangunan
demi
nasional.
berkelanjutan. Indonesia yang memiliki ciri
Langkah-langkah
penerapan
"blue
konkret
economy"
ini
dari
terbagi
mencapai
sebagai
negara
pertumbuhan
agraris
dan
yang
maritim,
menjadi tiga, yaitu : "Pertama adalah soal
menyimpan potensi yang sangat besar bagi
pemahaman yang lebih jelas tentang nilai dari
nusantara, termasuk di bidang ekonomi.
ekosistem laut. Kedua, dengan lebih efektif
Lumbung devisa negara kita sampai saat ini
mengaitkan ekosistem laut dengan ketahanan
pun masih berada di alam. Mulai dari sektor
pangan, ini terkait dengan kesinambungan
pertanian, kelautan, perikanan, hingga sektor
bahan pangan dengan strategi ekonomi serta
pariwisata. Apa lagi saat ini konsep Blue &
sosial pembangunan," sementara pendekatan
Green
ketiga adalah dengan transisi ekonomi dalam
digalakkan
potensi ekonomi menyangkut pasar, industri,
permasalahan lingkungan yang mendesak dan
dan komunitas terhadap pola pembangunan
telah
yang lebih berkeadilan. Kegiatan nelayan di
manusia.
Economy
(BGE)
seantero
mengancam
tengah dunia
kelangsungan
marak karena
hidup
pantai nan elok Prinsip ekonomi biru dinilai tepat
dalam
menghadapi
membantu tantangan
dunia
untuk
C. Pembahasan
perubahan
iklim,
1. Dampak blue ekonomi di Indonesia
ekosistem laut yang kian rentan terhadap
Pada industri akuakultur skala kecil,
dampak perubahan iklim dan pengasaman
menengah
laut.
mencemari
Dalam
konsep
blue
economy,
maupun perairan
besar, berasal
limbah
yang
dari
bahan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, akan
organik sisa pakan ikan, penggunaan obat-
berfokus pada tiga factor, yaitu, ekologi,
obatan
sosial, dan ekonomi, Menteri Kelautan dan
mengobati penyakit ikan dan penggunaan
(chemotherapetic
agent)
untuk
72
bahan kimia lainnya, seperti
desinfektan
output limbah dari kegiatan budidaya harus
untuk men-treatment media budidaya ikan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Secara
sebelum digunakan untuk kegiatan budidaya.
internasional untuk kegiatan budidaya ikan,
Untuk mengatasi hal ini terdapat beberapa
ada beberapa standar yang ditetapkan oleh
teknologi yang telah dikembangkan oleh
lembaga
kalangan akademisi dan peneliti, diantaranya
lembaga
yaitu penggunaan bahan alami atau bakteri
Alliance (GAA) yang mana standar yang
probiotik untuk mengobati penyakit ikan dan
ditetapkan oleh lembaga ini harus dipenuhi
treatment media budidaya serta penerapan
apabila ikan hasil budidaya akan dibeli oleh
teknologi IMTA (Integrated Multi Trophik
konsumen tujuan. Salah satu poin penting
level Aquaculture) yang menjadikan sisa
yang harus dipenuhi adalah keluaran limbah
pakan ikan berada dalam kondisi zero waste.
dari
Pada
industri
penangkapan
dan
sertifikasi
internasional,
sertifikasi Global
kegiatan
lingkungan
harus
atau
Aquaculture
tidak
merubah
seperti
mencemari
dan
merusak
pengolahan hasil perikanan, limbah dapat
ekosistem alam. Hal ini relevan dengan
muncul
konsepsi blue
akibat
penggunaan
bahan-bahan
tambahan dalam meningkatkan nilai (value
baik
budidaya,
dalam
perikanan
industri
dicanangkan
oleh pemerintah.
added) dari produk ikan. Segala limbah yang muncul
economy yang
economy sebenarnya
Blue
adalah
perikanan
simbol kegiatan industri khususnya industri
maupun
perikanan yang pro lingkungan. Walaupun
tangkap
pengolahan
selama
ini
kurang
begitu
sebenarnya tanpa konsep ini, para pelaku
diperhatikan
oleh
para
pelaku
usaha.
usaha perikanan sudah seharusnya untuk
Munculnya
konsep blue
economyyang
menerapkan kegiatan yang sesuai dengan
dicanangkan oleh kementerian kelautan dan
standar keamanan lingkungan. Bagi pelaku
perikanan
untuk
usaha yang secara pemikiran sudah maju
kembali
ataupun skala usahanya sudah sangat mapan
salah
menegaskan
dan
satunya
adalah
mengingatkan
pentingnya pengelolaan limbah hasil dari
penyelenggaraan
kegiatan perikanan agar tidak mencemari
berwawasan lingkungan adalah sebuah hal
lingkungan sehingga ekosistem lingkungan
wajib yang harus dilakukan. Disamping
masih tetap terjaga.
karena kesadaran pribadi, hal lain yang
2. Kasus empiris Blue Economy
menjadi penyebab adalah
Pada kegiatan budidaya ikan, CBIB
(pembeli)
yang
kegiatan
sering
industri
yang
tuntutan pasar mempersyaratkan
(Cara Budidaya Ikan yang Baik) merupakan
kegiatan perikanan harus pro lingkungan,
standar
namun
yang
ditetapkan
bagi
para
bagi
pelaku
usaha
kecil
dan
pembudidaya ikan untuk menjamin proses
menengah, pemikiran kearah tersebut belum
budidaya, kualitas ikan hasil budidaya dan
menjadi prioritas.
Maka menjadi sebuah 73
tugas besar bagi pihak-pihak terkait terutama
merupakan
kalangan pencetus program blue economy
mengutuk dan meratapi sebuah masalah
untuk peduli dan memperhatikan serta
bukan tindakan yang bijak. Ternyata sisi lain
mengangkat usaha perikanan terutama skala
dari kegiatan pertambangan ini mendatangkan
kecil dan menengah agar usahanya semakin
peluang bagi kegiatan perikanan khususnya
pro ekosistem. Jika hal ini dapat terwujud
akuakultur. Pemanfaatan air bekas tambang
maka blue economy yang terintegrasi dengan
memang tidak serta merta dapat digunakan
program
untuk menunjang kegiatan perikanan. Perlu
industrialisasi
perikanan
akan
sebuah
masalah.
Namun
semakin berhasil dan memajukan sektor
ada treatment untuk
perikanan.
mengalami degradasi. Disinilah pentingnya
Di Bangka Belitung saat ini, kegiatan perikanan
khususnya
kegiatan
perikanan
kualitas
air
yang
ilmu dan teknologi. Dengan ilmu dan teknologi
maka
sinergi
antara
sektor
budidaya mulai mengarah ke konsep budidaya
perikanan dan pertambangan akan terwujud
yang pro lingkungan. Beberapa kolam atau
hingga
tambak sudah mulai memperoleh Sertifikat
economy baik disektor perikanan maupun
CBIB. Hal ini berarti pembudidaya yang
pertambangan.
memperoleh sertifikat ini memiliki kewajiban salah
satunya
adalah
memunculkan
konsep blue
"Blue and Green Economy (BGE)"
untuk
merupakan hal yang penting karena sektor
menjaga keluaran (output) budidaya agar
ekonomi kelautan dan perikanan merupakan
tidak mengganggu ekosistem perairan. Ini
sumber
merupakan
menjanjikan
poin
kewajiban
akan
positif
bagi
para
daya
yang
berlimpah
yang
usaha-usaha
yang
pembudidaya ikan di Bangka Belitung dalam
menguntungkan dan dapat menyerap tenaga
menerapkan
kerja dalam jumlah besar. Dengan kata lain
secara
tidak
langsung
konsep blue economy. Namun sayangnya
pengelolaan
ketika
perikanan dapat mengatasi tingginya angka
sektor
berbenah
perikanan
dalam
budidaya
menggiatkan
terus sektor
pengangguran
sumber
dan
daya
kelautan
kemiskinan.
dan
Dengan
perikanan berwawasan lingkungan, ada sektor
mengembangkan sektor ekonomi kelautan,
lain
maka akan tercipta pusat-pusat kemakmuran
yang
seringkali
mengesampingkan
kegiatan yang pro lingkungan.
yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Beberapa kegiatan pertambangan yang dilakukan
tanpa
upaya
untuk
Ini dapat memecahkan permasalahan kronis
recovery
bangsa berupa ketimpangan pembangunan
kerusakan yang muncul masih terus melanda
antarwilayah, 'brain drainn, dan urbanisasi.
wilayah Bangka Belitung. Dampak lahan
Konsep
yang rusak, air yang keruh dan kandungan
equity’ (pembangunan berkelanjutan dengan
logam berat di air akibat usaha tambang
kesetaraan) menjadi pegangan Indonesia dan
‘sustainability
development
with
74
menjiwai semua perencanaan pembangunan.
akan mensejahterakan masyarakat. Hasil yang
Dalam penerapan konsep BE dan GE dalam
diharapkan dari penerapan Blue Economy
perencanaan pembangunan Indonesia memiliki
penambahan nilai ekonomis dengan zero
tujuan akhir pada peningkatan pendapatan, yang
waste, akan membuka peluang usaha baru dan
juga
masyarakat
berbanding lurus dengan penambahan jumlah
meningkat. Penjelasan di muka mengandung
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Seluruh
arti bahwa perencanaan pembangunan di
bahan baku yang termanfaatkan tidak akan
Indonesia harus memperhatikan perlindungan
menimbulkan limbah sehingga keberlangsungan
dan pengelolaan lingkungan dan sumber daya
usaha dan sumber daya alam terjamin.
berarti
hayati
secara
kesejahteraan
seimbang
keberlangsungannya memberi
kontribusi
ekonomi
(economic
agar
terjamin
(sustainable), pada
dapat
D. Kesimpulan
pertumbuhan dan
growth),
pada
Penerapan
konsep
berdampingan
BGE
dalam
secara
perencanaan
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
pembangunan Indonesia membawa dampak
masyarakat Indonesia (community welfare).
positif
Blue
Economy
yaitu
bagi
kelestarian
sumber
daya
konsep
perikanan dan kelautan serta lingkungan. Jika
pembangunan ekonomi yang tepat. Sektor ini
tujuan dari kebijakan ekonomi biru (blue
mampu menciptakan lapangan kerja dan
economy) adalah agar sumber daya laut
meningkatkan
terpelihara
kesejahteraan
masyarakat
kelestarian/keberlangsungannya,
secara adil, memelihara daya dukung dan
dan kemudian tujuan kebijakan ekonomi hijau
kualitas lingkungan pesisir dan lautan. Prinsip
(green
Blue Economy menggunakan bahan baku dari
lingkungan hidup, maka alangkah lebih
alam secara efisien, tidak menyisakan limbah,
indahnya
memberikan dampak sosial yang luas. sistem
dilaksanakan secara berdampingan, yang satu
produksi berkelanjutan dan tidak merusak
melengkapi yang lain sehingga menjadi
lingkungan, serta kaya inovasi dan adaptasi
kebijakan ekonomi biru dan hijau (Blue and
teknologi
Green
teramah
lingkungan.
Untuk
economy)
jika
adalah
kedua
Economy
pelestarian
kebijakan
/BGE).
itu
Perencanaan
implementasi Blue Economy pada wilayah
pembangunan dengan menerapkan konsep
pesisir dan pulau kecil, ada mina wisata yaitu
BGE memiliki konsekuensi pada perubahan
pemberdayaan
dengan
paradigma perilaku masyarakat untuk lebih
program penyerapan tenaga kerja lokal,
cinta lingkungan, lebih cinta sumber daya
souvenir berbahan baku sampah, inovasi dan
hayati,
teknologi ramah lingkungan, dan banyak.
kelestariannya. Dengan demikian cita-cita
Dengan beberapa hal itulah dapat dengan
luhur yang tertuang dalam perencanaan
mudah melaksanakan Blue Ekonomy yang
pembangunan
masyarakat
lokal
dan
berusaha
untuk
Indonesia
menjaga
untuk 75
mensejahterakan masyarakat bisa terlaksana melalui
kebijakan
BGE
ini,
mengingat
penerapan konsep BGE Membawa dampak berantai pada tumbuhkembangnya usahausaha yang menggandalkan kekayaan laut dan
Daftar Pustaka
Affandi,
lingkungan Tuntutan
pembangunan
Anhar Rizki 2012. Indonesia Bertekad Capai Blue Economy, VIVA News edisi 9 Juni 2012
berbasis
sumberdaya kelautan dan perikanan agar
Hendra, Roy 2010. Determinan Kemiskinan, UI Press.
dijadikan sebagai motor penggerak dalam pembangunan Pembangunan
perekonomian kelautan ke
diarahkan
pada
ekosistem.
Pembangunan
nasional.
Jusuf,
Gellwynn (2012). Ekonomi Biru Menjadi Arah Kebijakan Pembangunan Perikanan Siaran Pers Tanggal 6 Juni 2012.
Mula,
2012. Ekonomi Biru Tidak Bertentangan dengan Ekonomi Hijau. Antara, 25 Juni 2012
depan harus
pengelolaan juga
berbasis ditujukan
untuk peningkatan dan penguatan peranan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan serta membangkitkan wawasan bahari dan kekuatan pertahanan kedaulatan sebagaimana sejarah membuktikannya bahwa penguasaan laut sangat menentukan kekuatan dan keamanan suatu negara (Who Command
. The Blue Economy, Pauli, Gu ter 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs . Paradigm Publications Sutardjo, Syarif C. 2012. Ekonomi Biru dan Industrialisasi Kelautan Perikanan, 15 September 2012
the Sea, Command the World). Upaya revitalisasi
ekonomi
difokuskan
pada
kelautan
perlu
pembangunan
ilmu
pengetahuan dan teknologi, penganggaran, peningkatan
patroli
keamanan
untuk
menghindari pencurian ikan atau illegal fishing.
Apabila
pemerintah
mampu
mendayagunakan segenap potensi ekonomi kelautan, maka sektor ini tidak hanya mampu mengeluarkan bangsa dari persoalan utang luar negeri, kemiskinan dan pengangguran, juga dapat menghantarkan Indonesia menjadi bangsa
yang
bermartabat.
maju,
adil,
makmur
Sutardjo, Sharif C. 2012. Ekonomi Biru Tidak Bertentangan dengan Ekonomi Hijau; Antara, edisi Senin, 25 Juni 2012 Suhanto, 2011. UMKM: Pilar Fundamental Perekonomian Nasional, Direktur Dagang Kecil dan Menengah, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. http://www.menlh.go.id. Kementerian lingkungan Hidup, 6 juli 2012 http://id.berita.yahoo.com finance.html. Blue economy : perbaiki hubungan manusia dan laut.
dan http://www.analisadaily.com. Inisiatif "Ekonomi Biru" RI Vs "Blue Economy Gunter Pauli , Harian 76
Analisa, edisi Rabu, 22 Februari 2012 http://3.bp.blogspot.com . Imam Hidayat, 2012. Indonesia: Ujung Tombak Green & Blue Economi Dunia http://www.dinsos.pemda-diy.go.id : Kreteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga miskin.
http://www.rokhmindahuri.info. Aplikasi Blue Economy Dalam Pembangunan Kelautan Berkelanjutan. 10 Oktober 2012 http://mindcommonline.com. Blue economy harus diimplementasikan dalam percepatan industri kelautan dan perikanan//. September 2013
77
Pengelola jurnal memberikan beberapa petunjuk penulisan sebagai berikut: 1. Naskah karya tulis ditulis menggunakan Times New Roman dengan ukuran font 12 dan spasi 1. 2. Jumlah halaman dari naskah adalah 15 sampai 20 halaman, belum termasuk daftar pustaka dan lampiran. 3. Keaslian naskah akan menjadi pertimbangan utama dari dewan editor. 4. Pengembangan wacana dan ide baru yang mengedepankan keberagaman school of thought akan menjadi pertimbangan utama dari dewan editor. 4. Naskah dapat dikirim melalui email:
[email protected] 5. Informasi dari jurnal tersebut dapat dilihat melalui website: http://ep.fe.uns.ac.id/ 6. Struktur naskah meliputi: a. Judul b. Penulis, alamat email dan institusi asal c. Abstrak (tidak lebih dari 250 kata) d. Kata kunci dan klasifikasi JEL e. Pendahuluan f. Perumusan Masalah g. Tinjauan Pustaka / Kerangka Teori h. Metode penelitian (dapat dimasukkan dalam poin g apabila naskah berupa kajian teori/wacana) i. Analisis dan Pembahasan j. Kesimpulan dan Rekomendasi k. Referensi 7. Judul tabel diletakkan di sisi atas dari tabel tersebut. 8. Judul gambar diletakkan di sisi atas dari gambar tersebut. 9. Penulisan referensi mengacu pada APA Style (www.apastyle.org), sebagai berikut: A. Bagian Pertama (sumber cetak) A.1. Non-Periodicals (e.g. Books, Reports, Brochures, or Audiovisual media) 1. Basic Format: Author, A.A. (Year of publication). Title of work: Capital letter also for subtitle. Location: Publisher. 2. Examples: Arnheim, R. (1971). Art and visual perception. Berkeley: University of California Press. JIEP FEB UNS Department of Economics, FEB UNS 4 Nicol, A.A.M., & Pexman, P.M. (1999). Presenting your findings: A practical guide for creating tables. Washington, D.C.: American Psychological Association. A.2. An Article in A Periodical (e.g. a journal, newspaper, or magazine) 1. Basic Format: Author, A.A., Author, B.B., & Author, C.C. (Year, add month and day of publication for daily, weekly, or monthly publications). Title of article. Title of periodical, volume number (issue), pages. 2. Examples: Magazine articles
Monson, M. (1993, September 16). Urbana firm obstacle to office project. The Champaign-Urbana News-Gazette, pp. A1,A8. Journal articles Passons, W. (1967). Predictive validities of the ACT, SAT, and high school grades for first semester GPA and freshman cources. Educational and Psychological Measurement, 27, 1143 – 1144. Monthly periodicals Chandler-Crisp, S. (1988, May) ”Aerobic writing”: a writing practice model. Writing Lab Newsletter, pp. 9-11. Weekly periodicals Kauffman, S. (1993, October 18). On firms: class consciousness. The New Republic, p. 30. A.3. An Article in A Periodical (e.g. a journal, newspaper, or magazine) 1. Basic Format: Author, A.A., & Author, B.B. (Year of publication). Title of chapter. In A. Editor & B Editor (Eds.). Title of book (pages of chapter). Location: Publisher. 2. Example: Rubenstein, J.P. (1967). The effect of television violence on small children. In B.F. Kane (Ed.). Television and juvenile psychological development (pp. 112-134). New York: American Psychological Society. A.4. An Article in A Periodical (e.g. a journal, newspaper, or magazine) 1. Basic Format: Author, A.A., & Author, B.B. (Year of publication). Title of chapter. In Title of encyclopedia (vol. page no. (s)). Location: Publisher. 2. Example: Boy scouts of America (1969). In Funk & wagnalls new encyclopedia (Vol 4, pp. 163-165). New York: Funk & Wagnalls. A.5. A Translated Work 1. Basic Format: Author, A.A., Author, B.B., & Author, C.C. (Year of publication). Title of work (A. Translator & B. Translator, Trans.). Location: Publisher. (Original work published year). 2. Example: Freud, S. (1970). An outline of psycholoanalysis (J. Strachey, Trans.). New York Norton. (Original work published 1940). A.6. A Government Publication 1. Basic Format: JIEP FEB UNS Department of Economics, FEB UNS 5 Organisation. (Year of publication). Title or article: Subtitle if any (Publication Information). Location: Publisher. 2. Example:
National Institute of Mental Health. (1982). Television and behavior: Ten years of scientific progress (DHHS Publication No. A 82-1195). Washington, D.C.: U.S. Government Printing Office. A.7. Work Discussed in A Secondary Source Coltheart, M., Curtis, B., Atkins, P, & Haller, M. (1993). Models of reading aloud: Dual-route and parallel-distributed-processing approaches. Psychological Review, 100, 589-608. B. Second Part (Electrobic Sources) B.1. A Non-Periodical Internet Document (e.g., a web page or report) 1. Basic Format: Author, A.A., & Author, B.B. (Date of publication). Title of article. Retrieved month date, year, from http://web address 2. Examples: Greater Hattiesburg Civic Awareness Group, Task Force on Sheltered Programs. (n.d.). Fund-raising efforts. Retrieved November 10, 2001, form http://www.hattiesburgcag.org GVU’s 8th WWW user survey. (n.d.). Retrieved August 8, 2000, from http://www.cc.gatech.edu/gvu/user/survey-1997-10 Gordon, C.H., Simons, P., & Wynn, G. (2001). Plagiarism: What it is, and how to avoid it. Retrieved July 24, 2001, form Biology Program Guide 2001/2002 at the University of British Columbia Web site: http://www.zoology.ubc.ca/bpg/plagiarism.htm B.2. Periodical Internet Document 1. Basic Format: Author, A.A., & Author, B.B. (Date of publication). Title of article. Title of journal, volume number (issue number if available). Retrieved month, day, year, form http://web address 2. Example: Jensen, S. (2000). Ethical underpinnings for multidisciplinary practice in the United States and abroad:Are accounting firms and law firms really different?. Online Journal of Ethics, 3 (1). Retrieved August 20, 2001, form http://www.stthom.edu/cbes/ethunder.html B.3. Internet Government Report 1. Basic Format: Sponsoring agency. (Date). Title. (Publication data). Retrieved (date) from (name of organization and URL) 2. Example: U.S. General Accounting Office. (1997, February). Telemedicine: Federal strategy is needed to guide investments. (Publication No. GA0/NSAID/HEHS-97-67). Retrieved September 15, 2000, from General Accounting Office Reports Online via GPA Access: http://www.access.gpo.gov/su_docs/aces/aces160.shtml?/goa/index.html