ISSN : 1858-330X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED
Samad, A.
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model Unit Learning Tipe Integrated pada siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Variabel penelitian adalah model unit learning tipe integrated dan hasil belajar fisika. Penelitian tindakan ini meliputi lima tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi yang dirangkaikan dalam satu siklus kegiatan. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 4 Makassar dengan subjek penelitian kelas X2 tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar selama Siklus I berlangsung adalah sebesar 67,03. Nilai ini termasuk dalam kategori tinggi. Namun demikian, tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Pada siklus I juga terlihata masih ada siswa yang memiliki nilai pada kategori rendah dan kategori sedang. Hasil analisis deskriptif tentang ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui model Unit Learning tipe Integrated menunjukkan bahwa hampir setengah jumlah siswa perlu perbaikan karena belum mencapai ketutasan minimum yang ditetapkan di sekolah, sehingga perlu diusahakan pada siklus II. Secara umum pada siklus II terjadi peningkatan positif atas aktivitas siswa, hal ini terlihat dari rata–rata kehadiran siswa setiap pertemuan, jumlah siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis, siswa yang menjawab ketika diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, dan siswa yang menanggapi jawaban dari siswa lain selama proses pembelajaran berlangsung semakin meningkat. Sebaliknya jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran semakin berkurang. Selama pelaksanaan kegiatan di siklus II, telah dilakukan perubahan-perubahan demi peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar dan hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya walaupun hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan. KATA KUNCI: indikator keberhasilan, model unit learning tipe integrated, penelitian tindakan
I.
PENDAHULUAN
Kualitas proses pembelajaran fisika dapat
Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa
depan.
Oleh
karena
itu
proses
pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih baik mulai pada tingkat SD sampai perguruan tinggi. Namun demikain kenyataan di lapangan
justru
menunjukkan kualitas
dan
kuantitas proses dan produk pembelajaran fisika masih rendah. Hal ini diduga karena sifat kreatif dan antisipatif para guru fisika dalam praktek pembelajaran untuk memaksimalkan peranan siswa masih belum optimal.
dilihat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat reguler,
yang
menunjukkan
pemilihan
pendekatan, strategi, dan metode yang kurang bervariasi. Proses belajar mengajar cenderung dimulai
dengan
orientasi
dan
penyajian
informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari oleh siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (model pembelajaran konvensional). Selanjutnya proses belajar
mengajar
khususnya
pada
mata
pelajaran fisika menjadi kurang fokus pada siswa sehingga siswa merasa jenuh. Kejenuhan ini
menyebabkan
siswa
banyak
yang
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 19
ISSN : 1858-330X Berdasarkan uraian di atas, penulis telah
mengerjakan pekerjaan lain saat proses belajar
melakukan penelitian yang berjudul: “Upaya
mengajar berlangsung. Produk pembelajaran fisika salah satunya
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
dapat dilihat dari perolehan nilai rapor. Untuk
X2 SMA Negeri 4 Makassar Melalui Model Unit
mata pelajaran fisika, produknya masih relatif
Learning
rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses
hasil belajar fisika siswa kelas X2 SMA Negeri 4
belajar mengajar di kelas.
Makassar jika digunakan model Unit Learning
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
perbaikan
tersebut
adalah
Tipe
Integrated”.
Penelitian
ini
Tipe Integrated”
dengan
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK kekurangan atau kelebihan yang
II. LANDASAN TEORI a. Model Pembelajaran
terjadi dalam proses belajar mengajar dapat
Model
pembelajaran
adalah
suatu
teridentifikasi untuk selanjutnya dicari solusi
perencanaan atau suatu pola yang digunakan
yang tepat.
sebagai
Dari
berbagai
merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
dilakukan, para ahli telah mengembangkan
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
berbagai
pendekatan
pengajaran
yang
dalam
telah
model
penelitian
pedoman
yang
dapat
pembelajaran
yang
akan
digunakan dalam mengajar sesuai dengan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
kurikulum yang berlaku. Salah satu model
pengajaran,
pembelajaran yang menarik untuk digunakan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
adalah model Unit Learning Tipe Integrated.
pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto. 2007:
Sesuai dengan amanat Kurikulum Tingkat
tahap-tahap
dalam
kegiatan
1).
Satuan Pendidikan (KTSP), model Unit Learning
Trianto
(2007:
2),
dalam
bukunya
Tipe Integrated merupakan salah satu model
menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah
implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk
kerangka konseptual
diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan,
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
mulai dari tingkat Sekolah dasar/Madrasah
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah
belajar. Fungsi model pembelajaran adalah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
sebagai pedoman bagi perancang pengajaran
Model
dan
pembelajaran
ini
pada
hakikatnya
para
guru
yang menggambarkan
dalam
melaksanakan
merupakan suatu pendekatan pembelajaran
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara
sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
individual maupun kelompok aktif mencari,
akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
pembelajaran
secara holistik dan otentik Berdasarkan hakikat
kemampuan peserta didik.
pembelajaran
model
Unit
Learning
tersebut,
serta
tingkat
Tipe
Menurut Johnson (dalam Trianto, 2007: 5),
Integrated, masalah yang dihadapi dapat diatasi
untuk mengetahui kualitas model pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk.
Aspek
proses
mengacu
apakah
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 20
ISSN : 1858-330X situasi
lain, yang dilakukan secara spontan atau
belajar yang menyenangkan serta mendorong
direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau
siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.
lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar
Aspek produk mengacu apakah pembelajaran
anak,
mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan
bermakna.
pembelajaran
kemampuan
mampu
siswa
menciptakan
sesuai
dengan
standar
maka
pembelajaran
Pembelajaran dapat
menjadi
lebih
terpadu
sebagai
suatu
dikatakan
sebagai
suatu
kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.
konsep
Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih
pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan
beberapa
berlangsung baik.
pengalaman bermakna kepada anak didik.
bidang
studi
untuk
memberikan
Berdasarkan uraian di atas, model
Dikatakan bermakna karena dalam pelajaran
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
terpadu, anak akan memahami konsep-konsep
melukiskan
yang mereka pelajari itu melalui pengamatan
prosedur
sistematik
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
langsung
dan
menghubungkannya
mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai
konsep lain yang mereka pahami.
dengan
pedoman bagi perancang pembelajaran dan
Pembelajaran terpadu akan terjadi jika
para guru dalam merancang dan melaksanakan
kejadian yang wajar atau eskplorasi suatu topik
pembelajaran.
merupakan
inti
dalam
pengembangan
kurikulum. Dengan berperan secara aktif di b. Model Pembelajaran Terpadu
dalam
Menurut Joni, T. (dalam Trianto, 2007: 6), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara
individual
maupun
kelompok,
aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta
prinsip
keilmuan
secara
holistik,
bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di
dalam
kegiatan
berpartisipasi peristiwa
di
tersebut
pembelajaran.
dalam siswa
Dengan
eksplorasi belajar
sekaligus
siswa
akan
mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan. Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
terpadu adalah mulai ekplorasi topik. Dalam eksplorasi topik diangkatlah suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran berlangsung diseputar tema
kemudian
baru
membahas
masalah
konsep-konsep pokok yang terkait dengan tema. 1.1. Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu Menurut Ujang Sukardi, dkk (dalam Trianto, 2007: 8), pembelajaran terpadu
serempak. Senada dengan pendapat di atas menurut Subroto(dalam
pembelajaran
tersebut,
tema/
proses dan isi beberapa mata pelajaran secara
Hadi
ekplorasi
terpadu
Trianto, adalah
memiliki satu tema aktual, dekat dengan
6),
dunia siswa, dan ada kaitannya dengan
pembelajaran
kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat
2007:
yang diawali dengan suatu pokok bahasan tema
pemersatu
materi
yang
tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan
beberapa materi pelajaran.
beragam
dari
lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 21
ISSN : 1858-330X Pengajaran terpadu perlu memilih materi
6)
Efesiensi waktu. Pembelajaran
beberapa mata pelajaran yang mungkin dan
terpadu
dalam
saling terkait. Dengan demikian, materi-
kenyataannya memiliki beberapa kelebihan.
materi yang dipilih dapat mengungkapkan
Menurut
tema secara bermakna.
Kebudayaan
Pengajaran
terpadu
tidak
boleh
bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, sebaliknya pembelajaran terpadu harus
mendukung
pencapaian
1)
seperti
minat,
2)
minat dan kebutuhan anak. 3)
Kegiatan belajar bermakna bagi anak,
awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak
lama.
mungkin
dipadukan
tidak
tingkat
Kegiatan yang dipilih sesuai dengan
sehingga
tidak
dengan
perkembangannya.
kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan
perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang
2007:12),
Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan
dalam satu tema perlu mempertimbangkan siswa,
Trianto.
dan
sebagai berikut:
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
karakteristik
(dalam
Pendididkan
pembelajaran terpadu memiliki kelebihan
tujuan
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan
Departemen
4)
hasilnya
Keterampilan berkembang
usah
dapat
bertahan
berpikir
anak
dalam
proses
pembelajaran terpadu.
dilakukan. Secara
umum
prinsip-prinsip
5)
pragmatis sesuai lingkungan anak.
pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan 6)
menjadi:
Kegiatan belajar mengajar bersifat
Keterampilan sosial anak berkembang
1) Prinsip penggalian tema
dalam proses pembelajaran terpadu.
2) Prinsip penggolongan pembelajaran
Keterampilan sosial ini antara lain
3) Prinsip evaluasi
adalah : kerjasama, komunikasi, dan
4) Prinsip reaksi
mau mendengarkan pendapat orang lain. Di samping itu pembelajaran terpadu
1.2. Pentingnya Pembelajaran Terpadu Pembelajaran penting
dalam
terpadu
belajar
memiliki
arti
mengajar.
Ada
menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu
proses
pembelajaran.
sifat
luwes,
Selain
beberapa alasan yang mendasarinya, antara
mempunyai
pembelajaran
lain:
terpadu memberikan hasil yang dapat
1)
Dunia anak adalah dunia nyata.
berkembang sesuai dengan minat dan
2)
Proses pemahaman anak terhadap
kebutuhan anak. (Depdiknas dalam Trianto.
suatu konsep dalam suatu peristiwa/
2007: 13).
objek lebih terorganisir. 3)
Pembelajaran akan lebih bermakna.
4)
Memberi
peluang
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan diri. 5)
Memperkuat diperoleh.
kemampuan
yang
1.3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Menurut pembelajaran
Depdikbud terpadu
(1996:
sebagai
3), suatu
proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu:
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 22
ISSN : 1858-330X 1)
Mereka
Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi
pusat
perhatian
dalam
memahami
belajarnya
sendiri,
dari
bukan
hasil sekedar
pemberitahuan guru. Informasi dan
dan
pengetahuan yang diperoleh sifatnya
dikaji dari beberapa bidang kajian
menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum
sekaligus, tidak dari sudut pandang
pemantulan cahaya diperoleh siswa
yang terkotak-kotak.
melalui kegiatan eksperimen. Guru
pembelajaran
terpadu
diamati
Pembelajaran
terpadu
memungkinkan
siswa
untuk
lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator,
dengan
siswa
dari
bertindak sebagai aktor pencari arah
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal
mana yang dilalui dan memberikan
ini akan membuat siswa menjadi lebih
fasilitas
arif dan bijak dalam menyikapi atau
mencapai tujuan tersebut.
menghadapi kejadian yang ada di
4)
memahami
suatu
fenomena
seoptimal
mungkin
untuk
Aktif Pembelajaran terpadu menekankan
depan mereka. Bermakna
keaktifan siswa dalam pembelajaran
Pengkajian suatu fenomena dari
baik secara fisik, mental, intelektual,
berbagai macam aspek seperti yang
maupun emosional guna tercapainya
dijelaskan
memungkinkan
hasil belajar yang optimal dengan
terbentuknya semacam jalinan antar
mempertimbangkan hasrat, minat, dan
konsep-konsep
kemampuan siswa sehingga mereka
2)
di
atas,
yang
berhubungan
yang disebut skemata. Hal ini akan
termotivasi
berdampak pada kebermaknaan dari
belajar.
untuk
terus
menerus
materi yang dipelajari. 3)
Secara konkret sintaks pembelajaran
Otentik Pembelajaran
memungkinkan
tepadu siswa
memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang
ingin
kegiatan
dipelajarinya
belajar
secara
melalui langsung.
terpadu dapat dilihat dalam tabel 2.1. Sintaks
ini
dikembangkan
dengan
mengadopsi sintaks model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif.
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 23
ISSN : 1858-330X Tabel 2.1 Langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu Tahap
Tingkah Laku Guru
Fase-1
1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya. 2. Memotivasi siswa. 3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa. 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator). 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan. 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan. 3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta. 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta.
Pendahuluan
Fase-2 Presentasi materi
Fase-3 Membimbing pelatihan
Fase-4 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
1. Menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok. 3. Membagi buku siswa dan LKS. 4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan. 5. Memberikan bimbingan seperlunya. 6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan. 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas. 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempersentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan. 3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi. 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi.
Fase-5 Mengembang-kan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
yang 1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas diberikan. 2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pelajaran yang baru saja dipelajari. 3. Memberikan tugas rumah.
Fase-6 Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka.
(seguenced,
pembelajaran connected, webbed,
memperkenalkan
10
terpadu
fragmented,
nested, threaded,
yakni:
seguenced, integrated,
model
shaved, immersed,
networked.
Tipe
yang
pertama
adalah
threaded,
dalam faktor siswanya (immersed, networked). 1.5. Model Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated (Model Unit Learning Tipe Integrated) Model
Kesepuluh model tersebut dibagi ketiga tipe.
webbed,
integrated), tipe ketiga adalah keterpaduan
1.4. Model-model Pembelajaran Terpadu Fogarty
shaved,
tipe
pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu (fragmented, connected, nested), tipe kedua yakni pembelajaran terpadu antara bidang studi
ini
merupakan
pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 24
ISSN : 1858-330X bidang studi. Pada model ini tema yang
d) Tipe terintegrasi juga memberikan perhatian
berkaitan dan tumpang tindih akan dipilih oleh
pada berbagai bidang yang penting dalam
guru dalam tahap perencanaan program. Pada
satu
tahap awal guru menyeleksi konsep-konsep,
penambahan waktu untuk bekerja dengan
keterampilan-keterampilan,
sikap-sikap
guru lain. Dalam tipe ini, guru tidak perlu
yang akan diajarkan dalam satu semester.
mengulang kembali materi yang tumpang
Langkah berikutnya dipilih beberapa konsep,
tindih, sehingga tercapailah efesiensi dan
keterampilan,
efektifitas pembelajaran.
dan
dan
sikap
yang
mempunyai
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di
saat,
tipe
ini
e) Pembelajaran
tidak
terpadu
memerlukan
membantu
antara beberapa bidang studi. Bidang studi yang
menciptakan struktur kognitif yang dapat
diintegrasikan
menjembatani
misalnya
matematika,
sains
antara
pengetahuan
awal
(fisika, biologi dan kimia), seni dan bahasa, dan
siswa dengan pengalaman belajar yang
pelajaran sosial.
terkait.
Fokus
pengintegrasian
pada
sejumlah
Selain itu, tipe integrated juga memiliki
keterampilan belajar yang ingin dilatih oleh
sejumlah kekurangan, antara lain:
seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit
a)
pembelajaran
ketercapaian
Terletak pada guru, guru harus menguasai
materi
konsep, sikap, dan keterampilan yang
pelajaran (content). Menurut Fogarty (dalam
diprioritaskan. Guru harus berwawasan
Trianto, 2007: 48), keterampilan-keterampilan
luas dan memiliki kreativitas yang tinggi
belajar
serta
itu
untuk
meliputi
keterampilan
berpikir
(thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing
dan
b)
Penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh.
Tipe integrated (keterpaduan) ini memiliki
c)
kelebihan-kelebihan, yaitu: kemungkinan
isi
pelajaran,
Pengintegrasian
konsep-konsep
dari
berbagai bidang studi menuntut adanya pemahaman
antar
bidang studi, karena dengan memfokuskan pada
mengemas
mengembangkan materi.
skill).
a) Adanya
berani
startegi
sumber belajar yang beraneka ragam. d)
Pembelajaran
terpadu
menuntut
berpikir,
kemampuan belajar siswa yang relatif baik,
keterampilan sosial dan ide-ide penemuan
baik dalam kemampuan akademik maupun
lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak
kreativitasnya.
dimensi, sehingga siswa dalam pembelajaran semakin diperkaya dan berkembang.
e)
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
b) Motivasi siswa dalam belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
banyak dan bervariasi, bahkan juga fasilitas internet.
c) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
Sehingga
kegiatan
belajar
lebih
III. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
penelitian
bermakna dan hasil belajar anak akan dapat
tindakan kelas yang meliputi lima tahap, yaitu:
bertahan lebih lama.
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 25
ISSN : 1858-330X evaluasi, dan refleksi yang dirangkaikan dalam
pembelajaran fisika dengan model Unit
satu siklus kegiatan.
Learning Tipe Integrated yang dapat diukur
Variabel
penelitian
unit
dengan menggunakan tes atau penilaian
learning tipe integrated dan hasil belajar fisika.
tertentu setelah diadakan evaluasi belajar
Batasan
pada akhir suatu siklus.
operasional
adalah
dari
model
masing-masing
variabel adalah sebagai berikut: 1.
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah
Model Unit Learning Tipe Integrated adalah model
pembelajaran
terpadu
yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa bidang studi dengan
cara
keterampilan,
menetapkan dan
sikap
konsep,
yang
saling
SMA Negeri 4 Makassar semester genap tahun ajaran 2008/2009 dengan subyek penelitian siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
tumpang tindih di dalam beberapa bidang
siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dan
studi. 2.
Hasil
belajar
fisika
dapat
dinyatakan
sebagai hasil yang
dicapai oleh seorang
siswa
mengikuti
setelah
proses
Permasalahan
siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan.
Prosedur
pelaksanaan
penelitian ini dapat dilihat pada model berikut:
Rencana Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Terselesaikan
Siklus I Evaluasi
Refleksi I
Belum Terselesaikan
Observasi I
I
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II Siklus II
Terselesaikan Observasi II
Evaluasi II
Hasil
Gambar 3.1. Diagram alur dalam penelitian tindakan kelas (Adopsi Tim Pelatih Proyek PGSM; 1999 :27)
Rincian langkah-langkah yang dilakukan dalam
pelaksanaan
penelitian
dijabarkan sebagai berikut:
tindakan
ini
1. Siklus I Pelaksanaan siklus I dilakukan selama 4 minggu sebanyak 4 (empat) kali pertemuan atau JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 26
ISSN : 1858-330X 8 jam pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45
1) Mengidentifikasi keadaan
menit yaitu pertemuan I pada tanggal 15 April
sebelum
2009, pertemuan ke-II pada tanggal 29 April
kesiapan, dan motivasi siswa.
2009, pertemuan ke-III pada tanggal 4 Mei 2009, dan pertemuan ke-IV pada tanggal 6 Mei
penelitian
awal siswa
berupa
minat,
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan tema pembelajaran kepada siswa. 3) Guru menampilkan sebuah fenomena
2009. Tahap kegiatan penyajian materi untuk
4) Membagi siswa ke dalam 5 (lima)
siklus I adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Membuat
kelompok yang terdiri dari 8 orang.
rencana
pembelajaran
pelaksanaan
untuk
setiap
kali
2) Menyiapkan
sumber
paket
belajar
Quadra
berupa
serta
buku
penunjang lain yang sesuai dengan
kelompok
akan
mendiskusikan
besaran-besaran yang terkait dengan
lembar
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok
untuk
mempresentasekan
jawaban kelompoknya masing-masing. 6) Guru memberikan kesempatan kepada
materi yang akan diajarkan. 3) Membuat
5) Tiap
fenomena tersebut. Setelah itu guru
pertemuan.
buku
kepada siswa.
observasi
yang
setiap
kelompok
jawaban
dijadikan pedoman oleh pengamat. 4) Membuat dan menyusun alat evaluasi
dari
untuk
kelompok
mempresentasekan
menanggapi yang
hasil
telah diskusi
dalam hal ini tes hasil belajar siklus I
kelompoknya.
untuk melihat apakah hasil belajar fisika
menanggapi
siswa meningkat setelah menerapkan
siswa kemudian memberikan informasi
model Unit Learning Tipe Integrated.
yang sebenarnya.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
7) Guru
Selanjutnya
guru
hasil diskusi kelompok
memantau
keaktifan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini
kesungguhan
siswa
berlangsung selama 4 minggu atau 4 kali
pembelajaran
berdasarkan
pertemuan, setiap pertemuan (tatap muka)
observasi yang menjadi jurnal harian
adalah 2 x 45 menit. Pertemuan ke-1
yang
sampai
dengan
kemampuan
dengan
proses pembelajaran.
pertemuan
kegiatan
ke-3
diisi
pembelajaran
meliputi
dalam
dan
aspek
siswa
proses pedoman
sikap
dalam
dan
mengikuti
menerapkan model Unit Learning Tipe
8) Memberikan kesempatan kepada siswa
Integrated. Setelah pertemuan ke-4 diisi
untuk menanyakan materi yang belum
dengan
dimengerti.
pemberian
tes
hasil
belajar
9) Guru menjelaskan hal yang ditanyakan
(ulangan harian untuk siklus I). Secara
umum,
tindakan
yang
dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan
oleh siswa. 10) Agar siswa lebih memahami konsep
pembelajaran) pada siklus I ini adalah
yang
diberikan,
terampil
dan
kritis
sebagai berikut:
dalam menyelesaikan soal, maka siswa diberi tugas berupa soal latihan dan dikerjakan di kelas. JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 27
ISSN : 1858-330X 11) Memeriksa
tugas
siswa
dan
dari hasil belajar maupun catatan guru dari
memberikan umpan balik dari hasil
lembar observasi yang diambil selama
tugas tersebut.
proses belajar mengajar berlangsung. Hal-
12) Memberikan tes akhir siklus.
hal yang masih kurang, perlu diperbaiki dan dikembangkan
c. Tahap Observasi (pengamatan)
mempertahankan
Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat
pedoman
dilakukan observasi
peneliti
selama
dengan
pada
setiap
refleksi dengan guru mata pelajaran fisika.
berdasarkan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan
proses
dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus
pembelajaran berlangsung yang dicatat oleh
hasil
tetap
pertemuan dan melakukan diskusi hasil
pemberian tindakan berlangsung, yaitu : 1) Observasi
dengan
berikutnya yang merupakan kelanjutan dan
menggunakan
penyempurnaan
format observasi yang telah disusun.
tindakan
pada
siklus
pertama.
2) Hal-hal yang menjadi perhatian observer (guru mata pelajaran fisika) dalam tahap
Siklus II
selama
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebagai
proses belajar berlangsung, antara lain
perbaikan dan penyempurnaan dari hasil siklus
kehadiran,
keberanian
I. Pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam
keberanian
(empat) kali pertemuan
ini
adalah
keaktifan
dalam
siswa
kedisiplinan,
mengemukaan
pendapat,
menanggapi
jawaban
yang
dengan alokasi
4
atau 8 jam pelajaran
waktu 8 x 45 menit yaitu
diajukan siswa lain, keberanian untuk
pertemuan I pada tanggal 11 Mei 2009,
mengajukan diri untuk mengerjakan soal
pertemuan ke-II pada tanggal 18 Mei 2009,
di papan tulis, dan hal-hal lain yang
pertemuan ke-III pada tanggal 20 Mei 2009, dan
dapat
pertemuan ke-IV pada tanggal 27 Mei 2009,
menunjang
peningkatan
hasil
dengan satu kali tes setiap akhir siklus.
belajar siswa. 3) Memberikan evaluasi tes hasil belajar
4) Menganalisis data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa untuk mengetahui skor
yang
mengikuti melalui
diperoleh beberapa
model
Unit
siswa kali
Tahap kegiatan untuk siklus II dalam penyajian materi tersebut di atas adalah sebagai
pada siswa di akhir siklus.
setelah
pertemuan
Learning
Tipe
Integrated. d.
2.
berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Membuat pembelajaran
rencana untuk
pelaksanaan setiap
kali
pertemuan dan lembar observasi yang dijadikan pedoman oleh pengamat.
Tahap Refleksi Hasil Kegiatan
2) Menyiapkan sumber belajar berupa buku
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
paket Quadra serta buku penunjang lain
observasi dan evaluasi tes hasil belajar
yang sesuai dengan materi yang akan
siswa,
diajarkan.
dikumpulkan
Berdasarkan refleksi
hasil
untuk
lalu tersebut
melakukan
dianalisis. dilakukan pengkajian
3) Menciptakan proses belajar mengajar yang tidak terlalu cepat.
terhadap hasil-hasil yang diperoleh, baik
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 28
ISSN : 1858-330X 4) Menambah waktu pengerjaan soal-soal penerapan
agar
siswa
5) Tiap kelompok mendiskusikan besaran-
dapat
besaran yang terkait dengan fenomena
menyelesaikan soal-soal dengan benar
tersebut. Setelah itu guru memberikan
tanpa
kesempatan kepada setiap kelompok
mengurangi
waktu
pemberian
materi pelajaran. 5) Menambah
untuk
jumlah
kelompok
yang
sebelumnya 5 kelompok yang terdiri dari
mempresentasekan
kelompoknya masing-masing. 6) Guru memberikan kesempatan kepada
8 orang diubah menjadi 8 kelompok yang
setiap
terdiri dari 5 orang, serta melakukan
jawaban
pertukaran kelompok.
mempresentasekan
6) Membuat dan menyusun alat evaluasi
jawaban
kelompok dari
untuk
menanggapi
kelompok
kelompoknya.
yang
hasil
telah diskusi
Selanjutnya
guru
dalam hal ini tes hasil belajar siklus II
menanggapi
untuk melihat apakah hasil belajar fisika
siswa kemudian memberikan informasi
siswa meningkat setelah menerapkan
yang sebenarnya.
model Unit Learning Tipe Integrated.
7) Guru
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan
hasil diskusi kelompok
memantau
kesungguhan
tindakan pada siklus II
keaktifan
dan
siswa dalam proses
pembelajaran
berdasarkan
pedoman
ini berlangsung selama 4 minggu atau 4
observasi yang menjadi jurnal harian
kali pertemuan, setiap pertemuan (tatap
yang
muka) adalah 2 x 45 menit. Pertemuan ke-1
kemampuan
sampai
proses pembelajaran.
pertemuan
ke-3
diisi
dengan
meliputi
aspek
siswa
sikap
dalam
dan
mengikuti
dengan
8) Memberikan kesempatan kepada siswa
menerapkan model Unit Learning Tipe
untuk menanyakan materi yang belum
Integrated. Setelah pertemuan ke-4 diisi
dimengerti.
kegiatan
dengan
pembelajaran
pemberian
tes
hasil
belajar
oleh siswa.
(ulangan harian untuk siklus II). Secara
umum,
9) Guru menjelaskan hal yang ditanyakan
tindakan
yang
10) Agar siswa lebih memahami konsep
dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan
yang
pembelajaran) pada siklus II ini adalah
dalam menyelesaikan soal, maka siswa
sebagai berikut:
diberi tugas berupa soal latihan dan
1) Mengidentifikasi keadaan sebelum
penelitian
awal siswa
berupa
minat,
kesiapan, dan motivasi siswa. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan tema pembelajaran kepada siswa. 3) Guru menampilkan sebuah fenomena kepada siswa. 4) Membagi siswa ke dalam 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari 5 orang.
diberikan,
terampil
dan
kritis
dikerjakan di kelas. 11) Memeriksa
tugas
siswa
dan
memberikan umpan balik dari hasil tugas tersebut. 12) Memberikan tes akhir siklus. c. Tahap Observasi (pengamatan) Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat pemberian tindakan berlangsung, yaitu : 1) Observasi pedoman
dilakukan observasi
berdasarkan selama
proses
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 29
ISSN : 1858-330X pembelajaran berlangsung yang dicatat
belajar
oleh peneliti dengan menggunakan format
akhir siklus.
observasi yang telah disusun.
pada
setiap
2. Data keaktifan dan kesungguhan
siswa
2) Hal-hal yang menjadi perhatian observer
dalam
mengikuti proses belajar akan
(guru mata pelajaran fisika) dalam tahap
diambil pada saat proses pembelajaran
ini adalah keaktifan siswa selama proses
berlangsung
belajar
pedoman observasi.
berlangsung,
kehadiran,
dalam
antara
kedisiplinan,
mengemukaan
jawaban
yang
di papan tulis, dan hal-hal lain yang dapat peningkatan
Data
keberanian
mengajukan diri untuk mengerjakan soal
menunjang
hasil
yang
diperoleh
dari
pelaksanaan
data hasil belajar fisika siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengolah data hasil belajar dalam penelitian, digunakan analisis dengan prosedur
3) Memberikan evaluasi tes hasil belajar
sebagai berikut: 1. Merata-ratakan semua skor hasil belajar.
pada siswa di akhir siklus. 4) Menganalisis data hasil observasi dan tes
2. Menyajikan data tes hasil belajar dalam bentuk tabel distribusi yang meliputi subyek
hasil belajar siswa untuk mengetahui skor
penelitian, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai
yang diperoleh siswa setelah mengikuti
rata-rata dan standar deviasi. Mengingat
beberapa kali pertemuan melalui model
nilai
Unit Learning Tipe Integrated.
mengadakan
perbaikan
siswa
dari
hasil
dilakukan konversi dari bentuk skor mentah menjadi bentuk nilai.
adanya peningkatan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran, salah satunya adalah bertambahnya siswa yang memberikan solusi diajukan
diperoleh
bentuk skor mentah, maka terlebih dahulu
yang
terdapat pada siklus sebelumnya, dapat dilihat
yang
yang
pemeriksaan lembar jawaban masih dalam
d. Tahap Refleksi Hasil Kegiatan
masalah
menggunakan
observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan
belajar
siswa.
Setelah
dengan
keberanian
pendapat,
menanggapi
lain
diajukan siswa lain, keberanian untuk
dari
berupa tes objektif
di
awal
pembelajaran. Nilai hasil belajar siswa juga meningkat ditinjau dari frekuensi dimana setiap siswa ratarata sudah berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi dengan nilai rata-rata kelas berada
3.
Membuat tabel kategori berdasarkan nilai rata-rata
dalam
kategori
yaitu
sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kriteria kategori yang digunakan mengacu pada Surat Edaran Direktorat Pendidikan No.2/C3/MN/
Menengah 1999
(dalam
Pertama widyastuti.
2008:22) sebagai berikut:
pada kategori tinggi. Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. data tentang hasil belajar fisika siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 30
ISSN : 1858-330X Tabel 3.1. Kriteria Persentase pada surat edaran Direktorat Pendidikan Menegah Pertama N.288/c3/MN/1999
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari tes hasil belajar fisika dari siklus pertama ke
No
Nilai
Kategori
siklus berikutnya. Model pembelajaran yang
1.
0 – 34
Sangat Rendah
diterapkan akan efektif apabila 80% dari siswa
2.
35 – 54
Rendah
mencapai
3.
55 – 64
Sedang
diharapkan hasil belajar tersebut dicapai dalam
4.
65 – 84
Tinggi
dua siklus.
5.
85 – 100
Sangat Tinggi
4. Membuat
tabel
klasifikasi
tingkat
< 65,00
Pengelompokan
dan
a. Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis tes hasil belajar Fisika siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makasar pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Kategori Tuntas
Tabel 4.1
Tidak Tuntas
tingkat
65
1. Data Hasil Belajar
Tabel 3.2. Klasifikasi Ketuntasan belajar Siswa
> 65,00
minimal
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
ketuntasan belajar siswa.
Nilai
ketuntasan
ketuntasan
Statistik Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II Nilai statistik
No
Statistik
kategori tuntas atau tidak tuntas didasarkan
1
Subyek penelitian
pada acuan KKM yang ditentuan SMA
2
Negeri 4 Makassar
Siklus I
Siklus II
40
40
Nilai tertinggi
80,00
86,67
3
Nilai terendah
46,67
63,33
4
Nilai rata-rata
67,03
72,83
5
Standar deviasi
9,42
7,10
belajar siswa memahami materi fisika dalam
a. Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar fisika jika nilai yang diperoleh minimal 65,00. b. Seorang siswa dikatakan tidak tuntas dalam belajar jika nilai yang diperoleh
kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar yang menjadi
tidak mencapai 65,00. 5. Membuat
diagram
batang
berdasarkan
distribusi nilai hasil belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa. 6. Berdasarkan hasil klasifikasi ketuntasan belajar, maka penarikan kesimpulan akhir apakah siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar dinyatakan tuntas atau tidak tuntas dalam pembelajaran fisika dengan menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated.
Dari Tabel 4.1 tampak bahwa dari 40 siswa
subyek penelitian pada siklus I dan II terlihat bahwa; nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 67,03 pada siklus I dan 72,83 pada siklus II, nilai tertinggi 80,00 pada siklus I dan 86,67 pada siklus II, dan nilai terendah 46,67 pada siklus I dan 63,33 pada siklus II, serta standar deviasi 9,42 pada siklus I dan 7,10 pada siklus II. Keseluruhan
nilai
yang
diperoleh
selanjutnya dikonversi ke dalam skala lima, seperti pada tabel 4.2 berikut ini JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 31
ISSN : 1858-330X
Tabel 4.2
No
Distribusi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada Siklus I dan II
Nilai
1
0 – 34
2
35 – 54
3
Kategori Sangat rendah
Siklus I
Siklus II
Frekuensi Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
0
0,00
0
0,00
Rendah
3
7,50
0
0,00
55 – 64
Sedang
13
32,50
9
22,50
4
65 – 84
Tinggi
24
60,00
29
72,50
5
85 – 100
Sangat tinggi
0
0,00
2
5,00
40
100,00
40
100,00
Jumlah
Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi dan persentase nilai tes hasil belajar fisika siswa
kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar
pada saat
sebelum penelitian siklus I dan II dapat dilihat pada grafik 4.1.
Gambar 4.1
Diagram Batang Distribusi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat Sebelum Penelitian, Siklus I dan II
Dari Gambar 4.1 tampak bahwa tidak ada
saat sebelum penelitian terdapat 13 orang (32,5
siswa (0 %) yang masuk dalam kategori sangat
%), siklus I terdapat 3 orang (7,50 %) dan tidak
rendah baik pada saat sebelum penelitian, siklus
ada lagi siswa (0%) pada siklus II. Jumlah siswa
I maupun pada siklus II. Jumlah siswa yang
yang
masuk
mengalami penurunan dimana
dalam
kategori
rendah
mengalami
penurunan pada kategori rendah dimana pada
masuk
dalam
kategori
sedang
juga
pada saat
sebelum penelitian sebanyak 10 orang o (25 %),
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 32
ISSN : 1858-330X siklus I sebanyak 13 orang siswa (32,50 %) dan
sebelum penelitian dan siklus I menjadi 2 orang
pada siklus II sebanyak 9 orang siswa (22,50
siswa (5,0 %) pada siklus II.
%), sedangkan siswa yang masuk dalam
Selanjutnya
untuk
melihat
ketuntasan
kategori tinggi mengalami peningkatan dari 17
belajar siswa, maka keseluruhan nilai yang
orang
sebelum
diperoleh siswa dibagi menjadi dua interval nilai
penelitian, menjadi 24 orang siswa s (60,00 %)
dalam kategori ketuntasan belajar yang berlaku
pada siklus I dan bertambah menjadi 29 orang
di SMA Negeri 4 Makassar untuk bidang studi
(72,50 %) pada siklus II, begitu pula pada
fisika.
kategori
belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar
siswa
(42,5%)
sangat
pada
tinggi
saat
juga
mengalami
peningkatan dari tidak ada siswa (0%) pada saat
Tabel 4.3
Persentase
ketuntasan
Persentase dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II. Nilai
Kategori
Siklus II
1.
< 65,00
Tidak Tuntas
16
Persentase (%) 40,00
2.
> 65,00
Tuntas
24 40
Frekuensi
Jumlah
Untuk
kategori
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Siklus I No
dan
lebih
jelasnya
perbandingan
9
Persentase (%) 22,50
60,00
31
77,50
100,00
40
100,00
Frekuensi
belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar
distribusi frekuensi dan kategori ketuntasan
pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II dapat dilihat pada grafik 4.2.
Persentase dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II. 40
Frekuensi
30
77,5 % 57,5 %
60 % 42,5 % tidak tuntas
40 %
20
22,5 %
tuntas
10 0 sebelum penelitian
siklus I
siklus II
Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase dan kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 33
ISSN : 1858-330X Dari gambar 4.2, tampak bahwa dari 40
40,00 % pada siklus I dan menurun lagi
orang siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar
hingga menjadi 22,50 % pada siklus II.
yang menjadi sampel penelitian dapat diuraikan
Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah
sebagai berikut:
siswa yang berada dalam kategori tuntas siswa
mengalami peningkatan yakni, 17 orang atau
setelah diajar melalui model Unit Learning
42,5 % pada saat sebelum penelitian dan
tipe
tuntas
meningkat menjadi 24 orang atau 60,00 % pada
sebelum
Siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 31
penelitian, kemudian meningkat menjadi
orang atau 77,50 % pada Siklus II. Meskipun
60,00 % pada siklus I dan meningkat lagi
belum
menjadi 77,50 % pada siklus II.
namun penelitian ini menunjukkan peningkatan
a. Persentase
ketuntasan
Integrated,
sebesar
42,5
b. Persentase
untuk %
belajar
kategori
pada
ketuntasan
saat
belajar
siswa
mencapai
ketuntasan
klasikal
dari penelitian sebelumnya yang
setelah diajar melalui model Unit Learning
ketuntasan 76,67 %.
tipe Integrated, untuk kategori tidak tuntas
2. Hasil Observasi Siklus I dan II
sebesar
57,5
%
pada
saat
80%,
mencapai
Hasil Observasi siswa kelas X2 SMA
sebelum
Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II dapat
penelitian, kemudian menurun menjadi
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada Siklus I dan II.
No 1 2
3
4
Siklus I
Komponen yang Diamati Siswa yang hadir pada saat pembelajaran. Siswa yang memberikan jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran. Siswa
yang
memperhatikan
materi
yang
diajarkan guru. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran.
Siklus II
rerata
%
rerata
%
38,00
95,00
39,00
97,50
4,33
10,83
8,00
20,00
29,00
72,50
35,67
89,17
9,00
22,50
3,33
8,33
4,33
10,83
8,00
20,00
5,33
13,33
6,33
15,83
29,00
72,50
35,67
89,17
6,33
15,83
8,33
20,83
Siswa yang mampu menghubungkan konsep 5
yang mereka pelajari dengan konsep lain yang mereka pahami melalui pengamatan langsung.
6
7
8
Siswa
yang
mampu
menemukan
tema
pembelajaran. Siswa yang mampu bekerja sama dengan kelompok. Siswa
yang
menanggapi
anggota kelompok lain.
hasil
persentasi
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 34
ISSN : 1858-330X Siswa yang mampu menyimpulkan hasil diskusi
9
dengan benar Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis
10
dengan benar.
Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa
5,33
13,33
6,33
15,83
4,00
10,00
4,67
11,67
ketika
diberikan
masalah
di
awal
frekuensi kehadiran siswa tergolong tinggi,
pembelajaran memiliki jumlah persentase
karena hanya 2,50 % sampai 5,00 % yang tidak
10,83 %, dan masih banyak pula siswa
hadir
yang
selama
pelaksanaan
proses
belajar
kurang
aktif
untuk
menanggapi
mengajar pada siklus I maupun siklus II, jumlah
jawaban dari kelompok lain pada saat
siswa yang memberikan jawaban sementara
diskusi
ketika diberikan masalah di awal pembelajaran
persentase hanya 15,83 %.
berlangsung
Pada
dan menjawab pada saat diajukan pertanyaan
tahap
dengan
ini
jumlah
siswa
yang
tentang materi pelajaran meningkat dari 10,83 %
memperhatikan materi yang diajarkan guru
menjadi
yang
memiliki persentase hanya 72,50 %, hal ini
memperhatikan materi yang diajarkan guru
berarti bahwa masih terdapat siswa yang
meningkat dari 72,50 % menjadi 89,17 %,
ribut dan kurang memperhatikan pelajaran
jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain
dengan jumlah persentase 22,50 %. Ini
20,00
%,
jumlah
siswa
disebabkan oleh model pembelajaran yang pada
saat
pembahasan
materi
pelajaran
berbeda
dari
sebelumnya,
proses
menurun dari 22,50 % menjadi 8,33 %, jumlah
pembelajaran yang terlalu cepat, kurangnya
siswa
bimbingan
yang
menanggapi
hasil
persetase
dalam
serta
menjadi 20,83 %, jumlah siswa yang mampu
menyelesaikan soal tersebut terlalu singkat.
menyimpulkan
Kurangnya
diskusi
dengan
benar
yang
soal-soal
anggota kelompok lain meningkat dari 15,83 %
hasil
waktu
pengerjaan
diberikan
pengelolaan
untuk
kelas
dan
meningkat dari 13,33 % menjadi 15,83, jumlah
bimbingan baik secara perorangan ataupun
siswa yang mampu bekerja sama dengan
secara
kelompok meningkat dari 72,50 % menjadi
cenderung melakukan kegiatan lain pada
89,17 %, dan jumlah siswa yang mengerjakan
saat proses pembelajaran berlangsung.
kelompok
Selain
soal di papan tulis dengan benar bertambah dari
itu
sehingga
pembagian
siswa
anggota
kelompok yang tidak merata antara siswa
10,00 % menjadi 11,67 %.
yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, 3. Refleksi Siklus I dan II
sedang dan kurang sehingga ada kelompok
a. Refleksi Siklus I
yang di dalamnya lebih banyak anggota
Berdasarkan lembar observasi dan analisis data pada siklus I ditemukan beberapa siswa
yang
kurang
aktif
pada
saat
pembelajaran berlangsung, di mana siswa yang memberikan jawaban sementara
kelompok
yang
memiliki
kemampuan
berpikir tinggi dan ada pula kelompok yang di
dalamnya
kelompok
lebih
yang
banyak
memiliki
anggota
kemampuan
berpikir sedang sehingga kurang terjalin JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 35
ISSN : 1858-330X kerjasama antara anggota kelompok dalam
berakhirnya siklus II memiliki persentase
mendiskusikan
yang
10,00% hingga mencapai 11,67 %, begitu
diajukan oleh guru. Hal ini nampak pada
pula dengan siswa yang menanggapi hasil
banyaknya siswa yang mengajukan solusi
persentase dari kelompok lain meningkat
ataupun
persentasenya yaitu dari 15,83 % menjadi
suatu
pertanyaan
masalah
terhadap
masalah
20,83 %.
yang diberikan masih tergolong rendah. Oleh
karena
dilakukan merata
itu,
pada
pembagian antara
kelompok
siswa
II
Frekuensi kehadiran siswa selama
yang
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar
siklus
yang
memiliki
sampai
akhir
pertemuan
siklus
II
kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan
menggambarkan bahwa minat dan motivasi
rendah sehingga semua anggota kelompok
belajar
dapat bekerja sama dengan baik dalam
peningkatan, keberanian untuk mengajukan
memecahkan suatu masalah yang diajukan
diri mengerjakan soal di papan tulis sudah
oleh guru.
merata bukan hanya pada golongan siswa
b. Refleksi Siklus II
yang mempunyai hasil belajar yang baik.
Berdasarkan hasil observasi yang menjadi
Melainkan siswa yang selama ini diam
rekaman pelaksanaan tindakan pada Siklus
memperlihatkan keberanian untuk maju
II dapat dipaparkan perubahan-perubahan
mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis
sikap
dan mengajukan pendapatnya mengenai
yang
terjadi
di
dalam
realisasi
tindakan terhadap proses aktivitas belajar
fisika
siswa
mengalami
konsep yang ditanyakan.
di kelas selama kegiatan berlangsung.
Kemampuan siswa dalam menerima
Sikap siswa sudah menunjukkan antusias
materi pelajaran semakin meningkat. Hal ini
dalam
bahkan
dapat dilihat dari semakin berkurangnya
sebagian siswa senang dengan model Unit
siswa meminta penjelasan ulang materi
Learning tipe Integrated .
yang sudah diberikan. Dengan demikian
mengikuti
pelajaran
Hasil pemberian tes dan hasil lembar observasi
langsung
selama
proses
pelaksanaan belajar mengajar selanjutnya dikomunikasikan
dengan
guru
fisika
dapat dikatakan bahwa kualitas belajar mengajar pada siklus II ini semakin baik. Adapun bentuk perubahan tindakan yang
dilakukan
pada
II
menambah
sekaligus
sebelumnya 5 kelompok yang terdiri dari 8
hasil
akhir
pelaksanaan tindakan atau penelitian.
kelompok
yaitu
(observer) untuk memperoleh tanggapan mengetahui
jumlah
siklus
yang
orang diubah menjadi 8 kelompok yang
terlihat
terdiri dari 5 orang, serta melakukan
adanya peningkatan persentase siswa yang
pertukaran anggota kelompok dengan cara
memberikan jawaban sementara ketika
membagi kelompok secara merata antara
diberi
siswa yang memiliki kemampuan berpikir
Berdasarkan
masalah
hasil
di
tersebut
awal
pembelajaran
berlangsung yaitu dari 10,83 % meningkat
tinggi,
menjadi 14,17 %, siswa yang mengerjakan
dimaksudkan agar terjalin interaksi yang
soal di papan tulis dengan benar dari
baik antar sesama anggota kelompok untuk
pertemuan
mampu bekerjasama dalam memecahkan
pertama
siklus
I
hingga
sedang
dan
rendah.
Hal
ini
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 36
ISSN : 1858-330X atau mendiskusikan suatu masalah yang
tanggapan positif terhadap jawaban siswa
diajukan oleh guru.
lain.
Selain itu bentuk perubahan tindakan
b.
Meningkatnya
keaktifan
siswa
dalam
yang lain dilakukan adalah proses belajar
mengajukan diri untuk mengerjakan soal di
mengajar
cepat,
papan tulis, siswa yang mengerjakan soal
menambah waktu pengerjaan soal-soal
di papan tulis dengan benar, serta semakin
penerapan
waktu
banyak siswa yang membantu temannya
pemberian materi pelajaran, memberikan
dalam mengerjakan soal sehingga guru
kesempatan kepada siswa yang kurang
tidak terlalu kewalahan dalam membimbing
berpartisipasi dan selalu main-main untuk
siswa.
yang
tidak
tanpa
mempersentasekan kelompoknya,
terlalu
mengurangi
hasil
memberikan
diskusi bimbingan
kepada siswa, khususnya yang baru serius jika
guru
yang
membimbing
lain,
serta
memberikan
Semakin sedikit siswa yang melakukan aktivitas lain pada saat pembahasan materi pelajaran.
secara
bergiliran dari satu kelompok ke kelompok yang
c.
b. Pembahasan
motivasi Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan
kepada siswa dengan cara mengemukakan bahwa siswa yang sering memberikan solusi terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru dan sering naik mengerjakan soal di
papan
tulis
akan
mendapatkan
penambahan nilai.
kuantitatif, terlihat pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran melalui model Unit Learning tipe Integrated memberikan perubahan hasil belajar yaitu terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. 1. Siklus I
4. Perubahan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus I diketahui bahwa melalui model Unit
Selain terjadi peningkatan hasil belajar
Learning tipe Integrated dapat mengaktifkan
fisika siswa selama siklus I dan siklus II, terjadi
siswa walaupun peningkatannya masih kecil,
pula perubahan sikap siswa dalam proses
persentase siswa yang
pembelajaran. Perubahan tersebut merupakan
sementara ketika diberikan masalah di awal
data kualitatif yang diperoleh melalui lembar
pembelajaran, dan siswa yang menanggapi
observasi pada setiap pertemuan selama dua
jawaban dari siswa lain serta siswa yang mampu
siklus.
menyimpulkan hasil diskusi masih tergolong
Adapun
perubahan-perubahan
yang
memberi jawaban
rendah, hal ini dipengaruhi oleh rasa percaya diri
dimaksud adalah:
siswa yang masih kurang untuk tampil di depan
a.
Meningkatnya keaktifan siswa dari siklus I
kelas.
ke siklus II dalam proses pembelajaran
melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan
seperti: memberikan jawaban sementara
materi pelajaran masih tinggi.
Selanjutnya,
persentase
siswa
yang
terhadap masalah pada awal pembelajaran,
Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar
menjawab pada saat diajukan pertanyaan
siswa yang diperoleh setelah proses belajar
tentang materi pelajaran, serta memberikan
mengajar selama Siklus I berlangsung yaitu sebesar
67,03.
Setelah
dikategorisasikan
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 37
ISSN : 1858-330X berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi dan
yang diberikan oleh guru akibat dari waktu
persentase nilai hasil belajar siswa kelas X2
yang diberikan terlalu singkat.
SMA Negeri 4 Makassar, diketahui bahwa
d)
Terlalu banyak anggota kelompok dalam
tingkat penguasaan siswa Kelas X2 SMA Negeri
setiap kelompok sehingga kurang terjalin
4 Makassar berada pada kategori tinggi, namun
kerjasama
demikian tidak ada siswa yang berada pada
anggota kelompok dalam setiap kelompok.
kategori sangat tinggi. Dan pada siklus I ini
e)
yang
baik
antara
sesama
Pembagian anggota kelompok yang tidak
masih ada siswa yang memiliki nilai pada
merata
antara
siswa
yang
memiliki
kategori rendah dan kategori sedang.
kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan
Namun, secara individu terdapat beberapa
rendah, sehingga ada kelompok yang di
siswa yang mengalami penurunan dari sebelum
dalamnya terlalu banyak anggota kelompok
penelitian
ini
yang memiliki kemampuan berpikir tinggi
disebabkan karena siswa tersebut adalah siswa
dan ada pula kelompok yang di dalamnya
yang tidak hadir saat proses pembelajaran
terlalu banyak anggota kelompok yang
berlangsung (sakit). Selain itu, ada beberapa
memiliki kemampuan berpikir rendah, yang
siswa lain yang juga mengalami penurunan
mengakibatkan anggota kelompok kurang
akibat sering terlambat pada saat proses
bekerjasama
pembelajaran maupun saat tes berlangsung
memecahkan suatu masalah yang diberikan
sehingga siswa tersebut tidak mempunyai cukup
oleh guru.
hingga
pada
siklus
I.
Hal
dengan
baik
dalam
waktu untuk mengerjakan soal yang diberikan Hasil analisis deskriptif pada tabel 4.3
oleh guru. Faktor-faktor lain yang menyebabkan siswa memiliki nilai yang masih rendah dan sedang
Proses pembelajaran terlalu cepat pada
Kurangnya
pengelolaan
kelas
dan
kurangnya bimbingan dalam pengerjaan
belajar
siswa
setelah diajar melalui model Unit Learning tipe
jumlah siswa yang perlu perbaikan karena belum
sekolah, sehingga hal ini perlu diusahakan pada siklus II. Adapun
soal-soal baik secara perorangan maupun secara kelompok sehingga siswa cenderung melakukan kegiatan lain pada saat proses
mengakibatkan
kurangnya
siswa
b)
Proses belajar mengajar yang tidak terlalu
Memberikan
bimbingan
kepada
siswa,
khususnya yang baru serius jika guru yang membimbing secara bergiliran dari satu
mengajukan diri untuk mengerjakan soal di
kelompok ke kelompok yang lain.
papan tulis pada saat guru meminta siswa
siswa belum sempat menyelesaikan soal
hasil
cepat.
yang
mengerjakan soal di papan tulis karena
sebagai
meliputi :
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal-soal latihan terlalu singkat sehingga
langkah-langkah
refleksi siklus I dalam pelaksanaan siklus II
a)
pembelajaran berlangsung. c)
ketuntasan
mencapai ketutasan minimum yang ditetapkan di
saat pemberian materi pelajaran. b)
deskripsi
Integrated menunjukkan bahwa hampir setengah
antara lain : a)
tentang
c)
Menambah waktu pengerjaan soal-soal penerapan
agar
siswa
dapat
menyelesaikan soal dengan benar tanpa
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 38
ISSN : 1858-330X mengurangi
d)
waktu
pemberian
materi
pelajaran.
pelajaran semakin meningkat. Hal ini dapat
Memberikan kesempatan kepada siswa
dilihat
yang kurang berpartisipasi dan selalu main-
meminta penjelasan ulang materi yang sudah
main
diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan
untuk
mempersentasekan
hasil
f)
Menambah
dari
semakin
berkurangnya
siswa
bahwa kualitas belajar mengajar pada siklus II
diskusi kelompoknya. e)
Kemampuan siswa dalam menerima materi
jumlah
kelompok
yang
ini semakin baik.
sebelumnya 5 kelompok yang terdiri dari 8
Adapun bentuk perubahan tindakan yang
orang diubah menjadi 8 kelompok yang
dilakukan pada siklus II yaitu menambah jumlah
terdiri dari 5 orang, serta melakukan
kelompok yang sebelumnya 5 kelompok diubah
pertukaran anggota kelompok.
menjadi 8 kelompok agar tidak terlalu banyak
Memberikan motivasi kepada siswa dengan
anggota kelompok dalam setiap kelompok, serta
cara mengemukakan bahwa siswa yang
melakukan
sering
terhadap
dengan cara membagi kelompok secara merata
pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan
antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir
yang
tulis
tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dimaksudkan
mendapat
agar terjalin interaksi yang baik antar sesama
memberikan
sering
mengerjakan
solusi
naik
ke
papan
soal
akan
pertukaran
anggota
kelompok
anggota kelompok untuk mampu bekerjasama
penambahan nilai.
dalam memecahkan atau mendiskusikan suatu 2.
Siklus II
masalah yang diajukan oleh guru.
Siklus II dilakukan setelah merefleksikan pelaksanaan
siklus
I,
kemudian
diperoleh
gambaran tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai perbaikan dari pelaksanaan siklus I, sehingga hasil belajar yang diperoleh pada siklus II meningkat. Frekuensi
akhir
siswa
selama
pertemuan
siklus
II
menggambarkan bahwa minat dan motivasi belajar fisika siswa mengalami peningkatan, keberanian untuk mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sudah merata bukan hanya pada golongan siswa yang mempunyai hasil belajar yang baik. Melainkan siswa yang selama ini diam memperlihatkan keberanian untuk maju mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis dan mengajukan pendapatnya mengenai konsep yang ditanyakan.
lain dilakukan adalah proses belajar mengajar yang tidak terlalu cepat, menambah waktu pengerjaan
soal-soal
penerapan
tanpa
mengurangi waktu pemberiam materi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa yang
kehadiran
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar sampai
Selain itu bentuk perubahan tindakan yang
kurang berpartisipasi dan selalu main-main untuk
mempersentasekan
hasil
diskusi
kelompoknya, memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya yang baru serius jika guru yang membimbing secara bergiliran dari satu kelompok ke kelompok yang lain, memberikan sanksi kepada siswa yang bertindak kurang positif
seperti
meminta
siswa
tersebut
menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru ataupun berupa pertanyaan teguran agar siswa tersebut lebih terfokus pada materi yang diberikan, serta memberikan motivasi kepada siswa dengan cara mengemukakan bahwa siswa yang sering memberikan solusi JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 39
ISSN : 1858-330X terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru
V. PENUTUP
dan sering naik mengerjakan soal di papan tulis a. Kesimpulan
akan mendapatkan penambahan nilai. Secara umum
pada siklus II terjadi
peningkatan positif aktivitas siswa, hal ini terlihat dari rata–rata kehadiran siswa setiap pertemuan, jumlah siswa
yang mengajukan diri
untuk
mengerjakan soal di papan tulis, siswa yang menjawab ketika diajukan pertanyaan tentang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model Unit Learning tipe Integrated belum dapat meningkatkan hasil belajar fisika kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar. Hal ini terlihat pada belum terpenuhinya indikator keberhasilan.
materi pelajaran, dan siswa yang menanggapi jawaban
dari
siswa
lain
selama
proses
pembelajaran berlangsung semakin meningkat. Sebaliknya
jumlah
siswa
yang
b. Saran Berdasarkan
hasil
pembahasan
dan
melakukan
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini,
kegiatan lain pada saat pembahasan materi
maka penulis mengajukan beberapa saran
pelajaran semakin berkurang.
sebagai berikut:
Selama pelaksanaan kegiatan di siklus II, peneliti
telah
berusaha
untuk
melakukan
perubahan-perubahan demi peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar dan hasil penelitian pada siklus II menunjukkan
peningkatan
dari
siklus
sebelumnya tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai
indikator
keberhasilan
yang
ditargetkan oleh peneliti. Walaupun penerapan model Unit Learning tipe Integrated belum dapat meningkatkan hasil belajar fisika kelas X2 SMA Negeri
4
Makassar
keberhasilan
tidak
berdasarkan
penilaian
karena
indikator
terpenuhi.
Namun,
sebelumnya
sudah
terdapat peningkatan. Penelitian dihentikan dan tidak dilanjutkan
1. Guru diharapkan dapat menjadikan model Unit Learning tipe Integrated sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPA Fisika untuk meningkatkan hasil belajar fisika serta mengaktifkan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. 2. Kepada peneliti berikutnya,
yang akan
mengkaji rumusan yang serupa diharapkan dapat mengembangkan model Unit Learning tipe
Integrated
ini
dengan
mengkaji
pembelajaran secara lebih mendalam lagi. 3. Kepada
peneliti
lain
yang
berniat
melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan model Unit Learning tipe Integrated dapat
menjadikan
hasil
penelitian
ini
sebagai bahan perbandingan.
ke siklus berikutnya karena waktu penelitian dibatasi oleh administrasi sekolah. Selain itu, penelitian telah sampai pada titik jenuh. Artinya, siswa yang menjadi subjek penelitian sudah merasa jenuh terhadap perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Karena walaupun telah melakukan perubahan-perubahan hasil yang diperoleh tetap sama.
JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 40
ISSN : 1858-330X DAFTAR PUSTAKA Andreas. Perencanaan Pembelajaran Terpadu Model Integrated. http: // www. Google. Makalahku-makalahmu. Wordpress. com. Diakses tanggal 19 Januari 2009. Arnold. Pembelajaran IPA Terpadu. http: // www. Google. Jeperis. Blogspot. com. Diakses tanggal 27 Januari 2009. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media. Dimyanti dan Mudjono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jumrita. 2009. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Pada Siswa Kelas X8 Sma Negeri 3 Makassar. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departtemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Jumanatul Ali-Art. Muhammad Aris. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas XA SMA Cokroaminoto Tamalanrea Makassar. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 41