PK 5202 Dampak Pariwisata
1
JEJAK KAKI EKOLOGIS SEBAGAI METODA ASESOR DAN PENGENDALIAN DAMPAK PARIWISATA STUDI KASUS: PANTAI PANGANDARAN PUTRI, VERONIKA JOAN Arsitektur Lanskap, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Adanya sebuah area wisata tentu akan diiringi dengan adanya dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif ataupun negatif. Beberapa metoda asesor dampak pariwisata berfokus pada perubahan lingkungan yang terjadi dan melupakan dari mana dampak tersebut berasal. Salah satu faktor terjadinya dampak pariwisata adalah manusia atau dalam konteks pariwisata adalah wisatawan. Perilaku hidup wisatawan sehari-hari dapat berdampak pada perubahan lingkungan. Metoda yang cocok untuk menilai dampak pariwisata yang terjadi berdasarkan perilaku hidup sehari-hari wisatawan dan memberikan rekomendasi bagaimana mereduksi dampak negatif adalah ecological footprint atau yang dikenal dengan jejak kaki ekologis, yang menitikberatkan pada pengelolaan sumber daya alam yang menunjukkan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Tulisan ini mencoba untuk menyediakan kerangka metodik untuk menghitung jejak kaki ekologis wisatawan yang berdampak pada daerah wisata (dalam hal ini daerah wisata Pantai Pangandaran), juga memberikan rekomendasi bagaimana mereduksi dampak negatif yang timbul dari perilaku hidup wisatawan. Sebagai permulaan, akan dibahas mengenai potensi pariwisata dan pariwisata yang berkelanjutan sebagai awal tercetusnya konsep jejak kaki ekologis. Kemudian akan dijelaskan mengenai jejak kaki ekologis berupa sejarah dan metodologi. Setelah itu dilanjutkan dengan riset singkat mengenai jejak kaki ekologis pribadi penulis yang hasilnya akan dijadikan acuan pembuatan rekomendasi untuk meminimalisasi dampak pariwisata pada Pantai Pangandaran. Metoda yang penulis lakukan dimulai dengan studi literatur dilanjutkan dengan studi kasus serupa. Studi literatur yang dilakukan mencakup sejarah, metoda, dan analisis rekomendasi terbaik untuk daerah wisata terhadap nilai jejak kaki ekologis. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan riset kecil terhadap jejak kaki ekologis pribadi. Kata Kunci: jejak kaki ekologis, perilaku wisatawan, Pangandaran
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
1.
2
PENDAHULUAN
1.1. Potensi Pariwisata dan Dampak terhadap Lingkungan Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas yang tinggi. Biodiversitas ini menuntun kita pada potensi alam yang dapat digunakan dalam kepariwisataan. ODTWA atau Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam yang dimiliki Indonesia beragam meliputi flora, fauna, otentisitas budaya, sejarah, juga local genius masyarakatnya. Seperti yang dikutip dalam makalah pada situs teachgeograf.blogspot.com, telah diakui bahwa: “ Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia yang tergolong negara megadiversity dalam hal keanekaragaman hayati akan mampu menggeser Brasil sebagai negara tertinggi akan keanekaragaman jenis, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh. Bayangkan saja bahwa Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12% binatang menyusui, 16% reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1.32% seluruh luas daratan yang ada di dunia” (BAPPENAS, 1993) Adanya potensi dan daya tarik ini tentunya beriringan dengan timbulnya berbagai dampak. Dampak pariwisata menurut Prajogo (1976) adalah gejala pariwisata, dimana terjadi nya suatu benturan atau pengaruh kuat yang datang, dimana sedapat mungkin pengaruh positif dilipatgandakan, dan pengaruh negatif dihindari. Adapun dampak atau pengaruh fisik adalah termasuk di dalamnya dampak lingkungan. Dampak lingkungan melingkupi keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ekologis dan habitat asli kawasan wisata untuk tetap dikonservasi. Dampak positifnya adalah dengan bertambahnya biota habitat, sehingga terjadi keanekaragaman hayati di dalam area wisata tersebut. Sedangkan dampak negatifnya adalah apabila terjadi peningkatan wisatawan yang datang, lebih besar dari pada kemampuan lingkungan untuk menampung pemanfaatan tersebut atau yang biasa disebut sebagai carrying capacity, maka yang terjadi adalah tekanan yang besar terhadap alam. * Berikut ini merupakan beberapa dampak fisik umum pariwisata seperti yang tertera dalam tulisan Mason (2003), dampak positif diantaranya :
pariwisata dapat merangsang pertumbuhan pengawasan dan langkahlangkah terapan untuk perlindungan lingkungan dan atau lansekap dan atau satwa liar.
pariwisata dapat membantu memperkenalkan keberadaan kawasan Taman Nasional dan wilayah konservasi.
*
Veronika JP., M. Saspriatnadi. (2014). Analisis Dampak Fisik Pariwisata dan Ekowisata dengan Environmental Impact Assessment. Bandung: Tugas Dampak Pariwisata Program Pascasarjana Perencanaan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung.
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
3
pariwisata dapat memperkenalkan dan mempromosikan keberadaan bangunan dan atau kawasan heritage.
pariwisata dapat mendatangkan profit sebagai sumber pendanaan suatu kawasan.
Sedangkan dampak negatif yang umumnya terjadi diantaranya:
wisatawan cenderung membuang sampah / mengotori kawasan wisata.
pariwisata dapat menyebabkan kepadatan baik itu manusia maupun kendaraan.
pariwisata memiliki andil dalam pencemaran aliran air dan kawsan pantai.
pariwisata dapat menyebabkan erosi.
pariwisata dapat menyebabkan adanya pembangunan yang tidak diinginkan.
pariwisata menyebabkan gangguan dan kerusakan pada habitat hewan liar.
Kegiatan wisata yang tidak terkendali akan menyebabkan ancaman terhadap lingkungan. Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), dampak utama pariwisata terhadap lingkungan terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu berkurangnya sumber daya alam, bertambahnya polusi, dan dampak terhadap ekosistem. Emisi dari transportasi dan produksi energi akan mengakibatkan hujan asam, polusi fotokimia, dan pada tingkat global akan berdampak pada pemanasan global. Jika kita lihat dari paparan diatas, secara umum dampak fisik pariwisata dapat dibagi berdasarkan area of effect, yaitu, biodiversity, erosi dan kerusakan fisik, polusi, permasalahan sumber daya, dan perubahan atau kerusakan visual atau struktural. Untuk meminimalisasi adanya dampak negatif, maka dibutuhkan pariwisata yang berkelanjutan baik secara sosial, ekonomi, budaya, ataupun lingkungan. 1.2. Pariwisata yang Berkelanjutan Pariwisata yang berkelanjutan memiliki makna yang beragam tergantung pada konteks, konsep, dan pendekatan yang bereda (Heinen dalam Sharpley, 2000:1). Secara umum, pariwisata yang berkelanjutan adalah menempatkan pariwisata untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan dan kebudayaan lokal, dengan membantu pembangunan masyarakat lokal. Menurut UNWTO, pariwisata yang berkelanjutan secara konseptual dijelaskan sebagai panduan pembangunan dan praktik pengelolaan yang dapat diaplikasikan pada semua bentuk pariwisata di semua tipe tujuan, termasuk mass tourism dan lainnya. Tujuan utama dari pariwisata berkelanjutan adalah memastikan bahwa pembangunan pariwisata membawa pengalaman positif bagi masyarakat lokal, perusahaan di bidang pariwisata, dan wisatawannya sendiri. Salah satu stakeholder atau pemegang kebijakan dalam pariwisata yang berkelanjutan adalah wisatawan. Perjalanan wisatawan ke daerah destinasi wisata membutuhkan waktu dan energi yang cukup banyak. Dalam perjalanan, Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
4
wisatawan tentu melakukan banyak kegiatan baik yang berkelanjutan ataupun yang tidak berkelanjutan, sebagai contoh untuk sampai ke suatu daerah wisata wisatawan memakai kendaraan dengan bahan bakar yang berkontribusi pada perubahan iklim melalui emisi CO2. Emisi ini tentu saja berkontribusi pada 2 hingga 3% emisi karbon secara global. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai metoda penilaian dampak pariwisata telah berkembang, diantaranya adalah Environmental Impact Assessment atau EIA, Carrying Capacity Concept atau CCC, dan Limits of Acceptable Change atau LAC. Baik EIA, CCC, ataupun LAC berfokus pada perubahan fisik yang terjadi pada lingkungan, melupakan konsekuensi global terhadap lingkungan dari perilaku hidup wisatawan sehari-hari selama berwisata. Beberapa publikasi menunjukkan bahwa perilaku hidup wisatawan sehari-hari selama berwisata memiliki dampak cukup besar terhadap daerah wisata apabila melebihi daya dukungnya. Beberapa metoda diatas (EIA, CCC, ataupun LAC) tidak dapat digunakan untuk menilai hal ini. Salah satu metoda yang cocok untuk menilai dampak pariwisata berdasarkan perilaku hidup seharihari wisatawan adalah metoda jejak kaki ekologis. 2.
JEJAK KAKI EKOLOGIS
2.1. Lahirnya Konsep Footprint / Jejak Kaki Metoda asesor dampak pariwisata berdasarkan footprint atau jejak kaki telah dikenal secara umum, terutama pada pengelolaan sumber daya alam yang menunjukkan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Metoda asesor jejak kaki yang telah dikenal saat ini ada tiga, yaitu ecological footprint atau jejak kaki ekologis, carbon footprint atau jejak kaki terhadap penggunaan karbon, dan water footprint atau jejak kaki terhadap penggunaan air. Ketiga metoda asesor ini memiliki satuan dan sumber daya yang berbeda-beda. Jejak kaki ekologis berfokus pada perhitungan penggunaan lahan bioproduktif dan dihitung dalam satuan hektar. Jejak kaki terhadap penggunaan karbon berfokus pada perhitungan penggunaan energi dan dihitung dalam volume emisi CO2 dengan satuan ton. Jejak kaki ini menjadi indikator dampak aktivitas manusia terhadap iklim global. Sedangkan jejak kaki terhadap kebutuhan air yang dikembangkan oleh Hoekstra pada tahun 2002, berfokus pada total penggunaan air tawar untuk kehidupan manusia dan dihitung dalam satuan volume air (m3). 2.2. Jejak Kaki Ekologis Konsep jejak kaki ekologis pertama kali diciptakan oleh Mathis Wackernagel and William Rees di University of British Columbia pada awal tahun 1990-an (Wackernagel 1991, Rees 1992, Wackernagel 1994, Rees 1996, Wackernagel and Rees 1996), yang kemudian pada tahun 1996 dituangkan dalam bukunya yaitu Our Ecological Footprint: Reducing Human Impact on the Earth. Merespon adanya isu mengenai daya dukung (Meadows 1972, Ehrlich 1982, Tiezzi 1984, 1996, Brown and Kane 1994), perhitungan jejak kaki ekologis dibuat untuk merepresentasikan tingkat konsumsi manusia terhadap sumber daya alam dan Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
5
pengolahan limbah pada ekosistem atau bioma tertentu, yang kemudian dibandingkan dengan kapasitas produktif biosfer pada setahun. Jejak kaki ekologis juga dikembangkan untuk merespon isu sustainable development atau pembangunan berkelanjutan, yang kemudian diharapkan dapat menjadi salah satu metoda untuk mengukur hubungan perlakuan manusia terhadap bumi, kaitannya dengan daya dukung bumi (Wackernagel and Rees, 1996 yang dikutip oleh Fifi Dwi Pratiwi)†. Jejak kaki ekologis menitikberatkan konsep bahwa ‘semua tingkah laku manusia membawa dampak ekologis bagi lingkungan’ (Hoekstra, 2007). Secara umum, perhitungan jejak kaki ekologis didasarkan pada enam asumsi (Wackernagel et al., 2002 dalam Wackernagel et al., 2008) seperti yang dikutip oleh Nainggolan pada Jejak Ekologi‡, adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar konsumsi sumber daya dan limbah yang dihasilkan oleh manusia dapat dilacak. 2. Kebanyakan aliran sumber daya alam dan limbah dapat dihitung ke dalam area biologi produktif untuk menelusuri alirannya. Sumber daya alam dan limbah yang tidak dapat dihitung dikeluarkan dari penilaian, yang menjadikan hasil perhitungan jejak ekologi ini di bawah keadaan yang sebenarnya. 3. Dengan pembobotan masing-masing daerah ke dalam proporsi produktifitas biologi yang digunakan, area yang berbeda dapat dikonversi ke dalam satuan umum global hektar, yaitu hektar dengan rata-rata produktifitas biologis dunia. 4. Karena satuan global hektar tunggal menyatakan satu jenis penggunaan, dan semua global hektar pada satu tahun menyatakan jumlah produktifitas yang sama, maka global hektar dapat dijumlahkan untuk mendapatkan indikator agregat jejak ekologi atau daya dukung lingkungan. 5. Permintaan manusia, dinyatakan sebagai jejak ekologi, dapat secara langsung dibandingkan dengan pasokan alam, daya dukung lingkungan, ketika keduanya sama-sama dinyatakan dalam global hektar. 6. Luas area permintaan dapat melebihi luas area yang disediakan jika permintaan pada ekosistem melebihi kapasitas regenerative ekosistem. Situasi ini, dimana jejak ekologi melebihi daya dukung lingkungan yang tersedia, dikenal sebagai overshoot. Dari pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jejak kaki ekologis adalah suatu alat bantu untuk dapat dipergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan bumi dihubungkan dengan tingkah laku dan gaya hidup manusia. Jejak kaki ekologis biasanya dinyatakan dalam †
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/15/analisis-footprint-pendekatan-baru-untukpengelolaan-sumber-daya-alam-berkelanjutan-74600.html (Diakses pada 12 Mei 2014) Nainggolan, Sutrisari Sabrina. (2013). Etika & Nilai Lingkungan: "Jejak Ekologi". Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. ‡
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
6
satuan hektar, dan digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan dari bumi. Alat ukur ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia masih berada dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewati batas tersebut. Atau dengan kata lain apakah masih dalam batas surplus atau sudah dalam kondisi defisit atau penurunan kualitas ekologi. 2.3. Jejak Kaki Ekologis Dunia dan Indonesia Konsumsi sumber daya alam tidak merata di semua negara. Beberapa negara memiliki demand atau kebutuhan jauh lebih besar dari biokapasitas negara tersebut. Sebagai contoh, rata-rata jejak ekologi tertinggi perkapita penduduk Amerika Serikat adalah sebesar 9,5 gha, Inggris sebesar 5,45 gha, dan Swiss sebesar 4 gha, sedangkan Bangladesh diperkirakan rata-rata sebesar 0,5 gha. Data ini menunjukkan bahwa semakin maju suatu negara, maka kebutuhan sumber daya akan semakin besar, sehingga menekan bumi untuk dapat menyediakan sumber daya alam yang lebih banyak. Pada tahun 2007, total jejak kaki ekologis dunia adalah 18,0 miliar gha dengan populasi dunia 6,7 miliar jiwa, maka jejak ekologis rata-rata perkapita adalah 2,7 gha. Tetapi biokapasitas yang terdapat hanyalah 11,9 miliar gha atau 1,8 gha perkapita. Hal ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan 1,5 bumi untuk memenuhi kebutuhan. Butuh sekitar satu tahun dan enam bulan untuk meregenerasi sumber daya alam yang digunakan manusia pada tahun tersebut. Normalnya, nilai tapak ekologi maksimal yang masih diizinkan agar bumi dapat bekerja secara normal adalah 1 gha perkapita. Nilai 1 gha perkapita menunjukkan bahwa dibutuhkan 1 bumi untuk melakukan produksi dan memanfaatkan hasilnya tanpa menghabiskan sumber daya alam yang dimiliki.
Grafik 1: Jejak Kaki Ekologis Dunia Sumber: The Ecological Footprint Atlas 2010
Menurut sumber Wikipedia, nilai tapak ekologi Indonesia adalah 1,21 gha perkapita dan biokapasitasnya 1,35 gha perkapita. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap individu yang ada di Indonesia membutuhkan lahan produktif seluas 1,21 hektar. Grafik dibawah ini menunjukkan jejak kaki ekologis dan biokapasitas Indonesia dari tahun 1961 hingga 2010 dimana terjadi penurunan
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
7
signifikan pada biokapasitas dan fluktuasi yang hampir stagnan pada jejak kaki ekologis.
Grafik 2: Jejak Kaki Ekologis dan Biokapasitas Indonesia Sumber: http://www.footprintnetwork.org/
2.4. Perilaku Hidup Manusia terkait Jejak Kaki Ekologis Perilaku hidup manusia menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan di muka bumi ini. Secara umum terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku hidup manusia yang dapat merubah muka bumi, diantaranya adalah (1) moral, budaya, dan agama, (2) pendidikan, (3) undang-undang, aturan, etos kerja, dan yang terakhir (4) harga pasar. Dari keempat faktor ini, dapat dilihat bahwa moral, budaya, agama, dan pendidikan merupakan faktor internal yang mempengaruhi perilaku hidup manusia. Nilai keyakinan dan budaya menjadi faktor yang mendorong atau membatasi perilaku hidup seseorang. Strata pendidikan juga menentukan kapasitas diri seseorang, apa yang harus dan tidak harus dilakukan, baik atau tidak baik untuk dilakukan demi mendukung isu-isu tertentu, misalnya isu go green atau isu sustainability. Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal yaitu undang-undang atau peraturan dan juga harga pasar. Undang-undang yang dikeluarkan oleh negara atau peraturan yang dikeluarkan oleh daerah menciptakan suatu sistem legal yang dapat mendorong atau membatasi perilaku hidup manusia, seperti sistem tata kerja atau sistem pembatasan hak. Faktor eksternal lain yaitu harga pasar menjadi faktor yang dapat menimbulkan masalah, dimana manusia dapat mengeksploitasi sumber daya alam apabila menuruti animo investor. Sebagai contoh, apabila investor agresif membuka perhotelan di daerah wisata, maka sudah pasti lahan hijau yang ada dibabat habis. Dari keempat faktor yang mempengaruhi perilaku manusia tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak yang dihasilkan pasti berbeda-beda, sehingga kebutuhan lahan perorang dalam perhitungan jejak kaki ekologisnya juga berbeda. Rincian asumsi untuk menetapkan kebutuhan lahan perorang adalah : a) Kebutuhan pangan adalah berdasarkan 4 sehat 5 sempurna;
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
8
b) Kebutuhan papan digunakan standart T 76 perumahan dept. PU :90 m2 untuk keluarga terdiri dari 3 orang atau 20-30 m2 per orang; c) Kebutuhan transportasi setara 120 kg beras /tahun; d) Kebutuhan energi setara 120 kg beras / tahun; e) Kebutuhan untuk daur ulang (air, CO2, limbah/sampah lainnya) setara dengan 120 liter air/hari untuk kemampuan hutan mendaur ulang air 0.3 liter air untuk setiap 1 liter dengan tinggi curah hujan rata-rata 2000-2500 mm dan 56 kg CO2 perhektar hutan serta keanekaragaman hayati. 2.5. Metodologi Jejak Kaki Ekologis Secara umum, metoda penilaian dampak pariwisata berdasarkan perilaku hidup manusia dalam jejak kaki ekologis memiliki empat kategori konsumsi, yaitu (1) karbon, yang terdiri dari konsumsi energi harian dan mobilitas atau transportasi, (2) rantai makanan, (3) akomodasi atau tempat berteduh, (4) goods and services atau barang dan jasa, yang terdiri dari kebiasaan dalam berekreasi. Keempat kategori ini kemudian dipecah kembali berdasarkan tipe ekosistem atau bioma, yaitu lahan pertanian, padang rumput, hutan, dan perikanan. Sebagai langkah awal untuk menghitung jejak kaki ekologis, dapat dilakukan survey terhadap jejak kaki ekologis pribadi sebagai acuan untuk menghitung apakah kita sudah memiliki perilaku konsumsi yang sesuai dengan kapasitas bumi ataukah belum. Setelah membandingkan hasil jejak kaki ekologis pribadi dengan jejak kaki ekologis rata-rata negara, maka dapat ditarik kesimpulan apakah jejak kaki ekologis pribadi lebih besar atau lebih kecil dari biokapasitas agar dapat diberi rekomendasi yang sesuai agar tercipta pariwisata yang berkelanjutan. 3.
RISET SINGKAT TERKAIT JEJAK KAKI EKOLOGIS PRIBADI
Metoda dalam riset singkat yang penulis lakukan adalah metoda survey terhadap jejak ekologis pribadi dengan data suplementer yang didapat dari berbagai sumber, terutama didapatkan dari jurnal beberapa mahasiswa Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada serta aplikasi penghitung jejak ekologis seperti myfootprint.org yang dibuat oleh Ecological Footprint Center for Sustainable Economy, http://www.footprintnetwork.org/, dan http://footprint.wwf.org.uk/. Hasil jejak kaki ekologis pribadi yang didapatkan akan dibandingkan dengan jejak kaki ekologis rata-rata negara dan dikaitkan dengan area studi kasus yaitu Pantai Pangandaran, sehingga penulis dapat memberikan rekomendasi bagaimana cara mereduksi jejak kaki ekologis berdasarkan area kasus wisata yang dipilih untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap area wisata tersebut. 3.1. Hasil Jejak Kaki Ekologis Pribadi Berikut penulis jabarkan hasil perhitungan jejak kaki ekologis pribadi yang dirangkum dari lembar penilaian jejak kaki ekologis: Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
9
3.1.1. Penggunaan Air Penulis menggunakan air untuk kegiatan rumah tangga tidak lebih dari 3 menit dan memakai kurang lebih seperempat bak mandi. Selain itu, penulis juga menggunakan air untuk menyiram toilet dan mencuci piring. 3.1.2. Makanan Penulis makan berat dua kali dalam sehari dan sisanya makan makanan ringan. Menu makanan berat adalah nasi, telur, sayur, dan susu. Hampir semua makanan yang dimakan adalah produk alami yang dihasilkan dari daerah penulis, dan bukan merupakan produk kemasan. 3.1.3. Transportasi Dalam sehari-hari, penulis menggunakan moda transportasi umum dan berjalan kaki. 3.1.4. Tempat Tinggal Tempat tinggal yang penulis tinggali adalah satu unit asrama yang ditinggali oleh dua orang. 3.1.5. Penggunaan Energi Dengan suhu asrama 15-18 derajat celcius, penulis tidak menggunakan air conditioner, sewaktu-waktu hanya menggunakan kipas angin. Penulis juga menggunakan alat elektronik seperti notebook yang hemat energi. Penulis menghabiskan kurang lebih tujuh jam diluar ruangan sehingga energi dari alat elektronik yang digunakan minim. 3.1.6. Pakaian Dalam berpakaian, penulis berganti pakaian setiap hari kemudian digantung kembali apabila tidak dipakai terlalu lama. Penulis mencuci pakaian tiga hari sekali. Penulis juga jarang mengganti pakaian dan sepatu setiap tahun baru, sehingga mayoritas pakaian dan sepatu yang digunakan penulis adalah sepatu lama. 3.1.7. Pengolahan Sampah Penulis membuang sampah setiap hari yang dikumpulkan dalam tempat sampah besar. Beberapa jenis sampah seperti plastik digunakan kembali atau dibuat beberapa barang yang dapat digunakan, seperti tempat pensil atau pot tanaman kecil. Penulis juga menggunakan kembali kertas yang hanya dipakai satu sisinya sebagai kertas coretan. Penulis menghindari pemakaian barang sekali pakai.
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
10
3.1.8. Kesenangan/Liburan Dalam berlibur, penulis biasanya meluangkan waktu untuk bersantai di dalam area kurang dari 1 hektar. Penulis hanya menggunakan notebook untuk bersantai, tidak menggunakan peralatan elektronik lain. Berikut ini adalah lembar penilaian ‘Perhitungan Jejak Ekologiku’ yang diadop dan direvisi dari tugas Etika dan Nilai Lingkungan Sri Wahyuni, mahasiswi Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada yang telah diisi berdasarkan perilaku sehari-hari penulis: Tabel 1: Jejak Ekologi Pribadi FAKTOR PENGGUNAAN AIR 1. Penggunaan shower/air bak saat mandi pada satu hari adalah Tidak pakai shower/tidak mandi 1-2 menit/seperempat bagian dari bak mandi 3-6 menit/setengah bagian bak mandi 10 menit lebih/satu bak mandi penuh 2. Saya menyiram toilet Setiap waktu setelah digunakan Kadang-kadang 3. Ketika menggosok gigi , saya biarkan air mengalir 4. Saya mencuci mobil hari ini 5. Kami menggunakan toilet yg dapat menyimpan air (6-9 liter/siraman) 6. Kami menggunakan shower yang rendah aliran air 7. Saya menggunakan mesin pencuci piring SUBTOTAL MAKANAN 1. Pada suatu hari, saya makan Daging Daging ayam Ikan tambak Ikan laut Telur Susu Buah Sayur Roti, nasi, sereal 2. _____yang saya makan tumbuh di daerah saya a. Semua b. Beberapa
SKOR
SKOR PRIBADI
0 50
50
70 90 40 20 40 80
40
-20
-20
-20 50
-20 0 50
(150/porsi) (100/porsi) (80/porsi) (40/porsi) (40/porsi) (40/porsi) (20/porsi) (20/porsi)
0 0
100
(20/porsi) 0 30
30
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
11
FAKTOR
SKOR
c. Tidak satu pun / tidak ada 3. _____yang saya makan organik a. Semua b. Beberapa c. Tidak ada 4. Saya menghaluskan buah/sayur a. Ya b. Tidak 5. _____makanan saya diproses di pabrik a. Semua b. Beberapa c. Tidak satupun/tidak ada 6. ____makanan saya sudah dikemas a. Semua b. Beberapa c. Tidak satupun 7. Pada setiap hari, saya buang a. Tidak satupun dari makanan saya b. Seperempat bagian makanan saya c. Sepertiga bagian dari makanan saya d. Setengah bagian dari makanan saya SUBTOTAL TRANSPORTASI 1. Pada suatu hari, saya bepergian menggunakan a. Jalan kaki b. Sepeda c. Kendaraan umum d. Kendaraan pribadi 2. Effisiensi bahan bakar kendaraan pribadi saya adalah ___liter/100 KM (galon/60 mil) a. kurang dari 6 liter / 2 galon b. 6-9 liter / 2 – 21/2galon c. 10-13 liter/3-31/2 d. Lebih dari 13 liter / 31/2 galon 3. Waktu yang saya habiskan menggunakan kendaraan saya setiap hari a. Tidak ada b. Kurang dari setengah jam c. Setengah sampai satu jam d. Lebih dari satu jam 4. Seberapa besar mobil yang saya bawa pada suatu hari ? a. Tidak menggunakan mobil b. Kecil c. Sedang
60 0 30 60 -20 60 100 30 0 100 30 0
SKOR PRIBADI
30
60
30
30
0 100 150
100
200 380
0 5 30 200
-50 50 100 200
0 40 60 100 -20 50 100
30
0
0
-20
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata FAKTOR d. Besar (SUV) 5. Jumlah mobil dalam perjalanan kami ? a. Tidak ada b. 1 mobil c. 2 mobil d. Lebih dari 2 mobil 6. Pada suatu hari, saya berjalan/lari selama a. 5 jam atau lebih b. 3 sampai 5 jam c. 1 sampai 3 jam d. Setengah jam sampai satu jam e. Kurang dari 10 menit SUBTOTAL TEMPAT TINGGAL Luas tempat tinggal = 25 m2 Dibagi 2 orang = 12,5 m2 Luas Kelas = 70 m2 Dibagi 9 orang = 7,78 m2 SUBTOTAL PENGGUNAAN ENERGI 1. Pada musim dingin, suhu rumah kami a. Dibawah 15 derajat celcius (59 F) b. 15 sampai 18 derajat celcius (59-64 F) c. 19 sampai 22 derajat celcius (66-71 F) d. 22 derajat celcius (71 F) atau lebih 2. Kami menjemur pakaian di luar ruangan atau di rak dalam ruangan a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Kami menggunakan refrigerator (kulkas) yang efisien energinya a. Ya b. Tidak 4. Kami menggunakan lampu fluoresen a. Ya b. Tidak 5. Saya mematikan lampu, komputer, dan televisi ketika tidak digunakan a. Ya b. Tidak 6. Supaya dingin, saya gunakan a. Air conditioning : mobil/rumah
12 SKOR
SKOR PRIBADI
200 0 50 100 200 -75 -25 0 10 100
0
0
10
20,28 20,28
-20 50
50
100 150
-50 20 60
-50 50 -50 50
0 50 30
-50
-50
50
0
-10
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
13
FAKTOR
SKOR
b. Kipas angin c. Tidak pakai apa apa 7. Hari ini di luar ruanagan, saya menghabiskan waktu a. 7 jam b. 4-6 jam c. 2 sampai 3 jam d. Kurang dari 2 jam SUBTOTAL PAKAIAN 1. Saya berganti pakaian setiap hari dan di cuci 2. Saya menggunakan pakaian yang telah di tentukan 3. Seperempat dari pakaian saya buatan tangan atau baju bekas 4. Sebagian besar pakaian saya akan diganti setiap tahun baru 5. Saya memberikan pakaian yang tidak lagi saya pakai ke toko barang bekas a. Ya b. Tidak 6. Saya membeli hem (atasan) dari bahan katun jika bisa 7. Saya tidak pernah memakai ___% dari pakaian saya a. Kurang dari 25% b. 50% c. 75% 8. Saya mempunyai ___pasang sepatu a. 2 sampai 3 b. 4 sampai 6 c. 7 atau lebih SUBTOTAL PENGELOLAAN SAMPAH 1. Semua sampah dikumpulkan dalam a. Kotak sepatu b. Lubang Besar c. Tempat sampah d. Tidak ada sampah yang dihasilkan 2. Saya gunakan kembali jenis sampah daripada membuangnya 3. Saya perbaiki jenis sampah daripada dibuang 4. Saya daur ulang semua kertas, kotoran, kaca dan plastik 5. Saya menghindari jenis yang sekali pakai sesering mungkin a. Ya b. No 6. Saya menggunakan batere yang dapat di cas ulang jika dapat
-10 -50 0 10 20 100
SKOR PRIBADI
0
-10 80 -20
0 0
-20
0
120
0
0 100 -10 25 50 75 20 60 90
0 -10 25
20 35
20 60 200 -50
200
-20
-20
-20 -20
-20 0
-10 60 -30
-10
-30
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata FAKTOR SUBTOTAL KESENANGAN 1. Permainan tertentu, meliputi halaman,kolam, gim, ski,kegiatan yang dilakukan bersama-sama a. Tidak ada b. Kurang dari 1 hektar / 21/2 acres c. 1 sampai 2 hektar/21/2 sampai 5 acres d. 2 atau lebih hektar/ 5 atau lebih acres 2. Pada suatu hari, saya menggunakan televisi atau komputer a. Tidak sama sekali b. Kurang dari 1 jam c. Lebih dari 1 jam 3. Berapa banyak peralatan yang dibutuhkan untuk aktivitas tertentu? a. Tidak satupun b. Sangat sedikit c. Beberapa d. Banyak SUBTOTAL TOTAL
14 SKOR
0 20
SKOR PRIBADI 120
0
60 100 0 50 80
0 20 60 80
80
20
100 705,28
Total keseluruhan tersebut menjadi jejak ekologis pribadi penulis, dimana : Total keseluruhan : 100 = Jejak Kaki Ekologis (hektar) Sehingga hasil perhitungannya adalah 705 (setelah dibulatkan) : 100= 7,05 ha. Hal ini menunjukkan bahwa jejak kaki ekologis penulis melebihi standar yang ada. Beberapa hal perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat konsumerisme penulis dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meniminalisasi timbulnya dampak negatif pada bumi. 3.2. Wisata Pangandaran dan Jejak Kaki Ekologis Jejak kaki ekologis penulis dapat dijadikan acuan bagi penilaian dampak pariwisata dan bagaimana cara mereduksi dampak negatif yang timbul. Dalam subbagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai Pantai Pangandaran dan rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan acuan jejak kaki ekologis penulis dengan asumsi wisatawan yang berwisata di Pantai Pangandaran memiliki jejak kaki ekologis yang sama dengan penulis. 3.2.1. Sekilas Tentang Pantai Pangandaran Secara geografis, Pangandaran terletak di Ciamis, Jawa Barat, tepatnya pada koordinat 07039’30”-07044’00” S dan 108035’00”-108042’00” B. Pangandaran memiliki beberapa jenis ekosistem, diantaranya adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan mangrove, ekosistem pantai dan hutan pantai, Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
15
ekosistem hutan dataran rendah, gua alami, dan ekosistem pertanian. Keragaman ekosistem yang dimiliki Pangandaran, menjadikan daerah ini daerah destinasi wisata alami. Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Pangandaran cukup bervariasi, diantaranya adalah Pantai Pangandaran, Pantai Pasir Putih, gua alami, Sungai Cijulang, Batu Hiu, laguna Cikembulan, dan lainnya.
Gambar 1: Peta Pangandaran Sumber: www.google.com/maps/
Namun dibukanya daerah ini sebagai daerah destinasi wisata memberikan dampak negatif bagi ekosistem yang ada. Sebagai contoh, dampak negatif bagi ekosistem pantai dan hutan pantai. Awalnya, Pangandaran yang memiliki dua sisi pantai juga memiliki hutan pantai dengan vegetasi Terminalia catappa atau Ketapang, Barrigtonia asiatica atau Butun, Hibiscus tiliaceus atau Waru, dan Callophylum inophylum atau Nyamplung. Kini vegetasi tersebut telah tergantikan dengan hotel, jalan, dan berbagai kegiatan pariwisata lainnya. Kegiatan wisatawan telah mengubah ekosistem alami yang terdapat di Pangandaran. Sebagai contoh, kegiatan wisatawan menggunakan mobil membuat beberapa spesies flora ataupun fauna mati akibat emisi gas CO2. Selain itu, adanya wisatawan yang membawa mobil juga membuat penyedia fasilitas wisata membabat area hijau dan dijadikan area parkir.
Gambar 2: Kondisi Pantai Pangandaran (di depan Pasar Ikan) Sumber: Dokumentasi Pribadi Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
16
Gambar 3: Kondisi Pantai Pangandaran (di depan TPI) Sumber: Dokumentasi Pribadi
3.2.2. Rekomendasi bagi Perilaku Hidup Wisatawan dalam Konteks Pantai Pangandaran Dengan acuan jejak kaki ekologis penulis yang telah dipaparkan diatas, maka beberapa hal dapat dilakukan oleh wisatawan untuk mengurangi jejak kaki ekologis sehingga dapat mereduksi dampak negatif yang dapat timbul pada daerah Pantai Pangandaran, diantaranya adalah: 1. Mereduksi penggunaan karbon Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh wisatawan untuk mengurangi penggunaan karbon adalah sebagai berikut:
Menggunakan moda transportasi yang lebih ekologis. Moda transportasi pilihan yang terbaik adalah sepeda atau public transit (dengan bus atau odong-odong yang dipakai untuk berkeliling). Apabila memang mengharuskan diri memakai mobil pribadi, maka disarankan untuk tidak membiarkan mobil menyala tanpa digunakan lebih dari 30 detik. Selain itu, disarankan untuk selalu lakukan servis berkala untuk menjaga efisiensi emisi. Pantai Pangandaran memiliki tingkat biodiverstitas hayati yang tinggi. Emisi yang terlalu tinggi dapat membunuh beberapa jenis vegetasi dan fauna kecil.
Menggunakan alat elektronik seperlunya atau menggunakan alat-alat yang efisien terhadap energi. Mematikan alat elektronik apabila sudah tidak dipakai. Agar lebih mudah, dapat menggunakan power strip.
Menggunakan green electricity atau alat elektronik yang dapat di-charge dengan energi alternative seperti solar energy.
Akan lebih baik apabila wisatawan Pantai Pangandaran dapat turut menyumbang menanam pohon yang spesifik untuk mengurangi gas emisi CO2.
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
17
2. Mereduksi jejak terhadap makanan Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh wisatawan untuk mengurangi jejak terhadap makanan adalah sebagai berikut:
Memakan makanan dari bahan lokal, organik, dan tepat musim. Akan lebih baik apabila membeli bahan makanan dari pasar tradisional sehingga masih segar dan tidak memerlukan kulkas untuk menjaga kesegarannya.
Menghindari makanan dengan kemasan mengurangi limbah padat yang sulit terurai.
Mengurangi konsumsi daging. Menurut beberapa penelitian, terbukti bahwa 18% dari emisi gas terasosiasi dengan konsumsi daging.
Menghindari membuang makanan.
plastik
untuk
3. Mereduksi kebiasaan yang tidak ekologis Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh wisatawan untuk mengurangi kebiasaan yang tidak ekologis adalah sebagai berikut:
Menggunakan produk-produk biodegradable dan tidak beracun. Pembuangan bekas produk yang tidak biodegradable dapat mempengaruhi biota darat ataupun laut (mengingat buangan limbah cair akan mengarah ke laut).
Apabila ingin membuang sampah namun belum menemukan tempat sampah, maka akan lebih baik untuk mengantongi sampah tersebut hingga menemukan tempat sampah. Sampah juga lebih baik dipisah menjadi organik dan nonorganik. Masalah limbah menjadi concern utama pada Pantai Pangandaran mengingat banyaknya biota darat dan laut yang ada pada daerah ini. Pembuangan limbah yang tidak terkelola dengan baik tidak hanya merusak visual, tapi juga ekosistem alami.
Mendaur ulang semua limbah, baik limbah kertas, kaca, alumunium, plastik, bahkan elektronik.
Membeli produk daur ulang, terutama yang berlabel ‘postconsumer waste’.
Menghindari menggunakan shower terlalu lama. Hal ini tidak saja mengurangi penggunaan air, tetapi juga penggunaan energi.
Membiasakan diri untuk tidak membeli barang yang belum dibutuhkan dalam waktu dekat. Membeli barang-barang yang memang sangat dibutuhkan untuk menghindari adanya barangbarang yang dibuang begitu saja.
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
4.
18
KESIMPULAN
Ecological footprint atau yang dikenal dengan jejak kaki ekologis adalah suatu alat bantu dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan bumi dihubungkan dengan perilaku hidup manusia. Jejak kaki ekologis biasanya dinyatakan dalam satuan hektar, dan digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan dari bumi. Alat ukur ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia masih berada dalam batas daya dukung lingkungan (biokapasitas) ataukah sudah melewati batas tersebut. Jejak kaki ekologis memiliki empat kategori yaitu (1) karbon, yang terdiri dari konsumsi energi harian dan mobilitas atau transportasi, (2) rantai makanan, (3) akomodasi atau tempat berteduh, (4) goods and services atau barang dan jasa, yang terdiri dari kebiasaan dalam berekreasi. Dengan mengetahui jejak kaki ekologis, dapat diketahui apakah konsumen sudah memiliki perilaku konsumsi yang sesuai kapasitas bumi ataukah belum, dampak apa yang timbul dari perilaku hidup manusia, serta bagaimana cara untuk meminimalisasi dampak negatif yang timbul agar tercipta pariwisata yang berkelanjutan. REFERENSI Buku dan Jurnal Buckley, Ralf. (2004). Environmental Impacts of Ecotourism. Oxon, UK: CAB International Publishing. Dolnicar, Sara. (2010). Identifying Tourists With Smaller Environmental Footprints. Journal of Sustainable Tourism, 18 (6), 717-734. Ewing B., D. Moore, S. Goldfinger, A. Oursler, A. Reed, and M. Wackernagel. 2010. The Ecological Footprint Atlas 2010. Oakland: Global Footprint Network. Johnson, Peter Allan. (2003). Exploring The Ecological Footprint Of Tourism In Ontario. Thesis Master of Arts in Geography. Canada: University of Waterloo. Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Telapak Ekologis di Indonesia. Nainggolan, Sutrisari Sabrina. (2013). Etika & Nilai Lingkungan: "Jejak Ekologi". Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Oktavia, Rima. (2013). Etika & Nilai Lingkungan: "Jejak Ekologis" (Ecological Footprint). Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Erlis S., M. Isnaini, A. Jauhari. (2013). An Analysis of Tourist Carbon Footprint in Indonesia – The case of D.I. Yogyakarta. Malaysia. Sartika, Ika. Evaluasi Kebijakan Pemberdayaan Nelayan. Jakarta: Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Stefan G., C. Hansson, O. Ho¨rstmeier, S. Saggel. (2002). Ecological Footprint Analysis As A Tool To Assess Tourism Sustainability.
Veronika Joan Putri
PK 5202 Dampak Pariwisata
19
Surahmat, Raden. (2013). Etika & Nilai Lingkungan: Konsepsi Jejak Ekologis dan Etika Lingkungan. Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Veronika JP., M. Saspriatnadi. (2014). Analisis Dampak Fisik Pariwisata dan Ekowisata dengan Environmental Impact Assessment. Bandung: Tugas Dampak Pariwisata Program Pascasarjana Perencanaan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung. Wahyudi, Arie. (2013). Ecological Footprint. Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Wahyuni, Sri. (2013). Etika & Nilai Lingkungan: "Jejak Kaki Ekologis" (Ecological Footprint). Palembang: Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada. Wood, Megan Epler. (2002). Ecotourism: Principles, Practices and Policies for Sustainability. France: United Nation Publication. Yonvitner. Susilo, Setyo Budi. Rakasiwi, Galih, dkk. (2010). Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil Dengan Model Pendekatan Ecological Footprint (Kasus Di Pulau Wetar). Bogor PKSBL-IPB. Laman http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/15/analisis-footprint-pendekatan-baruuntuk-pengelolaan-sumber-daya-alam-berkelanjutan-74600.html (Diakses pada 12 Mei 2014) http://en.wikipedia.org/wiki/sustainable_tourism/ (Diakses pada 10 Mei 2014) http://eprints.undip.ac.id/40475/2/bab_2.pdf (Diakses pada 12 Mei 2014) http://febriansyah1089.blogspot.com/2013/03/jejak-ekologi-pribadi.html (Diakses pada 10 Mei 2014) http://firdharizki.blog.ugm.ac.id/2010/11/05/14/ (Diakses pada 28 Maret 2014) http://footprint.wwf.org.uk/ (Diakses pada 13 Mei 2014) http://komunitasnelayanpangandaran.blogspot.com/ (Diakses pada 28 Maret 2014) http://myfootprint.org (Diakses pada 13 Mei 2014) http://patanjala.wordpress.com/ (Diakses pada 28 Maret 2014) http://repository.library.uksw.edu/ (Diakses pada 10 Mei 2014) http://tabeatamang.wordpress.com/2013/04/10/konsep-pembangunan-pariwisataberkelanjutan/ (Diakses pada 10 Mei 2014) http://www.footprintnetwork.org/ (Diakses pada 13 Mei 2014) http://www.teachgeograf.blogspot.com/2012/05/makalah-ekologi-pariwisata/ (Diakses pada 10 Mei 2014)
Veronika Joan Putri