60
“HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL” (Studi di ruang penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah)
Jabarudin * Luluk Sulistiyono** Churaerie Latief***
ABSTRAK Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasienyang dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit. Sedangkan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial adalah Segala sesuatu yang diketahui perawat mengenai infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit. Pengetahuan seorang perawat akan berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keeratan hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam (Sindur dan Akasia) Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanudin Pangkalan Bun. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik cross sectional dengan jumlah sampel 27 responden. Metode sampling yang digunakan adalah purposiv sampling. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji Spearman’s rho. Hasil uji menunjukkan bahwa hampir seluruh perawat memiliki tingkat pengetahuan tentang infeksi nosokomial dengan kategori baik (93%) dan hampir seluruhnya perawat memiliki perilaku dengan kategori baik dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial (78%). Dari uji Rank Spearman (rho) didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,529 dengan tingkat signifikan ρ = 0,005. Kesimpulannya Hampir seluruh perawat yang ada ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddn Pangkalan Bun memiliki tingkat pengetahuan tentang infeksi nosokomial dengan kategori baik. Hampir seluruhnya perawat yang ada ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddn Pangkalan Bun memiliki perilaku dengan kategori baik dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial. Dari uji Rank Spearman (rho) didapatkan adanya keeratan hubungan yang sedang antara pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Kata Kunci : Perawat, Pengetahuan, Perilaku, Infeksi Nosokomial. “RELATIONS KNOWLEDGE A NURSE WITH BEHAVIOR PREVENTION NOSOCOMIAL INFECTIONS” (Study in the disease in regional general hospital Sultan Imanuddin Pangkalan Bun District Kotawaringin the Western Province Central Kalimantan)
ABSTRACT Nosocomial infections is infection due to transmission pathogenic organisms to pasienyang are cared for during 72 hours and the patient shows no signs and symptom of infection on his way in hospital. Nurses and knowledge about nosocomial infections is everything known nurses about an infection hospital acquired what happened to patients for 72 hours and patients shows no signs and symptom of infection on the way to hospital. Knowledge a nurse
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
61
will have an influence to behavior nurse in taking preventive measures to nosocomial infections. This study aims to to analyze of closeness knowledge a nurse withbehavior prevention nosocomial infections in inpatient rooms a disease in local hospitals sultan imanudin pangkalan bun.Method of this research research using design analytic cross sectional with 27 the number of sample of respondents. Sampling method used was purposiv of sampling. An analysis of the data used was univariat and bivariat by test spearman’s rho. Test shows that almost all nurses has a knowledge of nosocomial infections with good category (93%) and most of all nurses having behavior in good category in preventing nosocomial infections (78%). Of the rank spearman (rho) obtained a correlation coefficient of 0,529 with a significant ρ = 0,005. In conclusion almost all nurses existing inpatient rooms disease in sultan imanuddn rsud base level bun having knowledge of nosocomial infections with good category .Almost entirely nurse existing inpatient rooms disease in rsud base sultan imanuddn bun having behavior with good category in doing the prevention of nosocomial infections .From rank spearman test ( rho ) obtained the existence of the close relationship between who was a nurse with knowledge of the behavior of the prevention of nosocomial infections . Keywords: Knowledge, Nurse, Behavior, Nosocomial Infections. PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab untuk pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative Veronika (2009:24). Di rumah sakit pula dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis. Sehingga baik pasien, keluarga dan tenaga medis juga beresiko umtuk terpapar oleh mikroba atau bakteri penyebab infeksi atau yang disebut dengan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit, Brooker (2008) dalam Stefany Antonio (2014:11). Dalam Kepmenkes RI no. 129 tahun 2008, standar kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar < 1,5%. Kepmenkes ditetapkan sebagai
suatu standar minimal pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini Kepmenkes RI (2008:11). Pada dasarnya, resiko terbesar penyebaran infeksi nosokomial tidak hanya dari pasien ke pasien, pasien ke keluarga atau keluarga ke pasien tetapi juga bisa dari petugas kesehatan seperti halnya seorang perawat. Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang dirawat dirumah sakit, penugasannya dibagi atas 3 shift jaga yaitu pagi, sore dan malam Doheny, Cook dan Stopper (1982) dalam Noyumala (2013:26). Peran perawat sangat besar dalam penyembuhan pasien. Termasuk didalamnya ialah perilaku perawat dalam rangka pencegahan atau mengurangi resiko penyebaran infeksi nosokomial. Perilaku ialah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makluk hidup yang bersangkutan Notoadmodjo (2010:43). Peran perawat di rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai pembawa/karier sehingga perilaku perawat juga ikut berperan dalam penularan pencegahan infeksi nosokomial.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
62
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencegahan infeksi nosokomial diantaranya ; kontrol atau eleminasi agen infeksius, kontrol atau eleminasi reservoir, kontrol terhadap portal keluar, pengendalian penularan, kontrol terhadap portal masuk, perlindungan terhadap penjamu yang rentan, perlindungan bagi perawat, Patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:26-30). Kecendrungan perawat berperilaku dalam pencegahan infeksi nosokomial ini dipengaruhi oleh pengetahuan seorang perawat itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Benyamin Bloon (1908) dalam Notoatmodjo (2007:139) yang membagi perilaku dalam 3 domain, yakni; a) Kognitif (pengetahuan), b) Afektif (sikap), dan c) Psikomotor (tindakan). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) Notoadmodjo (2010:50). Menurut data WHO dalam Kemenkes RI (2009:4) tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika masih rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di negeranegara Asia, Amerika Latin dan Sub Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40%, angka kejadian infeksi di RS sekitar 3–21% (rata - rata 9%). Angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD Sultan Imannudin sejak tahun 2014-2015 yaitu sebesar 1,5% RAPD RSUD (2015:49). Pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini sesui dengan teori Notoatmodjo, (2007:140) yakni sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness (kesadaran), b) Interest (merasa tertarik), c) Evaluation (menimbang-nimbang), d) Trial (mencoba), e) Adoption (adopsi). Apa bila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka akan tidak berlangsung lama. Berdasrkan data infeksi nosokomial di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun selama 2014–2016 tidak lebih dari standar yang diperbolehkan, maka dapat disimpulkan bahwa rumah sakit tersebut berhasil dalam melakukan pengendalian infeksi nosokomial dengan baik. Dengan data tersebut maka peneliti tetarik untuk meneliti lebih jauh bahwa seluruh tenaga kesehatan terutama perawat di ruang rawat inap penyakit dalam di rumah sakit tersebut memang telah menerapkan pengendalian atau pencegahan infeksi nosokomial dengan baik. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional yaitu pengukuran dan pengambilan data variabel dependen dan independen tiap subjek penelitian dilakukan pada suatu waktu secara bersamaan Notoatmodjo (2010:135). Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data pengetahuan perawat dan perilaku pencegahan infeksi nosokomial dalam waktu bersamaan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di ruang penyakit dalam di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang berjumlah 32 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang perawat yang bertugas di ruang penyakit dalam (sindur dan akasia) di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun,
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
63
yang diamil dengan tekhnik purposiv sampling. Purposiv sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu Sugiyono (2011:85).
< 20 20 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50 Total
0 10 16 1 0 27
0% 37% 59% 4% 0% 100%
Variabel dan Instrumen Penelitian
Sumber : Data primer, 2016
Pada penelitian ini menggunakan dua variabel meliputi : Variabel independent (pengetahuan) dan Variabel dependen (perilaku pencegahan infeksi nosokomial). Adapun pengumpulan data variabel independen menggunakan koesioner sedangkan variabel dependen menggunakan lemar observasi. Instrumen pengumpulan data ini menggunakan sekala ordinal.
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis klamin di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Jenis Kelamin Jumlah %
Analisa Data
Tabel 3Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah % Akper 20 74% Sarjana 6 22% Ners 1 4% S2 0 0% Total 27 100%
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat, dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi Notoatmodjo (2010:147). Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada penelitian ini ada dua variabel yang akan di ukur yaitu variabel pengetahuan dan variabel perilaku. Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Jumlah jawaban responden dari masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan dihitung. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rank (rho) dengan derajat kepercayaan 95%. Analisis ini bertujuan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel berskala ordianal. Dalam analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS.
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan usia di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Usia ( Tahun ) Jumlah %
Laki - Laki
8
30%
Perempuan
19
70%
Total
27
100%
Sumber : Data primer, 2016
Sumber : Data primer, 2016
Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Lama Bekerja ( Jumlah % Tahun ) <1 2 7% >1 7 26% >5 18 67% Total 27 100% Sumber : Data primer, 2016
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan status bekerja di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Status pekerja Jumlah % PNS 19 70% Honorer 8 30% Total 27 100%
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
64
Sumber : Data primer, 2016
Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan pernah tidaknya mengikuti pelatihan pencegahan INOS di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Mengikuti Pelatian Jumlah % Pencegahan INOS Pernah 3 11% Tidak Pernah 24 89% Total 27 100% Sumber : Data primer, 2016
Tabel 7 Tabel Distribusi Tingkat pengetahuan Perawat tentang infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Tingkat Jumlah % Pengetahuan Baik 25 93% Cukup 2 7% Kurang 0 0% Total 27 100% Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 8 Tabel Distribusi Tingkat perilaku Perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016 Perilaku Jumlah % Baik 21 78% Cukup 6 22% Kurang 0 0% Total 27 100% Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 9 Tabel distribusi silang hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, 2016
Sumber : Data Primer, 2016
PEMBAHASAN Mengidentifikasi Pengetahuan Perawat Tentang infeksi nosokomial Berdasarkan tabel 7 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun hampir seluruhnya dikategorikan baik (93%). Kategori baik responden karena responden memahami tentang penyebab infeksi nosokomial, pencegahan infeksi nosokomial, klasifikasi infeksi nosokomial, cara penularan infeksi nosokomial, faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial dan pengertian nfeksi nosokomial. Pengetahuan baik responden karena memahami penyebab dari infeksi nosokomial dengan skor rata – rata (0,89). Pemahaman tentang penyebab infeksi nosokomial karena responden memahami bahwa infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur penyebab infeksi yang dapat hidup dan berkembang pada kulit, rongga tubuh, dan petugas kesehatan pun ikut berperan dalam penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:22), terjadinya infeksi nosokomial dapat disebabkan disebabkan oleh beberapa macam agen penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, protozoa, dan macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitas, daya invasi, dan dosis infeksinya. Mikroorganisme yang sama dapat
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
65
ditularkan melalui lebih dari satu rute. Misalnya, herpes zoster dapat disebarkan melalui udara dalam nuklei droplet atau melalui kontak langsung. Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang memberi pelayanan diagnostik dan pendukung.
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dalam Yulia Habni (2009:56) bahwa masa dewasa dini adalah 18-40 tahun pada masa dewasa dini dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat.
Hasil ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh pendidikan, usia, dan lama bekerja responden. Dilihat dari segi tingkat pendidikan (tabel 3), sebagian besar responden adalah lulusan ahli madya atau DIII (74,1%), sedangkan sisanya adalah tamatan sarjana (22,2%) dan tamatan sarjana yang sudah melanjutkan profesi ners (3,7%). Hal ini sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2010:56), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, sumber informasi, sosial ekononomi, persepsi dan budaya. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
Dilihat dari lama bekerja (tabel 4) didapatka bahwa sebagian besar perawat di ruang penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun (66.7%). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Pengalaman yang di maksud disini ialah pengalaman kerja seseorang, semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pengalaman yang akan didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010:58) bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun.
Dilihat dari usia (tabel 1) responden hampir seluruhnya responden berusia 20 – 40 tahun (96.3%), rentang usia seperti ini termasuk kedalam masa dewasa dini. Pada penelitian ini kemungkinan perawat di Rumah Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangalan Bun khususnya di Ruang rawat inap penyakit dalam memiliki kemampuan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, dan mengingat hal-hal yang pernah dipelajari di masa pendidikan maupun pelatihan khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini
Identifikasi Perilaku Perawat Dalam Melakukan Pencegahan Infeksi Nosokomial Berdasarkan tabel 8 maka dapat disimpulkan bahwa perilaku perawat dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun hampir seluruhnya dikategorikan baik (78%). Kategori baik responden karena responden mampu menerapkan perilaku pencegahan infeksi nosokomial diantaranya ialah perawat menerapkan perilaku kontrol atau eleminasi agen infeksius, kontrol atau eleminasi reservoir,
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
66
kontrol terhadap portal keluar, pengendalian penularan, kontrol terhadap portal masuk dan perlindungan bagi perawat. Perilaku baik responden karena mampu menerapkan perilaku kontrol atau eleminasi agen infeksius dengan skor rata – rata (1,00). Penerapan perilaku kontrol atau eleminasi agen infeksius hal ini dapat dilihat pada perilaku perawat yang telah melakuakan dididesinfeksi pada alat non kritikal, dididesinfeksi dan sterilisasi pada alat semi kritikal setelah pakai atau jika terkontaminasi oleh organisme penyebab penyakit. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme, jamur bahkan bakteri penyebab infeksi pada alat yang terkontaminasi. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:26) yang menyatakan bahwa pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi terhadap objek yang terkon-taminasi secara signifikan mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme. Pembersihan adalah membuang sampah material asing seperti kotoran dan materi organik dari suatu objek. Desinfeksi menggambarkan proses yang memusnahkan banyak atau semua mikroorganisme, dengan pengecualian spora, bakteri dari objek yang mati, biasanya menggunakan desinfeksi kimia atau pasteurisasi basah. Sterilisasi adalah pemusnahan seluruh mikroorganisme termasuk spora. Perilaku baik responden karena mampu menerapkan perilaku kontrol atau eleminasi reservoir dengan skor rata – rata (1,00). Penerapan prilaku kontrol atau eleminasi reservoir hal ini dapat dilihat pada perilaku perawat yang membuang sampah medis ke tempat sampah medis dan membuang jarum suntik habis pakai pada tempat sampah khusus (kotak jarum) dan tidak membuang sampah secara sembarangan karena dapat menyebabkan penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi atau penyakit. Hal ini sesui dengan pendapat yang dikemukakan oleh patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:27) yang menyatakan bahwa untuk mengeliminasi
reservoir perawat harus membersihkan cairan tubuh, drainase, atau larutan yang dapat merupakan tempat mikroorganisme. Perawat juga membuang sampah dengan hati-hati alat yang terkontaminasi material infeksius. Perilaku baik responden karena mampu menerapkan perilaku kontrol terhadap portal keluar dengan skor rata – rata (1,00). Penerapan perilaku kontrol terhadap portal keluar hal ini dapat dilihat pada prilaku perawat yang telah menggunakan alat pelindung saat ke pasien atau saat tindakan ke pasien seperti memakai masker saat berbicara langsung ke pasien dan memakai sarung tangan sekali pakai saat menangani pasien dengan eksudat maupun pendarahan, hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui portal keluar. Pernyataan ini sesui dengan pendapat yang dikemukakan oleh patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:28) yang menyatakan bahwa perawat mengikuti praktik pencegahan dan kontrol untuk meminimalkan atau mencegah organisme yang keluar melalui saluran pernafasan, perawat harus selalu menghindari berbicara langsung menghadap pasien perawat harus selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai bila menangani eksudat. Masker, gown dan kacamata jika terdapat kemungkinan adanya percikan dan kontak cairan. Perawat yang demam ringan namun tetap bekerja harus memakai masker, khususnya bila mengganti balutan atau melakukan prosedur steril. Perawat juga bertanggung jawab mengajarkan klien untuk melindungi orang lain pada saat bersin dan batuk. Cara lain mengontrol keluarnya mikroorganisme adalah penanganan yang hati-hati terhadap eksudat. Cairan yang terkontaminasi dapat dengan mudah terpecik saat dibuang ditoilet atau bak sampah. Hal ini kemungkinan dapat juga dipengaruhi oleh usia responden. Dilihat dari usia (tabel 4) responden hampir seluruhnya responden berusia 20 – 40 tahun (96.3%). Pada penelitian ini kemungkinan perawat di Rumah Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangalan Bun,
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
67
khususnya di ruang rawat inap penyakit dalam memiliki kemampuan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, dan mengingat hal-hal yang pernah dipelajari di masa pendidikan maupun pelatihan khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial dan kemudian diamplikasikan menjadi tindakan sehingga membentuk sebuah perilaku pencegahan infeksi nosokomial seorang perawat tersebut. Hal ini sesui dengan teori Hurlock (1999) dalam Yulia Habni (2009:56) yang menyatakan bahwa rentang usia seperti ini termasuk kedalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini adalah 18-40 tahun pada masa dewasa dini dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat. Perilaku kurang baik responden karena belum mampu menerapkan perilaku perlindungan bagi penjamu yang rentan dengan skor rata – rata (0,48). Belum mampunya responden menerapkan perilaku perlindungan bagi penjamu yang rentan hal ini dapat dilihat pada prilaku perawat tidak mencuci tangan sebelum masuk ruang isoslasi, tanpa memandang jenis isolasi untuk mengurani resiko infeksi. Hal ini sesui dengan pernyataan Patricia (2005) dalam Yulia Habni (2009:29) yang menyatakan bahwa perawatan semua klien, kewaspadaan berdasarkan penularan perlukaan untuk mengurangi resiko infeksi untuk klien. Tanpa memandang jenis sistem isolasi, perawat harus mengikuti prinsip dasar yaitu : harus mencuci tangan sebelum masuk dan meninggalkan ruang isolasi, benda yang terkontaminasi harus dibuang untuk mencegah penyebaran mikroorganisme, pengetahuan tentang proses penyakit dan jenis penularan infeksi harus diaplikasikan pada saat menggunakan barrier pelindung, semua orang yang kemungkinan terpapar selama perpindahan klien diluar kamar isolasi harus dilindungi. Lingkungan yang
protektif yang digunakan untuk isolasi dapat memiliki tekanan udara yang negatif untuk mencegah partikel infeksius mengalir keluar dari ruangan ada juga kamar khusus dengan tekanan aliran positif digunakan pada pasien yang rentan seperti resipien transplantasi. Analisis Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Nosokomial Hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun diketahui dengan uji Rank Speraman (rho). Didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,529, artinya ada keeratan hubungan yang sedang antara pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini menunjukkan H1 diterima dengan tingkat keeratan sedang yaitu 0,529, Dan didapatkan hasil ρ = 0,005 berarti ρ < 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel 5.8, dimana diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan berperilaku baik pula dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial yakni sebesar 84%. Hasil ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, (2007:140) yakni sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness (kesadaran), b) Interest (merasa tertarik), c) Evaluation (menimbang-nimbang), d) Trial (mencoba), e) Adoption (adopsi). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka akan tidak berlangsung lama.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
68
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, tentang hubungan pengetahuan perawat dan perilaku pencegahan infeksi nosokomial, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Hampir seluruh perawat yang ada ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddn Pangkalan Bun memiliki tingkat pengetahuan tentang infeksi nosokomial dengan kategori baik. 2) Hampir seluruhnya perawat yang ada ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Sultan Imanuddn Pangkalan Bun memiliki perilaku dengan kategori baik dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial. 3) Dari uji Rank Spearman (rho) didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,529. Artinya ada keeratan hubungan yang sedang antara pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini menunjukkan H1 diterima dengan tingkat keeratan sedang.
mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial (11%). Oleh karena itu, pihak rumah sakit perlu memperhatikan hal ini dengan menyelenggarakandan mengikutsertakan perawat dalam sosialisasi maupun pelatihan yang berkaitan dengan pencegahan infeksi nosokomial. 2) Bagi institusi pendidikan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi baik bagi mahasiswa keperawatan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang professional dan meningkatkan pendidikan keperawatan dalam pengetahuan kognitif dalam pencegahan infeksi nosokomial. 3) Bagi peneliti selanjutnya Maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mencari faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seorang perawat dalam penerapan perilaku perlindungan bagi penjamu yang rentan terkena infeksi pencegahan infeksi nosokomial.
Saran
KEPUSTAKAAN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan sumber informasi tambahan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pengetahuan infeksi nososkomial dan cara pencegahannya.
M. A. Veronica Samosir. 2009. Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Instalasi Farmasi. USU. Medan. (Http://Repository.Usu.Ac.Id, Diakses Pada 2 Mei 2016, 22:45 WIB).
1) Bagi rumah sakit / bidang keperawatan Meski dari hasil penelitian hampir seluruh perawat telah memiliki pengetahuan dan berprilaku baik dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial (77.8%), Tetapi masih ada kelemahan pada penerapan perilaku perlindungan bagi penjamu yang rentan terkena infeksi dengan skor rata – rata (0,48), hal ini mungkin dapat dikarenakan masih sedikitnya perawat yang pernah
MENKES RI .2008. PERMENKES/No/129 Tahun 2008 tentang pelayanan kesehatan. (www.depkes.go.id diakses pada 24 mei 2016, 19:25 WIB) Menkes RI .2009. Infeksi Nosokomial. (www.depkes.go.id) diakses pada 25 mei 2016, 08: 50 WIB)
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
69
Notoatmodjo, S.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku. Pt Rhineka Cipta : Jakarta Notoatmodjo, S.2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya, Edisi Revisi. Pt Rhineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo, S .2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Pt Rhineka Cipta : Jakarta Noyumala.2013. Hubungan Komitmen Perawat Dengan Perilaku Caring Profesional Perawat Melalui Pelaksanaan Patient Safety. Universitas Hasanuddin. Makassar.(Http://Repository.Unhas.A c.Id, diakses 5 Mei 2016, 20:10 WIB). RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.2015.Rancangan Anggaran Pendapatan Daerah. (rad-ppk.kotawaringinbaratkab.go.id diakses pada 24 mei 2016, 09:13 WIB). Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. ALFABETA. Bandung Stefany Antonio.2014. Hubungan Pengetahuan, Motivasi, Dan Kepemimpinan Efektif Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial. FKM Universitas Hasanuddin. Makassar. (Http://Repository.Unhas.Ac.Id, Diakses 10 Mei 2016, 21:50 WIB). Yulia Habni.2009. Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. Fakultas Kedokteran USU. Medan.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017