BAB II
LANDASAN TEORI
A. PERSEDIAAN
1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, yang secara continu diperoleh atau diproduksi dan
dijual. Sebagian besar sumberdaya perusahaan acapkali diinvestasikan dalam bentuk barang barang yang dibeli atau diproduksi. Biaya barang-
barang itu harus dicatat, dikelompokan dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan antara aktivitas periode berjalan dan barang- barang yang ada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang.
.
.
Persediaan juga merupakan satu bagian yang terpenting dalam suatu perusahaan, karena persediaan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan dihadapkan pada resiko dimana suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan barang-barang yang tersedia setiap saat, yang berarti pula perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan.
Jika persediaan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan diperlukan suatu perhatian khusus untuk mengelola dan mengendalikannya.
Berikut ini akan dibahas beberapa pengertian persediaan : Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Accounting Theory (2000:570) memaparkan pengertian persediaan sebagai berikut:
"The term inventories includes merchandise destine for sale in the normal coure of business, and materials and supplies to be used in the process of production of sala." (Artinya adalah pengertian persediaan meliputi barang yang ditunjuk untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dan bahan baku serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi).
Menurut pendapat MP. Simangunsong (2000 : 80) mengenai persediaan : "Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau diproses dan kemudian dijual" Sedangkan menurut Soemarso S.R. (2004 : 383) persediaan adalah :
"barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya "
Menurut Marianus
Sinaga (2000
:
256) mendefinisikan persediaan
digunakan untuk mengartikan: a.
barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan
b.
bahan yang terdapat dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu
Defmisi persediaan menurut Jay M Smith dan K Fred Skousen (2001:347) "Inventory is generally applied to goods held by a merchandising firm,
either wholesale or retail, when such goods have been acquired in condision for resale"
Atau dalam terjemahannya Jay M Smith dan K Fred Skousen (2001 :326) "Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam
kegiatan normal perusahaan, serta untuk perusahaan manufaktur barangbarang yang tengah diproduksi atau ditempatkan dalamproduksi" Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, 2000:14:1) mendefinisikan persediaan adalah aktiva :
1. 2.
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam produksi dan atau dalam perjalanan
3.
dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Menurut Syarir dalam bukunya "Analisa pasar Modal" (2002 : 30) "Persediaan meliputi barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku serta bahan pembantu yang dipergunakan dalam proses untuk dijual". Dari definisi-definisi persediaan diatas dapat disimpulkan bahwa
persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya adalah untuk dijual kembali atau untuk diproses lebih lanjut yang kemudian pada akhirnya akan dijual.
Persediaan perusahaan
terdiri
dari
membutuhkan
berbagai berbagai
jenis, macam
dan
pada
umumnya
persediaan
untuk
memperlancar kegiatan usahanya. Istilah yang digunakan dapat dibedakan
Persediaan perusahaan
terdiri
dari
membutuhkan
berbagai jenis, berbagai
macam
dan
pada
umumnya
persediaan
untuk
memperlancar kegiatan usahanya. Istilah yang digunakan dapat dibedakan untuk perusahaan dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dan menjualnya kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk barang dan perusahaan manufactur
yaitu perusahaan
yang
membeli
bahan
dan
mengubah bentuknya untuk dapat dijual.
(Menurut Jay M Smith dan K Fred Skousen (terjemahan), 2001, hal 327-328): 1.
Bahan Baku
Barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi 2.
Barang dalam proses
Terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual 3.
barang jadi
Merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu saat untuk dijual
2.
Sistem Pencatatan Persediaan
Dalam
melakukan
pencatatan
dan
penilaian
jumlah
persediaan,dapat digunakan satu dari sistem berikut ini, menurut Soemarso S.R. (2004:384-414)
10
a.
Sistem Periodik / Fhisik
Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi ( pada saat akan menyusun laporan keuangan ) melalui ayat jurnal penyesuaian.
Penilaian persediaan dilakukan
dengan mengadakan perhitungan fisik, dan transaksi-transaksi yang mempengaruhi persediaan dicatat masing-masing dalam perkiraan
tersendiri. Sistem ini tidak melakukan pencatatan secara terus menerus selama
satu
periode
atas
transaksi
yang
berhubungan
dengan
persediaan barang.
Jika terdapat transaksi pembelian dan penjualan maka hanya
dicatat pada pembelian dan penjualannya saja sedangkan persediaan barang tidak terjadi perubahan. Dengan
demikian
perkiraan
persediaan
barang
hanya
menunjukan nilai persediaan awal dan persediaan akhir periode yang
bersangkutan saja. sistem ini disebut juga sebagai sistem fisik (phisical system), karena nilai persediaan barang baru diketahui setelah jumlah
fisik barang bersangkutan diketahui. Persediaan barang tersebut diperoleh dengan menghitung jumlah fisik yang ada melalui stock opname. Jadi pada sistem ini, nilai persediaan barang akan diketahui
pada akhir suatu periode tertentu dengan terlebih dahulu menghitung fisik barang yang ada melalui stock opname dan tidak setiap saat. Persediaan barang pada akhir suatu periode maupun suatu awal periode diperlukan untuk menghitung atau untuk mengetahui harga
11
pokok barang yang dijual ( cost ofgoods sold ). Dengan demikian jika
nilai persediaan barang yang ada tidak diketahui, maka tentunya harga pokok barang yang akan dijual selama periode tertentu juga tidak dapat
ditentukan. Jadi, menurut sistem periode ini harga pokok barang yang dijual belum dapat ditentukan atau diketahui sebelum jumlah dan nilai persediaan barang belum diketahui juga.
Sistem periodik
ini
lebih menitik
beratkan
pada catatan
pembelian barang saja dan kurang memperhatikan tentang catatan pengeluaran barang.
Pada sistem ini
hanya diperhatiakan berapa
jumlah barang yang masuk ( dibeli ) dan berapa sisanya, sedangkan selisih antara jumlah barang yang dibeli dan jumlah barang-barang yang sisa adalah merupakan jumlah barang yang terjual. Nilai barang yang dibeli dicatat sebagaimana terjadi, dan baru timbul masalah pada waktu menentukan berapa nilai persediaan barang yang ada pada akhir periode.
Karena penilaian persediaan barang yang ada terdiri
dari
bermacam-macam cara atau metode, maka tentunya harga pokok barang yang dijual akan tergantung pada penilaian terhadap persediaan tersebut. Karena tidak ada catatan terhadap mutasi persediaan barang
maka harga pokok penjualan barang baru dapat dihitung jika nilai persediaan barang akhir dilakukan dengan cara : Persediaan barang awal
Pembelian
.
Rp. XX
Rp, XX
12
Barang yang tersedia untuk dijual Rp. XX Persediaan barang akhir
Rp. XX
Hargapenjualan
Rp. XX
Jika" perusahaan menggunakan sistem periodik ini, ada masalah yang timbul yaitu pada waktu akan menyusun laporan keuangan
jangka pendek ( interm ), misalnya pada setiap akhir bulan maka perusahaan akan kesulitan menghitung secara fisik nilai akhir dari persediaannya. Jika barang yang dimiliki, jumlah dan jenisnya banyak maka perhitungan fisik tersebut akan memakan waktu yang cukup
lama dan hal ini tentunya akan mengakibatkan laporan keuangan yang dipelukan juga akan terhambat. Dilain pihak dengan tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku tertentu akan menjadikan sistem ini
sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan.
b.
Sistem Perpetual
Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Dengan demikian setiap
saat
saldo
perkiraan persediaan
akan
menunjukan
saldo
persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada akhir periode
akuntansi ( pada saat akan menyusun laporan keuangan ) tidak
diperlukan ayat jurnal penyesuaian ( adjusment) terhadap persediaan.
13
Dalam sistem ini setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat
dari pembelian maupun penjualan dicatat atau terlihat dalam kartu administrasi persediaan.
Berbeda
dengan
system
periodik
yang
melakukan
penghitungan persediaan barang hanya pada akhir periode saja, maka
pada sistem perpetual ini setiap saat dapat diketahui berapa besar jumlah persediaan barang baik fisik maupun nilainya.
Karena dengan sistem ini, setiap terjadi transaksi pembelian maupun penjualan selalu di catat sehingga setiap saat dapat diketahui
saldo persediaan yang ada. Itulah sebabnya system perpetual ini disebut juga "Continue Sistem" karena pada sistem ini diadakan pencatatan
terus
menerus.
Dan karena
persediaan barang
dapat
diketahui berdasarkan catatan-catatan, tanpa melihat fisik barang, maka sistem ini disebut juga " Book Inventory Sistem " Harga pokok barang yang dijual pada system ini dapat langsung diketahui dengan melihat perkiraan harga pokok penjualan, karena pada setiap terjadi transaksi penjualan, perkiraan harga pokok penjualan didebet dengan harga sebesar pada harga pokok barang yang dijual tersebut.
Dengan
kata
lain
karena
pengeluaran
barang
dicatat
berdasarkan harga pokoknya ( cost), maka dapatlah diketahui berapa besarnya harga pokok penjualan pada sistem periode atau setiap saat.
14
Perhitungan atas fisik barang-barang yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan jumlah yang ada didalam perkiraan persediaan tetap harus dilakukan. Jika terdapat selisih jumlah persediaan barang antara
hasil
perhitungan
persediaan, maka harus
fisik
dicari
dengan
saldo
sebab-sebab
menurut
perkiraan
terjadinya perbedaan
tersebut. Apakah terjadinya selisih karena adanya hal-hal yang normal dalam
arti
susut
atau
rusak
misalnya,
ataukah
akibat
dari
penyelewengan. Selisih yang terjadi akan dicatat dalam perkiraan selisih persediaan barang. Itulah sebabnya perkiraan harga pokok penjualan menunjukan jumlah harga pokok dari barang-barang yahg
dijual saja, sedangkan selisih persediaan tidak termasuk didalamnya, tetapi dicatat didalam perkiraan sendiri. Tetapi pada sistem periodik
selisih persediaan barang akan dicampur dalam harga pokok penjualan. Dibandingkan dengan sistem periodik, maka system perpetual,
ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan barang, karena lebih memudahkan dalam menyusun laporan keuangan serta dalam hal pengawasan barang-barang yang ada di gudang. Pada sistem ini dibuatkan buku pembantu persediaan untuk masing-masing jenis persediaan barang yang ada. Sedangkan buku besar perkiraan barang
merupakan rekening kontrol atas buku pembantu persediaan tersebut. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem periodik tentunya sistem
perpetual ini memerlukan pekerjaan tambahan, sehingga membutuhkantambahan biaya-biaya didalam pelaksanaannya.
15
System perpetual akan selalu mencatat besarnya harga pokok penjualan pada setiap terjadinya transaksi penjualan, sedangkan system periodik hanya mencatat besarnya harga pokok penjualan pada setiap
akhir periode saja, yaitu melalui ayat jumal penyesuaian ( adjusment). Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang digunakan adalah hak kepemilikan atas
barang tersebut. Jadi pencatatan persediaan barang berdasarkan pada perpindahan hak atas barang itu. Kadang kadang terdapat keadaan
dimana sulit untuk menentukan hak kepemilikan atas barang, sehingga dalam praktek akan menemui adanya penyimpangan penyimpangan. Kesulitan menentukan perpindahan atas barang antara lain timbul pada keadaan.
1)
Barang-barang dalam perjalanan
Jika syarat penjualan adalah FOB shipping point, maka ini berarti berarti bahwa hak atas barang berpindah ketika barangbarang tersebut diserahkan pada pihak yang bersangkutan. Jadi pada saat barang tersebut sedang berada dalam pengangkutan, maka penjual mengakui telah terjadinya penjualan dan akan mengurangi persediaan barangnya.
Jika
penjualan
menggunakan
syarat
penjualan
FOB
destination, maka transaksi penjualan tersebut baru dicatat ketika pembeli menerima barang-barang yang dikirimkan. Jadi dalam
16
syarat ini jika telah sampai ditangan pembeli baru diadakan pencatatan baik oleh penjual maupun pembeli.
Biasanya pembeli mengadakan perhitungan harga pada saatpenerima barang dan hal ini bisa diterima jika jumlahnya tidak begitu berarti. Begitu pula untuk mempermudahkan, biasanya penjual mencatat transaksi ini pada saat barang barang ini dikirimkan, cara ini dapat diterima jika ada kesulitan didalam menentukan tanggal penerimaan barang tersebut.
2) Barang-barang Konsinyasi {goods in consigment)
Kadang-kadang ada barang yang dikirimkan kepada agen atau pedagang sebagai barang konsinyasi. Sampai barang-barang tersebut dijual baik dengan tunai maupun kredit dan setelah diakui, maka secara kontinu barang tersebut harus dicatat sebagai bagian persediaan barang dari pihak yang menitipkan ( consignor -). Dengan demikian barang-barang yang dikonsinyasikan haknya tetap berada pada consignor, sehingga terdapat pada persediaan consignor.
Adapun pihak yang menerima titipan ( consignee J, tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut kedalam perkiraan tersendiri didalam neraca sebagai " Merchandise On Consigment". ( barang dalam konsinyasi).
17
3) Barang-barang yang dipisahkan {segregated goods) Jika
barang-barang
yang
disediakan
untuk
memenuhi
pesanan-pesanan khusus ( special orders ), maka barang-barang ini
disebut segregated goods. Jadi idengan sendirinya hak atas barang tersebut
dapat
dianggap
sudah
berpindah.
Sehingga
dengan
demikian penjual dapat mencatatnya sebagai suatu penjuaian dan menguranginya mencatatnya
dari
sebagai
persediaan. pembelian
Sedangkan dan
akan
pembeli
juga
menambah
nilai
persediaannya.
4) Penjuaian Angsuran {installment sales)
Dalam hal penjuaian angsuran, maka hak atas barang tetap berada pada penjual sampai dengan harga jual barang tersebut dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut setelah dikurangi
dengan
jumlah
yang
sudah
dibayar
kedalam
persediaannya.
Jika terdapat kemungkinan yang kecil atau dianggap relatif kecil
timbulnya
mengakui pembeli
pembatalan
penjuaian,
maka
penjual
sebagai penjuaian biasa yang diangsur. dapat
mencatat
nya
pembayarannya secara angsuran.
sebagai
pembelian
dapat
Sedangkan biasa
yang
18
3.
Metode penilaian Persediaan
Dalam menilai suatu persediaan terdapat beberapa metode yang dapat digunakan:
a.
.
Metode Harga Pokok
Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh dua faktor, yaitu kuantitas dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fhisik. Harga pokok persediaan adalah
harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Di samping harga beli, termasuk dalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi
sampai
dengan
persediaan
siap
dijual
misalnya,
biaya
pengangkutan, bea masuk dan asuransi. Biaya-biaya yang susah dihubungkan
dengan
salah
satu
jenis
barang,
misalnya
biaya
pengangkutan dan asuransi dapat dibagikan sama rata atas suatu dasar
tertentu. Biaya yang jumlahnya kecil dan sulit dialokasikan tidak perlu dimasukan sebagai harga pokok barang. Biaya-biaya ini diperlakukan sebagai biaya usaha periode berjalan. Potongan pembelian, secara ratarata, harusdiperhitungkan.dalam menentukan harga pokok persediaan.
Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian, perlu ditentukan harga yang akan digunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan. Didalam
metode
harga
pokok
inti
untuk
persediaan masih terbagi dalam beberapa metode, yaitu;
menilai
suatu
19
1) Metode Identifikasi Khusus ( specific Identification Method) Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok dari setiap
barang
yang
terjual
dimasukan
dalam
harga
pokok
penjualan, sedangkan harga pokok dari setiap barang yang ada ditangari
dimasukan
kedalam
persediaan.
Metode
ini
dapat
digunakan hanya dalam situasi dimana perusahaan dapat dengan mudah
memisahkan
secara
fisik
berbagai
pembeltan
yang
dilakukan. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi aman barang yang ditangani berjumlah relatif kecil, harganya mahal dan mudah dibedakan, misalnya perhiasan, mobil dan rumah.
Kelemahan dari metode Identifikasi Khusus ini adalah :
1) Memerlukan terlalu bariyak perhatian terhadap fisik barang 2) Menimbulkan banyak pekerjaan administrasi
2)
Metode rata-rata {AverageMethod)
Metode ini
berbeda dengan
metode
sebelumnya karena
didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi.
oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya. Dalam
sistem
ini
juga
menggunakan
cara
pencatatan
perpetual maka pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan harga pokok pada akhir periode. Karena perhitungan harga pokok ratarata dilakukan pada akhir periode,
maka pada saat tersebut
perkiraan persediaan batang dikredit dengan harga pokok rata-rata.
20
jika harga pokok rata-rata dicatat setiap saat ada pengeluaran
barang, maka diperlukan juga perhitungan harga pokok rata-rata setiap kali dilakukan pembelian barang. Itulah sebabnya didalam system perpetual dengan cara rata-rata dikenal dengan metode rata-. rata bergerak atau "moving average method"
Harga pokok rata-rata tiap unit yang baru, dihitung setiap kali ada pembelian barang. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran barang berikutnya dinilai dengan harga pokok rata-rata tersebut terdapat pembelian barang baru lagi. Kelebihan dari metode rata-rata adalah:
1)
Penerapan praktis, sederhana dan obyektif
2)
Dapat menstabilkan harga pokok apabila terdapat fluktuasiharga
3)
Tidak terkena manipulasi laba
.
Kelemahan dari metode rata-rata adalah: 1) Perlunya kalkulasi yang mendetail
2) Memakan waktu cukup lama untuk memasukan nilai pembelian terakhir didalam harga pokok rata-rata
3) Metode FIFO (First In First Out)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah
terjual
dinilai
terdahulu masuk.
menurut harga
pembelian
Dengan demikian persediaan
menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.
barang
yang
akhir dinilai
21
Menurut Jay M Smith dan K Fred Skousen ( 2001 : 374 ),
metode persediaan FIFO berdasarkan pada asumsi bahwa harus dibebankan kependapatan sesuai dengan urutan terjadinya, dengan demikian persediaan akan dinyatakan berdasarkan biaya terbaru. Metode persediaan FIFO dianggap sebagai suatu pendekatan yang
logis dan realistik mengenai arus biaya apabila identifikasi khusus biaya tidak praktis atau tidak mungkin dilaksanakan, metode persediaan FIFO mengasumsikan suatu arus biaya yang paralel dengan arus fisik barang sehari-hari. Pendapatan dibebani dengan biaya yang dianggap berkaitan dengan barang yang benar-benar dijual, persediaan akhir dilaporkan menurut biaya terbaru, biaya yang paling mendekati nilai berjalan persediaan pada tanggal. neraca.
Metode persediaan FIFO tidak memberi peluang untuk
memanipulasi
laba karena harga pokok ditentukan menurut
terjadinya biaya.
Jika menggunakan sistem perpetual, maka tiap-tiap barang yang
dibuatkan
kartu
persediaan,
hal
ini
dilakukan
untuk
memudahkan perusahaan mengetahui ..berapa jumlah persediaan yang masih tersisa.
Dengan demikian dalam metode FIFO, harga pokok barang yang dijual dan dipersediaan akhir yang dihitung dengan cara
22
perpetual akan sama hasilnya dengan hasil perhitungan yang menggunakan cara periodik. Kelebihan dari metode FIFO adalah :
1)
Persediaan
akhir
dilaporkan
dengan
nilai
menurut
harga
periodik yang paling baru 2)
Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang paling baru
3)
Tidak memperkenankan manipulasi laba, karena perusahaan tidak bebas untuk mengambil pos harga pokok tertentu.
Kelemahan dari metode FIFO adalah :
1)
Harga pokok periode berjalan tidak sesuai dengan. pendapatan periode berjalan pada perhitungan laba rugi
2)
Harga pokok yang paling lama dibebankan pada pendapatan yang lebih baru, yang dapat menyebabkan penyimpangan dalam harga pokok dan harga laba bersih perusahaan.
4)
Metode 1AFO (Last In First Out)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang
telah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada ( stock ) dinilai berdasarkan harga pembelian barang terdahulu. ■ Seperti halnya pada metode FIFO, maka dalam metode LIFO
ini harga pokok barang yang dijual
dan persediaan akhir yang
dihitung menurut sistem periodik tidak sama dengan system
23
perpetual, hal ini terjadi karena barang yang terlebih dahuhi dijual oleh perusahaan adalah barang yang terakhir dibeli sehingga mengakibatkan adanya perbedaan dalam hal penghitungan secara
fisik barang yang masih dimiliki oleh perusahaan. Kelebihan dari metode LIFO adalah :
1) Harga pokok yang paling baru dicocokan dengan pendapatan akan memberikan laba masa berjalan yang lebih baik.
2) Menggunakan pajak penghasilan dengan naiknya tingkat.harga akan menaikan tingkat arus kas.
.3) Laba
bersih
perusahaan
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
penurunan harga
Kelemahan dari metode LIFO adalah : 1) Laba perusahaan menjadi terlalu rendah 2)
Arusfisikjarangdiperkirakan
3) Likuiditas persediaan dapat menyirnpangkan laba bersih dan mengakibatkan paj ak yang lebih tinggi.
b.
Metode Selain Harga Pokok
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode harga pokok mengharuskan adanya perhitungan fisik terhadap persediaan. Kegiatan
ini biasanya memerlukan biaya dan waktu yang besar. Tidak mungkin kalau hal ini harus sering dilakukan. Sebaliknya pihak manajemen
perusahaan biasanya menginginkan agar laporan keuangan dapat lebih sering di keluarkan. Bukan hal ini yang jarang apabila sebuah
24
perusahaan
mengeluarkan
laporan
keuangan
interimnya
secara
bulanan.
Berikut akan diuraikan metode-metode yang dapat digunakan dalam menilai persediaan selain dari metode harga pokok.
1)
Metode Estimasi / Taksiran ( Estimated Method) Kesulitan mengadakan perhitungan fisik disatu pihak, serta
keinginan untuk menghasilkan laporan keuangan secara berkala-
dipihak lain, mengakibatkan diperlukan cara bam menetapkan harga
pokok
estimasi.
persediaan
Penggunaan
yaitu
angka
dengan
taksiran
metode untuk
taksiran
persediaan
atau yang
dilakukan dalam rangka penyususnan laporan keuangan interm,
tidak akan mengurangi kegunaan laporan. Ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode eceran
(retail method) dan metode laba bruto (gross profit method)
a) Metode eceran ( retail method )
Konsep yang mendasari adalah adanya hubungan yang dekat dan konstan antara harga pokok dan harga jual yang biasanya dinyatakan dalam suatu prosentase perlu ditetapkan terlebih
dahulu. Persediaan dinilai pada harga jual eceran kemudian dikonversikan
untuk
memperkirakan
harga
pokok
dengan
menerapkan rasio harga pokok terhadap harga j ual eceran.
25
Kelebihan dari metode eceran adalah :
a)
Saldo persediaan dapat diperkirakan .tanpa perhitungan fisik.
b) Dapat dijadikan sebagai alat kontrol karena penyimpangan terhadap
perhitungan
fisik
pada
akhir
tahun
harus
dijelaskan.
c) Mempercepat penghitungan persediaan tidak pada akhir tahun.
Kelemahan dari metode eceran adalah :
a) Lebih
dapat
diterima
jika
masing-masing
unit
persediaannya cukup berarti.
b) Sangat sulit dalam menentukan harga pokok penjualan.
b) Metode labakotor (gross profit method) Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa (1) persediaan barang ditambah pembelian adalah. total barang yang dihitung. (2)
barang-barang yang belum terjual harus ada ditangan, (3) jika penjualan, dikurangi harga pokok, dikurangi dengan jumlah persediaan
awal
ditambah
pembelian,
hasilnya
adalah.
persediaan akhir.
Kelebihan dari metode laba kotor adalah :
a) dapat digunakan sebagai laporan interim oleh para auditor dimana
hanya
perusahaan.
dibutuhkan
estimasi
untuk
persediaan
26
b) Dapat
digunakan
manakala
persediaan
atau
catatan
persediaan musnah / hilang Kelemahan dari metode laba kotor adalah :
a)
Hanya berupa perkiraan, akibatnya perhitungan secara fisik
harus dilakukan setiap tahun untuk mengestimasikan bahwa persediaan tersebut beriar-benar ditangan.
b) Metode
ini
menggunakan persentase masa lalu dalam
menentukan laba kotor
c)
2)
Harus berhati-hati dalam menerapkan laba kotor kelompok
Metode penerapan yang terendah antara harga pokok atau harga pasar ( Lower Cost or Market/LCM)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa untuk menentukan nilai pasar yang ditetapkan dari persedjaan tersebut yang mungkin berupa biaya pengganti, nilai bersih yang dapat direalisasikan, atau nilai
bersih yang dapat direalisasikan
normal.
Setelah
dibandingkan .
nilai
dengan
pasar
harga
yang
pokok
dikurangi margin ditetapkan
laba
ditentukan,
untuk mendapatkan
yang
terendah antara harga pokok atau harga pasar. Penerapan dari
metode yang terendah antara harga pokok atau harga pasar adalah masing-masing barang golongan atau pada total persediaan.
27
4.
Perbedaan Persediaan Dengan Aktiva Tetep
Dalam akuntansi keuangan diketahui bahwa harta perusahaan atau yang biasa disebut aktiva tetap, dalam hal ini persediaan termasuk dalam
.
golongan aktiva lancar, berikut akan dibahas mengeriai perbedaan aktiva tetap dengan persediaan: Menurut Soemarso S.R ( 2004: 251 ) aktiva tetap :
"Aktiva
bernilai
besar yang
sifatnya
tetap
atau permanen
digunakan dalam kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal" Sedangkan persediaan adalah:
"Barang-barangyang dimiliki perusahaan untukdijual kembali" Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa perbedaan antara persediaan dengan aktiva tetap :
1.
Aktiva
tetap
bernilai
besar
dan
bersifat
permanen,
sedangkan
kembali,
sedangkan
persediaan tidak bersifat permanen 2.
Aktiva
tetap
tidak
ditujukan
untuk
dijual
persediaan ditujukan untuk dijual kembali.
3.
Aktiva tetap mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun atau berjangka panjang, sedangkan persedian mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun.
28
B. L A B A (Income) 1.
Pengertian Laba Laba
adalah
pengembahan
(return)
yang
melebihi
investasi.
Sebuah perusahaan menghasilkan laba hanya jika jumlah finansial dari.
aktiva bersih perusahaan pada akhir periode lebih besar.dari pada jumlah finansial
aktiva
bersih
pada
awal
periode
bersangkutan
sesudah
mengeluarkan pengaruh transaksi dengan pemilik. Menurut standar Akuntansi Keuangan ( PSAK No. 1 ): "Laba (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam
bentuk
pemasukan
atau
penambahan
aktiva
atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal" Menurut Theodorus M Tuanakota (2001 : 177)
:
"Laba dapat
berupa pemberian atau hibah yang diterima diperusahaan maupun dari penjual atau pertukaran asset yang bukan inventory " Sedangkan menurut Eldon S Hendrikson ( 2001 : 143 ) ; "Laba adalah jumlah yang dikonsumsi tanpa mengganggu modal, baik. modal tetap maupun modal kerja" Menurut Suwardjono ( 2003 : 53 ) : "Laba adalah selisih bersih antara pendapatan dan biaya atau dikurangi dengan selisih bersih antara untung
dan
rugi,
jadi
laba
merupakan
selisih
hasil pengukuran
pendapatan, untung, biaya dan rugi" Menurut FASB ( Financial Accounting Standars Board ) menilai
laba dengan menggunakan pendekatan pemeliharaan modal keuangan dua
29
Menurut FASB ( Financial Accounting Standars Board ) menilai
laba dengan menggunakan pendekatan pemeliharaan modal keuangan dua pendekatan yang digunakan secara luas dalam konsep pemeliharaan modal keuangan antara lain:
a.
Penilaian aktiva bersih perusahaan ( Pendekatan Penilaian )
Pendekatan penilaian menekankan bahwa laba adalah suatu konsep residual. Secara operasional, pendekatan ini membutuhkan pengukuran aktiva dan kewajiban suatu perusahaan pada dua titik waktu. Jika selisih antara aktiva dan kewajiban yang dikenal dengan
aktiva bersih atau ekuitas meningkat setelah semua investasi. atau; distribusi ekuitas yang baru di eliminasi, maka tidak ada laba. Jika bagian ekuitas menurun terjadi laba yang negatif atau rugi. Salah satu kelemalian terbesar dari pendekatan penilaian adalali
bahwa angka laba dihitung dalam satu operasi tidak ada rincian yang menguraikan proses menghasilkan laba dalam pendekatan ini, laba. hanyalah perbedaan antara aktiva bersih pada dua titik yang berbeda sesudah menghilangkan setiap transaksi yang bersangkutan dengan pemilik.
b.
Pengikhtisaran Transaksi dan Biaya ( Pendekatan Transaksi) Pendekatan transaksi yang sering disebut sebagai metode penanding ( matching method ) memusatkan perhatian pada kejadian-
30
Keuntungan ( Gains ) atau kerugian (Losses ) merupakan perubahan ekuitas setelah rhemperhitungkan pendapatan, beban, dan investasi serta distribusi kepada pemilik maka kita dapat melihat bahwa laba yang ditentukan menurut pendekatan transaksi akan sama dengan laba yang ditentukan menurut pendekatan penilaian.
2.
Komponen Unsur-Unsur Laba
a.
Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajiban yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian. jasa atau
aktivitas-aktivitas laba yang mrupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.
b.
Beban ( Expenses )
Adalah arus keluar atau pemakaian aktiva atau terjadinya
kewajiban yang berasal pemberian
jasa
atau
dari penyerahan atau produksi barang,
pelaksanaan
aktivitas-aktivitas
lain
yang
merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.
31
c.
Keuntungan ( Gains )
Adalah kenaikan ekuitas (aktiva Bersih ) yang berasal dari transaksi periferal ( sesuatu yang bersifat sampingan, tidak merupakan hal yang utama atau inti ) atau insidental pada suatu entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik.
d.
Kerugian ( Losses ) Adalah penurunan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi periferal atau insidental pada suatu entitas dan dari semua transaksi dan kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik.
3.
Tinjauan Atas Perhitungan Laba Rugi a.
Laba Kotor ( gross profit)
Laba Kotor = Penjualan Bersih - Harga Pokok b.
Laba Operasi ( Operating Income ) Laba Operasi = Laba Kotor - Beban Operasi
c.
Laba dari operasi sebelum pajak penghasilan ( profit Before Income Tax)
Laba Operasi = Pendapatan dan Keuntungan Lain*
- Beban dan
Kerugian Lain** d.
Laba dari operasi setelah pajak penghasilan ( profit After Income
Tax)
Laba dari Operasi sebelum Pajak - Pajak Penghasilan
■32
e.
Laba bersih (Net Income )
Laba Kotor + atau - Pos-pos Biasa atau Luar Biasa
Keterangan :
*
Pendapatan dan keuntungan contohnya pendapatan dari; aktivitas keuangan seperti sewa, bangunan, deviden, dan keuntungan dari penjualan aktiva peralatan dan mvestasi
** Beban dan kerugian contohnya beban bunga, amortisasi diskonto obligasi dan kerugian penjualan aktiva