Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
DAUR ULANG JERAMI PADI UNTUK PERTANIAN MELALUI SAPI POTONG SUPRIYATI I , IG .M . BUDIARSANA', I-K . SUTAMA',
dan P.
WARDoyo 2
' Balai Penelitian Ternak ?O Box 221, Bogor 16002 IDinas Pertanian Kabupaten Blora .11. Raya Cepu Km 3, Blora, Jawa Tengah
AB STRAK Pada penelitian ini dilakukan daur ulang jerami padi untuk pertanian melalui sapi potong di tingkat lapang . Teknik fermentasi jerami padi dan komposting yang telah dikuasai di tingkat laboratorium diaplikasikan di Mixed farming, Dinas Pertanian Blora . Sebanyak 25 ekor sapi cross breed Peranakan Ongole dan Simenthal yang ditempatkan secara individu, dibagi 2 kelompok . Jerami difermentasikan dengan penambahan 2,5 liter starter Bioputih, 2,5 .kg urea, 2 .5 kg tetes tebu ke 1 ton jerami yang digunakan sebagai pakan perlakuan . Ternak kontrol memperoleh jerami padi terfermentasi (JPT) dengan menggunakan starter Biofad . Lama fermentasi dengan menggunakan starter bioputih dan biofad masing-masing adalah 2 minggu dan 4 minggu . Pakan yang diberikan adalah JPT sebanyak 10 kg dan 5 kg konsentrat per hari . Hasil pengamatan ternyata teknik fermentasi dan komposting dapat diadopasi dengan baik di lapang . Persentase PBHH untuk-kontrol dan perlakuan selama 4 bulan pengamatan adalah 118,74 dan 121,94 . Nilai C/N rasio kompos yang dihasilkan adalah 27 . Dapat disimpulkan bahwa teknologi fermentasi dengan mudah dapat diaplikasikan di Mixed Farming dengan persentase PBHH sapi yang memperoleh Bioputih lebih berat dari pada sapi yang memperoleh Biofad . Penggunaan Bioputih lebih efisien karena lama fermentasi yang diperlukan dengan Bioputih sekitar 10 - 14 hari, sedangkan dengan Biofad diperlukan waktu 30 - 35 hari. Kata kunci : Sapi potong, jerami padi, fermentasi
PENDAHULUAN Di lahan marjinal, peternakan didominasi oleh ternak ruminansia seperti sapi, domba dan kambing . Salah satu kharakteristik dari lahan marjinal adalah ketersediaan pakan, terutama dimusim kering sangat kui ang dan yang tersedia hanya jerami hasil sampingan panen di musim hujan dan itupun bila disimpan . Pemanfaatan jerami selain digunakan sebagai pakan ternak dipergunakan pula sebagai mulsa tnaman pertanian (tembakau, cabe, tomat dll .) ataupun kepentingan lainnya . Namun dibeberapa daerah seperti Blora yang merupakan penghasil ternak ruminan (sapi, domba dan kambing), maka penggunaan jerami padi merupakan bahan dasar pakan ternak . Dengan pertimbangan bahwa bahan baku jerami yang digunakan tidaklah berbenturan dengan kepentingan lainnya, maka pemanfaatan jerami sebagai pakan pokok ternak ruminansia adalah sangat tepat . Limbah dari peternakan yang berupa kotoran dapat diproses lebih lanjut menjadi kompos yang selanjutnya dapat dikembalikan kelahan
pertanian sebagai pupuk organik untuk menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah . Jerami mempunyai nilai gizi yang rendah, terutama protein dan nilai kecernaannya . Kecernaannya yang rendah disebabkan kandungan lignoselulosa yang tinggi . Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan nilai gizinya yaitu melalui fermentasi ataupun bantuan mikroorganisme rumen yang lebih intensif agar komponen lignoselulosa tersebut dapat didegradasi dan difermentasikan sehingga energi yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan oleh ternak . Jerami terfermentasi secara aerob telah diujicobakan untuk ternak kambing maupun domba pada skala laboratorium . Penggunaan probiotik (probion) didalam proses fermentasi jerami padi dapat meningkatkan nilai nutrisinya untuk digunakan sebagai pakan domba dengan respon produksi ternak yang cukup baik (HARYANTO et al., 2004) . Data kecernaan serat (NDF dan ADF) menunjukkan adanya peningkatan apabila jerami padi difermentasikan selama 3 minggu (53,97 dan 51,99%) dibandingkan satu minggu (48,16 dan 45,09%) atau 2 minggu (49,86 dan 46,27%) .
405
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Jerami padi fermentasi yang diberikan dalam bentuk utuh dan konsentrat maupun setelah digiling dibuat menjadi pakan komplit untuk ransum kambing betina muda selama 6 bulan menghasilkan pertambahan bobot hidup sebanding dengan ransum rumput raja segar dan konsentrat yaitu sekitar 72 - 74 g/ekor/hari tanpa menunjukkan efek negatif (MARTAWIDJAJA, 2003) . SUPRIYATI et al. (2006) memberikan jerami padi yang difermentasi dengan probiotik (Bacillus spp . dan Trichoderma sp) dalam bentuk utuh untuk ransum domba muda menghasilkan pertambahan bobot hidup sebesar 65,58 g/ekor/ hari . SUPRIYATI et al. (2007) mempercepat proses fermentasi jerami menjadi 8 hari dengan memanfaatkan probiotik Bacillus spp (Bioputih) dimana nilai cerna bahan kering secara in vitro dapat ditingkatkan dari 35,61 menjadi 50,94% . Demikian pula UMIYASIH et al. (2004) menggunakan bahan pakan lokal sebagai upaya efisiensi pada usaha pembibitan sapi potong komersial . Dengan telah dikuasainya teknik fermentasi dengan baik di tingkat laboratorium dan hasil uji cobanya pada ternak memberikan respon yang baik, maka dilakukan aplikasi teknologi fermentasi di tingkat lapang serta uji cobanya pada ternak . Jerami padi selain digunakan sebagai pakan ternak dapat pula dimanfaatkan sebagai pupuk . Pupuk organik berbahan baku jerami bisa menjadi alternatif terbaik mengatasi kelangkaan pupuk yang saat ini menjadi masalah nasional . Permanfaatan jerami sebagai pupuk organik telah dilakukan oleh beberapa petani di Jawa Timur (www. republika) . Proses pembuatan kompos berasal jerami padi secara fermentasi ini menggunakan inokulan probiotik starbio . Untuk pembuatan pupuk organik , selain jerami dan tebon jagung, dibutuhkan pula kotoran dan kencing ternak . Aplikasi kompos yang dipakai petani sementara ini adalah setiap satu hektar lahan pertanian umumnya menggunakan 4 - 5 lima kwintal pupuk anorganik . Setelah digunakannya pupuk organik kembali, maka setiap satu hektar lahan pertanian digunakan komposisi tiga kwintal pupuk anorganik dan dua kwintal pupuk organik . Pada penelitian ini diterapkan teknik pembuatan kompos dengan menggunakan inokulan Bioputih di tingkat lapang . Pada percobaan ini diaplikasikan teknologi fermentasi dan komposting dengan
406
menggunakan Bioputih (Bacillus spp) di Mixed Farming Blora . Produk jerami terfermentasi selanjutnya diujicobakan pada ternak sapi potong untuk mengetahui respon pertumbuhannya . MATERI DAN METODE Percobaan dilakukan di Mixed Farming, Sub Dinas Peternakan - Dinas Pertanian Blora, JI . Raya Cepu Km 3 Blora, Jawa Tengah . Percobaan yang dilakukan meliputi : Aplikasi teknologi fermentasi jerami, percobaan pemberian pakan pada sapi potong dan pembuatan kompos dari kotoran ternak dan sisa jerami . Aplikasi teknologi fermentasi jerami Inokulan/mikroba yang digunakan yaitu Bioputih (Bacillus spp) dan "Biofad" (tersedia di lapang) . Untuk memperkaya nilai nutrisi jerami padi maka pada proses fermentasi ditambahkan 2,5 kg urea dan 2,5 kg tetes tebu per I ton jerami sebagai sumber nitrogen dan energi . Cara fermentasi dengan menggunakan Bioputih : 1 . Jerami sebanyak 100 kg ditumpuk dengan ketinggian kira-kira 30 cm . Per perlakuan terdiri dari 10 tumpukan . 2 . Dibuat campuran larutan mikroba Bacillus spp dengan tambahan urea, tetes tebu dengan rincian sebagai berikut 2,5 kg urea, 2,5 kg molase, 2,51 inokulan kemudian dicampur dengan air menjadi 20 liter . 3 . Semprot jerami (per tumpukan) dengan larutan diatas sebanyak 21 . 4 . Jerami ditumpuk kembali diatas jerami yang telah disemprot, selanjutnya disemprot seperti butir 3, dan terus lakukan tahapan ini sampai 10 tumpukan (sekitar I ton jerami) . Tumpukan jerami ditutup dengan plastik, untuk menjaga kelembaban . 5 . Jerami hasil fermentasi tersebut kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan ke ternak . 6 . Fermentasi dilakukan selama 8 - 14 hari .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Sebagai kontrol percobaan digunakan jerami terfermentasi yang menggunakan starter Biofad yang tersedia di lapanglMixed Farming Blora Jawa Tengah . Fermentasi jerami dengan menggunakan Biofad dilakukan mengikuti cara seperti biasanya peternak lakukan . Proses fermentasi dilakukan selama 4-5 minggu. Jerami terfermentasi selanjutnya dianalisis komposisi kimia dan kecernaan bahan keringnya. Peubah yang diamati meliputi kandungan nutrien (air, SDN, SDA, protein dan abu) serta KCSDN. Percobaan pemberian pakan pada sapi potong Pada percobaan ini digunakan sapi cross breed Peranakan Ongole dan Simenthal sebanyak 25 ekor, dimana 5 ekor sebagai kontrol dan 20 ekor ternak perlakuan . Ternak kontrol memperoleh jerami padi terfermentasi dengan menggunakan Biofad sebanyak 10 kg per hari dan ternak perlakuan memperoleh jerami padi terfermentasi dengan menggunakan Bioputih sebanyak 10 kg per hari . Semua ternak memperoleh konsentrat dengan jumlah yang sama yaitu 4 - 5 kg per hari . Pakan diberikan sehari 3 kali yaitu jam 07 .00, 13 .00 dan 19 .00 . Sedangkan air minum diberikan secara ad libitum 2 kali sehari yaitu pagi had dan siang hari . Kandang dibersihkan sebelum pemberian air minum . Masa adaptasi terhadap pakan dilakukan selama 10 hari . Bobot hidup diukur setiap bulan selama 3 bulan . Rataan bobot hidup awal ternak untuk kelompok 1 dan 2 masing-masing adalah 305,20 ± 19,52 kg dan 291,6 ± 31,45 kg. Aplikasi pembuatan kompos dari kotoran sapi dan sisa jerami Bahan baku yang digunakan untuk kompos adalah kotoran ternak dan sisa pakan berupa jerami padi . Jerami padi yang tersisa dipalka, dengan lain kata kondisinya rusak atau tidak dapat dipergunakan sebagai pakan ternak, maka dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos . Sehingga penggunaan jerami sisa ini tidak akan mengganggu ataupun berbenturan dengan kepentingan lainnya . Cara komposting yaitu 2 liter inokulan (1 :20) disemprotkan pada 100 kg campuran kotoran ternak dan sisa pakan, aduk. Selanjutnya untuk setiap 100 kg ditambahkan 2
liter inokulan (1 :20) . Komposting dilakukan pada ketinggian tumpukan 60 cm, kemudian ditutup untuk menjaga kelembaban . Parameter yang diukur adalah C/N rasio . HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi fermentasi jerami padi Fermentasi di tingkat instansi/Mixed Farming pada tahap awal dilakukan bersamasama peneliti dengan petugas, selanjutnya petugas melakukan sendiri tanpa supervisi . Hasil pengamatan di mix farming setelah satu minggu proses fermentasi jerami ternyata produk yang dihasilkan kurang baik . Hal ini ditunjukkan dengan tekstur yang kering dan masih agak kasar . Penyebabnya adalah kadar air dari jerami sebelum fermentasi terlalu rendah, ini didukung oleh suhu yang sangat panas di Blora . Selanjutnya dilakukan penumpukan jerami yang pada awalnya hanya 1 meter menjadi 2 meter, untuk menjaga kelembaban dan mengurangi proses penguapan selama proses fermentasi . Setelah ada perbaikan proses fermentasi ternyata hasil fermentasi yang dilakukan di lapang, secara fisik produk yang dihasilkan baik . Hal ini ditunjukkan dari warna jerami terfermentasi yang coklat kekuning-kuningan, tekstur lembut dan dengan mudah dapat dipatahkan . Hasil analisis secara kimiawi terhadap kadar air, nilai KCBK, nilai KCSDN dan persentase SDN dari jerami terfermentasi dapat dilihat pada Tabel 1 . Kadar bahan kering jerami padi terfermentasi adalah 67,04 dan 65,33%, (kandungan air nya sebesar 32,96 dan 34,67%), masing-masing untuk JPT Biofad (kontrol) dan JPT Bioputih (perlakuan) . Kadar air yang optimal selama proses fermentasi jerami adalah 35 - 45% . Secara fisik hasil fermentasi jerami yang dilakukan di Mix Farming cukup baik, dikarenakan sarana dan prasarana untuk proses fermentasi yang baik, proses fermentasi yang dilakukan pada shelter yang bersemen walaupun setengah terbuka, sehingga kelembaban dapat terjaga . Hasil analisis konsentrat ternyata kandungan protein kasarnya adalah 10,53% . Hal ini lebih rendah daripada yang direkomendasikan yaitu sekitar 16% . Dengan rendahnya kadar protein kasar dalam
407
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
konsentrat maka pertambahan bobot hidup belumlah optimal . Dari hasil analisis protein kasar pada jerami terfermentasi masing-masing dengan menggunakan inokulan Biofad dan Bioputih adalah 9,66 dan 5,86% . Perbedaan kandungan protein kasar ini disebabkan perbedaan jumlah urea yang ditambahkan pada saat dilakukan fermentasi, dimana yang untuk Biofad 6 kg sedangkan yang menggunakan
Bioputih sebanyak 2,5 kg urea . Kandungan abu pada proses fermentasi yang menggunakan Bioputih lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan Biofad (24,62 vs 30,62%), hal ini menunjukkan bahwa proses fermentasi dengan menggunakan Bioputih lebih besar kandungan bahan organiknya dibanding dengan yang menggunakan Biofad.
Tabel 1 . Hasil analisis konsentrat dan jerami padi terfermentasi (JPT) yang digunakan di Mixed farming, Dinas Pertanian Blora Konsentrat Nutrien 85,10 Bahan kering Air 14,90 Protein kasar 10,53 14,50 Abu Td KCBK KCSDN Td SDN Td Td SDA Keterangan : *Informasi dari Mixedfarming
JPT-Bioputih 65,33 34,67 5,86 24,62 64,68 50,20 70,50 53,42
JPT-Biofad 67,04* 32,96 9,66* 30,62* 45,49 25,85 73,51 51,50
Nilai KCBK dan KCSDN jerami terfermentasi dengan menggunakan Bioputih lebih besar dibanding dengan yang menggunakan Biofad . Hal ini menunjukkan bahwa proses fermentasi dengan menggunakan inokulan Bioputih lebih banyak dicerna dalam rumen, dengan demikian efisiensi pakan akan lebih baik. Demikian pula kandungan komponen serat (SDN dan SDA) jerami terfermentasi dengan menggunakan Bioputih lebih rendah dibanding dengan yang menggunakan Biofad . Selain iti fermentasi dengan menggunakan Bioputih waktu fermentasi lebih cepat dibanding menggunakan Biofad . Hal ini akan lebih mengefisiensikan proses produksi pakan .
Percobaan pemberian pakan pada sapi di Mixed Farming
Bobot hidup awal ternak kontrol dan perlakuan masing-masing adalah 305,20 ± 19,52 kg dan 291,6 ± 31,45 kg . Bobot hidup akhir pengamatan (3 bulan 10 hari) masingmasing untuk kontrol dan perlakuan adalah 361,40 ± 25,16 kg dan 336,8 ± 39,45 kg (Tabel 2 a dan 3 a) . Perbedaan bobot hidup pada awal percobaan berdampak pada bobot akhir yang berbeda pula. Untuk itu untuk melihat efektifitas penggunaan jerami terfermentasi dengan menggunakan inokulan Bioputih maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan persentase peningkatan bobot hidup terhadap bobot awal (Tabel 2 b dan 3 b ) .
Tabel 2a. Bobot hidup sapi yang mendapatkan perlakuan jerami terfermentasi dengan menggunakan Biofad (kontrol) No. urut
No . Kandang Awal*
1 83 284 84 320 2 330 3 82 302 4 81 290 5 85 Rataan 305,20 Standar deviasi 19,52 Keterangan : *0 = Masa adaptasi 10 hari
408
1 292 320 332 338 280 312 .40 25 .31
Penimbangan bulan ke 2 3 318 352 356 314 302 328 .40 24 .14
336 364 374 342 316 346.40 23 .04
4 388 346 389 348 336 361 .40 25 .16
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 2 l . Peningkatan bobot hidup (kg) dan persentase peningkatan bobot hidup sapi yang mendapatkan perlakuan jerami terfermentasi dengan menggunakan Biofad (kontrol) Peningkatan BH (kg) bulan ke
Persentase peningkatan BH (%)
No . urut No . kandang
Awal*
1
2
3
0*
1
2
3
1 83 2 84 3 82 4 81 5 85 Rataan Standar deviasi
8 0 2 36 -10 7,20 17,36
34 32 26 12 12 23,20 10,64
52 44 44 40 26 41,20 9,55
96 26 57 10 56 49,00 33,06
102,82 100,00 100,61 111,92 96,55 102,38 5,79
111,97 110,00 107,88 103,97 104,14 107,59 3,54
118,31 113,75 113,33 113,25 108,97 113,52 3,31
136,62 108,i3 117,88 115,23 115,86 118,74 10,65
Keterangan : *0 = Masa adaptasi 10 hari Tabel 3' . Bobot hidup sapi yang mendapatkan perlakuan jerami terfermentasi dengan menggunakan Bioputih No . unit
Penimbangan bulan ke
No . kandang
1 2 3 4 5
171 167 163 170 175
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
166 174 162 169 165 168 179 176 164 161
16 17 18 19 20 Rataan Standar deviasi
173 172 178 180 177
Awal
1
2
3
4
222 294 304 242 306 264 292 282 358 312 336 310 282 318
242 300 308 256 306 280 290 290 362 314 344 312 292 314 276
260 330 336 264 326 304 318 306 388 336 360 336 310 338 286
270 344 354 276 348 300 330 318 400 348 374 344 312 348 302
284 364 372 292 374 298 350 314 422 364 380 370 324 364 298
308 280 312 276 266 296,4 28,13
330 300 318 276 264 314,3 33,11
334 308 326 280 270 324,3 35,10
346 338 306 292 284 336,8 39,45
276 306 290 310 268 260 291,6 31,45
409
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 3". Peningkatan bobot hidup (kg) dan persentase peningkatan bobot hidup sapi yang mendapatkan perlakuan jerami terfermentasi dengan menggunakan Bioputih Peningkatan BH (kg) bulan ke No. Urut
No . Kandang
171 1 2 167 3 163 4 170 5 175 6 166 7 174 8 162 9 169 10 165 11 168 12 179 13 176 14 164 15 161 16 173 17 172 18 178 19 180 20 177 Rataan Standar deviasi
0
Awal* 20
1 38
6 4 14 0 16 -2 8 4 2 8 2 10 -4 0 2 -10 2 8 6 4,80 6,97
36 32 22 20 40 26 24 30 24 24 26 28 20 10 24 10 8 8 4 22,70 10,33
2 48 50
3 62 70
50 34 42 36 38 36 42 36 38 34 30 30 26 28 18 16 12 10 32,70 11,74
68 50 68 34 58 32 64 52 44 60 42 46 22 40 48 -4 24 24 45,20 19,12
Persentase Peningkatan BH (%) 0* 109,01 102,04 101,32 105,79 100,00 106,06 99,32 10,84 101,12 100,64 102,38 100,65 103,55 98,74 100,00 100,65 96,55 100,65 102,99 102,31 101,83 2,79
1 117,12
2 121,62
3 127,93
112,24 110,53 109,09 106,54 115,15 108,90 108,51 108,38 107,69 107,14 108,39 109,93 106,29 103,62 107,84 103,45 102,58 102,99 101,54 107,90 4,02
117,01 116,45 114,05 113,73 113,64 113,01 112,77 111,73 111,54 111,31 110,97 110,64 109,43 109,42 109,15 106,21 105,16 104,48 103,85 111,31 4,40
123,81 122,37 120,66 122,22 112,88 119,86 111,35 117,88 116,67 113,10 119,35 114,89 114,47 107,97 113,07 116,55 98,71 108,96 109,23 115,60 6,66
115
Kontrol
110
Perlakuan
105
-
100
-
W . 0
95 -1---
Bulan ke 90-
12
3
4
Gambar 1 . Persentase PBH sapi kontrol dan perlakuan
410
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 4a . Perkembangan bobot hidup ternak kontrol dan perlakuan (n = 5) selama pengamatan No . Urut
Penimbangan bulan ke 2
No. Kandang 0*
1
3
4
284,00 320,00 330,00 302,00 290,00 305,20 19,52
292 .00 320,00 332,00 338,00 280,00 312,40 25,31
318,00 352,00 356,00 314,00 302,00 328,40 24,14
336,00 364,00 374,00 342,00 316,00 346,40 23,04
388,00 346,00 389,00 348,00 336,00 361,00 25,60
292,00 304,00
290,00 308,00 312,00
318,00 336,00 336,00
330,00 354,00 344,00
350,00 372,00 370,00
306,00 300,00 303,20 8,56
326,00 330,00 329,20 7,56
348,00 344,00 344,00 8,83
374,00 364,00 366,00 9,00
Kontrol 1 2 3 4
83 84 82 81 85
5 Rataan Standar deviasi Perlakuan 1 174 2 163 3 179 4 175 5 167 Rataan Standar deviasi
310,00 306,00 294,00 301,20 7,82
Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase peningkatan bobot hidup pada masa adaptasi maupun pada bulan ke 1 dan ke 2 tidak ada perbedaan (sama), namun pada akhir pengamatan, kontrol lebih tinggi daripada perlakuan (118,74 ± 10,65 kg vs 115,60 ± 6,66 kg) . Hal ini disebabkan ada satu ekor ternak yang pertambahan bobot badannya mencapai 52 kg selama 1 bulan . Alternatif lainnya, efektifitas penggunaan jerami terfermentasi dengan menggunakan inokulan Bioputih maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan bobot hidup awal dan jumlah ternak yang sama yaitu masing-masing 5 ekor (Tabel 4 a) . Persentase peningkatan bobot hidupnya dapat dilihat di Tabel 4 b. Dari Tabel 4 b terlihat bahwa bobot hidup ternak kontrol dan perlakuan masing-masing adalah 305,20 ± 19,52 kg dan 301 .20 ± 7 .82 kg . Setelah 3 bulan perlakuan dengan 10 hari masa adaptasi bobot hidup ternak masingmasing untuk kontrol dan perlakuan adalah 361 .40 ± 25 .16 kg dan 366 ± 9 .70 kg . Persentase peningkatan bobot hidup masingmasing untuk kontrol dan perlakuan adalah 118 .74 ± 16.65% dan 121 .94 ± 1 .87% (Tabel 4b) . Dari Gambar 2 terlihat jelas bahwa perlakuan jerami padi terfermentasi dengan menggunakan Bioputih persentase peningkatan
bobot hidupnya lebih tinggi dari kontrol (menggunakan Biofad) . Aplikasi pembuatan kompos dari kotoran sapi dan sisa jerami Teknologi komposting diaplikasikan di Mixed farming - Blora dengan bahan yang digunakan adalah kotoran sapi dan sisa jerami/pakan . Di lokasi Mixed farming, kotoran ternak yang bercampur dengan sisa pakan ditampung pada lubang disamping kandang dan untuk kotoran ternak yang agak kering (tidak tercampur dengan urin dan air) ditampung pada bangunan terbuka (shelter) . Komposting dengan menggunakan inokulan Balitnak telah diaplikasikan pada kotoran dan sisa pakan sebanyak 17 ton, dan telah dijual . Dari hasil wawancara dengan petugas di Mixed farming, proses komposting dilakukan sebulan dan hasilnya secara fisik baik yang diindikasikan dengan warna kotoran yang hitam. Hasil analisis C/N ratio kompos yang berasal dari kotoran sapi yang tercampur sisa pakan di Mixed farming adalah 27. Hal ini menunjukkan bahwa kompos masih banyak mengandung bahan organik dan baik untuk tanaman .
41 1
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 4" . Persentase peningkatan bobot hidup temak kontrol dan perlakuan (n = 5) selama pengamatan (bobot awal hampir sama) No . Urut
Bulan ke
No . Kandang 0*
1
2
3
102,82 100,00 100,61 111,92 96,55 102,38 5,79
111,97 110,00 107,88 103,97 104,14 107,59 3,54
118,31 113,75 113,33 113,25 108,97 113,52 3,31
136,62 108,13 117,88 115,23 115,86 118,74 10,65
99,32 101,32 100,65 100,00 102,04 101,04 0,88
1 .08,90 110,53 108,39 106,54 112,24 109,43 2,49
113,01 116,45 110,97 113,73 117,01 114,57 2,78
119,86 122,37 119,35 122,22 123,81 121,94 1,87
Kontrol 1 83 2 84 3 82 4 81 5 85 Rataan Standar deviasi Perlakuan 1 174 2 163 3 179 4 175 5 167 Rataan Standar deviasi
Gam bar 2 . Persentase peningkatan bobot hidup temak sapi di Mix farming KESIMPULAN Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa : 1 . Teknologi fermentasi dengan mudah dapat diaplikasikan di Mixed farming, dengan mutu jerami terfermentasi yang hampir
412
sama dengan yang dilakukan di laboratorium . 2 . Persentase pertambahan bobot hidup sapi yang memperoleh BioPutih lebih tinggi dari pada sapi yang memperoleh Biofad . 3 . Penggunaan BioPutih lebih efisien karena lama fermentasi yang diperlukan dengan
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
BioPutih sekitar 10-14 hari, sedangkan dengan Biofad diperlukan waktu 30-35 hari .
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan P 4 MI, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini . Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Kepala Dinas Pertanian Blora atas fasilitas dan kesempatan kami melakukan kegiatan ini di Blora. Terima kasih disampaikan pula kepada para staf Mix Farming atas kerjasamanya dalam pelaksanaan percobaan ini . Tak lupa dan yang terpenting disampaikan pula terima kasih kepada Kepala Balai Penelitian Ternak beserta PUMK P 4MI (Sdri . RINi INDRAWATI) dan stafnya . Rekan-rekan di Laboratorium Fisiologi Nutrisi, Laboratorium Teknologi Pakan serta Laboratorium Pelayanan Kimia, penulis sampaikan atas semua bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA AMONIASI . httn ://w NNw.disnakiabar.go .i d ./pdf/ amoniasipadi .odf. Dikuniungi12 April 2006 . CAKRAWALA. 2005. Suplemer. pikiran khusus iptek. Kamis 24 maret 2005 .
HARYANTO, B ., SUPRIYATI dan S . N . JARMANI. 2004 . Pemanfaatan probiotik dalam bio-proses untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi untuk pakan domba. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor 45 Agustus 2004. Bogor: Puslitbang Peternakan . Buku 1 . Him . 298-304 . MARTAWIDJA .JA M . 2003 . Pemanfaatan jerami padi sebagai pengganti rumput untuk trnak ruminansia kecil . Wartazoa 13(3) . REPUPLIKA. 2000. Jerami dijadikan bahan pupuk. Repuplika on line . http www republika . Co .id . 5 Januari 2000 . Dikunjungi 12 April 2006 . SUPRIYATI, IG.M. BUDIARSANA dan B . HARYANTO . 2006 . Peningkatan nilai nutrisi jerami padi Edisi Khusus Kumpulan hasil-hasil penelitian APBN 2005 . Balitnak . SUPRIYATI, I.G .M. BUDIARSANA, I-K . SUTAMA, dan B. SETIADL 2007 . Inovasi teknologi peningkatan mutu jerami padi melalui fermentasi . Laporan Akhir Penelitian Kerjasama Balai Penelitian Ternak dan P 4 MI Badan Litbang Pertanian . UMIYASIH, U, GUNAWAN, D .E . WAHYONO, Y.N .ANOGRAENY dan I . W . MATHIUS . 2004 . Pengguanaan bahan pakan lokal sebagai upaya efisiensi pada usaha pembibitan sapi potong komersial : Studi kasus di CV Bukit Indah Lumajang. Pros . Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan Veteriner. Bogor 4-5 Agustus 2004 . Puslitbang Peternakan, Bogor : Hlm. 8690 .
rakyat,
413