www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XIV, Nomor 3 : 73 – 80
ISSN 0216–1877
JENIS-JENIS KEONG LAUT BERBISA DARI SUKU CONIDAE (MOLLUSCA : GASTROPODA) DAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGINYA oleh MUDJIONO ABSTRACT SOME SPECIES OF VENOMOUS MARINE SNAILS OF THE FAMILY CONIDAE (MOLLUSCA : GASTROPODA) AND SOME OF THEIR BIOLOGICAL ASPECTS. In general, most species of venomous marine snails belong to the family Conidae. At least 500 species of living snails of the family Conidae are recorded, which are widely distributed throughout the world. Most of them inhabit coral reef area and the rest inhabit sandy or muddy bottoms. They are found at depths ranging from the intertidal zone down to less than 100 meters. The special characteristic of this snail is their venomous gland and teeth or radula. With their venom and radula they have a special way to catch and kill their prey. The food of those snails are also special, such as worms, small fishes and other mollusca. Actually only few species are considered very dangerous to human, i.e. Conus geographus, Conus textile and Conus striatua . PENDAHULUAN Jenis-jenis keong laut yang dianggap berbahaya dan sering dapat mencelakai manusia antara lain adalah dari suku Conidae, kelas Gastropoda dari filum Mollusca. Jenis-jenis keong ini dikatakan berbahaya karena memiliki bisa yang dapat melumpuhkan atau bahkan mematikan korbannya. Keong suku Conidae termasuk hewan pemangsa (predacious carnivora) dan aktif berburu atau mencari mangsa pada malam hari (nokturnal). Di alam keong ini hidup di laut dan mereka terkenal sangat buas se-
hingga ditakuti oleh jenis-jenis invertebrata lain, terutama yang menjadi mangsanya. Pengetahuan tentang aspek kehidupan keong suku Conidae masih sedikit sekali, bahkan tulisan yang ada sampai saat ini masih bersifat pengumpulan dan pengenalan jenis-jenis yang ada. Para pakar yang banyak menulis tentang keong suku Conidae antara lain KOHN (1963; 1964; 1966 dan 1968), ABBOTT (1967) dan WALLS (1979). Di Indonesia perhatian para peneliti terhadap kehidupan keong ini masih kecil, bahkan penanganannya secara khusus belum pernah ada. Pada umumnya jenis-jenis keong suku
1) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, Jakarta.
73
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
Conidae dikoleksi oleh kolektor amatir sebagai hobby (kesukaan) saja. Di antara jenis-jenis keong ini ternyata ada jenis yang sangat langka dan harganya sangat mahal (WALLS 1979). Dalam ilmu obat-obatan (farmakologi) dan ilmu tentang racun (toksikologi) keong ini mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian tentang bisa atau racun dari keong suku Conidae telah banyak dilakukan oleh para pakar antara lain KOHN et al. (1960), RUSSELL (1965), SONGDAHL & LANE (1970) dan SONGDAHL (1973). Pada tahun 1705 di daerah Maluku pernah terjadi peristiwa yang menggemparkan dimana seorang pakar dari Belanda bernama G.E. RUMPHIUS memberitahukan terjadinya malapetaka yang menimpa 16 orang dan seorang di antaranya wanita meninggal dunia. Musibah ini ternyata disebabkan sengatan keong, yaitu Conus geographus dan Conus textile (YONGE & THOMSON 1976).
cangkang yang merupakan bagian belakang (posterior) (Gambar 1). Celah bibir (aperture) merupakan jalan keluar masuknya tubuh keong pada saat mereka bergerak maupun menghindarkan diri dari bahaya. Pola warna dan bentuk cangkang ini sangat bervariasi, sehingga dapat dijumpai bermacam-macam bentuk cangkang dengan pola warna yang berbeda. Secara umum bentuk cangkang keong suku Conidae dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu tumpul (conical), datar (obconical), meruncing (biconical) dan lancip (turbinate) (WALLS 1979). Perbedaan morfologi seperti di atas dapat dijadikan batasan dalam menentukan taxa sampai tingkat jenis. B. Anatomi Struktur organ dalam (anatomi) jenisjenis keong suku Conidae secara umum mirip dengan jenis keong lain, terutama dari anak kelas Neogastropoda. Pada bagian kepala terdapat organ yang disebut moncong (probosis). Organ ini sebenarnya semacam rahang, dimana di dalamnya terdapat gigigiginya (radula). Gigi-gigi ini terletak berderet menyerupai parutan sehingga ada yang menyebutnya dengan gigi parut (KASTORO 1976). Pada beberapa jenis keong marga Conus gigi-gigi ini mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu berkisar antara 1 mm – 10 mm (RUSSELL 1965) (Gambar 2). Gigi-gigi tersebut dibuat dan disimpan di dalam kantung gigi dan setiap kantung biasanya terdapat 2 baris yang setiap barisnya mengandung 14 buah gigi. Di dalam probosis biasanya sudah ada kira-kira 22 buah gigi yang setiap saat siap dipergunakan. Jadi tiaptiap individu keong suku Conidae rata-rata memiliki 50 buah gigi (ABBOTT 1967). Gigi-gigi ini akan selalu diproduksi selama keong-keong tersebut masih hidup.
MORFOLOGI, ANATOMI DAN KLASIFIKASI A. Morfologi Bentuk luar (morfologi) dari keong suku Conidae dapat dikenal dari bentuk cangkangnya. Dalam keadaan hidup cangkang keong ini ditutupi oleh semacam lapisan tipis seperti membran dan disebut mantel (periostracum). Mantel tersebut pada umumnya berwarna kuning, tipis dan tembus pandang (transparan) dan ada juga yang berwarna agak kemerahan. Dalam keadaan terbalut oleh mantel pola warna cangkang masih terlihat dengan jelas. Bentuk umum keong suku Conidae menyerupai kerucut. Bagian yang menyempit adalah bagian depan (anterior), sedangkan bagian yang melebar merupakan pangkal
74
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 1. Bentuk luar (morfologi) keong dari suku Conidae (WALLS 1979). A = meruncing (biconical); B = lancip (turbinate) C = tumpul (conical); D = datar (obconical)
75
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 2. Bentuk dan ukuran gigi-gigi (radula) dari beberapa jenis keong suku Conidae (WALLS 1979).
76
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
ka gigi-gigi tersebut akan digerakkan keluar dari kantung gigi menuju ke bagian kepala dan akhirnya bersatu dengan saluran kelenjar bisa. Di sini gigi-gigi tersebut secara otomatis terendam oleh bisa dan siap untuk dipergunakan. Secara skematis struktur organ dalam keong suku Conidae disajikan dalam Gambar 3.
Bisa atau racun dibuat dan disimpan di dalam kantung bisa. Dari sini bisa tersebut dialirkan melalui saluran kecil panjang dan berkelok-kelok menuju ke bagian kepala, yaitu dekat dengan kerongkongan (pharynk) dan berhubungan dengan moncong (probosis). Apabila keong-keong ini akan menangkap atau membunuh korbannya, ma-
Gambar 3. Sketsa struktur organ dalam keong suku Conidae (ABBOTT 1967). k = kaki; o = operculum; P = penis; R = radula (C) RM = rostrum ; Ph = pharynk; PR = probosis; ST = stomach; SB = SB = saluran bisa ; KB = kantung bisa ; KR = kantung radula (B); S = siphon.
77
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
C. Klasifikasi
Siphon juga membantu dalam aktifitas berburu mangsa, sebab selain sebagai organ pernafasan juga berfungsi sebagai alat deteksi (radar) yang sangat peka. Dengan siphon ini keong Conidae dapat dengan tepat mengetahui korbannya berada (KASTORO1976).
Di dalam tatanama atau nomenklatur, keong suku Conidae digolongkan ke dalam bangsa (ordo) Neogastropoda anak kelas (subclass) Prosobranchia. Urutan kalsifikasi jenis-jenis keong Conidae dapat dilihat dalam klasifikasi seperti di bawah ini (CERNOHORSKY1978). Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Subclass : Prosobranchia Ordo : Neogastropoda Subordo : Toxoglossa Family : Conidae
B. Makanan Sebagai hewan pemangsa, keong suku Conidae mengkonsumsi hewan lain sebagai makanannya. Makanan keong ini terdiri dari jenis-jenis avertebrata lain seperti cacing, ikan-ikan kecil dan moluska lain. Berdasarkan jenis makanannya keong suku Conidae dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu golongan pemangsa cacing (vermescivorous), golongan pemangsa ikan-ikan kecil (piscivorous) dan golongan pemangsa moluska lain (molluscivorous) (RUSSELL 1965).
CARA HIDUP, MAKANAN DAN SEBARAN A. Cara hidup Kerang dari suku Conidae bersifat nokturnal, artinya mereka aktif pada malam hari. Pada siang hari keong ini biasanya bersembunyi di bawah atau di sela-sela batu atau karang dan beberapa jenis di antaranya ada yang membenamkan tubuhnya di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir.
Golongan pemangsa cacing pada umumnya mempunyai ukuran cangkang relatif kecil, celah bibir sempit dan pola warna bercorak sangat sederhana. Jenis-jenis ini banyak dijumpai hidup di daerah perairan yang berdasar pasir atau lumpur. Jenis-jenis ini antara lain Conus radiatus, Conus ebraeus, Conus flavidus dan Conus virgo. Golongan pemangsa ikan-ikan kecil dan pemangsa moluska lain agak sulit untuk dibedakan, sebab mereka mempunyai banyak kemiripan. Kedua golongan ini banyak dijumpai hidup di daerah terumbu karang dan mereka pada umumnya mempunyai ukuran cangkang relatif besar apabila dibandingkan dengan golongan pemangsa cacing. Celah bibir tampak agak lebar dan mempunyai pola warna lebih indah dan menarik. Jenis-jenis ini antara lain Conus geographus, Conus textile, Conus litteratus, Conus tulipa dan Conus striatus. (Gambar 4)
Di dalam hal berburu mangsanya, keong suku Cinidae mempunyai cara yang khusus dan sangat menarik untuk diketahui. Berbeda dengan jenis-jenis keong pemangsa lainnya, keong suku Conidae memiliki bisa yang dapat melumpuhkan korbannya. Mangsa yang menjadi korbannya sebelum ditangkap akan disengat oleh radula atau gigi parut berbisa dengan bantuan probosis. Dengan pasti dan yakin korban yang terkena sengatan akan segera lumpuh dan selanjutnya mati. Salah satu hal yang sangat menarik dari keong suku Conidae adalah fungsi dari moncong (probosis) yang bersifat dapat memanjang dan memendek (elastis) sehingga mangsa yang berada pada jarak sepanjang tubuhnya sulit dapat meloloskan diri dari sergapannya (YONGE & THOMSON 1976).
78
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 4. Beberapa contoh jenis-jenis keong suku Conidae. A = Conus litteratus; B = Conus textile B = Conus geographus; D = Conus striatus.
79
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989
www.oseanografi.lipi.go.id
C. Sebaran Sampai saat ini di dunia terdapat kurang lebih 500 jenis keong dari suku Conidae. Secara geografis keong ini sebagian besar hidup di daerah tropis dan sisanya tersebar sampai ke daerah subtropis. Di Indonesia keong suku Conidae banyak dijumpai hidup di pulau-pulau karang dan sebagian didapatkan hidup di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir. Secara vertikal keong Conidae berada di daerah pasang surut (intertidal zone) sampai ke kedalaman kurang lebih 100 meter (LIM 1969).
– 1966. Type specimens and identity of the described species of Conus III. The species described by Gmelin and Blumenbach in 1791. J. Linn. Soc. (Zool.) 46 (308): 73–102. – 1968. Type specimens and identity of the described species of Conus IV. The species described by Hwass, Bruguiere and Olivi in 1792. J. Linn. Soc. (Zool.), 47 (313) : 431 – 503. KOHN, A. J.; P.R. SOUNDERS & S. WIENER 1960. Preliminary studies on the venom of the marine snail Conus. Ann. N.Y. Acad. Sci. 90 (3) : 706 – 725. LIM, C.F. 1969. Further new records and the distribution of Conus L. in Singapore and the Malay Peninsula. J. Singapore Nat. Acad. Sci. 1 (2) : 45 – 50. RUSSELL, F.E. 1965. Marine toxine venomous and Poisonous marine animals. Avd. Mar. Biol. 3 : 255 – 384. SONGDAHL, J.H. 1973. The venom and Venom apparatus of the Atlantic cone, Conus spurius atlanticus (CLENCH). Bull. Mar. Sci. 23 (3) : 600 – 612. SONGDAHL, J.H. & C.E. LANE 1970. Some pharmacological characteristics of the venom of the alphabet cone, Conus spurius atlanticus. Toxicon, 8 : 289 – 293. WALLS, J.G. 1979. Cone shells. A sypnosis of the living Conidae. T.F.H. Publ. Inc. Hongkong : 1011 pp. YONGE, C.M. & T.E. THOMSON 1976. Living Marine Molluscs. William Collins Sons & Co. Great Britain : 275 pp.
DAFTAR PUSTAKA ABBOTT, R.T. 1967. Venom apparatus and geographical distribution of Conus gloriamaris. Motulae (400) : 1 – 8. CERNOHORSKY, W.O. 1978. Tropical Pasific Marine Shells. Pac. Publ. (Aus) Pty. Sydney: 352 pp. KASTORO, W. 1976. Si "Kalajengking Laut" dengan sengatan mautnya. Oseana III (2) : 1 – 3. KOHN, A.J. 1963. Type specimens and identity of the described species of Conus I. The species described by Linnaeus, 1758 – 1767. J. Linn. Soc. Lon. Zool. Vol. XLIV (302) : 741 : 768. – 1964. Type specimens and identity of the described species of Conus II. The species described by Solander, Chemnitz, Born and Lightfoot between 1766 and 1786. J. Linn. Soc. (Zool), 45 (304) : 151 — 167.
80
Oseana, Volume XIV No. 3, 1989