JENlS BAHAN MAKANAN DAN FREKUENSI M A V N
Riwayat makan contoh. Contoh yang masih sakit dan mulai pulih mempunyai riwayat makan dan dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini: Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan riwayat bahan makan sebelum sakit
Setelah contoh mengalami PJK pada kelompok yang masih sakit dqn mulai pulih, jenis makanan pokok yang dikonsumsi adalah beras dengan jumlah rata rqta 486.6'7
*
388,39 gr. Frekuensi perhari rata-rata 1 & 0.0 sedangkan kentang adalaq jenis bahan makanan pokok kedua terbanyak yang dikonsumsi dengan rata-rata 233.33 & 60.65 gr dan frekuensi rata rata nya adalah 1.57 & 0.68. lkan adalah jenis bahan makanan lauk pauk yang paling banyak dikons~msi
*
dengan jumlah rata-rata 233.33 66.09 gr. dan frekuensinya perhari rata-rata 1.4 & 0.5(j.
Tabel I 8 Sebaran Contoh berdasarkan frekuensi makan sebelum & Setelah sakit.
'Te~ur lkan UdanglCumi
48 24 18
8 0 6 1 0 3 5 3 5 0 0 40 12 20 12 20 12 20 6 10 30 12 20 12 20 12 20 6 10
Lauk Nabati ( n =60)
KacarraKedelel 12 1201 6 1101 6 1101 6 110130150
t
Pepaya
I
18 130112120/12120/1212016 110
usu(n=60)
irop
24 18
40 12 20 6 10 12 20 6 10 30 12 20 12 20 6 10 12 20
Tahu merupakan bahan makanan kedua terbesar yang dikonsumsi yaitu rata-lata
*
* 0.68. Wortql adalah jenis bahan makanan sayuran yang paling banyak dikonsumsi yaitu rata-rata 141$7 * 39.57 gr, dan frekuensi rata-ratanya 2.77 * 1.22. Mangga adalah jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi yaitu 23D * 138.33
25.32 gr, dan frekuensinya rata-rata adalah 1.43
79.44 gr dan frekuensinya adalah 4.37 2 0.56, pepaya merupakan buah-buahan yang dikonsumsi terbanyak setelah mangga dengan rata-rata konsumsi 213.33 frekuensinya adalah 3.23
* 50.74 gr , (:Ian
* 1.55.
Susu rendah lemak adalah jenis susu yang dikonsumsi oleh mayoritas contoh dengan rata-rata konsumsinya sebesar 581.67 rata adalah 2.33
* 141.11 gr dan frekuensinya perhari rats-
* 1.21.
Jenis bahan makanan lain-lain yang paling banyak dikonsumsi adqlah gula pasir dengan jumlah rata-rata 31
* 18.07 gr dan frekuensinya perhari 2.43 k 1.14. dgn teh adalah
jenis bahan makanan lain-lain dengan jumlah rata-rata beras yang dikonsu~siadalah 22
* 2.3 gr dengan frekuensi perhari 7.14 * 1.47. Hasil
uji ANOVA menunjukkan ada perbedaan nyata antara konsumsi ikan ,
bayam, kangkung, sawi, pepaya, susu, ketimun yang dikonsumsi wntoh yaqg masih s:%kii dengan wntoh yang mulai pulih.( Lampiran 2).
r
Tabel 19 Makanan yang dipantang oleh contoh. Golongan Jenis makanan yang dipantang bahan Makanan Karbohidrat
Kue yang terialu manis dan gurih. misalnva : Cake. Tarcis. dodol.
Protein Hewani
Semua daging berlemak, Jeroan, ham makanan yang diawetkan : dendeng,sosis. susu lemak penuh. Dan hasil olahnya Lemak hewan (sapi ,kambing,babi)
t-
Sumber Lemak nabati Santan kental. Sayuran yg menimbulkan gas : Kol,Sawi, lobak Saywran Nangka, durian,alpukat. Cabe dan bumbu lain yang merangsang Kopi, Teh kental, minuman yg mengandung bahan pqngawet , soda dan alkohol.
Makanan contoh setelah mengalami PJK memperlihatkan adanya heberapa jlsnis bahan makanan yang dipantang atau dihindari, serta berkurang frekuensi mqkannnya ha1 ini disebabkan karena kondisi kesehatan yang harus mengurangi beberapa jqnis makanan sebagai salah satu upaya memperolah pemulihan PJK. Riwayat makan contoh mencerminkan pola makan yang tidak seimbqng yaitu tinggi lemak, protein, karbohidrat serta rendah serat. Pola makan yang tidak seimlpang tersebut rnerupakan salah satu faktor tirnbulnya PJK. Kasim ( 2002 ) menyatakan meningkatnya jumlah penderita PJK akhir-akhi~ini, berhr~bungandengan pola makan kurang serat yang berasal dari sayur qan buah, anti oksidan ( vitamin E dan C ), asam lemak esensial (omega 3, 6 ), minum qir putih yang sangat kurang dan terlalu banyak mengkonsumsi goreng-gorengan
Tabel 20 : Sebaran contoh berdasarkan jenis bahan dan frekuensi konsumsi
I I NAMA BAHAN
n
%
Mulai Pulih
Masih sakit (n=30) Jenis Bahan ( gram)
Frekuensi 1 hari
n
%
Jenis Bahan ( gram)
I
Freku:?nsiI hari
Menurut, Pashkow dan Libov (1997) , adalah bijaksana untuk m e ~ i l i hmakz~nan yang sesuai dengan kondisi kesehatan bukan hanya mengutamakan selera makian , menjaga kesehatan dapat diperoleh dengan cara
mendidik diri sendjri memenuhi
kebutuhan makan secara bertanggung jawab untuk mencapai kesehatan yang baik
Pengaruh Dukungan Diri, Keluarga, Masyarakat,dan Medis Terhpdap Upaya Pemulihan PJK Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat beberqpa skor glang secara nyata mempengaruhi upaya pemulihan penyakit jantung koroner .Skor-skor gang . nyata adalah dukungan masyarakat,dukungan diri dan dukungan keluarga.(-be121
). Nilai
R kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R square ) untuk model tersebut aqalah seblwar 0.570,yang berarti skor-skor tersebut dapat menjelaskan pengaruh dukungan sebesar :57% terhadap upaya pemulihan penyakit jantung koroner dan selebihnya dipengqruhi oleh skor lain.
Pemulihan penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh adanya dukungan din, dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dan dukungan medis pada peryierita penlakit jantung koroner dilakukan analisis regresi berganda.Hasil analisa regrqsi berganda menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh nyata terhadap upaya pemulihan kesehatan contoh (P ~ 0 . 0 5) (Tabel 21.). Soeharto (2001)
menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan
keluarga baik, mengalami pemulihan penyaki secara cepat dan baik. Hal ini karena pa:;ien mau mengikuti secara disiplin , segala aturan yang mengarah pada upayg pemulihian , menuju pada kehidupan yang normal. Aturan tersebut misalnya menjalani c(iet, olah raga yang teratur, serta memelihara sikap mental yang positip. Pashkow dan Libov
(1997) menyatakan bahwa penderita PJK yang menliliki
keluarga bahagia, mempunyai kesehatan jantung yang lebih baik dibandiqg pasien I'JK yang berlatar belakang keluarga tidak harmonis. Keluarga dapat berperan secara iaktif untuk mengurangi skor risiko PJK yang dialami contoh. Maryono (2000) mengatakan, skor risiko PJK yang dapat dikeqdalikan iailah: kolesterol dan trigliserida, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, kebiasgan merol~ok, stres, kegemukkan serta kurang aktiitas tubuh. Skor risiko tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dixson (2001) berpendapat bahwa dukungan keluarga yang diberikan pada penderita PJK merupakan unsur psikologis bagi tumbuhnya motivqsi dalam diri pasien untuk memperoleh kondisi pulih. Bruess dan Richardson (1990) menyqtakan bat~wa keputusan untuk hidup secara sehat dapat terwujud dengan adanya dukungan yang diberikan oleh seluruh anggota keluarga. Hal ini berarti dukungan yang qiberikan c~leh keluarga mengarah pada hal-ha1yang membantu proses Pemulihan.
Mengikutsertakan keluarga secara aktif dalam proses Pemulihan PJK akan szwngat bermanfaat, sehingga dukungan yang diberikan oleh keluarga menjadi lebih tepat dan sesuai kebutuhan. Hurlock (1995) berpendapat bahwa adanya perubahan dalam pola kehidllpan keluarga, tidak dapat membawa perubahan dalam hubungan antara anggota kelui~rga. Hubungan antara anggota keluarga akan menjadi landasan sikap dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Hal; ini berarti hubungan dalam keluarga yang baik (akan menjadi bekal untuk membentuk perilaku positip, misalnya : memberi dukungan pads anggota keluarga yang mengalami PJK. Hasil analisa regresi berganda untuk dukungan masyarakat menunjukkan adianya pengaruh yang nyata terhadap pemulihan kesehatan contoh ( PC0.01 )
(Tqbel21 ).
Berdasarkan hasil tersebut maka dukungan masyarakat yang berGfat moril dan materil sangat berpengaruh terhadap upaya pemulihan PJK yang dialami oleh coritoh. Hurlock (1995) menyatakan bahwa untuk diterima secara baik dalam lingkurrgan masyarakat, individu harus berusaha untuk menyukai orang lain beserta aktiiias sosial yang ada disekiiamya. Hal ini berarti dukungan yang diberikan masyara4at merupakan sumber dukungan yang membantu contoh dapat menyesuaikan diri dengan tunt~tan sosial. Mencapai kemandirian sebagai inividu , mampu bersikap mandiri qesuai koiidisi kesehatan , menumbuhkan konsep diri untuk dapat menghargai diri pribadi. Dukungan masyarakat yang bersifat moril dan materil merupakan sumber kekustan psikologis pada contoh untuk menjalani penyakit yang dideritanya. Bantuan teuangan dan obat-obatan adalah bentuk dukungan masyarakat yang sangat dibutuhkqn leh colqtoh dalarn upaya pemulihan penyakitnya. Bantuan keuangan dan obat-obatan, berasal dari dana masyarakat yang dihimpun dalam jaminan kesehatan melalui aquransi. Clana asuransi kesehatan yang bersumber dari pemerintah, asuransi pihak swqsta, mabpun
bantiian pengobatan secara penuh atau sebagian yang ditanggung oleh tempat co~ltoh bekerja. Seperti diketahui upaya pemulihan PJK memerlukan biaya yang rnahal , apabila pasien PJK tidak memiliki beban pikiran yang menyangkut rnasalah biaya pengobatsn , akan mengurangi kejadian yang memperberat kondisi penyakitnya, ha1 Ivi disebabkan karer~atelah ada yang menjamin biaya pengobatan. Uji analisa regresi berganda menunjukkan bahwa dukungan din berpengaruh nyata terhadap pemulihan kesehatan contoh (PC0.05 ) (Tabel 21). Dukungan diri ygng dimaksud adalah bagaimana contoh menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk dapat pulih dari 13JK yang dialami. Kowalski (1995) menyatakan bahwa dampak PJK berpqngaruh juga terhadap kehidupan dimasa depan dengan menentukan keberhasilan Pemulihan terleta k di dalam otak yang dimanifestasikan sebagai sikap mental atau kejiwaan. Banyqk pasien I'JK mengalami depresi dengan tanda-tanda : sulit tidur , gerakan yang terbatas, rasa nyeri di dada, cemas, dan ketakutan akan terjadi serangan kembali. Usaha untuk mengatasi ha1 tersebut dapat dilakukan dengan cara rnenjalani program rehabilitasi. Dibutuhkan motivasi diri yang sangat kuat untuk membentuk sikap mental yang positip, sehingqa dapat Ittbih optimis
mengupayakan pemulihan PJK yang dialami. Peran serta heluarga dan
masyarakat akan membantu upaya pemulihan tersebut. Soeharto (2000) menyatakan bahwa pasien yang bersikap optimis lebih cepat pulih dan rnenjalani kehidupan normal dibandingkan dengan pasien yang pesirnis. lndividu yang realis dan optimis akan menghadapi persoalan yang ditemui dalam kehidupan dengan hati yang tenang, seperti rnisalnya : menuruti nasehat dokter soal pola rnakan, olah raga y~ang teratur , rekreasi, minum obat teratur, rutin memeriksakan kesehatan qan berumha mengenal PJK sesuai dengan kemampuannya. Hasil analisa regresi berganda antara dukungan medis dengqn pemulilian kesehatan contoh menunjukkan tidak ada pengaruh nyata. Dukungan medis yang diterlma
contoh berasal dari dokter dan perawat. Jenis dan tempat berobat merupqkan
dua ha1
yang dinilai untuk mengetahui kualitas dukungan medis yang diterima contoh. Selain dakter dan perawat, keluarga dan masyarakat memberikan perhatian pada contoh selama prcises pemulihan kesehatan. Banyaknya pasien PJK yang berobat menyebabkan waktu yang tersedia untuk berkonsultasi dengan dokter menjadi terbatas. Hurlock (1995) menyatakan bahwa dibutuhkan pertolongan profesional untuk membantu individu mengembangkan konsep diri yang lebih menguntungkan dengan memahami individu tersebut memperoleh wawasan tentang penyebab konsep yang merugikan. Pertolongan profesioqal diharapkan merubah konsep diri yang merugikan menjadi konsep din yang menguntunglcan. Terbatasnya waktu yang dimiliki pasien menyebabkan pasien tidak mempersleh dukun~aan medis yang sesuai kebutuhannya. Faktor lain yang dinilai untuk mengetahui pengaruh kondisi mulai puli'h contoh yang menderita PJK ialah indeks massa tubuh dan tekanan darah. lndeks masqa tubuh ysng dimiliki contoh tidak memiliki pengaruh nyata terhadap kondisi mulai pulih penderita F'JK. Tekanan darah contoh tidak berpengaruh nyata terhadap kondisi mulai pulih.
Tabel 21. Hasil analisis regresi berganda pengaruh dukungan diri,dukungan keluarga Jan dukungan masyarakat terhadap upaya Pemulihan PJK (n=60)
I3 0.02050 0.006249
Adjusted R Square :0.570 F = 12.194(P
t 0.029 2.085
Sig 0.977 0.042
I I
I
Pengaruh dukungan diri Hasil uji regresi logistik memiliki nilai odds ratio (OR) 1.124 berarti peluang co~itoh mengalami kondisi mulai pulih lebih besar 1.124 kali jika contoh memiliki dukungan diri (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan diri yang dimiliki contoh
y8ang
mengalami penyakit jantung koroner merupakan pengaruh kuat terhadap upqya pernulihan penyakit jantung koroner. Van Fleet (2001) menyatakan bahwa bagiaq tubuh yang terserang penyakit dan jenis gejala yang diamati tergantung pada pengaruh emosi yang berasal dari dalam diri penderita. Rasa cemas, tidak percaya din, menimbqlkan mas(alah kesehatan yang sering dialami penderita. Dukungan diri yang dimiliki mervpakan si,Aah satu faktor pemulihan penyakit jantung koroner.
Pengaruh dukungan masyarakat Hasil uji regresi logistik memiliki nilai odds ratio (OR) 1.191 berarti peluang co~itoh yang mengalami kondis mulai pulih lebih besar 1.191 kali jika contoh memiliki dukungan masyarakat (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan masyarakat yang diberikan pada contoh yang mengalami penyakii jantung koroner merupakan pqngaruh lstuat terhadap upaya pemulihan penyaki jantung koroner
Pengaruh dukungan keluarga Hasil uji regresi logistik memiliki nilai odds ratio (OR) 1.026 berarti peluang col'ltoh yang mengalami kondisi mulai pulih lebih besar 1.026 kali jika contoh memiliki dukungan keluarga (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan plada contoh yang mengalami penyaki jantung koroner merupakan pengaruh fuat terhadap upaya pemulihan penyakit jantung koroner .
Tabel-i!2 Hasil Analisis Regresi Logistik Pengaruh Dukungan Diri, Dukungan Keluarga, Dukungan Masyarakat, Dukungan Medis , IMT dan Tekanan darah. ( n = 60) Peubahbebas B Exp(f3) Sig -1 1.531 0.000 0.180 Konstanta 0.034* 0.117 1.124 Dukungan diri Dukungan keluarga 0.038* 0.026 1.026 0.003* Dukungan masyarakat 0.174 1.191 Dukulngan medis 0.547 0.021 1.021 0.685 IMT 0.065 0.405 0.627 1.872 0.180 Tekarian darah Rasio: Likelihood : 29.445( P < 0.01 )