Pemanfaatan Rumput Laut Eucheuma Spinosum dan Halimeda Sp., sebagai Perangkap dalam Penangkapan Ikan Baronang Menggunakan Bubu di Perairan Pantai Kartini Jepara Munifatul Izzati* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP Abstract We investigated the use of Eucheuma spinosum and Halimeda sp as a trap for the Rabbitfish, Syganus sp. The aim of this research is to maximize the yield of Syganid by fisherman. Result s indicated that using seaweeds as a trap, 45% of harvested fish was dominated by Syganus sp. The presence of seaweeds lead to accumulation of Syganid. In using combination of seaweeds, i.e: Eucheuma spinosum + Halimeda sp at the distance of 10cm give the highest yield of fish. To maximize the traps, we have to also consider in using other technique such as arrangement of trap position and hole size of the traps. Key words: Eucheuma spinosum, Halimeda sp, fish trap, Syganus sp. Abstrak Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan rumput aut Eucheuma spinosum dan Halimeda sp sebagai alat perangkap pada penangkapan ikan Baronang (Syganus sp.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh jenis umpan perangkap terhadap hasil tangkapan ikan Baronang Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dengan perangkap rumput laut, 45% ikan yang diperoleh adalah ikan Baronang (Syganus sp). Keberadaan rumput laut laut dapat menyebabkan ikan terakumulasi di daerah budidaya. Jenis perangkap menggunakan Eucheuma + Halimeda dengan jarak 10 cm menghasilkan tangkapan yang paling banyak, karena eksistensi perangkap yang bertahan lebih lama Untuk meningkatkan efektifitas penangkapan ikan tersebut dengan bubu, maka perlu dikombinasikan dengan penggunaan umpan dan menyesuaikan posisi bubu dengan tingkah laku ikan. Disamping itu, ukuran mata bubu juga harus disesuaikan dengan ukuran dari ikan yang mendominasi awal budidaya rumput alut tersebut. Kata kunci: Eucheuma spinosum, Halimeda sp, perangkap ikan, Syganus sp.
PENDAHULUAN Produksi ikan ahir akhir ini menurun drastis, padahal kebutuhan konsumsi ikan
masih sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan
peelitian
untuk
menggali,
memanfaatkan dan meningkatkan produksi
1
ikan di Indonesia. Ikan baronang adalah
Kondisi ini menyebabkan akumulasi ikan
salah satu ikan yang banyak digemari karena
pada
rasanya yang enak disamping itu, ikan jenis
polikultur tersebut bertahan lebih lama.
ini harganya juga relative mahal. Perhatian
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan
terhadap usaha budidaya jeis ikan in belum
fenomena tersebut sebagai perangkap untuk
banyak dilakukan. Penelitian dan usaha
kemudian
budidaya terhadap ikan baronang diharapkan
menggunakan
dapat meningkatkan produksi ikan sehingga
Permasalahan dalam peneltian ini sebagai
kebutuhan ikan masyarakat akan konsumsi
berikut:
ikan dapat terpenuhi.
Eucheuma
yang
ikan alat
1. Dapatkah
Baronang adalah jenis ikan herbovora
ditanam
secara
ditangkap
dengan
perangkap
”bubu”.
budidaya
Eucheumas
spinosum meningkatkan jumlah ikan
yang hidup di perairan dangkal denga
yang
memakan rumput laut yang tumbuh di
perangkap tradisionil ”bubu”?.
lingkungannya. Pada penelitian terdahulu
ditangkap
dengan
alat
2. Apakah Eucheuma yang ditanam
menunjukkkan bahwa budidaya rumput laut
bersama
dari jenis Eucheuma dapat menyebabkan
meningkatkan jumlah ikan yang
terakumulasinya ikan baronan di areal
tertangkap?
Halimeda
dapat
budidaya tersebut (Izzati, 1993). Ikan ini secra intensif memakan rumput laut tersebut
METODOLOGI
hampir sepanang hari. Eucheuma yang
Penelitian ini dilakukan di perairan
ditanam dengan cara monokultur mengalami
pantai
kepunahan lokal dalam waktu 4 hari.
Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP),
Sementara itu, Eucheuma yang ditanamn
Jepara. Eucheuma ditanam pada rak bambu
bersama dengan Halimeda dapt bertahan
berukuran 2 x 2m. Ada 3 macam perlakuan
hidup lebih lama karena Halimeda mampu
yang
menghasilkan zat anti ikan, halimedatrial.
Eucheuma
Jepara
digunakan,
dan
di
yaitu
spinosum,
Laboratorium
a) b)
monokultur Interkroping
2
Eucheuma dengan Halimeda pada jarak 10
ini kemungkinan disebabkan karena pada
cm dan c) Interkroping dengan Halimeda
penelitian ini umpan tidak dimasukkan
pada jarak 0 cm. Setiap perlakuan diulang
kedalam
sebanyak 3x. Setiap kotak bambu diletakkan
terperangkap kedalam bubu masuk secara
ditempat
pasif. Jumlah ikan yang terperangkap pada
yang
berbeda
secara
acak.
Dibawah setiap kotak bambu diletakkan bubu yang digunakan
bubu,
sehingga
ikan
yang
setiap bubu tersaji dalam tabel 1.
sebagai perangkap
Faktor kedua penyebab rendahnya
ikan Baronang. Bubu yang diletakkan
hasil
disembarang tempat digunakan sebagai
kemungkinan
kontrol, yang juga diulang sebanyak 3x.
digunakan ukurannya sangat besar, sehingga
Jumlah ikan yang teratangkap oleh setiap
hanya ikan ikan besar saja yang dapat
bubu dihitung setiap 3 hari sekali. Penelitian
ditangkap, sedangkan ikan yang ukurannya
akan diakhiri setelah 40 hari.
kecil
tangkapan
dapat
pada
penelitian
karena mata bubu
keluar
lagi.
ini yang
Wulandari
menggunakan umpan dan penutup pastik dalam penelitiannya sehingga ikan akan
HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Rata
rata
jumlah
ikan
yang
terperangkap dalam setiap bubu:
masuk secara aktif karena tertarik dengan umpan. Penutupan dengan plastik akan
Apabila dirata rata, maka jumlah ikan
menghalangi kesempatan keluar lagi bagi
yang terperangkap pada setiap bubu dalam
ikan ukuran kecil. Oleh karena itu, dalam
satu hari selama penelitian adalah satu ekor.
penelitian selanjutnya perlu dikombinasikan
Wulandari (1991) menyatakan bahwa dalam
antara penggunaan perangkap dan umpan.
penelitiannya rata rata dihasilkan 2 ekor ikan
Ukuran mata bubu harus diperhitungkan
per hari per bubu. Pada penelitian ini, hasil
berdasarkan ukuran ikan yang mendominasi
tangkapan yang diperoleh lebih rendah. Hal
daerah penangkapan.
3
Tabel 1. Jumlah ikan yang terperangkap pada setiap bubu H a r i
K o n t r o l
ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 E
B 0 0 0 0 0 8 2 0 7 0 0 0 2 0 0 1 20 49
Euche uma mono kultur
NB 1 1 1 1 1 5 5 1 4 1 0 1 0 0 3 4 29
B 0 0 0 0 0 4 3 1 0 2 0 1 2 0 2 1 16 43
NB 0 1 1 0 1 2 2 14 0 0 1 1 1 0 1 2 27
Eucheu ma + Hali meda (0cm)
ucheu ma + Hali meda (10cm)
B 1 0 0 0 0 0 12 1 1 0 0 2 0 0 2 3 22 36
B 0 0 0 0 0 1 1 5 0 2 7 2 2 0 2 1 23 64
NB 2 1 1 0 0 0 3 1 0 2 0 0 2 0 1 1 14
NB 1 2 0 1 1 0 3 8 1 1 16 0 0 0 3 4 41
Keterangan: B= ikan baronang, NB=ikan non baronang
b. Jumlah total dari hasil tangkapan dari
tangkapan terbanyak kedua adalah pada
semua jenis perangkap:
kontrol dengan jumlah 44 ekor, baronang
Perbandingan dari hasil tangkapan pada
jenis
perangkap
dipasang
ekor. Urutan berikutnya adalah perangkap
menunjukkan bahwa perangkap Eucheuma
Eucheuma murni dengan hasil tangkapan
dan
cm
sebanyak 40 ekor, terdiri dari 15 ekor
menghasilkan jumlah tangkapan tertinggi
baronang dan 25 ekor non baronang. Jumlah
yaitu 58, dengan ikan baronang sebanyak 22
tangkpan
Halimeda
pada
yang
sebanyak 19 dan non baronang sebanyak 25
jarak
10
terendah
dihasilkan
oleh
dan non baronang sebanyak 36. Jumlah
4
perangkap Eucheuma + Halimeda pada
menangkap ikan baronang tidak dapat
jarak 0cm.
berlangsung dengan efektif karena justru
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa
ikan non baronang tertangkap lebih banyak.
jenis perangkap yang digunakan tidak
Menurut Purwanto (1986), ikan baronang
mempengaruhi jumlah hasil tangkapan. Hal
akan dapat ditangkap lebih efektif apabila
ini
menggunakan
terutama
dibuktikan
dengan
hasil
bubu
apung.
Bubu
ini
tangkapan pada kontrol (perangkap tanpa
diletakkan pada dasar perairan sehingga
umpan) yang hasil perolehanya menempati
jumlah ikan non baronang yang tertangkap
urutan kedua. Diduga, hal ini disebabkan
lebih banyak dari ikan baronangnya.
karena distribusi ikan di areal budidaya tidak
Bubu apung (floating fish traps) adalah
terakumulasi pada jenis perangkap tertentu.
jenis bubu yang diletakkan di permukaan
Disamping itu pada penelitian ini bubu yang
peraiaran untuk menangkap ikan pelagik
ditempatkan di sembarang tempat tanpa
(Purwanto, 1986). Ikan baronang termasuk
perangkap
masih
dalam ikan pelagik, terutama apabila berada
dalam jangkauan penyebaran ikan, sehingga
di areal budidaya rumput laut yang ditanam
jumlah ikan yang tertangkap masih relatif
dengan
tinggi.
Purwanto (1986), menyatakan bahwa bubu
c.
diatasnya
Komposisi
nampaknya
jenis
ikan
yang
efektif
apung
untuk
(Izzati,
1991).
menangkap
ikan
baronang. Sementara menurut Subani (1972)
terperangkap: Komposisi
apung
metode
ikan
tertangkap
dan Barus dkk. (1987), penggunaan bubu
sebanyak 75 ekor adalah ikan baronang,
dasar tidak menutup kemungkinan untuk
sedangkan ikan non baronang sebanyak 99
menangkap
ekor. Dengan demikian jumlah ikan non
dominasinya adalah ikan kakap merah
baronang
(Latjunus spp.).
tertangkap
yang
lebih
banyk
ikan
baronang
Pada
meskipun
penelitian ini
dibandingka dengan ikan baronang. Hal ini
digunakan
menunjukkan bahwa tujuan penelitian untuk
penangkapan ikan baronang kurang efektif
bubu
dasar
sehingga
5
dan ikan non baronang yang tertangkap
ekorpun ikan yang tertangkap. Disamping
adalah dari jenis ikan kerapu kembang,
itu, dari data tersebut jug ada kecenderungan
kerapu batu, sembilang, ikan kokok dan
dengan
ngengas.
jumlah ikan yang tertangkap meningkat
Namun demikian, apabila dilihat dari
bertambahnya
waktu
penelitian
hingga mencapai puncaknya pada hari ke-8.
masing masing jenis ikan yang tertangkap,
setelah
maka ikan baronang adalah yang paling
tangkapan semakin menurun.
itu,
ada
kecenderungan
hasil
banyak jika dibandingkan dengan jumlah
Rendahnya hasi tangkapan pada awal
per spesies ikan. Oleh karena itu juga dapat
penelitian kemungkinan disebabkan karena
disimpulkan
masih
ikan belum mengenal atau mengetahui
mendominasi hasil tangkapan dibanding
lokasi perangkap karena sebelumnya daerah
dengan jenis ikan lain.
tersebut bukan tempat budidaya rumput laut,
d. Jumlah ikan yang terparangkap setiap
sehingga keberadaan perangkap rumput laut
hari:
merupakan suatu habitat yang baru bagi ikan
Dari
bahwa
rangkuman
baronang
jumlah
ikan
yang
tersebut.
Nampaknya,
setelah
ikan
tertangkap setiap hari dapat dlihat pada tabel
mengetahui,
berikut (tabel 02)
populasi ikan pada pertengahan waktu
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari hari ke hari terdapat perbedaan yang menyolok
dari
hasi
ltangkapan
yang
maka
terjadi
akumulasi
penelitian (hari ke 8). Hal ini ditunjukkan oleh tingginya hasil tangkapan pada hari ke 8 yaitu
diperoleh. Hal ini kemungkinan disebabkan
sebanyak
oleh karena ikan selalu berada dalam suatu
tangkapan setelah hari ke 8 kemungkinan
kelompok (shooling), sehingga, pada hari
disebabkan karena berkurangnya sumber
hari tertentu terdapat banyak ikan yang
pakan rumput laut bagi baronang setelah
tertangkap hingga mencapai paling banyak
hari ke-8. hal ini nampak terutama jika
31 ekor, sedangkan pada hari lain tidak satu
diamati dari hasil tangkapan pada bubu yang
31
ekor.
Penurunan
hasil
6
dipasang dibawah perangkap rumut laut
sehingga
Eucheuma murni.
perolehan yang tinggi pada hari yang ke-1.
Sedangkan
untuk
bubu
yang
masih dapat menjamin hasil
Rendahnya
hasil
tankapan
pada
diletakkan dibawah perangkap Eucheuma +
perangkap Eucheuma + Halimeda pada
Halimeda
hasil
jarak 0cm barangkali disebabkan karena
tangkapan meskipun waktu penelitian sudah
pada jarak 0 cm Halimeda bersifat alelopati
melewati
sehingga
nampak
hari
menyatakan ditanama
ke bahwa
bersama
masih
-11.
tinggi
Izzati
Eucheuma desngan
(1993) yang
Halimeda
Eucheuma
senyawa
toksin
menghambat
dibanding
baronang (Izzati, 1993).
Eucheuma
murni,
kerdil.
Disamping itu, Halimeda menghasilkan
mempunyai eksistensi yang lebih lama dengan
tumbuh
”feeding
yang rate”
meampu dari
ikan
Tabel 02: Jumlah Ikan yang tertangkap setiap hari Hari ke: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah total ikan tertangkap harian 5 5 3 1 3 20 28 31 13 8 24 7 9 0 24 17
7
35 30 25 Jumlah Ikan 20 Tertangkap 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Hari ke:
Gambar 1. Jumlah Ikan Tertangkap Harian
KESIMPULAN
eksistensi perangkap yang bertahan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
lebih lama.
sebagai berikut: 1. Hasil
tangkapan
ikan
dengan
perangkap rumput laut 45% ikan yang
diperoleh
adalah
ikan
Baronang (Syganus sp). Yaitu jenis ikan herbivora yang hidup dengan makan makroalga. 2. Jenis
perangkap
menggunakan
Eucheuma ) Halimeda dengan jarak 10 cm menghasilkan tangkapan yang
paling
banyak,
karena
DAFTAR PUSTAKA Hatcher, B.G. (1981): The interaction between grazing organization and the epilithic algae community of Coral Reef: A quantitative Assesement of Proc. Int. Coral Reef Symp. 4th, 2: 515-524. Hay M.E. (1986): Associational Plant Defence ant the Maintainance of Species Diversity: Turning competition into Accomplices. The American Naturalis 5: 617-635. Hay M.E (1991): Fish-Seaweed Interaction on Coral Reefs: Effect of Herbivorous Fishes and Adaptation on Their Prey. Academic Press. Inc.
8
Izzati M. (1993): Effect of Grazing by the Rabbitfish, Syganus sp., on The Yield of Carageenan Producing Alga, Eucheuma spinosum. Master Thesis in Departement of Biology, McMASTER University, Canada. Purwanto J. (1986): Perbedaan Hasil Tangkapan Antara Bubu Apung dan Bubu Dasar, Dengan Umpan Berbeda di
Perairan Bandengan Jepara. Fakultas Peternakan UNDIP, Semarang. Wulandari, R.T. (1991): Pengarruh AWarna Plastik Pembungkus Bubu Terhadap Hasil Tangkapan di Peraiar n Pantai Bandengan Jepara. Fakultas Peternakan UNDIP, Semarang.
9