Gender and Reproductive Health Study Policy Brief no. 1
Deskripsi Gender Dalam Buku-buku yang Digunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Atas: Jalan Untuk Maju Ke Depan Iwu Dwisetyani Utomo dan Peter McDonald
Kesetaraan gender dapat dicapai bila pengertian bahwa perempuan dan laki‐laki mempunyai hak yang sama sudah diajarkan sejak dini mulai dari sekolah dasar dan bila seorang anak dibiasakan melihat contoh‐contoh perilaku di rumah dengan melihat tugas‐tugas rumah tangga yang dilakukan tanpa membedakan antara tugas laki‐laki dan tugas perempuan. Buku‐buku ajar yang di gunakan di sekolah perlu direvisi sehingga bisa lebih mengakomodasikan informasi‐informasi yang tidak bias gender. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mengupayakan terciptanya masyarakat yang lebih menghargai dan selalu bersikap dengan mempertimbangan kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki..
dan anak perempuan tidak diperlakukan dengan lebih rendah atau dilihat sebagai objek seksual.
Definisi dan pengertian gender Gender diartikan sebagai peran laki‐laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial. Peran‐peran ini dipelajari, dapat berubah dengan berjalannya waktu, dan variasinya sangat berbeda dalam sebuah kebudayaan atau antar kebudayaan yang berbeda. Karena peran sosial gender merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, maka hal ini juga dapat diubah dan diisi dengan norma‐ norma gender yang lebih progresif. Policy brief ini mengusulkan agar sekolah, kurikulum, dan buku‐ buku sekolah memuat peran‐peran gender yang lebih mempromosikan bentuk‐bentuk kesetaraan hubungan antara laki‐laki dan perempuan (Utomo dkk, 2009). Peran gender yang lebih progresif akan tercipta dalam masyarakat bila antara perempuan dan laki‐laki mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hal, antara lain dalam berbagi tugas domestik dan mengasuh serta merawat anak; pendidikan dan pekerjaan; hubungan kerja; hak yang sama dalam jabatan di pemerintahan; berpartisipasi dalam masyarakat, kegiatan keagamaan dan politik; serta perlakuan yang sama dalam semua aspek kehidupan. Peran gender yang progresif mempunyai makna bahwa perempuan
Hasil Temuan‐temuan dari Analisa Gender dalam Buku‐buku Sekolah SD sampai SMA Analisa gender dalam buku sekolah SD sampai SMA dilakukan berdasarkan deskripsi‐deskripsi, ungkapan‐ungkapan dan gambar‐gambar yang terdapat di dalam buku Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Alam dan Biologi, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Kesegaran Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (PENJASKES). Buku‐buku sekolah yang dianalisa adalah buku‐buku pelajaran untuk Kelas I, VI, IX dan XII. Kami menciptakan sebuah modul yang digunakan oleh tim peneliti untuk mengevaluasi buku‐buku tersebut. Setiap peneliti melakukan analisa buku secara terpisah. Hasil evaluasi dari tiap peneliti dikumpulkan dan dianalisa dengan menggunakan statistik sederhana yang hasilnya dapat dilihat pada grafik‐grafik di bawah ini. Selain itu setiap peneliti juga mencatat isi dan gambar‐ gambar yang digunakan dalam masing‐masing buku dan dicatat secara terpisah.
1
Deskripsi Norma‐norma dan Peran‐peran Gender yang Terdapat Dalam Buku‐buku SD sampai dengan SMA
Deskripsi bahwa laki‐laki menguasai dunia publik sangat jelas di buku‐buku Kelas VI namun lebih jarang ditemukan dalam buku‐buku Kelas I.
Figur 1 merupakan gambaran dari 83 buku yang dianalisa dalam penelitian ini. Secara keseluruhan ada 15 penerbit buku yang dianalisa dan yang paling banyak digunakan adalah penerbit, Yusdhistira (19.28 %) and Erlangga (14.46 %).
Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian: Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).
Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008
Gambar‐gambar yang digunakan dalam buku‐buku tersebut menunjukkan gambaran bagaimana dunia publik dideskripsikan dalam buku. Gambar 1‐3 merupakan contoh tentang dominasi laki‐laki di dunia publik yang digunakan dalam buku‐buku yang kami analisa. Gambar‐gambar laki‐laki yang menguasai dunia publik menjadi sangat bias karena dalam kenyataannya banyak juga perempuan yang bekerja dalam bidang ini. Gambar 4‐7 merupakan contoh yang sangat jarang digunakan dalam buku‐buku tentang perempuan yang bekerja dalam bidang‐bidang professional. Deskripsi dan ilustrasi perempuan dan laki‐laki yang berkerja bersama dalam sebuah kantor dalam Gambar 8 (serupa dengan Gambar 5) juga sangat jarang ditampilkan dalam buku‐buku sekolah. Seyogyanya buku‐buku yang digunakan dari SD‐SMA lebih banyak menampilkan ilustrasi keadaan sebuah kantor yang menggambarkan perempuan dan laki‐laki sedang bekerja sama serta mempunyai kedudukan yang setara.
Dunia Publik: Dominasi Laki‐laki Figur 2 and 3 menggambarkan bagaimana buku‐ buku sekolah mendeskripsikan gender dalam dunia publik. Kami menemukan pemaparan‐ pemaparan peran gender yang sangat tradisional, yaitu dunia publik didominasi oleh laki‐laki dan dunia domestik didominasi oleh perempuan.
Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian: Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).
2
Gambar 1. Bapak Iskandar, ayah Anton sedang memberikan penjelasan tentang telekomunikasi di sekolah Anton.
Gambar 4. Dokter gigi perempuan sedang memeriksa pasiennya.
Sumber: Panu.t et.al., 2006:9
Sumber: Nurcholis dan Mafrukhi, 2007:11.
Gambar 5. Seorang ilmuwan perempuan bekerja dengan seorang ilmuwan laki‐laki.
Gambar 2. Seorang dokter laki‐laki sedang memberikan penjelasan kepada ibu‐ibu.
Sumber: Darisman, M. et.al., 2007a:92
Sumber: Kadaryanto et.al., 2007:145
Gambar 3. Seorang dokter laki‐laki sedang memeriksa seorang anak yang diantar oleh ibu dan kakak perempuannya.
Gambar 6. Seorang profesional perempuan di sebuah kantor.
Sumber: Darisman, M. et.al. 2007:5
Sumber: Sudarti dan Grace, 2007:78
3
anggota keluarga yang sakit merupakan gambaran keadaan yang umum terjadi di Indonesia dan sampai saat ini belum mengalami perubahan (Utomo, 2005). Gambar 9‐11 memperlihatkan anak perempuan, tetapi bukan anak laki‐laki, dididik untuk melakukan pekerjaan‐pekerjaan domestik, serta merawat dan menjaga anggota keluarga yang sakit. Ilustrasi seperti ini akan mempersulit berubahnya pandangan bahwa pekerjaan‐ pekerjaan dalam dunia domestik seharusnya bukan hanya dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan saja, tetapi juga dapat dilakukan oleh laki‐laki dan anak laki‐laki. Bahkan dalam buku‐buku IPA sekalipun, ilustrasi peran gender yang tradisional banyak digunakan, seperti gambar perempuan yang sedang memasak digunakan untuk menerangkan tentang sumber‐ sumber panas (Gambar 12). Dalam sebuah contoh yang berbeda, contoh persahabatan antara tiga murid, Geni dan Eca (murid perempuan) dan Sakti (murid laki‐laki) selalu digunakan sebagai tokoh‐ tokoh yang berperan dalam sebuah buku IPA (Gambar 13). Geni dalam ilustrasi‐ilustrasi yang digunakan selalu digambarkan sebagai seorang murid perempuan yang senang menjelaskan tentang suatu keadaan dan juga senang bertanya. Geni juga kadang‐kadang digambarkan melakukan hal‐hal yang salah yang dapat diinterpertasikan sebagai kecerobahan atau kebodohan, misalnya memegang penggorengan yang panas, atau tidak mematikan lampu pada waktu tidur malam. Secara kontras Eca digambarkan sebagai murid perempuan yang selalu bertanya karena ketidak tahuannya dan Sakti digambarkan sebagai seorang murid laki‐laki yang selalu tahu jawaban yang benar dan menjelaskannya pada Geni dan Eca (Rachmat, 2007). Gambaran tentang dua orang anak perempuan, Geni dan Eca, yang tidak sepandai anak laki‐laki, Sakti, tidak mendukung dan tidak membentuk norma kesetaraan gender yang benar terhadap anak didik. Gambar‐gambar 14‐18 juga memaparkan infor‐ masi yang sangat kuat bahwa perempuan bertanggung jawab untuk pekerjaan‐pekerjaan domestik serta merawat dan menjaga anak atau anggota keluarga yang sakit. Gambar 16 merupakan salah satu gambar dari banyak gambar yang digunakan dalam buku‐buku yang melukiskan laki‐laki sedang santai minum teh atau
Gambar 7. Seorang pembaca berita perempuan di TV.
Sumber: Sudarti dan Grace, 2007:158.
Gambar 8. Perempuan dan laki‐laki profesional bekerja di sebuah kantor.
Source: Hardiyanti, A. 2006: 75.
Dunia Domestik: Kewajiban dan Tugas Perempuan dan Anak perempuan Figur 3 memperlihatkan peran perempuan yang sangat dominan dalam dunia domestik, dan hal ini sangat mudah ditemukan di semua buku yang kami analisa. Perempuan digambarkan melakukan berbagai tugas domestik seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, belanja, merawat dan menjaga anak atau orang yang sedang sakit, dan mengantar anak ke dokter atau mengantar anak ke sekolah. Tugas‐tugas domestik seperti merawat anak dan orang lanjut usia juga digambarkan dilakukan oleh perempuan. Gambaran tugas‐tugas domestik yang sangat dikaitkan sebagai tugas perempuan jelas terlihat dalam buku‐buku Kelas VI dan Kelas I. Dalam kehidupan sehari‐hari, keadaan dimana seorang perempuan bertanggung jawab dan melakukan tugas‐tugas domestik serta merawat anak atau 4
membaca koran, sedangkan gambar perempuan yang sedang santai atau membaca koran tidak dijumpai dalam buku‐buku yang kami analisa. Gambar yang bisa berdampak sangat positif terhadap pandangan kesetaraan gender dapat dilihat pada Gambar 14, dimana ayah sedang menjaga anaknya yang berusia BATITA. Gambar 15, 17, dan 18 menunjukkan bahwa laki‐laki juga dapat melakukan pekerjaan domestik, namun kelemahannya adalah bahwa laki‐laki dan anak laki‐laki diilustrasikan sedang melakukan pekerjaan‐pekerjaan rumah tangga yang ada di luar rumah sementara perempuan dan anak perempuan sedang melakukan pekerjaan rumah tangga di dalam rumah. Ilustrasi seperti ini dapat membentuk persepsi anak didik bahwa dunia perempuan dan anak perempuan hanya berkisar dalam dunia domestik, sedang dunia laki‐laki dan anak laki‐laki berkisar di luar rumah dan mereka juga menguasai dunia publik. Cerita dan gambar‐gambar yang digunakan dalam buku‐buku Bahasa Inggris lebih progresif dibandingkan dengan yang digunakan dalam buku‐ buku lainnya yang kami analisa, dalam hal penyampaian pesan‐pesan yang mengilustrasikan terdapatnya kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan. Sebagai contoh, Gambar 19 men‐ ceritakan tentang seorang anak laki‐laki yang bisa membuat gado‐gado bersama seorang teman perempuan. Gambar 20 menggambarkan seorang ayah setelah pulang dari kantor mempersiapkan makan malam bersama anak laki‐lakinya dan memberi kesempatan beristirahat kepada istrinya, hal ini merupakan gambaran yang sangat langka didapatkan dalam buku‐buku sekolah.
Kesenian dan Lingkungan Dunia kesenian dalam buku‐buku ajar juga digambarkan lebih didominasi oleh laki‐laki. Yang sangat menarik untuk diungkapkan adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pelestarian dan perawatan lingkungan yang sering diilustrasikan dalam bentuk kerja bakti. Dalam hal kerja bakti memang representasi laki‐laki dan perempuan yang berpartisipasi ditampilkan secara menyeluruh dalam buku‐buku, namun demikian dalam melakukan kerja bakti yang lebih banyak ditampilkan adalah laki‐laki yang sedang membersihkan saluran air, membersihkan sampah, membetulkan dan membuat jembatan kayu; sebaliknya secara samar‐samar dan tidak ditonjolkan, perempuan menyiapkan konsumsi untuk para laki‐laki yang sedang kerja bakti. Anak laki‐laki juga diperlihatkan dalam gambar‐gambar tersebut membantu mengerjakan tugas‐tugas yang dilakukan laki‐laki, sementara anak‐anak perempuan membantu menyiapkan konsumsi. Jadi contoh‐contoh tradisional antara pembagian pekerjaan domestik juga diberikan untuk pekerjaan‐pekerjaan sukarela dan pekerjaan‐ pekerjaan kemasyarakatan. Berkaitan dengan temuan ini, hal yang perlu dicatat adalah kontribusi laki‐laki dalam masyarakat lebih ditonjolkan dan diutamakan dan bukan pekerjaan sosial yang banyak dilakukan oleh perempuan.
Maju ke Depan Menuju Kesetaraan Gender: Ilustrasi Pelaku dan Korban Kekerasan Hal positif dari temuan kami adalah tidak banyak ditemukannya ilustrasi tentang kekerasan dalam buku‐buku sekolah. Ilustrasi yang menggambarkan kekerasan domestik dan kekerasan pada anak didapatkan dalam buku‐buku Kelas III SMA, termasuk data tentang kekerasan terhadap perempuan. Ilustrasi tentang kekerasan domestik merupakan hal yang sangat progresif karena beberapa tahun yang lalu belum dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Pelaku kekerasan (Figur 4) dan korban kekerasan (Figur 5) didominasi oleh laki‐laki (bar berwarna oranye) karena banyak ilustrasi dalam buku sekolah yang menggambar‐ kan anak laki‐laki sedang berkelahi. Walaupun gambaran perempuan sebagai korban kekerasan masih sedikit dibandingkan laki‐laki, gambaran perempuan sebagai korban kekerasan banyak
Kepemimpinan Sosial dan Teknologi Ilustrasi‐ilustrasi dalam buku sekolah tentang kepemimpinan sosial didominasi oleh laki‐laki, walau dalam kehidupan nyata sebenarnya banyak perempuan Indonesia yang menjadi pemimpin dan aktivis, politikus, bahkan presiden, menteri‐ menteri dan pejabat‐pejabat tinggi. Perempuan Indonesia juga banyak yang menjadi ilmuwan, bahkan ada yang menerima penghargaan internasional dan antariksawati, tetapi tokoh‐ tokoh perempuan sebagai pemimpin, ilmuwan apalagi yang ahli dalam teknologi sangat langka digambarkan dalam buku‐buku ajar. 5
terdapat dibuku‐buku ajar Kelas III SMA (bar warna biru dan warna ungu), dan merupakan hal yang progresif karena mengilustrasikan informasi tentang adanya kekerasan domestik. Pesan‐pesan dan juga gambar‐gambar (Gambar 21 dan 22) mengenai pelecehan seksual dan pelaporan pelecehan seksual pada yang berwajib terdapat dalam buku‐buku PENJASKES mulai dari Kelas V SD (Tim Penjas SD, 2007a: 60‐62; Tim Penjas SD, 2007b; Suryatmo, 2006). Hal ini memberikan ilustrasi dan contoh‐contoh yang sangat progresif tentang norma‐norma kesetara‐ an gender dan merupakan salah satu cara untuk maju kearah kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan dan penghargaan terhadap perempuan dan anak‐anak perempuan.
Berkaitan dengan hal itu, buku sekolah memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan dan mengaplikasikan kesetaraan gender yang progresif, yang mengkondisikan bahwa laki‐laki dan perempuan bisa berkontribusi yang sama dalam sektor publik dan domestik.
Kesimpulan Kami menemukan ilustrasi yang menggambarkan kesetaraan gender dalam buku sekolah kelas 1. Dalam ilustrasi tersebut, digambarkan perempuan dan laki‐laki bekerja bersama. Ilustrasi dalam buku sekolah yang menggambarkan guru, staf sekolah, orang tua, dan anggota keluarga yang lain, baik laki‐laki maupun perempuan sedang melakukan pekerjaan yang sama akan sangat membantu anak didik untuk membentuk konsep tentang norma kesetaraan gender yang progresif. Sebaliknya, penggunaan ilustrasi yang menggambarkan perbedaan peran gender secara tradisional, yaitu laki‐laki mendominasi peran publik dan perempuan mendominasi peran domestik, akan menanamkan konsep yang kurang benar tentang peran kesetaraan gender yang progresif. Sekali konsep seperti ini terbentuk, maka akan sangat menyulitkan perempuan karena sudah tertanam bahwa perempuanlah satu‐ satunya yang bertanggung jawab dan berkontribusi terhadap pekerjaan domestik, sementara laki‐laki bebas dari pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah, memasak, merawat anak dan anggota keluarga yang sakit. Saat ini banyak perempuan yang berpendidikan dan bekerja di sektor publik sementara mereka juga tetap bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara laki‐laki hanya dididik untuk bekerja di sektor publik.
Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian: Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).
Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian: Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).
6
Rekomendasi Kebijakan • Kurikulum nasional kita tidak menjelaskan secara eksplisit tentang kebijakan yang mengharuskan digunakannya ilustrasi yang menggambarkan hubungan antara perempuan dan laki‐laki yang mencerminkan kesetaraan peran antara perempuan dan laki‐laki. Kurikulum tersebut perlu direvisi secepatnya, termasuk untuk setiap mata pelajaran dan buku yang digunakan dalam setiap mata pelajaran. • Ilustrasi dan gambar yang digunakan dalam buku ajar Kelas I sampai Kelas III SMA banyak yang bias gender, sehingga perlu untuk segera direvisi. Ilustrasi dan gambar dengan pesan‐pesan yang lebih gender progresif dan dapat membentuk sikap kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki perlu banyak dipakai. • Departmen Pendidikan Nasional dan Kantor Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak harus menjadi pelopor dan pemimpin agar buku‐ buku sekolah dari SD sampai SMA memasukkan pengetahuan, ilustrasi dan informasi, dan menggunakan gambar‐gambar yang mempromosikan dan dapat membentuk norma‐norma dan sikap‐sikap anak didik dalam hal pengertian tentang kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki. • Anggaran pembangunan sebaiknya dialokasikan juga untuk pelatihan penulis‐penulis buku sehingga penulis‐penulis buku menjadi paham dan mendalami konsep‐konsep dan pengertian‐pengertian kesetaraan gender dan menggunakannya dalam ilustrasi‐ilustrasi dan gambar‐gambar yang mereka tulis dalam buku‐buku ajar tersebut. • Sebaiknya penulis‐penulis buku ajar mendapat sertifikasi setelah mempunyai pengertian tentang konsep‐konsep dan pengertian tentang norma‐norma gender progresif dan hanya penulis buku yang mempunyai sertifikasi yang diijinkan untuk menulis buku ajar sekolah.
Population Conference, Marrakech, Morocco, September.
Referensi Kompas online. 2009. Yudhoyono susun cara mengevaluasi kabinet http://nasional.kompas. com/read/xml/2009/09/06/05041977/yudhoyono. susun.cara.mengevaluasi.kabinet. Access 7 September.
Buku ajar sekolah Darisman, M. et al. 2007. Lets learn Bahasa Indonesia (Ayo belajar berbahasa Indonesia), Kelas 6, Semester Kedua 6B. Yudhistira, Bogor.
Utomo I.D. 2005. Women’s Lives: Fifty Years of Change and Continuity. In ‘People, Population and Policy in Indonesia’, edited by Terence H. Hull. Jakarta and Singapore: Equinox Publishing (Asia) and Institute of Southeast Asian Studies. p. 71‐125. Equinox Publishing.
Darisman, M. et al. 2007. Lets learn Bahasa Indonesia (Ayo belajar berbahasa Indonesia), Kelas 6, Semester Kedua 6A. Yudhistira, Bogor.
Utomo, I.D., McDonald, P., Hull, T., Rosyidah, I., Hartimah, T., Idrus, N.I., Sadli, S. and Makruf, J. 2009. Gender depiction in Indonesian school textbooks: progress or deterioration? Paper presented at the XXVI IUSSP International
Hardiyanti, A. 2006. Sociology for College and Religious College, Year XI (Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI), Widya Utama, Jakarta:75.
7
Kadaryanto, Jati Wijaya, Mukido, Chalsum Umi, Harsono, 2007. Biologi 3, To reveal the secrets of life (Mengungkapkan rahasia alam kehidupan), SMP kelas IX, Seri IPA, Sesuai Standar Isi 2006, Yudhistira.
1 untuk Sekolah Dasar Kelas I), Bumi Aksara, Jakarta: 31 & 52. Sudarti, Th. M. and Eudia Grace. 2006. Look Ahead an English Course for Senior High School Students Year XII, Erlangga. Jakarta: 78 &158.
Lianawati, H. Civil for Year I (Semangat Kewarga‐ negaraan untuk SD Kelas I). Sinergi. Bandung. West Java: 71. Mukarto, 2007. Grow with English, an English Course for Elementary School Students, Book 6. Erlangga: Jakarta: 78.
Suryatmo Bismo, Sumyana, Yayat Supriyatna; Tasim Sutisman, Juli Haryanta, 2006. Physical, Sport and Health Education for Year 6, Public and Religious Schools (Pendidikan Jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk SD dan MI Kelas VI), KTPS, Widya Utama, Jakarta: 64.
Nurcholis and Mafrukhi, 2007. I like using Bahasa Indonesia for Year VI (Saya senang berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI), Penerbit Erlangga, Jakarta: 34; 68; 84; 115.
Tim Penjas SD. 2007a. Physical, Sport and Health Education for Year 5 (Pendidikan Jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk SD Kelas V), Sesuai Standard Isi 2006, Yudhistira, Jakarta: 175.
Panut H., S.P. Muchtar and Kasmuri. 2006. The World of Science for Year 1 (Dunia Ilmu Pengetahuan Alam, Kelas I SD). Yudhistira. Bogor: 49.
Tim Penjas SD. 2007b. Physical, Sport and Health Education for Year 6 (Pendidikan Jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk SD Kelas VI), Sesuai Standard Isi 2006, Yudhistira, Jakarta: 175.
Rachmat, S. 2007. Science is my best friend, Science Subject for Year 6 (Sains Sahabatku, Pelajaran IPA untuk SD Kelas 6). KTPS. Ganeca Exact, Jakarta.
(Judul naskah asli: “Gender and Reproductive Health Study, Policy Brief No.1, Gender Depiction in Indonesian Primary and Secondary School Textbooks: The Way Forward”. Diterjemahkan oleh Dr. Iwu Dwisetyani Utomo).
Rusmiyati, Mulyanto, P. Suwanto and E. Wihartati. 2007. My language is Bahasa Indonesia 1, for primary School Year 1 (Bahasaku Bahasa Indonesia
8
reproduksi dianalisa. Ketiga belas bidang tersebut adalah: kebersihan genitalia; PMS; HIV/AIDS; masalah kesehatan reproduksi perempuan; masalah kesehatan reproduksi laki‐laki; kehamilan dan melahirkan; pertumbuhan dan perkembangan manusia; technologi reproduksi; aspek sosial dari kesehatan reproduksi; pengaruh dari budaya liberal; institusi keluarga; kekerasan seksual dan aspek religius dari kesehatan reproduksi. Cakupan, keakuratan dan aspek normatif dari ke 13 informasi dan materi yang dipaparkan dalam buku‐ buku tersebut di analisa oleh anggota tim peneltiti.
Tim Peneliti
Australian Demographic and Social Research Institute‐ Australian National University (ADSRI‐ANU): • Dr. Iwu Dwisetyani Utomo (Kepala‐Peneliti Utama I) • Prof. Peter McDonald (Peneliti Utama II) • Prof. Terence Hull
Konsultan: • Prof. Saparinah Sadli Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta: • Dra. Ida Rosyidah, MA. • Dra. Tati Hartimah, MA. • Dr. Jamhari Makruf
Analisa serupa juga dilakukan untuk analisa gender. Perangkat untuk analisa gender diciptakan oleh tim peneliti. Bidang‐bidang yang dianalisa meliputi: dunia publik dan dunia domistik; pendidikan dan gender; kepemimpinan sosial; kesenian; technologi; peran‐peran dalam pelestarian lingkungan alam; kekerasan dan gambar‐gambar atau photo‐photo yang digunakan dalam buku. Semua aspek tersebut dianalisa dengan menggunakan kriteria apakah peran tersebut: didominasi oleh laki‐laki atau perempuan; sebagian didominasi oleh laki‐laki dan sebagian didomonasi oleh perempuan; dan peran‐peran tersebut seimbang antara laki‐laki dan perempuan. Analisa gender ini dilakukan untuk buku‐ buku: PENJASKES; IPA‐Biologi; IPS; Agama Islam; Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Kelas I, VI, IX dan XII.
Universitas Hasanuddin: • Prof. Nurul Ilmi Idrus
Bila ada pertanyaan tentang policy brief ini dapat ditanyakan melalui e‐mail pada:
[email protected] atau
[email protected]
Deskripsi tentang studi: Memasukkan Materi Gender Dan Kesehatan Reproduksi Dalam Kurikulum Sekolah: Sebuah Tantangan Untuk Indonesia
Pada phase kedua, dilakukan survei pada: siswa Kelas VI (N=1837) dan Kelas XII (N=6555), guru (N=521) dan Kepala Sekolah (59) di Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan untuk mengetahui pengertian responden tentang kesehatan reproduksi dan gender. Sampling untuk sekolah dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama untuk setiap propinsi dipilih dua Kabupaten, kota dan desa. Dua sekolah negeri dan dua sekolah agama yang dapat mewakili sekolah unggulan dan satu sekolah yang prestasinya biasa dipilih. Jadi dalam setiap propinsi 16 sekolah terpilih. Dari sekolah‐sekolah yang terpilih, semua siswa di Kelas VI dan XII ikut dalam survei yang dilakukan di dalam kelas dengan mengisi daftar pertanyaan. Pada siswa diberi penjelasan oleh peneliti tentang cara pengisian daftar pertanyaan. Selama pengisian daftar pertanyaan tim peneliti menunggu di dalam kelas untuk menjaga seandainya ada siswa yang tidak mengerti. Setelah survei selesai dilakukan, dilakukan wawancara mendalam terhadap guru dan Kepala Sekolah, tokoh‐tokoh agama dan para pengambil kebijakan. Dari hasil penelitian ini akan dihasilkan serangkaan policy brief . Peneltian ini dipimpin dan dimotori oleh Iwu Dwisetyani Utomo dan Peter McDonald.
Tahap pertama dari penelitian dua tahap ini menganalisa lebih dari 300 isi buku sekolah SD sampai SMA dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi dan gender. Analisa buku ini kemudian dilanjutkan dengan survei pada sekolah‐sekolah di Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
Dalam analisa buku untuk masalah pendidikan reproduksi dan kesehatan seksual, tim peneliti menganalisa isi dari kurikulum nasional dan mengevaluasi apakah ada kata‐kata atau kalimat yang digunakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan juga mencari kalimat‐kalimat yang mungkin terselubung tetapi sebenarnya menjelaskan tentang kesehatan reproduksi. Setelah hasil analisa kurikulum menghasilkan dan menujukkan pada kelas berapa, dalam mata pelajaran apa dan pada semester berapa informasi tentang kesehatan reproduksi diberikan, sejumlah buku yang berhubungan dari berbagai penerbit dipilih untuk dianalisa. Dalam hal ini buku‐buku yang dipilih untuk dianalisa adalah buku‐ buku: PENJASKES; IPA‐Biologi; IPS dan Agama Islam. Perangkat analisa untuk mengevalusi buku‐buku tersebut dikembangkan oleh tim peneliti dan13 bidang kesehatan
Acknowledgement: Policy brief ini didanai oleh AusAID melalui Australian Development Research Award, Ford Foundation, ADSRI‐ANU dan BAPPENAS.
9
Lampiran Gambar 9. Mentransfer peran domestik yang stereotip dari nenek ke cucu perempuan.
Gambar 12. Penjelasan tentang berbagi sumber panas dalam buku IPA, pemaparan perempuan melakukan pekerjaan domistik dengan ilustrasi memasak?
Sumber: Nurcholis, 2007: 34.
Sumber: Panut et. al. 2006, 49.
Gambar 13. Geni, Eca dan Sakti, tiga serangkai murid yang digunakan dalam buku sebagai contoh teman diskusi untuk masalah yang berhubungan dengan alam dan ilmu alam.
Gambar 10. Seorang nenek sedang dilayani oleh cucu perempuannya dengan secakir teh.
Sumber: Darisman, 2007a: 53.
Gambar 11. Ibu dan Anak perempuan sedang merawat suami/ayah yang sakit.
Sumber: Rachmat, 2007: 154.
Gambar 14. Merawat dan menjaga anak I.
Sumber: Darisman, 2007b:20.
Sumber: Lianawati, H. 2006. 71.
10
Gambar 18. Pekerjaan Domistik V.
Gambar 15. Merawat dan menjaga anak serta pekerjaan‐pekerjaan domestik II.
Source: Nurcholis and Mafrukhi, 2007: 115.
Source: Rusmiyati et al. 52. Gambar 19. Peran gender yang progresif dalam pekerjaan domestik.
Gambar 16. Merawat dan menjaga anak serta pekerjaan‐pekerjaan domestik III.
Sumber: Mukarto, 2007: 71.
Sumber: Nurcholis and Mafrukhi, 2007: 84.
Gambar 20. Peran gender yang progresif dalam pekrjaan domestik.
Gambar 17. Pekerjaan domistik IV.
Sumber: Rusmiyati et al. 31.
Sumber: Mukarto, 2007: 78.
11
Gambar 21. Gambar‐gambar yang progresif dan pesan‐pesan tentang pelecehan seksual.
Gambar 22. Gambar dan pesan tentang pelaporan pelecehan seksual.
Sumber: Suryatmo: 64. Sumber: Tim Penjas: 175.
12