EDISI TAHUN I VOL 10
JALAN PANJANG
PERTAMINA DRILLING WAY
Implementasi BPMS 2
TAHUN I VOLUME 10 pep.pertamina.com
D A R I R E D A K S I
DRILLING
D cover
: Aktivitas pengeboran PT Pertamina EP Difoto oleh Tatan Agus RST.
ALAM industri migas, Fungsi Drilling tak ubahnya sebagai gelandang ataupun midfielder dalam permainan sepakbola. Seorang gelandang bukanlah kreator serangan ataupun pentuntas serangan. Dia adalah penghubung yang mengalirkan bola dari pemain belakang ke pemain depan sekaligus penyeimbang permainan tim. Begitu juga dengan Fungsi Drilling. Dia meneruskan rencana tim subsurface (Fungsi Eksplorasi), mengebor lapisan demi lapisan perut bumi, sehingga minyak bisa diangkat ke permukaan untuk diproduksikan. Tanpa adanya kegiatan pengeboran, keberadaan minyak bumi dan gas sebagai hasil kajian tim subsurface tidak dapat dibuktikan dan diproduksikan ke permukaan. Posisinya memang sangat vital. Kegiatannya membutuhkan Investasi yang tidak sedikit (high cost). Untuk sewa rig saja, misalnya, per hari mencapai 30 ribu dollar. Belum lagi dari sisi safety. Aktivitas drilling termasuk beresiko tinggi dari sisi keselamatan (high risk ). Dua kasus terakhir menjadi contoh paling sahih. Satu di luar negri yakni, kejadian di Teluk Mexico yang hampir membangkrutkan BP. Satu lagi dari dalam negri, yakni kasus Lapindo, tragedi memilukan yang sampai sekarang belum berkesudahan. Wajar belaka jika Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero) mau bersusah payah menyusun Pertamina Drilling Way yang menjadi panduan seluruh anak perusahaan Pertamina dalam melakukan pengeboran. Selama ini ada tiga perusahaan yang melaksanakan aktivitas tersebut, yakni PHE, PGE, dan PEP. Selama ini, pengeboran dilakukan mengikuti kebiasaan masing-masing yang berbeda satu sama lain yang boleh jadi belum sepenuhnya menerapkan best practices. PDW tak otomatis menjamin kenaikan produksi. Ada tidaknya minyak tergantung dari kondisi sub surface dan izin Yang Maha Kuasa. PDW hanya memastikan pengeboran berlangsung sesuai dengan rencana. Tak ada cerita di tengah jalan rig rusak sehingga pengeboran molor atau pengeboran terpaksa dihentikan karena didemo masyarakat. PDW mengatur tak hanya persoalan teknis seperti rig juga persoalan non teknis, seperti persoalan safety dan environment. Dengan pengeboran sesuai rencana, tentunya tak ada lagi cerita pengeboran yang over budget. Pada edisi kali ini, kita mencoba mendedahkan persoalan Pertamina Drilling Way dalam Laporan Utama. Seperti diniatkan semula, majalah ini salah satunya ditujukan sebagai ajang sharing. Untuk itu salah satu bagian dari Laporan Utama secara khusus menyorot pengeboran di Bunyu yang berhasil melewati penilaian Komite Drilling. Mudah-mudahan yang dilakukan di Bunyu bisa menular pada yang lain. Selamat Membaca!
VOLUME 10
TAHUN I
3
S U R A T P E M B A C A
KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT (Q H S S E) 2E\HNWLI 1LKLO,QVLGHQGDQUHVLNRNHDPDQDQ\DQJWHUNHORODVHUWDPXWX\DQJWHUSHUFD\DVHVXDLDVSHN4+66( 7XMXDQ 0HOLQGXQJLGDQPHQJDPDQNDQVHWLDSRUDQJDVVHWSHUXVDKDDQGDWDSHUXVDKDDQ\DQJEHUVLIDWUDKDVLDOLQJNXQJDQ GDQNRPXQLWDVVHNLWDUGDULEDKD\D\DQJEHUKXEXQJDQGHQJDQNHJLDWDQ3HUWDPLQD(3GDQ0LWUD8VDKD3HQ\HGLD %DUDQJGDQ-DVD .RPLWPHQ 0DQDMHPHQGDQVHOXUXKSHNHUMDPHPEHULNDQSULRULWDVXWDPDWHUKDGDSDVSHN4+66(GHQJDQFDUD 3DWXK 0HPDWXKLSHUDWXUDQSHUXQGDQJDQGDQVWDQGDU4+66( ,QWHJUDVL 0HQJLQWHJUDVLNDQGDQPHQJLPSOHPHQWDVLNDQDVSHN4+66(GDODPVHWLDSNHJLDWDQRSHUDVLVHVXDLGHQJDQ EHVWHQJLQHHULQJSUDFWLFHV /DWLK 0HQLQJNDWNDQSHPDKDPDQGDQNRPSHWHQVLSHNHUMDPHODOXLVRVLDOLVDVLGDQSHODWLKDQ ,PSURYHPHQW 0HQLQJNDWNDQSHQHUDSDQDVSHN4+66(VHFDUDNRQVLVWHQNRPSUHKHQVLIGDQEHUNHVLQDPEXQJDQ +DUPRQLV 0HQFLSWDNDQGDQPHPHOLKDUDKXEXQJDQKDUPRQLV\DQJEHUNHODQMXWDQGHQJDQVWDNHKROGHUGDQOLQJNXQJDQ PHODOXLSHPHQXKDQNHSXDVDQSHODQJJDQGDQSHQJHPEDQJDQPDV\DUDNDW 3HQLODLDQ 3HQJKDUJDDQ 0HQMDGLNDQNLQHUMD4+66(GDODPSHQLODLDQGDQSHQJKDUJDDQSHNHUMDGDQPLWUDNHUMD 'LUHNVLSHNHUMDPLWUDNHUMD3HUWDPLQD(3GDQ0LWUD8VDKD3HQ\HGLD%DUDQJGDQ-DVDEHUWDQJJXQJMDZDEXQWXN PHODNVDQDNDQGDQPHQDDWLNHELMDNDQ4+66(GDQPHODNXNDQHYDOXDVLXQWXNSHUEDLNDQVHFDUDWHUXVPHQHUXV -DNDUWD0DUHW 3UHVLGHQW'LUHFWRU 3UHVLGHQW'LUH
$G L K $GULDQV\DK
Apresiasi Untuk CSR Pertamina EP KEGIATAN Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya bukan suatu yang asing di negara ini. Undang-Undang No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan tegas mengamanatkan setiap perusahaan untuk memperhatikan tanggung jawab sosial. Namun demikian buat saya apa yang dilakukan anak usaha BUMN Migas, Pertamina EP sebagai bentuk kegiatan CSR patut diapresiasi. Segala aspek diperhatikan mulai dari eko-
nomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Ketika saya mengunjungi salah satu wilayah operasi Pertamina EP di Jawa Barat. Ketika bertemu dengan masyarakat sekitar, saya mendapat cerita menarik tentang apa yang mereka lakukan bersama Pertamina EP. Di bidang ekonomi, perusahaan ini memilih untuk fokus pada upaya peningkatan kemampuan masyarakat mulai dari ketrampilan sampai pada kemampuan finansial. Mereka tidak hadir sebagai sinterklas yang memberi uang tetapi sebagai mitra yang bekerja sama membangun masyarakat menuju kemandirian secara ekonomi. Kegiatan yang dipilih pun biasanya yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Sehingga masyarakat pun merasa bahwa kegiatan tersebut benarbenar bermanfaat bagi masyarakat setempat. Tidak hanya di bidang ekonomi, sektor pendidikan pun menjadi perhatian mulai dari pelatihan para guru dan bantuan perlengkapan sekolah. Sementara di bidang kesehatan salah satu prioritas perusahaan yang saya lihat dan dengar dari masyarakat lebih mengarah pada membangun kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Perusahaan juga tidak mengabaikan bantuan pada sarana dan prasarana kesehatan. Dan yang tidak kalah menarik, perusahaan juga menaruh perhatian pada pelestarian hutan dan hewan langka. Ini terlihat dari kegiatan perseroan yang peduli pada pelestarian Beruang Madu di Kalimantan Timur dan Si Amang di Jawa Barat. Buat saya, kegiatan CSR Pertamina ini menawarkan perspektif baru. CSR bukan lagi menjadi kegiatan charity dan derma tetapi lebih fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Diharapkan ketika Pertamina EP mengakhiri kegiatannya di suatu tempat masyarakat sudah mandiri. Dan lagi dengan membuat perencanaan selama lima tahun saya yakin CSR Pertamina akan sampai pada visinya yakni menjadi lebih baik. Diharapkan semangat ini pun menular pada perusahaan migas dan perusahaan lainnya. Sehingga manfaat dari kegiatan CSR semakin dirasakan masyarakat.
Ahmad Bustomi
Cirebon.
Pemimpin Redaksi: Aji Prayudi (VP Legal Relations) Redaktur Pelaksana: Arya Dwi Paramita, Panjie Galih Anoraga Redaksi: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong. Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email:
[email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke:
[email protected]
4
TAHUN I
VOLUME 10
D A F T A R I S I
WAWANCARA: Abadi Poernomo
JALAN PANJANG PERTAMINA DRILLING WAY
6
Pertamina Drilling Way menjadi panduan pengeboran anak-anak perusahaan di lingkungan Pertamina EP. Memastikan pengeboran tepat sasaran, lebih murah dan lebih berkualitas. Bunyu menjadi pilot project di lingkungan Pertamina EP.
TATA N A G U S R S T
TATA N A G U S R S T
KETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA
24 ENERGI HARUS JADI TOP OF BUSINESS “Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar.”
11 RIG WANGI DI BN34 14 BIAR TAK MOGOK DI JALAN
◆
Mencegah Bumi Makin Panas
18
◆
Inspirasi: Tertawan Mata Lensa
20
◆
Rana: Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa Jawa
28
◆
CSR: Dari Wisata Alam Sampai Srikandi Khayangan
36
◆
Lensa Peristiwa
40
32
39
Hello Osaka! Konichiwa Kyoto!
DANIELLA PERUNTUNGAN KOLUMBIA JUHRI SELAMET
WISATA:
CDN.SALZBURG.COM
Pertamina Drilling Way (DW) merupakan strategi untuk menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution end-to-end. Memastikan pengeboran sesuai rencana. Terbukti efektif menurunkan NPT (non productive time).
Kick off Piala Dunia belum bergulir, Kolumbia sudah jadi “juara”. Daniella Ocoro, dara jelita dari negara tersebut ditahbiskan sebagai Miss World World Cup Brasil 2014.
VOLUME 10
TAHUN I
5
L A P O R A N U T A M A
JALAN PANJANG PERTAMINA DRILLING WAY 6
TAHUN I VOLUME 10
Pertamina Drilling Way menjadi panduan pengeboran anakanak perusahaan di lingkungan Pertamina EP. Memastikan pengeboran tepat sasaran, lebih murah dan lebih berkualitas. Dibentuk Komite Drilling untuk melaksanakannya. Bunyu menjadi pilot project di lingkungan Pertamina EP.
TATA N AG U S R S T
K
ARIR profesionalnya sebagai tukang insinyur minyak banyak dihabiskan di atas rig. Lebih dari dua puluh tahun, dia mengebor perut bumi, mulai dari rawa-rawa Kalimantan sampai padang gurun di Timur Tengah. Berbagai karakter lapisan bumi sudah dihapalnya di luar kepala. “Keterampilan seorang drilling engineer ditempa di lapangan,” ujar Hendrazid. Setelah menamatkan pendidikan di teknik Perminyakan ITB, Pria kelahiran Medan 51 tahun lalu ini sempat mampir sebagai reservoir engineer perusahan yang menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia. Hendrazid saat itu ditempatkan di ladang minyak Rumbai dan Minas, Riau. Tetapi nasib kemudian menuntunnya menjadi seorang drilling engineer yang dianggapnya lebih memuaskan hasratnya. “Mungkin karena tugas akhir saya tentang drilling. Jadi lebih tertarik ke situ,” ujarnya. Dia memulai perjalanan sebagai drilling engineer di perusahaan asal Perancis yang mengoperasikan Blok Mahakam. Dua tahun pertama bekerja di perusahaan multinasional yang merupakan produsen gas terbesar di tanah air tersebut, Hendrazid ditempa dengan berbagai kursus drilling, yang langsung dipraktekkannya di atas rig. Seperti calon jenderal yang harus merasakan “jaga monyet”, sebutan untuk tugas menjaga pos, berdiri seharian dengan senapan di pundak, Hendrazid juga harus mencicipi pekerjaan paling bawah di rig, “ Dua minggu pertama tugas saya bersih-bersih dan ngecat-ngecat,” ujar Hendrazid. Dari situ, dia pindah menjadi tukang angkat pipa untuk keperluan drilling sampai akhirnya dipercaya menjadi asisten driller dan seterusnya, sampai akhirnya diakui sebagai drilling engineer. Setelah merasa cukup “bertarung” di dalam negeri Hendrazid berkelana di luar negri di Middle East
VOLUME 10
TAHUN I
7
TATA N A G U S R S T.
L A P O R A N U T A M A
selama delapan tahun. Sebelum pulang ke Indonesia pada 2012, dia sempat bekerja di negri jiran Malaysia selama setahun. Hendrazid bersyukur akhirnya bisa kembali ke tanah air, setidaknya dia sekarang punya waktu untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat lebih tinggi. Sebelumnya, karena kesibukannya menjalani berbagai aktivitas operasi maupun management service pengeboran di luar negeri, dia tak punya waktu untuk kembali ke bangku pendidikan. Ia kini tercatat sebagai mahasiswa S2 Universitas Trisakti. Pendidikannya ini mungkin bukan untuk karirnya, tetapi untuk menggenapkan angannya semasa kuliah menapak jenjang akademis tertinggi. Dengan pengalaman panjang di bidang drilling, masuk akal jika Direktur Hulu Pertamina M Husen memilihnya sebagai anggota Komite Drilling Pertamina, meski dia baru dua tahun mengabdikan diri di BUMN Energi tersebut. Dia menjabat sebagai 8
TAHUN I
VOLUME 10
Senior Drilling Engineering Specialist di Pertamina EP, sejak November 2011 Komite Drilling Pertamina beranggotakan sepuluh orang dari berbagai anak perusahaan Pertamina. Dari Pertamina EP, selain Hendrazid yang juga masuk anggota Komite adalah VP HSSE, Lelin Eprianto. “Komite ini bertugas untuk mengawal Pertamina Drilling Way,” ujar Hendrazid. Pertamina Drilling Way adalah panduan uintuk semua anak perusahaan yang melakukan pengeboran, Di bawah Pertamina ini ada tiga anak perusahaan yang melakukan aktivitas pengeboran, yakni Pertamina Hulu Energi, Pertamina Geothermal, dan Pertamina EP. Sebelum disusun Pertamina Drilling Way, pengeboran dilakukan berdasarkan kebiasaan yang selama ini dijalankan yang belum sempurna menjalankan best practices. Terbukti, dengan molornya pengeboran dari jadwal yang sudah ditentukan. NPT (non productive time) pun membengkak.
Telatnya bervariasi bisa satu bulan, dua bulan atau bahkan ada pengeboran yang baru selesai setelah tujuh bulan. Telatnya pengeboran beimplikasi pada budget. Setiap pengeboran bisa dipastikan over budget. Nilainya 10%-20% di atas estimasi. Sewa rig itu sekarang ratarata 30 ribu dollar per hari. Kalau karena satu sebab pekerjaan delay, sewa harus tetap dibayar, meskipun kerusakan itu karena persoalan rig yang notabene dimiliki pihak ketiga. “Penyewa harus tetap bayar 80% dari nilai sewa,” ujar Hendrazid. Anggaran pun jebol. Pertamina sempat mengalaminya pada 2012. Tak hanya di PEP, juga di PHE dan PGE. Untuk mengimbangi target produksi, saat itu aktivitas pengeboran digenjot. Saat itu, di PEP saja rig yang aktif bisa sampai 30-an. Fungsi drilling pun pontang-panting. Seorang drilling engineer bisa menjadi company man di beberapa rig. Padahal, idealnya biar fokus satu orang hanya menangani satu rig, kecuali kalau lokasinya berdekatan.
TATA N A G U S R S T
MERUMUSKAN DESAIN SUMUR KHAS INDONESIA
P
ERTAMINA Drilling Way dibuat untuk menyeragamkan pengeboran di anak-anak perusahaan yang berbeda-beda, mengikujti kebiasaan masing-masing. Dalam skala yang lebih luas, yang terjadi di Pertamina berlaku di dunia migas Indonesia. Desain pengeboran bergantung pada KKKS masing-masing. Semuanya mengklaim yang paling benar karena mengacu best practices.
Direktorat Hulu pun cari akal untuk mengatasinya. Akhirnya, diundanglah konsultan. Setelah melewati berbagai workshop dan masukan dari pakar-pakar drilling di berbagai anak perusahaan di Pertamina, disusunlah Pertamina Drilling Way yang dilaunching oleh Dirut Pertamina Karen Agustiawan pada awal 2013. Sejak itulah sosialisasi tentang tatacara drilling yang baik digencarkan, melalui berbagai macam workshop (lihat tulisan bagian 3). PDW memastikan pengeboran sesuai sasaran, lebih cepat dan lebih berkualitas. Untuk mengawalnya dibentuk Komite Drilling Pertamina pada pertengahan Juni 2013. “Komite ini, untuk
Hendrazid Kondisi ini berimplikasi pada bujet yang tidak seragam yang semuanya harus diganti negara melalui mekanisme cost recovery. Untuk blok yang sama, yang diajukan kontraktor bisa berbeda, Yang paling ekstrem kejadian di Blok Cepu, Exxon Mobil, misalnya menghabiskan dana 20 juta dolar untuk setiap pengeboran, sedangkan PPEJ 7 juga, dan Pertamina hanya menghabiskan 5 juta.
sementara hanya menilai,” ujar Lelin, sejawat Hendrazit di Pertamina EP yang sama-sama dipercaya sebagai anggota Komite Drilling. Hasil Penilaian itu kemudian disampaikan ke Direktur Hulu. Jika ada yang harus dibenahi, Direktur Hulu akan memanggil anak perusahaan terkait dan kontraktor (PDSI) untuk dilakukan pembenahan. “Direktur Hulu minta kita semua masuk pada semua lokasi pengeboran,” Lelin menambahkan. Komite ini lebih bersifat preventif. Dia akan masuk pada tahap awal perencanaan pengeboran, bukan saat pengeboran sedang berlangsung. Jika dianggap belum memenuhi syarat, pengeboran ditunda dulu sampai mele-
“SKK Migas Belum mengatur desain Sumur di Indonesia seperti apa sehingga angka yang diajukan kontraktor berbeda,” ujar Ketua Dewan Pakar Drilling IATMI, Hendrazid. Untuk menghindari kesimpangsiuran itu, harus segera dibakukan desain sumur Indonesia. “IATMI meminta SKK Migas untuk segera membikin aturan yang jelas tentang desain sumur,” ujarnya. Di dunia ini, terkait dengan hal tersebut, ada dua mazhab yang menjadi kiblat perusahaan migas dalam pengeboran, yakni mazhab Amerika dan Eropa. Keduanya menitikberatkan pada masalah safety. Tak sekadar meminta, IATMI bersedia berkeringat membantu merumuskan. Untuk keperluan itu, organisi profesi ahli perminyakan itu menggelar beberapa kali workshop. “Kita kumpulkan pakar-pakar drilling dari KKKS, Kita lepaskan baju perusahaan masingmasing demi Indonesi a ,” u j ar Hendrazid. Berbagai hal dibicarakan dan dikerucutkan menjadi usulan. Misalnya, untuk kedalaman tertentu kekuatan chasing yang dibutuhkan berapa biar bisa menahan pressure dari dalam sumur. “Usulan dari IATMI sudah kita kirim. Mudah-mudahan SKK Migas segera memutuskan,” ujar Hendrazid. Dengan desain sumur tersebut, tragedi pengeboran, seperti kasus Lapindo yang sampai sekarang belum terselesaikan tak terulang lagi di tempat lain.
wati passing grade yang ditetapkan Komite.” “Minimal bisa mencapai 60 dari nilai ideal 100, pengeboran baru dilaksanakan,” ujar Lelin. Ke depan, tak menutup kemungkinan otoritas komite lebih besar lagi. “Pak DH (sebutan untuk Direktur Hulu-red), minta komite juga sebagai auditor drilling,” ujarnya. Jika ada pengeboran bermasalah, harus dicari penyebabnya dan siapa yang bertanggung jawab. “Tapi karena keterbatasan waktu, permintaan ini belum bisa kita lakukan,” ujar Lelin. Anggota Komite Drilling bersifat adhoc. Mereka tetap harus melakukan tugas utamanya sebagai karyawan Pertamina sesuai dengan jabatannya masing-masing.
VOLUME 10
TAHUN I
9
ZAKY ARSY
L A P O R A N U T A M A
Setelah dibentuk Juni 2013, Komite Drilling menyusun matrik untuk memudahkan impelementasi Pertamina Drilling Way. “Tak semua diambil, Kita pilih yang krusial,” ujar Hendrazid. Dalam matrik itu, ada sekitar 70 item yang akan dinilai untuk dipenuhi sebelum melakukan pengeboran. Idealnya, semua pengeboran harus melewati penilaian Komite Drilling. Di Pertamina, jumlahnya bisa ratusan tiap tahun. Tapi karena personilnya masih terbatas, baru beberapa saja yang dimasuki. Untuk sementara, yang dipelototi adalah pengeboran yang berdampak signifikan pada kenaikan produksi. Dari masingmasing anak perusahaan dipilih satu proyek pengeboran. Dari Pertamina EP, misalnya, dipi10
TAHUN I
VOLUME 10
lih Bunyu. Lapangan ini menargetkan tambahan produksi sekitar 5000 BOPD. Sedangkan dari PHE adalah Lapangan Tomori di Luwuk dan PGE Lahendong “Setelah diinspeksi PHE nilainya paling baik, sedangkan Bunyu 72. Itupun setelah inspeksi kedua. Sedangkan PGE hanya 44,” kata Hendrazid. Yang menyebabkan Bunyu tertinggal dari PHE adalah sertifikasi pihak ketiga terhadap rig yang dipakai. Dalam matriks yang disusun Komite Drilling, rig yang digunakan harus sudah disertifikasi lembaga independen. Bobotnya lumayan besar. Tak mudah untuk mendapatkan sertifikasi tersebut. Di dunia ini hanya empat lembaga yang bisa melakukannya masing-masing Modu-Spec, GL, Velosi dan EOS. Dalam setiap peme-
riksaan, lembaga ini punya standard tersendiri tak mau gegabah demi menjaga kredibilitas mereka. Tak perlu heran, jika rig yang dipakai di Indonesia, meski sudah mendapat SKPI dari Dirjen Migas sebagai tanda bahwa rig layak digunakan, setelah jeroannya dibongkar banyak yang harus diperbaiki. “Rig di PGE itu sudah mengantongi SKPI tapi setelah diinspeksi Modu-Spec. Ada sekitar 300 item yang harus diperbaiki,” ujar Hendrazid. Inspeksi itu, sesuai dengan ketentuan API (American Pretroleum Institute) harus dilakukan secara berkala. Atas dasar itulah, Hendrazid berani mengatakan performa sebuah rig ditentukan bukan dari umurnya. Rig uzur bukan berarti tak bisa kinclong. “Tergantung perawatan. Kalau rutin diinspeksi dan dirawat, maka performance tetap bisa diandalkan,” ujar Hendrazid yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Drilling Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI). Secara kasatmata bisa dengan mudah diterka rig yang terawat atau yang tidak terawat. Jika cat bopal-bopal penuh karat, bisa dipastikan yang punya mengabaikan maintenance, lebih gemar membeli tapi malas merawat. Hendrazid menceritakan pengalamannya saat bekerja di perusahaan jasa kelas dunia. “Setiap selesai bekerja, langsung disemprot dan dicat,” ujarnya. Floor juga selalu mengkilat sehingga kalau ada ceceran minyak, oli ataupun lumpur dengan mudah bisa terlihat. Ia yakin, Pertamina bisa mencapai tingkat drilling excelence dengan memenuhi semua panduan yang diikuti Pertamina Drilling Way. “Pasti tidak gampang. Tapi kalau tidak dimulai sekarang kapan lagi,” ujar Hendrazid. Ibarat sebuah perjalanan, Pertamina Drilling Way baru start. Untuk mencapai tujuan jalan yang harus ditempuh masih panjang dan berliku.
L A P O R A N U T A M A
Peninjauan Komisi Drilling di lokasi BN-34.
RIG WANGI DI BN-34 Pengeboran di Bunyu berhasil melewati passing grade Komite Drilling. Bisa menjadi model pengeboran di seluruh wilayah Pertamina EP dalam menerapkan Pertamina Drilling Way.
R
IG bopal-bopal dengan cat terkelupas di sana sini? Floor rig belepotan lumpur dan ceceran minyak? Lupakan. Lokasi pengeboran dan rig pun bisa “wangi”. Tengoklah Rig NUE/ di lokasi BN- Bunyu. “Bersih banget. Ini paling Ok,” ujar salah seorang teman yang sudah berkeliling di berbagai lokasi pengeboran di Wilayah Kerja PEP. Pengeboran di Bunyu menjadi pilot project penerapan Pertamina
Drilling Way PDW) di Wilayah Kerja PEP. Komite Drilling menetapkan tiga lokasi. yang mewakili masing-masing anak perusahaan. Selain Bunyu dari PEP, ada Tomori PHE dan dan Lahendong PGE. “Yang lolos passing grade baru Bunyu dan Tomori,” ujar Hendrazid, salah seorang anggota Komite Drilling. Bunyu mendapat nilai 72,27. Komite Drilling menetapkan angka 60 sebagai batas minimal. Penilaian ini didapat Bunyu pada kesempatan kedua. Pada kesempatan pertama,
mereka mendapat nilai di bawah batas minimal. Komite Drilling pertama kali turun ke Bunyu pada tangggal 25 – 27 Maret 2014 saat pengeboran Lokasi B-1307 Sumur BN-41. Saat itu. Ketika itu Komite Drilling pulang dengan tidak terlalu puas. Salah satu yang yang jadi catatan adalah akses masuk yang masih belum rapi dan pengelolaan limbah pengeboran yang masih belum sempurna. Catatan merah dari Komite Drilling itu tak melunturkan semangat. Sebaliknya, jadi pemacu jajaran tim Drilling KTI, Field Bunyu dan PT. PDSI selaku penyedia jasa rig untuk memperbaikinya. Saat ditanya butuh berapa lama untuk menyempurnakan kekurangan tersebut, mereka hanya minta sebulan. Benar saja, pada kunjungan kedua, pada 7 Mei, Komisi Drilling disuguhi kondisi berbeda. Dalam kunjungannya Komite Drilling yang di-
VOLUME 10
TAHUN I
11
pimpin oleh D. Priyo Wibowo dan Djohardi Angga Kusumah selaku SVP Upstream Strategi Planning & Operation Evaluation Pertamina (Persero) tiba di lokasi Sumur BN-34 ditemani oleh Field Manager Bunyu Rizal Risnul Wathan dan Drilling Manager Kawasan Timur Indonesia (KTI) Aziz Muslim. Dalam sambutannya, Djohardi Angga Kusumah sangat antusias dengan kondisi lokasi pengeboran Sumur BN-34 yang rapi, bersih dan tertata sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan seluruh pekerja yang terlibat dalam pengeboran ini. Dengan kondisi ini, pengeboran sumur migas di Field Bunyu diharapkan dapat menjadi contoh dan diterapkan pada kegiatan pengeboran lainnya di seluruh Asset wilayah kerja PT. Pertamina EP sesuai kaidah Pertamina Drilling Way. Bunyu dipilih menjadi pilot project PDW karena target yang ditetapkan lapangan ini sangat signifikan. “Janji saya kepada Presdir utk mencapai 10.000 BOPD pada tahun 2014 ini,” ujar Field Manager Bunyu Rizal Risnul Wathan Dengan tingkat produksi yang sekarang berada di kisaran 5.500-an BOPD target yang dicanangkan tersebut membutuhkan effort luar biasa. Angka produksi sebesar itu sebetulnya pernah dicapai Bunyu pada 1959, tetapi terus menyusut pada dekade-dekade berikutnya sampai pada 1.400-an BOPD. Bahkan sempat menyentuh titik nadir 400 BOPD. Bunyu pun ibarat kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Sampai akhirnya pada 2010, pengeboran BN-18 berhasil meningkatkan produksi secara signifikan. Di masa-masa awal, dibandingkan sumur di seantero Pertamina EP, Bunyu tercatat sebagai sumur yang paling banyak menyemburkan minyak sekitar 5.000 BOPD. Dari sumbangan produksi BN-18, Lapangan Bunyu pada Mei 2012 sempat berproduksi sampai 12. 137 BOPD. 12
TAHUN I
VOLUME 10
ZAKY ARSY
L A P O R A N U T A M A
Berkaca pada keberhasilan tersebut, bukan hal mustahil jika Bunyu bisa kembali menaikkan produksi sebesar 10.000 BOPD seperti ditargetkan Presdir. Kenaikan itu tentunya akan membantu Asset 5 secara keseluruhan yang ditargetkan bisa berproduksi seebesar 22.600 BOPD untuk mencapai 22.600 BOPD untuk mencapai Produksi Pertamina EP secara keseluruhan 128.000 BOPD.
Dengan target yang lumayan besar tersebut, Bunyu mendapat perhatian khusus dari Direktorat Hulu. Direktur Hulu M. Husen secara khusus sempat meminta kontraktor menyediakan terbaik seperti yang dipakai mengebor di Blok Cepu. Di sana PDSI mengoperasikan rig DS #9 dari jenis skidding rig berkekuatan 1500 HP. Rig yang dibuat selama lima belas bulan di CET Batam ini terbilang pa-
pengeboran pada intermediate section sampai seterusnya. Sementara kalau pengeboran konvensional, satu sumur diselesaikan terlebih dahulu sebelum beralih ke sumur berikutnya. Seperti disebutkan Direktur Utama PDSI, Farid Rudiono, kelebihan batch operation, tidak perlu pergantian lumpur tiap pergantian bagian. Begitupun juga dengan handling tool dan mata bornya tak perlu diganti sehingga waktu pengeboran lebih cepat. Biaya yang dibutuhkan juga lebih hemat. Dengan rig konvensio nal, untuk merebahkan butuh waktu dua hari dan untuk menaikkan kembali butuh waktu empat hari. Kalau ada enam sumur yang dibor dalam satu areal cluster seperti di Bunyu untuk merubuhkan dan mendirikan rig bisa memakan waktu 36 hari. Masuk akal jika Direktur Hulu ngotot ingin diterapkan batch operation untuk pengeboran di cluster Bunyu. Sayang, karena ada mis komunikasi dengan kontraktor, rig yang fleksibel seperti dipakai
I S T I M E WA
ling canggih di Indonesia. Rig yang dibangun melalui penerapan alih teknologi dengan beberapa perusahaan internasional seperti Lee C Moore, Lee Tourneau dan NOV ini mampu mengebor hingga kedalaman 6.000 meter. Keunggulan rig ini tidah usah direbahkan (lay down) ataupun dibongkar (rig down) ketika hendak dipindah ke sumur berikutnya dalam saru area pengeboran. Rig ini dilengkap perangkat mekanis yang menyebabkan dia bisa bergerak ke depan ke belakang, ke kiri dan ke kanan sehingga bisa berpindah cepat dari satu titik pengeboran ke titik pengeboran lainnya. Dengan kemampuan tersebut memungkinkan dilakukan pengeboran dengan teknik batch operation, yaitu mengebor sumur secara bersamaan bagian per bagian. Misalnya, kalau mau mengebor lebih dari satu sumur, bisa diawali dari top hole section terlebih dahulu, setelah selesai semua kembali ke sumur pertama untuk meneruskan
Suasana dock house yang bersih di rig N80UE/22
di Blok Cepu tak tersedia. Akhirnya. memakai rig konvensional. Meski begitu, rig ini ternyata mampu memenuhi passing grade Komite Drilling. Dari dulu, Bunyu, pulau kecil di sebelah timur laut Tarakan sudah lama mewangi sebagai penghasil migas. Potensi minyak di sana pertama kali ditemukan Perusahaan B el and a Battafsche Petroleum Maatchappij (BPM) pada 1896. Eksplorasi mulai dilaksanakan pada 1901 dengan melakukan pengeboran beberapa sumur, kini dikenal dengan sumur B-001 sampai B-016. Para pencari migas dari seantero jagat didatangkan. Salah satunya adalah Wolfgang Leopold, eksplorasionis dari Swiss. Dia lah yang memimpin pencarian migas. Eksplorasi itu menemukan cadang yang besar di Bunyu pada 1923-1924, seperti ditulis buku “Memories from Borneo”, karangan Andreas Isler, dosen di Universitas Zurich. Sejak penemuan itu, Bunyu jadi pulau internasional. Yang datang ke situ dari berbagai suku bangsa di dunia. Pada periode 1922-1937, BPM mulai memproduksi pada sumur B-107. Saat perang dunie berkecamuk perusahaan berhenti beroperasi. Tapi bumi Bunyu tetap disedot. Jepang yang sempat menguasai Asia Pasifik memompanya untuk keprluan perang. Setelah era kemerdekaan, BPM kembali pada 1957. Produksi Bunyu saat itu langsung meroket 10.000 BOPD Sampai 1961, pengelolaan beralih dari BPM ke Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappj bekerja sama dengan Permindo. Pada periode inilah, Bunyu memasuki masa keemasan dengan produksi 10.510, terbesar sepanjang sejarah Bunyu. Pada 19931994, ladang minyak bumi dioperasikan oleh PT Ustraindo, Produksi anjlok sampai 2.000 BOPD. Pada 1994, Pertamina mengambil alih pengelolaan lapangan tersebut sampai kini.
VOLUME 10
TAHUN I
13
I S T I M E WA
L A P O R A N U T A M A
Rig N80UE/22 di lokasi BN-34 Bunyu.
BIAR TAK MOGOK DI Pertamina Drilling Way (DW) merupakan strategi untuk menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution end-to-end. Memastikan pengeboran sesuai rencana. Terbukti efektif menurunkan NPT (non productive time). 14
TAHUN I
VOLUME 10
V
P HSSE Lelin Epr ianto mengaso siasikan rig dengan sebuah mobil. Sebelum mudik, untuk sampai ke tujuan, pemilik akan memasukkannya ke bengkel, diperiksa mulai ban sampai tune up mesin. Tanpa pemeriksaan, mobil itu mungkin masih bisa jalan. Tapi bisa saja di Tegal
bikin lubang” ujar Lelin. Jika ngebornya bermasalah tentunya akan mempengaruhi produksi. “Sebelum adanya PDW, data kinerja rig masih belum memuaskan. NPT (non productive time) agak tinggi,” Lelin menambahkan. PDW mer u pakan strate g i Pertamina untuk menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution end-toend. Pe d o m a n praktis ini akan dilaksanakan di semua anak perusahaan Pertamina yang melakukan aktivitas pengeboran, yakni PEP, PHE dan PGE. PDW merupakan solusi atas permasalahan drilling yang paling kritikal di Pertamina, disusun bersama lebih dari 100 orang dari seluruh Pertamina. Pengetahuan dan pengalaman mereka dikompilasi best practice dari dalam dan luar Pertamina. Pertamina Drilling Way mengatur bagaimana suatu safety behaviour monitoring dilakukan. Salah satunya dengan penerapan safety card practices di lokasi pengeboran. Sedangkan dalam perencanaan dan desain, diatur perencanaan yang baik dimulai dari pemenuhan pre drilling data package yang komprehensif, tata waktu yang cukup untuk membuat drilling program dan peer review, sehingga drilling program yang dibuat telah memenuhi aspek kaidah teknis dan biaya yang optimum, juga telah memenuhi aspek keselamatan operasional. Untuk memastikan pelaksanaan
non operasional yang baik sesuai dengan rencana perlu adanya dukungan kinerja yang baik dari services company. Untuk itu, PDW juga mengatur bahwa harus mencakup elemen-elemen kritikal seperti scope and works dan contract terms yang lebih detail, vendor selection dan technical evaluation yang robust, acceptance criteria yang lebih detail dan penggunaan independent inspector. Selain itu diatur juga hal-hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja service company seperti penggunaan performance evaluation form dan SQM sehingga akan didapatkan services company yang berkinerja baik. Sedangkan dalam aspek pelaksanaan non operasional diatur koordinasi antarfungsi di perusahaan dalam hal persiapan lokasi, penggunaan tracking tool untuk memonitor kesiapan lokasi, material, jasa, dan sebagainya sebelum pengeboran. Dalam pelaksanaan operasi pengeboran dijabarkan juga mengenai detail prosedur penanganan masalah utama dalam pengeboran seperti hilang sirkulasi dan pipa terjepit. Tidak lupa dibahas juga perihal performance monitoring untuk mengetahui kinerja, permasalahan yang timbul selama operasi dan bagaimana solusi yang terbaik yang diperlukan. Monitoring kinerja ini dilakukan secara mingguan dan bulanan dengan menggunakan war room dashboard. Monitoring kinerja mencakup para-
Dengan adanya penerapan PDW, diharapkan kegiatan pengeboran terjamin kualitasnya sehingga kinerja pengeboran di Pertamina akan lebih meningkat, sumur terjamin keamanannya dan sasaran produksi dari pengeboran tercapai.
JALAN sudah mogok, padahal tujuannya ke Surabaya. “Tentunya lebih confidence mobil dicek dulu daripada di tengah jalan bermasalah,” ujar Lelin. Perasaan “lebih confidence” itulah yang ingin dibangun oleh Pertamina Drilling Way, panduan pengeboran untuk seluruh anak perusahaan di bawah Direktorat Hulu. “Pertamina Drilling Way sangat penting karena kunci produksi di Pertamina itu ngebor,
VOLUME 10
TAHUN I
15
meter HSSE operations, biaya, kinerja sumur (NPT) dan juga kinerja vendor. Dengan adanya penerapan PDW, diharapkan kegiatan pengeboran terjamin kualitasnya sehingga kinerja pengeboran di Pertamina akan lebih meningkat, sumur terjamin keamanannya dan sasaran produksi dari pengeboran tercapai. Untuk mensosialisasikannya berbagai workshop terus digelar. Salah satunya pada Selasa (22/4) diadakan di Ceria Room Shangrila Hotel Jakarta, Dalam kesempatan itu, VP Drilling PT Pertamina EP yang saat itu dijabat Bambang Widjanarko menyebutkan Pertamina EP mencoba menerapkan PDW sejak Desember 2012. “Sejauh ini beberapa elemen PDW telah diimplementasikan, ada juga yang sedang berjalan, namun ada beberapa yang belum diimplementasikan,” terang Bambang. Praktis baru Field Bunyu yang menerapkan PDW dengan mencoba memenuhi matrik yang disusun Komite Drilling yang juga bertindak sebagai assesor. Komite yang dibentuk Direktur Hulu untuk mengawal pelaksanaan PDW ini boleh dibilang saklek, tak ada kompromi. Pada penilaian pertama, Bunyu masih di bawah layak, hanya 54. Salah satunya, jalan akses ke pengeboran diangap masih belum layak. Tanpa bermaksud membela, Bambang menyebutkan bahwa selama ini, pengeboran selalu dihadapkan dengan tuntutan untuk segera produksi, meski infrastruktur belum sepenuhnya sempurna. “Semuanya sudah siap sementara kondisi jalan belum excellent. Saya akan mengambil keputusan, jika dari safety aman, pengeboran jalan,” terang Bambang. Perbaikan, menurut Bambang bisa dilakukan sambil jalan “Anda bisa lihat, hari ini diberi nilai 54 dan kemudian ketika besoknya jalan diperbaiki maka nilainya langsung melejit di atas 70,” tandas Bambang. Menurut Bambang mungkin lapangan offshore akan lebih bagus 16
TAHUN I
VOLUME 10
WA H Y U S .
L A P O R A N U T A M A
Lelin Eprianto.
karena kesalahan kecil saja akan berimplikasi luar biasa. Untuk mengambil risiko akan sangat hati-hati. “Sementara di darat kita masih berpikir punya pilihan lain,” Bambang menambahkan.
“Kontraktor yang akan ikut harus mempunyai riwayat maintetenance rig. Seperti mobil harus ada buku service.” Pemahaman yang lebih baik pada PDW menjadi penting apalagi bagi Pertamina EP dalam sisa tahun ini akan ada pekerjaan rumah maha berat yang harus ditunaikan. Salah satunya jumlah pengeboran yang akan lebih banyak dibanding triwulan sebelumnya. “Kesuksesan drilling diperlukan untuk membantu Pertamina EP mencapai
target produksi 2014,” jelas Bambang. Tahun ini Pertamina EP dibebani target oleh korporat sebesar 128.000 BOPD. PDW memang tak menjamin secara otomatis produksi akan naik. Untuk produksi, masih tergantung kondisi sub surfacenya. Tapi setidaknya dengan PDW, NPT bisa dikurangi. Tak ada lagi pengeboran yang tertunda karena rig “mogok” di tengah jalan. Di Beberapa pengeboran sudah terbukti terbukti NPT bisa turun sehingga anggaran bisa dihemat. Menurut Bambang, PDW hadir untuk memastikan pengeboran sesuai dengan rencana. Setiap proses harus dijamin dan berjalan secara bersamasama. Jika dulu mindsetnya, ngebor dulu masalah belakangan. Dengan PDW, setiap resiko yang mungkin timbul diidentifikasi. Setelah PDW diluncurkan pada Desember 2012, menurut Bambang, telah ada perubahan yang dilakukan pada perencanaan pengeboran di lingkungan Pertamina EP, seperti memasukan KPI Vendor, bagaimana memilih vendor yang bermitra, menentukan batasan legal dalam proses kontraktual. Ia menyebutkan tak mudah melaksanakan PDW, apalagi di tengah
kalau semua bersifat emergency berarti ada yang salah. Bambang menilai penerapan PDW sebagai sebuah proses. Kondisi tak serta merta ideal. Meski begitu, dengan terus digencarkannya PDW, Fungsi pengeboran sudah mulai aware. Terbukti dengan NPT yang se-
TATA N A G U S R S T
tuntutan harus menaikkan produksi. “Akhirnya, kita berlindung pada kata darurat,” ujar Bambang PDW mungkin tidak bisa menghilangkan sesuatu yang bersifat darurat. PDW hanya bisa meminimalkan risiko. “Yang namanya darurat tetap bisa dikerjakan sebagai darurat tetapi
MENGHINDARI PERUT BUNCIT DI RIG
T
terhadap semua pegawai di atas rig. Mereka diamati pola makannya selama 2x24 jam. Hasilnya mencengangkan. “Mereka gemuk karena banyak mengkonsumsi mie instan,” ujar Lelin. Mereka mengkonsumsi mie instan bukan berarti tak ada makanan di atas rig. Menunya pun beragam dengan tingkat gizi terjaga. Persoalannya kerap saat mereka pulang untuk makan, makanan sudah dingin. Selera pun melayang. Akhirnya mereka teriak minta dibikinkan mie instan versi Untuk menjawab pertanyaan terse- jumbo plus dua telor. “Ini tidak sehat. but, Fungsi HSSE bekerjasama dengan Kita akan cari cara untuk memperbailembaga independen melakukan survey kinya,” ujarnya.
A K hanya menung g u Pertamina EP juga melakukan upaya penyempurnaan kualitas pengeboran untuk hal-hal yang belum diatur PDW. Salah satunya, membenahi aspek kesehatan pekerja. “Saya heran mengapa para pekerja di atas rig cenderung bertambah gemuk,” ujar VP HSSE Lelin Eprianto. Kondisi ini jika dibiarkan tentunya akan berpengaruh pada kinerja. Kegemukan cenderung menyebabkan seseorang menjadi malas.
makin berkurang. Beberapa pengeboran bisa diselesaikan di bawah anggaran yang sudah ditetapkan. Karena anggarannya bisa hemat, Pertamina EP bisa menambah lagi 10 pengeboran pada 2014 dari rencana semula yang hanya 80 pengeboran. Modul PDW terus menerus disempurnakan. Salah satunya seperti dikatakan Lelin adalah, penyempurnaan tender rig. “Kontraktor yang akan ikut harus mempunyai riwayat maintetenance rig. Seperti mobil harus ada buku service,” ujar Lelin. Tentu tak sembarangan. Maintenance itu harus dilakukan lembaga-lembaga kredibel yang di dunia ini jumlahnya tak banyak. Yang diakui reputasinya bisa dihitung dengan jari. Lelin menyadari penambahan ini akan berimplikasi pada biaya. Untuk inspeksi rig, ongkos yang harus dikeluarkan sekitar 50.000 dollar. Tapi jumlah ini tak seberapa jika dibandingkan dengan sewa yang harus dibayar. Tiap hari sewa rig sekitar 30.000 ribu dollar. Jadi ongkos maintenance itu hanya senilai dua hari sewa rig. “Dengan rig yang maintenancenya terjaga, pengeboran akan lebih tepat waktu,” Lelin menambahkan. Jika ini diberlakukan, vendor-vendor tentunya harus bersiap-siap. “Orang Indonesia itu paling bisa membeli, tapi malas merawat,” ujar Lelin. Ia lalu megutip istilah dari disiplin HSSE, yakni broken window, untuk menyebut kondisi yang membiarkan sebuah kerusakan kecil sehingga memantik kerusakan yang lebih besar. Ia mencontohkan, sebuah kereta api yang kacanya pecah akan memancing orang untuk melemparinya jika tidak segera diperbaiki. “Kalau langsung diperbaiki, orang jadi segan,” ujarnya. Begitu juga dengan rig yang tak akan bopal dan berkarat jika setiap yang terkelupas langsung dicat ulang. Setiap cuku cadang yang bermasalah langsung diganti biar performa tetap kinclong, meski sudah berumur.
VOLUME 10
TAHUN I
17
H
S
S
E
MENCEGAH BUMI MAKIN PANAS
“
P
ANAS sekali ya hari ini!” Sering sekali kita mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar kita ataupun daridiri kita sendiri. Tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca, kita tentu juga menyadar imakin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini, mulai dari banjir, putting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet bumi sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran. Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini marak dibicarakan oleh masyarakatdunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakahpemanasan global itu? Secarasingkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah mengapa suhu permukaan bumi bisameningkat? Apa Penyebab Pemanasan Global ? Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumahkaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahunsekali, ribuan ahli dan penelitipeneliti terbaikdunia yang tergabungdalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut. Salah satu hal pertama yang mereka temukan bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggungjawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah contributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik. 18
TAHUN I
VOLUME 10
Apa Penyebab Utama Pemanasan Global ? DalamlaporanPBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long Shadow: Enviromental Issues and Options (dirilisbulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9% karbon dioksida (CO2), 37% gas metana (CH4 dengan efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2), 65% nitrogen oksida (NO efek pemanasan 296 kali lebih kuat dariCO2), serta 64% amonia (NH3) penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak, peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan hutan Amazon.
Apaitu Gas Rumah Kaca? Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas denganfungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tersebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panasmatahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32°Celcius. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpanCO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda, beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh, sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2, molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2 tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama diketahui sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon. Bagaimana Cara Mengatasi Pemanasan Global? Masalah global ini tidak akan dapatdiselesaikan jika hanya terus berharap pada pemerintah. Masyarakat harus berperan serta untuk mengurangi sekaligus memperlambat terjadinya pemanasan global. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global, seperti : 1. HematPemakaianListrik Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama beberapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, jangan sering memasukkan makanan panas langsung ke-
dalam lemari es, serta jangan sering-sering membuka pintu lemari es terlalu lama. 2. Hemat Pemakaian Air Matikan kran air jika tidak digunakan, pakailah air secukupnya. 3. Reduce (Mengurangi/Menghemat) Belilah barang-barang mebel atau peralatandapur yang benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji, kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi produksi limbah rumah tangga, dll. 4. Reuse (Menggunakan Kembali) Gunakan kembali kantong plastik untuk membawa belanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat berbelanja, belilah produk-produk yang bisa diisi ulang, gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus barang, dll. 5. Recycle (Mendaur Ulang) Mulailah gunakan bahan yang cukup ramah bagi lingkungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan lain, misaljadi vas bunga, kreasikan barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran di sekitar rumah, dll. 6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi Salah satu cara termudah adalah dengan menanam pohon pelindung di sekitar rumah atau membuat taman di sekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau. 7. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi Jika memungkinkan untuk naik angkutan umum, lebih baik mulai dibiasakan untuk melakukannya. Selain menghemat bahan bakar, juga dapat mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi hujan asam yang merusak lingkungan. 8. Membangun rumah dengan fentilasi yang cukup Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan rumah kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Saat membangun rumah harap perhatikan ventilasi dan tata cahaya yang tepat. Saat siang hari pula desainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus menghidupkan lampu dan desain pula agar sejuk tanpa harus menghidupkan AC atau kipas angin. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak pemanasan global yang terus mengancam kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Setiap hal kecil yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global tentunya akan semakin membuat hidup dan kehidupan anak cucu kita di masa mendatang menjadi lebih baik dan tidak terpuruk karena ulah yang kita lakukan di masa lampau. Mari kita atasi pemanasan global bersama-sama!
VOLUME 10
TAHUN I
19
I N S P I R A S I
TERTAWAN MATA LENSA
Demi kamera, Yulianus Firmansyah Ladung meninggalkan pekerjaannya di Microsoft. Dari hanya sekadar hobi, omzetnya kini ratusan juta bahkan lebih. Mengasah nurani dengan street photography (fotografi jalanan). Menempatkan pertemanan di atas segalanya.
S
Tak aneh jika Microsoft termasuk 13 perusahaan yang terus masuk dalam daftar 100 perusahaan terbaik untuk bekerja versi majalah Fortune sejak indeks tersebut diluncurkan 1998. Bahkan, Microsoft juga didapuk jadi nomor satu dalam hal ‘Great Place to Work Institute’s World’s Best Multinational Workspace List’. Sarjanasarjana Teknologi Informasi merasa ada yang kurang jika CV-nya belum mencantumkan pernah bekerja di Microsoft. Toh semua kenyamanan dan kemewahan identitas itu tak berlaku bagi Yulianus Firmansyah Ladung. “Setiap bangun dari tidur saya selalu merasa
WA H Y U S .
IAPA tak kenal Microsoft yang didirikan inovator dan penderma sejati, Bill Gates yang mewangi ke seantero jagat? Tak sekadar nama perusahaan, dia adalah simbol era modern yang menyatukan dunia menjadi tanpa batas. Sejak awal berdiri perusahaan ini menempatkan kreativitas sebagai energi utama untuk melaju. Microsoft tak pernah menggunakan hal-hal formal, seperti absensi karyawan untuk mendapatkan hasil maksimal. Karyawan bebas untuk bekerja darimana saja, Masuk kantor bercelana pendek pun OK saja selama hasilnya ada.
Ladung sedang memotret di salah satu lapangan migas milik Pertamina EP.
20
TAHUN I
VOLUME 10
ada yang kurang,” ujarnya. Bukan urusan penghasilan. Di Microsoft, pria tinggi besar ini sudah menduduki posisi penting. Gaji sebagai seorang manajer lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya. “Apalagi saya masih belum berkeluarga,” ujar pria yang akrab dipanggil Ladung tersebut. Bukan juga karena bosan dengan rutinitas, Perusahan sudah membangun sistem agar karyawan tidak terperangkap dengan kebosanan. Misalnya, pindah pada bagian lain. Jam kerja pun dibikin fleksibel. Jika karyawan perusahaan lain tiap pagi sudah bersungut-sungut karena harus berjibaku dengan kemacetan, karyawan Microsofoft bisa mengatur jam kerja. Secara resmi, perusahaan mengeluarkan kebijakan Office Out-ofOffice atau Office OOF. Karyawan didorong untuk tidak hadir di kantor untuk bekerja namun tetap aktif mengerjakan pekerjaan seperti biasanya dari berbagi lokasi yang tersebar di seluruh Jakarta. Dengan memanfaatkan perangkat lunak kolaborasi dan platform produktivitas besutan Microsoft, semua staf Microsoft Indonesia tetap dapat saling terhubung dan bekerja dari tempat lain seperti kafe, kantor klien, pameran bahkan di dalam kendaraan. Jadi apa yang masih kurang? Ladung terdiam sejenak. “Passion saya sudah sejak lama tidak di situ lagi, tapi ada di bidang lain,” ujar Ladung dalam
F OTO - F OTO : I S T I M E WA
Ladung (tengah) dan jepretan saat hunting street photography.
sebuah perbincangan santai dengan ENERGIA di sebuah kedai kopi di kawasan Sudirman. Darah Dayak yang mengucur di tubuhnya menuntunnya untuk mengikuti kata hatinya tanpa harus dicari rasionalisasinya. Ladung yang dilekatkan di belakang namanya adalah identitasnya sebagai seorang putra dari suku Dayak Bahau Busang yang ada di Kalimantan Timur, tersebar sepanjang hulu dan anak sungai Mahakam) dan Kalimantan Tengah. Banyak yang tak paham saat di penghujung 2013 Ladung mengirimkan surat pengunduran diri dari perusahaan yang banyak diimpikan orang tersebut. “Ini kedua kalinya saya meninggalkan wilayah comfort zone,” Ladung menegaskan. Yang pertama dilakukannya saat mengundurkan diri sebagai karyawan salah satu kontraktor migas multi nasional, Weatherford. Dia bekerja di perusahaan itu setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia Malang, Jawa Timur. “Saya merasa asosial,” ujarnya. Hidupnya banyak di atas rig, baik off shore maupun on shore. Dia menjelajah, tak hanya seluruh WK perminyakan di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lain. Hidup dijalankan nyaris serba mekanis, termasuk dengan pergaulan sehari-hari. “Saya hapal wajah, tak pernah hapal nama,” ujarnya. Sering kalau bertemu, dia menyapa bukan dengan namanya tapi berdasar-
kan ingatan dengan tempat bekerja.” Kita sepertinya pernah ketemu di rig .. di lokasi perusahaan..,” begitu selalu. Pada awal-awal, pengalaman bekerja diatas rig, diayun-ayun ombak memuaskannya, menjejakan kaki ditempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya. Ladung seolah menemukan dunia yang diimpikannya sejak kecil. Masa kecil Ladung banyak dihabiskan di ladang-ladang minyak sesuai dengan penugasan ayahnya yang bekerja di Pertamina. Setiap kali menatap rig yang menjulang ke angkasa, Ladung kecil berdecak kagum. Toh lama kelamaan, hidup di atas rig yang semuanya serba “prosedural” itu membosankannya. Lelaki kelahiran Balikpapan, 9 Januari 1977 itu merasa pekerjaan sudah merampok hal yang paling esensial dari hidupnya, yakni kehidupan sosial dimana Ladung lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi pengeboran daripada berkumpul bersama dengan keluarga atau kawan. “Dalam satu tahun, paling satu bulan saya berada di rumah,” Ladung menegaskan. Ia pun kemudian memutuskan untuk berhenti saat itu. Banyak yang kaget dengan keputusannya. Maklum, dunia migas dengan segala keglamourannya dipersepsikan sebagai dunia yang bergelimang kemewahan. Bekerja di perusahaan migas adalah impian dan harapan banyak orang. Yang keluar dari situ dianggap sebagai orang aneh.
Meski banyak yang menyarankan untuk membatalkan keputusannya, Ladung tak beringsut. Dia pun kemudian berkelana di beberapa perusahaan IT, misalnya. Bahkan sempat juga mencicipi bekerja di Perbankan. Comfort zone-nya didapat saat bekerja di Microsoft yang akhirnya ditinggalkannya. Banyak yang bertanya, dia akan hidup dengan dengan apa setelah berhenti? Apakah bidang baru yang dijalaninya bisa menggantikan penghasilan sebelumnya. “Banyak yang bilang saya gila ketika menyebutkan akan melanjutkan hidup dengan kamera,” kata Ladung. Untuk sekadar hidup mungkin bisa, tapi memberikan penghasilan layak seperti yang diterimanya sebelumnya, banyak yang sangsi. Dalam benak kebanyakan orang, fotografi adalah hobi, bukan ladang mencari penghidupan. Ladung terus melangkah dengan keputusannya. Bekerja dengan passionnya. “Rezeki itu sudah ada yang mengatur,” begitu dia selalu membisiki dirinya agar terus berjalan, meski onak duri menghadang. Ladung tahu persis keputusan itu membutuhkan kerja keras. “Banyak orang yang bisa moto. Saya harus cari cara agar saya berbeda,” ujar Ladung. Ia pun akhirnya mengibarkan bendera Ideam Aeternam Photography yang mengkhususkan pada fotografi industri dan korporat. Pilihan yang jeli.Di Indonesia belum banyak yang menekuni fotografi indus-
VOLUME 10
TAHUN I
21
I S T I M E WA
I N S P I R A S I
Hasil jepretan Ladung yang mengkhususkan pada fotografi industri dan korporat.
tri. Jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Selain kompetensi teknis, fotografi industri mensyaratkan pemahaman terhadap industri. Misalnya, untuk industrii migas, ada pengetahuan dasar yang harus dimiliki fotografer terutama yang menyangkut safety. Misalnya objek apa yang diizinkan memakai flash, jenis kamera seperti apa yang dapat dipergunakan apabila akan mengambil gambar diatas rig-floor, dll. Di sinilah Ladung yang sempat bekerja di migas mempunyai nilai plus. “Emosi pekerja di rig pun harus jadi perhatian,” ujarnya. Banyak yang mengganggap menjadi seorang fotografer itu hanya cukup paham mengenai fotografi itu sendiri, padahal misalnya ketika memutuskan untuk menjadi seorang fotografer industrial, pemahaman mengenai industry yang digeluti juga wajib dimiliki. Oleh sebab itulah, Ladung tetap mempertahankan komunikasi dan jaringan 22
TAHUN I
VOLUME 10
sosialnya dalam wadah organisasi seperti SPE (Society of Petroleum Engineer), IPA (Indonesia Petroleum Association), atau organisasi seperti AOP (Association Of Photographer, UK). Ladung saklek dengan pilihannya untuk berada di garis fotografi industri. Di luar itu, misalnya untuk wedding dibayar berapapun dia tidak akan mengerjakannya. “Kalaupun motret wedding karena diminta bantuan oleh teman. Dan itu gratis,” ujar Ladung yang menempatkan pertemanan di atas segala-galanya ( lihat box: Jangan makan periuk nasi orang). Pilihan hidup dengan kamera tak serta merta. Ladung menjepret sejak usia remaja, Dia tak pernah berhenti. Kamera seolah menjadi pasangan setianya, Ke mana pun pergi, selalu dia bawa. “Saya gak pernah belajar formal ataupun kursus. Saya otodidak.” ujar Ladung. Saat masih sebagai “orang gajian”, dia suka menyempatkan menger-
jakan orderan foto. Honornya tak seberapa. Ladung ingat honor pertama dari memotret diterimanya pada 2006 sebesar Rp 1,5 juta. Saat itu, dia diminta sebuah warung martabak kubang milik salah seorang kawannya di Balikpapan. KIni honornya sudah berlipatlipat. Kliennya juga perusahaan-perusahaan berkelas, Sebut saja, misalnya, Citibank, Coca-Cola, FIFA, Liebherr, Mandala Airlines, Microsoft, biro iklan Ogilvy Today & Mather, Sumberdaya Sewatama, Yahoo!, bahkan Pertamina juga. Yang terakhir adalah project video clip Coca-Cola Song untuk Piala Dunia 2014 Brazil yang akan ditayangkan di Myanmar dan Brazil. Seorang teman yang juga fotografer menyebutkan Ladung sebagai fotografer miliarder. Omzetnya per tahun miliaran. Betulkah? Ladung hanya tertawa. “Yang pasti orang-orang yang dulu menyebut saya gila waktu
I S T I M E WA
keluar dari Microsoft salah,” ujarnya. Ladung mengaku setiap tahun paling banyak hanya menerima maksimum sepuluh pesanan pekerjaan fotografi. Jadi silakan hitung, berapa tarif Ladung sekali motret. Sama dengan pelaku bisnis yang
lain, Ladung sangat serius dengan bisnisnya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, setiap kali pemotretan Ladung selalu menyertakan sejumlah kru plus peralatan terbaru. Tergantung dari jenis penugasan. Tidak jarang tim yang terlibat dalam pekerjaan yang
Ladung tangani terdiri dari minimal 6 sampai dengan 10 orang yang terdiri dari antara lain seorang atau beberapa orang produser, lighting engineer, lighting assistant, production assistant, second shooter. Lantas untuk pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan model, maka Ladung menyerahkan halhal yang terkait soal penampilan kepada fashion-stylist/pengarah gaya, makeup artist, hair-stylist, yang bertugas mengurusi pakaian, rambut, dan, gaya. Setelah foto dihasilkan, dan bila dianggap perlu maka akan dilibatkan pula seorang atau bahkan beberapa orang digital artist, yang bertugas melakukan post-production editing terhadap foto sesuai kebutuhan. “Dengan kompetensi kru seperti itu, foto yang dihasilkan dapat maksimal dan sesuai dengan kebutuhan dan kehendak pelanggan. Serta segala pertanyaan yang berasal dari pelanggan terkait harga dapat terjawab dengan sendirinya,” kata Ladung.
JANGAN MAKAN PERIUK NASI ORANG
M
EMOR INYA ber putar ke kejadian setahun lalu, tepatnya pada April . Telepon genggamnya berdering. Khabar duka datang: ayahnya di Kalimantan meninggal dunia. “Besoknya saya harus motret salah satu maskapai penerbangan,” ujarnya. Dia tak bisa membatalkan karena pemotretan di bandara butuh waktu, perlu izin khusus tak bisa sembarangan. Padahal kliennya butuh cepat, skedulnya ketat. Di sisi lain, ia juga tak mungkin kalau tidak pulang, melihat ayahnya terakhir kali. “Malammalam saya meminta teman menggantikan,” ujar Ladung. Si teman tanpa bertanya ini itu, langsung mengiyakan. Semua itu bisa terjadi karena “pertemanan” yang tak melulu mengukur sesuatu dengan materi. Ladung senantiasa menjaga perkawanan, baik dengan yang baru maupun yang sudah lama dikenalnya. Ia
sadar di atas langit masih ada langit. Kaki tak selalu bisa berdiri tegak. Suatu saat mungkin tersungkur dan membutuhkan bantuan orang lain. “Jangan pernah makan periuk nasi orang” ujar Ladung saat ditanya kiatnya menjaga perkawanan. Dalam sebuah pitching, meski sudah dinyatakan sebagai pemenang, dia sering menyerahkannya pada yang lain kalau dianggapnya sedang membutuhkan Bagi Ladung, uang bukan segalagalanya, Ia tahu persis, pada satu titik uang bisa menjebaknya menjadi rakus. Untuk itulah sejak awal ia melatih dirinya untuk berani menolak pekerjaan jika dianggap yang dilakukannya sudah cukup. “Dalam setahun paling banyak saya hanya menerima lima order s/d maksimum 10,” ujarnya. Sisa waktunya, digunakan untuk melakukan street street photography atau fotografi jalanan. Dia berburu objek, kebanyakan kaum marjinal di sudut-sudut ibukota. “Biar
nurani saya tetap menyala,” ujar Ladung Toh, godaan kerap datang. Pernah hasil berburunya ditawar orang hampir seratus juta untuk sebuah foto yang sangat humanis. Di gambar, Seorang ibu dengan mengendong anaknya berdiri mematung di jalur bus way, di depannya antreaan mobil berpuluh meter. Sebuah realitas kehidupan di ibukota. Tawaran itu ditampiknya. “Ini wilayah yang berbeda. Saya mencari duitnya biar di fotografi industri saja,” ujar Ladung. Ia masih tak puas dengan semua pencapaiannya. Ladung masih ingin terus berlari dan merenda mimpi. “Saya ingin menulis buku, bisa pameran foto sendiri. Khususnya fotografi mengenai industri migas di Indonesia berikut dengan kehidupan sosial, keragaman budaya, potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdapat disekitar daerah operasi migas,” ujarnya. Dengan buku, jejaknya akan tercatat, tak hilang karena terbatasnya ingatan.
VOLUME 10
TAHUN I
23
W A W A N C A R A
Abadi Poernomo KETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA
TATA N AG U S R S T
ENERGI HARUS JADI TOP OF BUSINESS 24
TAHUN I VOLUME 10
“Kondisi energi kita sudah lampu kuning. Produksi minyak yang sampai sekarang masih menjadi sumber utama energi produksinya terus menyusut sampai 800 ribu-an sementara konsumsi naik terus. Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar.” Abadi Poernomo
D
ENGAN nada lirih, seperti sedang berbisik pada dirinya sendiri, pria yang berusia hampir genap tahun ini mengingatkan tentang kuasa rakyat. “Saya dipilih rakyat. Kalau tak berbuat apa-apa sama denga mengkhianati mereka,” ujarnya. Kalimat itu terus dirapalnya dalam berbagai kesempatan, dijadikan penyemangat untuk bisa berbuat sesuatu. Karena tanggung jawab itulah, dia tak mau leha-leha, tak pernah absen setiap rapat dan senantiasa memberikan masukan yang konstruktif. Tensi kesibukannya pun berlipat. “Setelah pensiun, saya malah lebih sibuk,” ujarnya. Pria itu adalah Abadi Poernomo, mantan Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy. Sejak muda, pria kelahiran Malang ini memang meletakkan tanggung jawab pada kasta teratas. Dia melecut dirinya dengan menekuni olahraga ekstrem terjun payung. Dia baru berhenti setelah kakinya patah dalam sebuah insiden penerjunan. Abadi bersama dengan istrinya pada masanya sempat tercatat sebagai salah satu penerjun andalan Aves, klub terjun payung asal Bandung yang banyak menelorkan atlet nasional. Setelah gulung parasut, Abadi menekuni olahraga ekstrem yang lain: menembak. Seperti juga terjun payung, olahraga ini menuntut konsentrasi dan kedisplinan tingkat tinggi.
Jika sekarang bicara tentang pentingnya suara rakyat, bukan karena baru terplih sebagai anggota legislatif. Abadi tak begitu tertarik dengan politik yang disebutnya sebagai dunia yang butuh bakat khusus. “Sebagai anggota DEN (Dewan Energi Nasional), saya dipilih DPR yang merupakan wakil rakyat,” ujar Abadi. Bersama delapan tokoh lainnya, Abadi dipilih menjadi anggota lembaga yang bertangung jawab mengawal ketersediaan energi di Indonesia, kini dan masa yang akan datang. Kenapa Anda tertarik masuk DEN ? Kondisi energi kita sudah lampu kuning. Produksi minyak yang sampai sekarang masih menjadi sumber utama energi produksinya terus menyusut sampai 800 ribu-an sementara konsumsi naik terus. Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar. DEN, sesuai dengan amanat UU bisa menjembatani seluruh fungsi dalam mengatasi kondisi kritis. Ini menjadi tantangan buat saya untuk memberikan masukan-masukan positif kepada pemerintah. Tak sekedar kritik, juga memberikan solusinya Biar kondisi energi yang sudah lampu kuning tidak menjadi lampu merah, apa yang harus dilakukan? Sekarang ini energi masih diletakkan di level bawah. Padahal seharusnya diletakkan sebagai top of business. Paradigma berpikirnya harus energi,
energi, dan energi. Sekarang ini banyak kebijakan yang tidak match. Misalnnya, kebijakan low cost green car. Dari persepsi perindustrian menambah lapangan kerja, tapi tidak dihitung dampaknya pada energi. Sudah diberi intensif pajak, tetap makan BBM subsidi. Sekarang Pertamina diminta menggantikan mulut selang. Kenapa tidak dipikirkan dari awal. Lagipula, jika betul green car tidak mungkin low cost karena ini menyangkut teknologi. Subsidi adalah persoalan laten yang tak pernah selesai. Tiap tahun angkanya terus membengkak. Solusi apa yang Anda tawarkan? Subsidi harus dikurangi bertahap. Dari yang 300 triliun yang dibayarkan untuk subsidi, sebagian besar, misalnya 200 triliun dialihkan untuk membangunan infrastrtktur, misalnya mass rapid transportation. Rakyat pasti happy, semua lapisan bisa menikmati. Sekarang subsidi BBM hanya dinikmati golongan tertentu. Biar tidak ribut setiap tahun, yang harus dilakukan pemerintah adalah mematok subsidi, berapa subsidi yang diberikan tiap liter. Kalau sudah dipatok tinggal diatur volumenya berapa. Dengan harga yang dipatok, tidak akan terpengaruh harga minyak. Angkanya akan tetap seperti direncanakan semula Banyak yang beranggapan DEN itu seperti macan ompong ? Sifat pengawasan DEN tidak seperti DPR, Kita hanya memberikan rekomendasi. Jika ada kebijakan Energi yang salah, kita tunjukkan, berikut dengan usulan perbaikannya. Tapi harus kita akui bahwa itu memang belum optimal dilakukan. Saya dan teman-teman mencoba membangun suasana baru. Kita coba benahi apa yang masih kurang, baik di dalam maupun yang diluar . Apa yang krusial yang harus dibenahi? Keanggotaan DEN itu terbagi menjadi AUP yang terdiri atas tujuh
VOLUME 10
TAHUN I
25
W A W A N C A R A
menteri, dan AUPK yang dipilih DPR. AUP ini karena kesibukannya dalam rapat kerap hanya diwakili eselon I, Tapi arena bukan AUP, mereka tak bisa membuat keputusan. Karena kesebukan kita bisa memahami jika para eseon I tak langsung melaporkan dinamika yang terjadi di DEN sehingga keputusan tak cepat dieksekusi. Agar lebih efektif tentunya harus dipikirkan mekanisme yang paling baik seperti apa.
Itu, para pemangku kepentingan panas bumi mempercayainya untuk menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia Sesuai Dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) pada 2025 Panas Bumi harus terbangun sekitar 9. 500 MW. Menurut Anda, apakah target ini bisa dipenuhi ? KEN itu sudah disetujui DPR sehingga harus dilaksanakan. Kita lihat target tinggal 11 tahun lagi. Kita akan bongkar lagi, dalam pengertian kenapa dulu teman-teman menargetkan angka-angka tersebut pasti ada rasionalisasi, disertai langkahlangkah bagaimana mencapainya. Khusus panas bumi, saya pesimistis
Indonesia. Jangan tanya ke bule. Kalau mereka pasti akan jawab sesuai teori ini-itu yang bisa dikembangkan ya 28 ribu MW. Padahal, kita orang lapangan punya hitungan yang berbeda. Banyak orang beranggapan pengembangan panas bumi di Indonesia tertinggal dari negara lain, termasuk Filipina? Sama dengan Malaysia, Filipina itu belajar ngebor dari Indonesia (baca Pertamina –red). Kalau di sana perkembangannya lebih cepat ka*** rena disana tak ada alternatif sumber DARI Pertamina, Abadi sebenarenergi lain. Mau tak mau mereka nya sudah pensiun empat tahun lalu. harus fokus pada pengembangan Abadi mulai masuk pada 1983, setepanas bumi. Sementara kita masih lah selama lima tahun mengabdikan punya minyak, gas, batubara dan yang dirinya sebagai PNS di Kementrian lainnya. Jadi di kita mungkin ada yang Perindustrian, yang saat itu masih masih berpikir pakai aja yang sudah bernama Departemen Perindustrian. jelas daripada mengembangkan sumBekerja di Departemen Perindusber energi baru. Tapi paradigma ini trian sebetulnya sesuai dengan latar harus diubah. Harus terus menerus belakang pendidikannya di Jurusan dibangun kesadaran bahwa kita Teknik Matalurgi, ITB, Abadi bekerja sudah tak kaya minyak lagi. Kasihan di Balai Besar Metal dan Logam. Dia anak cucu kita nanti tak kebagian. pindah ke Pertamina yang diangMinyak habis, sementara sumber gapnya menjanjikan masa depan energi lain tak sempat dikembangkan lebih baik. “Saat itu yang membuTapi bukan berati perkemtuhkan tenaga metalurgis adalah bangan panas bumi stagnan kan? Pertamina Geothermal, ” ujar Abadi. Ada yang polsitif dari panas Pertamina betul-betul menyiapbumi, Pemerintah (ESDM) sekan dirinya untuk menjadi seorang lalu open mendengar masukan dari geothermalis. Untuk meningkatkan akan tercapai, Tapi saya apresiasi Asosiasi. Kolaborasi ini yang penting. kemampuannya, dia disekolahkan yang sudah dikerjakan teman-teman Selama bisa koordinasi, progrees di Auckland, Selandia baru, khusus anggota DEN periode sebelumnya, pasti akan dicapai. Kita usulkan untuk mendalami panas bumi. Di Visi itu harus setinggi langit. berbagai hal mulai dari soal tarif Dunia ini, tak banyak Perguruan Menurut Anda, dengan sampai regulasi. Kita sampaikan Tinggi yang khusus menawarkan studi segala problema yang dihabeberapa hal dari UU yang perlu panas bumi, Hanya ada di dua tempat. dapi Panas Bumi, berapa yang direvisi karena tak mungkin diekSelain di Auckland juga di Eslandia. bisa dibangun pada 2025? sekusi. Misalnya, soal geothermal Kedua negara tersebut, terutama Yang realistis, menurut saya seki- fund yang tadinya ditujukan untuk Eslandia memang paling terdepan tar 6.500 sampai 7.000 MW. Sekarang mempercepat pengembangan panas dalam memanfaatkan Panas Bumi. ini banyak yang salah kaprah soal bumi. Meski butuh, pengusaha tak Dengan ditunjang pendidikan panas bumi. Orang selalu menyebutada yang berani mengambil kaplus pengalaman panjang di lanyebut angka 28 ribu MW panas bumi rena di situ dipersyaratkan proven pangan, Abadi sangat paham sisik yang bisa dihasilkan di Indonesia. reserve. Padahal, ngebor tiga sumur, melik panas bumi. Dia bisa menguPadahal itu baru angka potensi, belum misalnya belum tentu dapat uap. raikan dengan sangat detail problem- cadangan. Saya kira yang sudah bisa Kalau di Migas untuk pengeprobloem yang dihadapi dalam disebut cadangan sekitar 16.000. boran greenfield, sukses rasionya pengembangan energi Panas Bumi Itupun tak semua dikembangkan. sekitar 30%. Bagaimana untuk di tanah air. Dengan jejak panjang Silakan tanya ke ahli-ahli panas bumi panas bumi ?
Saya kira yang sudah bisa disebut cadangan sekitar 16.000. Itupun tak semua dikembangkan. Silakan tanya ke ahli-ahli panas bumi Indonesia. Jangan tanya ke bule.
26
TAHUN I
VOLUME 10
TATA N A G U S R S T.
Abadi Poernomo (Kiri) bersama Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan saat meninjau Kamojang.
Geotehrmal sama sekitar 33 %. Cuma di kita, kerap yang dijadikan referensi itu Kamojang, sehingga sukses rasio untuk penentuan tarif sekitar 55%. Padahal, Kamojang itu the best field in the world. Di Indonesia sulit mendapat lapangan dengan kualitas seperti itu. Begitu kita turunkan, mengikuti best practices, sukses ratio 30 %, PLN gak mau karena otomatis harga akan naik. Pencarian uap panas bumi tak sesederhana yang dipikirkan orang. Banyak yang beranggap-
an begitu ada air panas dan ada uap mengepul, panas bumi bisa dikembangkan. Padahal belum tentu. Yang kita ingin kan itu adalah temperatur uap di atas 220 derajar celcius sehingga terangkat ke atas. Kurang dari itu tak bisa diangkat. Soal tarif panas bumi yang kerap menjadi ganjalan antara PLN dan Perusahaan. Akar masalahnya sebenarnya dimana ? PLN sebagai persero harus tunduk pada UU BUMN dan UU PT. Di situ disebutkan setiap persero
harus menghasilkan laba. Kalau suatu produk dibeli di atas harga jual. PLN akan disalahkan dan akan menjadi subjek pemeriksaan KPK dan BPK. Karena ini PSO, setiap kenaikan pembelian di atas harga jual, PLN tak bisa memutuskan sendiri. Dia harus mengemis ke Kementrian Keuangan. Di lain pihak Kementrian Keuangan tidak mau dan menyuruh PLN untuk menekan harga lagi, Sementara perusahaan tetap minta return yang tinggi karena panas bumi membuthkan karena investasinya besar dengan resiko tinggi. Kalau ada satu perusahaan ngebor satu sumur sudah dapat 40 MW, ya untungnya dia. Tapi tak bisa digeneralisasi untuk semua lapangan begitu Kamojang sepertinya sering dijadikan benchmark untuk penentuan tarif panas bumi ? Teman-teman di ESDM dan PLN sebetulnya sudah sepaham. Pengembangan panas bumi tak bisa mengacu ke Kamojang karena karakteristiknya berbeda. Cuma Kementrian Keuangan yang masih berbeda pendapat. Ketika PLN mengemis untuk meminta persetujuan untuk pembelian listrik di atas harga jual, mereka langsung teriak kemahalan dan menunjuk Kamojang sebagai perbandingan Solusi yang Anda tawarkan apa ? APBN harus mencantumkan subsidi untuk EBT, Sekarang ini subsidi itu hanya didefinisikan untuk subsidi BBM dan subsidi listrik. Tak perlu anmggraan baru. Cukup diambil dari subsidi BBM dan subsidi listrik. Dengann dicantumkan subsidi untuk EBT, PLN tak harus lagi mengemis lagi karena pos anggarannya sudah ada. Kita juga mengusulkan soal PSO itu di atur badan layan umum (BLU), tidak seperi sekarang. Di satu sisi PLN dan P:ertamina itu berstatus PT yang harus mengejar laba, di sisi lain juga harua menjalankan penujgasan PSO.
VOLUME 10
TAHUN I
27
R
A
N
A
Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa Teks dan Foto: Tatan Agus RST.
S
AAT Ribut bertepuk tangan, puluhan rusa itu muncul dari balik semak-semak dan membuntuti lelaki tua dengan karung dipunggung, dia berbagi gigitan singkong dengan rusa-rusa itu. Tepukan itu pertanda jam makan, sudah sekitar limabelas tahun Ribut (56) di wana wisata Maliran, Blitar, Jawa Timur ini merawat rusa jawa, dari jumlah 23 ekor hingga kini 70 ekor. 28
TAHUN I VOLUME 10
Hari itu Ribut punya misi menangkap 6 ekor untuk dipindahkan ke kandang baru di Parengan, Malo, buah kerjasama konservasi Aset 4 Pertamina EP dengan Perhutani Parengan di Malo. Dengan dibantu Kemad, Jumani, dan Trianto, empat sekawan ini menyiapkan teknis penangkapannya. Mereka memilih penangkapan secara konvensional, teknis ini dianggap paling tepat, karena tanpa menggunakan pembiusan, tetapi lewat pendekatan para pawangnya.
Jawa
VOLUME 10 TAHUN I
29
R
30
A
N
A
TAHUN I VOLUME 10
VOLUME 10 TAHUN I
31
W I S A T A
A HELLO
OSAKA! KONICHIWA KYOTO!
“From the splendour of a Kyoto geisha dance to the spare beauty of a Zen rock garden, Japan has the power to enthrall even the most jaded traveller.” – Chris Rowthorn, Lonely Planet Writer.
Teks & foto: Juhri Selamet
32
TAHUN I
VOLUME 10
WAL lalu, saya memasukkan Jepang dalam list negera pertama yang akan saya kunjungi di tahun . Negara ini menyusup ke memori saya sejak kecil, selain Belanda. Dua negara yang dihadirkan buku sejarah sebagai penjajah. Seiring dengan waktu, “saudara tua” menampilkan wajahnya yang lain: keperkasaan ekonomi, eksotisme sakura, kepahlawanan samurai seperti direkam dengan sangat bagus oleh novel Musashi ataupun film The Last Samurai yang dibintangi Tom Cruise, cita rasa kuliner tinggi seperti sushi dan sashimi yang menari-nari di lidah, sampai kartun Manga dengan mata besarnya yang menjadi idola anak muda. Semuanya menggoda saya, negeri itu terasa menjadi sangat dekat.
Ah, ingin betul saya membaui negeri yang oleh orang-orang tua dulu suka dibahsakan sebagai Jepun itu. Saya browsing dan membooking tiket pesawat, saya mencari akomodasi yang saya anggap strategis, saya mempelajari ‘how to get there!” ke semua tempat wisata yang ingin saya kunjungi di Jepang. Minggu ke-2 April, sedikit pamer di media social Path yang berisi banyak rekan kerja saja, saya Path, “Hello Osaka!”. Saya di Kansai, menikmati kopi pagi, dan hey, ini April adalah bulan terbaik jika ingin melihat bunga Sakura bermekaran di Jepang. Berada di kota terbesar ke-3 di Jepang; Osaka membuat saya sedikit berdebar-debar. Berpikir, oh kenapa saya tidak membaca manga yang ada setting kota Osaka atau oh kenapa saya tidak menonton film yang dilatari Osaka. Tetapi semua debaran menjadi dramatis ketika saya naik Kareta,
ISTANA OSAKA OSAKA Castle atau Istana Osaka dikelilingi oleh sungai dan taman. melintasi lapangan-lapangan baseball, Dari gerbang masuk, pengunjung melihatpohon-pohon Sakura di Osaka. dimanjakan dengan pohon-pohon Semua terasa familiar. Saya adalah ge- cantik dan bunga-bunga sakura nerasi yang besarbersama manga, saya yang berumpal-gumpal. Masyarakat seperti mengunjungi tempat-tempat ber-hanami di bawah-bawah pohon yang saya mimpikan dimasa kecil dulu. Bunga Sakura ini, memanggang daOsaka, Kyoto, Tokyo dan Nagoya ging, meminum sake, bernyanyi. adalah 4 kota target saya selama di Osaka-Jo, dulunya dimanJepang. Dan saya punya waktu 9 hari faatkan sebagai istana sekalidengan target tidur maksimal 6 jam gus benteng dari zaman Azuchi per hari. Pertualangan saya di Jepang Momoyama hingga zaman Edo. akan menguras lemak di perut saya Padatahun 1496, pendetabudhayyang selama ini duduk di depan com- ang bernama Rennyo membangun puter. Nah, traveling itu menyehatkan rumah kediaman pendeta di lokasi bukan? Tidak perlu diet, jika ingin yang bernama Osaka (tanjakan kurus, traveling saja. Bawa peta, ikuti besar). Pendeta Rennyo yang memtransportasi umum, kemudian lengpunyai banyak pengikut kemudian kapi jalan kaki. Dan ya, Budayajepang memperluas rumah kediamannya yang teratur, hidup sehat, rajin menjadi kuil besar bernama Osaka berolah raga patut di acungi jempol. Honganji (Ishiyama Honganji).
VOLUME 10
TAHUN I
33
L AT I T U D E S . N U
W I S A T A
Di zaman Sengoku (tahun 1583), Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama (Honmaru) yang dibangundaribatu-batubesar diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun. Istana ini kemudian dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman pendudukyang berlokasi di sekitar Istana Osaka berkembang
34
TAHUN I
VOLUME 10
menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19. Jika ingin masuk kedalam istana Osaka ini pengunjung membayar 500 yens. Ada banyak yang bisa di ekplorasi dari lantai terbawah hingga puncak istans yang pengunjung dapat melihat kota Osaka dari atas. Nah jika lapar, di halaman istana ada kios-kios penjual makanan khas jepang seperti mie
ramen. Dan juga, adatoko souvenir sampai tempat untuk memanah. Selesai mengunjungi Istana Osaka, saya bergegas naik kereta menuju Kyoto. Dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam dari pusat kota Osaka, saya sampaike Kyoto Central Station. Inilah kota terfavorit saya di Jepang, saya langsung jatuh hati dengan budaya tradisonal Jepang yang masih sangat kental di Kota ini. Kyoto memiliki bunga-bunga
sakura yang menawan, kuil-kuil tua yang megah, Meiko anggun di Gion. Sulit untuk menahan hasrat saya untuk tinggal lebih lama di Kyoto dan menyusuri setiap jengkal kota antic ini. Pilihan saya sangatlah tepat dengan menginap di area Gion, saya mempatrikan Gionadalahtempat central budaya di Kyoto. Nah di Kyoto, kita tidak bisa mengandalkan subway. Ilmu sakti yang harus dikuasai untuk
menaklukkan Kyoto adalah route BUS. Dengan Kyoto Bus Maps saya mendatangi destinasi menarik di Kyoto, dari Kuil Fushimi hingga Ginkaku-ji. Fushimi Inari Taisha adalah kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang. Kuil ini merupakan kuil pusat bagi sekitar 40. 000 kuil Inari yang memuliakan Inari. Kuil utama (honden) terletak di kaki Gunung Inari, dan tanah milik kuil mencakup
gunung yang tingginya 233 meter. Di kuil ini dimuliakan Ukanomitama bersama pendampingnya, Satahiko no Ōkami, Ōmiyanome no ōkami, Tanaka no ōkami, dan Shi no ōkami. Inari dipercaya sebagai dewa pertanian, sehingga kuil ini dipercaya membawa berkah bagi panen palawija, kesukesan dalam perdagangan bisnis, dan keselamatan di bidang transportasi. Terowongan torii berwarna orange yang panjang menuju puncak gunungini sangat terkenal di Fushimi, pernah menjadi setting film terkenal garapan Rob Marshall “Memoirs of a Geisha”. Saya tidak puas dengan traveling saya yang singkat di Jepang. Saya punya daftarpanjangtempat di Jepang yang belum sempat saya kunjungi. Saya memiliki niat dan keyakinan kuat bahwa di masa mendatang saya akan kembali berkunjung keJepang. Sayayakin, hubungan baik Indonesia dan Jepang berbuah manis, daribanyaknyapenerbangandaritanah air menuju Jepang dengan berbagai tingkatan harga yang manapelancong bisa menyesuaikan dengan kantong masing-masing sampai harapan besar saya, WNI bebas VISA Jepang. Pada tempat-tempat
yang saya kunjungi itu, saya tak ingin mengucapkan sayonara.
VOLUME 10
TAHUN I
35
C
S
R
Kelompok C-73, kelompok binaaan CSR Pertamina EP Field Tambun.
DARI WISATA ALAM SAMPAI SRIKANDI KHAYANGAN
E
KONOM dan peraih nobel Jeffrey Sach sempat mengingatkan tentang jebakan SDA. Negara-negara yang kekeyaan SDA-nya melimpahm menurut dia kerap terlena dan malas sehingga masyarakatnya kerap lebih miskin dibandingkan negara yang tidak mempunyai SDA. Pernyataan Jeffrey Sach ini dikuatkan dengan penelitian Acemoglu dkk yang diungkap dalam buku Why Nation Fail, “Negara yang institusi politik-ekonominya bersifat inklusif cenderung berpotensi untuk menjadi negara kaya. Sementara negara yang institusi politik-ekonominya bersifat ekstraktif, cenderung tinggal menunggu waktu untuk terseret kedalam jurang kemiskinan, instabilitas politik dan menjadi negara gagal” Bom waktu seperti itu disadari betul oleh manajemen Pertamina EP. Untuk itulah, di setiap wilayah operasi didesain program-program pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Harapannya, jika minyak sudah kering, masyarakat punya alternatif sumber penghasilan 36
TAHUN I
VOLUME 10
baru. Berikut kami tampilkan program CSR di Tiga Lapangan Minyak yang dikelola PT Pertamina EP:
MELIRIK WISATA ALAM LIRIK PERNAH dengan Derendan? Ini adalah buah asli Bengkalis, Riau. Bentuknya mirip duku atau langsat. Tapi kulitnya lebih tipis dan liat. Rasanya pun lebih manis. Buahnya kerap digayuti semut saking manisnya. Jika Puan dan Tuan ingin melihatnya, silakan mampir ke Kawasan CSR Pertamina Terpadu-Program PPMP Field Lirik yang baru diresmikan pertengahan Juni 2014. Lokasinya mudah di jangkau, terletak di pinggir jalan lintas Timur Sumatera. Selain buah langka, kawasan ini dilebati ribuan pohon berdaun rimbun seperti trembesi, sungkai. Mahoni, dll. Tak syak lagi kawasan ini menjadi salah satu andalan untuk membentengi penipisan lapisan ozon. Di lokasi ini juga pada 2015, menurut Field manager Lirik Heru Irianto akan ditangkarkan satwa langka.
BANDENG MADE IN TAMBUN LIMA perempuan setengah baya ini punya base camp, seperti layaknya remaja. Halaman belakang rumah Mat Nio menjadi tempat rendezvous, Tapi bukan untuk bergosip. Meski diselingi canda tawa, tangan mereka sigap membersihkan ikan bandeng, kemudian memasukkannya ke mesin giling. Mereka adalah Ibu Mat Nio, Ibu Sawitem, Ibu Uryati, Ibu Sarmi, Ibu Rumsinah, dan Ibu Mat Nio, pengelola kelompok home industry Bandeng C73 yang memproduksi makanan olahan berbahan dasar bandeng. Dalam sebulan, 150 kg ikan bandeng segar mereka olah menjadi produk makanan unggulan mereka yakni sate bandeng, presto dan sarden bandeng. Sebelumnya, mereka adalah ibu rumah tangga biasa yang beraktivitas seperti perempuan pada umumnya di Dusun Cisoma, Desa Tambaksari, Kabupaten Karawang yang mengisi hari-hari dengan mengasuh anak, memasak dan mengurus rumah. Hingga pada tahun 2011, PT Pertamina EP menggerakkan mereka untuk meningkatkan kapabilitas diri dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat rentan seperti perempuan agar bisa produktif menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk menambah pendapatan keluarga. Pertamina EP menyadari, sebagai perusahaan yang menjalankan usaha di bidang eksplorasi, eksploitasi serta produksi minyak bumi dan gas alam dalam memenuhi
D O K . P E R TA M I N A E P
Kawasan CSR ini didesain menjadi kawasan terpadu. Selain wisata alam juga menjadi tempat pelatihan perikanan karamba untuk 17 Desa se-Kecamatan Lirik, dengan jumlah anggota 34 orang, olah raga dan perdagangan. Untuk perdagangan menjual produk-produk binaan CSR Pertamina dan penjualan produk masyarakat umum lainnya. Tempat Wisata alam ini juga dijadikan sebagai tempat edukasi mencintai lingkungan untuk masyarakat mulai dari tingkat TK, SD, SMA, dan masyarakat umum lainnya. Dengan demikian seluruh masyarakat akan langsung merasakan di wisata alam tersebut apabila kita dapat merawat lingkungan, maka udara yang kita rasakan sangat sejuk dan bersih seperti di lokasi wisata alam tersebut. Untuk memperkenalkan lingkungan bagi anak-anak usia dini yaitu tingkat TK (taman kanak-kanak), maka di kawasan wisata alam ini juga tersedia berbagai macam permainan anak-anak, sehingga anak-anak usia dini diberikan pemahaman terhadap lingkungan diimbangi dengan bermain. Diwilayah sekitar wisata alam terdapat galeri CSR Pertamina Lirik. (Masih dalam satu kawasan CSR pertamina Terpadu-Program PPMP), Galeri tersebut akan menampilkan proses operasi perusahaan dan hasil-hasil produk CSR Pertamina.
hajat hidup orang banyak, rentan bersinggungan dengan isu sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, PT Pertamina EP memiliki komitmen tinggi dalam menjaga keharmonisan antara kepentingan perusahaan dengan keseimbangan ekosistem dan masyarakat. Salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), dimana PT. Pertamina EP Asset 3 khususnya Tambun Field secara berkelanjutan turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi ring I, seperti yang telah dilakukan di Dusun Cisoma. Dusun Cisoma merupakan desa yang mayoritas penduduknya masih berada di bawah garis kemiskinan. Pendapatan masyarakat sekitar berasal dari hasil buruh tani, hasil tambak, berdagang, dan jasa pengupasan udang, dengan nominal berkisar Rp 300. 000 hingga Rp 1. 000. 000 per bulan, dan itu pun tidak pasti. Kebanyakan masyarakat tidak memiliki keterampilan berusaha, modal yang terbatas dan pendidikan yang rendah. Padahal jika dilihat dari sisi geografis, Desa Tambaksari merupakan desa yang menyimpan potensi besar sebagai penghasil bandeng serta udang terbesar. Akan tetapi, prospek cerah di bisnis perikanan ini hanya dikuasai oleh pemilik modal yang kuat, sedangkan masyarakat lokal menjadi termarginalkan. Dengan adanya kesenjangan ini, PT Pertamina EP Tambun Field tergerak untuk mengembangkan perekonomian masyarakat lokal, terutama masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan. Pengembangan masyarakat itu didesain berkelanjutan. Tahap awal ialah pembangunan infrastruktur dan pengetahuan sumber daya manusia melalui pelatihan serta pembentukan kelompok usaha olahan makanan untuk memupuk anggota binaan menjadi solid. Diikuti dengan peningkatan produktifitas dan kualitas serta kemampuan entepreneurship dan inovasi produk. Ke depannya, akan dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai sentra olahan ikan bandeng. Tak hanya berhenti disitu, pada tahun 2015 mendatang PT Pertamina EP Tambun Field akan menyusun strategi lanjutan yakni melalui pembentukan koperasi untuk memenuhi kebutuhan kelompok hingga titik kulminasinya ialah terbentuknya kemandirian masyarakat. (pramantiputri)
VOLUME 10
TAHUN I
37
C
S
R
Menunggu Srikandi Khayangan di Media Sosial “Jumlah anggota sudah bertambah, dari yang semula 20 menjadi 30 orang, Ibu Rumah Tangga dan siswa lulusan SMAmenjadianggota Kami, pengembangan usaha dan berbagi ilmu adalah mimpi Kami”, ujar Ratna, Ketua Kelompok Srikandi Khayangan. Cita – cita mulia lain dariKelompokSrikandi Khayangan ini adalah memperkenalkan sulam pita payetagar menjadi produk unggulan khas daerah khususnya untuk Sumatera Utara, salah satu upaya yang telah ditempuh adalah mengikuti kegiatan Pekan Raya Lingkungan Hidup tahun2012 di Universitas Sumatera Utara dan Pameran Internal Perusahaan tahun 2013. “Walau motif sulam pita dan payet di Indonesia beragam, tapi motif Melayu cukup digemari di pameran ini, ada beberapa permintaan selama pameran berlangsung.” ERIUHAN tawa dan canda para Srikandi Saat ini Srikandi Khayangan masih terus dikuatkan baik di Pusat Pemberdayaan Masyarakat secara kemampuan, keterampilan, hingga keorganisasian. Pertamina (PPMP) Pangkalan Susu Inovasi yang dikembangkan oleh kelompok Srikandi menjadi pengisi waktu di sore hari itu Khayangan antara lain pemanfaatan pakaian bekas dan kain Tampak beberapa remaja dengan serius perca menjadi suatu produk yang memiliki nilai. Limbah memperhatikan para Ibu di sampingkonveksi yang berasal dari para penjahit di Pangkalan Susu nya memasang pita payet dan aksesoris ke atas kain mereka kumpulkan untuk kemudian dimanfaatkan sesuai yang akan disulap menjadi sarung bantal, sesekali berproduk yang akan mereka hasilkan, seperti tas, bros, kalung, tanya ini dan itu sambil mengangguk tanda mengerti. Sekolompok wanita umur 20 – 40 tahun ini adalah salah dan lain sebagainya. “Kami sadar bahwa barang bekas pun memiliki nilai jika satu kelompok binaan PT Pertamina EP Pangkalan Susu bisa dimanfaatkan dengan baik, walau hasilnya belum dengan sebutan Srikandi Khayangan. Pada awalnya maksimal tapi Kami masih terus berkreasi agar Perusahaan bekerjasama dengan Yayasan Srikandi Medan mendapatkan hasil yang maksimal, upaya Kami terus mengadakan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Konveksi, berkembang untuk menjadi lebih baik”. Sulam Pita, dan Payet pada 20 Juni 2012, kegiatan ini Sulam pita dan payet memang belum terdengar popular menjaring 16 peserta yang memiliki latar belakang sebagai di kalangan masyarakat, upaya mereka tidak berhenti penjahit di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalan sampai di sini saja. Susu. “Kami ingin Ibu Negara bisa pakai produk sulam pita “Kami memilih peserta yang berprofesi sebagai penjahit agar mereka lebih mudah menangkap materi yang diberikan Melayu buatan kami, bukan hanya batik saja tapi Sulam Melayu, Kami juga berencana mendaftarkan diri ke Dinas selama seminggu penuh, serta mampu merekrut tenaga Koperasi sebagai UKM di Pangkalan Susu”, ujar Maulida, lainnya menjadi bagian dari pengembangan program”, ujar salah satu anggota Srikandi Khayangan. Victorio, Staff CSR. Kelompok Srikandi Khayangan paham, bahwa perlu Dua tahun perjalanan kelompok ini bukanlah tanpa hambatan, bukan hal mudah untuk dapat memperkenalkan usaha yang keras untuk memasarkan produk buatan tangan sulam payet khas Melayu ini, semangat para Srikandi untuk terampil mereka, walau masih sebatas pemasaran door to terus berinovasi menciptakan kreasi baru terus bertumbuh, door, produk mereka mulai di kenal oleh masyarakat kesulitan hasil pemasaran dan modal menjadi hambatan lain Pangkalan Susu. “Tunggu produk kami hadir di media sosial, ya,” tutup Maulida. berkembangnya usaha ini.
K
38
TAHUN I
VOLUME 10
A P A
&
S I A P A
Daniela PERUNTUNGAN KOLUMBIA
M . J E T S E T. CO M . CO
K
ICK off Piala Dunia belum bergulir, Kolumbia sudah jadi “juara”. Daniela Ocoro, dara jelita dari negara tersebut ditahbiskan sebagai Miss World World Cup Brasil . Seperti Piala-piala dunia sebelumnya, untuk menyambut perhelatan akbar tersebut digelar kontes kecantikan yang diikuti oleh perwakilan negara-negara yang ikut dalam perhelatan empat tahun-an tersebut. Tahun ini kontes dilangsungkan di Jerman. Daniela, 25 tahun menyingkirkan 31 orang wanita cantik yang jadi pesaingnya. Berada di tempat kedua adalah wakil Amerika Serikat, Felicia Kitchings. Sementara Laritza Parrag dari Ekuador menempati peringkat ketiga. Selain cantik, Daniela juga pintar. Pengetahuannya tentang sepakbola juga di atas rata-rata peserta lain. Tanpa bermaksud jumawa, Daniela mengaku senang bisa mengalahkan para pesaingnya di ajang tersebut. Ia pun berharap negaranya bisa meraih hal serupa dengan apa yang telah ia raih saat ini.
“Saya amat bangga dengan gelar ini, dan saya yakin Kolombia akan menjadi juara dunia,” ungkap Daniela yang tercatat sebagai mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi di negaranya dengan bidang studi yang serius: arsitektur, dengan kekhususan pada desain bangunan ramah lingkungan. Bagi Kolumbia, Daniela Ocoro adalah peruntungan kedua. Yang pertama saat dilakukan pengundian pembagian grup. Kolumbia masuk grup C yang relatif ringan dibandingkan grop lain. Meski mewakili empat benua, yang tergabung dalam grup ini adalah negara-negara yang tak punya “darah biru” piala dunia, kolumbia yang mewakili Amerika Selatan akan bersaing dengan Yunani dari Eropa, Pantai Gading dari Afrika dan Jepang dari Asia. Banyak pengamat memprediksi Kolumbia akan lolos dari fase grup. Akankah peruntungan lain bakal menghampir Kolumbia?
VOLUME 10
TAHUN I
39
L E N S A A S E T
PERTAMINA EP Asset 1 Field Ramba gelar syukuran tajak sumur Mangunjaya AA-10 di desa Beruge Kecamatan Babat Toman (21/05). Acara tersebut dihadiri unsur pemerintah ,tokoh masyarakat dan masyarakat di desa Beruge. “Field Ramba menargetkan pada tahun 2014 ini dapat mencapai 7.119 Bopd dan tajak sumur ini adalah salah satu upaya dalam mempercepat pencapaian itu” ungkap Safril Syarif selaku Asman WO/WS. Penajakan yang rencananya berlangsung selama 16 hari tersebut ,menggunakan Rig PDSI Nt-45 berkekuatan 550 HP. “ Untuk kegiatan rencananya 10 hari untuk pengeboran dan sisanya untuk tes produksi, dengan target yang diharapkan mencapai 60-70 Bopd “ ujar Yoyok Sukaryo selaku Company Man usai kegiatan syukuran dan penyerahan santunan bagi siswa kurang mampu di lokasi MJ AA-10. Sementara itu, Field Manager Ramba Bustanul Fikri melalui Asman Legal & Relation Yuniawan H menjelaskan bahwa direncanakan akan ada tiga pengeboran dalam tahun 2014 ini. “ Untuk tahun ini, setelah sumur MJ AA10 akan berlanjut ke sumur MJ AA-3 dan sumur BN AA-16 di wilayah Bentayan. Kita harapkan dukungan dan doanya dari segenap masyarakat agar target pengeboran dapat tercapai “ pungkasnya Ramba merupakan lapangan alih kelola yang kembali bersinar. Pertamina EP mengambil alih dari. TAC-P Elnusa Tristar Ramba Ltd pada tanggal 16 Oktober 2010. Saat itu produksinya hanya 3.313 bopd. Setelah ditangani Pertamina EP, produksinya melonjak lebih dari seratus persen, mencapai angka 7.000-an General ManagerAsset 1, Irwansyah menyebutkan bahwa kinerja Field Ramba, sangat mempengaruhi kinerja Asset. Saat ini Produksi Asset 1 secara keseluruhan baru mencapai 97 persen. “Ini lampu kuning bagi Asset 1, “ ujarnya. Ia meminta setiap Field, terutama Field Ramba diminta terus memacu peningkatan jumlah produksinya. “Mari kita membuat komitmen untuk terus bekerja keras, cerdas dan ikhlas, terutama dari segi produksi, banyak yang perlu kita lakukan.” Menurut Irwansyah, untuk hasil yang lebih, diperlukan pula usaha yang lebih, “jika kawan-kawan di Lapangan memerlukan sesuatu, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan ke Asset 1, “ ungkapnya. Ia mengatakan tugas tugas Assset untuk memberikan support bagi rekan-rekan di Field dalam menyelesaikan permasalahan. “ Fokus rekan-rekan di lapangan adalah pada peningkatan kinerja 40
TAHUN I
VOLUME 10
D O K . P E R TA M I N A E P
BOR DI SINI BOR DI SANA
Siap-siap mengebor sumur Benggala 02.
produksi” ujar Irwansyah Masih di wilayah kerja Asset 1, pengeboran juga dilakukan Field Pangkalan Susu dengan pengeboran sumur Benggala-02 di Desa Tanjung Jati, Kabupaten Langkat. Pengeboran diawali dengan pelaksanaan tajak sumur, Kamis (9/5). Pangkalan Susu Field Manager, Dirasani Thaib menjelaskan secara singkat tentang kegiatan pengeboran yang dimulai dengan pemasangan casing, tubing dan pemakaian pahat bor. Kegiatan pengeboran akan berlangsung selama 122 hari dengan melibatkan 150 pekerja bor dengan kedalaman 3.100 meter. “Kami meminta doa dan dukungan agar kegiatan ini dapat berlangsung dengan aman dan lancar, serta mendapatkan hasil yang menggembirakan.” ungkapnya. Harapannya, pengeboran ini tentu dapat menambah cadangan minyak nasional yang diperkirakan habis sekitar sepuluh sampai 12 tahun mendatang, oleh sebab itu upaya pencarian cadangan minyak terus dilakukan, melalui survey seismik sepanjang 1.000 km di Kabupaten Langkat yang menghasilkan rencana pengeboran baru di Kecamatan Besitang dan Benggala-03 di Desa Mancang, Kecamatan Selesai. “Pengeboran ini akan selalu mengedapankan aspek keselamatan dan lingkungan, tak lupa ucapan terimakasih untuk Bupati Langkat dan jajarannya telah bekerjasama dalam pengurusan Perizinan dan dukungan lain sehingga pengeboran Benggala 02 dapat berjalan.” Katanya ketika ditanya
D O K . P E R TA M I N A E P
Rantau Field Manager Agus Amperianto bersama Bupati Aceh Tamiang memberikan santunan kepada anak yatim sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas penajakan Sumur R-165TW.
tentang aspek keselamatan di daerah operasi. Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Bupati Langkat H. Drs Sulistianto beserta Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Muspida Langkat, Muspika Kecamatan Binjai dan Kecamatan Selesai, jajaran tim Managemen PT Pertamina EP serta masyarakat sekitar. Dalam sambutannya, Wakil Bupati Langkat Drs. H. Sulistianto, MSi. menyampaikan ucapan dari Bupati Langkat yang merasa bangga dengan keseriusan insan perminyakan atas upaya menambah pasokan produksi migas di Kabupaten Langkat. “Harapan kami semua, Langkat dapat kembali pada zaman keemasan industri perminyakan Indonesia, melalui keberhasilan tersebut diharapkan dana bagi hasil migas dapat terus meningkat guna mengatasi defisit APDB Langkat sebesar 120Milyar yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Langkat dan sebagai pendapatan daerah.” Kegiatan eksplorasi dan produksi memang tidak lepas dari peran aktif dan dukungan pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar daerah operasi Perusahaan. Kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan bagian dari kepedulian terhadap masyarakat serta ungkapan syukur atas dimulainya pengeboran baru yang diharapkan memberikan hasil untuk mengatasi krisis gas di Sumatera Utara. Selain Ramba dan Pangkalan Susu, yang juga agresif melakukan pengeboran adalah Field Rantau. Terakhir, dilakukan penajakan Sumur R-165TW dilaksanakan di Lokasi R-165TW Desa Alur Ccucur, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, sekitar 9 km arah Timur kota Kuala Simpang, dan kegiatan tersebut merupakan penajakan RK (Rencana Kerja) tahun 2014 (5/5). Lokasi R-165TW ini ditajak dengan menggunakan Rig. Skytop milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indonesia) berkapasitas 450 HP hingga mencapai kedalaman akhir 834 mTVD (meter True Vertical Deep) dari lantai bor, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 27 hari kerja operasi.
Tujuan dari pengeboran ini adalah sebagai sumur injektor (water flood) EOR Struktur Rantau khususnya pada lapisan Z.600, kemudian Sumur R-165TW ini nantinya menjadi sumur P – 444. Rantau Field Manager Agus Amperianto dalam sambutannya mengharapkan dukungan dari pemerintah Daerah, seluruh lapisan masyarakat Kampung Alur Cucur, Alur Manis dan Kebun Rantau yang berada dilingkungan operasional R-165TW untuk dapat bersama-sama mendo’akan dan mendukung terlaksananya kegiatan pengeboran ini berjalan baik, dengan tetap memperhatikan keselamatan operasi dan lingkungan. Kegiatan pengeboran R-165TW ini merupakan salah satu upaya PERTAMINA EP untuk terus meningkatkan produksi secara organik dengan sejumlah inovasi, sehingga dukungan dari para pemangku kepentingan diperlukan sebagai bentuk kerjasama simetris yang menguntungkan bangsa Indonesia ke depan, pungkas Agus Amperianto mengakhiri sambutannya. Bupati Aceh Tamiang Hamdan Sati dalam sambutannya mengatakan Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tamiang sangat mendukung kegiatan operasi PT Pertamina EP Field Rantau dalam upaya mencari Migas untuk penambahan Devisa bagi Negara yang juga berdampak terhadap pendapatan daerah khususnya dalam pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang. Pada kesempatan tersebut, dalam konteks kepedulian sosial kepada masyarakat dilingkungan PERTAMINA EP memberikankan santunan kepada 150 orang anak yatim piatu dan kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar lokasi Pengeboran R-165TW yang diserahkan langsung oleh Field Manager Rantau Agus Amperianto bersama Bupati Kabupaten Aceh Tamiang Hamdan Sati ST di dampingi Muspida/Muspika dan Tim Manajemen. Selain itu, diserahkan juga dua ekor sapi untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang berada disekitar lokasi tajak.
VOLUME 10
TAHUN I
41
L E N S A A S E T
MENGEMBALIKAN RUSA JAWA KE HUTAN JATI
KESATUAN Pemangku Hutan ( KPH) Parengan, di Desa Malo, Bojonegoro, Jawa Timur sejak Kamis 7 Mei lalu lebih semarak dengan kehadiran enam ekor rusa jawa, yang terdiri atas dua jantan dan empat betina. Hewanhewan itu lincah berlarian di kandang seluas 0,4 hektar tersebut. Bagi warga sekitar ini menjadi pemandangan unik. “Dulu masih banyak berkeliaran di sekitar hutan jati. Sekarang sudah gak ada,” ujar Kepala KPH Parengan Daniel Budi Cahyono. Enam rusa Jawa yang dikenal dengan istilah Cervus timorensis baru dipindahkan dari Wana Wisata Maliran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tempat ini sejak 1999 khusus menangkarkan Rusa Jawa untuk menyelamatkan dari kepunahan. Lembaga konservasi dunia (IUCN) memasukkan status Rusa Jawa dalam kategori rentan punah atau vulnerable. Pemerintah kemudian memasukkannya sebagai satwa yang dilindungi. Kendati tersebar hampir di seluruh Indonesia, Rusa Jawa diyakini asli Pulau Jawa dan Bali. Tapi di kedua pulau itu, populasinya tertekan. Menurut data hingga Maret 2014, di sana kini hidup 32 pejantan dan 38 betina. Populasi pertama berasal dari kawasan hutan PT Perhutani di Sumber Pucung, Malang, yang dipindahkan ke Maliran. Rusa tangkaran dari Maliran ini telah dikirim ke sejumlah daerah seperti Bogor, Jawa Barat, ataupun Banyuwangi, Jawa Timur. Karena statusnya yang rentan punah itu, bekerja42
TAHUN I
VOLUME 10
sama dengan Perum Perhutani, PT Pertamina EP mencoba mengembangbiakannya. “Semula saya pikir melestarikan jenis monyet di kawasan hutan, yang ternyata populasinya masih cukup banyak.” ujar Field Manager Cepu Wresniwiro. Pilihan akhirnya jatuh ke Rusa Jawa. “Selain populasinya, habitat alaminya juga ternyata tinggal sedikit,” Wiro menabahkan. Tentu tak sekadar pengembangbiakan. Sebelum memindahkan enam rusa tersebut, para pakar dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada meneliti kelayakan habitat bagi penangkaran rusa jawa. Baik sumber pakan, air, perlindungan dan keamanan satwa. “Kita ingin dari jumlah yang sedikit akan berkembang menjadi banyak, bukan sebaliknya,” ujar Wiro ihwal perlunya kajian bagi tempat penangkaran itu. Dari tiga lokasi yang diusulkan, kandang penangkaran akhirnya dipilih yang berada di samping kantor Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Malo, KPH Parengan. Berada dekat kantor tentunya memudahkan pengawasan dan pemonitoran populasi rusa. Di kandang baru tersebut terdapat 12 jenis vegetasi tumbuhan bawah yang bisa menjadi sumber pakan bagi Rusa Jawa. Untuk menambah makanan, di dalam kandang juga ditanami lamtoro dan rumput gajah. Jika sudah berkembang biak, kelak Rusa Jawa akan dilepasliarkan di sekitar hutan jati Bojonegoro biar masyarakat bisa bercengkrama lagi dengan hewan ini seperti dulu.
Safety is Everybody’s Business
pep.pertamina.com