Pembelajaran ARIAS Sebagai Alternatif Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Karya Tulis Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Indrarnanto Guru SMP Negeri I Paron
ABSTRAK Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran ARIAS? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar siswa? Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran ARIAS. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran ARIAS. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IX Semester 2 SMPN 1 paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode ARIAS dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas IX Semester 2 SMPN 1 paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015, serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bahasa Indonesia. Kata Kunci: bahasa Indonesia, metode ARIAS A. PENDAHULUAN Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
145
mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SMP dari berbagai kabupaten dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai siswa SMP dalam beberapa terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/1998) menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998). Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model
pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar. Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, khususnya di SMPN 1 paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran bahasa Indonesia dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran bahasa Indonesia peringkat nilainya menempati urutan bawah dari enam mata pelajaran yang diebtanaskan, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakantindakan yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep nateri pelajaran bahasa Indonesia tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
146
sebab itu penggunaan metode 2. Meningkatkan motivasi pada pembelajaran dirasa sangat penting untuk pelajaran bahasa Indonesia membantu siswa dalam memahami 3. Mengembangkan metode konsep-konsep bahasa Indonesia. pembelajaran yang sesuai dengan Berdasarkan uraian di atas, bidang studi bahasa Indonesia. penelitian ini mencoba untuk memecahkan suatu masalah sebagai B. KAJIAN PUSTAKA berikut: Pengertian Bahasa 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi Dalam arti luas: Bahasa ialah alat belajar siwa dengan diterapkannya yang dipakai manusia untuk memberi pembelajaran ARIAS? bentuk kepada sesuatu yang hidup di 2. Bagaimanakah pengaruh metode jiwanya, sehingga diketahui orang. Jadi pembelajaran ARIAS terhadap disini termasuk juga mimiek (gerak motivasi belajar siswa? muka), pantho mimiek (gerak anggota), Penelitian ini bertujuan untuk dan menggambar. Dalam arti umum : mengetahui peningkatan prestasi belajar Bahasa ialah pernyataan perasaan jiwa siswa dengan kata yang diisikan atau ditulis. setelah diterapkannya pembelajaran Apakah penguasaan bahasa? ARIAS serta untuk mengetahui pengaruh Mengerti apa yang dikatakan orang lain motivasi belajar siswa setelah diterapkan dan mempergunakan sendiri bahasa itu pembelajaran ARIAS. disebut menguasai bahasa. Orang yang telah menguasai sesuatu bahasa dengan baik dikatakan orang itu mempunyai Hipotesis Tindakan "Jika Proses Belajar Mengajar penguasan bahasa yang baik. Siswa Kelas IX menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi Macam – macam Penguasaan Bahasa Penguasaan bahasa itu ada dua pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa Kelas IX macam, yaitu (1) penguasaan bahasa pasif akan lebih baik dibandingkan dengan : mengerti apa yang dikatakan orang lain proses belajar mengajar yang dilakukan kepadanya, dan (2) penguasaan bahasa aktif: dapat menyatakan isi hati sendiri oleh guru sebelumnya". Dengan hasil penelitian ini kepada orang lain. Dalam pengajaran bahasa di sekolah, diharapkan dapat 1. Memberikan informasi tentang penguasaan bahasa itu dapat dibagi seperti metode pembelajaran yang sesuai bagan berikut : dengan materi bahasa Indonesia.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
147
Mendengarkan Penguasaan Bahasa Pasif Membaca Penguasaan bahasa
Bercakap - cakap Penguasaan Bahasa Aktif Mengarang/Menulis
Perbendaharaan Bahasa dan Tujuan Pengajaran Bahasa Tujuan terpenting ialah mebentuk pengertian; yang berarti: mengajarkan perkataan-perkataan baru dengan artinya sekaligus kepada anak – anak. Oleh karena itu, pada saat anak belajar membaca permulaan, jangan mulai dari menghafal huruf, tetapi mulai dari pola kalimat sederhana dan lembaga kata. Biasakan anak untuk mendengar, membaca, dan menuliskan yang mempunyai arti ganda. Sekalian perkataan yang diketahui artinya oleh anak – anak dikatakan: perbendaharaan bahasa. Perbendaharan bahasa itu bertambah terus menerus pada anak-anak ataupun orang dewasa. Penambahan perbendaharaan bahasa ini telah dimulai sejak kelas I, pada saat anak telah dapat menuliskan apa yang telah didengarnya. Contoh: Mulai dari huruf a Abu, aku, anak, asik, aci, acar, api, dan seterusnya. Dalam menambah perbendaharaan bahasa anak-anak ini, yang paling penting bukanlah isi dan arti, melainkan bentuk bahasa itu; meskipun sesungguhnya isi dan bentuk itu sukar diceraikan, karena
bentuk itu menentukan isi. Jadi: Tujuan pengajaran bahasa ialah: a. Belajar memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan teliti, jadi menangkap bahasa: mendengarkan dan membaca b. Menyatakan pikiran dan perasaan sendiri dengan teliti, atau mempergunakan bahasa: berbicara/bercakap cakap dan menulis (dalam arti mengarang). Model Pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
148
tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319). Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teoriteori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi
assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. Komponen Pembelajaran ARIAS Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction)
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
149
yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan
berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140). Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
150
minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah
reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa. Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
151
pembelajaran apa yang akan dipakai, sedemikian rupa sehingga dapat perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan menimbulkan keingintahuan dan bagaimana cara penilaian akan memungkinkan siswa dapat mengadakan dilaksanakan. Meskipun demikian evaluasi sendiri. pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan C. METODE PENELITIAN lingkungan siswa. Penelitian ini merupakan Demikian juga halnya dengan penelitian tindakan (action research), satuan pelajaran sebagai bahan/materi karena penelitian dilakukan untuk untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus memecahkan masalah pembelajaran di disusun berdasarkan model pembelajaran kelas. Dalam penelitian tindakan ini ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, menggunakan bentuk guru sebagai gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi peneliti, Tujuan utama dari penelitian dapat menumbuhkan rasa percaya diri tindakan ini adalah meningkatkan hasil pada siswa, bahwa mereka mampu, dan pembelajaran di kelas dimana guru secara apa yang dipelajari ada relevansi dengan penuh terlibat dalam penelitian mulai dari kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan perencanaan, tindakan, pengamatan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan refleksi. minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian mengadakan evaluasi diri dan siswa Tempat Penelitian merasa dihargai yang dapat menimbulkan Tempat penelitian adalah tempat rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau yang digunakan dalam melakukan pengembang agar menggunakan bahasa penelitian untuk memperoleh data yang yang mudah dipahami dan dimengerti, diinginkan. Penelitian ini bertempat di kata-kata yang jelas dan kalimat yang SMPN 1 paron Kecamatan Paron sederhana tidak berbelit-belit sehingga Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran maksudnya dapat dengan mudah 2014/2015. ditangkap dan dicerna siswa. Waktu Penelitian Bahan/materi agar dilengkapi dengan Waktu penelitian adalah waktu gambar yang jelas dan menarik dalam berlangsungnya penelitian atau saat jumlah yang cukup. Gambar dapat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian menimbulkan berbagai macam ini dilaksanakan pada bulan Maret khayalan/fantasi dan dapat membantu Semester 2 2014/2015. siswa lebih mudah memahami Subyek Penelitian bahan/materi yang sedang dipelajari. Subyek penelitian adalah siswaSiswa dapat siswi Kelas IX Semester 2 SMPN 1 paron membayangkan/mengkhayalkan apa saja, Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi bahkan dapat membayangkan dirinya Tahun Pelajaran 2014/2015. sebagai apa saja (McClelland, 1987: 29). Bahan/materi disusun sesuai urutan dan Rancangan Penelitian tahap kesukarannya perlu dibuat
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
152
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Putaran 1
Refleksi
Rencana awal/rancangan Putaran 2
Tindakan/ Observasi Refleksi
Rencana yang direvisi
Putaran 3
Tindakan/ Observasi Refleksi
Rencana yang direvisi
Tindakan/ Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep
siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery . 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
153
yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran ARIAS, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu X X N Dengan
: X
suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% Siswa. yang.tuntas.belajar x100% P Siswa
atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
154
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan pembelajaran ARIAS yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran ARIAS dalam meningkatkan prestasi. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran ARIAS.
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi: 1. Validitas Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validits soalsoal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Analisis Item Butir Soal Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa Soal Valid
Soal Tidak Valid
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26,
3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. 3. Taraf Kesukaran (P) Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat: - 20 soal mudah
- 16 soal sedang - 10 soal sukar 4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
155
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
IX dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana Analisis Data Penelitian Persiklus pelajaran yang telah dipersiapkan. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pengamatan (observasi) dilaksanakan Pada tahap ini peneliti bersamaan dengan pelaksanaan mempersiapkan perangkat belajar mengajar. pembelajaran yang Pada akhir proses belajar terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS mengajar siswa diberi tes formatif I 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat dengan tujuan untuk mengetahui pengajaran yang mendukung. tingkat keberhasilan siswa dalam b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah Pelaksanaan kegiatan belajar dilakukan. Adapun data hasil mengajar untuk siklus I dilaksanakan penelitian pada siklus I adalah pada tanggal 4 Maret 2015 di Kelas sebagai berikut: Table 2. Nilai Tes Formatif Siklus I No. Urut
Nilai
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 5
1 70 2 70 3 60 4 70 5 60 6 80 7 70 8 60 9 80 10 80 11 80 12 60 13 70 14 70 15 60 16 70 17 80 Jumlah 1190 Jumlah Skor 2400 Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400 % Skor Tercapai 70,58
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah
80 80 60 80 60 80 70 70 60 80 70 60 80 80 60 80 60 1210
T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 6
: Tuntas : Tidak Tuntas : 23 : 11 : Belum tuntas
156
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran ARIAS diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 23 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran ARIAS.
Hasil Siklus I 70,58 23 67,65
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015 di Kelas IX dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
157
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II No. Urut
Nilai
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 3
1 80 2 60 3 80 4 80 5 80 6 60 7 70 8 90 9 70 10 80 11 80 12 70 13 80 14 60 15 80 16 80 17 80 Jumlah 1280 Jumlah Skor 2520 Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400 % Skor Tercapai 74,11
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah
80 60 80 70 70 70 60 90 80 60 80 80 80 60 80 70 70 1240
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 4
T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
: Tuntas : Tidak Tuntas : 27 :7 : Belum tuntas
Tabel 5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 27 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir
Hasil Siklus II 74,11 27 79,41
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran ARIAS. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
158
b.
pembelajaran yang terdiri dari rencana sehingga kesalahan atau kekurangan pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif pada siklus II tidak terulang lagi pada 3, dan alat-alat pengajaran yang siklus III. Pengamatan (observasi) mendukung dilaksanakan bersamaan dengan Tahap kegiatan dan pengamatan pelaksanaan belajar mengajar. Pelaksanaan kegiatan belajar Pada akhir proses belajar mengajar untuk siklus III mengajar siswa diberi tes formatif III dilaksanakan pada tanggal 19 Maret dengan tujuan untuk mengetahui 2015 di Kelas IX dengan jumlah tingkat keberhasilan siswa dalam siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti proses belajar mengajar yang telah bertindak sebagai guru. Adapun dilakukan. Instrumen yang digunakan proses belajar mengajar mengacu adalah tes formatif III. Adapun data pada rencana pelajaran dengan hasil peneitian pada siklus III adalah memperhatikan revisi pada siklus II, sebagai berikut: Table 6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III No. Urut
Nilai
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 3
1 60 2 80 3 80 4 70 5 70 6 90 7 80 8 60 9 80 10 90 11 70 12 80 13 60 14 80 15 80 16 70 17 70 Jumlah 1270 Jumlah Skor 2600 Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400 % Skor Tercapai 76,47
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah
80 90 80 70 80 60 80 90 80 70 80 70 80 90 80 70 80 1330
T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 16 1
: Tuntas : Tidak Tuntas : 30 :4 : Tuntas
Tabel 7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III No
Uraian
Hasil Siklus III
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
159
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran ARIAS sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran ARIAS. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
76,47 30 88,23
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran ARIAS dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
160
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa siswa/antara siswa dengan guru. Melalui hasil peneilitian ini Jadi dapat dikatakan bahwa menunjukkan bahwa pembelajaran aktivitas siswa dapat dikategorikan ARIAS memiliki dampak positif aktif. dalam meningkatkan prestasi Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat guru selama pembelajaran telah dari semakin mantapnya melaksanakan langah-langkah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran ARIAS dengan baik. yang disampaikan guru Hal ini terlihat dari aktivitas guru (ketuntasan belajar meningkat dari yang muncul di antaranya aktivitas sklus I, II, dan II) yaitu masingmembimbing dan mengamati masing 68,18%, 77,27%, dan siswa dalam mengerjakan kegiatan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan LKS/menemukan konsep, belajar siswa secara klasikal telah menjelaskan/melatih menggunakan tercapai. alat, memberi umpan 2. Kemampuan Guru dalam balik/evaluasi/tanya jawab dimana Mengelola Pembelajaran prosentase untuk aktivitas di atas Berdasarkan analisis data, cukup besar. diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ARIAS dalam E. KESIMPULAN DAN SARAN setiap siklus mengalami Kesimpulan peningkatan. Hal ini berdampak 1. Pembelajaran dengan ARIAS positif terhadap prestasi belajar memiliki dampak positif dalam siswa yaitu dapat ditunjukkan meningkatkan prestasi belajar dengan meningkatnya nilai ratasiswa yang ditandai dengan rata siswa pada setiap siklus yang peningkatan ketuntasan belajar terus mengalami peningkatan. siswa dalam setiap siklus, yaitu 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam siklus I (68,18%), siklus II Pembelajaran (77,27%), siklus III (86,36%). Berdasarkan analisis data, 2. Penerapan metode pembelajaran diperoleh aktivitas siswa dalam ARIAS mempunyai pengaruh proses pembelajaran bahasa positif, yaitu dapat meningkatkan Indonesia pada pokok bahasan motivasi belajar siswa yang memahami pesan pendek dan ditunjukan dengan hasil dongeng yang dilisankan yang wawancara dengan sebagian siswa, paling dominan adalah bekerja rata-rata jawaban siswa dengan menggunakan alat/media, menyatakan bahwa siswa tertarik mendengarkan/ memperhatikan dan berminat dengan metode penjelasan guru, dan diskusi antar pembelajaran ARIAS sehingga
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
161
mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Saran 1. Untuk melaksanakan model ARIAS memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model ARIAS dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakuakan di SMPN 1 paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. F. DAFTAR PUSTAKA
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon. Masriyah. 1999. Analisis Butir Surabaya: Universitas Press.
Tes.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Usman,
Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja RoSMPakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
162