JURNAL LENTERA ICT
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA GURU BERDASARKAN HASIL EVALUASI UMPAN BALIK DARI BEBAN KERJA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SD LPI AT-TAUFIQ) Oleh : Fahrizal Manajemen Informatika, Politeknik LP3I Jakarta Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450 Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599 Email :
[email protected]
ABSTRAK SD LPI At-Taufiq merupakan salah satu Sekolah Dasar swasta terbaik yang berada di daerah Kecamatan Cempaka Putih Kota Administrasi Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa dan siswi baik dari kelas I sampai dengan kelas VI dilaksanakan pada setiap harinya. Selama 6 tahun menempuh pendidikan di SD LPI At-Taufiq siswa dan siswi banyak sekali mengalami perkembangan baik intelektual, fisik, bahasa, sosial, emosi, penghayatan keagamaan, dan perkembangan motorik. Sehinga pada akhir diperlukan seorang tenaga pendidik atau guru yang berkompeten di bidangnya. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) yang digunakan di SD LPI AtTaufiq masih menggunakan sistem manual dan tidak terkomputerisasi, kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multi kriteria), ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, dan pengambil keputusan lebih dari satu orang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu metode yang tepat adalah menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan sebuah aplikasi Decission Support System (DSS) yaitu Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru SD LPI At-Taufiq. Pengaplikasian metode tersebut menghasilkan alternatif pemilihan guru terbaik berdasarkan kriteria-kriteria (multi kriteria) tertentu sehingga memperoleh guru terbaik berdasarkan rangking sehingga yang dihasilkan tidak hanya berkualitas tetapi dapat dipertanggung jawabkan. Kata Kunci : Sistem Penunjang Keputusan (SPK), Penilaian Kinerja Guru, SD LPI At-Taufiq, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
PENDAHULUAN Sebagai penjamin kualitas guru dalam kegiatan pengajaran perlu dilakukan evaluasi kinerja guru pada SD LPI AtTaufiq Cempaka Putih yang dilalukan pada setiap tahunnya. Kegiatan ini
dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan dari lembaga tersebut yang memiliki jumlah guru sebanyak 23 orang baik berupa Guru Tetap Yayasan (GTY) maupun Guru Tidak Tetap (GTT), pada dasarnya penilaian dilakukan dengan beban kerja yang sudah menjadi standar 19
JURNAL LENTERA ICT
operasional prosedur guru SD LPI AtTaufiq Cempaka Putih. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi dapat mendukung peningkatan kinerja para guru.Penilaian kinerja harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap guru lingkungan SD LPI At-Taufiq. Dengan melakukan proses penilaian kinerja guru maka prestasi yang dicapai setiap guru dengan nilai baik sekali, baik, cukup, dan kurang bisa diketahui. Penilaian prestasi penting bagi setiap guru dan berguna bagi lembaga pendidikan untuk menetapkan tindakan evaluasi lebih lanjut. Ruang lingkup penilaian kinerja dicakup dalam what (apa), why (kenapa), where (dimana), when (kapan), who (siapa) dan how (bagaimana)atau sering disingkat dengan istilah 5 W + 1 H. (Sikula, 1980 dalamHasibuan, 2009). Penilaian kinerja guru yang dilakukan di SD LPI At-Taufiqdigunakan untuk proses kanaikan pangkat, evaluasi kinerja, penentuan bonustahunan, dan guru berprestasi. Penyusunan model keputusan adalah suatu cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor-faktor yang terlibat, sehingga proses keputusan harus diambil melalui proses yang bertahap, sistematik, konsisten dan diusahakan dalam setiap langkah melalui dari awal telah mengikutsertakan dan mempertimbangkan berbagai faktor. Banyaknya kriteria (multiple criteria) yang digunakan dalam proses penilaian kinerja guru menyulitkan pihak manajemen untuk memberi bobot setiap kriteria oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang tepat, adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan multiple criteria di SD LPI
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
AT-Taufiq dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Selain multi kriteria pihak manajemen juga menginginkan sistem yang mampu mengatasi bila suatu saat ada perubahan jumlah dan nama kriteria yang berbeda. Banyaknya kriteria (multiple criteria) yang digunakan dalam proses penilaian kinerja guru menyulitkan pihak manajemen untuk memberi bobotsetiap kriteria oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang tepat, adapunmetode yang digunakan untuk menyelesaikan multiple criteria di SD LPIAT-Taufiq dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).Selain multi kriteria pihak manajemen juga menginginkan sistem yangmampu mengatasi bila suatu saat ada perubahan jumlah dan nama kriteria.
LANDASAN TEORI Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partisipasi yang terus menerus dari keseluruhan organisasi. Hasil keputusan tersebut yang nantinya berupa suatu prosedur digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pendekatannya dapat dilakukan, baik melalui pendekatan yang bersifat individual atau kelompok, sentralisasi atau desentralisasi, partisipasi atau tidak partisipasi, demokratis atau consensus (Suryadi, 2000). Pengambilan keputusan bukan merupakan persoalan memilih yang benar dan yang salah, tetapi adalah persoalan memilih antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah”. Keputusan yang diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Sementara para pakar melihat bahwa keputusan adalah “pilihan nyata”, karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan cara untuk mencapai tujuan itu, baik pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. 20
JURNAL LENTERA ICT
Suryadi mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase. Dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Fase Proses Pengambilan Keputusan (Suryadi, 2000)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School di awal tahun 1970, yang digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain: 1. Decomposition Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur– unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsurunsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai hubungan. Pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete. Bentuk struktur dekomposition yakni : Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkata kedua : Kriteria - kriteria Tingkat ketiga : Alternatif – alternative
Gambar 2. Struktur Hirarki yang Complete
Gambar 3. Struktur Hirarki yang Incomplete
Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. 21
JURNAL LENTERA ICT
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses.
sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks.
2. Comparative Judgement Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari Analytical Hierarchy Process (AHP) karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matrix pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
3. Synthesis of Priority Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan. 4. Logical Consistency Logical Consistency merupakan karakteristik penting Analytical Hierarchy Process (AHP). Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan. Penyusunan Prioritas Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap
Nilai a adalah nilai perbandingan elemen (baris) terhadap (kolom) yang menyatakan hubungan : a. Seberapa jauh tingkat kepentingan (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan (kolom) atau. b. Seberapa jauh dominasi (baris) terhadap (kolom) atau. c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada (baris) dibandingkan dengan (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty (1980), seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2. Skala Perbandingan Pasangan Saaty (sumber: Kusrini, 2007:134)
Eigen Value dan Eigen Vector Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria – kriteria yang berada dalam satu level 22
JURNAL LENTERA ICT
(tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Uji Konsistensi Indeks dan Rasio Nilai bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut : . CR = rasio konsistensi RI = indeks random Tabel 3. Nilai Random Indeks (RI)
KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan hasil pengamatan dari hasil kajian statistik maka dibutuhkan sebuah metode perbandingan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang ditujukan untuk mendapatkan unsur-unsur dominan apa saja yang bisa mempengaruhi sistem pengambilan keputusan penilaian kinerja guru SD LPI At-Taufiq Tabel 1.Kerangka Pemikiran
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan guna untuk mendapatkan kebutuhan dari sistem, diantaranya : 1. Tahap Perencanaan a. Menentukan kebutuhan data penelitian. b. Studi Pustaka untuk mempelajari metode Analytical Hierarchy Process (AHP). c. Menyiapkan alat dan data penelitian. 2. Tahap Analisis a. Melakukan analisis masalah penelitian b. Menentukan kegiatan peniaian c. Analisa terhadap metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 3. Tahap Design a. Penggunaan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) b. Pemrosesan data menggunakan aplikasi webbase. c. Bahasa Pemograman PHP 5.4 d. Database MySQL 4. Tahap Implementasi a. Menggunakan aplikasi Analytical Hierarchy Process Tools. b. Hardware berupa Personal Computer (PC) 5. Tahap Penggunaan Aplikasi 6. Kesimpulan dan Saran. Berikut gambar dari tahapan metode penelitian :
Gambar 4. Tahapan Metode Penelitian
23
JURNAL LENTERA ICT
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penerapan Model Analytical Hierarchy Process (AHP). Penerapan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan penilaian kinerja Guru SD LPI At-Taufiq dilakukan melalui langkahlangkah berikut : a. Penetapan sasaran studi. b. Penyusunan kriteria meliputi: Administrasi (RPP, Silabus, Penilain, PKG Dinas, Soal-soal Ujian), Absensi, Tanggung Jawab, Kedisiplinan dan Skill. c. Penetapan bobot kriteria langsung oleh kepala sekolah sebagai pimpinan yang memeriksa hasil kinerja berdasarkan beban kerja. d. Penyusunan nilai masing-masing yakni Administrasi, meliputi penilaiannya (RPP, Silabus, Penialain, PKG Dinas, Soal-soal Ujian), Absensi, Tanggung Jawab, Kedisiplinan, dan Skill menurut variable-variabel operasional yang diturunkan dari kriteria. e. Perhitungan nilai hirarki prioritas pilihan jenis penilaian kinerja guru SD LPI At-Taufiq berdasarkan perkalian bobot kriteria dan masing-masing dari penilaian kriteria. Berikut skema hirarki dari hasil penentuan kriteria penilaian kinerja guru SD LPI At-Taufiq seperti pada Gambar 5.
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
B C D E F
= = = = =
Warjuni, S.Pd. Nani Sumarni, S.Pd. Trisna Ayu, S.Pd. Slamet, S.Pd. Ahmadi, S.Pd.I.
Penentuan Data Kriteria Kriteria yang digunakan dalam proses penilaian kinerja guru sebanyak 4 kriteria, kelima kriteria tersebut adalah seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Penilain Kinerja Guru
No. 1 2 3 4 5
Kriteria Administrasi Absensi Tanggung Jawab Kedisiplinan Skill
Perhitungan Nilai Matrik Kriteria Penentuan bobot untuk kelima kriteria dalam penilaian kinerja guru untuk menentukan mana yang paling penting, kelima kriteria tersebut di bandingkan satu persatu yang ada dalam terminology Analytical Hierarchy Process (AHP) disebut dengan pair-wise comparation. a. Perbandingan Nilai Antar Kriteria Dari hasil pair-wise comparation akan dimasukan kedalam tabel pair comparation matrix seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Pair Comparation Matrix
Gambar 1. Skema Hirarki Penentuan Urutan Penilaian Kinerja Guru SD LPI At-Taufiq
Tabel 6. Normalisasi Kriteria
Keterangan : A = Turminah Radi, S.Pd. 24
JURNAL LENTERA ICT Tabel 7. Eigen Value Kriteria
Menentukan Nilai Consistency Index dan Consistency Ratio Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,10636 / 1,12 = 0,0949672. Perhitungan Matrik Perbandingan Kriteria Administrasi Dari hasil pair-wise comparation kriteria administrasi yang dimasukan kedalam table pair comparation matrix seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Pair Comparation Matrix Kriteria Administrasi
Tabel 9 Normalisasi Kriteria Administrasi
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143 Tabel 11 Pair Comparation Matrix Kriteria Absensi
Tabel 12 Normalisasi Kriteria Absensi
Tabel 13 Eigen Value Kriteria Absensi
Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,05254 / 1,24 = 0,0423704. Perhitungan Matrik Perbandingan Kriteria Tanggung Jawab Dari hasil pair-wise comparation kriteria Tanggung Jawab yang dimasukan kedalam table pair comparation matrix seperti pada Tabel 14. Tabel 14 Pair Comparation Matrix Kriteria Tanggung Jawab
Tabel 10 Eigen Value Kriteria Administrasi
Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,06675 / 1,24 = 0,0538279. Perhitungan Matrik Perbandingan Kriteria Absensi Dari hasil pair-wise comparation kriteria Absensi yang dimasukan kedalam table pair comparation matrix seperti pada Tabel 11.
Tabel 15 Normalisasi Kriteria Tanggung Jawab
Tabel 16 Eigen Value Kriteria Tanggung Jawab
25
JURNAL LENTERA ICT
Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,09973 / 1,24 = 0,0804253.
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
Tabel 21 Normalisasi Kriteria Skill
Perhitungan Matrik Perbandingan Kriteria Kedisiplinan Dari hasil pair-wise comparation kriteria Kedisiplinan yang dimasukan kedalam table pair comparation matrix seperti pada Tabel 17. Tabel 17 Pair Comparation Matrix Kriteria Kedisiplinan
Tabel 22 Eigen Value Kriteria Skill
Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,09272 / 1,24 = 0,074777. Tabel 18 Normalisasi Kriteria Kedisiplinan
Tabel 19 Eigen Value Kriteria Kedisiplinan
Bobot Prioritas Pada Alternatif Untuk proses iterasi pada tahapan ini, maka akan dilakukan iterasi alternatif administrasi pada tiap-tiap kriteria, didalam matrik ini terdapat semua hasil prioroitas nilai bobot dari kriteria tersebut dan alternatif seperti pada Tabel 23. Tabel 23 Matrik Skor Alternatif
Jadi hasil dari nilai Consistency Ratio (CR) adalah CR = 0,08596 / 1,24 = 0,069322. Perhitungan Matrik Perbandingan Kriteria Skill Dari hasil pair-wise comparation kriteria Skill yang dimasukan kedalam table pair comparation matrix seperti pada Tabel 20. Tabel 20 Pair Comparation Matrix Kriteria Skill
Tabel 24 Nilai Bobot Kriteria
Bobot Prioritas Pada Alternatif Langkah terakhir adalah menentukan alternatif terbaik dengan menggabungkan antara hasil pembobotan pada kriteria dan pembobotan pada alternatif berdasarkan kriteria, perhitunganya adalah nilai administrasi akan dikalikan dengan bobot 0.45559022, nilai absensi dikalikan dengan 0.26394501, nilai tanggung jawab dikalikan dengan 0.13306499, nilai kedisiplinan dikalikan dengan 0.10323956 dan niai skill dikalikan dengan 26
JURNAL LENTERA ICT
0.04416019, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 25 Nilai Prioritas Hasil Pembobotan
Selanjutnya urutan berdasarkan prioritas hasil pembobotan adalah: 1. Warjuni memiliki score 0.281302 2. Turminah memiliki score 0.261571 3. Nani memiliki score 0.143241 4. Ahmadi memiliki score 0.115465 5. Ayu memiliki score 0.100496 6. Slamet memiliki score 0.115465
Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN 2338-3143
Kompleks. Jakarta: PT. Binaman Pressindo., 1993.
Pustaka
Saaty, T.L. Uncertainty and rank order in the analytic hierarchy process. European Journal of Operational Research 32:27-37., 1987. Suryadi, K., Ramdhani,A. Sistem Pendukung Keputusan : Suatu Wacana Structural Idealisasi Dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya., 2000
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sistem pendukung keputusan telah dibangun menggunakan metode Analitycal Hierarchy Procces (AHP), dari hasil testing dan implementasi dapat di ambil kesimpulan bawah cara kerja sistem berjalan baik dan fleksibel dalam menentukan perbandingan pembobotan penilaian kinerja guru berdasarkan kriteria penilaian. Dari hasil aplikasi sistem pendukung keputusan penilaian kinerja guru SD LPI At-Taufiq ini menjadi lebih objektif karena semua kriteria dan alternatif data sudah diakomodasi oleh metode Analitycal Hierarchy Procces (AHP) sehingga waktu proses pengambilan keputusan akan lebih cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA Saaty, T.L. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang 27