J. Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 85 – 91
ISSN 2302-6340
PEMAHAMAN REMAJA TENTANG KENAKALAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN MAMAJANG MAKASSAR Understanding Juvenile Delinquency and Community Participation for Solving Juvenile Delinquency in Mamajang District Makassar Wahidin1, Syaifullah Cangara2, H.A.R.Hafidz2 1
2
Kementrian Sosial, Sulawesi Selatan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pemahaman individu remaja tentang kenakalan remaja, pemahaman individu orang tua, guru sekolah, tokoh masyarakat, aparat kelurahan dan keamanan tentang kenakalan remaja serta bentuk pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang Kota Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk memahami realitas sosial dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi diharapkan mampu menggali kondisi sosial kebiasaan dan ungkapan sehari-hari dikalangan remaja nakal terhadap dirinya sendiri, keluarga, tokoh masyarakat, guru sekolah, aparat kelurahan dan keamanan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam mengatasi kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang Kota Makassar belum maksimal hal ini disebabkan karena organisasi kepemudaan tidak berjalan sesuai dengan baik. Oleh karena itu perlunya adanya suatu pengembangan model rancangan partisipasi masyarakat yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dan kerja sama lintas sektoral, maka akan tercipta suasana kebersamaan dalam membangun kenyamanan dan keamanan masyarakat di Kelurahan Tamparang Keke, Kota Makassar. Kata Kunci : Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, kenakalan remaja
ABSTRACT This study aims to obtain understanding of the juvenile delinquency, individual understanding of parents, school teachers, community leaders, village officials and security of juvenile delinquency and other forms of empowerment and community participation in Macassar City. The research was conducted in the Village Tamparang Keke Mamajang District of Macassar city. The method usedin this studyis a qualitative methodfor understanding social reality and depth interviews are featured very prominently inthe collection of data.From observations are expected to explore the social conditions and habitsof everydayexpressionsamong youngrogueto himself, family, community leaders, school teachers, administrative and security apparatus. The results showed that the empowerment and community participationin dealing with juvenile delinquency in the Village Tamparang Keke Mamajang District of Makassar city is not maximized and this is because youth organizations do not go as well. Hence the need for the existence of a development model of community participation plant hat involves all elements of society and cross-sectoral cooperation, it will create an atmosphere of togetherness in building comfort and safety of the community in the Village Tamparang Keke, Makassar City. Keywords : Empowermentand community participation, juveniledelinquency
85
Wahidin
ISSN 2302-6340
jika digabungkan diartikan kenakalan remaja.Dapat juga diartikan sebagai kejahatan bila mana tindakan sudah mengarah pada kejahatan atau kriminal. Kata delequency mempunyai pengertian yang cukup rumit karena dapat diartikan berbeda dan selalu didasarkan atas persepsi dan pandangan yang berbeda. Proses perkembangan selanjutnya dari masa akhir anak ke masa remaja sering disebut adolescence. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ‘tumbuh’ atau tumbuh menjadi dewasa.Definisi tentang remaja memerlukan pertimbangan social dan sejarah.Istilah adolescence mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.Pandangan ini diungkap oleh Piaget yang dikutip oleh Hurlock (1997) dengan menyatakan : ”Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya masalah hak .integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek epektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber...termasuk juga perobahan itelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini menungkinkannya untuk mencaopai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari priode perkembangan ini”. Konsep Partisipasi adalah konsep yang sangat luas pengertiaannya dan sangat berkaitan dengan aktifitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (Suparjan,2003) menyatakan bahwa seringkali pengertian partisipasi diinterpretasikan secara keliru seakan-akan rakyat memangharus mendukung atau ikut program-program pemerintah secara gratis dengan alasan program tersebut pada akhirnya diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.Tujuan Penelitian adalah diketahuinya pemahaman individu remajadi Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang Kota Makassar serta diketahuinya pemahaman orang tua, guru sekolah, tokoh masyarakat, aparat kelurahan dan keamanan tentang kenakalan remaja tentang kenakalan remaja dan partisipasi masyarakat.
PENDAHULUAN Kenakalan dikalangan anak remaja, merupakan masalah sosial yang tak dapat dipungkiri, suatu masalah sosial yang sangat memerlukan perhatian karena sungguh mengkhawatirkan, dikatakan mengkhawatirkan karena banyak dari kasus kenakalan remaja itu telah menjurus kearah kejahatan. Anak remaja melakukan tindakan di luar batas, menyimpang dari norma dan tata tertib masyarakat sehingga masyarakat merasa terganggu keamanannya dan tidak tenang serta selalu merasa waspada. Beberapa tahun belakangan ini masalah kenakalan remaja semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari beberapa bentuk kenakalan remaja dapat di golongkan dalam 4 jenis, yaitu : Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, pemerkosaan dan pembunuhan, Kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, seperti pengrusakan, pencurian, pencopetan dan penodongan, Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, kumpul kebo dan lain-lain, Kenakalan yang melawan status, mengingkari kasus pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau melawan orang tua. Menurut Santrock (2006) definisi tentang masa remaja memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sosial dan sejarah mendefinisikan remaja (Adoleh Scence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial – emosional. Walaupun situasi budaya dan sejarah sangat berpengaruh untuk menentukan rentang usia remaja, masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional yang terjadi dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak kemandirian. Berbagai kasus kenakalan remaja yang terjadi menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di masyarakat, timbulnya masalah yang lebih rumit dan tampaknya semakin sering terjadi. Istilah kenakalan remaja sering disebut ’juvenile delequency’. Juvenile artinya muda, atau belum dewasa dan delequency diartikan kelalaian atau kealpaan (Soekanto, 1990). Jadi kedua kata itu 86
ISSN 2302-6340
Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, kenakalan remaja
Kelurahan Sambung Jawa. Mengingat meningkatnya jumlah penduduk di Kelurahan Sambung Jawa maka pada tahun 1996 diadakan pemekaran Kelurahan Tamparang Keke, dilihat dari segi jumlah penduduk saat sekarang ini Kelurahan Tamparang Keke sudah mencapai kurang lebih 5.621 jiwa. Penduduk Kelurahan Tamparang Keke ini merupakan salah satu aset pembangunan di kelurahan yang bersangkutan dalam upaya mengembangkan potensi sumber daya manusia. Kelurahan Tamparang Keke merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Mamajang, Kelurahan Tamparang Keke membawahi 6 RW (rukun warga) dan 28 RT (rukun tetangga). Jarak dari ibu kota Kecamatan Mamajang kurang lebih 4 km.Penduduk Kelurahan Tamparang Keke mempunyai potensi besar yaitu generasi muda yang siap melanjutkan pembangunan, sedangkan penduduk yang berusia 18-23 tahun berjumlah 807 atau (14,3%) yang apabila mereka dibina dan diberikan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka melalui pemberdayaan partisipasi masyarakat tentunya akan memberikan sumbangsih yang besar terhadap pembangunan masyarakat secara umum dan khususnya dapat mengatasi kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke. Penduduk yang memiliki usia diatas 23 tahun yaitu sekitar 49,6% adalah generasi lanjut yang mapan secara usia dan pengalaman diharapkan dapat menjadi pengayom, penggerak sekaligus model atau panutan bagi para remaja untuk dapat berperilaku lebih baik lagi sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat. Sehingga jumlah penduduk yang besar tidak dilihat dari segi kuantitas tetapi lebih kepada kekuatan besar untuk membangun masyarakat dan dapat mengatasi masalah kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang aman, tenteram dan sejahtera dapat terlaksana.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai bagaimana individu remaja pelaku kenakalan memahami dan memaknai peran sosial yang dilakukan dilingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dan bagaimana partisipasi masyarakat dalam menanggapi permasalahan kenakalan remaja. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap individu remaja pelaku kenakalan, individu orang tua remaja pelaku kenakalan, individu tokoh masyarakat, individu guru sekolah, individu aparat kelurahan dan individu aparat kepolisian. Kemudian dari partisipasi masyarakat akan diketahui bagaimana interelasi yang terjalin antara pelaku kenakalan remaja keluarga, guru sekolah, tokoh masyarakat serta aparat kelurahan dan keamanan yang ada di Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang Kota Makassar. Dalam penelitian ini selain menggunakan metode kualitatif, juga memakai perspektif penomenologi sebagai pendekatan karena penomenologi memandang perilaku manusia, yang dikatakan dan yang dilakukan adalah sebagai produk bagai mana orang melakukan tapsir terhadap dunia mereka sendiri dan untuk itu di perlukan apa yang disebut ‘Verstehen’ (Weber, 1990). Penelitian ini adalah merupakan studi kasus yang dilakukan di Kelurahan Tamparang Keke Kecamatan Mamajang Kota Makassar karena adanya tiga alasan pokok: (1) Kelurahan Tamparang Keke sering terjadi perkelahian antar kelompok remaja baik dari dalam maupun dengan kelompok remaja dari luar dan sering mengakibatkan peristiwa pembunuhan, (2) adanya kecenderungan semakin meningkatnya perbuatan perilaku nakal bagi remaja, (3) kurang berfungsinya organisasi-organisasi pemuda dan keterlibatan tokoh masyarakat dalam penanganan kenakalan anak dan remaja. Proses analisa data dilakukan secara kualitatif. Analisa data dilapangan dibedakan menjadi sua bagian : (1) bagian deskripsi yang berisi gambaran tentang latar belakang pengamatan, tindakan dan pembicaraan, dan (2) bagian reflektif yang berisi pendapat, gagasan, komentar, tafsiran, analisis dan label yang diberikan oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa mereka mengakui perbuatan yang telah dilakukan seperti perkelahian, minum alkohol dan keonaran lainnya, namun mereka tidak menyadari bahwa akibat dari perilaku tersebut membuat ketidaknyamanan warga sekitar. Bahkan mereka para pelaku kenakalan remaja menganggap hal tersebut adalah hal yang lumrah, karena mereka
Lokasi Penelitian Secara historis Kelurahan Tamparang Keke sebelum pemekaran masuk dalam wilayah 87
Wahidin
ISSN 2302-6340
berbuat atas nama kebersamaan persaudaraan dan kekompakan kelompok. Individu remaja sangat menyadari arti dari sebuah persatuan. Bentuk pemahaman seperti inilah yang harus diarahkan atau diluruskan. Pemahaman tentang kebersamaan, persaudaraan dan kekompakan yang dimililki oleh para remaja adalah modal persatuan bangsa dalam mewujudkan keamanan hidup bermasyarakat. Deskripsi data hasil penelitian disajikan mengacu pada rumusan pertanyaan penelitian dalam bentuk uraian atau deskripsi tentang model rancangan partisipasi masyarakat dalam mengatasi kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke guna menumbuhkan partisipasi masyarakat. Sistematika data penelitian disajikan berdasarkan urutan pertanyaan penelitian, sehingga dapat menghasilkan rangkaian informasi yang sistematis, sehingga memudahkan untuk penarikan kesimpulan hasil penelitian. Salah satu bagian penting dari perkembangan usia seseorang adalah berkembangnya kesadaran moral, berkembangnya naluri mengenai yang benar atau salah dan kemampuan, bahkan keinginan untuk menaati berbagai aturan dan norma. Inilah yang dialami oleh remaja diatas mereka mengabaikan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat, mereka menganggap lumrah, tidak aturan yang perlu diikuti, terjadi peniruan dari perilaku yang satu ke perilaku yang lain. Dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman keluarga terhadap perilaku anak nakal berbeda yang satunya tidak mengetahui tentang kenakalan remaja dan organisasi pembinaan remaja dan yang lainnya sangat memahami tentang perilaku kenakalan remaja termasuk kesadaraan dan pemahamannya tentang pentingnya adanya wadah pembinaan tentang remaja untuk lebih mengarahkan generasi muda kepada tindakan-tindakan yang positif dan berupaya mencegah timbulnya dan menyebarnya perilaku kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke. Terlalu seringnya terjadi perkelahian antara kelompok remaja, semakin memperkuat dugaan terhadap tingkat kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke. Peristiwa perkelahian antar kelompok remaja yang terjadi pada setiap bulan kadang yang menjadi sasaran bukan hanya remaja, bahkan terjadi pelemparan rumah masyarakat, misalnya kaca rumah yang pecah, atau seng juga pecah karena terkena lemparan
batu. Keadaan seperti ini membuat masyarakat khawatir jika masalah ini berkembang menjadi lebih luas dengan masuknya kelompok remaja lain yang berasal dari luar. Menurut pemahaman guru diperoleh kesan bahwa pemicu timbulnya perilaku nakal di kalangan anak usia sekolah yang bersekolah juga dipengaruhi oleh kelompok anak usia remaja yang tidak bersekolah. Sering kali saya menemukan anak yang tidak bersekolah menenggak minuman beralkohol di luar sekolah pada waktu jam pelajaran berlangsung. Pernyataan guru tersebut di atas menunjukkan betapa anak remaja sekarang ini sebagian tidak memperhatikan pendidikan. Mereka tidak lagi memperhatikan pendidikannya, larut dalam lingkungan pergaulan yang salah. Orang tua tidak mampu lagi mengontrol kelakuan anaknya karena kesibukan orang tuanya. Komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua jarang dilakukan yang akhirnya anak mencari perhatian pada tetangganya dan lingkungan kelompoknya. Mereka didengar dan mendapat respon di lingkungan kelompoknya sehingga jarang berada di rumah terutama di siang hari. Hasil pengamatan peneliti di lapangan yang paling banyak anak bermain di luar rumah pada waktu siang hari adalah anak yang berada dipemukiman padat penduduk dimana banyak rumah yang dikostkan yang menempati kamar yang sangat sempit. Penting untuk diketahui bahwa laporan guru sekolah terhadap perkembangan perilaku anak disekolah pada orang tua sangat membantu orangtua dalam mengontrol perilaku anak. Sehingga dapat diobservasi langsung terhadap perilaku di rumah. Harus ada komunikasi antara guru dengan orangtua, dengan adanya laporan perkembangan dari guru dapat mencegah dan meminimalkan kenakalan pada remaja. Tugas orangtua tidak hanya selesai pada saat mendaftarkan anak pada saat masuk sekolah tetapi mengkonsultasikan perkembangan selanjutnya adalah hal yang sangat penting. Dari hasil penelitian SMA Negeri 2 Boyolali ( Safitri, 2011) disimpulkan bahwa: (1). Cara penanganan kenakalan remaja yang bersifat ringan yaitu dengan cara yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling di dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah melalui cara kuratif atau penyembuhan yaitu dengan pemanggilan siswa oleh Guru BP/BK dengan 88
Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, kenakalan remaja
diberi peringatan pertama, kedua dan ketiga. (2). Penanganan kenakalan remaja yang melakukan kenakalan yang bersifat berat melalui cara represif (pembinaan). Hal ini dilakukan untuk membina dan diharapkan tidak akan terjadi kenakalan yang lebih parah lagi. Dari cara penanganan tersebut apabila siswa masih melakukan kenakalan remaja yang sifatnya berulang-ulang dan tidak bisa ditolerir lagi, maka pihak sekolah akan menyerahkan siswa tersebut kepada orang tua atau dengan kata lain dikeluarkan dari sekolah.
ISSN 2302-6340
dengan kehangatan dan keakraban (keluarga harmonis) akan terbentuk asas hidup kelompok yang baik sebagai landasan hidupnya di masyarakat nantinya. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis sering kali dianggap memberikan kontribusi terhadap munculnya kenakalan pada remaja, karena remaja yang dibesarkan oleh keluarga yang tidak harmonis akan mempersepsi rumahnya sebagai tempat yang tidak menyenangkan dan melakukan hal-hal yang melanggar norma di masyarakat sebagai salah satu cara untuk menyatakan protes pada Orangtua (Maria, 2007). Dalam penelitian Sujoko (2010) menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebayaterhadap kenakalan remaja dan variabelvariabel ini memberikan sumbangan efektif terhadap variabel kenakalan remaja (18,4%). Keluarga broken home memberikan sumbangan efektif (7,8%) hampir sama besarnya denganpola asuh yang diberikan oleh orang tua (8,5%) dan interaksi teman sebayamemberikan sumbangan efektif sebesar sedikit lebih rendah ( 5,6%).
HAL MEMPENGARUHI PERILAKU KENAKALAN REMAJA Pola Pengasuhan dengan Kekerasan Minimnya pengetahuan tentang pola pengasuhan terhadap anak dapat mempengaruhi pola pengasuhan dalam keluarga. Pemahaman dari orangtua bahwa dengan kekerasan dapat menghindari anak dari hal yang tidak baik, pengasuhan yang dianut oleh keluarga IW adalah pengasuhan Autoritarian (Autoritarian Parenting) yakni gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk para orangtua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang bersifat autoritarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Padahal efek dari satu kali kekerasan akan berdampak 8 – 15 tahun kemudian pada anak. Apalagi anak menerima perlakuan selama bertahun-tahun, hal ini akan membekas dalam pola pikir anak dan akan menjadi tradisi dalam keluarganya kelak. Tidak ada jaminan bahwa profesi dan pekerjaan tertentu dari seseorang paham akan cara mendidik anak, hal ini dapat dilihat pada kasus di atas seorang pendidik dan aparat pemerintah. Artinya pola pengasuhan yang tepat untuk anak harus diberikan secara simultan pada masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan penyuluhan. Keluarga juga mempunyai peranan dalam membentuk kepribadian seorang remaja. Dalam keluarga yang sehat dan harmonis, anak akan mendapatkan latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial yang baik dan perilaku yang terkontrol. Selain itu anak juga memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban, tanggung jawab serta belajar bekerja sama dan berbagi dengan orang lain. Dengan kata lain seorang anak dalam keluarga yang diwarnai
Kurang Perhatian dan Kasih Sayang Menurut Maslow dalam Renyowijoyo (2003) dalam physicology/biologis termasuk rasa lapar, haus/dahaga, perlindungan, seks, dan kebutuhan jasmani lainnya. Keamanan, termasuk keamanan dan proteksi terhadap kejahatan/kerugian fisik dan perasaan/emosi. Sosial, termasuk kasih sayang, kepemilikan (pribadi), penerimaa, dan peraudaraan. Penghargaan/ kehormatan, termasuk faktor-faktor penghargaan interen seperti respek diri, otonomi, dan prestasi, dan faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Aktualisasi diri, dinyatakan dengan mengendalikan apakan sesuatu itu mampu untuk dicapai, termasuk pertumbuhan, pencapaian meraih potensi yang dimiliki, dan pemenuhan diri sendiri.Tidak ada kasih sayang dalam keluarga, masing-masing mempertahankan egonya, kesalahan hanya menjadi milik orang lain, orang tua merasa benar apa yang telah dilakukan selama ini. Sehingga anak mencari kepuasan dan ketenangan di luar rumah. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), yang meneliti tiga kondisi keluarga yang berbeda 89
Wahidin
ISSN 2302-6340
yaitu; keluarga berantakan (tidak harmonis), keluarga yang biasa-biasa saja, dan keluarga yang harmonis. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis mempunyai risiko lebih besar untuk terganggu jiwanya, yang selanjutnya mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi remaja nakal dengan melakukan tindakantindakan anti sosial. Selain itu suasana keluarga yang meninbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. pada masa remaja. Menurut Hirschi dalam Mussen dkk (1994) orangtua dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya.
norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan (Maria, 2007). Menurut penjelasan dari aparat bahwa penanganan anak yang berperilaku nakal memerlukan konsep pembinaan dan pemberdayaan secara terpadu dari lembaga/ instansi terkait seperti Dinas Pendidikan melalui Sanggar Belajar, Dinas Sosial melalui penguatan Kelembagaan Karang Taruna, Dinas Koperasi melalui Bantuan Usaha UKM, Dinas Tenaga Kerja melalui Balai Latihan Kerja untuk memperoleh keterampilan kerja, LSM yang bergerak di bidang Kesejahteraan Sosial, dunia usaha dan stakeholder lainnya sesuai dengan kebutuhan. Dari penuturan tersebut dapat dikatakan bahwa remaja nakal memerlukan perhatian bukan cacian atau cemoohan yang ditimpakan pada mereka. Perhatian yang diberikan dapat membuka secara psikologis motivasi remaja untuk berbuat baik dan dengan adanya penghargaan yang mereka dan menjadi alat kontrol diri dalam mengarahkan perilaku mereka ke arah yang positif dan ini merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan remaja terutama yang berperilaku nakal. Upaya pemberdayaan remaja nakal hanya dapat dilakukan dengan inisiatif remaja itu sendiri, keluarga, masyarakat dan dukungan instansi terkait. Perspektif atau pandangan seperti demikian memanfaatkan remaja sebagai sumber manusia yang akan menjadi motor penggerak kegiatan kepemudaan melalui organisasi pemuda yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan remaja serta mempunyai program yang jelas. Hanya organisasi itu perlu mendapat dukungan dari masyarakat dan stakeholder lainnya yang terkait. Pola partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi masyarakat yang terbatas ruang lingkup dan penggunaannya yang didalamnya mengandung pengertian sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam menangani permasalahan kenakalan remaja di Kelurahan Tamparang Keke, sekaligus alat kontrol dalam mengendalikan remaja yang berperilaku nakal. Alat kontrol ini dahulu dilakukan secara terorganisir melalui penguatan kelembagaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial kepemudaan di tingkat keluarahan dan adanya pembinaan pengurus karang taruna sehingga para pengurus dapat melakukan
Faktor Lingkungan Luar Rumah Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku. Erat kaitannya dengan kedekatan lingkungan, orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh diantara tetangga yang berdekatan. Orang yang dekat dengan kita akan memberikan pengaruh (Significant Other), dalam perkembangannya significant other meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita mereka akan mengarahkan tindakan, membentuk pikiran dan menyentuh secara emosional. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatanperbuatan negatif yang melanggar aturan dan 90
ISSN 2302-6340
Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, kenakalan remaja
tanggung jawabnya secara fungsional dalam mengarahkan dan membina para remaja menjadi tenaga yang kreatif, produktif dan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Dana Bhakti Yasa.
Kenakalan remaja yang dipahami oleh individu remaja sebagai tindakan yang mereka tidak terima sebagai hal yang biasa dalam arti mereka tidak menyadari penyimpangan perilaku dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat. Pemahaman individu orang tua remaja mengindikasikan bahwa anak remaja yang berperilaku nakal tidak tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku ditengah masyarakat. Pemahaman guru sekolah terhadap kenakalan remaja ditandai dengan adanya sejumlah anak yang tidak masuk sekolah/membolos dan ikut larut pada kelompok anak remaja yang sekolah maupun yang tidak sekolah. Pemahaman aparat kelurahan dan keamanan tentang kenakalan remaja secara individu mereka menyatakan bahwa tindakan kenakalan remaja mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat oleh karena itu perlu diberikan sangsi dan hukuman jika pendekatan persuasif tidak mempan. Bentuk pemberdayaan remaja sangat diharapkan untuk mengingat remaja mempunyai potensi yang besar dalam membangun stabilitas sosial. Remaja dapat diberi peranan dan fungsi dalam mendukung terciptanya ketentraman, ketertiban dan keamanan masyarakat. Perhatian dan dukungan serta peran lintas sektor dengan partisipasi segenap lapisan masyarakat sangat penting untuk menangani masalah kenakalan remaja. Pola partisipasi masyarakat yang diarahkan pada pembinaan karang taruna dan penguatan kelembagaan karang taruna di Kelurahan Tamparang Keke akan mendorong meningkatkan aktifitas anggota karang taruna dalam mengatasi permasalahan kenakalan anak /remaja. Jika hal ini tidak mampu dilakukan secara lintas sektor dari berbagai instansi seperti Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial dan Organisasi lainnya yang ada di Kelurahan Tamparang Keke dapat dipastikan bahwa usaha dalam menangani kenakalan remaja tidak akan mampu mengendalikan berkembangnya jumlah anak yang berperilaku nakal.
Hurlock, Elisabet B. (1997).Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang (Terjemahan: Iswidayanti). Cet. Keenam, Erlangga, Jakarta.
Hawari, D. (1997). Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta:
Maria, Ulfa. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja (tesis). Jogjakarta : Universitas Gajah mada. Mussen, P.H.., Conger, J.J., Kagan, J & Huston, C.A., 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak . (terjemahan). Edisi Enam. Jakarta: Arcan. Renyowijoyo, M. (2003). Hubungan antara Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Prestasi Kerja Karyawan : Studi Empiris Karyawan Sektor Manufaktur di Indonesia (tesis). Jakarta : Universiti Utara Malaysia. Sandtrock, John W.(2006).Adolescence – Perkembangan Remaja. (Terjemahan: Shinto B Adelar dan Shorly Saragi). Edisi keenam, Erlangga, Jakarta. Safitri, Yuni. (2011). Penanganan Kenakalan Remaja (Studi Kasus Di Sma Negeri 2 Boyolali) (tesis). Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta Soekanto, Soerjono. (1990).Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak, Cet. Pertama, Rineka Cipta. Jakarta Sujoko. (2010). Hubungan antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua dan Interaksi Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja (Tesis). Solo : Universitas Setia Budi Surakarta Suparjan &Suyatno,Hendri. (2003). Pengembangan Masyarakat dan Pembangun Sampai Pemberdayaan. Aditya Media. Yogyakarta Weber, Max. (2006). Sosiologi. Cet. Pertama. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
91
Wahidin
ISSN 2302-6340
92