J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Kombinasi Sumber Lemak Yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Serapan Lemak Dan Protein Pakan Pada Pemeliharaan Ikan Bawal Bintang (Trachinotusblochii, Lacepede) Combination Of Different Fat Source In Feed On Fat And Protein Uptake Of Pomfret (Trachinotus blochii, Lacepede) Dodi Iswadi1), Asfie Maidie2), Henny Pagoray2) 1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unmul Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unmul
2)
Abstract This study aims to determine the effect of different sources of fat in the feed to the uptake of fat and protein in pisciculture of pomfret (Trachinotus blochii). This study was conducted in May to June 2015 at the Central Seawater and Brackish Water Seed Center (BBSAPAL) Manggar, Balikpapan. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments and 4 replications. The treatment used in this study are: (corn oil and coconut oil); (squid oil and coconut oil); and (squid oil and corn oil). The results of this study indicate that the combined effect of different sources of fat in the feed did not affect growth, feed efficiency, feed conversion ratio and pomfret but highly significant on the retention of protein and fat. Treatment coconut oil and corn oil showed the best results on growth, feed efficiency and feed conversion, growth in the average value of 14.08 g / fish, feed efficiency value ranges from 18.17 to 20.26% and the average value of the feed conversion ratio 3.83 to 5.53%, Squid oil and coconut oil showed the highest yield on the retention of the protein with an average value of 57.27%. Squid oil and coconut oil showed the highest yield on the retention of fat with an average value of 68.68% Keywords: fat source, feed, pomfret (Trachinotus blochii, Lacepede) and protein.
1. PENDAHULUAN Bawal Bintang merupakan salah satu jenis ikan air laut yang memiliki kandungan omega 3 sangat tinggi. Upaya meningkatkan tingkat keberhasilan produksi larva yang lebih tinggi perlu pengadaan pakan yang tepat sesuai jenis, termasuk ukurannya, jumlah, dan nilai
gizinya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh larva ikan tersebut (Kohnodkk., 1997).Lemak adalah komponen penting di dalam pakan ikan. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein dan karbohidrat, 1 gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 28
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
4 kkal/gram. Lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi membran/jaringan. Lemak yang berlebihan akan disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktivitas atau selama periode tanpa makanan (Kordi, 2011). Protein merupakan salah satu nutrien penting yang tidak hanya menentukanpertumbuhan ikan, tetapi juga menentukan harga dari pakan. Dengan demikian penentuan kebutuhan protein optimum harus dilakukan terlebih dahulu sebelum penentuan kebutuhan nutrien pakan lainnya.Beberapa studi penentuan kebutuhan protein ikan ekonomis penting untuk budidaya telah dilakukan dan menunjukkan bahwa kebutuhan protein dalam pakannya bervariasi antara 30-55% (NRC, 1993). Ikan membutuhkan asam lemak yang berbeda untuk pertumbuhannyademikian juga pada pertumbuhan ikan Bawal Bintang. Oleh sebab itu perlu ditambahkan asam lemak yang tepat ke dalam pakan agar dapat mendukung pertumbuhan ikan Bawal Bintang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sumber asam lemak yang berada pada pakan terhadap pertumbuhan ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii). 2. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulanMei sampai denganJuni 2015. Tempat penelitian dilakukan di Balai Benih Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) Manggar Balikpapan. Pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Pengembangan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.Proses pembuatan tepung jagung : jagung butir digiling pada mesin penggiling lalu dilakukan pengayakan untuk memisahkan jagung yang masih kasar dengan yang sudah menjadi tepung. Proses pembuatan tepung ikan rucah : ikan rucah di peroleh dari hasil laut muara badak, dijemur
ISSN : 2460-9226
sampai kering lalu digiling pada mesin penggiling kemudian dilakukan pengayakan untuk memisahkan ikan yang masih kasar dengan yang sudah menjadi tepung.Semua bahan pakan ditimbang sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan, lalu bahan dimasukkan ke dalam baskom mulai dari berat yang terkecil sampai terbesar, bahan harus dicampur merata (homogen) kemudian diberi air sebanyak 400 ml dan diaduk sampai rata, setelah itu pakan dicetak dan dioven pada suhu 80oC dalam waktu kurang lebih 30 menit.Analisis proksimat bahan penyusun pakan hasil formulasi dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Dapertemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut pertanian Bogor. Wadah pemeliharaan dilakukan bak ember plastik dilenkapi dengan pipa paralon dengan ukuran 1,5 inci digunakan sebagai air pemasukan dan pengeluaran air di bak pemeliharaan dan dialiri aerasi. Analisis Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang ditambahkan sumber asam lemak yang berbeda dengan jumlah masing-masing jenis minyak 4 gram/kg pakan maka setiap perlakuan pakan diberi penambahan minyak sebanyak 8 gram/kg pakan dari dua kombinasi minyak. Ketiga perlakuan tersebut yaitu : P1 : Minyak Jagung dan minyak kelapa (Nabati) P2 : Minyak Kelapa dan minyak cumi (Nabati dan Hewani) P3 : Minyak Jagung dan Minyak Cumi (Nabati dan Hewani) Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebabkan pengaruh normal maka dilakukan uji Bartlett, hasil uji ini dibandingkan dengan nilai pada tabel x2 (uji kuadrat). Jika hasilnya homogen selanjutnya data diuji sidik ragam (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 5% (Hanafiah, 2004). Bila hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap pertumbuhan, maka 29
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ).Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu,salinitas dan pH.Sedangkan parameter untuk mengetahui pengaruh pakan dengan sumber lemak yang berbeda diukur: efesiensi pakan,rasio konversi pakan(FCR), retensi protein, retensi lemak dan pertumbuhan berat(gr). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan uji kehomogenan ragam (Uji Bartlett) terhadap data rasio konversi pakan, efisiensi pakan, petumbuhan, dan retensi lemak hasilnya menunjukkan nilai X2 terkoreksi < X2 tabel, berarti data ragam dari semua perlakuan tidak homogen. maka data tersebut dilakukan transformasi data menggunakan transformasi akar dan aksin, apabila data tidak memenuhi asumsi kehomogenan ragam. Transformasi berfungsi untuk membuat ragam menjadi homogen. Perhitungan data dilanjutkan dengan sidik ragam (ANOVA).
Kelangsungan Hidup Perhitungan data dilanjutkan dengan sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi sumber lemak berbeda pada pakan ikan Bawal bintang memberikan pengaruh yang sangat baik. Karena selama penelitian berlangsung tidak terjadi kematian pada ikan bawal bintang, maka dapat dikatakan tingkat kelangsungan hidup ikan memiliki nilai 100 % dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai rata-rata kelangsungan hidup ikan bawal bintang (%) Ulangan Perlakua n P1
1
2
3
4
100
100
100
100
Rata-rata ± SD 100 ± 0.00
P2
100
100
100
100
100 ± 0.00
P3
100
100
100
100
100 ± 0.00
ISSN : 2460-9226
mempengaruhi kelangsungan hidup biasanya ditentukan oleh pakan dan kondisi lingkungan. Pemberian pakan berdasarkan kuantitas dan kualitas yang cukup serta kondisi lingkungan yang baik akan meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan dan kondisi lingkungan yang buruk akan berdampak terhadap kesehatan ikan dan akan menurunkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Rasio Konversi Pakan Data yang telah dihitung bedasakan uji kehomogenan ragam (Uji Barlett) menunjukkan data tidak homogen sehingga sebelum dilakukan uji ANOVA maka di lakukan transformasi akar. Data nilai ini menunjukkan bahwa pakan semakin bermutu jika nilai konversinya semakin kecil. Nilai rasio konversi dari pakan dengan kombinasi sumber lemak yang berbeda yang diberikan pada ikan Bawal Bintang, Nilai rata-rata konversi pakan transformasi akar dapat lihat pada Tabel 2. Nilai konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi minyak jagungkelapa (P1) sebesar 5.3% diikuti oleh perlakuan kombinasi minyak jagung-cumi (P2) sebesar 4.1 %, dan nilai terendah pada perlakuan kombinasi minyak jagung-kelapa (P3) sebesar 3.7%. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pakan yang diberikan tidak menghasilkan pertumbuhan yang baik. Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit (Pascual, 1984 dalam Rahman, 2013). Nilai rasio konversi pakan berbanding terbalik dengan efisiensi pakan, semakin rendah nilai konversi pakan yang diperoleh maka semakin besar nilai efisiensi pakan yang ditunjukkan dan sebaliknya. Tabel 2. Nilai rata-rata konversi pakan dan nilai transformasi akar (%)
Menurut Effendi (1997) dalam Rahman 2013, kelangsungan hidup adalah prensentase jumlah ikan yang hidup dalam kurun waktu tertentu. Faktor yang
30
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
Efisiensi Pakan Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 30 hari memperlihatkan bahwa nilai rata–rata efisiensi pakan, data yang telah dihitung berdasarkan uji kehomogenan ragam (Uji Barlett) menunjukkan data tidak homogen sehingga sebelum dilakukan uji ANOVA maka dilakukan trasfomasi arcsin. Pakan cukup bervariasi yang berkisar antara 25.7- 44.25 %. Efisiensi pakan juga dapat menunjukkan baik atau buruknya kualitas pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka semakin baik kualitas pakan. Nilai efisiensi pakan buatan dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi minyak cumikelapa (P3) sebesar 48.7% diikuti oleh perlakuan kombinasi minyak jagung-cumi (P2) sebesar 42.3 %, dan nilai terendah pada perlakuan kombinasi minyak jagung-kelapa (P1) sebesar 39.7% dengan dosis pemberian pakan kisaran 7-5% dari bobot tubuh ikan, semakain besar bobot tubuh ikan maka semakin rendah dosis yang diberikan. Menurut penelitian Haryanto,et,al (2014), semakin besar dosis yang diberikan pada ikan maka pakan yang diberikan tidak efisien. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak dimanfaatkan oleh ikan pasti akan menghasilkan sisa-sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan dan dapat berpengaruh terhadap metabolisme ikan, karena sisa-sisa pakan yang tidak dimanfaatkan dapat menjadi sumber polusi media pemeliharan. Tabel 3. Nilai rata-rata efesiensi pakan dan nilai transformasi arcsin (%)
ISSN : 2460-9226
Retensi Protein Tabel 4. Nilai rata-rata retensi protein (%).
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Nilai retensi protein dari perlakuan minyak jagung – minyak kelapa (P1), minyak kelapa – minyak cumi (P2), dan minyak jagung – minyak cumi yang diberikan pada ikan bawal bintang. Untuk masingmasing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan pakan (P2) yaitu 57.3%, diikuti perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 54.7%, dan perlakuan minyak jagung (P3) yaitu 47.4%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA), perlakuan minyak cumi (P1), perlakuan minyak jagung (P2), dan perlakuan minyak kelapa (P3), memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01), terhadap retensi protein, sehingga tidak dilanjutkan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Marzuqi et al.,(2004), menyatakan nilai kebutuhan protein dari tiap ikan berbeda-beda menurut umur dan spesies ikan tersebut. Teng et al.,(1978) melaporkan bahwa juvenil Epinephelus salmoides membutuhkan protein sebesar 50%, E. akaara sebesar 49,5% (Chen et al. 1995), dan E. striatus lebih dari 55% (Ellis et al., 1996). Hal ini menunjukkan ikan bawal bintang dapat memanfaatkan protein untuk proses metabolisme, aktivitas, dan pertumbuhan. Perlakuan (P1) dan perlakuan (P2) menghasilkan pertumbuhan ikan bawal bintang lebih lambat diduga kadar protein dalam pakan rendah maka kecernaan protein juga rendah. Laining et al., (2003), menyatakan bahwa koefisien kecernaan
31
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
protein cenderung meningkat dengan meningkatnya kadar protein dalam pakan. Retensi Lemak Nilai retensi lemak dari kombinasi sumber lemak yang berbeda pada pakan yaitu dari perlakuan minyak jagung-minyak kelapa (P1), minyak kelapa – minyak cumi (P2), dan perlakuan minyak jagung – minyak cumi (P3), data yang telah dihitung berdasakan uji homogen menunjukkan data tidak homogen uji ANOVA maka dilakukan transformasi akar karena data < 0-30 % data dapat dilihat pada Tabel 5. Retensi lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi minyak jagung – minyak cumi (P3) yaitu 14.0 %,diikuti oleh perlakuan minyak kelapa-minyak cumi (P2) yaitu 11.8 %, perlakuan minyak jagung – minyak kelapa (P1) yaitu 10.6%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi lemak pada perlakuan minyak jagung – minyak kelapa (P3) memberikan nilai retensi lemak yaitu 13.7 % perlakuan minyak kelapa– minyak cumi (P2) nilai retensi lemak yaitu 11.4 % dan perlakuan minyak jagung–minyak kelapa (P1) nilai retensi lemak 10.5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pakan cukup tinggi sehingga untuk metabolismenya diperlukan energi yang tinggi. Energi paling banyak diperoleh dari lemak. Semakin jumlah protein tinggi maka lemak yang dimanfaatkan untuk menghasilkan energi tersebut juga semakin tinggi sehingga mempengaruhi nilai retensi lemak pada ikan. Lemak digunakan untuk kebutuhan energi jangka panjang dan juga untuk cadangan energi. Dalam tubuh, lemak menyediakan energi dua kali lebih besar dibandingkan protein (Sargent et al., 2002). Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA), perlakuan minyak cumi (P1), perlakuan minyak jagung (P2), perlakuan minyak kelapa (P3), dan perlakuan pakan pabrik (P4), memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01), terhadap retensi lemak. sehingga tidak dilanjutkan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
ISSN : 2460-9226
Tabel 5. Nilai rata-rata retensi lemak dan nilai transformasi akar(%).
Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang Tabel 6. Nilai rata-rata pertumbuhan ikan bawal bintang transfomasi akar (%).
Berdasarkan hasil analisis sumber asam lemak yang berbeda pada kombinasi minyak cumi, minyak jagung dan minyak kelapa pada pakan ikan Bawal Bintang, dengan berat awal rata-rata 1,45 g/ekor, dengan lama pemeliharaan selama 28 hari didapatkan data pertumbuhan bobot ikan bawal bintang dan panjang tubuh ikan bawal bintang. Data yang telah dihitung berdasakan uji kehomogenan ragam (Uji Barlett) menunjukkan data tidak homogen sehingga sebelum dilakukan uji ANOVA maka dilakukan transformasi akar karna kurang dari 0-30%, data dapat dilihat pada Tabel 6. Menurut Effendie (1997) pertumbuhan terjadi ketika ada kelebihan energi bebas dari energi yang tersedia untuk metabolisme standar pada tubuh, energi bebas tersebut sisa dari energi untuk proses pencernaan dan untuk aktivitas, pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal diantaranya keturunan, seks, dan umur, sedangkan faktor eksternal diantaranya lingkungan perairan, pakan, penyakit, dan parasit. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh ruang gerak. Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
32
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
sebagai zat pembangun tubuh, sumber energi dan bahan pengganti sel-sel tubuh yang rusak (Brown, 1957). Hasil analisa sidik ragam (ANOVA) perlakuan kombinasi sumber asam lemak memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan (P>0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan pertambahan berat rata-rata ikan Bawal Bintang antara perlakuan P1, P2 dan P3 mengalami peningkatan dalam pertumbuhan. Hal ini disebabkan bahwa ikan Bawal Bintang mempunyai sifat omnivora yang mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan lemak lebih baik daripada protein dan karbohidrat, sehingga pada penelitian ini diduga bahwa Ikan Bawal Bintang memanfaatkan kandungan lemak pada pakan sebagai energi untuk pertumbuhannya. Kualitas Air Faktor lain yang memiliki peranan dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) selama pemeliharaan adalah kualitas air. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH, DO dan salinitas. Nilai kualitas air tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Kualitas air memegang peranan penting pada budidaya ikan. Kualitas air perlu diukur karena kelayakan suatu perairan sebagai lingkungan hidup ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan kimia air seperti suhu, salinitas, derajat keasaman, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, alkalinitas perairan, kandungan amoniak, dan beberapa parameter lainnya (Boyd,1990). Nilai pH air yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 7–8. Nilai pH ini masih pada kisaran optimum dimana baik bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan. Nilai oksigen terlarut dalam air (DO) yang diperoleh selama penelitian masih tergolong layak dimana berkisar antara 5-5,58 mg/l, hal ini sesuai dengan pernyataan Sitta (2011), bahwa konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat dibutuhkan ikan dan organisme air lainnya untuk hidup. Nilai suhu perairan yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar
ISSN : 2460-9226
antara 28-31 oC. Sitta (2011) menyatakan bahwa perairan laut cenderung bersuhu konstan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan Bawal Bintang antara 28-32°C. Nilai salinitas perairan yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar antara 30-32 ppt. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sitta (2011) bahwa fluktuasi salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Adapun salinitas yang ideal untuk budidaya ikan Bawal Bintang adalah 29-32 ‰ (ppt). Sedangkan Rohman (2013), mengemukakan bahwa salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu, laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi pakan, dan daya kelangsungan hidup. Tabel 7. Kualitas Air pada Media Pemeliharaan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) No. Parameter Kisaran Pengukuran 1 Suhu (oC) 28-31oC 2 pH 7-8 3 DO (mg/l) 5-5,58 mg/l 4 Amoniak (mg/l) 0,01 mg/l Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pakan buatan ikan Bawal Bintang dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelangsungan hidup pada penelitian ikan bawal bintang memiliki nilai 100%. 2. Rasio konversi pakan yang berbeda pada pakan ikan Bawal Bintang memberikan hasil berpengaruh tidak nyata nyata. 3. Nilai efesiensi pakan setelah di transformasi akar data tidak homogen dan tidak berpengaruh nyata. 4. Retensi protein tertinggi yaitu pada kombinasi minyak kelapa dan minyak cumi. 5. Retensi lemak tertinggi yaitu pada kombinasi minyak cumi dan minyak jagung.
33
J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : 28-34. Oktober 2016.
DAFTAR PUSTAKA Boyd, C. E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University. Birmingham Publishing Co. Alabama. Brown, M. E. 1957. The Physiology of Fishes Volume I, Metabolism. Academic Press Inc. Florida. Effendie M I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Haryanto. P, Pinandoy dan Restiana. W.A. 2014. Pengaruh Dosis Pemberian Pakan Buatan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Juvenil Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3 (4): 58-66. Kohno H., Diani S. and Supriatna A. 1997. Morphological development of larval and juvenile grouper, Epinephelus fuscoguttatus. Japanese Journal of Ichthyology 40, 307–316. Kordi, H. G. M, 2011. Marikultur-Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Lili Publisher. Yogyakarta 618 hal. NRC (National Research Council). 1993.Nutrient requirements of fish. National Academy Press, Washington, DC.102 p Marzuqi, M., N.A.Giri dan K. Suwirya. 2004. Kebutuhan protein dalam pakan untuk pertumbuhan yuwana ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion). Penelitian Perikanan Indonesia, 9 (1): 25-32. Rahman, A. H dan Anies Chamidah. 2013. Aplikasi Gum Arab Dan Dekstrin Sebagai Bahan Pengikat Protein Ekstrak Kepala Udang. JPB Kelautan dan Perikana.8 (1): 45–54 hlm. Rohman, M. A. 2013. Pengaruh Suhu Salinitas dan Arus Air. Alirohman11. Blogspot.com. diakses 5 Agustus 2015. Sargent, J.R., Tocher, D.R., Bell, J.G., 2002. The lipids Fish Nutrition, 3rd edition.( Academic Press, San Diego, 181–257).
ISSN : 2460-9226
Sitta, A., Hermawan, T. 2011. Penambahan Vitamin dan Enrichment pada Pakan Hidup untuk Mengatasi Abnormalitas Benih Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede). Balai Budidaya Laut Batam. Direktorat Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Viola S. Rappaport U. 1979. The “extra calory effect” of oil in nutrition of carp. Bamidgeh 31 (3): 51−69.
34