Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Ita N.S., M. Izzati, Sri Haryanti 45-54 Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Anatomi dan Kondisi Fisik Serabut Kelapa (Cocos nucifera L. ) Setelah Perendaman Asam Klorida pada Konsentrasi yang Berbeda
Ita Novita Sari* , Munifatul Izzati*, Sri Haryanti* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FSM Undip
ABSTRACT Pretreatment is a preliminary stage in the manufacture of bioethanol. Hydrochloric acid (HCl) is often applied in the pretreatment of cellulose bioethanol that aim to remove lignin and hemicellulose cellulose binding. This study aims to determine the concentrations of hydrochloric acid (HCl) which effective in degrading lignin and hemicellulose in terms of biomass decline in coconut fibers, and to know the anatomical structure and texture of coconut fibers after acid pretreatment. The study was conducted using a completely randomized design (CRD) consist of 7 treatments such as soaking coconut fiber in hydrochloric acid concentration of 0% (control), 3%, 5%, 7%, 40%, 50%, and 60%. The results showed that acid pretreatment in high concentrations caused a decrease in biomass, changes in anatomical structure sklerenkim walls and cause structural coconut fibers coconut fibers became soft. Results of analysis of variance (ANOVA) and Duncan test significance level of 95% indicated that soaking coconut fibers at high concentration of hydrochloric acid affected the biomass decline of coconut fiber. The most effective concentration of hydrochloric acid in the degradation of lignin and hemiselosa coconut fiber is 60%. Keywords: pretreatment, coconut fibers, hydrochloric acid, biomass decline, anatomical structure, physical conditions
ABSTRAK Pretreatment adalah suatu tahap pendahuluan dalam pembuatan bioetanol. Asam klorida (HCl) sering diaplikasikan dalam pretreatment bahan dasar bioetanol berbasis selulosa yang bertujuan untuk menghilangkan lignin dan hemiselulosa yang mengikat selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam klorida (HCl) yang efektif dalam mendegradasi lignin dan hemiselulosa ditinjau dari penurunan biomassa pada serabut tanaman kelapa, serta mengetahui struktur anatomi dan tekstur serabut kelapa setelah perlakuan perendaman asam. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 7 perlakuan antara lain perendaman serabut kelapa pada asam klorida konsentrasi 0% (kontrol), 3%, 5%, 7%, 40%, 50%, dan 60%. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan perendaman asam pada konsentrasi tinggi menyebabkan penurunan biomassa, perubahan struktur anatomi dinding sklerenkim serabut kelapa dan menyebabkan struktur serabut kelapa menjadi lunak. Hasil analisis of variance (Anova) dan uji Duncan taraf signifikasi 95% menunjukkan bahwa perendaman serabut kelapa pada asam klorida konsentrasi tinggi berpengaruh terhadap penurunan biomassa serabut kelapa. Konsentrasi asam klorida yang paling efektif dalam degradasi lignin dan hemiselosa serabut kelapa adalah 60%. Kata kunci: pretreatment, serabut kelapa, asam klorida, penurunan biomassa, struktur anatomi, kondisi fisik
45
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
selulosa
PENDAHULUAN Kebutuhan
energi
memerlukan
perlakuan
awal
semakin
(pretreatment) sebelum proses hidrolisis
meningkat seiring dengan pertumbuhan
dilakukan yaitu untuk menghilangkan atau
penduduk
memodifikasi
dunia
dan
berkembangnya
matrik
lignin
dan
negara-negara maju menuju negara industri.
hemiselulosa yang melingkupi selulosa.
Ketersediaan sumber energi minyak yang
Proses hidrolisis berperan untuk membuka
cenderung turun dari tahun ke tahun
struktur
memicu adanya usaha-usaha untuk mencari
hemiselulosa dan lignin. Kemudian selulosa
sumber
dapat
menjadi gula tunggal, sehingga dapat
diperbarui dan ramah lingkungan (Sun and
difermentasi menjadi etanol. Salah satu cara
Cheng, 2002). Salah satu bentuk energi
yang
alternatif yang ditawarkan adalah bioetanol.
pretreatment lignoselulosa secara kimia
Sebagian
ini
menggunakan asam. Proses degradasi lignin
glukosa
dan hemiselulosa dapat dilakukan dengan
jagung, dimana jagung merupakan salah
cara melarutkannya dalam larutan asam
satu
kuat encer (Galbe dan Zacchi, 2007).
energi
alternatif
besar
diproduksi
bioetanol
melalui
bahan
yang
dewasa
fermentasi
pangan
utama
dunia.
Penggunaan bahan pangan sebagai bahan
selulosa
efektif
dan
mendegradasi
untuk diterapkan
adalah
Latar belakang tersebut mendorong
baku etanol ini akan menyebabkan harga
penulis
makanan semakin meningkat, demikian
tentang pengaruh asam klorida terhadap
pula dengan harga bioetanol (Badger,
degradasi lignin dan hemiselulosa pada
2002).
serabut Biomassa berselulosa merupakan
untuk
mengadakan
kelapa.
pretreatment
akan
penelitian
Keberhasilan menentukan
tahap tahap
sumber daya alam yang berlimpah dan
selanjutnya dalam pembuatan bioetanol,
murah
untuk
oleh karena itu dalam penelitian ini akan
produksi komersial industri etanol atau
dilaksanakan proses awal dari pembuatan
butanol. Selain dikonversi menjadi biofuel,
bioetanol yaitu dengan mendegradasi lignin
biomassa
dapat
dan hemiselulosa yang terdapat dalam
mendukung produksi komersial industri
serabut kelapa. Proses degradasi dapat
kimia seperti asam organik, aseton atau
dilakukan dengan melarutkannya dalam
gliserol (Wymann, 2002).
asam klorida. Konsentrasi asam klorida
serta
memiliki
berselulosa
potensi
juga
Tanaman kelapa berpotensi untuk dikembangkan
menjadi
bahan
baku
yang digunakan untuk degradasi merupakan faktor yang penting untuk menghilangkan
bioetanol karena mengandung selulosa yang
kadar
tinggi. Produksi bioetanol dari bahan
melingkupi selulosa. Hasil degradasi lignin
46
lignin
dan
hemiselulosa
yang
Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Ita N.S., M. Izzati, Sri Haryanti 45-54 dan hemiselulosa dapat dilihat dari adanya
Cara Kerja
penurunan
1. Persiapan Sampel
biomassa
serabut
kelapa,
perubahan struktur anatomi dan kondisi fisik serabut kelapa.
Serabut kelapa yang sudah tua dibersihkan
dan
dipisahkan
dari
kotorannya hingga membentuk helaian METODOLOGI
seperti rambut. Helaian serabut kelapa
Tempat dan Waktu Penelitian
kemudian dipotong dengan ukuran yang
Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan
Jurusan
Biologi
FSM
seragam kira-kira 4 cm. 2. Perendaman
Kelapa
Menggunakan Asam Klorida
Universitas Diponegoro Semarang pada bulan Juni – November 2012.
Serabut
Serabut
kelapa
kemudian
direndam menggunakan asam klorida pada dua kelompok konsentrasi yaitu konsentrasi rendah 3%, 5%, dan 7% dan
Alat dan Bahan Alat
yang
digunakan
dalam
konsentrasi tinggi 40%, 50%, dan 60%.
penelitian ini antara lain : botol flakon,
Lama
cawan petri, gelas ukur, tabung erlenmeyer,
adalah 96 jam.
pipet tetes, gelas beker, gelas benda, gelas penutup, kuas, pinset,
perendaman
masing-masing
3. Penentuan Biomassa Serabut Kelapa
oven, neraca
Serabut
kelapa
sartorius, mikrotom putar, hot plate, dan
perendaman
mikroskop cahaya, karet gelang, plastik,
dalam oven bersuhu 60oC selama 60
dan silet.
menit, lalu untuk mengetahui biomassa
Bahan
yang
dikeringkan
dalam
serabut ditimbang menggunakan neraca
penelitian ini antara lain : asam klorida,
sartorius. Pengeringan dan penimbangan
formalin,
xilol,
dilakukan
campuran
diperoleh
asam
alkohol/xilol
1:3,
gliserin/albumin,
digunakan
kemudian
setelah
asetat, 1:1,
alkohol, 3:1,
safranin
1%
dalam
alkohol 70%, balsam kanada, akuades, serabut kelapa dan jerami padi.
berulang-ulang biomassa
hingga
serabut
yang
konstan. 4. Pengamatan Kondisi Fisik Serabut Kelapa Serabut direndam
kelapa
dengan
asam
yang
telah
kemudian
diamati perubahan fisik yang terjadi mengenai
perubahan
struktur 47 45
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
(kelunakan)
dan
perubahan
warna
serabut.
dan
jika
ada
perbedaan
nyata
antar
perlakuan diuji lanjut dengan uji Duncan.
5. Pengamatan
Struktur
Anatomi
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mengamati
Serabut Kelapa Serabut kelapa yang telah diberi
parameter antara lain penurunan biomassa
perlakuan asam dan diamati kondisi
serabut kelapa setelah perendaman dengan
fisiknya
HCl konsentrasi rendah (3, 5, dan 7%) dan
kemudian
dengan
metode
diamati
dengan
dibuat
tanpa
preparat
parafin
mikroskop
dan
konsentrasi tinggi (40, 50, dan 60%)..
cahaya
Selain itu juga dilakukan pengamatan pada
perbesaran 40x10.
struktur anatomi, kelenturan dan perubahan warna serabut kelapa setelah perlakuan perendaman asam.
Analisis Data Penelitian ini dilaksanakan dengan
Data Penurunan biomassa pada
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
konsentrasi 3%, 5%, dan 7% dapat dilihat
(RAL) dan dianalisis dengan Analysis of
pada histogram pada Gambar 1 dan 2.
Varians (ANOVA) taraf signifikan 95%
a a
a
a
Gambar 1. Rerata Penurunan Biomassa Serabut Kelapa Setelah Perendaman HCl 3%, 5%, dan 7%
48 46
Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Ita N.S., M. Izzati, Sri Haryanti 45-54
a b
b
c
Gambar 2. Rerata Penurunan Biomassa Serabut Kelapa Setelah Perendaman HCl 40%, 50%, dan 60%
Sebagai
pembanding,
dilakukan
Data hasil pengamatan terhadap penurunan
perendaman asam terhadap jerami padi.
biomassa jerami padi pada perendaman HCl
Langkah
40%, 50%, dan 60%
perendaman
yang
dilakukan
serupa dengan perendaman serabut kelapa.
dapat dilihat pada
Gambar 3.
a
b
b
b
Gambar 3. Rerata Penurunan Biomassa Jerami Padi Setelah Perendaman HCl 40%, 50%, dan 60% Berdasarkan
analisis
statistik,
penurunan biomassa serabut kelapa (angka
perendaman serabut kelapa dengan HCl
signifikasi
0,659
>
konsentrasi 3%, 5%, dan 7% belum
mendapatkan hasil yang signifikan, maka
memberikan perbedaan yang nyata terhadap
dilakukan
perendaman
0,05).
serabut
Guna
kelapa 49 45
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
dengan HCl konsentrasi 40%, 50%, dan
selulosa melalui perendaman asam akan
60%.
stasitik
terkondensasi dan mengendap, sehingga
perendaman serabut kelapa dengan HCl
akan menyebabkan bobot serabut kelapa
konsentrasi
40%,
60%
mengalami penurunan. Hal ini sesuai
memberikan
pengaruh
signifikan
dengan pernyataan Ahmadi (1990) bahwa
Berdasarkan
analisis
50%,
dan
yang
terhadap
penurunan
biomassa
serabut
lignin memiliki gugus fungsi oksigen posisi
kelapa
ditunjukkan
dengan
angka
benzilat yang sensitif terhadap media asam
signifikasi 0,0004 < 0,05. Semakin tinggi
dan memiliki kecenderungan melakukan
konsentrasi HCl yang diberikan, semakin
kondensasi.
tinggi pula penurunan biomassa yang
Fengel
dan
Wegener
(1995)
didapatkan. Konsentrasi yang paling baik
mengungkapkan bahwa degradasi lignin
dalam degradasi lignin dan hemiselulosa
dan reaki kondensasi akibat perlakuan
serabut kelapa adalah 60%.
kimia dapat juga mempengaruhi distribusi
Serabut kelapa mempunyai potensi
bobot molekul rata-rata. Jumlah lignin yang
untuk dikembangkan menjadi bioetanol
terlarut asam dapat mencapai maksimum
karena kandungan selulosanya yang cukup
sekitar delignifikasi 50%. Adanya lignin
tinggi. Menurut Van Dam (2002), serabut
terlarut asam akan memberikan pengaruh
kelapa mengandung 35,6% selulosa, 15,4%
terhadap kandungan total lignin kayu dan
hemiselulosa, 32,7% lignin, 5,1% pektin,
terhadap biomassa kayu. Terbentuknya uap
dan 3% material lain. HCl merupakan asam
air
kuat
skerenkim
yang
mempunyai
sifat
sebagai
oksidator kuat. HCl akan terurai menjadi +
-
+
ion H dan Cl . Ion H akan mudah bereaksi 2-
dengan O
(H2O)
dan
luruhnya
hasil
reaksi
dinding sel oksidasi
HCl
menyebabkan penurunan biomassa serabut kelapa. Melalui pretreatment HCl, selulosa
yang ada di dalam jaringan.
akan menjadi struktur bebas yang terpisah
Ketika terjadi reaksi oksidasi, H+ akan
dari lignin dan hemiselulosa kemudian akan
berikatan dengan O2- yang ada di dalam
memudahkan akses enzim selulase dalam
jaringan yang menyebabkan adanya titik-
mengubah selulosa menjadi monomer gula.
titik uap (H2O) pada dinding-dinding botol
Perendaman jerami dengan HCl
kaca. Ion Cl- berperan untuk menganggu
konsentrasi
40%,
stabilitas ikatan dalam jaringan. Struktur
memberikan
pengaruh
lignoselulosa
terhadap
akan
diputus
dan
penurunan
yang
dan
signifikan
biomasa angka
60%
jerami
mengakibatkan peluruhan senyawa lignin
ditunjukkan
dan hemiselulosa pada dinding sel. Struktur
0,0033 < 0,05. Semakin tinggi konsentrasi
lignin dan hemiselulosa yang mengikat
HCl yang diberikan, semakin tinggi pula
50 46
dengan
50%,
signifikasi
Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Ita N.S., M. Izzati, Sri Haryanti 45-54 penurunan
biomassa
Konsentrasi
yang
yang
paling
diperoleh. baik
dijadikan sebagai bahan dasar bioetanol
untuk
karena kandungan selulosanya lebih tinggi,
penurunan biomassa jerami padi adalah
namun karena kandungan ligninnya yang
60%.
lebih tinggi harus dilakukan pretreatment Hasil pada kedua jenis bahan
secara lebih optimal. Penggunaan asam
lignoselulosa ini memberikan hasil bahwa
klorida
asam klorida pada konsentrasi tertentu
lignoselulosa memberikan prospek yang
dapat
dan
baik dalam pemanfaatan limbah serabut
dengan
kelapa sebagai bahan dasar bioetanol yaitu
mendegradasi
hemiselulosa. pernyataan
Hal
ini
Mosier
lignin selaras
(2002), HCl
pada
(HCl)
membuka
dalam
struktur
pretreatment
selulosa
konsentrasi tertentu dapat mendegradasi
mendegradasi
kandungan
sehingga selulosa dapat menjadi struktur
lignin
dari
biomassa
lignoselulosa. Penurunan biomassa pada
dikarenakan
serabut
kelapa
dan
lignin
tunggal yang siap diolah lebih lanjut.
jerami padi lebih kecil dari pada serabut kelapa
hemiselulosa
dan
Pretreatment menggunakan
HCl
lignoselulosa berpengaruh
pada
mengandung lignin yang lebih tinggi
struktur anatomi serabut kelapa. Struktur
sehingga biomassa yang hilang akan lebih
anatomi serabut kelapa setelah perendaman
tinggi daripada jerami padi. Serabut kelapa
HCl dapat dilihat pada Gambar 4.
mempunyai prospek yang lebih baik untuk 0%
3%
5%
7%
Gambar 4. Anatomi Serabut Kelapa Setelah Perendaman HCl 3%, 5%, dan 7% Perbesaran 40x10 51 45
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
Serabut kelapa terdiri dari sel
porositas menjadi naik. Hal ini sesuai
berupa sklerenkim yang tersusun rapat.
dengan pernyataan Mosier et. al (2005)
Serabut kelapa yang diperlakukan tanpa
bahwa selain berpengaruh pada penguraian
pretreatment (kontrol) mempunyai susunan
komponen
sklerenkim yang rapat dan padat, sedangkan
asam akan memberi pengaruh pada area
serabut kelapa yang diperlakukan dengan
permukaan
pretreatment dengan HCl konsentrasi 3%,
skerenkim. Enzim selulase dengan lebih
5%,
susunan
mudah akan masuk dan mencerna selulosa
sklerenkim yang lebih longgar, serta pada
pada masing-masing sel sklerenkim dengan
bagian tengah serabut terdapat celah atau
lebih optimal.
dan
lubang
7%
mempunyai
membujur.
Semakin
tinggi
lignoselulosa,
dan
porositas
Pembuatan
pretreatment
dinding sel
preparat
untuk
konsentrasi HCl yang digunakan, susunan
pengamatan anatomi serabut kelapa hanya
sel skerenkim longgar. Dilihat dari dinding
dilakukan pada konsentrasi 3%, 5%, dan
luarnya, serabut kelapa yang diperlakukan
7%, dikarenakan pada konsentrasi ini sudah
dengan pretreatment terlihat lebih tipis
mulai tampak adanya perubahan anatomi
daripada
jika dibandingkan dengan serabut kelapa
yang
tidak
diperlakukan
pretreatment asam klorida.
yang tidak diberi perlakuan pretreatment.
Kandungan Cl- dalam asam klorida
Berdasarkan hasil ini diperkirakan pada
akan menganggu stabilitas ikatan antara
konsentrasi di atas 7% serabut kelapa akan
selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Gugus
mengalami
benzilat dalam ikatan ini akan terputus dan
ketebalan dinding sel.
menyebabkan
peluruhan
lignin
perubahan
anatomi
dan
pada
Perubahan fisik yang diamati yaitu
dinding skerenkim. Lignin pada jaringan
struktur (kelunakan) dan perubahan warna
berfungsi sebagai pelekat antar sel dan
serabut kelapa setelah perendaman HCl.
ketika lignin meluruh atau hilang maka
Data hasil pengamatan terhadap kelunakan
ikatan antar sel akan menjadi longgar.
dan warna serabut kelapa dan jerami
Peluruhan lignin dan hemiselulosa serta
tercantum pada Tabel 1.
larutnya komponen lain dalam biomassa menyebabkan
dinding
sel
skerenkim
menjadi lebih tipis. Akses enzim pada area permukaan akan meningkat dan longgarnya struktur anatomi biomassa menyebabkan
52 46
Penurunan Biomassa, Perubahan Struktur Ita N.S., M. Izzati, Sri Haryanti 45-54
Tabel 1. Perubahan Struktur dan Warna Serabut Kelapa dan Jerami Setelah Perendaman Asam Klorida Struktur
Serabut Kelapa
Jerami
Warna
Sebelum Perendaman
Setelah Perendaman
Kontrol
+
+
kuning kecoklatan
kuning kecoklatan
3%
+
+
kuning kecoklatan
kuning kecoklatan
5%
+
+
kuning kecoklatan
kuning kecoklatan
7%
+
+
kuning kecoklatan
kuning kecoklatan
40%
+
++
kuning kecoklatan
merah kecoklatan
50%
+
++
kuning kecoklatan
coklat kehitaman
60%
+
+++
kuning kecoklatan
coklat kehitaman
Kontrol
+
+
kuning kecoklatan
kuning kecoklatan
40%
+
+++
kuning kecoklatan
coklat kemerahan
50%
+
+++
kuning kecoklatan
coklat kemerahan
60%
+
++++
kuning kecoklatan
coklat kehitaman
Keterangan: + ++ +++ ++++
Sebelum Perendaman
Setelah Perendaman
= keras = agak lunak = lunak = sangat lunak
Perubahan struktur dan warna pada
dengan semakin tingginya konsentrasi asam
serabut kelapa dan jerami padi yang
klorida yang digunakan. Asam sebagai
direndam dengan asam klorida merupakan
katalis
perubahan fisik yang disebabkan oleh
hemiselulosa akan menyebabkan struktur
adanya reaksi antara HCl dengan jaringan
anatomi
dalam serabut kelapa.
HCl bersifat
longgar karena adanya peluruhan lignin dan
oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan
hemiselulosa. Hal inilah yang menyebabkan
bahan organik. Reaksi oksidasi yang terjadi
struktur serabut kelapa dan jerami padi
saat serabut kelapa dan jerami direndam
menjadi lebih lunak. Porositas dinding sel
dalam larutan asam klorida menimbulkan
sklerenkim akan meningkat seiring dengan
adanya panas sebagai akibat pembakaran
longgarnya
dalam bahan lignoselulosa. Panas akan
Perubahan porositas dinding sel sklerenkim
menyebabkan serabut kelapa mengalami
akan menyebabkan enzim selulase dengan
perubahan warna dan terlihat seperti gosong
lebih mudah akan masuk dan mencerna
dalam
degradasi
lignin
dan
sel skerenkim menjadi lebih
struktur
sel
sklerenkim.
53 45
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
selulosa
pada
masing-masing
sel
sklerenkim dengan lebih optimal.
KESIMPULAN Asam Klorida (HCl) berfungsi sebagai
katalis
dalam
pretreatment
lignoselulosa serabut kelapa. Konsentrasi HCl yang paling tepat untuk digunakan pada
pada
pretreatment
lignoselulosa
serabut kelapa adalah 60%. Pretreatment lignoselulosa
menggunakan
HCl
berpengaruh terhadap struktur anatomi dan kondisi fisik serabut kelapa. Pretreatment akan menyebabkan perubahan kelunakan, perubahan warna, melonggarkan susunan sel sklerenkim dan menipiskan dinding luar serabut kelapa. Prospek selanjutnya serabut kelapa melalui pretreatment asam klorida berpotensi digunakan sebagai sumber bahan dasar bioetanol.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi SS. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor.
54 46
Badger, P.C. 2002. Ethanol from cellulose.' A general review p. 17-21. In J 8r ~-' and A. Whipkey (eds.), Trends in new crops and new uses. ASHS Press. Alexandria, VA. Fengel D dan G Wegener. 2000. Kayu; Kimia, Ultrastruktur dan Reaksireaksi. Terjemahan dari: Wood;Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Galbe, M. and Zacchi, G. 2007. Pretreatment of lignocellulosic materials for efficient bioethanol production. AdV. Biochem. Eng./Biotechnol. 108, 41–65 Mosier, N.S., Ladisch, C.M., Ladisch,M.R., 2002. Characterization of acid catalytic domains for cellulose hydrolysis and glucose degradation. Biotechnology and Bioengineering 79 (6), 610–618. Mosier N, Hendrickson R, Ho N, Sedlak M, Ladisch M (2005a). Optimization of pH controlled liquid hot water pretreatment of corn stover. Bioresour. Technol., 96: 1986-1993. Sun, Y., Cheng, J., 2002. Hydrolysis of lignocellulosic materials for ethanol production: a review. Bioresource Technol., 83, 1-11. Van dam, J. E. G. 2002. Coir Processing Technologics Improvement of Drying, Softening, Balanching and Printing Coir Floor Covering. FAO and cfc. Netherlands. Wyman, C. E. 2002. “Potential Synergies and Challenges in Refining Cellulosic Biomass to Fuels” Biotechnol Progress.