Jaringan Local Access Fiber (Jarlokaf) (2)
Multiplexing • FDM (Frequency Division Multiplexing) – n buah kanal yang berbeda frekuensi carriernya ditransmisikan secara simultan dalam 1 kanal fisik – Digunakan untuk sinyal digital maupun analog Kanal 1 = frek 1 Kanal 2 = frek 2
Kanal n = frek n
Multiplexer (MUX) n buah kanal ditransmisikan simultan dalam 1 kanal
Multiplexing • TDM (Time Division Multiplexing) – merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal. – Hanya mungkin untuk sinyal digital
Kanal 1 = frek A Kanal 2 = frek A
Kanal n = frek A
Multiplexer (MUX) n buah kanal ditransmisikan simultan dalam 1 kanaldengan TS-TS yang berbeda
PCM (PULSE CODE MODULATION) Mengubah sinyal voice analog menjadi sinyal digital Proses yang terjadi dalam PCM : • Sampling (pencuplikan) • Quantizing (kuantiasasi) • Encoding (pengkodean)
sampler kuantiser
enkoder
PROSES PENCUPLIKAN (SAMPLING)
Lebar Pita / Bandwidth suara (BW) 4 kHz Frekuensi sampling minimum (f S)= 2.BW = 2 X frekuensi informasi maksimum (berdasarkan kriteria Nyquist)
SPEKTRUM HASIL SAMPLING sinyal informasi f Sinyal informasi setelah sampling
tanpa Aliasing
f Sinyal informasi setelah sampling
f terjadi Aliasing
PROSES KUANTISASI (QUANTIZATION)
Quant Kuantisasi : mengubah level amplituda menjadi diskret dengan jumlah terbatas. Jumlah level kuantisasi = 2L L = jumlah bit pengkodean Terdapat 2 jenis kuantiser yaitu : Kuantiser Uniform (lebar selang kuantisasi seragam) Kuantiser Non-Uniform (lebar selang kuantisasi tidak seragam)
KUANTISER UNIFORM tegangan keluaran (volt)
B A
tegangan masukan (volt)
KUANTISER NON-UNIFORM tegangan keluaran (volt)
B
A
tegangan masukan (volt)
PROSES PENGKODEAN (ENCODING) T
T
Encod
Contoh di atas menunjukkan proses encoding, 1 simbol masukan dikodekan menjadi 8 bit Jumlah bit untuk mengkodekan tiap simbol ditentukan oleh perangkat ADC (Analog to Digital Converter)
BIT RATE KANAL VOICE BW kanal suara = 4 kHz Kecepatan sampling untuk tiap kanal suara = 2 x 4000 = 8000 sample/s 1 sample dikodekan menjadi 8 bit Bit rate 1 kanal voice :
BR = 8000 x 8 bit/ detik = 64 kbps
MULTIPEXING Multiplexing merupakan proses penggabungan beberapa kanal sinyal informasi kedalam satu kanal informasi dengan tujuan agar sinyal informasi dapat dikirimkan secara simultan dalam satu kanal Time Division Multiplexing merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal TDM – PCM (Time Division Multiplexing – Pulse Code Modulation) merupakan proses multiplexing sinyal yang menggunakan teknik pengkodean PCM
PCM-30 (E-1, Standar Eropa) 1 - 15 dan 17 - 30 adalah sinyal telephon yang dikodekan/ data digital 0
1
2
15
16
17
29
30
31
8 bit
Informasi signaling
x
0
0
1
1
0
1
1
Y
Y
Y
Frame alignment signal pada frame 1, 3, 5, dst
x = bit reserved for international use Y = bit reserved for national use A = 0 tidak ada alarm A = 1 ada alarm
bergantian x
1
P
Y
Y
Service word pada frame 2, 4, 6, dst
1 TS = 8 bit Terdiri dari 32 TS = 30 kanal suara + 1 sinkronisasi + 1 signaling Sinkronisasi : TS 0 Signaling : TS 16 Voice : TS 1 – 15 + TS 17 – 31 Dalam 1 detik terdapat 8000 sample, sehingga : Bit rate = (8 x 8000 ) x 32 = 2048 kbps
Multiframe PCM-30 ms s 0
1
16
Signaling time slot
0
0
0
31
0
0
Multiframe alignment signal
1
1
0
1
16
2
A
31
0
1
16
8
U
Signaling service wordl
1
a
b
c
channel 8
d
31
15
a
b
c
channel 23
d
a
b
c
channel 15
d
a
b
c
d
channel 30
Signaling bits a - d per channel A= 0 U=1
Tidak ada Alarm
A= 1 U=0
urgent alarm non urgent alarm
1 MF = 16 frame Signaling lengkap untuk 30 kanal voice (1 TS 16 untuk signaling 2 kanal voice) TS-16 untuk frame ke-0 digunakan untuk alignment / sinkronisasi multiframe
PCM-24 (T-1, Standar Amerika) Ch 1
Frame
Multi Frame
B0
B1
1
Ch 2
...
B8
2
B0
B1
3
B8
4
B0
5
6
7
Channel A signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 6
BF
Ch 24
...
Frame aslignment signal (101010) pada frame ganjil (1,3,5,7,9,11)
1 bit
125 s (193 bit)
B1
...
8
B8
Multi Frame aslignment signal (001110) pada frame genap (2,4,6,8,10,12)
BF
9
10
11
12
Channel B signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 12
1 TS = 8 bit Terdiri dari 24 TS = 24 kanal suara Dalam 1 detik tdp 8000 Sinkronisasi menggunakan 1 bit tambahan (BF) Signaling diambil pada bit ke-8 tiap TS pada frame ke-6 dan kelipatannya Bit Rate = ((24 x 8) + 1) x 8000 = 193 x 8000 = 1544 kbps 1 MF = 12 frame
PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -1 Terdapat 3 standar : Amerika, Eropa, Jepang Level
Eropa
Amerika Jepang Utara
Bit Rate (Mbps) 1 1C 2 3 4 5
2.048 1.544 1544 3.152 8.448 6.312 6.312 34.368 44.736 32.064 139.264 274.176 97.728 564.992 400.352
1.544 Mbps = T1 = PCM-24 (Amerika) 2.048 Mbps = E1 = PCM-30 (Eropa) Standar Jepang kurang populer Indonesia kebanyakan menggunakan sistem Eropa
MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY)
Mux Dig Order-3 Mux Dig Order-2
Mux Dig Order-1 (PCM)
1 2 3
1
1 2
1
Mux Dig Order-4
1
2
2
3
3
1
4
4
2
3 BR = 139.264 kb/s 1.920 Kanal 4
3
1
4
2
BR = 34.368 kb/s - 480 Kanal
3 4
4
1
BR = 8.448 kb/s - 120 Kanal 30
30 BR = 2.048 kb/s - 30 Kanal Gambar Hierarchy PDH menurut Rekomendasi ITU-T (Standard Eropa)
MULTIPLEX PDH Dibagi menjadi 2 kelompok : 1.
ORDER RENDAH (LOW ORDER) Sering juga disebut sebagai Order Pertama atau yang paling populer disebut “PCM-30”
2.
ORDER TINGGI (HIGH ORDER) Terdiri dari Order-2, Order-3 dan Order-4
PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -2 Standar berdasarkan ITU-T G-702 Digital Hie rarchy Le ve l
Hie rarchical bit rate s (kbit/s) for ne tworks with the digital base d on a first le ve l bit rate of hie rarchy 1544 kbit/s 2048 kbit/s 64 64 1544 2 048 6312 8448 32 064 44 736 34 368 97 728 139264
1 2 3 4 T-1
T-2 M12
(4)
T-3
M23
(7)
E- 4
M34
E-1 (4)
E-2
M12 (4)
E-3
M12 (4)
M12
E-4
PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) - 3 Jaringan Plesiochronous (hampir sinkron) (Internally free running oscilator) Asynchronous multiplex Jika suatu tributary dimultiplek ke tributary dengan bit rate lebih tinggi, digunakan bit stufing/ penambahan bit dan buffer memori untuk menjadikannya sinkron dengan bit rate yang lebih tinggi tersebut. Bit rate tributare dengan orde lebih tinggi > daripada penjumlahan bit rate yang dimultiplex : untuk sinkronisasi, signaling dan bit stufing Setiap level multiplex mempunyai format frame tersendiri Bit by bit multiplexing Timing alignment menggunakan bit-by-bit justification/ stuffing Akses ke kanal individual hanya dimungkinkan setelah dilakukan proses demultiplexing Bit rate distandarkan sampai 140 Mbps
SDH (Synchronous Digital Hierarchy) ITU-T G-707 Jaringan sinkron(osilator internal disinkronisasi dengan clock referensi external) Teknik multiplex sinkron Semua sinyal multiplex mempunyai struktur frame yang identik Byte by byte multiplexing Akses ke kanal individual bisa dilakukan menggunakan pointer, tanpa harus mendemultiplex semuanya lebih dulu. Bit rate distandarkan berbasis 155 Mbps
SDH N 1 4 16 64
STM-N 155.520 Mbps 622.080 Mbps 2,488.320 Mbps 9,953.280 Mbps
Kelebihan SDH Standarisasi bit rate di atas 140 Mbps secara internasional Sinyal optik yang ditransmisikan distandarkan/ Kompatibilitas antar vendor Struktrur modular - Bit rate multiplex merupakan kelipatan dari bit rate dasar (155.52 Mbps) - Struktur frame sinyal multiplex identik dengan struktur frame sinyal dasar Akses ke suatu kanal individual bisa dilakukan tanpa harus mendemultiplex sinyal keseluruhan, hanya kanal yang diperlukan yang didemultiplex. Metode ini sangat bermanfaat untuk sistem cross connect dan pencabangan (add and drop multiplexer) Mengakomodasi sinyal PDH Transmisi sinyal broadband
Kelebihan SDH (2) Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection , Multiplex section protection) Software configuration (add, drop, crossconnect) Centralized management - remote alarm - remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines) - remote service activation and configuration of interfaces - S/W download to card level
Struktur Pembentukan STM-1 ×1 ×N A U -4 S T M -N A U G
V C -4 ×3
×3 A U -3
×1
T U G -3
T U -3
V C -3
T U -2
V C -2
V C -3 ×7
×7 ×1 T U G -2
A U -4 P o in te rp ro c e s s in g M u ip lt le x in g
×3 ×4
T U -1 2
V C -1 2
T U -1 1
V C -1 1
A lig n in g M a p p in g
C n C o n a t in
Format Frame SDH 3 1
9 byte SOH Pointer
5
SOH
261 byte
Payload
3 1
4 x9 byte SOH Pointer
5
SOH
4 x261 byte
Payload
125 s Frame STM-1
16 x9 byte SOH 3 1 Pointer 5
16 x261 byte
Payload
SOH
125 s Frame STM-4
125 s Frame STM-16
SOH (Section Overhead) Bit-bit sinkr. ,operation, maintenance dan supervision (management) Pointer = penunjuk alamat Payload = data yang sebenarnya Format frame identik, di mana SOH selalu tergabung dengan SOH, dan payload selalu tergabung dengan payload
Bit Rate STM-1 = ( 9 x 270 byte) x 8 x 1/125 us = 155, 52 Mbps Bit Rate STM-4 = 4 x 155, 52 = 622,08 Mbps Bit Rate STM-16 = 16 x 155,52 = 2488,32 Mbps (2,5 Gbps) Bit Rate STM-64 = 64 x 155,52 = 9953, 280 Mbps (10 Gbps)
SDH vs SONET SDH N 1 4 16 64
STM-N 155.520 Mbps 622.080 Mbps 2,488.320 Mbps 9,953.280 Mbps
SONET N 1 3 9 12 18 24 36 48 ~ 192
STS-N 51.840 Mbps 155.520 Mbps 466.560 Mbps 622.080 Mbps 933.120 Mbps 1,244.160 Mbps 1,866.240 Mbps 2,488.320 Mbps 9,953.280 Mbps
Sonet (Synchronous Optical Network) : Bellcore Amerika Bit rate dasar sinyal : 50.688 Mbps (STS-1 = Synchronous Transport Signal)
Interface V5.x Standard interface ETSI Menghubungkan jaringan akses (AN) dengan sentral lokal (LE) Open interface (interface multivendor, memungkinkan AN dari vendor
mana saja dapat berhubungan dengan LE mana saja) . Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex statik dan interface V5.2 berdasarkan prinsip multiplex dinamik dan konsentrator.
Keuntungan Penggunaan Interface V5.x
Tidak tergantung kepada salah satu vendor untuk penyediaan jaringan akses (access network). Mendukung pengembangan teknologi dan struktur jaringan akses yang lebih efektif dari segi biaya. Mendukung suatu standar interface bagi manajemen network.
Interface V5.1 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2Mb/s, menghubungkan LE dengan AN via kabel tembaga, optik maupun media radio.
Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA. Signalling time slot 15, 16 dan 31 digunakan sebagai TS signalling, pada kondisi normal menggunakan TS 16 (TS 16 mandatory)
Kanal Signaling pada V5.1 ( 2 Mbps) TS TS TS
Frame - 0
0
Frame - 1 Frame - 2
1 0
2
1 0
Frame - 15
TS TS TS
14 15 16 17
29 30 31 31
14 15 16 17
2 1
TS TS TS TS
14 15 16 17
2
0
Satu Multiframe = 16 frame
1
2
14 15 16 17
29 30 31 29 30 31 31
29 30 31 31
Interface V5.2 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis Menggunakan multilink sampai dengan 16 link 2048 kb/s (ETSI) Didukung fungsi konsentrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungkan.
Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA. Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada kanal signaling.
Kanal Signaling pada V5.2 TS TS TS
TS TS TS TS
TS TS TS
PRIMARY LINK (UTAMA)
Link ke-1
0
1
2
14 15 16 17
29 30 31
SECONDARY LINK (PROTEKSI)
Link ke-2
0
1
2
14 15 15 16 17
29 30 31 31
REGULAR LINK
Link ke-3
0
1
2
14 15 16 17
29 30 31 31
Link ke-16
0
1
2
14 15 15 16 17
29 30 31 31
Catatan : Penentuan prim/sec/reg link untuk satu interface id V5.2 random
V5.1 dan V5.2 No
Interface V5.1
Interface V5.2
1
Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis
Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis
2
Satu interface V5.1 terdiri dari hanya satu link E1 (2 Mbps) dengan maksimal 30 kanal pembicaraan
Satu interface V5.2 dapat terdiri dari maksimal 16 link E1 (16 link 2 Mbps) yang berarti maksimal 480 kanal pembicaraan
3
Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA
Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA
4
Tidak ada konsentrasi tiap bearer channelnya
Terdapat konsentrasi tiap bearer channelnya
OPTICAL LINE TERMINAL EQUIPMENT
(OLTE)
Fungsi utama OLTE • • • • •
Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya. Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama. Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik. Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-off. Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas Transmitter Optik Sinyal listrik
kanal sinyal output
B/U Converter Unit
Coder Unit
Alarm Control Unit
Sinyal optik
Optical Sender Unit
Alarm Unit
Sinyal listrik
U/B Converter Unit
Decoder Unit kanal sinyal output
Konfigurasi OLTE
Optical Detector Unit
Sinyal optik
Receiver Optik
CARA KERJA OLTE A. Pada Arah Kirim. Transmitter Optik
Sinyal listrik
kanal sinyal output
B/U Converter Unit
Coder Unit
Alarm Control Unit
Alarm Control Unit
Optical Sender Unit
Sinyal optik
Alarm Unit
Alarm Unit
Sinyal listrik U/B Converter Unit
Decoder Unit
kanal sinyal output
Sinyal optik Optical Detector Unit
Receiver Optik
1. Unit B/U Converter - Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks. - Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi). - Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ). - Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder. - Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm. 2. Unit Coder •Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel /auxilary. • Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel. • Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan. • Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS. • Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama. 3. Unit Optical Sender - Mengatur lebar pulsa dan bentuk pulsa listrik unipolar yang diterima dari unit coder. - Mengendalikan arus listrik yang mengalir pada sumber optik. - Mengubah sinyal pulsa listrik unipolar yang sudah dikondisikan menjadi sinyal pulsa optik. - Mengirimkan sinyal pulsa optik ke terminal lawan melalui serat optik. - Jika terjadi gangguan maka akan mengirimkan alarm signal. - Melaksanakan pemutuskan pancaran sumber optik jika menerima sinyal shut-off.
Optical Sender Ada 2 jenis Sumber Optik : 1. LED ( Light Emitting Diode ). 2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ) Optical Receiver Ada 2 jenis Optical Photodiode, yaitu : 1. Diode pin ( Positive Intrinsic Negative ) 2. APD ( Avalanche Photo Diode )
1. Unit Detektor Optik - Menerima sinyal optik yang dari lawan melalui serat optik. - Mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik unipolar. - Menguatkan sinyal elektrik unipolar. - Mengirimkan sinyal elektrik unipolar ke unit decoder. - Mengirimkan sinyal alarm ke unit pengonrtol alarm.
2. Decoder Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik. Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel). Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel. Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS. Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama. 3. U/B Converter Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit decoder. Mengubah sinyal elektrik unipolar menjadi sinyal elektrik bipolar. Memperbaiki karakteristik sinyal akibat adanya redaman kabel. Mengirimkan sinyal elektrik bipolar ke perangkat demultipleks. Jika tidak menerima sinyal dari unit decoder, maka akan mengirimkan sinyal alarm ke unit pengontrol alarm.
Teknologi JARLOKAF No 1
Teknologi Digital Loop Carrier (DLC)
Konfigurasi Dasar
IS-A
•Next Generation DLC Passive Optical Network (PON)
Point to Multipoint
Pencabangan sinyal optik pasif
3
Active Optical Network (AON)
Keterangan
Point to Point
•DLC konvensional
2
Tipe Jenis Jasa
Point to multipoint melalui perangkat pencabangan aktif
Banyak digunakan di dunia
IS-A dan IS-B
Relatif baru
IS-A dan IS-B
Mulai dioperasikan secara komersial th 74
DS
Konfigurasi sama, perangkat berbeda
IS-A dan IS-B
Belum banyak digunakan
Konfigurasi Umum DLC
CAS, V5.x
LE
CT
Keterangan : LE = Local Exchange CT = Central Terminal RT = Remote Terminal
RT
Konfigurasi Umum PON/AON
CAS, V5.x PS / AS
ONU subscriber
OLT ONU
LE FIBER Keterangan : LE OLT ONU PON AON PS AS
= Local Exchange = Optical Line Terminal = Optical Network Unit = Passive Optical Network = Active Optical Network = Passive Splitter = Active Splitter
subscriber
Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON tanpa Interface V5.x LE MDF VF
VF 1 . . 30
DDF
a/b 1 . . 30
CB
1 . . 30
CB
RT
CT/OLT
E1 ODF OLTE
1 . . 30
Konfigurasi DLC
IDF
1 . . 30
1 . . 30
Konfigurasi PON ONU
BRA
PRA
DDF 1
. . 14
ODF CB
OLTE
DDF
PS
ONU
Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON dengan Interface V5.x LE
Konfigurasi DLC E1
RT
CT/OLT 1
V5.1
E1
2
OLTE
ODF
(NxE1)
Card Plg
V5.1
DDF
Pack Ass/Deass
DDF
IDF
N x 30 Plg POTS Battery
Konfigurasi PON (NxE1) OLTE
ODF
PS
ONU N x 30 Plg POTS ONU
V5.1
E1
N
Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON tanpa Interface V5.2 LE
Konfigurasi DLC
3
None
3
E1 E1
8
None
8
Controller
V5.2
E1
Packed Ass/Deass
2
OLTE
Secondary
ODF
IDF
960 Plg POTS (k =4)
OLTE
2
E1
RT
Battery
Konfigurasi PON ONU ODF OLTE
1
Multiplexer/Demultiplexer
Primary
1
Concentrator / Cross-connect
CT/OLT
Card Plg
DDF
DDF
PS
1440 Plg POTS (k = 6) ONU
Komparasi Konfigurasi Tanpa V5x (Channel Bank), V5.1 dan V5.2
LE
MDF ab wire
CT/OLT ab wire
ab wire
1 .. 30 1 .. 30
1
Transmisi
Channel Bank
E1 2
RT/ONU 1 E1 2
1 .. 30 1 .. 30
ab wire
1 .. 30
ab wire
1 .. 30
ab wire
ab wire
Transport
V5.1
Interface ID 1
1
Interface ID 2
2
1xE1
Interface ID 3
3
3 E1
1xE1
Interface ID n
n
n
1xE1 1xE1
1 2
Transport
Interface ID xxx 4xE1
1
V5.2
1 E1
2
2
3
3
N N = max 16
Transport
N
1 ab wire 2
512 / 720 k=4 / k=6
Fungsi Masing-masing Komponen Jarlokaf Fungsi bagian Penyusun DLC (mengacu PPJTKAF ver1.0)
Jarlokaf dengan topologi point-to-point (Single star) Terdiri dari dua perangkat utama: CT (Central Terminal) di sisi sentral, dan RT (Remote terminal) di sisi pelanggan Fungsi CT adalah : Interfacing dengan sentral lokal Multiplexer/Demultiplexer Crossconnect dan Controller Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Fungsi RT adalah : Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Multiplexer/Demultiplexer Interfacing dengan pelanggan DLC pada umumnya digunakan untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk gedung bertingkat (high rise building)
Passive Optical Network Merupakan sistem jarlokaf yang memiliki topologi jaringan point-tomultipoint (Multiple star). Untuk membentuk jaringan point-to-multipoint digunakan komponen pencabang pasif (passive splitter). Diterapkan untuk pelanggan dalam cluster-cluster yang berukuran kecil (4 ~ 120) Jaringan optik PON dapat digunakan bersama-sama/diintegrasikan untuk jaringan distribusi/ broadcast (CATV).
Fungsi Bagian Penyusun PON (mengacu PPJT-KAF ver1.0) OLT (Optical Line Terminal) berfungsi untuk :
Interfacing dengan sentral lokal Multiplexing/Demultiplexing Cross-connect & Controller Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)
ODN ( Optical Distribution Network) berfungsi untuk : Transport dan distribusi data dari OLT ke ONU
PS (Passive Splitter) berfungsi untuk : Mendistribusikan Daya Optik ke semua cabang Ratio : 1:2 2:2 1:4 2:4 1:8 2:8 1 : 16 2 : 16 1 : 32 2 : 32 ONU (Optical Network Unit) berfungsi untuk : Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Multiplexing/Demultiplexing Interfacing dengan terminal pelanggan
Channel Bank System (CT/OLT)
V5.2 System (CT/OLT)
OLT
ODN ( Optical Distribution Network)
DDF (Digital Distribution Frame)
ODF (Optical Distribution Frame)
IDF
PS (Passive Splitter)
ONU (Optical Network Unit)
Connector F.O.
ADM (add and Drop Mux.)
Fiber Optic
Teknologi JARLOKAF • Kapasitas sistem Jarlokaf
Switch Remote Switch DLC PON Pengganda Saluran 0
4
Kapasitas (n x 64 kbps) 8
120
1k
2k
5k
Teknologi JARLOKAF • Teknologi transmisi jasa interaktif narrowband Skema Transmisi
Skema Transmisi 2 arah
Jumlah serat optik
Panjang gelombang
Keterangan
Space Division Multiplexing (SDM)
Simpleks
2
1310 nm sinyal kirim & sinyal terima
Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim melalui serat optik yang berbeda
Wave Division multiplexing (WDM)
Dipleks
1
• 1550 nm sinyal kirim & 1310 nm sinyal terima • 1310/1550 +x nm sinyal kirim, 1310/1550 – x nm sinyal terima
Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang bersamaan tapi menggunakan panjang gelombang yang berbeda
Time Compression Multiplexing (TCM)
Dupleks
1
1310 nm sinyal kirim dan sinyal terima
Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda dan bergantian