J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto: Peranan Pelatihan Pangan Olahan Organik Entrepreneurial Spirit and Ability of Women Farmers At Wonokerto: The Role of Organic-Processed Food Education and Training Sri Muljaningsih1,2*, Soemarno1,3, Djumilah Hadiwidjojo1,4, M. Muslich Mustadjab1,5 1
Program Studi Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya 2 Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya 3 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya 4 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya 5 Jurusan Sosial-Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Abstrak Masalah kalangan perempuan tani di Desa Wonokerto adalah pendidikan formal yang rendah dan keterbatasan pengetahuan tentang nilai tambah ekonomis buah salak dan produk garut yang dibudidayakan secara alami (organik). Oleh karena itu, perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan makanan organik olahan berbasis garut dan salak. Penelitian ini bertujuan menganalisis peranan pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik terhadap jiwa kewirausahaan dan kemampuan perempuan tani Wonokerto antara yang berpartisipasi dalam pendidikan makanan organik olahan dan yang tidak. Analisis data dilakukan dengan MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) T2 Hotelling tes karena variabel dependen lebih dari dua variabel (multivariat). Hasil analisis terhadap kemampuan perempuan tani menunjukkan perbedaan antara yang berpartisipasi dalam pendidikan dan pelatihan makanan organik olahan dan yang tidak. Namun, tidak terdapat perbedaan jiwa kewirausahaan antara perempuan tani yang berpartisipasi dalam pendidikan dan pelatihan makanan organik olahan dan yang tidak mengikuti. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan makanan organik olahan dapat meningkatkan kemampuan petani perempuan di Wonokerto. Disarankan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto agar mampu melakukan usaha, perlu dilakukan pelatihan kewirausahaan secara lebih kontinyu dan efektif. Kata Kunci : RTH Jalur Jalan, Fungsi Kawasan, Vegetasi Lokal, Koefisiensi Penilaian Ideal (KPI). Abstract Problems among women farmers at Wonokerto village are the low formal education and the limited knowledge about the economic value-added of snake fruit and arrowroot products which are naturally (organically) cultivated. Therefore, it needs to conduct education and training on snake fruit and arrowroot-based organic-processed foods. This research is intended to analyze the variance of entrepreneurial spirit and ability of women farmers at Wonokerto between those who participate in organic-processed food education and training and those who do not. The data analysis method is MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) with T2 Hotelling test due to the dependent variables are more than two variables (multivariate). The analysis results on the women farmers’ ability suggest the difference between those who participate in organic-processed food education and training and those who do not. However, the entrepreneurial spirits are not difference between those who participate in organic-processed food education and training and those who do not. It is concluded that organic-processed food education and training is able to improve the ability of women farmers at Wonokerto. It is recommended for further research to conduct entrepreneurship education and training for making women farmers able to enter any business worlds. Keywords: semangat kewirausahaan , makanan organik olahan , pendidikan dan pelatihan , perempuan tani
PENDAHULUAN Konsep ekonomi lingkungan diantaranya adalah membahas masalah eksternalitas. Oleh
Alamat korespondensi: Sri Muljaningsih Email :
[email protected] Alamat : Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
karena itu perlu memikirkan dampak negatif dari proses produksi. Dengan demikian jika proses produksi tersebut sudah ramah lingkungan, berarti meminimalkan hasil buangan (pencemaran) yang negatif. Jika proses produksi seperti itu, maka secara ekonomi akan mengurangi biaya pencemaran. Hasil proses tersebut disebut produk ramah lingkungan (green good) (Field dan Olewiler, 2002 ). Contoh
1
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
green good antara lain adalah produk yang berasal dari pertanian organik (pangan olahan organik) yang bersifat alami dan berkelanjutan (Agustina, 2007). Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati yang dibudidayakan secara alami dan dilakukan secara turun temurun, hal ini dikatakan tanaman lokal. Pengelolaannya secara alami, dalam pengertian tanpa adanya rekayasa unsur kimia sintetik, dapat dikatakan organik. Pemahaman ini merujuk pada kriteria organik, sesuai label atau sertifikat dari lembaga sertifikasi yang di tunjuk oleh pemerintah, bahwa kriteria hijau organically grown , mengindikasikan produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya” ( Saragih, 2010). Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), terdapat empat prinsip pertanian organik meliputi : Prinsip kesehatan sebagai sistem produksi pertanian yang menjaga kondisi tanah, tanaman dan makhluk hidup lainnya tetap sehat. Prinsip ekologi yaitu menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Prinsip keadilan, dalam pengertian tidak ada yang dirugikan. Prinsip perlindungan memuat tanggung jawab terhadap generasi dan lingkungan kedepan (Padel, Rocklinsberg dan Schmid, 2009). Kebijakan pangan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996, menyatakan bahwa pangan dalam arti luas mencakup makanan dan minuman hasil-hasil tanaman dan ternak serta ikan baik produk primer maupun olahan (Suryana, 2005). Berdasarkan kebijakan tersebut selain memenuhi kebutuhan pangan penduduk, juga harus berwawasan lingkungan. Berarti perlu mengupayakan pangan yang berwawasan lingkungan seperti produk pertanian organik. Selain itu juga perlu memikirkan produk olahan dari hasil pertanian organik tersebut. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dari produk tersebut. Proses peningkatan nilai tambah tersebut dapat dikatakan inovasi produk. Menurut Schumpeter (1959) inovasi produk itu tidak harus temuan yang luar biasa, namun menyebabkan pendayagunaan sumber ekonomi yang lebih produktif. Pemikiran Schumpeter tersebut mengenai keuntungan inovasi bagi usaha kecil yang mau berubah.Hal ini terkait konsep berpikir kreatif yang menghasilkan inovasi produk adalah bagian dari karakter jiwa kewirausahaan (Audretsch dan Link, 2011). Implementasi pertanian organik dilakukan melalui Program Difusi Percepatan dan Pemanfaatan IPTEK di desa Wonokerto
2
Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur,Indonesia. Harapannya agar terwujud keterpaduan antara sistem hayati tanamanternak-ikan-energi, secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, secara ekologi lingkungan biofisik sehat, secara sosial dapat diterima dan aman (Agustina, 2007). Tetapi hasil survey ke petani sayuran(sawi) mengatakan harga sawi organik dan non organik sama dengan di pasar Kecamatan Bantur (pasar lokal), berarti secara ekonomi belum memberikan nilai tambah secara significant untuk menanam sayuran organik. Di Desa Wonokerto terdapat tanaman salak dan garut yang dibudidayakan secara alami dan dilakukan secara turun temurun. Tanaman tersebut merupakan tanaman lokal dan sebagai warisan leluhur, yang dapat dikategorikan sebagai tanaman organik. Seharusnya tanaman lokal tersebut dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani di wilayah tersebut, namun kenyataannya ketika panen raya harga salak sangat jatuh sekitar Rp 1.000 - Rp 2.000 per kg, selain itu buah salak tidak tahan lama. Oleh karena itu diperlukan pengolahan, misalnya dijadikan manisan salak yang menyerupai kurma, yang disebut kurma salak. Harganya cukup bagus dapat mencapai Rp 30.000 per kg, dan produk ini tahan lama bisa sampai 7 bulan. Tetapi kurma salak desa Wonokerto belum dikenal sehingga sulit pemasarannya dan hanya dua keluarga petani salak yang dapat membuatnya. Demikian pula hasil tanaman garut, yang hanya diolah menjadi tepung garut menjelang hari raya umat muslim. Meskipun harga per kg dapat mencapai Rp 15.000 - Rp 25.000 , namun pemasarannya tidak seperti yang diharapkan. Pelaku usaha berbahan baku tanaman salak dan garut adalah perempuan tani, namun mayoritas berpendidikan rendah. Selain itu mereka tidak berani mengambil resiko untuk usaha, karena tidak dapat memasarkan. Oleh karena itu perlu mendorong jiwa kewirausahaan perempuan tani tersebut, mengingat kurangnya pengetahuan tentang prospek pangan olahan organik yang mulai marak di pasar dunia. Padahal permintaan akan produk pertanian organik terutama pangan di negara maju berkembang pesat, berdasarkan nilai penjualan pangan organik pada tahun 2003 mencapai US$ 23 miliar atau lebih dari Rp 230 triliun (Las, dkk. 2006). Untuk negara Amerika (United States) paling tinggi tingkat penjualan retail sekitar US$ (11-13) miliar dengan pertumbuhan rata-rata (15-20) persen (Raynolds, 2004).
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
Menurut teori harapan Vroom, menyatakan perilaku seseorang dimotivasi oleh harapan terhadap hasil tertentu (Robbins, 1996). Selain itu perilaku adalah fungsi dari interaksi kepribadian dan lingkungan. Perilaku inovatif wirausaha perempuan tergantung pada harapan atau pencapaian terhadap perkembangan usaha mereka. Penelitian tentang pengaruh modal psikologis perilaku inovatif entrepreneur perempuan dengan 405 entrepreneur perempuan dari Ibadan, Nigeria, hasilnya menunjukkan bahwa perempuan dengan selfefficacy dan internal locus of control mempunyai skor lebih tinggi terhadap perilaku inovatif entrepreneur perempuan dibandingkan dengan perempuan sangat terdidik dan perempuan pendidikan rendah. Oleh karena itu perempuan dengan kondisi tersebut lebih percaya diri. Sedangkan bagi perempuan yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, menunjukkan bahwa pendidikan tersebut sebagai dasar (modal) bagi pertumbuhan dan pencapaian aktivitas-aktivitas inovatif entrepreneurial (Babalola, 2009). Sifat atau perilaku wirausaha perempuan yang pernah dilakukan penelitian di Amerika, ditentukan oleh 24 indikator, yaitu : pada diri sendiri, Optimis, Kepemimpinan, Bisa mengelola uang, Imajinasi, Bisa merencana, Sabar, Tegas, Semangat, Tanggung Jawab, Kerja Keras, Dorongan Mencapai Sesuatu, Integritas, Percaya diri, Realisme, Organisasi, Ketepatan, Ketenangan, Memperhitungkan resiko, Kesehatan fisik, Komunikasi dengan orang lain, Kebebasan, Bisa bergaul, Membuat keputusan. Dengan demikian Wirausaha merupakan entrepreneur, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisir faktor-faktor produksi: alam, tenaga, modal dan skill untuk tujuan berproduksi (Alma, 2009). Pada dasarnya entrepreneurship merupakan hasil interaksi, integrasi dan refleksi ide, ekspektasi dan hubungan relational antar individu. Pembelajaran dengan tujuan mendorong entrepreneurship adalah untuk mendukung kegiatan wirausaha (entrepreneurial activities) (Priyanto,2009). Demikian pula di Malaysia, keberhasilan wirausaha perempuan dipengaruhi oleh dukungan keluarga, hubungan sosial dan motivasi internal (Alam, 2011). Jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, yaitu seperti pendidikan/pelatihan dan lingkungan sekitar (Wibowo, 2011). Pelatihan kewirausahaan telah di lakukan pada perempuan pedesaan koperasi di Yunani (Greek). Berdasarkan persepsi peserta
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
pelatihan dirasakan manfaat terhadap peningkatan ketrampilan (Petridou and Glaveli, 2008). Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan saling mendukung. Menurut UNESCO pendidikan terkait dengan pengembangan pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan pelatihan bertujuan meningkatkan ketrampilan (Kamil, 2010). Berdasarkan permasalahan perempuan tani Wonokerto adalah rendahnya pendidikan dan pengetahuan untuk mengembangkan tanaman alami (organik) salak dan garut menjadi pangan olahan maka pentingnya penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauhmana peranan pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik terhadap jiwa kewirausahaan dan kemampuan perempuan tani Wonokerto. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dan kontrol dengan hanya pascates (Sekaran, 2007), yaitu melihat pengaruh treatment (perlakuan) dalam bentuk pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik. Pemilihan sample secara purposif berdasarkan jumlah perempuan tani yang terdapat dalam rumah tangga petani yang mengikuti pelatihan pada Program Difusi Percepatan dan Pemanfaatan IPTEK keterpaduan antara sistem hayati tanaman– ternak – ikan - energi secara berkelanjutan (Agustina,2007). Menurut informasi informan kunci (Bapak Sulistyanto) di Rukun tetangga (RT) 11 untuk praktek energi biogas dari kotoran sapi dan RT 13 praktek budidaya sayuran,ayam dan ikan secara organik. Ada dua kelompok, kelompok tani perempuan RT 13 mendapat perlakuan (pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik) dan RT 11 tidak. Kenyataannya di RT 13 yang bersedia aktif mengikuti pendidikan dan pelatihan sebanyak 16 orang, dan RT 11 yang bersedia mengisi kuisioner sebanyak 23 orang, sehingga total respondent sebanyak 39 orang. Untuk menggali data menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dengan lima pilihan jawaban berdasarkan atas skala Likert 1 - 5 (Sugiyono, 2007). Data jiwa kewirausahaan teridiri dari 24 indikator dan data kemampuan/skill terdiri dari 13 indikator. Identifikasi faktor jiwa kewirausahaan dan kemampuan perempuan tani Wonokerto dilakukan dengan menggunakan metode analisis faktor. Metode tersebut dapat mengidentifikasi dimensi suatu struktur dan menentukan variabel. Tujuan analisis faktor adalah menemukan cara untuk meringkas (summarize) informasi menjadi satu set dimensi baru atau variate (factor). Untuk
3
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
menguji adanya korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett of spherity dengan hasil signifikan. Uji lainnya yang digunakan adalah measure of sampling adequacy (MSA) dengan nilai lebih dari 0.50 (Ghozali, 2011). Untuk mendiskriptifkan (menggambarkan) hasil analisis faktor dari suatu variabel dalam bentukan baru. Variabel tersebut terdiri dari gugusan indikator jiwa kewirausahaan dan kemampuan perempuan tani Wonokerto. Uji T² Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan dua kelompok populasi yang memiliki dua atau lebih variabel dependent (multivariat) (Hair dkk., 2009). Hal ini disebut Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Penggunaan analisis uji T² Hotelling mempunyai persyaratan, bahwa dua kelompok sampel yang diteliti harus memenuhi asumsi: sampel data minimal berskala interval, sampel berdistribusi normal, sampel memiliki kovarian data yang homogen (Purnawirawan dan Mahmudah, 2007). Alat untuk menguji asumsi homogenitas dapat menggunakan Levene’s Test dengan nilai lebih besar dari > 0.05 (Ghozali, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas instrument dari variabel jiwa kewirausahaan dan
kemampuan (skill) perempuan tani Wonokerto. Ketentuan uji validitas berdasarkan nilai korelasi bivariat antar skor masing-masing intrument dengan total skor adalah signifikan. Untuk uji reliabel, jika masing-masing instrumen mempunyai nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,60 maka dinyatakan instrument tersebut benar (reliabel)(Ghozali, 2009). Setelah dilakukan uji validitas hasil dari semua variabel jiwa kewirausahaan dan variabel kemampuan menunjukkan valid karena signifikan. Sedangkan nilai koefisien Alpha Cronbach untuk instrument jiwa kewirausahaan sebesar 0.958 dan variabel kemampuan sebesar 0.916, berarti reliabel. Faktor-faktor Jiwa Kewirausahaan Hasil analisis faktor jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto telah memenuhi persyaratan (Tabel 1.) Selanjutnya analisis faktor variabel jiwa kewirausahaan yang diukur oleh duapuluh empat indikator dalam bentuk pernyataan pada skala Likert 1 – 5. Kemudian menghasilkan lima (5) faktor. Masing-masing faktor terdiri dari gabungan indikator yang memilki bobot paling tinggi diantaranya. Dari hasil perhitungan faktor dengan metode rotasi pada 24 indikator dapat diringkas menjadi lima faktor, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Nilai Bobot Faktor pada Variabel Jiwa Kewirausahaan Indikator Faktor 1 Faktor 2 1.Yakin pada diri sendiri 0.392 0.424 2.Optimis 0.235 0.825 3.Kepemimpinan 0.297 0.718 4. Bisa mengelola uang 0.312 0.540 5. Imajinasi/kreatif 0.266 0.478 6. Bisa merencana 0.082 0.733 7. Sabar 0.042 0.187 8. Tegas 0.195 0.394 9. Semangat 0.291 0.188 10.Tanggung Jawab 0.087 0.716 11. Kerja Keras 0.390 0.101 12. Dorongan Mencapai Sesuatu 0.528 0.433 13. Integritas 0.621 0.222 14. Tidak pemalu 0.211 0.090 15. Realisme 0.357 0.177 16. Organisasi 17. Ketepatan 18. Ketenangan 19. Memperhitungkan resiko 20. Kesehatan fisik 21. Komunikasi dengan orang lain 22. Kebebasan 23. Bisa bergaul 24. Bisa Membuat keputusan
4
0.155 0.681 0.504 0.835 0.823 0.271 0.745 0.633 0.161
0.354 0.338 0.495 0.123 0.092 0.320 0.160 0.194 0.239
Faktor 3 0.024 0.158 0.365 0.333 0.622 0.362 0.358 0.492 0.103 0.253 0.164 0.297 0.315 0.096
Faktor 4 0.602 0.222 0.076 0.167 0.228 0.105 0.740 0.469 0.796 0.267 0.612 0.173 0.276 0.424
Faktor 5 0.012 -0.027 0.159 0.384 -0.019 0.228 0.217 0.353 0.290 0.331 0.301 0.185 0.338 0.784
0.740
0.351
0.133
0.682 0.003 0.069 0.179 0.280 0.232 0.148 0.210 0.741
0.174 0.327 0.249 0.082 0.193 0.213 0.124 0.214 -0.026
0.032 0.076 0.438 0.254 -0.064 0.698 0.270 0.580 0.342
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
Tabel2. Deskripsi yang mewakili atribut gugusan indikator dalam jiwa kewirausahaan Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Dorongan Mencapai Sesuatu Optimis Tegas Sabar Integritas Kepemimpinan Realisme Semangat Ketepatan Ketenangan
Bisa mengelola uang Imajinasi/kreatif
Memperhitungkan resiko Kesehatan fisik Kebebasan Bisa bergaul
Bisa merencana Tanggung Jawab
Organisasi Bisa Membuat keputusan
Tabel 3. Nilai Bobot Faktor pada Variabel Kemampuan (Skill) Indikator 1. Pendidikan Formal / Lama Sekolah (tahun) 2. Pendidikan Non Formal/Pelatihan (frekuensi kehadiran) 3. Memahami Pertanian Tanpa Bahan Kimia Sintetik. 4. Mengenal Tanaman Organik 5. Mengetahui pangan olahan alami 6. Mengetahui cara memasak secara sehat 7. Mengetahui persoalan kerusakan lingkungan 8. Mengetahui cara menjaga kelestarian lingkungan 9. Mengetahui manfaat tanaman penghijauan 10. Mengetahui manfaat tanaman salak sebagai olahan 11. Mengetahui manfaat tanaman garut sebagai bahan olahan. 12. Mudah membuat pangan olahan salak 13. Mudah membuat pangan olahan garut
Kerja Keras
Faktor 1 0.034 0.195 0.201 0.795 0.796 0.230 0.310 0.305 0.299 0.895 0.836 0.832 0.849
Tabel 4. Deskripsi atribut indikator kemampuan (skill) Faktor 1 Faktor 2 Pendidikan Non Formal/ Pelatihan Mengenal Tanaman Organik. (frekuensi kehadiran) Memahami Pertanian Tanpa Bahan Kimia Mengetahui pangan olahan alami. Sintetik. Mengetahui manfaat tanaman salak sebagai olahan. Mengetahui cara memasak secara sehat. Mengetahui manfaat tanaman garut Mengetahui persoalan kerusakan sebagai bahan olahan. lingkungan Mengetahui cara menjaga kelestarian Mudah membuat pangan olahan salak. lingkungan Mudah membuat pangan olahan garut.
Hasil analisis faktor untuk kemampuan/skill perempuan tani Wonokerto telah memenuhi persyaratan (Tabel 3), kemudian analisis faktor variabel kemampuan yang diukur dari 13 indikator berupa pernyataan dengan skala Likert 1 – 5. Hasilnya terbentuk tiga faktor. Masingmasing faktor terdiri dari gabungan indikator yang memilki bobot paling tinggi diantaranya. Dari hasil perhitungan faktor dengan metode rotasi pada 13 indikator dapat diringkas menjadi 3 faktor, disajikan pada Tabel 4. Setelah terbentuk faktor-faktor pada variabel jiwa kewirausahaan dan kemampuan perempuan tani Wonokerto. Selanjutnya masing-masing faktor tersebut perlu di deskriptifkan sesuai dengan karakter yang mewakili. Variabel jiwa kewirausahaan dan variabel kemampuan terdiri
2
Faktor 5 Tidak pemalu Komunikasi dengan orang lain
Faktor 2 0.069 0.720 0.727 0.206 0.289 0.829 0.801 0.766 0.401 0.335 0.440 0.362 0.093
Faktor 3 0.900 0.263 0.185 0.362 0.117 0.032 0.021 0.142 0.682 0.121 0.121 -0.050 0.060
Faktor 3 Pendidikan Formal / Lama Sekolah (tahun) Mengetahui manfaat tanaman penghijauan.
dari banyak indikator. Dengan demikian perlu melakukan pengelompokan faktor-faktor dengan analisis faktor. Sehingga terbentuk faktor yang menjadi atribut variabel. Untuk variabel jiwa kewirausahaan terbentuk lima faktor yaitu: sifat/karakter kewaspadaan dalam memperhitungkan keuntungan, optimis dan kreatif, realistik, gigih dan komunikatif/ kooperatif. Hal ini merupakan temuan dari penelitian ini bahwa jiwa kewirausahaan perempuan tani terwakili kelima faktor tersebut. Sedangkan untuk variabel kemampuan terbentuk tiga faktor yaitu: ketrampilan, pengetahuan diperoleh dari pendidikan non formal dan pengetahuan dari pendidikan/sekolah formal. Faktor-faktor Kemampuan Perempuan Tani Gugusan indikator pada faktor 1 mewakili
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
karakter/sifat hati-hati atau kewaspadaan. Gugusan indikator pada faktor 2 mewakili karakter /sifat optimis/yakin. Gugusan indikator pada faktor 3 mewakili karakter realistik dan gugusan indikator pada faktor 4 mewakili karakter/sifat gigih/semangat, serta gugusan indikator pada faktor 5 mewakili karakter/sifat komunikatif/kooperatif. Kesimpulannya kelima faktor tersebut merupakan gambaran jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto. Gugusan indikator pada faktor 1 mewakili kemampuan/skill ketrampilan membuat pangan olahan organik. Gugusan indikator pada faktor 2 mewakili kemampuan pemahaman terhadap kelestarian lingkungan. Gugusan indikator pada faktor 2 mewakili kemampuan berdasarkan sekolah formal. Peranan Pelatihan Pangan Olahan Organik Penelitian ini menganalisis perbedanaan jiwa kewirausahaan dan kemampuan/skill, antara perempuan tani yang mengikuti pendididan dan pelatihan pangan olahan organik. Adapun alat analisis yang sesuai adalah uji T² Hotelling. Variabel jiwa kewirausahaan dengan kemampuan/skill perempuan tani Wonokerto diuraikan berikut ini. Jiwa Kewirausahaan Hasil uji T2 Hotelling keikutsertaan diklat (pendidikan dan pelatihan) terhadap jiwa kewirausahaan menunjukkan nilai p Hotelling’s Trace sebesar 0.483 (> α = 0.05) (Tabel 3). Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan di antara mereka yang mengikuti pelatihan dan mereka yang tidak mengikuti pelatihan pangan olahan organik. Variabel sifat kewaspadaan, sifat optimis, sifat realistik dan kreatif, sifat gigih pada perempuan tani yang ikut pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengikuti pelatihan. Namun untuk variabel sifat kooperatif perempuan tani yang tidak ikut pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang mengikuti pelatihan. Jika di rata-rata variabel jiwa kewirausahaan antara yang mengikuti pelatihan dan tidak mengikuti pelatihan tidak berbeda. Berdasarkan pengamatan lebih mendalam, ternyata perempuan tani yang mengikuti pelatihan mempunyai kecenderungan mengerjakan sendiri (tidak bekerjasama). Berarti mereka yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik, jika ada permintaan tersebut, maka mereka mampu membuat produk tersebut secara mandiri dalam arti tidak perlu kerjasama. Tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan di antara mereka yang mengikuti pendidikan dan
2
pelatihan pangan olahan organik dengan mereka yang tidak mengikuti pelatihan. Berarti jiwa kewirausahaan responden antara yang mengikuti dengan yang tidak mengikuti diklat(pendidikanpelatihan) adalah sama (tidak berbeda). Kesimpulannya hipotesis 1 (H1) tidak diterima, karena nilai jiwa kewirausahaan perempuan tani yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik tidak lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengikuti. Hal ini berdasarkan perhitungan rata-rata dari variabel jiwa kewirausahaan. Setelah diteliti penyebab kondisi tersebut ditengarahi pada variabel sifat kooperatif pada perempuan tani yang tidak mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengikuti. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian kewirausahaan perempuan pedesaan di Yunani , keberhasilan usaha terkait erat dengan ketrampilan, motif dan sikap pengusaha (Petridou dan Glaveli, 2008). Sedangkan penelitian lainnya lagi menunjukkan bahwa pendidikan adalah satu faktor yang menyebabkan signifikan terhadap perilaku inovatif entrepreneurial (Babalola, 2009). Tumbuhkembangnya jiwa kewirausahaan perempuan tani di wilayah studi bisa jadi disebabkan program difusi IPTEK yang mensosialisasikan cara budidaya sayuran organik, usaha tani ikan dan ayam secara organik, dan pembuatan biogas(Agustina, 2007). Praktek difusi IPTEK tersebut memberikan penyuluhan kepada petugas penyuluh lapangan(PPL), selanjutnya disampaikan kepada kelompok tani. Berarti secara tidak langsung memberikan pengetahuan dan pemahaman pertanian organik kepada perempuan tani di wilayah studi. Variabel Kemampuan/Skill Hasil uji T2 Hotelling, dari masing-masing variable (faktor) skill telah memenuhi asumsiasumsi : (1) data menyebar normal multivariate ditunjukkan bahwa semua faktor skill memiliki nilai p >0.05; (2) memiliki ragam galat homogen karena semua faktor skill memiliki nilai p>α (0.05). Kemudian hasil Hotelling's Trace menunjukkan nilai p sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dari α (0.05), berarti signifikan. Untuk memperjelas pemenuhan asumsi hasil uji tersebut ditunjukkan dengan normal Q-Q plot dan estimated marginal mean masing-masing variabel (keterampilan membuat pangan olahan organik , pengetahuan kelestarian lingkungan , sekolah formal) dalam faktor kemampuan/skill. Selanjutnya untuk melengkapi penjelasan dibuat profil plots menunjukkan skill perempuan tani
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
yang mengikuti pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengikuti. Hasil uji hipotesis variabel skill antara yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik dengan yang tidak mengikuti menunjukkan perbedaan. Berarti skill atau kemampuan responden antara yang mengikuti dengan yang tidak mengikuti pendidikanpelatihan berbeda. Kesimpulannya hipotesis 2 (H2) diterima, karena perempuan tani yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik menunjukkan tingkat kemampuan lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengikuti. Pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik berperanan terhadap peningkatan skill perempuan tani Wonokerto. Demikian pula dalam penelitian lain, bahwa pelatihan memberikan pengaruh terhadap penerapan pertanian organik (Prayoga, 2009). Berarti pelatihan dapat digunakan untuk meningkatkan skill bagi peserta pelatihan. Demikian pula di India dan Sri Lanka telah menerapkan SRI (System of Rice Intensification) bersifat organik dengan memberikan pelatihan kepada petani (Prasad, 2006). Motif perempuan pedesaan dalam usaha mikro yang didasari kemampuan dan ketrampilan teknis serta dukungan keluarga adalah untuk menambah pendapatan keluarga (Mohana, 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis faktor dapat disimpulkan, bahwa seluruh (24) indikator pada jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto terbentuk menjadi lima faktor, meliputi: sifat/karakter kewaspadaan dalam memperhitungkan keuntungan, optimis dan kreatif, realistik, gigih dan komunikatif/ kooperatif. Kemudian seluruh (13) indikator variabel kemampuan/skill terbentuk menjadi tiga faktor, meliputi : ketrampilan membuat pangan olahan organik, pemahaman terhadap kelestarian lingkungan, pendidikan formal. Jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto meliputi sifat kewaspadaan, berarti mereka senantiasa memperhitungkan dan memperhatikan aspek keuntungan (profit). Faktor tersebut adalah paling dominan pada perempuan tani di wilayah studi. Selain itu didukung sifat optimis dan kreatif , realistik, gigih/ulet dan komunikatif/ kooperatif. Berarti pada dasarnya mereka mempunyai sikap kewaspadaan untuk mengantisipasi kondisi kurang baik. Selanjutnya sifat optimis namun
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013
realistik dan berusaha terus maju dengan dukungan sikap yang dapat melakukan kerjasama, tentunya dapat berkomunikasi dengan baik. Untuk variabel kemampuan terdiri dari gugusan indikator pendidikan non formal, meliputi ketrampilan membuat pangan olahan organik dan pemahaman terhadap kelestarian lingkungan. Kemudian pendidikan formal diperoleh dari sekolah formal yang telah ditempuh oleh responden. Jiwa kewirausahaan para peserta yang mengikuti pelatihan ternyata sama dengan mereka yang tidak mengikuti pelatihan pangan olahan organik. Hal ini ditengarahi oleh sifat kooperatif yang tinggi pada perempuan tani yang tidak mengikuti pelatihan dibanding yang mengikuti, padahal untuk sifat kewaspadaan, optimis dan kreatif , realistik, gigih/ulet lebih tinggi bagi perempuan tani yang mengikuti pelatihan dibanding yang tidak mengikuti. Sifat kooperatif perempuan tani yang tidak mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik ternyata cukup tinggi. Mereka yang mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut mempunyai sifat mandiri lebih tinggi. Sedangkan kemampuan/skill responden menunjukkan perbedaan antara yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik telah berhasil meningkatkan kemampuan/skill bagi perempuan tani yang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Saran Perlu dilakukan pelatihan kewirausahaan secara lebih kontinyu dan efektif Untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan perempuan tani Wonokerto agar mampu melakukan usaha, UCAPAN TERIMAKASIH Penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Sutiarni yang membantu mengkordinir pelaksanaan pelatihan dan Ibu Etmianah yang rumahnya dijadikan tempat penyelenggaraan pelatihan. Ibu Eni Widariyati S.Si sebagai instruktur dalam pendidikan dan pelatihan pangan olahan organik di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang dan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang telah memberi bantuan pendanaan. DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 2007. Sistem Produksi Sayuran Ternak Ikan Organik Berbasis Pada Limbah
3
Jiwa Kewirausahaan dan Kemampuan Perempuan Tani di Desa Wonokerto (Muljaningsih, S., et al.)
Organik. Lembaga Penelitian MenRistek R.I. LPPM UB. Malang
UB
–
Alam, S.S. 2011. An Empirical Study of Success Factors of Women Entrepreneurs in Southern Region in Malaysia. International Journal of Economics and Finance Vol.3,No.2. Audretsch, D.B. dan A.N.Link. 2011. Entrepreneurship and innovation: public policy frameworks. Springer Science+ Business Media,Published online :03 December 2011 Babalola, S.M. 2009. Women Entrepreneurial Innovative Behavior : The Role of Psychological Capital, International Journal of Business and Management. Vol.4,no.11, diunduh dari: www.ccsenet.org/journal. html Buchari,A. 2009. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum, Alfabeta, Bandung Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.Edisi 6. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hair,J.F., R.E.Anderson, R.L.Tatham dan W.C.Black. 2009. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall, New Jersey. Las, I., Subagyono dan Setiyanto .2006 . Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam Revitalisasi Pertanian.Jurnal Litbang Pertanian. 25(3). Mohana, J.B. 2012. Rural Women Empowerment and Entrepreneurship Development. IJMRS’s International Journal of Management Sciences. Vol.01.Issue 03.September 2102. Mustofa, K. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Alfabeta. Bandung. Padel S., H.Rocklinsberg dan O. Schmid. 2009. The implementation of organic principles and values in the European Regulation for organic food. Food Policy34(2009)245251(journalhomepage:www.elsevier.com/lo cate/foodpol). Petriou, E. dan N.Glaveli. 2008. Rural women entrepreneurship within co-operative : training suport, Gender in Management An International Journal, Vol.23 No.4,2008.pp 362-277 .Emerald Group Publishing Limited.
4
Prasad, S. 2006. System of Rice Intensification in India, Innovation History and Institutional Challenges, Xavier Institute of Management, Bhubaneswar, India (www.ximb.ac.in) Prayoga, A. 2010. Analisis Produktivitas, Efisiensi Teknis, dan Pendapatan Usahatani Padi Organik, serta Level Penerapan Pertanian Organik Padi Sawah (Kasus di Desa Sukorejo dan Desa Jambeyan, Kec.Sambirejo, Kab.Sragen), PDIP-PPS-Universitas Brawijaya.Malang. Priyanto, S.H. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat, AndragogiJurnal PNPI/Vol 1. No.1. Purnawirawan, I.G.B.J. dan Mahmudah. 2007. Aplikasi Uji Hotelling’s T² untuk Mengkaji Perbedaan Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan. The Indonesian Journal of Public Health, Vol.4,No.2, November 2007 :69-74 Raynolds, L.T. 2004. The Globalization of Organic Agro-Food Networks, Worl Development Vol.32,No.5.pp.725-743.Published by Elsevier Ltd.Printed in Great Britain. www.elsevier.com/locate/worlddev Robbins, S.P. 1996. Behavior,Concepts, Applications, A Simon Company,New Jersey.
Organizational Controversies, & Schuster
Saragih, S. 2010. Pertanian Organik, Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Swadaya, Jakarta. Schumpeter, J.A. 1959. The Theory of Economic Development. An Inquiry into Profits,Capital,Credit,Interest,and the Business Cycle.Harvard University Press. Sekaran, U. 2007. Research Methods for Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis), Salemba Empat, Jakarta. Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional,Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi.IPB,Bogor. Wibowo, M. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK, Eksplanasi Vol.6 No.2.
J-PAL, Vol. 3, No. 2, 2013