PENGARUH SISTEM E-PROCUREMENT DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN BARANG /JASA KABUPATEN BOGOR A.H. Rahadian dan Irman Gapur Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
[email protected] ABSTRACT. This study was conducted to analyze the Influence of e-Procurement System toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency; Analyzing the Influence of e-Procurement System toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency; and analyze the Influence of e-Procurement System and Competence together toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency. This study uses a quantitative explanatory method to determine how big influence the independent variables and the dependent variable and partial regression. The study population were Servant of the Office of Procurement of Goods/Services, representatives SKPD level Agency / Office and representatives of the Office of SKPD level in Bogor, bringing the total population of 516 people. Based on the formula can Slovin in 84 samples and each respondent was given a question as much as 51 statements using a Likert scale. Based on the results of data processing in obtained results are positive and significant the Influence of e-Procurement System toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency, there is a positive and significant the Influence of Competence toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency, and there is positive and significant the Influence of e-Procurement System and Competence together toward Performance of Procurement Services Office of Goods/Services in Bogor Regency.
ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan untuk Menganalisis besarnya pengaruh Sistem e-Procurement terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor; Menganalisis besarnya pengaruh kompetensi terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor; dan Menganalisis besarnya pengaruh Sistem e-Procurement dan kompetensi secara bersama-sama terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode explanatory kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas dan variabel terikat secara parsial dan berganda. Populasi penelitian adalah pegawai Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa, perwakilan SKPD setingkat Badan/Dinas dan perwakilan SKPD setingkat Kantor di Kabupaten Bogor, sehingga total populasi berjumlah 516 orang. Berdasarkan rumus Slovin di dapat 84 sampel dan setiap responden diberikan pertanyaan sebanyak 51 pernyataan dengan menggunakan skala likert. Berdasarkan hasil pengolahan data di peroleh hasil terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem e-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor, terdapat pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor, dan terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem e-Procurement dan Kompetensi secara bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor.
Penyelengaraan urusan pemerintah oleh Pemerintah Daerah yang dilaksanakan dengan asas otonomi daerah, esensinya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat, sesuai peraturan perundangundangan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, implementasi kebijakan layanan pengadaan barang dan jasa merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang dan jasa. Sejak 1
tahun 2003, dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, setiap instansi mulai diperbolehkan menggunakan teknologi informasi dalam pengadaan. Tahun 2004, melalui Instruktur Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Bappenas, Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian diperintahkan melalui uji coba pelaksanaan eprocurement untuk kemudian dipergunakan bersama instansi Pemerintah lainnya. Perkembangan selanjutnya melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2012 yang salah satu isinya adalah kewajiban pelaksanaan pengadaan secara elektronik (E-Procurement/E-Pro) untuk Kementrian/Lembaga/Instutisi. Pengadaan secara elektronik atau eprocurement adalah pengadaan Barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Implementasi e-procurement di Indonesia ditugaskan kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah (LKPP). LKPP mengembangkan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) berbasis free licence untuk diterapkan seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) mulai diterapkan pada tahun 2008 oleh 11 instansi dan tahun 2013 ini sudah 573 K/L/D/I (Kementerian/lembaga/daerah/instansi) yang memiliki LPSE. Mengacu kepada regulasi di atas pengadaan barang jasa di Kabupaten Bogor dilaksanakan oleh Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) sejak bulan Agustus tahun 2013 yang sesuai dengan sasaran strategis Kantor Layanan Barang dan Jasa Kabupaten Bogor tahun 2013-2018 yang telah ditetapkan yaitu presentase pemilihan penyedia barang/jasa melalui LPSE (100%). Sistem e-procurement bertujuan untuk membangun system yang dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan/kekeliruan dalam pengadaan
barang dan jasa, menghasilkan pengadaan barang dan jasa yang bernilai tinggi dengan biaya yang ekonomis melalui tahapan yang efektif dan efisien, melaksanakan proses pengadaan melalui persaingan yang sehat, terbuka dan transparan serta berkeadilan dengan menjunjung tinggi akuntabilitas. Pengadaan barang jasa di Kabupaten Bogor dilaksanakan oleh Kantor Layanan Pengadaaan Barang dan Jasa yang bertujuan untuk membangun sistem yang dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan/kekeliruan dalam pengadaan barang dan jasa, menghasilkan pengadaan barang dan jasa yang bernilai tinggi dengan biaya yang ekonomis melalui tahapan yang efektif dan efisien, melaksanakan proses pengadaan melalui persaingan yang sehat, terbuka dan transparan serta berkeadilan dengan menjunjung tinggi akuntabilitas, serta menerapkan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor secara menyeluruh dengan sistem eprocurement. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa, dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pembantukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/jasa, maka layanan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh Kantor Layanan Pengadaaan Barang dan Jasa perlu mengedepankan asas Efesien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Efektif, berati pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya sesuai sasaran yang ditetapkan. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa yang harus terbuka bagi penyedia barang dan jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persingan yang sehat diantara penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi syarat tertentu berdasarkan ketentuan prosedur yang jelas dan transparan. Transparan, berarti semua 2
ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang dan jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang dan jasa, yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya. Adil tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakukan yang sama bagi semua calon penyedia barang dan jasa dan tidak mengarah untuk mengarah, untuk member keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan alasan apapun. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa. Namun, kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa dalam menghadapi perubahan sistem layanan pengadaaan barang dan jasa kurang sesuai harapan, hal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, Target dan Realisasi e-Procurenment pada Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Kabupaten Jasa menunjukkan 18 Organisasi Perangkat Daerah yang paket pengadaannya gagal lelang. Untuk tahun 2013 dari 999 kegiatan lelang yang tidak tercapai sejumlah 23 kegiatan (2,30%) dan untuk tahun 2014 dari 1273 kegiatan lelang yang tidak tercapai sejumlah 68 kegiatan (5,50%). Hal ini menunjukkan walaupun bertambahnya kegiatan pengadaan barang dan jasa pada tahun 2014, namun terdapat kegiatan yang gagal lelang yang meningkat dari tahun 2013. Kurang kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa, disebabkan : 1. Belum siapnya komitmen diantara Para Pejabat baik pada level pejabat unit pelaksana pengadaan barang / jasa maupun pejabat dari satuan kerja perangkat daerah dalam menyusun Rencana Umum Pengadaan sesuai dengan kebutuhan; 2. Masih ada sebagian pejabat yang berusaha memecah satu jenis pekerjaan menjadi
beberapa paket pekerjaan tanpa mempertimbangkan efisien dan efektif; 3. Masih ada beberapa paket pekerjaan yang dilaksanakan terlebih dahulu akan tetapi proses kualifikasi penyedia barang/jasa disampaikan menyusul; 4. Adanya hasil pekerjaan yang tidak berfungsi (peralatan dan bangunan yang belum dioperasionalkan); Adanya skenario diluar rencana awal yang dipersiapkan untuk sengaja menunjuk penyedia melalui sistem pengadaan langsung. Beberapa penyebab berkurangnya kinerja diakibatkan karena pelaksanaan SPSE secara nasional yang baru berjalan sekitar satu tahun memerlukan kesiapan Kantor Layanan Barang dan Jasa dalam menghadapi perubahan sistem layanan barang dan jasa dengan aplikasi e-procurement, melalui sistem pengadaan barang/jasa pemerintah yang dikelola secara elektronik berbasis web serta mengoptimalkan fungsi-fungsi perencanaan yang dilaksanakan oleh perencana. Penyebab lain sistem e-procurement berpangaruh terhadap Kinerja Kantor Layanan Barang dan Jasa, karena adanya permasalahan pada rekanan yang belum pernah menggunakan sistem elektronik dan tidak memahami dalam pengadaan barang/jasa sehingga menghambat proses layanan. Selanjutnya dalam pelaksanaannya pada sistem aplikasi, saat digunakan untuk proses pengadaan barang/jasa, server error bahkan bisa sampai mati yang mengakibatkan traffic jam, hal tersebut karena kelebihan kapasitas serta banyaknya instansi yang menggunakan sistem aplikasi tersebut. Selain itu juga sistem komputer untuk eProcurement sering macet di saat menjelang deadline tender, hal ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya aplikasi yang masuk dikarenakan para peserta lelang menunggu hingga menjelang batas akhir waktu penawaran dalam memasukkan aplikasi karena takut penawarannya dibocorkan ke pihak lain.
3
Tabel 1 Target dan Realisasi e-Procurenment yang Gagal Lelang pada Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Kabupaten Bogor
Adanya pengaruh Sistem eprocurement berpengaruh terhadap Kinerja Kantor Layanan Barang dan Jasa di Kabupaten Bogor, sependapat dengan penelitian Astuti dan Zunaidah (2012) yang menyatakan sistem pengadaan barang/jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Sejalan dengan meningkatnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya, maka akan semakin diikuti peningkatan belanja barang dan jasa. Peningkatan belanja barang/jasa ini akan diikuti juga dengan pembenahan kompetensi pegawai layanan pengadaaan barang dan jasa harus berlandaskan pada Peraturan Presiden 2
Republik Indonesia (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 yang menyebutkan Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki keahlian Pengadaaan Barang/Jasa yang melaksanakan pengadaan Barang/Jasa. Selanjutnya sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah yang dikeluarkan Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Permasalahannya layanan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh pegawai kurang sesuai harapan. Hambatan tersebut timbul, seperti kurangnya jumlah personil yang memiliki sertifikasi pengadaan barang/jasa. Sehingga kualitas barang/jasa yang dilaksanakan oleh pemenang tender tidak sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Hal ini karena kurangnya kapabilitas dan pengetahuan pada pegawai dalam melaksanakan tugas pelayanan barang dan jasa yang mampu mengakomodasi seluruh rencana pangadaan barang dan jasa menjadi sistem yang terpadu, kemampuan pegawai dalam menyampaikan laporan hasil lelang dengan tepat waktu, serta kemampuan pada penyusunan laporan akuntabilitas. Selain itu, kondisi pegawai Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa kurang didukung oleh kompetensi seperti latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan pekerjaan, sehingga pengadaan barang dan jasa kurang berlangsung optimal. Adanya pengaruh kompetensi berpengaruh terhadap Kinerja Kantor Layanan Barang dan Jasa di Kabupaten Bogor, sependapat dengan penelitian Cholik (2014) yang menyatakan kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja layanan Pengadaan Barang/Jasa. Aktualisasi kompetensi pegawai kurang sesuai dengan sesuai dengan kompetensi profesi dan sikap kerja pegawai pada penerapan Prinsip-prinsip Pengadaan dan Etika Pengadaan yaitu untuk mencegah terjadinya praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat menyebabkan kerugian Negara; dan memperlemah pencapaian efektivitas kegiatan pengadaan barang dan
jasa pemerintah. Lemahnya kompetensi Pegawai pelaksana kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan adanya desakan kepentingan tertentu yang menyebabkan proses pengadan barang dan jasa pemerintah menjadi tidak transparan dan cenderung diskriminatif. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengaktualisasikannya dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem eProcurement dan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor”. Perumusan Masalah Dengan pembatasan masalah yang ditetapkan, rumusan masalah penelitian ini diajukan dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh Sistem eProcurement terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor? 2. Seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor? 3. Seberapa besar pengaruh Sistem eProcurement dan kompetensi secara bersama-sama terhadap kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor? Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Manfaat akademis yang diharapkan, bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Administrasi Publik, dan berguna sebagai referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian atas permasalahan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Bogor yang dipengaruhi oleh sistem eprocurement dan kompetensi. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan untuk penulis adalah dari hasil penelitian serta pengetahuan dan pengalaman dapat lebih memperkuat pemahaman pada disiplin Ilmu Administrasi Publik. Manfaat praktis untuk para pihak, terutama pimpinan Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten 2
Bogor, hasil penelitian menjadi suatu rekomendasi masukan yang berguna meningkatkan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor melalui peningkatan sistem e-procurement dan kompetensi.
tersebut yang biasanya menggunakan teknologi informasi yang berupa electronic goverment dengan mempergunakan media web sebagai penyampaian informasi, sehingga pengguna informasi mendapatkan nilai dan arti serta manfaat sebagai pemenuhan kebutuhanya, baik untuk keperluan lingkungan Instansi pemerintahan maupun masyarakat.
KAJIAN LITERATUR Sistem Informasi Harbani Pasolong (2010: 150) mengemukakan istilah sistem berasal dari kata Yunani yaitu Systema yang mempunyai pengertian (1) suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian; (2) hubungan yang berlangsung diantara satuansatuan atau komponen secara teratur. Menurut Jogiyanto (2009: 11) menjelaskan sistem informasi adalah: Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi menurut Jogiyanto adalah suatu sistem yang ada dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar dengan laporanlaporan yang diperlukan. Sependapat di atas, Davis (dalam Hasibuan, 2006:25) mendefinisikan: Informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang akan datang Dengan kajian tersebut secara keseluruhan dapat penulis menyimpulkan bahwa sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi dilingkungan pemerintah yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran atau pendistribusian informasi. Pengertian di atas diketahui bahwa untuk menyampaikan informasi agar proses penyampaian informasi dengan lebih cepat, akurat kepada para pengguna informasi
Kompetensi Menurut Rivai dan Sagala (2011:298) mendefinisikan kompetensi pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, keterampilan, kemampuan. Sejalan tersebut Prayitno dan Ahmad (2006:22) mendefinisikan kompetensi, sebagai berikut: Kompetensi didefinisikan sebagai aspek pribadi dari seorang pegawai yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspekaspek pribadi termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Rivai dan Sagala mendefinisikan kompetensi sebagai sesuatu yang ada di diri pegawai dan berpotensi untuk mencapai kinerja yang super/terbaik. Lebih jauh, McClelland (dalam Rivai dan Sagala, 2011:299) mendefiniskan: Kompetensi (competency) sebagai karakter yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat memprediksikan, kinerja yang sangat baik. Menurut McClelland berpendapat bahwa kompetensi adalah sifat yang mendasar yang dimiliki oleh pegawai untuk mengahasilkan kinerja yang baik. Sejalan di atas, McClelland (dalam Rivai dan Sagala, 2011:300) memperinci masing-masing kompetensi sebagai berikut: (1) Keterampilan: keahlian/kecakapan melakukan sesuatu dengan baik. (2) Pengetahuan: informasi yang dimiliki/dikuasai seseorang dalam bidang tertentu. (3) Peran sosial: citra yang diproyeksikan seseorang kepada orang lain (the outher self). (4) Citra diri: persepsi individu tentang dirinya (the inner self). (5) Trait: karakteristik yang relatif konstan pada tingkah laku seseorang. (6) Motif: pemikiran 3
atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku. Contoh ingin selalu dijargai, dorongan untuk mempengaruhi orang lain. Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Mangkunegara (2011: 67) menjelaskan tentang istilah kinerja, yaitu: Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pengertian umum mengenai kinerja menurut Mangkunegara adalah hasil kerja yang di capai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Mahmudin (2006: 25) yang mengemukakan bahwa: Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang teruang dalam stategic planning suatu organisasi. Menurut Moeheriono (2010: 63). Dalam suatu organisasi dikenal ada 3 (tiga) jenis kinerja yang dapat dibedakan, yaitu: (1) Kinerja operasional (operating performance). Kinerja ini berkaitan dengan efektivitas
penggunaan setiap sumber daya yang digunakan oleh perusahaan. (2) Kinerja administrative (administrative performance). Kinerja ini berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi, termasuk di dalamnya struktur administratif yang mengatur hubungan otoritas wewenang dan tanggungjawab dari yang menduduki jabatan. Selain itu, berkaitan dengan kinerja mekanisme aliran informasi antarunit kerja dalam organisasi. (3) Kinerja strategik (strategic performance). Kinerja ini berkaitan atas kinerja perusahaan dievaluasi ketepatan perusahaan dalam memilih lingkungannya dan kemampuan adaptasi perusahaan, khususnya secara strategi perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kuantitatif yang dilakukan dengan analisis data kuantitatif. Selanjutnya, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatory (explanatory research). Model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
є x1 Pyx1 Pyx1,2
Y
Pyx2
x2 Gambar 1 Model Penelitian Keterangan : X1 = X2 = Y = Є = p yx1 = p yx2 = p yx1x2 =
Sistem E-Procurement Kompetensi Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Faktor-faktor lain di luar X1 dan X2 yang mempengaruhi Koefisien korelasi X1 dan Y Koefisien korelasi X2 dan Y Koefisien korelasi X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y 4
variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa terlihat pada tabel kisi-kisi operasional variabel di bawah ini:
Operasionalisasi Variabel Penelitian Operasionalisasi variabel Sistem EProcurement, variabel Kompetensi, dan
Tabel 2 Kisi-kisi Operasional Variabel Penelitian Rujukan Teori
Jogiyanto (2009: 11)
Variabel
Dimensi
Indikator
Sistem e- a. Pengetahuan procuremen t X1
Jml
1.1 Keterpaduan Kerja 1.2 Kejelasan Informasi 1.3 Kerjasama 1.4 Integritas Kerja 1.5 Waktu penyelesaian
1 2 3 4 5
5
b.
Operasi manajerial
2.1 Tujuan Informasi 2.2 Sasaran Informasi 2.3 Koordinasi Informasi 2.4 Pengendalian Informasi 2.5 Pengawasan Informasi
6 7 8 9 10
5
c.
Strategi
3.1 Strategi Tujuan 3.2 Strategi Sasaran 3.3 Strategi Informasi 3.4 Strategi Pengendalian 3.5 Strategi Pengawasan.
11 12 13 14 15
5
1.1 Keterampilan teknis barang 1.2 Keterampilan teknis jasa 1.3 Keterampilan spesifikasi barang/jasa 1.4 Keterampilan estimate biaya
1 2 3
4
4
4
2.1 Pengetahuan Pengadaan Barang 2.2 Pengetahuan pengadaan jasa 2.3 Pengetahuan pendataan barang/jasa 2.4 Pengetahuan mengevaluasi
6
Kompetensi a. Keterampilan Pegawai McClelland (dalam Rivai dan Sagala, 2011:300)
Item
X2
b.
c.
d.
Pengetahuan
Peran sosial
3.1 Keselarasan kerja 3.2 Integritas kerja 3.3 Keharmonisan kerja 3.4 Hubungan kerja
Citra diri
4.1 Kepercayaan diri 4.2 Penampilan kerja 2
5
7 8 9 10 11 12
4
13 14 15 16
4
Rujukan Teori
Variabel
Dimensi e.
f.
Indikator
Trait
4.3 Etika kerja 4.4 Konsistensi kerja 5.1 Ketenangan 5.2 Potensi diri 5.3 Kejujuran 5.4 Semangat kerja
Motif
Item
Jml
17 18 19 20
4
21
4
22 6.1 Motif bekerjasama dengam pimpinan 6.2 Motif bekerjasama antar pegawai 6.3 Partisipatif 6.4 Motif berprestasi
Moeheriono (2010: 63)
Kinerja a. Kinerja Kantor operasional Layanan (operating Pengadaan performance) Barang/Jasa b. Kinerja administrative Y (administrativ e performance)
c. Kinerja strategik (strategic performance)
23 24
1.1 Dukungan anggaran 1.2 Dukungan SDM 1.3 Dukungan Teknologi 1.4 Dukungan kebijakan
1 2 3 4
4
2.1 Pengadaan barang/jasa 2.2 Penilaian barang/jasa 2.3 Pengelolaan administrasi barang/jasa 2.4 Verifikasi pertangungjawaban
5 6 7
4
3.1 Strategi mencapai tujuan 3.2 Strategi mencapai sasaran 3.3 Strategi penyusunan program kerja 3.4 Strategi kegiatan Pengadaan barang/jasa
9 10
8
4
11 12
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Teknik pengambilan sampel mengunakan rumus slovin. N n 1 N(e) 2
Teknik Sampling 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh 28 pegawai Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa beserta 476 orang perwakilan SKPD setingkat Badan/Dinas dan 12 orang perwakilan SKPD setingkat Kantor di Kabupaten Bogor, sehingga total populasi berjumlah 516 orang.
di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian 10%.
2. Sampel Penelitian Arikunto (2009: 117) menyatakan “Sampel penelitian adalah sebagian dari 2
n
N 1 N(e)
2
516 1 516(0,1) 2
2. H02 : b02 = 0; tidak ada pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Ha2 : ba2 # 0; terdapat pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Jika sig < α = 0,05, maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. 3. H03 : b1 = b2 = 0; tidak ada pengaruh positif dan signifikan Sistem eProcurement dan Kompetensi secara bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Ha3 : salah satu atau kedua b ≠ 0; terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem e-Procurement dan Kompetensi secara bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Jika sig < α = 0,05, maka H03 ditolak dan Ha3 diterima (Tabel Anova)
516 516 516 = 83.76 1 5.16 6.16 1 516(0,01)
dibulatkan 84 orang Berdasarkan hasil penggunaan rumus Slovin maka diketahui jumlah sampel 84 yang menjadi sumber data primer. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan Program SPSS 21.0 for Window, untuk melakukan pengujian sebagai berikut: (1) Uji Kualitas Data; (2) Teknik Analisis Data; (3) Uji Persyaratan Analisis; (4) Pengujian Kriteria Statistik; dan (5) Uji Hipotesis. Uji Hipotesis Secara konseptual menghasilkan rumusan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. H01 : b01 = 0; tidak ada pengaruh positif dan signifikan Sistem eProcurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Ha1 : ba1 # 0; terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem e-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Jika sig < α = 0,05, maka H01 ditolak dan Ha1 diterima.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Karakteristik responden menurut jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Karakteristik Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin No Pertanyaan Alternatif Jawaban 1 Jenis Kelamin Laki – laki 2 Perempuan Total Sumber: Karakteristik Responden Penelitian Tabel di atas menunjukkan 60 responden atau 71,43% menurut jenis kelamin adalah laki-laki, sedangkan perempuan berjumlah 24 responden atau 28,57%, Kondisi responden penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih dominan
Jumlah 60 24 84
(%) 71,43 28,57 100
dalam memberikan jawaban pada penelitian ini. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Karakteristik Responden Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Formal No Pertanyaan Alternatif Jawaban Jumlah (%) 2
1 2 3 4 5
Pendidikan Formal
SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademi/ D3 Sarjana/Strata 1 Magister/Strata 2 Total
37 10 35 2 84
44,05 11,9 41,67 2,38 100
Sumber: Karakteristik Responden Penelitian Tabel di atas dapat menunjukkan 35 responden atau 41,67% dari jumlah responden penelitian berlatar belakang pendidikan tinggi Sajana/S1 dan sebanyak 2 responden atau 2,38% penelitian berlatar belakang Magister/S2, 37 responden atau 44,05% berlatar belakang pendidikan SLTA/Sederajat, dan 10 responden atau 11,9% berlatar belakang pendidikan Akademi/D3. Kondisi karakteristik responden penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal karakteristik para
responden yang memberikan jawaban dapat dianggap cukup representatif untuk mengungkapkan masalah yang dijadikan objek penelitian secara objektif. Dengan demikian pertanyaaan yang diajukan untuk menggali masalah yang dijadikan objek penelitian masuk kepada pihak yang layak dianggap dapat merepresentasikan objek penelitian secara kritis dan objektif. Karakteristik responden menurut kelompok usia dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Usia No Alternatif Jawab Pertanyaan 1 Di bawah ≤ 30 tahun 2 Kelompok Usia 31 sampai dengan 40 tahun 3 ≥ 40 tahun
Jumlah 25 30 29 Total 84
(%) 29,76 35,71 34,53 100
Sumber: Karakteristik Responden Penelitian Dari data di atas terungkap bahwa sebagian besar responden penelitian 30 atau 35,71% dari jumlah sampel berusia 31 sampai dengan 40 tahun. Kelompok usia ini dapat dianggap sebagai para pihak yang telah matang dalam memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan di Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa.
Procurement, Kompetensi, dan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r Tabel sebesar 0,213. Interpretasinya valid. Hasil valid tersebut bermakna bahwa indikator-indikator penelitian dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengukur Sistem EProcurement, Kompetensi, dan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Selanjutnya, Hasil pengujian reliabilitas:
1.
Uji Kualitas Data Hasil penghitungan koefisien validitas seluruh item Instrumen penelitian Sistem ETabel 6 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Reliability Statistics N of Cronbach's Items Alpha 2
Cut off
Keputusan
Sistem E-Procurement (X1) Kompetensi (X2) Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa (Y) Sumber: Diolah dari hasil penelitian
15 24 12
Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha semua variabel lebih besar dari nilai 0,60. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua kuesioner dalam penelitian ini reliabel atau konsisten, dalam mengukur masing-masing variabelnya, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
0,734 0,784 0,687
0,60 0,60 0,60
Reliabel Reliabel Reliabel
nomer kelas keempat sebanyak 34 responden atau 40,47% dan skor di atas rata-rata dari nomer kelas keenam sampai nomer kelas ketujuh sebanyak 36 responden atau 42,86%. Instrumen Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa, skor rata-rata sebesar 41,40 sebanyak 14 responden atau 16,67%, skor di bawah rata-rata dari nomer kelas kesatu sampai nomer kelas ketiga sebanyak 29 responden atau 34,52% dan skor di atas rata-rata dari nomer kelas kelima sampai nomer kelas ketujuh sebanyak 41 responden atau 48,81%.
2.
Teknik Analisis Data Penyusunan distribusi frekuensi menurut aturan Sturges, didapat hasil: Instrumen Sistem E-Procurement, skor rata-rata sebesar 53,25 sebanyak 19 responden atau 22,62%, skor di bawah ratarata dari nomor kelas kesatu sampai nomor kelas ketiga sebanyak 26 responden atau 30,95% dan skor di atas rata-rata dari nomer kelas kelima sampai nomor kelas ketujuh sebanyak 39 responden atau 46,43%. Instrumen Kompetensi, skor di bawah rata-rata dari nomer kelas kesatu sampai
3.
Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas data residual dengan Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut:
Grafik 1 Grafik Histogram Normalitas Data Berdasarkan uji normalitas model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi pengaruh Sistem E-Procurement dan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa menunjukkan pola distribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
regresi pengaruh Sistem E-Procurement dan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa menunjukkan pola distribusi normal. b. Uji Linieritas
2
Uji linieritas model regresi antara variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel
terikat Y dengan melihat grafik scatterplot.
Grafik 2 Hasil Uji Linieritas Berdasarkan grafik tersebut di atas, terlihat sebaran data membentuk arah garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh Sistem E-Procurement dan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mempunyai bentuk yang linier. Oleh karena itu asumsi model regresi harus linier terpenuhi.
Barang/Jasa (Y) tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas. e. Uji Heteroskedastisitas Dasar analisisnya, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Grafik 3). Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan demikian asumsi yang menyatakan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas dapat dipenuhi.
c. Uji Autokorelasi Hasil pengujian diketahui nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,942. Oleh karena nilai DW berada di atas 1 dan lebih kecil dari 3 atau 1 < 1,942 < 3, maka tidak ada autokorelasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ganda antara variabel bebas Sistem EProcurement (X1), dan Kompetensi (X2), terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa (Y) tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Multikolinieritas Hasil pengujian diketahui nilai VIF berada di bawah angka 10 atau 2,563 untuk semua variabel bebas. Demikian pula, nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau memiliki nilai 0,390, untuk semua variabel bebas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi antara variabel bebas Sistem EProcurement (X1), dan Kompetensi (X2) terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan
4.
Pengujian Kriteria Statistik a. Pengaruh Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan pengolahan statistik dengan program SPSS 21 for windows diperoleh hasil :
2
Grafik 3 Scatterplot Heteroskedastisitas Sumber: Diolah dari hasil penelitian Tabel 7 Hasil pengukuran koefisien korelasi dan koefisien determinasi Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a 1 .741 .549 .544 4.266 a. Predictors: (Constant), Sistem E-Procurement Sumber: Diolah dari hasil penelitian Hasil pengukuran koefisien korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang terjalin di antara variabel Sistem E-Procurement dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,741 yang diinterpretasikan kuat karena terletak antara 0,600 sampai dengan 0,800. (Tabel intrepretasi nilai r) Selanjutnya, Koefisien korelasi ini terbilang positif dan sangat signifikan. Artinya, di antara variabel Sistem EProcurement dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas. Hasil penghitungan statistik Koefisien Determinasi (r2) atau R square diketahui bahwa Koefisien Determinasi di antara variabel Sistem E-Procurement dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,549. Artinya, 54,9% keragaman Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa dapat dijelaskan dari variabel Sistem E-Procurement, dan atau
besaran kontribusi variabel Sistem EProcurement terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 54,9%. Sisanya sebesar 45,1% merupakan kontribusi faktor-faktor lain terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa, namun tidak diteliti.(tabel *). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persamaan regresi sederhana Ŷ = 8,763 + 0,613X1. Hasil pengukuran persamaan regresi sederhana menunjukkan bahwa pengaruh variabel Sistem E-Procurement terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai (b) = 0,613. Koefisien regresi ini terbilang positif, dan signifikan, serta bermakna: Apabila Sistem EProcurement ditingkatkan atau meningkat, maka peningkatan Sistem E-Procurement tersebut akan diikuti dengan peningkatan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa.
1
Tabel 8 Hasil Pengukuran Koefisien Regresi Sederhana Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Coefficientsa Model Unstandardized Standardize t Sig. Coefficients d Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 8.763 3.299 2.656 .009 1 Sistem E-Procurement .613 .061 .741 9.994 .000 a. Dependent Variable: Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Sumber: Diolah dari hasil penelitian
b. Pengaruh Kompetensi Kinerja Kantor Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan pengolahan statistik dengan program SPSS 21 for windows diperoleh hasil sebagai berikut:
Terhadap Layanan
Tabel 9 Hasil pengukuran koefisien korelasi dan koefisien determinasi Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a 1 .718 .515 .509 4.423 a. Predictors: (Constant), Kompetensi Sumber : Diolah dari hasil penelitian Hasil pengukuran koefisien korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang terjalin di antara variabel Kompetensi dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,718 yang diinterpretasikan sangat kuat karena terletak antara 0,600 sampai dengan 0,800. (Tabel intrepretasi nilai r) Selanjutnya, Koefisien korelasi ini terbilang positif, signifikan dan kuat. Artinya, di antara variabel Kompetensi dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas. Berdasarkan hasil penghitungan statistik Koefisien Determinasi (r2) atau R square diketahui bahwa Koefisien Determinasi di antara variabel Kompetensi dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,515. Artinya, 51,5% keragaman Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa dapat
dijelaskan dari variabel Kompetensi, dan atau besaran kontribusi variabel Kompetensi terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 51,5%. Sisanya 48,5% merupakan kontribusi faktorfaktor lain terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa, namun tidak diteliti. (tabel 10) Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persamaan regresi sederhana Ŷ = 1,359 + 0,455X2. Hasil pengukuran persamaan regresi sederhana ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel Kompetensi terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai (b) = 0,455. Koefisien regresi ini terbilang positif, kuat dan signifikan, serta bermakna: Apabila Kompetensi ditingkatkan atau meningkat, maka peningkatan tersebut akan diikuti dengan peningkatan Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. 2
Tabel 10 Hasil Pengukuran Koefisien Regresi Sederhana Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1.359 4.316 .315 .754 1 Kompetensi .455 .049 .718 9.338 .000 a. Dependent Variable: Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan pengolahan statistik c. Pengaruh Sistem E-Procurement dengan program dan Kompetensi secara bersamaSPSS 21 for windows diperoleh sama terhadap Kinerja Kantor hasil sebagai berikut: Layanan Pengadaan Barang/Jasa Tabel 11 Hasil Pengukuran Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi Ganda Sistem EProcurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a 1 .774 .599 .589 4.049 a. Predictors: (Constant), Kompetensi, Sistem E-Procurement b. Dependent Variable: Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Sumber: Diolah dari hasil penelitian Hasil pengukuran koefisien korelasi ganda menunjukkan bahwa hubungan yang terjalin di antara variabel Sistem EProcurement dan Kompetensi secara bersamasama dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,774 yang diinterpretasikan cukup tinggi karena terletak antara 0,600 sampai dengan 0,800. (Tabel intrepretasi nilai r) Selanjutnya, Koefisien korelasi ini terbilang positif, sangat kuat dan signifikan. Artinya, di antara variabel Sistem EProcurement dan variabel Kompetensi secara bersama-sama dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas. Berdasarkan hasil penghitungan statistik Koefisien Determinasi (r2) atau R
square diketahui bahwa Koefisien Determinasi di antara variabel Sistem EProcurement dan variabel Kompetensi secara bersama-sama dengan variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 0,599. Artinya, 59,9% keragaman Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa dapat dijelaskan dari variabel Sistem E-Procurement dan variabel Kompetensi, dan atau besaran kontribusi variabel Sistem E-Procurement dan variabel Kompetensi secara bersama-sama terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai 59,9%. Sisanya sebesar 40,1% merupakan kontribusi faktor-faktor lain terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa namun tidak diteliti.
Tabel 12 1
Hasil Pengukuran Koefisien Regresi Ganda Sistem E-Procurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Coefficientsa Model Unstandardized Standardize t Sig. Coefficients d Coefficients B Std. Beta Error (Constant) 1.134 3.951 .287 .775 Sistem E.383 .093 .462 4.105 .000 1 Procurement Kompetensi .226 .071 .357 3.166 .002 a. Dependent Variable: Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Sumber: Diolah dari hasil penelitian Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil persamaan regresi ganda Ŷ = 1,134 + 0,383X1 + 0,226X2. Hasil pengukuran persamaan regresi ganda menunjukkan bahwa pengaruh variabel Sistem EProcurement terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai (b1) = 0,383 dan pengaruh variabel Kompetensi terhadap variabel Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa mencapai (b2) = 0,226. Hasil penghitungan persamaan regresi ganda itu diketahui bahwa kontribusi pengaruh variabel Sistem E-Procurement lebih besar dari kontribusi pengaruh variabel Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa.
Nilai Sig sebesar 0,000. Karena sig < α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian teruji bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem EProcurement dan Kompetensi secara bersamasama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian merujuk pada hasil analisis data kuantitatif yang meliputi hasil pengukuran dan pengujian tiga hipotesis, dijelaskan sebagai berikut: 1. Hasil Pengaruh Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Hasil uji hipotesis dan perhitungan data statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara Sistem E-Procurement dengan Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 0,741 dan sedangkan besarnya Pengaruh Sistem EProcurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 54,9% sisanya sebesar 45,1% merupakan kontribusi faktor-faktor lain terhadap variabel, namun tidak diteliti. Secara kausalitas Pengaruh Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 0,613 yang ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana Ŷ = 8,763 + 0,613X1. Hasil analisis dapat diinterprestasikan bahwa Sistem E-Procurement melakukan suatu tugas yang dilandasi atas keterampilan
5. Uji Hipotesis Hasil Uji Hipotesis Pertama Nilai Sig sebesar 0,000. Karena sig < α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian teruji bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem EProcurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Hasil Uji Hipotesis Kedua Nilai Sig sebesar 0,000. Karena sig < α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian teruji bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Hasil Uji Hipotesis Ketiga 2
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan yang meliputi: pengetahuan, operasi manajerial dan strategi. Seperti yang dikemukakan oleh Jogiyanto (2009: 11) menjelaskan pentingnya Sistem E-Procurement. Temuan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Pernyataan hasil penelitian sejalan dengan penelitian dari Safelia dan Rita (2012) yang menyatakan pengaruh positif dan signifikan sistem terhadap kinerja. Dari konsep penelitian mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, namun adanya perbedaan pada penjelasan pada deskriptif kuantitatif yang kurang dijelasakan secara rinci. Selain itu adanya perbedaan pada uji persyaratan analisis yang hanya mempergunakan uji validitas dan reliabilitas, sedangkan peneliti mempergunakan uji asumsi klasik yang dilengkapi dengan uji normalitas, uji linearitas, uji Multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan yang meliputi: keterampilan, pengetahuan, peran social, citra diri, trait dan motif. Seperti yang dikemukakan oleh McClelland (dalam Rivai dan Sagala, 2011: 300) menjelaskan pentingnya Kompetensi. Temuan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Pernyataan hasil penelitian sejalan dengan penelitian dari Cholik (2012) yang menyatakan pengaruh positif dan signifikan kompetensi terhadap kinerja. Dari konsep penelitian mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut sudah dijelaskan secara deskriptif yang mempergunakan uji asumsi klasik/uji persyaratan analisis serta menjelaskan adanya hubungan kausalitas. 3. Hasil Pengaruh Sistem E-Procurement dan Kompetensi secara bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Hasil uji hipotesis dan perhitungan data statistik diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Sistem EProcurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Untuk besarnya hubungan Sistem EProcurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama dengan Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor secara bersama-sama sebesar 0,774 yang menunjukkan hubungan tersebut sangat kuat. Sedangkan besarnya pengaruh Sistem EProcurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 59,9% sisanya sebesar 40,1% merupakan kontribusi faktor-faktor lain terhadap variabel, namun tidak diteliti. Secara kausalitas Pengaruh Sistem EProcurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 0,388 untuk Sistem EProcurement dan sebesar 0,226 untuk Kompetensi. Garis persamaan regresi
2. Hasil Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Hasil uji hipotesis dan perhitungan data statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara Kompetensi dengan Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 0,718 dan sedangkan besarnya pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 51,5% sisanya sebesar 48,5% merupakan kontribusi faktor-faktor lain terhadap variabel, namun tidak diteliti. Secara kausalitas pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 0,455 yang ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana Ŷ = 1,359 + 0,455X2. Hasil analisis dapat diinterprestasikan bahwa Sikap Kerja merupakan kemampuan melakukan suatu tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung 2
berganda ditunjukan pada Ŷ = 1,134 + 0,388X1 + 0,226X2. Temuan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Pernyataan hasil penelitian sejalan dengan penelitian dari Astuti dan Zunaidah (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan Sistem Pengadaan Barang/Jasa dan Kompetensi terhadap kinerja. Dari konsep penelitian mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut sudah dijelaskan secara deskriptif yang mempergunakan uji asumsi klasik/uji persyaratan analisis serta menjelaskan adanya hubungan kausalitas.
1. Kepada Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor, disarankan: a. Melakukan sosialisasi proses pengadaan barang/jasa Sistem E-Procurement terutama bagi penyedia barang/jasa dan OPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor. b. Meningkatkan dan menetapkan standar kompetensi dengan cara Bimbingan Teknis atau Diklat secara berkala sehingga dapat meningkatkan kemampuan semua pegawai Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. 2. Kepada Pegawai di Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor, disarankan: a. Melakukan peningkatan Kompetensi dengan mengikuti diklat Teknis, diklat fungsional, maupun Bimtek Pengadaan barang/jasa diantaranya Diklat Calon Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pertama, Diklat Calon Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Muda, Diklat Calon Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Madya, diklat Etika Pengadaan Barang/Jasa, Bimtek pengelolaan sengketa hukum kontrak pengadaan barang/jasa dan diklat/bimtek lainnya. b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam peraturan yang berhubungan dengan dunia pengadaan barang/jasa misalnya undang-undang anti korupsi, undang-undang jasa konstruksi, dan peraturan pelaksana lainnya sehingga dapat meningkatkan peran sosial, citra diri, trait dan motif pada diri pribadi pegawai pengadaan barang/jasa
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di dapat simpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pengaruh Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Besarnya pengaruh Sistem E-Procurement terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 54,9%. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Besarnya pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 51,5%. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Sistem E-Procurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama dengan Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor. Besarnya pengaruh Sistem E-Procurement dan Kompetensi Secara Bersama-sama terhadap Kinerja Kantor Layanan Pegadaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor sebesar 59,9%.
DAFTAR PUSTAKA Buku Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pemerintah Daerah-Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Anggara, Sahya. 2012. Ilmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Setia.
Saran Berdasarkan simpulan yang diperoleh dapat disusun saran-saran sebagai berikut : 3
Atmosudirdjo, Prajudi. 1990. Dasar-dasar Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. Badrudin. 2014. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta. Dharma, Surya. 2002. Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Amara Books Fathoni, H. Abdurrahmat, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta. Hasibuan, Malayu SP. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara. Hayadi.F.Kristiani. 2006. Analisis Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan Antenatal di Bengkulu Selatan. KMPK, WPS N0 11 April 2007 Yogyakarta. Hutapea, Parulian, Nurianna Thoha. 2008. Kompetensi Plus, Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis. Jakarta: Gramedia. Indrajat, Richardus Eko. 2004. Kajian Strategis Analisa Cost-Benefit Investasi Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi. Jogiyanto, HM.1995, Analisis & Disain Sistem Informasi:Pendekatan Terstruktur. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Kadarisman. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Keban, Yeremias T. 2014. Enam Dimensi Strategis Adminitrasi Publik, Konsep Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media. Mangkunegera, A.A. Anwar Prabu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mangkuprawira, Sjafri dan Hubeis, Aida Vitayala. 2007. Manajemen Mutu SDM, Jakarta: PT.Ghalia Indonesia Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia. Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kbybernology: Imu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka Cipta.
Palan, R. 2008. Competence Management-A Practicionser’s Guide (Competency Management, Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi). Penterjemah: Octa Melia Jalal. Jakarta: PPM Prayitno, M, Ahmad Suprato. 2006, Kompetensi Guru, Jakarta: Ghalia Indonesia. Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Rivai, Veithzal, Ella Jauvani Sagala. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Robbins, Stephen P, 2006. Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Santoso. 2004. Interaksi Manusia dan Komputer, Teori dan Praktek, Yogyakarta: Andi. Siagian, Sondang P. 2008. Filsafat Administrasi, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara. Sianipar, JPG. 2000. Perencanaan Peningkatan Kinerja,Bahan Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat Pertama. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Silalahi, Ulber. 2011. Asas-asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama. Sinambela, Lijan Poltak, 2012. Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudarso, Mahmuddin. 1998. Disiplin dalam Tinjauan Kinerja. Jakarta: Eka Persada Sugandi, Yogi, Suprayogi. 2011. Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suparno. 2005. Kompetensi Pegawai dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Surjadi Prawirosentono. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik Yogyakarta : BPFE. Syafri, Wirman. 2012.Studi tentang Administrasi Publik. Jakarta: Erlangga.
4
Wibawa, Samodra. 2005. Reformasi Administrasi, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Gava Media. Wibowo, 2012. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sumatera Selatan), Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.10 No.20 Desember 2012 http://eprints.unsri.ac.id/3428/1/PEN GARUH_PERUBAHAN_SISTEM_ PENGADAAN_BARANGJASA_D AN_KOMPETENSI.pdf, diunduh Jum’ at 14 November 2014 Cholik, M. Agus. 2014. Kompetensi Pegawai dan Sikap Kerja Terhadap Kinerja Layanan Pengadaaan Barang/Jasa Kabupaten Bogor.. Jurnal Reformasi Administrasi, Volume. I No. 2 September 2014, http://www.stiami. ac.id/jurnal/ detail_jurnal/21/116, diunduh Jumat, 22 Mei 2015. Safelia, Nela. Susfayetti, Rita Friyani. Pengaruh Teknologi Sistem Informasi Baru Terhadap Kinerja Individu. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 14, Nomor 2, Juli – Desember 2012. Hal. 19-24 Issn 0852-8349, journal.unja.ac.id/index.php/humanio ra/article/ diunduh Jumat, 22 Mei 2015.
Peraturan dan Perundang-undangan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Dokumen Astuti, Febby Fuji, Zunaidah. Judul: Pengaruh Perubahan Sistem Pengadaan Barang/Jasa dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Bagian Pengadaan Barang/Jasa Di Sekretariat DPRD Provinsi
5